MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU KEKERASAN DALAM PACARAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Saat ini pacaran bukan lagi suatu hal yang tabu bagi masyarakat kita. Pacaran
merupakan sebuah proses untuk saling mengenal antara laki-laki dan perempuan
sebelum masuk ke jenjang pernikahan. Hampir setiap orang pernah berpacaran,
biasanya dalam hubungan tersebut selalu berkaitan dengan harapan, keinginan, kasih
sayang, cinta bahkan hingga pengorbanan. Sehingga sudah pasti para pelakunya sangat
mendambakan sebuah kebahagiaan. Namun demikian hal tersebut akan menjadi lain
ceritanya ketika pada kenyataannya banyak dari mereka yang berpacaran tidak
mendapat kebahagiaan seperti yang di dambakan oleh setiap pasangan. Justru mereka
malah mendapatkan perlakuan yang tidak wajar seperti tindak kekerasan dalam berbagai
bentuk.
Dari hasil survey, 23 dari jumlah 49 mahasiswa Teknologi Pendidikan kelas
2009A Universitas Negeri Surabaya sudah mempunyai pacar. Mereka berpendapat
bahwa berpacaran merupakan suatu kegiatan yang asyik dan menyenangkan karena
dapat berbagi cerita atau curhat kepada sang pacar apabila ada masalah yang sedang
dihadapi dan ada pula yang berpendapat bahwa pacaran dapat melampiaskan hawa
nafsu yang terdapat dalam diri. Dalam berpacaran mereka melakukanya di tempat
keramaian atau di sepi, mereka merasa percaya diri dan tidak menghiraukan orang yang

berada disekitarnya.
Pacaran bisa jadi pengalaman yang indah dan memberikan kita kesempatan untuk
tumbuh dan dewasa dalam pengertian dan hubungan dengan lawan jenis. Pacaran
memberikan kita untuk belajar cara saling mengerti, mengerti dan menghadapi masalahmasalah yang kadang sulit untuk dihadapi, yang muncul antara anak perempuan dan
anak laki-laki. Jika kita jalani dengan benar, pacaran dapat mempunyai tujuan,
menyenangkan dan menjadi berkat bagi hidup kita. Namun jika dijalani dengan salah,
pacaran dapat menguras dan mengalihkan kita dari tujuan pacaran yang sebenarnya.
Kesalahan inilah yang biasanya memicu terjadinya kekerasan dalam berpacaran.

1

2

Secara definitif kekerasan dalam pacaran (KDP)/Dating Violence/Abusive Dating
Relationship adalah semua perilaku mengontrol, menyiksa, memaksa, mengancam dan
minimal seorang pada orang lainnya dalam hubungan romantis dua orang yang belum
menikah dalam konteks proses pacaran untuk mendapatkan atau mempertahankan
kekuasaan atau kontrol terhadap pasangan intimnya, yang mengakibatkan atau
berpotensi mengakibatkan kematian, trauma dan hal hal yang berbahaya (Sugarman dan
Hotaling, 1989; United states Departement of Justice, www.coolnurse.com; universitas

Michigan;

dalam

Murray

2006:10;

CDC

Atlanta,

1998;

dalam

http://www.bpkpenabur.or.id), bentuk kekerasan yang terjadi dapat berupa kekerasan
secara verbal, emosional, fisik, seksual, ekonomi atau kombinasi diantaranya, sehingga
salah satu pihak merasa terpaksa, tersinggung, dan tersakiti, dengan apa yang telah
dilakukan pasangannya (Dating Violence Resource Center; dalam www.ncvc.org/dvrc;

Zainun, 2003).
Banyak orang yang membicarakan tentang kekerasan yang terjadi di dalam rumah
tangga (Domestic Violence), namun masih sedikit yang peduli pada kekerasan yang
terjadi dalam relationship, terutama kekerasan yang terjadi saat mereka sedang
berpacaran (Kekerasan Dalam Pacaran/KDP) atau Dating Violence / Dating Abuse).
Banyak yang beranggapan bahwa dalam berpacaran tidaklah mungkin terjadi kekerasan,
karena pada umumnya masa berpacaran adalah masa yang penuh dengan hal-hal yang
indah, di mana setiap hari diwarnai oleh manisnya tingkah laku dan kata-kata yang
dilakukan dan diucapkan sang pacar, hal tersebut dapat dipahami sebagai salah satu
bentuk ketidaktahuan akibat kurangnya informasi dan data dari laporan korban
mengenai kekerasan ini.
KDP merupakan salah satu bentuk dari tindakan kekerasan terhadap perempuan.
Sedangkan definisi kekerasan terhadap perempuan itu sendiri, menurut Deklarasi
Penghapusan Kekerasan terhadap Perempuan tahun 1994 pasal 1, adalah “setiap
tindakan berdasarkan perbedaan jenis kelamin yang berakibat atau mungkin berakibat
kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual atau psikologis, termasuk ancaman
tindakan tertentu, pemaksaan atau perampasan kemerdekaan secara sewenang-wenang,
baik

yang


terjadi

di

depan

(http://kesrepro.info/?q=node/252).

umum

atau

dalam

kehidupan

pribadi

3


"Untuk kekerasan dalam pacaran tidak jauh berbeda dengan kasus kekerasan
dalam rumah tangga. Mereka hanya berbeda pada statusnya saja," kata Direktur
Lembaga Bantuan Hukum Asosiasi Perempuan Indonesia untuk Keadilan (LBH Apik)
Hestu Rahmifanani. Hal itu dikatakan dia saat menyampaikan "Catatan Akhir Tahun
2009 Perjalanan LBH Apik" di Jakarta Media Center (JMC), Jl Kebon Sirih, Jakarta
Pusat, Rabu (6/1/2009). Menurut Hestu, selama tahun 2009 kemarin, LBH Apik
menerima pengaduan dan pendampingan sebanyak 1.058 kasus, meningkat 205 kasus
dari tahun sebelumnya. Kasus itu terbagi menjadi KDRT 657 kasus, pasca perceraian 99
kasus,

perdata

92

kasus,

dan

kekerasan


dalam

pacaran

56

kasus

(http://www.detiknews.com/read/2010/01/06/131830/1272653/10/tahun-2009-kasuskekerasan-dalam-pacaran-meningkat).
Dari data domestic violence, kekerasan dalam pacaran menempati urutan kedua
dengan 635 kasus 3,82 persen setelah kasus-kasus kekerasan terhadap istri yang
berjumlah sebesar 4.886 kasus 29,41 persen. Kasus-kasus lainnya adalah kekerasan
terhadap anak (perempuan)-KTA sebanyak 421 kasus 2,53 persen, kekerasan terhadap
pekerja rumah tangga 87 kasus 0,52 persen (http://www.republika.co.id).
Manajer Divisi Pendampingan “Rifka Annisa” (organisasi perlindungan
perempuan) Mei Shofia Romas, mengungkapkan, "KDP lebih banyak mengarah kesegi
psikis dibandingkan fisik, yakni soal janji-janji atas nama cinta yang kemudian berujung
pada hubungan intim. Begitu hamil, pihak laki-laki tidak tahu harus berbuat apa bahkan
cenderung meninggalkan begitu saja, (www.prakarsa- rakyat.org). Namun begitu tindak

kekerasan yang terjadi dalam masa pacaran tidak selalu dialami oleh perempuan atau
remaja putri saja, laki-laki atau remaja putra pun ada yang mengalami kekerasan yang
dilakukan oleh pacarnya (http://nurularifin.com).
Berdasarkan hasil wawancara awal, didapatkan bahwa subyek (SY) adalah
seorang pelaku kekerasan dalam pacaran. Subyek SY merupakan mahasiswa yang ada
di salah satu perguruan tinggi di kota Malang dan sudah menjalin hubungan cinta kasih
yang berjalan hampir 4 tahun. Menurut pengakuan pacar subyek selama menjalin
hubungan ia sering bertengkar dan mendapat kekerasan dari subjek:
Saya sering berantem sama pacar saya, pacar saya itu egois, ingin menangnya
sendiri, saya sering mendapatkan tamparan dari pacar saya, tetapi saya hanya bisa

4

menangis, saya nggak brani ngelawan karna saya sayang sama dia...., pacar saya
sangat mudah jealous, kadang kalo saya lagi ngobrol sama teman cowo saya pacar
saya semakin menjadi-jadi kekerasanya bahkan pernah memukul saya, dan pernah juga
menendang saya, udah pokoknya parah dech.....tapi saya masih cinta dia.
Dari contoh kasus di atas dapat dilihat bagaimana model cinta dan gaya lekat dari
subyek. Dalam kasus tersebut, subyek menunjukkan rasa cintanya dengan melakukan
kekerasan terhadap pasangannya seperti menonjolkan ego, posesif dan mudah cemburu.

Model cinta seperti itulah yang selama ini ditunjukkan oleh subyek terhadap
pasangannya. Dilihat dari gaya lekatnya subyek melakukan kekerasan sebagai bentuk
rasa sayang subyek terhadap pasangannya. Dengan melakukan kekerasan subyek
merasa dapat menjaga dan melindungi pasangannya dari orang lain yang dianggap
subyek dapat mengancam kelangsungan hubungannya, sehingga subyek tidak akan
kehilangan pasangannya.
Setiap individu yang berpacaran memiliki gaya cinta yang masing-masing berbeda
antara satu dengan lainnya. Pengungkapan cinta yang dimiliki oleh masing-masing
individu sangatlah berbeda dan hal ini dipengaruhi oleh gaya cinta yang mereka miliki.
Menurut Lee (1973) perkembangannya gaya cinta dapat dibedakan menjadi 6
bentuk gaya yang berbeda. Eros adalah cinta dengan nafsu, di mana orang yang
mencintai pasangannya lebih mengarah pada kepuasan fisik belaka, kebanyakan
pasangan yang menganut gaya pacaran yang seperti ini lebih mengutamakan hubungan
seksual. Ludus adalah cinta yang lebih menonjolkan untuk kesenangan dan kecil
kemungkinan untuk mempunyai suatu komitmen dengan pasangannya atau bisa disebut
juga dengan cinta main-main. Storge merupakan cinta yang didasarkan pertemanan atau
biasa dikenal dengan cinta sebagai sahabat. Pragma adalah cinta yang mempunyai
banyak pertimbangan, yang paling utama adalah faktor keluarga, semisal apakah
pasangan tersebut dapat diterima di dalam keluarga pasangan yang lain. Mania
merupakan cinta yang lebih menonjolkan kecemburuan yang tinggi terhadap

pasangannya, perceraian yang dramatis merupakan ciri dari tipe cinta ini. Agape adalah
cinta yang mengorbankan diri sendiri untuk kesejahteraan pasangannya, dengan kata
lain seseorang yang menderita demi kesenangan pasangannya. Keenam gaya cinta ini
menangkap multidimensi cinta yang dialami manusia.

5

Jadi berdasarkan keterangan di atas, dapat disimpulkan bahwa model cinta
memiliki keterkaitan dengan terjadinya kekerasan dalam pacaran, yang mana dalam hal
ini model cinta tertentu yang tampak pada suatu pasangan memungkinkan terwujudnya
perilaku kekerasan dalam hubungan tersebut.
Selain model cinta, gaya kelekatan pada suatu pasangan juga memiliki pengaruh
terhadap kemungkinan munculnya perilaku kekerasan dalam berpacaran. Ainsworth
dkk. (dalam Yessi, 2003) menyatakan tiga pola attachment, yaitu pola secure
attachment, pola cemas ambivalen dan pola cemas menghindar. Pola secure attachment
yaitu pola yang terbentuk dari interaksi antara orang tua dan anak, anak merasa
dipercaya terhadap orangtua sebagai figur yang selalu siap mendampingi, sensitive dan
responsive, penuh cinta dan kasih sayang ketika anak mencari perlindungan dan
kenyamanan dan selalu menolong atau membantunya dalam menghadapi situasi yang
mengancam dan menakutkan. Pola cemas ambivalen adalah anak merasa tidak pasti

bahwa orangtuanya selalu ada, responsive atau cepat membantu serta datang kepadanya
pada saat anak membutuhkan orang tua. Pola cemas menghindar yaitu pola yang
terbentuk dari interaksi antara orangtua dan anak, anak tidak memiliki kepercayaan diri,
karena ketika mencari kasih sayang anak tidak direspon atau bahkan ditolak.
Selain tiga pola attachment di atas, gaya kelekatan terbagi menjadi dua yaitu gaya
lekat aman dan gaya lekat menghindar. Menurut Hazan dan Shaver (dalam Helmi,
2004) mengemukakan orang dengan gaya kelekatan aman memperlihatkan ciri-ciri
individu yang bersahabat dan memiliki rasa percaya diri tinggi. Orang dengan gaya
kelekatan menghindar mempunyai ciri-ciri individu yang skeptis, mudah curiga, mudah
berubah pendirian dan sukar terbuka.
Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susan Moore dan Cynthia
Leung (2002) dengan judul Young People’s Romantic Attachment Styles and Their
Associations with Well-being, didapatkan 3 aspek yang dijabarkan sebagai berikut:
a. Kelompok cluster berdasarkan pada gaya kelekatan romantic.
Data menunjukkan bahwa terdapat hubungan negative yang signifikan dari
gaya kelekatan romantic secure dan dukungan dari kegugupan, tidak
konsisten, dan ketidaktertarikan gaya lekat romantic. Selain itu kegugupan,
tidak konsisten dan ketidaktertarikan semua secara signifikan berkorelasi

6


positif. Akhirnya dapat disimpulkan bahwa gaya lekat berkorelasi positif
dengan ketidakkonsistenan.
b. Kelekatan romantic cluster oleh jenis kelamin, usia dan status hubungan saat
ini.
Umur tidak berhubungan dengan kelompok cluster, dengan masing-masing
cluster memiliki usia berarti identik (18-19 tahun). Selain itu, umur berkorelasi
dengan dukungan dari salah satu enam peringkat gaya lampiran romantis.
Kurangnya hubungan antara usia dan gaya lampiran romantis juga sama jelas
untuk data laki-laki dan perempuan dianalisis secara terpisah. Jadi, meskipun
perbedaan usia antara sampel laki-laki dan perempuan, usia tidak termasuk
dalam analisis lebih lanjut karena non-hubungannya dengan gaya lampiran
romantis atau dengan gaya cluster.
c. Kelompok romantic cluster dan pengukuran pada kebahagiaan
Mereka yang tidak dalam sebuah hubungan menunjukkan tingkat kecil tapi
jauh lebih tinggi kepuasan akademis daripada mereka yang dalam hubungan.
Pengaruh gaya kelekatan terhadap hubungan romantic (berpacaran) sebagai
contoh dapat dilihat pada remaja. Remaja dengan gaya kelekatan aman akan merasa
lebih puas dengan hubungan mereka dibandingkan dengan remaja yang menggunakan
gaya kelekatan yang lain, karena seseorang tersebut akan merasa lebih bahagia dengan
pasangannya. Remaja dengan gaya kelekatan aman biasanya akan mencari pasangan
dengan gaya kelekatan yang sama (Brennan & Shaver, 1995).
Setiap orang umumnya selalu mendambakan hubungan yang harmonis dan penuh
kasih sayang serta menghindari kekerasan dalam berhubungan dengan pasangannya
begitu juga subyek dalam penelitian ini. Namun pada faktanya ia justru mampu
bertahan dan bahkan mempertahankan hubungan yang penuh dengan kekerasan, baik
kekerasan dalam bentuk psikis, seksual, ekonomi maupun fisik. Kondisi seperti inilah
yang dialami oleh korban sekaligus pelaku kekerasan dalam pacaran seperti subyek.
Sehingga memunculkan perbedaan yang khas dengan orang-orang di sekitarnya yaitu,
selain menjadi korban kekerasan subyek juga menjadi pelaku kekerasan. Kondisi yang
demikian itu menjadikan subyek nampak semakin unik, sebagian besar orang hanya
bisa memposisikan diri pada salah satu peran, sebagai pelaku atau korban kekerasan

7

dalam pacaran saja. Sementara subyek ternyata melakukan kedua peran tersebut yaitu
sebagai pelaku sekaligus korban kekerasan dalam pacaran.
Dalam konteks psikologis, kapasitas seseorang untuk dapat bertindak sebagai
pelaku sekaligus korban tentunya sangat dipengaruhi banyak hal baik faktor internal
mau pun faktor eksternal. Hal ini merupakan suatu fenomena yang menarik di
tengah-tengah masyarakat untuk dijadikan sebagai kajian penelitian. Maka dari itu
berpijak pada data-data diatas sebagai sebuah fenomena, banyak hal yang perlu digali
lebih mendalam untuk mengetahui lebih jauh lagi dari sisi psikologis terkait fenomena
korban sekaligus pelaku kekerasan dalam pacaran.
Berdasarkan fenomena-fenomena serta uraian-uraian di atas, dapat dilihat bahwa
kekerasan dalam pacaran merupakan hal penting untuk diperhatikan, karena hal itu
tentunya dapat berdampak negatif tidak hanya bagi korban kekerasan tersebut,
melainkan juga terhadap pelakunya. Maka dari itu, peneliti merasa tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai model cinta dan gaya kelekatan pada mahasiswa yang
menjadi pelaku kekerasan dalam berpacaran.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut, yaitu ”Bagaimana model cinta dan gaya kelekatan pada mahasiswa pelaku
kekerasan dalam berpacaran?”

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model cinta dan gaya
kelekatan pada mahasiswa pelaku kekerasan dalam pacaran.

D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini, yaitu:
a. Manfaat Teoritis
Manfaat secara teoritis dari penelitian ini adalah untuk menambah informasi
dan khasanah keilmuan psikologi sosial dan perkembangan, secara khusus

8

yang membahas mengenai tentang cinta, gaya kelekatan dan perilaku
berpacaran.
b. Manfaat Praktis
Secara praktis, diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan
pengetahuan mengenai model cinta dan pengaruh dari gaya kelekatan kepada
peneliti selanjutnya agar dapat mengungkap lebih dalam lagi aspek – aspek
yang terkait dengan penelitian ini.

MODEL CINTA DAN GAYA KELEKATAN PADA MAHASISWA PELAKU
KEKERASAN DALAM PACARAN

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Salah Satu Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi

Disusun Oleh :
ARTHARIO AKBAR SEPUTRA
NIM. 04810041

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2011

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul Skripsi

: Model Cinta dan Gaya Kelekatan Pada Mahasiswa
Pelaku Kekerasan Dalam Pacaran

Nama Peneliti

: Arthario Akbar Seputra

NIM

: 04810041

Fakultas

: Psikologi

Perguruan Tinggi

: Universitas Muhammadiyah Malang

Waktu Penelitian

: 15 Oktober 2010 – 27 Desember 2010

Malang, 22 Agustus 2011

Pembimbing I

Pembimbing II

Dra. Tri Dayakisni, M.Si

Hudaniah, M.Si, Psi

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah diuji oleh Dewan Penguji
Pada tanggal 20 Agustus 2011

Dewan Penguji

Ketua Penguji

: Dra. Tri Dayakisni, M.Si

( _____________ )

Anggota Penguji

: 1. Hudaniah, M.Si, P.Si

( _____________ )

2. M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi

( _____________ )

3. Diana Savitri Hidayah S.Psi, M.Psi ( _____________ )

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Drs. Tulus Winarsunu, M.Si

SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama

: Arthario Akbar Seputra

Tempat, Tanggal Lahir : Sidoarjo, 08 Juni 1986
NIM

: 04810041

Fakultas

: Psikologi

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah :
Judul skripsi

: Model Cinta dan Gaya Lekat Pada Mahasiswa Pelaku
Kekerasan Dalam Pacaran.

1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam
bentuk kutipan yang telah digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan
sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah / skripsi dari penelitian yang saya lakukan merupakan
hak bebas royalti non eksklusif apabila digunakan sebagai sumber yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila
pernyataan ini tidak benar, saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan undangundang yang berlaku.

Mengetahui,

Malang, 22 Agustus 2011

Kepala Program,

Yang menyatakan,

M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Si

Arthario Akbar Seputra

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Model Cinta
dan Gaya Lekat Pada Mahasiswa Pelaku Kekerasan Dalam Pacaran”.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk memenuhi syarat dalam
menyelesaikan studi pada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesarbesarnya atas segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan dalam penyusunan
skripsi ini, kepada:
1. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas
Muhammadiyah Malang.
2. Ibu Dra. Tri Dayakisni, M.Si selaku Dosen Pembimbing I, yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam
penulisan skripsi ini.
3. Ibu Hudaniah, M.Si, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membantu
dan memberi masukan serta selalu meluangkan waktunya dalam membimbing
penulis.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
5. Ayah dan Mama tercinta atas perhatian, kasih sayang, dukungan moril serta
doanya.
6. Seluruh subyek penelitian yang berperan penting dalam membantu kelancaran
skripsi ini.

7. Para penghuni kontrakan oma campus A3-05 Septian, yugo, hilman, yang telah
berjuang bersama saling memberi support satu sama lain.
8. Teman-teman Psikologi angkatan 2004 yang banyak memberikan dukungan,
bantuan maupun diskusinya.
9. Seluruh pihak yang telah membantu penyusun, yang tidak dapat disebutkan satu
per satu tanpa mengecilkan arti bantuannya.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk
mendapatkan hasil yang lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihakpihak yang berkepentingan.

Malang, 22 Agustus 2011

Penulis

DAFTAR ISI
COVER
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................

i

LEMBAR PENGESAHAN .........................................................................

ii

SURAT PERNYATAAN ............................................................................

iii

KATA PENGANTAR .................................................................................

iv

ABSTRAKSI ...............................................................................................

vi

DAFTAR ISI................................................................................................

viii

DAFTAR LAMPIRAN................................................................................

ix

BAB

I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................

1

B. Rumusan Masalah .....................................................................

7

C. Tujuan Penelitian .......................................................................

7

D. Manfaat Penelitian .....................................................................

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Cinta ........................................ ......................................

9

1. Pengertian Model Cinta .......................................................

9

2. Model Cinta …………. .......................................................

9

B. Gaya Kelekatan..........................................................................

11

1. Pengertian Gaya Kelekatan..................................................

11

2. Gaya Kelekatan....................................................................

12

C. Kekerasan Dalam Pacaran..........................................................

14

1. Pengertian Kekerasan Dalam Pacaran..................................

14

2. Bentuk – bentuk Kekerasan Dalam Pacaran........................

15

a. Kekerasan Emosional....................................................

15

b. Kekerasan Seksual.........................................................

16

c. Kekerasan Fisik..............................................................

16

d. Kekerasan Ekonomi.......................................................

17

3. Faktor penyebab Kekerasan Dalam Pacaran………………

17

4. Karakteristik Pelaku Kekerasan Dalam Pacaran…………..

18

5. Tanda-tanda Kekerasan Dalam Pacaran…………………..

18

6. Dampak kekerasan Dalam Pacaran......................................

19

BAB III METODE PENGUMPULAN DATA
A. Jenis Penelitian …………………………………………. ........

21

B. Batasan Istilah……………………………………………........

21

C. Subjek Penelitian ……………………... ..................................

22

D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................

22

E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian …………………………..

24

F. Pengorganisasian Penelitian ………………………………… .

25

G. Analisa Data …………………………………………..............

26

H. Keabsahan Data ……………………………………………….

26

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian ………………………………………………

27

1. Deskripsi data ……………………………………………..

28

2. Analisa data masing – masing Subjek…………………….

33

B. Pembahasan …………………………………………………..

36

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan…………………………………………………... .

40

B. Saran – Saran …………………………………………………

41

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………..

42

LAMPIRAN……………………………………………………………….

44

DAFTAR PUSTAKA
Dayakisni, T., & Hudaniah. 2009. Psikologi sosial. Malang: UMM press
Dewi. Prastiwi Yunita. 2009. Hubungan antara kelekatan terhadap orangtua dengan
identitas diri pada remaja pria delinquent di lembaga pemasyarakatan anak
kutoarjo. Semarang: Skripsi Universitas Diponegoro.
Dye, M. L. & Davis, K. E. 2003. Stalking and psychological abuse: common factors
and relationship-specific characteristics. Violence and Victims.
Hardianto. Supriadi. 2009. Kekerasan dalam pacaran (studi tentang factor penyebab,
dinamika antar faktor dan korban paling dominan pada pelaku sekaligus
korban). Malang: Digilib UMM
Hatfield, E., Rapson, R. L.. & Martel, L.D. (in press). “Passionate love.” in S.
Kitayama & D. Cohen (Eds.) handbook of cultural psychology. New York:
Guilford Press.
Hatfield. E., Rapson. Richard L. 1993. Love, sex, and intimacy, New York: Harper
Collins College Publishers.
Helmi. Alvin Fadillah. 1999. Gaya kelekatan dan konsep diri. Jurnal Psikologi.
UGM.
Maslow. Abraham H. 1968. Toward a psychology of being, (ed. 2). New York: D.
Van Nostrad.
Moleong, L.J., 2007. Metodologi penelitian kualitatif (Ed. Revisi). Bandung: P.T
Remaja Rosdakarya
Pervin, L.A., & John, O.P. 2010. Psikologi kepribadian teori & peneliitian (Ed.
Kesembilan). Jakarta: Kencana

Simpson. J.A. & Rholes. W.S. Attachment theory and close relationships (Eds). New
York: Guilford Press.
Sternberg. Robert J. 1997. Construct Validation of a Triangular Love Scale.
European Journal of Social Psychology. USA: John Wiley & Sons, Ltd

Straus. Murray A, Stets. Jan E. 1989. The marriage license as a hitting license: a
comparison of assaults in dating, cohabiting, and married couples. Journal of
Family Violence
Suud. M. 2008. Love is blind, menjaga cinta tetap indah dalam bayang-bayang
kekerasan. Jakarta: Prestasi Pustakaraya
http://psychemate.blogspot.com/2007/12/intimacy-cinta-dan-seks.html