Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerapu Sistem KJA dengan Pendekatan Daya Dukung Ekologi (Studi Kasus Perairan Ringgung Kabupaten Pesawaran Lampung)

22

PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA KERAPU SISTEM
KJA DENGAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI
(STUDI KASUS: PERAIRAN RINGGUNG KABUPATEN
PESAWARAN LAMPUNG)

INDAH FEBRY HASTARI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

21

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pengelolaan Kawasan
Budidaya Kerapu Sistem KJA dengan Pendekatan Daya Dukung Ekologi (Studi
Kasus: Perairan Ringgung Kabupaten Pesawaran Lampung) adalah benar karya

saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa
pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustakabagian akhir tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2017
Indah Febry Hastari
NIM C252140381

21

RINGKASAN
INDAH FEBRY HASTARI. Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerapu Sistem KJA
dengan Pendekatan Daya Dukung Ekologi (Studi Kasus: Perairan Ringgung
Kabupaten Pesawaran Lampung). Dibimbing oleh RAHMAT KURNIA dan M.
MUKHLIS KAMAL.
Kerapu memiliki nilai ekonomis tinggi dan banyak dibudidayakan di
Indonesia. Lampung merupakan salah satu penghasil kerapu karena memiliki

perairan yang sesuai untuk kegiatan budidaya. Tujuan dalam penelitian ini adalah
1) menentukan luasan perairan, 2) menetapkan nilai daya dukung, 3) menganalisis
kelayakan usaha, dan 4) menyusun strategi pengelolaan budidaya kerapu sistem
KJA.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Maret 2016 di kawasan
perairan Ringgung Kabupaten Pesawaran Lampung. Metode penelitian ini
dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan dan wawancara serta
penelusuran data sekunder. Penghitungan daya dukung menggunakan pendugaan
yang berasal dari beban limbah nitrogen budidaya. Pendataan ekonomi masyarakat
nelayan KJA menggunakan analisis kelayakan usaha dari kegiatan KJA, data sosial
menggunakan AHP (Analyhtichal Hirarki Process).
Hasil penelitian menunjukkan lokasi yang sangat sesuai untuk budidaya
kerapu sistem KJA di perairan Ringgung yang diperoleh sebesar Ha 8 522.12
(85.94%). Hasil analisis daya dukung perairan berdasarkan perhitungan limbah
antopogenik (yang berasal dari aktivitas manusia), perairan Ringgung dapat
menampung yaitu 2 353 unit atau dalam jumlah produksi mencapai 2 470.65 ton.
Berdasarkan keuntungan yang diperoleh dari kegiatan budidaya sebesar Rp14 156
343/10 pembudidaya. Keuntungan untuk kawasan budidaya KJA di perairan
Ringgung adalah 480 milyar. Kegiatan budidaya kerapu dengan KJA sangat
menguntungkan karena berdasakan perhitungan dari analisis Benefit Cost Ratio

didapatkan nilai 2.37 mengalami keuntungan dikarenakan hasil produksi sangat
mencukupi. Selain itu dilakukan analisa BEP (Break Even Point) untuk
mendapatkan nilai titik impas kegiatan budidaya, nilai produksi yang harus dicapai
yaitu 147.63 kg dan nilai titik impas berikutnya akan didapat apabila harga jual dari
hasil panen yaitu sebesar Rp97 714 /kg. Berdasarkan hasil alternatif pengelolaan
budidaya kerapu di perairan Ringgung supaya dapat berkelanjutan alternatif yang
paling penting adalah pembuatan dan penetapan perizinan usaha budidaya.
Berdasarkan dari hasil daya dukung dan evaluasi ekonomi dapat disimpulkan
bahwa jumlah produksi dari kegiatan KJA masih dapat ditingkatkan sehingga dapat
menunjang mata pencaharian bagi nelayan. Namun diperlukan batasan penggunaan
lahan budidaya agar tidak mengalami penurunan kualitas.
Kata kunci: daya dukung, kesesuaian lahan, perairan Ringgung

22

SUMMARY
INDAH FEBRY HASTARI. Management Aquaculture Area Floating Net
Systemfor Grouper with Carrying Capacity Approach to Ecological (Case Study:
Lampung Regency Pesawaran Ringgung Waters). Supervised by RAHMAT
KURNIA and M. MUKHLIS KAMAL.

Grouper is a hihgly economic value fish and it has been cultured in variety of
localities of Indonesia coastal waters. Lampung is one of the producers for grouper
species because it has suitable waters for aquaculture activities. The aims of this
study was 1) to determine the area of water which suitable for mariculture, 2) to
estimate the aquaculture carrying capacity, 3) to analyze on the aquaculture
feasibility, and 4) to design the management strategy culture system in grouper.
This research was conducted from January until March 2016 located in
Ringgung waters Lampung. The research methods were performed through direct
observation and interviews with additional support from secondary data. The
carrying cappacity was analized based on nitrogen waste water from aquaculture.
The economic feasibility was made by benefit cost ration and break event point
analysis, social data was analized by AHP (Analyhtichal Hierarchy Process).
Grouper culture with cage system is profitable indicated by Benefit Cost
Ratioof 2.37. The BEP (Break Even Point) was achieved approximately by 362.21
kg and if the selling price Rp97714/kg. Resuts on management for grouper
aquaculture in waters, it was shown that sustainable alternatives was addressed both
to development and legal permissions in aquaculture activities.
Based on the results of carrying capacity and economic evaluation, it might
be concluded that the number of cages could be expanded as to improve the
fishermen livelihood. It is, hwever, necessary to limit the cultivation on land not to

degrade water quality.
Keywords: carrying capacity, water suitability, Ringgung waters

21

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2017
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

22

PENGELOLAAN KAWASAN BUDIDAYA KERAPU SISTEM
KJA DENGAN PENDEKATAN DAYA DUKUNG EKOLOGI
(STUDI KASUS: PERAIRAN RINGGUNG KABUPATEN
PESAWARAN LAMPUNG)


INDAH FEBRY HASTARI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2017

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA

PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat serta karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelsaikan karya ilmiah ini yang berjudul Pengelolaan
Kawasan Budidaya Kerapu Sistem KJA dengan Pendekatan Daya Dukung

Ekologi (Studi Kasus: Perairan Ringgung Kabupaten Pesawaran Lampung).
Tesis ini merupakan hasil penelitian sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar
Magister pada program studi Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Fakultas
dan Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan kali
ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr Ir Rahmat Kurnia, MSi dan Dr Ir M Mukhlis Kamal, MSc selaku dosen
pembimbing yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyelesaiaan tesis.
2. Prof Dr Ir Ridwan Affandi, DEA selaku dosen penguji luar dan Dr Zulhamsyah
Imran, SPi MSi selaku perwakilan program studi Pengelolaan Sumberdaya
Pesisir dan Lautan (SPL) yang telah memberikan saran dan koreksi dalam
penyempurnaan karya ilmiah ini.
3. Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bandarlampung, Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut Lampung dan Forum Kerapu atas bantuan dalam
memperoleh data penelitian.
4. Bapak dan ibu dosen pengampu mata kuliah selama di Pascasarjana Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir dan Lautan yang telah memberikan ilmunya dengan tulus
sehingga menambah ilmu pengetahuan penulis.
5. Bagian administrasi SPL dan Pasca IPB atas bantuannya selama ini.
6. Sahabat-sahabat SPL 2014 IPB atas kekompakannya dan kerjasamanya selama
ini.

7. Teman-teman seperjuangan Ikatan Alumni Undip di IPB atas motivasi,
semangat, dan arahannya.
8. Bapak (Suprapto), Ibu (Suprihatin Rahayu Astuti), dan Adik (Atikah Nur
Shabrina) atas kasih sayang, doa dan dukungan baik secara moral dan material.
9. Sahabat Wisma Regina dan Morposist Jabodetabek atas support dalam proses
akademik di perantauan, serta semua pihak yang telah mengambil bagian dalam
pemberian masukan dan saran selama penyusunan tesis
Penulis menyadari bahwa tesis ini belum sempurna, oleh karena itu kritik dan
saran serta masukan yang bersifat membangun sangat diharapkan demi
penyempurnaan tesis ini. Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak sebagaimana mestinya.

Bogor, Maret 2017
Indah Febry Hastari

22

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL


vii

DAFTAR GAMBAR

vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pendekatan Masalah

1
1

2
2
2
2

2 METODE
Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel
Parameter Kualitas Air
Pengumpulan Data Sosial Ekonomi
Analisis Data
Analisis Kesesuaian Lahan
Analisis Daya Dukung
Analisis Pendugaan Kuantitatif Limbah Berasal dari Daratan
Aktivitas Peternakan
Pendugaan Daya Dukung Pendekatan Beban Limbah N
Beban Pencemaran
Daya Tampung
Analisis Pertumbuhan

Pola Pertumbuhan
Faktor Kondisi
Analisis Kelayakan Usaha
Analisis Keuntungan
Analisis Benefit-Cost Ratio
Analisis Break Event Point
Analytical Hierarchy Process

5
5
5
5
6
7
7
7
10
10
10
11
12
12
12
12
13
14
14
14
15
15

4 HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Kondisi Oseanografi perairan Ringgung
Pasang Surut
Kesesuaian Kondisi Perairan pada Stasiun Pengamatan
Kesesuaian Lahan untuk Budidaya Kerapu di KJA

17
17
17
19
19
20

Pola Pertumbuhan
Faktor Kondisi
Estimasi Pendugaan Limbah Kegiatan Budidaya
Estimasi Daya Dukung Pendekatan Beban Limbah N
Kelayakan Usaha
Keuntungan
Benefit Cost Ratio
Break Even Point
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Ekologi
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Ekonomi
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Sosial
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Kelembagaan
Pembahasan

22
23
24
25
25
25
26
26
27
28
29
29
29
30

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

33
33
33

DAFTAR PUSTAKA

34

LAMPIRAN

38

RIWAYAT HIDUP

54

22

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Lokasi dan Koordinat Stasiun Pengamatan
6
Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan
6
Jenis dan Sumber Data
7
Kriteria dan Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan Untuk Budidaya Kerapu
di KJA
8
Pemberian Bobot dan Skor pada Parameter Lingkungan
9
Kelas Kesesuaian Parameter Lingkungan
10
Jenis Aktifitas dan Koefisien Limbah Pemukiman
10
Jenis Aktifitas dan Koefisien Limbah Peternakan
10
Pengukuran Rata-rata Parameter Fisika dan Kimia Perairan
17
Nilai Indeks dan Kelas Kesesuaian pada Stasiun pengamatan
20
Luas Kelas Kesesuaian Budidaya Kerapu di KJA perairan Ringgung
21
Nilai Parameter Penentuan Beban Limbah Budidaya Kerapu di KJA
24
Perhitungan Pendugaan Daya Dukung perairan Ringgung
25

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kerangka Pendekatan Masalah
Peta Lokasi Penelitian
Diagram Hirarki Pengelolaan Budidaya Kerapu
Peta Tematik Gabungan Kualitas Air
Grafik Elevasi Pasang Surut Bulan Januari
Grafik Elevasi Pasang Surut Bulan Februari
Grafik Elevasi Pasang Surut Bulan Maret
Peta Kesesuaian Lahan Budidaya Kerapu di KJA perairan Ringgung
Hubungan Panjang Berat Kerapu Bebek di perairan Ringgung
Hubungan Panjang Berat Kerapu Cantang di perairan Ringgung
Hubungan Panjang Berat Kerapu Macan di perairan Ringgung
Faktor Kondisi Kerapu Bebek, Kerapu Cantang, dan Kerapu
Macan di perairan Ringgung
Alur Diagram Hirarki Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Ekologi
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Ekonomi
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria Sosial
Strategi Pengelolaan Budidaya Kerapu dilihat dari Kriteria
Kelembagaan

4
5
16
18
19
19
20
21
22
22
23
23
26
27
27
28
28
28

DAFTAR LAMPIRAN
1

Contoh Matriks Penilaian Kesesuaian untuk Lokasi Budidaya Kerapu
di KJA setiap Stasiun Penelitian
2 Indeks dan Kelas Kesesuaian pada Stasiun Pengamatan
3 Perhitungan Pendugaan Limbah N
4 Perhitungan Volume Air Laut menggunakan Elevasi Pasang Surut
5 Perhitungan Pendugaan Daya Dukung menggunakan Pendekatan
Limbah N
6 Perhitungan Biaya Pembuatan KJA
7 Perhitungan Analisis Usaha
8 Alokasi KJA untuk Kegiatan Budidaya Kerapu
9 Grafik Kriteria AHP Pengelolaan Budidaya Kerapu
10 Dokumentasi Penelitian

39
41
42
43
46
48
49
50
51
53

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kerapu merupakan salah satu jenis ikan karang yang yang memiliki nilai
ekonomis tinggi dan banyak dikembangkan di perairan laut Indonesia (Sugama
2001). Lampung menjadi salah satu penghasil kerapu karena memiliki perairan
yang cocok untuk kegiatan budidaya. Menurut Yulianto et al.(2015), lokasi yang
baik untuk pemeliharaan kerapu di KJA adalah perairan yang relatif tenang,
terhindar dari badai, dan mudah dijangkau.
Keberhasilan kegiatan budidaya kerapu di keramba jaring apung di Lampung
tidak terlepas dari suplai benih berkualitas yang berasal dari Balai Besar Riset
Perikanan Budidaya Laut Gondol, Bali yang mengembangkan teknologi guna
meningkatkan produksi benih kerapu secara massal. Diseminasi kepada hatchery
pemerintah maupun swasta, sehingga produksi benih kerapu bebek meningkat
secara drastis dan lebih dari 1 juta benih pada tahun 2001. Teknologi ini juga
diterapkan untuk produksi benih kerapu macan oleh hatchery swasta. Pada tahun
2002, produksi benih kerapu macan lebih dari 2.6 juta (Kawahara dan Ismi 2003).
Lokasi kegiatan budidaya kerapu dengan sistem KJA di Provinsi Lampung
tersebar di berbagai daerah salah satunya yaitu di perairan Ringgung. Kegiatan
budidaya kerapu sistem KJA di perairan Ringgung dimulai sejak awal tahun 1999
hingga sekarang, namun terjadi penurunan produktifitas disebabkan oleh beberapa
faktor. Pada tahun 2004 terjadi red tide yang menyebabkan kematian masal kerapu.
Faktor lainnya adalah masuknya limbah antropogenik (yang berasal dari aktivitas
manusia).
Sektor perikanan budidaya yang selama ini dikembangkan mengalami
berbagai permasalahan, baik internal maupun eksternal. Permasalahan internal
yang dihadapi terutama adalah tidak adanya perencanaan lahan budidaya secara
menyeluruh yang ditetapkan berdasarkan potensi pengembangan perikanan yang
ada, baik itu potensi fisik maupun secara ekonomi. Masalah eksternal terkait dengan
tata ruang, kebijakan rencana tata ruang wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah, budidaya perikanan belum mendapatkan ruang/lahan yang memadai. Hal
ini disebabkan karena belum adanya informasi akan potensi budidaya perikanan
pada masing-masing daerah. Menurut Warjan (2005), terkait kelembagaan sistem
usaha yang ada belum dapat mendukung operasional pengembangan perikanan
budidaya secara efektif pada level pra-produksi, produksi, pengolahan dan
pemasaran serta kebijakan pendukung. Begitu kompleksnya permasalahan yang
terjadi di perairan Ringgung secara langsung, mempengaruhi keberlangsungan
kegiatan budidaya kerapu. Nelayan budidaya merupakan salah satu contoh pihak
yang menerima dampak dari berbagai masalah tersebut. Hal ini juga disebabkan
perairan Ringgung merupakan salah satu kawasan minapolitan sebagai sentra
produksi perikanan budidaya.
Berdasarkan uraian diatas maka hal yang sangat penting dilakukan yaitu
menganalisis kesesuaian lahan, menetapkan daya dukung lingkungan,
mengevaluasi kelayakan usaha budidaya, dan merumuskan strategi pengelolaan
yang peruntukannya untuk kegiatan budidaya kerapu sistem KJA di perairan
Ringgung.

2
Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan yang ada
di perairan Ringgung adalah sebagai berikut :
1. Perairan Ringgung belum diketahui kelayakannya untuk kegiatan budidaya.
2. Banyaknya limbah yang masuk ke perairan Ringgung belum diketahui.
3. Jumlah modal yang dibutuhkan untuk menjalankan usaha budidaya kerapu
dengan sistem KJA belum diketahui.
4. Adanya konflik masyarakat dalam pemanfaatan ruang laut untuk kegiatan KJA.

Tujuan Penelitian
1.
2.
3.
4.

Penelitian ini bertujuan untuk :
Menentukan luasan perairan yang sesuai untuk budidaya kerapu sistem KJA di
perairan Ringgung.
Menetapkan nilai daya dukung lingkungan perairan untuk budidaya kerapu
sistem KJA di perairan Ringgung.
Menganalisis kelayakan usaha budidaya kerapu sistem KJA di perairan
Ringgung.
Menyusun strategi pengelolaan budidaya kerapu sistem KJA yang berkelanjutan
secara partisipatif.

Manfaat Penelitian
Informasi dari penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk pengelolaan
kawasan budidaya kerapu dengan sistem KJA yang ramah lingkungan di perairan
Ringgung sehingga pemanfaatannya optimal dan berkelanjutan.

Kerangka Pendekatan Masalah
Kajian “Pengelolaan Kawasan Budidaya Kerapu Sistem KJA dengan
Pendekatan Daya Dukung Ekologi (Studi Kasus: Perairan Ringgung Kabupaten
Pesawaran, Lampung)” didasarkan pada identifikasi karakteristik kawasan dan isu
masalah yang berkembang di masyarakat. Suatu wilayah perairan dapat dikatakan
tepat untuk kegiatan budidaya kerapu apabila, kondisi lingkungan perairan sesuai
dengan kriteria-kriteria teknis dan ekologis yang baku, sehingga terciptalah suatu
kondisi lingkungan yang mendukung bagi pertumbuhan ikan tersebut. Sistem
budidaya yang menjadi pilihan juga menjadi bagian penting dalam penetapan suatu
lokasi budidaya laut. Budidaya dengan metode KJA menjadi pilihan dalam sistem
yang akan dikembangkan.
Menurut Mansur (2014), pada kegiatan KJA sumbangan bahan organik
berasal dari sisa pakan dan feses. Sedangkan kegiatan antropogenik, sumbangan
bahan organik berasal dari aktivitas penduduk yang ada di daratan. Pengaruh dari
masukan sumbangan bahan organik kegiatan marinkultur dari sumbangan
antropogenik mempengaruhi kondisi terumbu karang, makroalga, ikan herbivor,
serta kondisi konsentrasi nitrat di perairan. Apabila pengaruh tersebut ada maka,

3
perlu suatu perhitungan untuk mendapatkan nilai daya dukung lingkungan agar
memberikan informasi bagaimana pengelolaan Perairan Ringgung. Kerangka
pendekatan masalah tersaji pada Gambar 1.

4

INPUT

PROSES

EKOLOGI
1. Ukuan dan jenis
2. Kualitas perairan
3. Luasan area
4. Daya dukung lingkungan

PERMASALAHAN
1. Belum diketahui
kelayakannya
2. Banyaknya limbah
yang masuk
3. Jumlah modal yang
layak belum diketahui
4. Adanya konflik
masyarakat

EKONOMI
1. Keuntungan
2. Investasi usaha
3. Biaya produksi
4. Tingkat pendapatan

SOSIAL
1. Tingkat kesejahteraan
nelayan
2. Konflik masyarakat
3. Pengetahuan tentang
pengelolaan kawasan
budidaya kerapu

1. Analisis Kesesuaian
Lahan
dan
2. Analisis Daya Dukung

KAWASAN
BUDIDAYA KERAPU

3. Analisis Kelayakan
Usaha
(keuntungan, B/C ratio,
BEP)

KELEMBAGAAN
1. Lembaga pengelola
2. Tersedianya peraturan
tentang pengelolaan
kawasan budidaya kerapu
3. Kerjasama antar
stakeholder

Gambar 1 Kerangka Pendekatan Masalah

OUTPUT

Lokasi luasan kawasan
yang sesuai untuk
budidaya kerapu sistem
KJA

Jumlah KJA yang dapat
ditampung

Nilai kelayakan usaha
yang sesuai bagi
kegiatan budidaya
kerapu

Strategi pengelolaan
budidaya kerapu

PENGELOLAAN
KAWASAN
BUDIDAYA KERAPU

5

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah perairan Ringgung, Desa Sidodadi,
Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Letak
geografis perairan Ringgung berada pada 05°33” LS dan 105°15” BT. Pemilihan
lokasi didasarkan atas pertimbangan telah berkembangnya kegiatan budidaya
kerapu pada KJA di perairan Ringgung. Waktu pengambilan data di lapangan dan
laboratorium dilaksanakan mulai dari bulan Januari sampai April 2016.
Pengambilan data berada di Laboratorium Kesehatan dan Lingkungan Balai Besar
Pengembangan Budidaya Laut Lampung. Lokasi penelitian tersaji pada Gambar 2.

Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian
Sumber : Data Primer

Metode Pengumpulan Data
Pengambilan Sampel
Dalam mengkaji kesesuaian perairan untuk kegiatan budidaya kerapu di KJA
maka dilakukan analisa kualitas air di area yang menjadi lokasi penelitian. Contoh
air diambil dari kelima stasiun dan pemilihan stasiun disesuaikan dengan
keterwakilan kedalaman perairan di lokasi penelitian. Koordinat stasiun
pengamatan tersaji pada Tabel 1.

6
Tabel 1 Lokasi dan Koordinat Stasiun Pengamatan
St

Lokasi Pengamatan

1 Sisi Selatan perairan Ringgung
2 Sisi Barat perairan Ringgung
3 Sisi pinggir KJA
4 Sisi Timur perairan Ringgung
5 Sisi tengah KJA
Sumber : Survei lapang tahun 2016

Koordinat
Lintang
Bujur
05 o55”572”’LS 105o25’630”’BT
05 o55”643”’LS 105o25’580”’BT
05 o55”520”’LS 105o25’460”’BT
05 o55”475”’LS 105o25’630”’BT
05 o55”454”’LS 105o25’720”’BT

Keterangan
KJA AsriL
KJA Aman
Pinggir (KJA Asril)
KJA Ucok
Tengah (KJA Ucok)

Parameter Kualitas Air
Pengukuran parameter fisika, kimia, dan biologi perairan (Tabel 2), baik
secara insitu maupun exitu dilakukan secara berkala selama tiga bulan dengan
pengulangan tiga kali dalam sebulan. Analisa laboratorium dilakukan di
Laboratorium Penguji Kesehatan Ikan dan Lingkungan, Balai Besar Perikanan
Budidaya Laut Lampung.
Tabel 2 Parameter Fisika, Kimia, dan Biologi Perairan
Satuan Alat
Metode
Referensi
Pengukuran
FISIKA
Kedalaman m
Echosounder
In Situ
APHA 2005
Kecerahan m
Secchi disk
In Situ
APHA 2005
Kecepatan
m/detik Drift float
In Situ
APHA 2005
arus
O
Suhu
C
Termometer
In Situ
APHA 2005
Salinitas
ppt
Refraktometer In Situ
APHA 2005
KIMIA
pH
pH Meter
In Situ
SNI 2004
DO
mg/l
DO Meter
In Situ
APHA 2005
Nitrat
mg/l
Spektrofometer Laboratorium
APHA 2005
Ammonia
mg/l
Spektrofometer Laboratorium
SNI 2003
Fosfat
mg/l
Spektrofometer Laboratorium
SNI 2005
BIOLOGI
b
Hubungan
panjang berat
k
Faktor kondisi
Parameter

Sumber : Balai Besar Budidaya Laut Lampung (2016)

7
Pengumpulan Data Sosial Ekonomi
Pengumpulan data sosial ekonomi dilakukan dalam mengkaji aspek sosial
dan kelayakan usaha budidaya kerapu melalu wawancara dan penyebaran kuisioner
terhadap responden. Wawancara tersebut telah dilengkapi dengan pengisian
kuisioner dengan obyek sasaran seperti para pelaku usaha budidaya KJA,
pemerintah daerah, akademisi, lembaga sosial masyarakat, dan lembaga asosiasi
usaha. Informasi yang telah didapatkan tersebut selanjutnya dianalisa untuk
mengetahui tingkat kelayakan usaha budidaya ikan kerapu dengan sistem KJA.
Data sekunder dikumpulkan melalui penelusuran berbagai pustaka yang ada
di berbagai instansi/lembaga terkait sesuai atribut yang dikaji. Beberapa contoh data
tersebut diantaranya adalah peta Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (RZWP3K) Provinsi Lampung tahun 2015-2016, peta Rencana Tata Ruang
Wilayah (RTRW) Provinsi Lampung tahun 2009 sampai dengan tahun 2029,
Pesawaran Dalam Angka (PDA) tahun 2016 yang diambil dari Badan Pusat
Statistik Kota Bandarlampung, serta data produksi perikanan budidaya kerapu
tahun 2015 yang bersumber dari Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Lampung.
Jenis dan sumber data yang dikumpulkan tersaji pada Tabel 3.
Tabel 3 Jenis dan Sumber Data
Tujuan
Mengetahui kondisi dan
gambaran umum perairan
Ringgung

Data
Kualitas Air (Komponen
Fisika, Kimia)
Hubungan Panjang dan Berat
Kerapu
Estimasi Pasang Surut (m3)

Mengetahui kondisi sosial
Pendapatan (Rp)
ekonomi dan persepsi
masyarakat
Persepsi Masyarakat
Keterangan : P = Primer ; S = Sekunder

Sumber Data
Pengamatan (P)
Pengamatan (P)
Aplikasi NAOTide (S)
Wawancara (P) dan Data
dari DKP Lampung (S)
Wawancara (P)

Analisis Data
Analisis Kesesuaian Lahan
Proses ini diawali dengan mengumpulkan berbagai referensi mengenai
kondisi wilayah perairan yang harus dipenuhi untuk pembudidayaan ikan yang
menggunakan sistem KJA. Kemudian menentukan batas-batas nilai untuk setiap
parameter fisik-kimia perairan yang memenuhi persyaratan budidaya ikan
(Tiskiatoro, 2006). Parameter yang dapat memberikan pengaruh lebih kuat sebagai
faktor pembatas bagi organisme budidaya diberi bobot lebih tinggi. Kriteria
kesesuaiaan disusun berdasarkan parameter biofisik yang relevan dengan mengacu
pada matriks kesesuaiaan. Parameter yang dapat memberikan pengaruh lebih kuat
sebagai faktor pembatas bagi organisme budidaya diberi bobot lebih tinggi.
Menurut Rustam (2005), bobot terbesar ditentukan 20 dan terkecil 5 sehingga total
bobot berjumlah 100. Sirajuddin (2009), kelas kesesuaiaan lahan terbagi kedalam 3
kelas yaitu:
1. Kelas S1 (sangat sesuai)
Lahan tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara
lestari atau hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh
secara nyata terhadap produksi, serta tidak akan menaikkan input dari apa yang
telah diberikan. Nilai scoring untuk kelas S1 sebesar 3.

8
2. Kelas S2 (sesuai)
Lahan mempunyai pembatas-pembatas untuk suatu penggunaan yang lestari.
Ini akan mengurangi produktivitas dan keuntungan, serta meningkatkan input yang
diperlukan. Nilai scoring untuk kelas S2 sebesar 2.
3. Kelas N
Lahan mempunyai pembatas yang sangat berat, sehingga tidak mungkin
digunakan bagi penggunaan yang lestari. Nilai scoring untuk kelas N sebesar 1.
Pelaksanaan operasi tumpang susun (overlay) untuk setiap peruntukan
dimulai dari parameter yang paling penting berurutan hingga parameter yang
kurang penting. Hasil yang didapat berupa pemetaan kesesuaiaan lahan yang
dilakukan dengan program spasial Arc Map 10.3 untuk memetakan kawasan ketiga
kelas tersebut dilakukan operasi tumpang susun (overlaying) dari setiap tema yang
digunakan sebagai kriteria. Hasil perkalian antara bobot dan skor yang diperoleh,
selanjutnya disesuaikan berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap penentuan
kesesuaiaan pemanfaatan lahan ruang pesisir melalui budidaya kerapu di KJA
Perairan Ringgung.
Tabel 4 Kriteria dan Sistem Penilaian Kesesuaian Perairan untuk Budidaya Kerapu
di KJA
No

Parameter

1
2

Kedalaman (m)
Kecerahan (m)
Kecepatan arus
(m/detik)
Suhu (oC)
Salinitas (ppt)
Derajat
keasaman
Oksigen terlarut
(mg/l)
Nitrat (mg/l)
Ammonia
(mg/l)
Fosfat (mg/l)

3
4
5
6
7
8
9
10

S1
Kelas
8-20
>5

S2
Kelas
5 -20-25