SEJARAH GERAKAN SERIKAT BURUH SEJAHTERA INDONESIA (SBSI) DI KOTA MEDAN TAHUN 1992-2012.

(1)

SEJARAH GERAKAN SERIKAT BURUH SEJAHTERA INDONESIA (SBSI) DI KOTA MEDAN TAHUN 1992 - 2012

OLEH

AIRUL AZWAN PARAPAT

NIM. 308321006

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

ABSTRAK

AIRUL AZWAN PARAPAT. NIM 308321006. SEJARAH GERAKAN SERIKAT BURUH SEJAHTERA INDONESIA (SBSI) DI KOTA MEDAN TAHUN 1992 2012. SKRIPSI JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH, FAKULTAS ILMU SOSIAL, UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2012.

Ungkapan Bung Karno untuk tidak melupakan sejarah bukanlah kiasan belaka. Bagi saya ini berarti bahwa setiap peristiwa apabila diresponi dengan berhikmat, pasti mempunyai nilai sediri yang patut diingat dan dihargai. Terlepas dari besar atau kecilnya pelaku sejarah, lama atau singkatnya suatu peristiwa atau sempitnya daerah peristiwa itu.

Atas dasar tersebut, skripsi ini mencoba menjelaskan suatu babakan perburuhan yang suram dan luput dari perhatian yakni sejarah gerakan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) di Medan tahun 1992 – 2012. Dengan berkaca dari keberhasilan yang tumbuh subur dan berkekuatan di masa Orde baru terutama SBSI bahkan eksistensi dan pengaruhnya sampai ke Medan dan Sumatera Utara, maka gerakan serikat buruh di Medan tahun 1994 telah berhasil membawa perubahan penting, baik dalam konteks kehidupan bernegara maupun dalam koteks gerakan buruh itu sendiri. Puncak dari seluruh perjuangan buruh adalah menuntut kebebasan berserikat terjadi pada tahun 1998 ketika pemerintah meratifikasi konvensi ILO No. 87 tentang Kebasan Berserikat dan Perlindungan Hak untuk Berorganisasi.

Dalam skripsi ini juga akan dijelaskan pasca Reformasi mengakibatkan menjamurnya berbagai macam serikat buruh yang juga kemudian di tubuh SBSI sendiri akibat adanya perbedaan pendapat dan perbedaan kepentingan mengakibatkan ada kelompok yang terpisah dari SBSI dan membentuk SBSI kembali dengan nama SBSI 1992. Hal inilah yang menjadi salah satu contoh yang mengakibatkan gerakan buruh sangat terfragmentasi dalam berbagai kelompok, akibatnya akan menyulitkan dalam membangun kekuatan buruh yang solid dan memiliki bargaining sosial politik yang kuat.

Memang harus diakui, gerakan yang dibangun oleh SBSI di Medan mengalami penurunan kualitas. Gerakan yang dilakukan tidak sebanding dengan gerakan buruh tahun 1994 di Medan. Namun terlepas dari pencapaian yang tidak sebanding itu, ada satu fakta yang tidak dapat disangkal dan dapat dijadikan pelajaran adalah bahwa gerakan kritis membela hak – hak ekonomi politiknya akan tetap ada serepresif apapun tindakan yang dilakukan untuk menghalanginya. Gerakan itu pada akhirnya akan mencari dan menemukan bentuk – bentuknya sebagai alternatif.


(5)

KATA PENGANTAR

Pada suatu dasar dan puncaknya, hidup merupakan rangkaian pelayanan demi pelayanan. Kehidupan antara manusia dalam sebuah lingkungan dan bahkan dunia ibarat sebuah mata rantai yang seharusnya tidak terutuskan. Masing-masing bagian dari rantai itu seharusnya saling mengait, saling menguatkan dan saling menghidupkan. Kita masing-masing adalah bagian dari mata rantai itu. Akibatnya pada saat tertentu yang diperlukan, diantara sesama bagian dari mata rantai itu layak untuk saling melayani. Ketika semua rantai itu hanya ingin dilayani maka akan putuslah mata rantai itu. Secara keseluruhan, ketika semua mata rantai itu bersedia saling melayani pada saat yang diperlukan maka mata rantai kehitupan itu akan kuat. Kesatuan pelayanan itu secara bersamaan merupakan pelayanan umat manusia kepada Sang Pencipta.

Skripsi ini merupakan suatu pelayanan dan tanggung jawab saya sebagai bagian dari mata rantai civitas akademika Universitas Negeri Medan. Saya menyadari pekerjaan skripsi ini tidak semata – mata atas kerja pribadi tetapi juga atas pelayanan dari berbagai pihak. Banyak pihak yang setia membantu peneliti dalam mengerjakan skripsi ini, baik dengan memberikan bantuan dalam bentuk materi maupun moral. Terkhusus persembahan saya buat mereka kedua orang tua saya. Namun selain itu, ada sejumlah orang yang berperan penting dalam proses pembuatan skripsi ini sejak dipersiapkan hingga selesai diuji nantinya, mereka-mereka itu adalah :

1. Ayahanda Ashadianto Parapat dan Ibunda Jupida Tanjung S.Pd, yang dengan penuh kasih sayang dan kesabaran meretas jenjang pendidikan saya, sehingga mengerti akan arti ilmu pengetahuan. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik untuk itu.

2. Adinda Alfi Hamdani Parapat, dengan motivasi, guyonan, amarahnya, menjadi penyemangat untuk maju, dan betapa luar biasanya memiliki seorang saudara sepertimu.

3. Dra. Hafnita Sari Dewi Lubis M.Si. Ibu yang penuh budi dan kasih sayang sekaligus Pembimbing Skripsi yang cerdas. Dari awal kuliah sampai


(6)

penelitian, karena bimbingan beliaulah pada akhirnya skripsi ini terselesaikan. Saya ucapkan sama terima kasih seperti apa yang saya ucapkan kepada kedua orang tua saya. Ibu mendapat satu tempat dihati saya. Semoga seluruh kebaikan-kebaikan yang dilakukan dapat balasan yang Kuasa.

4. Kepada Ibunda Dra. Lukitaningsih M.Hum, selaku Ketua Jurusan di jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan, Dari ibu, ananda belajar, belajar kesantunan dan belajar arti pentingnya pelayanan, terima kasih atas pelajaran berharga yang telah diberikan. Ananda mohon maaf atas kelakuan selama ini. Dan juga terimakasih kepada seluruh dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Medan.

5. Terimakasih kepada 3 dosen penguji dan pembanding skripsi. Kepada Dr. Phil. Ichwan Azhari M.S, minatnya yang sangat luas tidak mengurangi ketajaman untuk memberikan kritik dan saran yang amat berguna dalam penyempurnaan skripsi ini. Sejumlah data yang saya perlukan tentang gerakan buruh dapat penulis peroleh, baik dengan meminjam buku ataupun mengcopy data, karena jasa baiknya itu. Kepada Drs. Yushar Tanjung M.Si, yang dengan caranya sendiri menyampaikan kritik membangun pada gagasan penulis yang tidak terang, untuk selanjutnya menunjukkan jalan dan melepas penulis untuk memilih sendiri keputusan yang mau diambil. dan kepada Drs. Ponirin,M.Si, yang dengan sabar dan dalam kesibukannya, selalu tersenyum meskipun penulis selalu buat salah dalam keseharian, saran – saran perbaikan untuk pembuatan skripsi telah menyadarkan penulis bahwa skripsi ini harus mempunyai sumber dan landasan data yang kuat.

6. Terima kasih kepada Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan, beserta staf jajarannya.

7. Terimakasih kepada Drs. H. Restu, M.S selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan beserta staf jajarannya.

8. Terima kasih kepada keluarga besar KSBSI, SBSI 92. Kepada Muchtar Pakpahan, Amosi Telaumbanua, Riswan Lubis, Soniman Lapao, Fatiwanolo Zega, Adijon Sitanggang, Arsula Gultom, Nicholas, sungguh baik hatinya, disela kesibukannya dengan ramah telah menawarkan dan memberikan


(7)

informasi data lewat diskusi–diskusi untuk memberi warna dalam skripsi ini. Bantuan serupa juga diberikan oleh Usaha Tarigan dan Wiskar Pakpahan, terimakasih dengan sabar telah menghadapi peneliti, meminjamkan, memberi artikel–artikel dan buku–buku pribadinya.

9. Terima kasih kepada alumni, senior senioren, kawan-kawan dan adik-adik keluarga besar HMI Komisariat FIS UNIMED.

10. Saudara saya di ekstensi 2008 C.s, Ryan, Sutan, Sinton, Zulfikri, Umar, Arlan, Emil Tarigan terima kasih banyak atas kebersamaan yang sudah dilewati, kebersamaan yang tidak akan pernah terlupakan.

11. Salam hormat dan salam rindu untuk senior di JPS, Andres, Ipoel, Ahmad Alm, Taufik, Ikhsan Syuhada, Jeptha, Suriani, Irma Sari, Leo, Roger dan yang lainnya, terima kasih banyak sudah menjadi bagian penting dari saya.

12. Adik-adik di JPS, Ihsan, Siti, Andika, Aref, Rahmat, Muslim kiri, Aldiva, Nurul, Adam, Vi Je, Desi, dan yang lainnya, terima kasih sudah bertemu, bercanda, dan belajar bersama di JPS.

13. Terima kasih kepada Labura Center, teman RPB, mahasiswa progresif, para penggiat perubahan, Indra, Franki, Herman, Andi Pranata, Balyan, Uji, Haris Muda, Maruntung, kisah - kisah kalian akan jadi renungan baik bagi saya. 14. Andri Armada, Endar, Reza, Miko, Yuli, Zakiyah, dan kawan – kawan PPL

PABAKU 2008 lainnya, teman-teman seperjuangan bukan hanya di PPL melainkan diseluruh kehidupan penulis, terima kasih atas segalanya.

15. Terima kasih kepada keluarga Pak Basuki yang ada di Stabat, bimbingan dan kebersamaan yang sudah dilalui sangat berharga kepada penulis.

16. Selanjutnya keluarga pasangan Tomi Utomo-Inggrid H.E Siregar yang lebih

akrab penulis panggil ”Tomi-Ingge”, rekan peneliti yang dengan ramah telah

menawarkan fasilitas komputer dan perpustakaaan pribadinya sehingga penulis amat dibantu. Lebih dari itu, Tomi yang selalu bersedia membaca draf skripsi, memberi kritik dan saran untuk perbaikan isinya.

17. Beta Ria Syarifudin, My Inspiration, untuk dukungan, diskusi, dan perhatiannya kepada penulis.


(8)

18. Valentina Ginting yang sampai sekarang mempunyai satu ruang dalam hati, ingin rasanya saya tuliskan semua kebaikan untuknya diatas, tapi saya hanya katakan, saya masih menyayaginya. Tetaplah semangat dan raih cita–cita. Demikian, semoga Allah terus membalas semuanya dengan balasan pahala yang berganda. Semoga skripsi ini dapat memberi kontribusi positif dalam tradisi keilmuaan dan memperkaya khazanah ilmu gerakan sosial dalam masyarakat kita.

Wassalam.

Medan, 25 Mei 2012

Airul Azwan Parapat NIM. 308321006


(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada umumnya kaum buruh1 selalu menuntut hak – hak normatifnya berupa upah yang layak diberikan kepada mereka. Selain itu bagi buruh perempuan, hak untuk mendapatkan cuti haid dan hamil mereka serta menolak penggunaan pekerjaan anak - anak. Selain itu pengusaha juga bertindak semena-mena terhadap buruh, seperti PHK dan penganiayaan acap kali terjadi dan juga pelecehan seks. Upah buruh yang rendah, jam kerja yang panjang, banyak perusahaan membuat jam kerja 08.00 pagi sampai dengan jam 18.00 sore ada yang dengan perhitungan lembur tetapi wajib lembur, serta perhitungan lembur yang tidak jelas. Ada yang dipaksa kerja pada hari libur dan minggu, bila tidak kerja di PHK-kan. Ada yang tidak menghitung lembur dan acap kali buruh dianiaya oleh oknum ABRI bila buruh menuntut haknya2. Namun semua tuntutan ini tidak dapat terwujud apabila hanya diperjuangkan sendiri saja, dalam kondisi

1Istilah buruh sendiri masih merupakan bahan perdebatan dari zaman ke zaman. Perdebatan

tersebut terkait pada bahasa. Apakah akan mempergunakan istilah buruh atau istilah karyawan yang secara umum sama-sama berarti pekerja. Sistem-sistem seperti bahasa memang digunakan oleh kelompok-kelompok sosial untuk mencapai tujuan tertentu. Namun dalam hal ini yang dimaksud dengan buruh adalah seseorang yang bekerja pada orang lain (lazimnya disebut majikan) dengan menerima upah dan sekaligus mengesampingkan persoalan antara pekerjaan bebas dan pekerjaan yang dilakukan, di bawah pimpinan orang lain dan mengesampingkan pula persoalan antara pekerjaan dengan pekerja. Lihat Haliti Toha dan Hari Pramono, hubungan kerja antara majikan dan buruh, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hal 3.

2Rangkuman dari Sharing and Reflexion PBN (Pertemuan Buruh Nasional) bertempat di


(10)

tersebut, sangat diperlukan peran penting sarikat buruh3 dalam mensejahterakan kaum buruh.

Setiap kurun waktu, gerakan serikat buruh mempunyai persamaan umum di setiap wilayah Indonesia yakni menuntut hak –hak normatif tersebut. Gerakan buruh juga tidak terlepas dari pengaruh iklim perpolitikan Indonesia. Hal inilah yang menyebabkan munculnya perbedaan metode serikat buruh (kooperatif atau nonkoperatif) besar atau kecil dan berhasil atau gagalnya perjuangan serikat buruh4. Masa orde lama gerakan serikat buruh diwarnai dengan perjuangan politik praktis yakni tergabung atau menjadi underbrow dari partai politik. Konsentrasi Buruh Kerakyatan Indonesia (KBKI) dengan Partai Nasional Indonesia (PNI), Serikat Buruh Islam Indonesia (SBII) dengan MASYUMI, Serikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI) dengan Partai Nahdatul Ulama, Sentral Organisasi Buruh Indonesia (SOBSI) dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Kuatnya pengaruh politik untuk mempengaruhi metode dan orientasi gerakan serikat buruh sudah terbukti secara historis. Ini terlihat dalam kebijakan pemerintah orde lama yang banyak membubarkan partai politik5.

3Yang dimaksud dengan serikat buruh adalah organisasi buruh di luar perusahaan yang

didirikan oleh pekerja untuk melindungi atau memperbaiki status ekonomi dan sosialnya melalui perjuangan atau usaha kolektif. Lihat KBBI, Jakarta: Balai Pustaka,1990, hal, 826.

4Soegiro DS dan Edi Cahyono, Gerakan Serikat Buruh: Zaman Kolonial, Hindia Belanda

hingga Orde Baru, Makalah tanpa penerbit, 1990 Jakarta, hal 20.

5

Beberapa Partai Politik yang dilarang adalah Masyumi dan PSI, ini terjadi pada bulan Agustus 1960. selain partai politik, beberapa tokoh yang dianggap berseberangan dengan Soekarno dijebloskan ke penjara. Diantaranya yaitu, Syarifuddin, Natsir, Simbolon, Burhanuddin, Syahrir, dll. Lihat M.C Ricklefts, Darmono Hardjowidjono, Sejarah Indonesia Modern, Jogjakarta : Gadjah mada University Press, 2005, hal 406 dan 408.


(11)

Orde baru bergerak cepat merekontruksi perekonomian Indonesia sementara para aktivis buruh meregang nyawa di tangan para pembunuh.6 Orde baru membuka pintu lebar – lebar kepada perusahaan – perusahaan asing. Soeharto juga membuka pintu bagi mengalirnya pinjaman luar negeri untuk berbagai proyek yang kemudian dikelola oleh mitra–mitra dan kerabat dekatnya.

Selain itu, orde baru juga membuat gerakan serikat buruh berorientasi pada ekonomi. Dengan bantuan Frederick Ebert Stiftung (FES) disusunlah sebuah konsep baru serikat buruh Indonesia yang akan di dukung oleh orde baru yaitu gerakan serikat buruh harus sama sekali lepas dari kekuatan politik manapun, keuangan organisasi tidak boleh tergantung pada pihak luar, kegiatan serikat buruh dititikberatkan pada soal – soal sosial ekonomi yakni hubungan industrial. Penataan ulang serikat – serikat buruh yang mengarah pada penyatuan, perombakan pada struktur keserikat buruhan, mengarah pada serikat pekerja untuk masing–masing lapangan pekerjaan7.

Setidaknya, itulah prinsip yang dicanangkan secara teoritik, orde baru hanya mengijinkan satu wadah serikat buruh. Serikat-serikat buruh independent yang sebelumnya lahir pada masa Orde Lama di bawah pimpinan presiden Soekarno, dipaksa unifikasi ke SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia) oleh Menteri Tenaga Kerja eks-militer Sudomo. Kejadian ini yang membuat buruh kecewa terhadap SPSI. Mulailah muncul LSM-LSM perburuhan yang

6Sebagian besar diantara mereka adalah yang tergabung dalam Sentral Organisasi Buruh

Seluruh Indonesia (SOBSI), Barisan Tani Indonesia (BTI) dan Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani). Lihat Ibid, hal 9.

7 Frederick Ebert Stiftung (FES) adalah sebuah yayasan milik Partai Sosial Demokrat

Jerman yang pro pasar bebas, bekerja sama dengan yayasan Tenaga Kerja Indonesia (YTKI) merekontruksi gerakan buruh melalui sebuah seminar yang disponsori oleh FES di Jakarta tahun 1971.


(12)

mengorganisir dan mengadvokasi buruh. Buruh-buruh yang kecewa banyak melakukan unjuk rasa liar (wild cat strike). Kelompok Muchtar Pakpahan, Abdulrahman Wahid, sebagian kecil LSM daerah, setuju memperkenalkan wadah serikat buruh alternatif. Singkatnya, pada tanggal 22-25 April 1992 diadakan Pertemuan Buruh Nasional di Cipayung, Bogor. Dihadiri oleh 104 aktifis LSM dan wakil buruh. Pada tanggal 25 April 1992, didirikanlah Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI), dengan menunjuk Muchtar Pakpahan sebagai Ketua Umum8.

Deklarasi ini selanjutnya menandai dimulainya sebuah sejarah baru pergerakan awal serikat buruh independen di Indonesia. Deklarasi ini selanjutnya mendapat respon negatif dari pemerintah saat itu. Terbentuknya SBSI, membuat semakin banyak gerakan – gerakan sosial yang terjadi di Indonesia, titik berat gerakan SBSI adalah pembelaan terhadap kaum buruh. Terlebih lagi peristiwa gerakan buruh 14 April 1994 yang terjadi di Medan, SBSI terlibat total didalamnya9.

Senada dengan itu, peristiwa lahirnya SBSI pada 25 April 1992 sampai kepada peristiwa gerakan buruh SBSI 14 April 1994 yang terjadi di Medan menjadi salah satu faktor tujuan melakukan penelitian dalam mengkaji gerakan SBSI di Kota Medan. Kota Medan juga patut menjadi salah satu referensi, karena kota Medan termasuk salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki sejarah penting dalam gerakan sosial buruh di Indonesia.

8(lihat http//www:ksbsi.org.org) 9Lihat Harian Kompas, 17 April 1994


(13)

Gerakan SBSI juga tidak hanya sebatas kampanye melainkan juga mereka terlibat dalam proses pengambilan kebijakan yang menyangkut kebijakan perburuhan. Seperti dalam kebijakan Upah Minimum Provinsi (UMP), SBSI ikut mengambil keputusan yaitu dalam keterlibatannya dalam Dewan Pengupahan Daerah (DEPEDA)10. Setiap gerakan yang dilakukan SBSI pada dasarnya adalah sebuah perlawanan terhadap kepentingan kaum buruh, sehingga untuk mengubah kebijakan agar dapat berpihak kepada buruh merupakan sebuah peranan yang harus mereka lakukan sebagai salah satu tugas utama dari gerakan sosial. Atas dasar ini juga penulis tertarik untuk melakukan penelitian gerakan buruh yang dilakukan oleh SBSI. Konsep dan strategi gerakan perjuangan SBSI dalam memperjuangan kepentingan buruh dan juga perjuangan terhadap Kebijakan Upah Minimum untuk buruh dari tahun 1992 sampai dengan 2012 menjadi warna yang sangat penting untuk dikaji dalam penelitian gerakan sosial buruh yang dilakukan oleh SBSI.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian gerakan yang dilakukan oleh SBSI dengan harapan kita dapat tersadar dan lebih peduli terhadap kaum buruh. Dan juga, penulis tertarik untuk menjadikan SBSI sebagai fokus penelitian terhadap Sejarah gerakan serikat buruh dikota Medan Sumatera Utara. Penelitian yang berjudul “Sejarah Gerakan Serikat Buruh Sejahtera

Indonesia (SBSI) di Kota Medan Tahun 1992-2012”ini diharapkan melahirkan

10Hutabarat, H, Tua Dilema Keterlibatan Serikat Buruh dalam Dewan Pengupahan, Tabloid


(14)

pemahaman kritis kondisi perjuangan,ketertindasan gerakan serikat buruh di kota Medan, Sumatera Utara.

B. Identifikasi Masalah

Bertolak dari latar belakang masalah di atas maka yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

1. Latar belakang sejarah berdirinya Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Medan

2. Konsep dan strategi gerakan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) memperjuangkan hak–hak kaum buruh di kota Medan tahun 1992 - 2012 3. Sejarah gerakan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) dalam

menentang implementasi kebijakan perburuhan yang tidak sesuai dengan prosedur di kota Medan tahun 1992 - 2012

C. Pembatasan Masalah

Berdasakan identifikasi masalah tersebut, maka penulis menetapkan batasan penelitian adalah “Sejarah Gerakan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) di Kota Medan Tahun 1992-2012”.

D. Perumusan Masalah

Bertolak dari permasalahan diatas maka secara singkat perumusan masalah dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana latar belakang sejarah berdirinya SBSI di kota Medan?

2. Bagaimana konsep dan strategi gerakan SBSI dalam memperjuangkan hak – hak kaum buruh di kota Medan tahun 1992–2012?


(15)

3. Bagaimana sejarah gerakan SBSI dalam menentang implementasi kebijakan perburuhan yang tidak sesuai dengan prosedur di kota Medan tahun 1992-2012?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini yakni adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui latar belakang sejarah berdirinya Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Medan.

2. Untuk mengetahui konsep dan strategi gerakan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) dalam memperjuangkan hak – hak kaum buruh di kota Medan tahun 1992–2012.

3. Untuk mengetahui sejarah gerakan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) dalam menentang implementasi kebijakan perburuhan yang tidak sesuai dengan prosedur di kota Medan tahun 1992–2012.

F. Manfaat Penelitian

Dengan melihat apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka hasilnya dapat bermanfaat bagi kita semua, terkhusus secara:

1. Akademis, penelitian ini dapat menambah referensi ilmu pengetahuan dan karya ilmiah lembaga pendidikan dan masyarakat berupa literatur atau bahan bacaan yang berkaitan langsung dengan gerakan perjuangan serikat buruh di Kota Medan.


(16)

2. Praktis, penelitian ini dapat diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi para pelaku gerakan sosial dalam menentang kebijakan kapitalisme khususnya bagi serikat buruh.

3. Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam studi gerakan sosial khususnya peranan serikat buruh.

4. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berfikir, melalui karya ilmiah dalam penelitian


(17)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Gerakan buruh yang pada hakikatnya adalah konsekuensi yang diitimbulkan dari realitas sistem ekonomi politik yang tidak sesuai dengan kepentingan rakyat/buruh maka akan terus melakukan perlawanannya sampai tuntutan kaum buruh dapat terpenuhi. Gerakan buruh yang sedang dibangun juga tidak hanya menginginkan terjadinya perubahan dalam relasi antara pengusaha dan buruh tetapi lebih dari itu yaitu perubahan dalam sistem ekonomi politiknya. Sulitnya posisi kaum buruh dalam memperjuangkan kesejahteraannya tidak hanya disebababkan oleh factor internal perusahaan, tetapi lebih dari itu ada sebuah sistem yang menyebabkan kondisi penghisapan dan penindasan kaum buruh.

Masa orde baru, gerakan SBSI memiliki dinamika tersendiri dalam kajian gerakan serikat buruh. Berusaha membangun gerakan buruh yang progresif, mandiri dan independent demi tercapainya kesejahteraan buruh yang layak. Banyaknya organisasi dan serikat buruh yang bermunculan ke permukaan masa reformasi adalah sebagai indikator perubahan yang sangat besar dalam gerakan serikat buruh. Gerakan buruh di masa ini semakin berkembang dan semakin reaktif dalam melakukan perlawanan untuk memperjuangkan kesejahteraan mereka walaupun hasil yang didapat belumlah memberikan sebuah perubahan yang signifikan bagi para buruh secara keseluruhan.


(18)

Adapun yang menjadi catatan penting dalam sejarah perjalanan gerakan serikat buruh SBSI yang dapat dijadikan bahagian dari kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Dr. Muchtar Pakpahan, SH. MA adalah seorang yang cinta bangsa Indonesia, penganut ajaran kristen, seorang intelektual dan seorang pengabdi hukum , dan juga mantan Ketua Umum DPP SBSI.

2. Masa Orde baru pengusaha dapat bertindak sewenang – wenang terhadap buruh, seperti PHK, penganiayaan dan juga pelecehan.

3. DPC SBSI Medan terbentuk pada tanggal 2 Agustus 1992 yang anggota pengurusnya adalah Amosi Telaumbanua (Ketua Umum), Soniman Lapao (Wakil Ketua), Riswan Lubis (Sekretaris), Fatiwanolo Zega (Wakil Sekretaris), dan Hayati (Bendahara)

4. Aksi buruh 1994 terjadi karena tidak tanggapnya aparat pemerintah terkait, Depnaker, Pemda Tk-I, dan pihak keamanan, serta tingkah laku pengusaha yang memeras buruh.

5. Unjuk rasa 14 April 1994 menetapkan empat butir tuntutan kepada Gubernur Sumatera Utara yaitu : (1). Tuntaskan kematian Rusli, (2). Tuntaskan Kasus PT. Korek Api Deli, (3). Naikkan upah buruh menjadi Rp. 7.000,-/hari dam (4). Beri kebebasan berserikat dengan mendaftarkan SBSI sebagai serikat buruh.

6. DPC SBSI Medan lahir adalah untuk memperjuangkan nasib buruh, gerakan buruh yang dilakukan bukanlah gerakan yang bersifat berpihak kepada kaum


(19)

pengusaha atau pemodal (tidak menjadikan buruh sebagai fokus eksploaitasi sendiri demi kepentingan SBSI )

7. DPC SBSI Medan dalam memaksimalkan gerakan buruh juga memberikan perhatian dalam memperkuat pola pendidikan buruh dan memperkuat struktur organisasi.

8. Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 7 November 1994 mengadili Dr. Muchtar Pakpahan, SH. MA, dengan hukuman penjara 3 tahun dan telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana kejahatan :

a. Menghasut yang dilakukan secara terus menerus dan diancam hukuman dalam pasal 16 No.64 ayat 1 KUHP Pidana.

b. Menyebarluaskan tulisan yang isinya menghasut dan diancam hukuman dalam pasa 161 ayat 1 KUHP Pidana.

9. Putusan Mahkamah Agung RI pada tanggal 27 September 1995 mengadili mengabulkan permohonan kasasi Dr. Muchtar Pakpahan, SH. MA, tersebut dengan Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi di Medan tanggal 16 Januari 1995 Nomor 188/Pid/1994/P.T.MDN, dan Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 7 November 1994 Nomor 966/Pid.B/1994/PN.MDN. Dan menyatakan tidak terbukti secara syah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya.

10. Gerakan yang dibangun SBSI tidak hanya sampai pada tahap pembangunan isu saja, akan tetapi banyak kasus – kasus yang dapat diperjuangkan secara maksimal.


(20)

11. Gerakan buruh yang dibangun oleh DPC SBSI Medan adalah bahagian dari kerja sama DPP SBSI Jakarta dan LSM – LSM yang peduli terhadap kepentingan Buruh.

12. SBSI terlibat dalam Dewan Pengupahan Daerah (Depeda) Sumatera Utara. 13. SBSI pada Kongres ke III di Jakarta mengeluarkan dari kogres sebagian

orang yang dipimpin oleh Tohap Simanungkalit.

14. SBSI pada kongres ke III berubah nama menjadi KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia)

15. Tohap Simanungkalit membentuk organisasi buruh yang bernama SBSI 1992.

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tentang gerakan buruh melalui SBSI yang digunakan sebagai sampel penelitian, maka dapat dijelaskan tentang bagaimana sebenarnya gambaran umum gerakan serikat buruh saat ini atau refleksi yang didapat dari gerakan buruh secara keseluruhan berdasarkan penelitian yang dilakukan di SBSI Medan.

B. Saran

Demi terwujudnya sebuah gerakan buruh yang kuat dan konsisten yang tentunya dapat memberikan hasil yang bearti bagi buruh tidak cukup hanya memanfaatkan kondisi politik saat ini, tetapi juga harus berjuang dalam pola perjuangan yang lebih kuat dan terarah.

Gerakan buruh yang dibangun hendaknya tidak dipengaruhi oleh sebagian kepentingan golongan lagi, akan tetapi kemunculan kekuatan buruh yang didasarkan dari rasa ketertindasan dan pembodohan yang dilakukan oleh penguasa


(21)

liberalime terhadap buruh. Kemudian gerakan buruh juga harus lebih memantapkan strategi politis melalui proses legitimasi di kalangan elite pemerintah dengan memperkuat kapasitas SBSI untu berunding ketimbang harus berjuang secara frontal dan anarkis, tentu saja mogok dan unjuk rasa tetap bisa dilakukan untuk mempercepat terjadinya perundingan dan mendesak diterimanya usulan buruh, hanya saja jangan pernah dilakukan secara prontal dan anarkis.

Kemudian serikat buruh juga harus mengkampanyekan ke masyarakat, bahwa organisasi serikat buruh tidak menjadi penghalang masuknya investasi asing, justru dengan kehadiran serikat buruh menyumbang terhadp terciptanya kedamaian proses industri. Dan terakhir, serikat buruh harus berupaya mendorong penyatuan gerakan serikat buruh. Masa reformasi ditandai dengan kebebasan munculnya berbagai macam organisasi serikat buruh. Untuk menguatkan perjuangan buruh, seharusnya serikat buruh yang kecil akan lebih baik jika bergabung dengan serikat buruh yang besar, bergabung dalam satu konfederasi dengan perjuangan yang sama tanpa harus menyatu dalam satu wadah. Gerakan buruh juga tidak harus gerakan nasionalis, tetapi gerakan internasionalis. Melihat kenyataan bahwa adanya kemiskinan, ketidak adilan dan ketimpangan ekonomi yang dialami buruh lebih banyak berasal dari kebijakan internasional, maka alangkah lebih baiknya untuk menanggapinya dengan gerakan buruh internasionalis.


(22)

DAFTAR PUSTAKA

Arsip Pustaka Humaniora Medan

Agnes, Widanti, 2008, Buruh di sektor industri dalam perdagangan Global. Makalah Saresehan Nasional dan Kongres Forum Mahasiswa Syaariah Seluruh Indonesia (FORMASI). Semarang, 27 Maret 2008.

Anne, Banwell, 2001, SBSI and the Trade Union Bill, Case Study II, Jakarta Aldentua, Siringo-ringo, Tumpal, Sihite, 1996, Rakyat Menggugat (Dr. Muchtar

Pakpahan, SH, M.A), Pustaka FAS, Jakarta.

Andre, Gortz, 2005, Revolusi dan Sosialisme, Resisst Book, Yogyakarta.

Arbi, Sanit, 1981, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta kekuatan Politik dan Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Basri, 2006, Metodologi Penelitian Sejarah, (Pendekatan Teori atau Praktek), Restu Agung, Jakarta.

Budiarjo, 1992, Aspek Kekuasaan dari kedudukan, Aksara Baru, Jakarta Depdikbud. 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta.

DR. Vedi R. Hadiz : Gerakan Buruh Sangat Terfragmentasi, wawancara dengan Coen Husain Pontoh yang dimuat di Indoprogrss.blogspot.(akses, 2 Juni 2012)

Waluyo, Tunjang, 2008, Pelanggaran Kebebasan Berserikat Di Era Reformasi, DEN-KSBSI, Jakarta

Faturrohman, Deden, dkk, 2004, Pengantar Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta. Fedyani, Acmad, 2002, Pembangunan dan Krisis : Memetakan Perekonomian

Indonesia, Grasindo, Jakarta

Gindo, Nadapdap, SH, 2011, Advokasi Untuk Rakyat, Makalah, 2011

Hisyam, Muhammad, 2003, Krisis Masa Kini dan Orde Baru, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

http//www:ksbsi.org.org. (akses Februari–April 2011)

Hutabarat, H, Tua, 2005, Dilema Keterlibatan Serikat Buruh dalam Dewan

Pengupahan, Tabloid Protes, Edisi Januari 2005 : 15-16

Ita, F, Nadia, 2007, Suara Perempuan Korban Tragedi 1965, Galang Press, Yogyakarta

Kaplan, David, dkk, 2002, Teori Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Kartono, Kartini, 1982. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnoral itu?, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Koentowijoyo, Dr, 2003, Metodologi Sejarah, Tiara wacana, Yogyakarta. Luxemburg, Rosa, 2000, Pemogokan Massa, Gelombang Pasang, Yogyakarta. Materi Kongres VI KSBSI, Jakarta, 24-27 April 2011.

Reid, Anthoniy, 1987, Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, CV.Mulia Sari, Jakarta.

Rekson, Silaban, 2009, Reposisi Gerakan Buruh : Peta Jalan Gerakan Buruh Indonesia Pasca Reformasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Ricklefts, M.C, Darmono Hardjowidjono, 2005, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah mada University Press, Jogjakarta


(23)

Tamburaka, H. Rustam E, 1999, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat

Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK, Rieneka Cipta, Jakarta.

Soegiro, DS dan Edi, Cahyono, (1999), Gerakan Serikat Buruh: Zaman

Kolonial, Hindia Belanda hingga Orde Baru, Makalah tanpa penerbit.

Tarrow, 1966, Social Movement in Contentious Politics : A Review, Remaja Rosdakarya, Bandung

Toha, Haliti dan Hari, Pramono, 1897, Hubungan Kerja Antara Majikan Dan

Buruh, Bina Aksara, Jakarta

Pengadilan Negeri Medan, 1994, Pledoi Muchtar Pakpahan, Medan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi No. Per-17/Men/2005/tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian KHL

Zaiyardan, Zubir, 2002, Radikalisme Kaum Pinggiran : Studi tentang Idiologi, Isu, Strategi, dan Dampak Gerakan, Insist Pres, Yogyakarta.


(1)

Adapun yang menjadi catatan penting dalam sejarah perjalanan gerakan serikat buruh SBSI yang dapat dijadikan bahagian dari kesimpulan adalah sebagai berikut :

1. Dr. Muchtar Pakpahan, SH. MA adalah seorang yang cinta bangsa Indonesia, penganut ajaran kristen, seorang intelektual dan seorang pengabdi hukum , dan juga mantan Ketua Umum DPP SBSI.

2. Masa Orde baru pengusaha dapat bertindak sewenang – wenang terhadap buruh, seperti PHK, penganiayaan dan juga pelecehan.

3. DPC SBSI Medan terbentuk pada tanggal 2 Agustus 1992 yang anggota pengurusnya adalah Amosi Telaumbanua (Ketua Umum), Soniman Lapao (Wakil Ketua), Riswan Lubis (Sekretaris), Fatiwanolo Zega (Wakil Sekretaris), dan Hayati (Bendahara)

4. Aksi buruh 1994 terjadi karena tidak tanggapnya aparat pemerintah terkait, Depnaker, Pemda Tk-I, dan pihak keamanan, serta tingkah laku pengusaha yang memeras buruh.

5. Unjuk rasa 14 April 1994 menetapkan empat butir tuntutan kepada Gubernur Sumatera Utara yaitu : (1). Tuntaskan kematian Rusli, (2). Tuntaskan Kasus PT. Korek Api Deli, (3). Naikkan upah buruh menjadi Rp. 7.000,-/hari dam (4). Beri kebebasan berserikat dengan mendaftarkan SBSI sebagai serikat buruh.

6. DPC SBSI Medan lahir adalah untuk memperjuangkan nasib buruh, gerakan buruh yang dilakukan bukanlah gerakan yang bersifat berpihak kepada kaum


(2)

pengusaha atau pemodal (tidak menjadikan buruh sebagai fokus eksploaitasi sendiri demi kepentingan SBSI )

7. DPC SBSI Medan dalam memaksimalkan gerakan buruh juga memberikan perhatian dalam memperkuat pola pendidikan buruh dan memperkuat struktur organisasi.

8. Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 7 November 1994 mengadili Dr. Muchtar Pakpahan, SH. MA, dengan hukuman penjara 3 tahun dan telah terbukti bersalah melakukan tindak pidana kejahatan :

a. Menghasut yang dilakukan secara terus menerus dan diancam hukuman dalam pasal 16 No.64 ayat 1 KUHP Pidana.

b. Menyebarluaskan tulisan yang isinya menghasut dan diancam hukuman dalam pasa 161 ayat 1 KUHP Pidana.

9. Putusan Mahkamah Agung RI pada tanggal 27 September 1995 mengadili mengabulkan permohonan kasasi Dr. Muchtar Pakpahan, SH. MA, tersebut dengan Membatalkan putusan Pengadilan Tinggi di Medan tanggal 16 Januari 1995 Nomor 188/Pid/1994/P.T.MDN, dan Putusan Pengadilan Negeri Medan tanggal 7 November 1994 Nomor 966/Pid.B/1994/PN.MDN. Dan menyatakan tidak terbukti secara syah dan meyakinkan bersalah melakukan kejahatan yang didakwakan kepadanya.

10. Gerakan yang dibangun SBSI tidak hanya sampai pada tahap pembangunan isu saja, akan tetapi banyak kasus – kasus yang dapat diperjuangkan secara maksimal.


(3)

11. Gerakan buruh yang dibangun oleh DPC SBSI Medan adalah bahagian dari kerja sama DPP SBSI Jakarta dan LSM – LSM yang peduli terhadap kepentingan Buruh.

12. SBSI terlibat dalam Dewan Pengupahan Daerah (Depeda) Sumatera Utara. 13. SBSI pada Kongres ke III di Jakarta mengeluarkan dari kogres sebagian

orang yang dipimpin oleh Tohap Simanungkalit.

14. SBSI pada kongres ke III berubah nama menjadi KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia)

15. Tohap Simanungkalit membentuk organisasi buruh yang bernama SBSI 1992.

Berdasarkan kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian tentang gerakan buruh melalui SBSI yang digunakan sebagai sampel penelitian, maka dapat dijelaskan tentang bagaimana sebenarnya gambaran umum gerakan serikat buruh saat ini atau refleksi yang didapat dari gerakan buruh secara keseluruhan berdasarkan penelitian yang dilakukan di SBSI Medan.

B. Saran

Demi terwujudnya sebuah gerakan buruh yang kuat dan konsisten yang tentunya dapat memberikan hasil yang bearti bagi buruh tidak cukup hanya memanfaatkan kondisi politik saat ini, tetapi juga harus berjuang dalam pola perjuangan yang lebih kuat dan terarah.

Gerakan buruh yang dibangun hendaknya tidak dipengaruhi oleh sebagian kepentingan golongan lagi, akan tetapi kemunculan kekuatan buruh yang didasarkan dari rasa ketertindasan dan pembodohan yang dilakukan oleh penguasa


(4)

liberalime terhadap buruh. Kemudian gerakan buruh juga harus lebih memantapkan strategi politis melalui proses legitimasi di kalangan elite pemerintah dengan memperkuat kapasitas SBSI untu berunding ketimbang harus berjuang secara frontal dan anarkis, tentu saja mogok dan unjuk rasa tetap bisa dilakukan untuk mempercepat terjadinya perundingan dan mendesak diterimanya usulan buruh, hanya saja jangan pernah dilakukan secara prontal dan anarkis.

Kemudian serikat buruh juga harus mengkampanyekan ke masyarakat, bahwa organisasi serikat buruh tidak menjadi penghalang masuknya investasi asing, justru dengan kehadiran serikat buruh menyumbang terhadp terciptanya kedamaian proses industri. Dan terakhir, serikat buruh harus berupaya mendorong penyatuan gerakan serikat buruh. Masa reformasi ditandai dengan kebebasan munculnya berbagai macam organisasi serikat buruh. Untuk menguatkan perjuangan buruh, seharusnya serikat buruh yang kecil akan lebih baik jika bergabung dengan serikat buruh yang besar, bergabung dalam satu konfederasi dengan perjuangan yang sama tanpa harus menyatu dalam satu wadah. Gerakan buruh juga tidak harus gerakan nasionalis, tetapi gerakan internasionalis. Melihat kenyataan bahwa adanya kemiskinan, ketidak adilan dan ketimpangan ekonomi yang dialami buruh lebih banyak berasal dari kebijakan internasional, maka alangkah lebih baiknya untuk menanggapinya dengan gerakan buruh internasionalis.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arsip Pustaka Humaniora Medan

Agnes, Widanti, 2008, Buruh di sektor industri dalam perdagangan Global. Makalah Saresehan Nasional dan Kongres Forum Mahasiswa Syaariah Seluruh Indonesia (FORMASI). Semarang, 27 Maret 2008.

Anne, Banwell, 2001, SBSI and the Trade Union Bill, Case Study II, Jakarta Aldentua, Siringo-ringo, Tumpal, Sihite, 1996, Rakyat Menggugat (Dr. Muchtar

Pakpahan, SH, M.A), Pustaka FAS, Jakarta.

Andre, Gortz, 2005, Revolusi dan Sosialisme, Resisst Book, Yogyakarta.

Arbi, Sanit, 1981, Sistem Politik Indonesia: Kestabilan, Peta kekuatan Politik dan Pembangunan, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Basri, 2006, Metodologi Penelitian Sejarah, (Pendekatan Teori atau Praktek), Restu Agung, Jakarta.

Budiarjo, 1992, Aspek Kekuasaan dari kedudukan, Aksara Baru, Jakarta Depdikbud. 1990, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka Jakarta.

DR. Vedi R. Hadiz : Gerakan Buruh Sangat Terfragmentasi, wawancara dengan Coen Husain Pontoh yang dimuat di Indoprogrss.blogspot.(akses, 2 Juni 2012)

Waluyo, Tunjang, 2008, Pelanggaran Kebebasan Berserikat Di Era Reformasi, DEN-KSBSI, Jakarta

Faturrohman, Deden, dkk, 2004, Pengantar Ilmu Politik, Rineka Cipta, Jakarta. Fedyani, Acmad, 2002, Pembangunan dan Krisis : Memetakan Perekonomian

Indonesia, Grasindo, Jakarta

Gindo, Nadapdap, SH, 2011, Advokasi Untuk Rakyat, Makalah, 2011

Hisyam, Muhammad, 2003, Krisis Masa Kini dan Orde Baru, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta.

http//www:ksbsi.org.org. (akses Februari–April 2011)

Hutabarat, H, Tua, 2005, Dilema Keterlibatan Serikat Buruh dalam Dewan Pengupahan, Tabloid Protes, Edisi Januari 2005 : 15-16

Ita, F, Nadia, 2007, Suara Perempuan Korban Tragedi 1965, Galang Press, Yogyakarta

Kaplan, David, dkk, 2002, Teori Budaya, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Kartono, Kartini, 1982. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnoral itu?, Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Koentowijoyo, Dr, 2003, Metodologi Sejarah, Tiara wacana, Yogyakarta. Luxemburg, Rosa, 2000, Pemogokan Massa, Gelombang Pasang, Yogyakarta. Materi Kongres VI KSBSI, Jakarta, 24-27 April 2011.

Reid, Anthoniy, 1987, Perjuangan Rakyat : Revolusi dan Hancurnya Kerajaan di Sumatera, CV.Mulia Sari, Jakarta.

Rekson, Silaban, 2009, Reposisi Gerakan Buruh : Peta Jalan Gerakan Buruh Indonesia Pasca Reformasi, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.

Ricklefts, M.C, Darmono Hardjowidjono, 2005, Sejarah Indonesia Modern, Gadjah mada University Press, Jogjakarta


(6)

Tamburaka, H. Rustam E, 1999, Pengantar Ilmu Sejarah, Teori Filsafat Sejarah, Sejarah Filsafat dan IPTEK, Rieneka Cipta, Jakarta.

Soegiro, DS dan Edi, Cahyono, (1999), Gerakan Serikat Buruh: Zaman Kolonial, Hindia Belanda hingga Orde Baru, Makalah tanpa penerbit. Tarrow, 1966, Social Movement in Contentious Politics : A Review, Remaja

Rosdakarya, Bandung

Toha, Haliti dan Hari, Pramono, 1897, Hubungan Kerja Antara Majikan Dan Buruh, Bina Aksara, Jakarta

Pengadilan Negeri Medan, 1994, Pledoi Muchtar Pakpahan, Medan.

Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Tranmigrasi No. Per-17/Men/2005/tentang komponen dan pelaksanaan tahapan pencapaian KHL

Zaiyardan, Zubir, 2002, Radikalisme Kaum Pinggiran : Studi tentang Idiologi, Isu, Strategi, dan Dampak Gerakan, Insist Pres, Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Gerakan Serikat Buruh Di Medan 1971-1990

0 28 78

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENOLAKAN BURUH TERHADAP REVISI UU NO.13 TAHUN 2003 TENTANG KETENAGA KERJAAN (Studi kasus pada Asosiasi Pekerja Sejahtera Malang (APSM) dan Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) Kota Malang)

0 3 2

GERAKAN BURUH DI AMERIKA SERIKAT

0 17 21

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 9

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 1

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 16

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 22

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara) Chapter III VI

0 1 57

Fungsi Advokasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia 1992 Dalam Memperjuangkan Hak Normatif Buruh (Studi Kasus pada Dewan Pimpinan Daerah Serikat Buruh Sejahterah Indonesia 1992 Sumatra Utara)

0 0 2

DINAMIKA DAN PERAN SERIKAT BURUH SEJAHTERA INDONESIA DALAM MEMPERJUANGKAN HAK-HAK BURUH DI SURAKARTA TAHUN 1992 -2008

0 6 22