FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENOLAKAN BURUH TERHADAP REVISI UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGA KERJAAN (Studi kasus pada Asosiasi Pekerja Sejahtera Malang (APSM) dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Kota Malang)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENOLAKAN BURUH
TERHADAP REVISI UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGA
KERJAAN (Studi kasus pada Asosiasi Pekerja Sejahtera Malang (APSM)
danSerikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Kota Malang)
Oleh: AYIB JUNAIDI ( 02230053 )
Goverment Science
Dibuat: 2007-08-24 , dengan 2 file(s).

Keywords: Buruh, gerakan buruh, UU ketenagakerjaan
Rencana revisi UU No.13 tahun 2003 tentang Labor telah ,menimbulkan penolakan besarbesaran oleh kalangan buruh karena revisi tersebut dianggap akan lebih merugikan kalangan
buruh. Padahal lahirnya UU No.13 tahun 2003 tentang labor merupakan bentuk respon
pemerintah terhadap perlindungan kaum buruh dan untuk memperbaiki kondisi masyarakat
dalam hal ini adalah buruh. Namun, UU tersebut belum terlaksana secara maksimal ternyata
pemerintah dan pengusaha sudah ada rencana untuk merevisinya tanpa melibatkan buruh mapun
serikat pekerja. Hal ini yang kemudian menyebabkan penolakan buruh terhadap adanya revisi
UU No.13 Tahun 2003 tersebut.
Penelitian ini berkaitan dengan rencana revisi terhadap UU labor untuk mengetahui faktor-faktor
yang mempengaruhi penolakan buruh terhadap revisi UU No.13 Tahun 2003 dan tanggapan
buruh terhadap rencana revisi UU Ketetenagakerjaan. Penelitian ini dilakukan di Kota Malang.
Untuk mendapatkan hasil penelitian yang maksimal maka peneliti menggunakan sumber data
primer dan sekunder yang mana terbagi pada interview, observasi dan dokumentasi tentang

fakta-fakta yang mengarah pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penolakan buruh
terhadap rencana revisi tersebut. Adapun metode yang digunakan adalah jenis penelitian
kualitatif dengan analisa deskriptif.
Hasil penelitian didapatkan bahwa, adanya jaminan sosial dari perusahaan yang telah diatur
dalam UUK 13/2003 pasal 35 ayat (3) dihapus sehingga dapat mengurangi hak dan perlindungan
terhadap buruh, kecukupan upah yang dirasakan oleh kaum buruh tidak mencukupi mengingat
daya beli kebutuhan pokok semakin tinggi, PHK juga menghantui perasaan buruh akan gelisah
karena semakin mudahnya buruh di PHK kemudian diganti sistem outsourcing dimana sistem
tersebut tidak adanya jaminan sosial yang dapat melindungi hak-hak buruh. Dan adanya situasi
dan mobilisasi massa (peluang untuk mengorganisir massa) yang tengarai oleh pemerintah akan
menjadikan situasi subversive padahal kenyataannya buruh bergerak atas inisiatif sendiri demi
mendapatkan hak dan keadilan yang semestinya. Begitu juga hubungan antara buruh dan
pengusaha kurang harmonis dikarenakan apabila terjadi konflik pada perusahaan cenderung di
selesaikan dengan cara premanisme maupun mafia peradilan bukan dengan cara perundingan.
Adapun tanggapan buruh terhadap revisi UUK No.13/2003 adalah menolak karena dianggap
telah mengurangi hak-hak dan perlindungan bagi kaum buruh.
Dari keseluruhan kajian studi yang dikerjakan tersebut akhirnya secra sederhana dapat
disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi penolakan buruh terhadap revisi Undangundang No.13 Tahun 2003 Tentang Labor yaitu revisi UU No 13 Tahun 2003 yang dianggap
akan sangat merugikan kalangan buruh karena kurang mengcover hak-hak buruh seperti jaminan
sosial, kecukupan upah, PHK dan lain-lain. Gerakan buruh terjadi karena ada mobilisasi massa

dari para aktivis buruh dan mahasiswa untuk menolak adanya revisi UU No. 13 Tahun 2003 dan
adanya hubungan yang kurang harmonis antara buruh dan pengusaha, karena ketika terjadi

permasalahan pengusaha selalu menggunakan pola-pola premanisme dalam menyelesaikannya.
Setelah dilakukan penelitian maka penulis perlu memberi saran dengan maksud agar revisi UU
tersebut tidak merugikan kaum buruh. Beberapa saran tersebut adalah: Pemerintah dalam
melakukan revisi terhadap Undang-Undang Labor No.13 Tahun 2003 seharusnya melibatkan
banyak kalangan seperti Akademisi, LSM, Stake Holder dan Buruh atau Serikat Buruh.
Pemerintah harus membuat UU yang lebih berpihak kepada buruh baik mengenai perlindungan,
pengupahan maupun tentang PHK. Dalam merevisi UU perburuhan Pemerintah seharusnya
melihat kembali perundang-undangan yang berlaku pada waktu sebelumnya. Pemerintah harus
melakukan kontrol terhadap pengusaha untuk menjaga dan melindungi kestabilan hubungan
antara pengusaha dan buruh untuk lebih harmonis.

Dokumen yang terkait

Penerapan Ketentuan Pidana Mengenai Kebebasan Berserikat Pekerja / Buruh Dari Perspektif Uu No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh

3 82 143

PERANAN SERIKAT BURUH DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK KAUM BURUH (Studi Pada Buruh Demokratik Malang)

1 6 3

SEJARAH GERAKAN SERIKAT BURUH SEJAHTERA INDONESIA (SBSI) DI KOTA MEDAN TAHUN 1992-2012.

2 6 23

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 9

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 1

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 16

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 22

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 2

Penerapan Ketentuan Pidana Mengenai Kebebasan Berserikat Pekerja / Buruh Dari Perspektif Uu No. 21 Tahun 2000 Tentang Serikat Pekerja / Serikat Buruh

0 0 11

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN - PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA/BURUH YANG AKAN MEMBENTUK SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DALAM PERUSAHAAN BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH (STUDI KASUS PADA

0 1 50