xxx
B. Kerangka Berpikir
Keterangan
Orgnisasi Wanita Taman Siswa
Pengembangan Pendidikan
Deskripsi Pendidikan pria dan wanita
R.A Kartini
Gerakan Emansipasi Wanita
Nyi Hajar Dewaantara Taman Siswa
xxxi Pada jaman penjajahan Belanda masyarakat memandang kedudukan
wanita lebih rendah dari pria masyarakat menggap mahkluk kelas dua segala- segalanya dibawah kaum pria. Wanita Indonesia dipandang tugas utamanya dalam
rumah tangga maka mereka dapat saja diabaikan dalam program-program pembangunan yang tidak menyangkut kesejahteraan keluarga. Karena wainta
Indonesia tugas utamanya adalah sebagai ibu rumah tangga maka apabila mereka harus bekerja majikan mereka akan memberikan upah rendah dari pada pekerja
pria. Maka wanita-wanita terpelajar pada waktu itu seperti R.A Karitini dan
Nyi Hajar Dewantara tidak dapat menerima anggapan semacam itu. R.A Kartini dan Nyi Hajar Dewantara berusaha mengubah pandangan dan anggapan
masyarakat itu dengan mangadakan kegiatan-kegiatan yang menunjukkan bahwa wanita pada hakikatnya sama martabat dan derajatnya dengan kaum pria.
Kemudian muncul adanya gerakan emasipasi wanita Indonesia, yang orientasinya ditekankan pada tingkatan kecerdasan secara individu yaitu dengan
melalui pendidikan. Sasaran yang lebih jauh yang ingin dicapai adalah mengangkat harkat dan martabat kaumnya, sehingga sejajar dengan kaum laki-
laki Pada masa Hindia Belanda pendidikan bagi pribumi hanya bisa dinikamti
kalangan priyanyi. Maka itu timbul sekolah-sekolah untuk kaum pribumi. Seperti Taman Siswa Ki Hajar Dewantara
Melihat hal tersebut Nyi Hajar Dewantara yang mengabil bagian untuk memperbaiki bagi kaum wanita dan mendirikan organisasi wanita Taman Siswa
yang merupakan kehidupan bagian dari taman siswa, kemudian organisasi Taman Siswa berperan aktif dalam mengembangkan pendidikan bagi wanita. Pendidikan
dan pengajaran yang diberikan oleh Taman Siswa tidak jauh beda dengan yang diberikan oleh R.A Kartini antara lain ialah membaca, menulis, menjahit, merenda
memasak etika dan sebagainya Adapun kegiatan lainnya terutama dalam usaha meningkatkan kualitas
anggota wanita Taman Siswa mengadakan lomba mengarang diskusi pelatihan
xxxii dan penataran. Kegiatan itu selain bermaksud menambah ilmu pengetahuan juga
melatih ketrampilannya dalam bermusyawarah, mendorong gemar membaca, serta membangkitkan kepeduliannya terhadap masalah-masalah social khususnya
yang terjadi kalangan Taman Siswa maupun diluar organisasi luar Taman Siswa secara luas.
Usaha-usaha perngembangan pendidikan yang dilakukan oleh wanita taman siswa untuk melaksanakan pendidikan wanita seperti mengadakan
pembinaan pendidikan kewanitaan kepada siswa-siswa putri di Taman Siswa yang meliputi pendidikan kesusilaan, keluhuran budi, latihan latihan ketrampilan
kewanitaan, misalnya ketrampilan mengurus rumah tangga, pembinaan pendidikan dan latihan ketrampilan kewanitaan kepada anggota atau keluarga
Taman Siswa, yang meliputi hal-hal yang diperlukan untuk bekal memantapkan pelaksanaan peranan ibu-ibu sebagai ibu rumah tangga misalnya dalam usaha
membina usaha keluarga yang horamonis, dan meliputi hal-hal yang diperlukan untuk terjun dalam masyarakat, yaitu bekerjasama dengan organisasi-organisasi
lain. Ibu-ibu anggota atau keluarga Taman Siswa perlu melengkapi pengetahuan tentang pendidikan mental dan macam-macam ketrampilan, yang kemudian
diteruskan kepada anak-anak putri atau dewasa didalam Taman Siswa maupun diluar taman siswa.
xxxiii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian
Penelitian ini mengambil judul “Peranan Organisasi Wanita Taman Siswa dalam pengembangan pendidikan di Yogyakarta tahun 1922-1946”,
dengan teknis pengumpulan data melalui studi pustaka. Penelitian dilakukan di beberapa perpustakaan.
Adapun perpustakaan yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah sebagai berikut :
1. Perpustakaan Program Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret 2.
Perpustakaan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
3. Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret
4. Perpustakaan Monumen Pers Nasional Surakarta
5. Perpustakaan Universitas Negeri Yogyakarta
6. Museum Dewantara Kirti Griya Yogyakarta