Evaluasi Kesesuaian Kawasan untuk Budidaya Ikan Kerapu (Studi Kasus Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah).

EVALUASI KESESUAIAN KAWASAN UNTUK BUDIDAYA
IKAN KERAPU (STUDI KASUS PERAIRAN
PULAU SEMUJUR KABUPATEN BANGKA TENGAH)

IMAM SOEHADI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER
INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Evaluasi
Kesesuaian Kawasan untuk Budidaya Ikan Kerapu (Studi Kasus Perairan
Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah) adalah benar karya saya dengan
arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada

Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Oktober 2014
Imam Soehadi
NIM. C252120161

RINGKASAN

IMAM SOEHADI. Evaluasi Kesesuaian Kawasan untuk Budidaya Ikan Kerapu
(Studi Kasus Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah). Dibimbing
oleh SULISTIONO dan BAMBANG WIDIGDO.
Ikan kerapu (famili serranidae) merupakan salah satu jenis ikan karang yang
bernilai ekonomis di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Kegiatan budidaya
ikan kerapu dengan Keramba Jaring Apung (KJA) di perairan Pulau Semujur,
Kabupaten Bangka Tengah menunjukkan pertumbuhan yang lambat dan volume
produksi yang rendah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengevaluasi kesesuaian
lahan dan daya dukung lingkungan untuk budidaya ikan kerapu; (2) mengetahui
kondisi perairan, terutama konsentrasi logam berat dalam air dan ikan kerapu
yang hidup di perairan Pulau Semujur; dan (3) menghitung kelayakan usaha
terhadap kegiatan budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA.
Evaluasi kesesuaian lahan dilakukan melalui analisis spasial dengan aplikasi

Sistem Informasi Geografis (SIG) terhadap parameter fisika kimia perairan.
Analisis daya dukung lingkungan dilakukan untuk mengestimasi jumlah unit
budidaya yang dapat didukung pada lahan yang berpotensi. Analisis logam berat
dilakukan untuk mengukur konsentrasi logam Pb, Cd, Cu dan Zn yang terkandung
di dalam air dan daging ikan kerapu. Kelayakan usaha budidaya ikan kerapu
dengan sistem KJA dihitung dengan analisis pendapatan usaha dan analisis
kelayakan finansial terhadap R/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate
of Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) dan Payback Periods (PP).
Hasil analisis spasial menunjukkan luas kawasan yang sangat sesuai untuk
budidaya ikan kerapu sistem KJA di perairan Pulau Semujur mencapai 43,236 Ha
yang mampu menampung hingga 138 unit KJA. Hasil evaluasi juga menunjukkan
bahwa lokasi KJA yang terletak di perairan barat daya Pulau Semujur termasuk ke
dalam kelas cukup sesuai.
Aktivitas penambangan timah di pesisir Pulau Bangka diduga berdampak
terhadap penurunan kualitas air dan berpengaruh terhadap kualitas ikan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat di perairan Pulau Semujur
telah melebihi baku mutu yang ditentukan, yakni Cu (0,071±0,014 mg/l), Pb
(0,528±0,106 mg/l), Cd (0,096±0,041 mg/l) dan Zn (2,810±6,440 mg/l. Kondisi
tersebut menyebabkan konsentrasi logam berat pada daging ikan kerapu, yakni Pb
(1,167±0,629 mg/kg) dan Cd (0,450±0,692 mg/kg) berada diatas batas maksimum

cemaran, sedangkan logam Cu (1,933±2,343 mg/kg) dan Zn (5,667±2,005) masih
berada dibawah batas maksimum.
Hasil analisis kelayakan usaha pada kegiatan budidaya ikan kerapu sistem
KJA menunjukkan nilai R/C ratio 1,15; NPV Rp. 38.684.539, 00; IRR 20,54%;
Net B/C 1,19 dan PP 3,56 tahun. Kondisi ini mengindikasikan bahwa usaha
budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA di perairan Pulau Semujur layak
dijalankan.
Kata kunci : Budidaya ikan kerapu, daya dukung, kelayakan usaha, logam berat,
Pulau Semujur

SUMMARY

IMAM SOEHADI. Evaluation of Coastal Area Suitability for Groupers
Mariculture (Case Study in Semujur Island, Bangka Tengah Regency).
Supervised by SULISTIONO and BAMBANG WIDIGDO.
Groupers (family serranidae) were known as a high economically reef fish
in Bangka Belitung Islands. Grouper mariculture activity using the floating cage
culture in Semujur Island shows stagnant growth and low production in recent
years. The purpose of this study were (1) to evaluate the suitability and
environmental carrying capacity for grouper mariculture; (2) to identify the water

condition, especially the concentration of heavy metals in water and groupers that
live in Semujur Island; and (3) to calculate the economic analysis of grouper
mariculture using floating cage system.
Spatial analysis for suitability assessment using the application of
Geographic Information Systems (GIS) based on the characteristics of marine
environment. Carrying capacity analysis used to estimate the number of cage
units that can be supported in potential areas. The purpose of heavy metals
analysis were to measure the concentrations of Pb, Cd, Cu and Zn in the water
and grouper. Economic analysis on the grouper mariculture calculated by revenue
and financial analysis of the R/C Ratio, Net Present Value (NPV), Internal Rate of
Return (IRR), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C) and Payback Periods (PP).
The results of the spatial analysis showed the potential sea water for fish
cage culture that can be classified very suitable (S1) were about 43,236 Ha. The
carrying capacity of Semujur Island waters using the floating cage system were
138 units. The evaluation results also showed the location of floating cage net is
located in the southwestern of Semujur Island can be classified suitable (S2).
Tin mining activity in the coastal of Bangka Island affected the water and
fish condition. The results showed the concentrations of heavy metals exceeded
the quality standards, namely Cu (0,071±0,014 mg/l), Pb (0,528±0,106 mg/l), Cd
(0,096±0,041 mg/l) dan Zn (2,810±6,440 mg/l. These conditions caused the

concentrations of heavy metal in fish grouper, namely Pb (1,167 ± 0,629 mg/kg)
and Cd (0,450±0,692 mg/kg) were above the maximum limit of contamination,
while the concentrations of Cu (1,933±2,343 mg/kg) and Zn (5,667±2,005 mg/kg)
were still below from the maximum contaminant limit.
The results of the economic analysis showed R/C ratio 1,15; NPV Rp.
38.684.539, 00; IRR 20,54%; Net B / C 1,19 and PP 3,56 years. The results of this
analysis indicated that the grouper mariculture business using floating cage net
system in Semujur Island can be categorized as feasible.
Keywords : Bussiness feasibility, carrying capacity, groupers mariculture, heavy
metals, Semujur island

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB


EVALUASI KESESUAIAN KAWASAN UNTUK BUDIDAYA
IKAN KERAPU (STUDI KASUS PERAIRAN
PULAU SEMUJUR KABUPATEN BANGKA TENGAH)

IMAM SOEHADI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ridwan Affandi, DEA


PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat kepada Allah SWT atas karunia
yang telah diberikan sehingga penulisan tesis ini berhasil diselesaikan.
Penyusunan tesis ini adalah bagian dari tugas akhir yang ditempuh penulis dalam
menyelesaikan pendidikan program pascasarjana di Program Studi Magister Sains
Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor.
Tesis ini disusun sebagai hasil kegiatan penelitian yang dilaksanakan oleh
penulis sejak bulan Februari sampai Mei 2014 di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung. Penelitian yang berjudul Evaluasi Kesesuaian Kawasan untuk Budidaya
Ikan Kerapu (Studi Kasus Perairan Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah) ini
sangat relevan dalam konteks pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan,
khususnya bagi pengembangan marikultur yang bersentuhan langsung dengan
pengelolaan pulau-pulau kecil di Kabupaten Bangka Tengah.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. Ir.
Sulistiono, M.Sc dan Dr. Ir. Bambang Widigdo selaku komisi pembimbing yang
telah memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga
memberikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Bupati Bangka Tengah
yang telah memberikan kesempatan beasiswa kepada penulis dalam melaksanakan
tugas belajar di Sekolah Pascasarjana (SPs) Institut Pertanian Bogor. Begitu pula
ucapan terima kasih kepada PT Timah (Persero) Tbk, khususnya direksi beserta

jajaran yang telah mendukung pelaksanaan kegiatan penelitian tersebut melalui
program Corporate Social Responsibilty (CSR) dalam wujud bantuan dana
penelitian dan fasilitasi laboratorium analisa logam berat.
Semoga tesis ini memberikan kontribusi ilmiah bagi pembangunan kelautan
dan perikanan di Negeri Selawang Segantang, Kabupaten Bangka Tengah.
Bogor, Oktober 2014
Imam Soehadi

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

v
vi
vii
vii

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
Kerangka Pendekatan Studi

1
1
3
4
4
4
5

2 METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian
Pengambilan Sampel
Parameter Penelitian
Analisis Data


6
6
6
8
11

3 HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Oseanografi Perairan Pulau Semujur
Kesesuaian Kondisi Perairan pada Stasiun Pengamatan
Kesesuaian Kawasan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJA
Daya Dukung Kawasan
Konsentrasi Logam Berat dalam Air
Konsentrasi Logam Berat pada Ikan Kerapu dan Kima
Kelayakan Usaha Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJA

21
21
27
29

31
33
38
43

4 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

47
47
47

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

48
53
72

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28

Pembagian Stasiun Penelitian Berdasarkan Fokus Kajian
Parameter, Metode dan Peralatan Pengukuran Kualitas Air
Parameter dan Metode Uji Logam Berat
Jumlah dan Komposisi Responden
Parameter Lingkungan dengan Bobot dan Skor
Pemberian Bobot dan Skor pada Parameter Lingkungan
Klasifikasi Kelas Kesesuaian Berdasarkan Interval
Kelas Kesesuaian Parameter Lingkungan
Nilai Baku Mutu Logam Berat untuk Biota Laut
Nilai Batas Maksimum Cemaran Logam Berat pada Ikan
dan Kima
Gambaran Produksi Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJA (11 Kotak)
Nilai Rerata Kedalaman dan Kecerahan Perairan Pulau Semujur
Bulan Februari Sampai April Tahun 2014
Kondisi Keterlindungan dan Substrat di Perairan Pulau Semujur
Nilai Rerata Kecepatan Arus, Suhu dan Salinitas di Perairan Pulau
Semujur Bulan Februari Sampai April Tahun 2014
Nilai Rerata pH dan Oksigen Terlarut (DO) di Perairan Pulau
Semujur Bulan Februari Sampai April Tahun 2014
Nilai Indeks dan Kelas Kesesuaian pada Stasiun Pengamatan di
Perairan Pulau Semujur
Luas Kelas Kesesuaian untuk Budidaya Ikan Kerapu dengan Sistem
KJA di Perairan Pulau Semujur
Daya Dukung Lingkungan untuk Kegiatan Budidaya Ikan
Kerapu dengan Sistem KJA di Perairan Pulau Semujur
Kandungan dan Rerata Nilai Konsentrasi Logam Berat di Perairan
Pulau Semujur Bulan Februari Sampai April Tahun 2014
Perbandingan Konsentrasi Logam Berat di Perairan Desa
Batu Belubang, Tanjung Gunung dan Pulau Semujur
Konsentrasi Logam Berat Ikan Kerapu Bulan Februari Sampai April
Tahun 2014 di Perairan Pulau Semujur
Rerata Konsentrasi Logam Berat Ikan Kerapu
Konsentrasi Logam Berat Kima (Tridacna sp) di Perairan Pulau
Semujur
Rerata Konsentrasi Logam Berat pada Daging Kima (Tridacna sp)
Perbandingan Konsentrasi Logam Berat pada Daging Ikan Kerapu
dan Kima
Ringkasan Produksi Ikan Kerapu pada KJA 11 Kotak
Ringkasan Proyeksi Rugi Laba Per Tahun Budidaya Ikan Kerapu
Sistem KJA 11 Kotak
Nilai NPV, IRR, Payback Period dan Net B/C pada Budidaya Ikan
Kerapu dengan KJA 11 Kotak

7
8
10
11
13
13
14
14
17
17
18
21
23
24
25
27
29
32
33
37
39
40
40
41
42
45
45
46

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

Kerangka Pendekatan Studi
Peta Stasiun Penelitian Pulau Semujur
Peta Lokasi Penelitian
Penggunaan Daya Lapangan dalam Diagram Alir Penyusunan
Tingkat Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Ikan Kerapu di KJA
Rancang Bangun Enam Unit KJA
Rancang Bangun KJA Untuk Satu Kelompok Pembudidaya Ikan
Kondisi Kecerahan dan Kedalaman di Perairan Pulau Semujur
Pola Pasang Surut di Perairan Pulau Semujur pada Bulan
Februari sampai Buolan April 2014
Peta Kesesuaian Gabungan untuk Budidaya Ikan Kerapu Sistem KJA
Rerata Konsentrasi Logam Berat per Stasiun di Perairan Pulau
Semujur
Konsentrasi Logam Berat Pb dan Cd di Perairan Pulau Semujur
Konsentrasi Cu dan Zn di Perairan Pulau Semujur
Perbandingan Konsentrasi Logam Berat Terlarut di Desa Batu
Belubang, Tanjung Gunung dan Pulau Semujur
Perbandingan Konsentrasi Logam Berat dalam Daging Ikan Kerapu
dan Kima
Tata Niaga Produksi dan Pemasaran Kerapu di Pulau Semujur

5
6
7
12
15
16
22
26
30
34
35
36
38
42
44

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Lokasi dan Koordinat Stasiun Pengamatan
Kuesioner Pengelolaan Usaha Budidaya Ikan Kerapu
Kuesioner Kebijakan Pemanfaatan Ruang Daya Dukung Kawasan
Contoh Matriks Penilaian Kesesuaian untuk Lokasi Budidaya Ikan
Kerapu Sistem KJA pada Stasiun Penelitian
Indeks dan Kelas Kesesuaian pada Stasiun Pengamatan
Peta Kesesuaian Budidaya Ikan Kerapu di KJA per Bulan
Daya Dukung Kawasan
Contoh Laporan Hasil Analisis Logam Berat pada Air Laut
Contoh Laporan Hasil Analisis Logam Berat pada Biota Laut
Perhitungan KJA di Pulau Semujur (11 Kotak)
Penyusutan Investasi Budidaya Ikan Kerapu (11 Kotak)
Cash Flow Budidaya Kerapu di Pulau Semujur (11 Kotak)

53
54
58
61
64
65
66
67
68
69
70
71

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut di Provinsi Kepulauan Bangka
Belitung untuk sektor perikanan masih didominasi oleh perikanan tangkap dan
sebagian kecil kegiatan budidaya laut (marikultur). Volume produksi perikanan
tangkap di Kepulauan Bangka Belitung pada Tahun 2011 menunjukkan produksi
sebesar 192.474 ton, sedangkan volume produksi budidaya laut sebesar 4.628 ton
(Kementerian Kelautan dan Perikanan 2012). Kondisi tersebut menunjukkan
bahwa volume produksi yang dihasilkan dari aktivitas perikanan budidaya laut
tergolong kecil bila dibandingkan volume produksi usaha perikanan tangkap.
Volume produksi budidaya laut yang kecil tersebut dipengaruhi oleh tingkat
pemanfaatan lahan perairan yang relatif rendah. Berdasarkan data kelautan dan
perikanan dalam angka Tahun 2011, dinyatakan bahwa luas areal budidaya laut
yang termanfaatkan di Kepulauan Bangka Belitung baru mencapai 98,20 hektar
atau 0,01% dari potensi luas lahan yang tersedia sebesar 795.031 hektar
(Kementerian Kelautan dan Perikanan 2011). Hal ini menunjukkan bahwa tingkat
pemanfaatan perairan pesisir dan kawasan laut di Kepulauan Bangka Belitung
masih rendah dan perlu ditingkatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan
untuk mengoptimalkan tingkat pemanfaatan lahan potensial di kawasan tersebut
adalah kebijakan ekstensifikasi lahan dengan cara mengelola sejumlah kawasan
pesisir, laut dan pulau-pulau kecil untuk pengembangan kegiatan budidaya laut.
Kegiatan budidaya laut di Kepulauan Bangka Belitung dilakukan dengan
mengoptimalkan sejumlah kawasan pulau-pulau kecil untuk pengembangan
budidaya ikan bernilai ekonomis. Pulau Semujur Kabupaten Bangka Tengah,
Pulau Pongok Kabupaten Bangka Selatan dan Pulau Rengit Kabupaten Belitung
merupakan kawasan pulau-pulau kecil di Kepulauan Bangka Belitung yang telah
dikelola untuk kegiatan budidaya laut dengan kerapu sebagai komoditas utama.
Pemanfaatan pulau-pulau kecil tersebut turut memberikan kontribusi produksi
kerapu di Kepulauan Bangka Belitung sebesar 110,45 ton pada Tahun 2012 (DKP
Kepulauan Bangka Belitung 2013).
Salah satu pulau kecil di Kepulauan Bangka Belitung yang dimanfaatkan
untuk kegiatan budidaya ikan kerapu adalah Pulau Semujur Kabupaten Bangka
Tengah. Pulau yang terletak di pesisir timur Pulau Bangka tersebut, diketahui
memiliki potensi sumberdaya yang dapat dimanfaatkan sebagai lokasi Keramba
Jaring Apung (KJA) untuk pembesaran ikan kerapu. DKP Kepulauan Bangka
Belitung (2013) menyatakan perairan Pulau Semujur merupakan salah satu lokasi
KJA budidaya laut di Kabupaten Bangka Tengah yang menghasilkan ikan kerapu
dengan volume produksi sebesar 1,20 ton pada Tahun 2012.
Pengelolaan budidaya ikan kerapu sistem KJA di perairan Pulau Semujur
dikelola dengan sistem semi intensif dan dikategorikan sebagai usaha ekonomi
skala kecil yang ditandai dengan minimnya keterlibatan jumlah pelaku usaha.
DKP Kepulauan Bangka Belitung (2013) menyatakan bahwa luas lokasi usaha
budidaya ikan kerapu di perairan pulau tersebut hanya 0,16 hektar yang dikelola 1
(satu) RTP (Rumah Tangga Perikanan) dengan tujuh orang pembudidaya ikan.
Kegiatan budidaya ikan tersebut dilaksanakan oleh sebagian kecil masyarakat

61

lokal maupun nelayan pesisir yang datang dan mencari nafkah di pulau tersebut.
Rendahnya intensitas aktivitas dan hasil produksi budidaya di pulau tersebut perlu
ditingkatkan seiring dengan adanya upaya pengembangan budidaya ikan kerapu di
perairan pulau tersebut melalui kebijakan ekstensifikasi perluasan lahan dan
peningkatan kapasitas penyerapan tenaga kerja.
Ditengah-tengah euforia masyarakat Kepulauan Bangka Belitung terhadap
penambangan timah, maka kehadiran usaha budidaya ikan kerapu di Pulau
Semujur ini dipandang sebagai sumber ekonomi alternatif pasca timah yang dapat
diandalkan untuk memberikan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir. Bagi
Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah sendiri, usaha budidaya pembesaran
kerapu ini juga dapat dimaknai sebagai salah satu kontribusi terhadap pemenuhan
target produksi perikanan yang selama ini didominasi sektor perikanan tangkap.
Keberhasilan pengembangan kegiatan budidaya ikan kerapu sangat
ditentukan oleh berbagai faktor yang saling berinteraksi. Diantaranya adalah
pemilihan lokasi yang sesuai, teknologi perbenihan dan pembesaran, tersedianya
sarana produksi yang memadai, pangsa pasar yang luas yang didukung dengan
harga jual yang relatif tinggi serta adanya kebijakan pemerintah yang berpihak
dan menjadikan perikanan budidaya (akuakultur) sebagai arus utama
pembangunan perikanan. Namun demikian, keberadaan dan keberlanjutan
pengelolaan pesisir dan pulau-pulau kecil sangat tergantung pada dinamika
kualitas lingkungan dan daya dukung akibat adanya interaksi antar pengguna yang
memungkinkan terjadinya konflik kepentingan dalam pemanfaatan lahan.
Dinamika sosial ekonomi akibat eksploitasi penambangan timah di lepas
pantai telah memicu terjadinya kerentanan lingkungan pesisir di Kepulauan
Bangka Belitung. Sebagai contoh, aktivitas tambang rakyat yang terdapat di Desa
Batu Belubang, Kabupaten Bangka Tengah. Desa ini berbatasan langsung dengan
perairan Pulau Semujur dan Pulau Panjang. Marfirani dan Adiatma (2012)
menyatakan sebagian masyarakat Desa Batu Belubang telah beralih profesi dari
nelayan ikan menjadi nelayan yang mengoperasikan kegiatan penambangan di
pesisir pantai desa tersebut. Eksploitasi timah yang telah berlangsung sejak awal
tahun 2000 tersebut, diduga menyebabkan sedimentasi, kerusakan karang dan
penurunan kualitas air di perairan Pulau Semujur yang menjadi wilayah operasi
penangkapan nelayan Desa Batu Belubang. Wahyuni et al. (2013) menyatakan
kandungan logam berat timbal (Pb) di perairan pantai Desa Batu Belubang berada
pada kisaran nilai 400 mg/liter tidak baik bagi
kepentingan perikanan.
Kegiatan penambangan timah di pesisir Pulau Bangka diduga berpotensi
menimbulkan dampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya pencemaran
logam berat di perairan Pulau Semujur. Kendatipun pulau tersebut cukup terpencil
dan jauh dari daratan utama (Pulau Bangka), tetapi hasil kajian sebelumnya
memperlihatkan adanya pengaruh besar yang diterima pulau-pulau kecil akibat

62

penambangan timah di lepas pantai Pulau Bangka. Adibrata (2012) menyatakan
menyatakan konsentrasi logam berat Pb hasil pengukuran Spektrofotometri
Serapan Atom (SSA) pada sampel ikan kerapu yang berasal dari perairan Pulau
Pongok, Kabupaten Bangka Selatan sebesar 6,5 mg/l. Keberadaan logam berat Pb
pada biota tersebut mengindikasikan sangat rentannya pulau-pulau kecil terhadap
resiko pencemaran logam berat, terutama kondisi habitat dan keanekaragaman
hayati perairan seperti ikan. Oleh karena itu, beberapa pulau-pulau kecil yang
sedang dikembangkan sebagai zona perikanan berkelanjutan di Kabupaten Bangka
Tengah, perlu dikaji status pengelolaan kawasan budidayanya, termasuk Pulau
Semujur yang sedang dikembangkan untuk budidaya ikan kerapu di KJA. Kajian
tersebut sangat penting dan relevan mengingat Peraturan Daerah Kabupaten
Bangka Tengah No. 48 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2011-2031 telah menetapkan perairan Pulau
Semujur sebagai salah satu Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD).

Rumusan Masalah
Pulau Semujur merupakan representasi pulau-pulau kecil di pesisir timur
Kabupaten Bangka Tengah yang memiliki potensi untuk pengembangan budidaya
ikan kerapu di KJA. Kendatipun kegiatan usaha budidaya kerapu di Pulau
Semujur telah dimulai sejak tahun 2003, ternyata informasi tentang kesesuaian
lahan dan kelayakan usaha pada kegiatan tersebut sangat terbatas dan belum
banyak dipublikasi. Penelitian yang dilaksanakan Affan (2012) hanya mengkaji
seleksi lokasi KJA berdasarkan karakteristik lingkungan dan kualitas air, tetapi
belum mengkaji lebih mendalam tentang kondisi ikan kerapu dan biota laut
lainnya yang menjadi komoditas ekonomis di perairan pulau tersebut. Disisi lain,
telah terjadi permasalahan lingkungan berupa maraknya penambangan timah di
pesisir dan lepas pantai Pulau Bangka yang dikhawatirkan berimbas terhadap
pencemaran di sekitar perairan pulau tersebut, terutama kandungan dan akumulasi
logam berat. Kondisi ini berpotensi mempengaruhi kelayakan lahan dan
berdampak negatif terhadap kualitas dan keamanan produk ikan kerapu yang
dihasilkan dari pulau tersebut. Oleh karena itu, kajian evaluasi kesesuaian lahan
sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi dasar tentang status terkini
pengelolaan perikanan budidaya di pulau tersebut.
Untuk mendorong berkembangnya kegiatan budidaya ikan kerapu sebagai
salah satu unit usaha ekonomi produktif bagi pelaku usaha di Pulau Semujur maka
kajian kelayakan usaha perlu dilakukan. Kajian ini sangat relevan dan urgen
dilakukan untuk menghindari resiko kegagalan usaha seperti yang pernah dialami
kelompok pembudidaya ikan yang melakukan usaha budidaya ikan kerapu di
salah satu pulau lain di Kabupaten Bangka Tengah. Pengembangan budidaya laut
di pulau-pulau kecil harus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan
menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar, tanpa mengabaikan
kelestarian lingkungan dan sumberdaya.
Berdasarkan uraian di atas, maka dirumuskan beberapa permasalahan
penting yang harus dikaji dalam penelitian ini yang didefinisikan sebagai berikut:
(1) Mengevaluasi kesesuaian dan daya dukung fisik kawasan untuk
kegiatan budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Semujur.

61

(2) Mengukur konsentrasi logam berat dalam perairan beserta dampaknya
terhadap ikan kerapu yang hidup di perairan Pulau Semujur.
(3) Menghitung kelayakan ekonomis kegiatan budidaya ikan kerapu dengan
sistem KJA di perairan Pulau Semujur.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji sejauh mana pemanfaatan Pulau
Semujur Kabupaten Bangka Tengah untuk kegiatan usaha budidaya ikan kerapu
berdasarkan kesesuaian kawasan dan kelayakan usaha. Untuk mencapai tujuan
tersebut, dilakukan kajian terhadap sasaran pokok sebagai berikut:
(1) Mengevaluasi kesesuaian dan daya dukung fisik kawasan guna
menentukan luas lahan dan jumlah unit KJA yang dapat ditampung
untuk kegiatan budidaya ikan kerapu di perairan Pulau Semujur.
(2) Mengetahui kondisi perairan, terutama kandungan logam berat dalam air
dan ikan kerapu yang hidup di perairan Pulau Semujur.
(3) Menghitung secara ekonomis melalui analisis kelayakan usaha terhadap
kegiatan budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA.
Ketiga tujuan penelitian tersebut diatas perlu dikaji dalam konteks
pengelolaan sumberdaya pesisir dan lautan sehingga simpulan yang didapatkan
dapat digunakan sebagai rekomendasi pengelolaan yang dapat diterapkan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rekomendasi kepada pihak
pemerintah daerah dalam menyusun regulasi dan kebijakan pemerintah untuk
mendukung pengelolaan perairan Pulau Semujur sebagai kawasan perikanan
berkelanjutan di Kabupaten Bangka Tengah. Bagi pelaku bisnis maupun calon
investor, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam penyusunan
rencana bisnis untuk menjalankan bisnis perikanan budidaya ikan kerapu dengan
sistem KJA.

Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup kajian usaha budidaya ikan kerapu di perairan Pulau
Semujur Kabupaten Bangka Tengah meliputi aspek ekologi dan aspek sosial
ekonomi. Secara ekologi, penelitian ini hendak mengevaluasi tingkat kesesuaian
lahan serta daya dukung fisik kawasan dengan menggunakan analisis spasial.
Selain itu, pengaruh aktivitas penambangan timah terhadap akumulasi logam
dalam air dan biota laut di perairan Pulau Semujur juga menjadi perhatian penting
dalam penelitian ini. Secara sosial ekonomi, kajian difokuskan untuk mengetahui
tingkat kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dengan menggunakan analisis pasar
dan finansial.

62

Kerangka Pendekatan Studi
Kajian evaluasi budidaya ikan kerapu di Pulau Semujur Kabupaten
Bangka Tengah didasarkan pada identifikasi karakteristik kawasan dan isu
masalah yang berkembang di masyarakat. Suatu wilayah perairan dapat dikatakan
tepat untuk kegiatan budidaya ikan kerapu apabila kondisi lingkungan perairan
sesuai dengan kriteria-kriteria teknis dan ekologis yang baku sehingga terciptalah
suatu kondisi lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan ikan tersebut.
Kebijakan pemanfaatan ruang pulau-pulau kecil harus didasarkan pada
analisis kesesuaian lahan yang diintegrasikan dengan karakteristik biofisik, sosial
dan ekonomi masyarakat (Gambar 1). Analisis keruangan terhadap aspek
biogeofisik dilakukan melalui Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk
mengetahui tingkat kesesuaian lahan dengan teknik tumpang susun peta-peta
tematik. Analisis ekologi difokuskan kondisi perairan melalui analisis logam berat
terhadap kualitas air dan biota laut. Analisis sosial ekonomi dilakukan dengan
menentukan kelayakan finansial pada usaha tersebut. Diharapkan, berbagai hasil
analisis tersebut bermanfaat dalam memberikan rekomendasi tentang pengelolaan
budidaya ikan kerapu sebagai penggerak utama pembangunan perikanan budidaya
laut di Kabupaten Bangka Tengah.
Karakteristik kawasan dan isu masalah untuk
budidaya ikan kerapu sistem KJA

Kondisi lingkungan

Kriteria Biofisik
Perairan
 Karakteristik
lingkungan
 Karakteristik
kualitas air

Evaluasi
kesesuaian lahan
- fisika perairan
- kimia perairan

Kriteria Sosial
 Ketergantungan
masyarakat
terhadap
sumberdaya timah
 Legislasi dan kebijakan
pembangunan daerah

Kriteria
Ekonomi
 Pemasaran
 Produksi
 Biaya
dan
manfaat

Evaluasi
kondisi perairan
kandungan logam
berat pada air
kandungan logam
berat pada biota laut

Evaluasi
kelayakan usaha
- pasar
- kelayakan
finansial

-

Daya dukung
Rekomendasi pengelolaan untuk kegiatan
budidaya ikan kerapu secara berkelanjutan

Gambar 1. Kerangka pendekatan studi

61

2

METODE PENELITIAN
Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan secara periodik selama 3 (tiga) bulan yang
dimulai sejak Februari hingga April 2014. Lokasi penelitian berada di perairan
Pulau Semujur dan beberapa desa pesisir di kawasan timur Pulau Bangka,
tepatnya pesisir Desa Batu Belubang dan Desa Tanjung Gunung.
Secara administratif, Pulau Semujur termasuk ke dalam wilayah Desa
Kebintik Kecamatan Pangkalan Baru Kabupaten Bangka Tengah Provinsi
Kepulauan Bangka Belitung. Pulau tersebut berbatasan dengan Pulau Panjang di
bagian barat, sebelah utara menghadap Laut Cina Selatan, sebelah timur
menghadap Pulau Ketawai dan Gusung Asam serta sebelah selatan yang
menghadap daratan Pulau Bangka. Pulau Semujur terletak di pesisir timur Pulau
Bangka dan memiliki luas 14,22 hektar.
Pengambilan Sampel
Untuk mengkaji kesesuaian perairan bagi kegiatan KJA maka dilakukan
analisa kualitas air di kawasan yang menjadi lokasi kajian. Contoh air diambil
pada 14 stasiun yang dibagi menjadi dua kelompok, yakni kelompok pertama
berada di perairan Pulau Semujur dengan jumlah stasiun sebanyak 12 buah, dan
kelompok kedua berada di Desa Batu Belubang dan Desa Tanjung Gunung. Dua
belas stasiun yang berada di perairan Pulau Semujur tersebut merupakan lokasi
kajian kesesuaian lahan yang terdiri atas tiga stasiun di lokasi KJA (stasiun 1, 2
dan 3), serta sembilan stasiun lainnya terletak di luar lokasi KJA yang tersebar
mengelilingi pulau tersebut (Gambar 2). Pemilihan 12 lokasi stasiun tersebut
disesuaikan dengan karakteristik kedalaman perairan seperti yang dipersyaratkan
untuk usaha budidaya ikan kerapu sistem KJA, yakni berkisar 7 sampai 15 meter
(Lampiran 1).

Gambar 2. Peta stasiun penelitian Pulau Semujur

62

Batu Belubang

Gambar 3. Peta lokasi penelitian
Pada penelitian ini, dilakukan pengambilan sampel air dan sampel biota
laut untuk analisis logam berat. Pengambilan sampel air bertujuan untuk
mengetahui seberapa besar dampak penambangan timah terhadap konsentrasi
logam berat yang terkandung di dalam air yang dapat mempengaruhi budidaya
ikan kerapu. Lokasi pengambilan sampel air untuk analisis logam berat dibagi
menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama di perairan Pulau Semujur
sebanyak enam stasiun meliputi stasiun 1, 2 dan 3 (lokasi KJA) serta tiga lokasi
lainnya yakni stasiun 8, 9 dan 12 yang berada pada jarak terdekat dengan pulau
tersebut sesuai dengan kedalaman yang dipersyaratkan untuk usaha budidaya ikan
kerapu. Kelompok kedua lokasi pengambilan sampel air adalah dua pantai desa
yang berlokasi di Desa Tanjung Gunung dan Desa Batu Belubang (Gambar 3).
Pengambilan sampel air di kedua pantai desa tersebut dimaksudkan untuk
memberikan gambaran beban pencemaran yang dialami kedua desa tersebut
sebagai akibat aktivitas penambangan timah. Jarak Pulau Semujur dengan Desa
Batu Belubang dan Desa Tanjung Gunung sekitar 6,89 mil laut. Lokasi dan
sebaran keempat belas stasiun tersebut disajikan pada Tabel 1 berikut ini:
Tabel 1. Pembagian stasiun penelitian berdasarkan fokus kajian
Stasiun

Lokasi

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Pulau Semujur
Ds. Batu Belubang
Ds. Tanjung Gunung

Kajian
Kesesuaian Kawasan












-

Keterangan : 1= lokasi pengambilan sampel ikan kerapu

Logam Berat


1






61

Biota laut yang diambil sebagai sampel adalah ikan kerapu dan kima
dilakukan di perairan pulau tersebut. Sampel ikan kerapu diambil dari KJA di
stasiun 3, sedangkan sampel kima berasal dari hasil tangkapan nelayan setempat.
Penanganan sampel biota tersebut dilanjutkan dengan preparasi yang dilakukan di
Laboratorium Dasar Fakultas Pertanian, Perikanan dan Biologi Universitas
Bangka Belitung di Kabupaten Bangka. Analisis logam berat di Laboratorium
Kimia PT. Timah (Persero) Tbk di Kota Pangkalpinang, Kepulauan Bangka
Belitung.
Parameter Penelitian
Pengukuran Parameter Kualitas Air
Pengukuran kualitas air dilakukan secara periodik selama tiga bulan
pengamatan melalui sampling dengan frekuensi satu kali per bulan. Pengambilan
contoh tersebut dilakukan di setiap stasiun pengamatan yang telah ditentukan,
termasuk lokasi KJA yang berada di stasiun 1 (KJA Kelompok Asun), stasiun 2
(KJA Kelompok Kerapu Babel 2) dan stasiun 3 (KJA Kelompok Kerapu Babel 1).
Adapun parameter kualitas air yang diukur adalah fisika kimia perairan yang
dilakukan, baik dengan metode insitu maupun analisis laboratorium (Tabel 2).
Beberapa parameter yang diamati diukur sebanyak tiga kali ulangan seperti suhu,
salinitas, kedalaman, pH dan DO.
Tabel 2. Parameter, metode dan peralatan pengukuran kualitas air
No.

Parameter

Fisika
1. Suhu (ºC)
2. Salinitas (ppt)
3. Kecepatan arus (m/dtk)
4. Keterlindungan
5. Kecerahan (m)
6. Kedalaman perairan (m)
7. Substrat
8. Tunggang pasut (m)
Kimia
1. Derajat keasaman (pH)
2. Oksigen terlarut (DO)
3. Logam berat
(Pb, Cd, Cu dan Zn)

Metode Pengukuran
/ Pemeriksaan

Alat

in situ
in situ
in situ
in situ
in situ
in situ
in situ
ex situ

Termometer
hand-refraktometer
layang-layang arus
visual
seichi disk
tali dan pemberat
ekman grab
kalesto (BOOST center)

insitu
insitu
ex situ

pH meter
DO meter
SSA

Pengukuran suhu, salinitas dan kecepatan arus dilakukan secara insitu.
Suhu perairan diukur dengan menggunakan termometer. Salinitas diukur
menggunakan hand-refraktometer. Adapun kecepatan arus diukur menggunakan
alat bantu berupa layang-layang arus (drift float) yang dilengkapi dengan tali
berskala. Mekanisme kerja alat ini adalah melepaskan layang-layang arus di
permukaan air laut dan dibiarkan terapung sehingga terbawa arus hingga tali
berada dalam posisi lurus horizontal. Waktu awal pelepasan layang-layang arus
hingga waktu akhir tali lurus horizontal dicatat menggunakan stopwatch.

62

Parameter kecerahan diukur secara insitu dengan menggunakan seichi
disk. Derajat keasaman perairan diukur dengan bantuan pH meter, sedangkan
kadar oksigen terlarut diukur dengan menggunakan DO meter. Substrat perairan
diamati dengan menggunakan ekman grab yang diturunkan hingga ke dasar
perairan. Keterlindungan ditentukan secara visual yakni dengan melihat posisi
pulau, karang penghalang dan gusung yang berada di sekitar Pulau Semujur.
Penentuan tunggang pasut diperoleh dari BOOST (Bangka Belitung Observation
Ocean Science and Technology Centre) Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
Kep. Bangka Belitung.
Pengukuran Logam Berat
Analisis logam berat dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kandungan dan konsentrasi logam berat pada sampel biota dan air laut yang
diambil di lokasi stasiun pengamatan. Pengambilan sampel uji dilakukan di
beberapa lokasi yang telah ditentukan, baik pantai Desa Batu Belubang dan Desa
Tanjung Gunung maupun perairan Pulau Semujur (stasiun 1, 2, 3, 8, 9 dan 12).
Adapun jenis sampel yang diambil sebagai berikut:
(a) Contoh biota laut
Adapun jenis biota laut yang dianalisa logam berat pada kajian ini adalah ikan
kerapu sunu (Plectropomus sp) dan kima (Tridacna sp). Ikan kerapu sunu dipilih
sebagai sampel untuk mewakili hewan air yang bersifat nekton, sedangkan kima
dipilih untuk mewakili biota laut yang hidup sesil (tidak bermigrasi). Ikan
merupakan salah satu biota air yang dapat dijadikan sebagai salah satu indikator
tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan (Usman et al. 2013). Adapun
kima merupakan jenis moluska yang memiliki kemampuan dalam menyerap dan
mengakumulasikan logam berat dalam tubuhnya sehingga dapat dijadikan sebagai
organisme biomonitoring dalam pencemaran di laut. Penggunaan hewan air jenis
moluska sebagai obyek kajian sudah sering digunakan, termasuk kajian yang
berkaitan dengan interaksi logam berat (Kesavan et al. 2013).
Sampel ikan kerapu sunu yang diambil merupakan ikan yang telah dipelihara
di KJA (Stasiun 3) dengan umur pemeliharaan selama 2-3 bulan dengan kisaran
ukuran 150 sampai 300 gram/ekor. Jumlah keseluruhan sampel ikan kerapu yang
diambil selama penelitian berlangsung sebanyak tiga ekor dimana satu ekor ikan
diambil setiap bulannya. Jaringan ikan yang diambil adalah bagian daging yang
terletak pada bagian dorsal diatas garis lateral. Kandungan logam yang ada pada
tubuh (daging) ikan dianalisis karena merupakan bagian penting yang dikonsumsi
manusia (Usero et al. 2003) meskipun konsentrasi logam berat yang terkandung
dalam daging lebih rendah. Adapun bagian lain seperti gonad, tulang dan kepala
dan organ lainnya tidak dianalisis meskipun konsentrasi akumulasi logam berat
lebih tinggi (Yulaipi et al. 2013). Sampel kima yang diuji berasal dari perairan
Pulau Semujur yang ditangkap oleh nelayan setempat. Bagian tubuh kima yang
dianalisa adalah daging yang berada di dalam cangkang. Sampel kima yang
diambil tersebut memiliki berat basah dengan kisaran 125 sampai 250 gram/ekor.
Sampel ikan dan kima yang telah diambil selanjutnya disimpan ke dalam cool
box yang telah diberi es dan di bawa ke laboratorium. Preparasi sampel ikan dan
kima dilakukan di laboratorium sesuai dengan metode yang telah distandarisasi
oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN), yakni metode destruksi basah
menggunakan microwave. Hasil akhir preparasi tersebut adalah larutan.

61

(b) Air contoh
Pengambilan air contoh untuk analisa logam berat dilakukan bersama-sama
saat pengukuran kualitas air. Air contoh diambil dengan menggunakan water
sampler sebanyak 1.000 ml dan disimpan di dalam botol berbahan PE
(polyethylene). Air contoh tersebut diambil pada kedalaman 3 meter dengan
pertimbangan bahwa kebiasaan ikan kerapu yang dipelihara di KJA berkumpul
didasar jaring pada kedalaman 3 meter. Air contoh disaring dengan kertas saring
berpori ( , μm) yang sebelumnya direndam dalam HNO3 (1:1). Selanjutnya, air
contoh tersebut diawetkan dengan HNO3 pekat sampai pH5
30-35

5
5

S2
Kelas
0,05-0,40≤ ,
5,0-20.0≤ ,
cukup
terlindung
pasir
berlumpur
3-5

5

3-

Dokumen yang terkait

KESESUAIAN PERAIRAN TELUK CIKUNYINYI SEBAGAI LOKASI BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus) BERDASARKAN KONDISI EKOLOGIS

3 37 49

ANALISIS KESESUAIAN PERAIRAN PULAU MAITAM UNTUK BUDIDAYA IKAN KERAPU MACAN (Epinephelus fuscoguttatus)

7 47 42

Seleksi Lokasi dm Estimasi Daya Dukung Lingkungan Perairan Untuk Budidaya Ikan Kerapu Teknik Keramba Jaring Apung di Perairan Pulau Panikiang, Kabupaten Barm, Suiawesi Selatan

0 2 126

Pengelolaan Sumberdaya Pulau Lingayan Untuk Pengembangan Budidaya Rumput Laut dan Ikan Kerapu

2 16 298

Analisis Spasial Citra Satelit LANDSAT untuk Penentuan Lokasi Budi Daya Keramba Jaring Apung Ikan Kerapu di Perairan Pulau Semujur, Kabupaten Bangka Tengah.

1 7 268

KESESUAIAN LAHAN DAN PERAIRAN, KELAYAKAN USAHA DAN SWOT UNTUK PENYUSUNAN STRATEGI PEMANFAATAN SUMBERDAYA UNTUK BUDIDAYA DI KAWASAN PESISIR KABUPATEN BANGKA BARAT

0 3 21

Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerapu Sistem KJA dengan Pendekatan Daya Dukung Ekologi (Studi Kasus Perairan Ringgung Kabupaten Pesawaran Lampung)

0 5 68

KESESUAIAN LAHAN BUDIDAYA IKAN KERAPU (Ephinephelus ssp) BERDASARKAN PARAMETER FISIK,KIMIA DAN BIOLOGI DI PERAIRAN LANGGE KABUPATEN GORONTALO UTARA

0 0 6

EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUDIDAYA IKAN NILA (Oreochromis niloticus) DI KAWASAN PESISIR DESAKANDANG BESI KECAMATAN KOTA AGUNG BARAT KABUPATEN TANGGAMUS Muthia Yuli Astuti Abdullah Aman Damai Supono ABSTRAK - EVALUASI KESESUAIAN PERAIRAN UNTUK BUD

0 0 10

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN UNTUK BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN PESISIR KABUPATEN MAMUJU PROVINSI SULAWESI BARAT

0 1 11