Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung

PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP
CABAI MERAH DI KECAMATAN COBLONG KOTA
BANDUNG

TRISNI NOVIASARI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Permintaan Konsumen
Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2014
Trisni Noviasari
H34114070

ABSTRAK
TRISNI NOVIASARI. Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai
Merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung Dibimbing oleh ANNA
FARIYANTI.
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang pada umumnya
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Permintaan cabai merah yang
berfluktuatif dapat berpengaruh terhadap harga yang ditawarkan. Penelitian ini
dilakukan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah
permintaan cabai merah dan bagaimana respon rumah tangga di Kecamatan
Coblong Kota Bandung terhadap permintaan cabai merah akibat perubahan harga
dan pendapatan. Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2013 hingga
Januari 2014 pada 40 responden ibu rumah tangga. Berdasarkan hasil penelitian,
faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah di Kecamatan Coblong
adalah harga cabai merah dan jumlah anggota keluarga yang signifikan pada
tingkat kepercayaan 99%. Sedangkan variabel frekuensi pembelian, suku,

preferensi terhadap pedas, tempat pembelian dan pendapatan rumah tangga
signifikan pada tingkat kepercayaan kurang dari 99%. Respon permintaan
terhadap perubahan harga bersifat elastis.
Kata kunci : Permintaan cabai merah, faktor-faktor, elastisitas

ABSTRACT
TRISNI NOVIASARI. The Demand of Pepper in Coblong Bandung. Supervised
by ANNA FARIYANTI.
Pepper is one of the vegetables that is generally consumed by people in
Indonesia. The demand fluctuation can affected the price of pepper. This study
aims to analyze determinants of pepper demand and household response to the
price fluctuation and income changes. This research was conducted from
December 2013 until Januari 2014 with 40 household consumer as samples in
Coblong, Bandung. Based on this research, the factors that affect pepper demand
are its price and family members (significant at 99 confidence level), while the
other variables such as purchasing frequency, ethnic group, preference of spicy
food, and household income is less significant at 99 confidence level. Demand
response to the price change is elastic.
Keywords: Red chilli demand, factors, elasticity


PERMINTAAN KONSUMEN RUMAH TANGGA TERHADAP
CABAI MERAH DI KECAMATAN COBLONG KOTA
BANDUNG

TRISNI NOVIASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah di
Kecamatan Coblong Kota Bandung

Nama
: Trisni Noviasari
NIM
: H34114070

Disetujui oleh

Dr Ir Anna Fariyanti, MSi
Pembimbing

Diketahui Oleh

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi sebagai karya akhir

dengan judul Permintaan Konsumen Rumah Tangga Terhadap Cabai Merah Di
Kecamatan Coblong Kota Bandung sebagai salah satu syarat kelulusan pada
Program Alih Jenis Agribisnis Institut Pertanian Bogor. Laporan ini merupakan
hasil penelitian penulis yang dilaksanakan di Kecamatan Coblong Kota Bandung
selama jangka waktu satu bulan pada bulan Desember hingga Januari 2014.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Anna Fariyanti, MS
selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu dalam
memberikan bimbingan, arahan, saran, serta ilmu pengetahuannya selama
penyusunan skripsi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak
Dr. Amzul Rifin, SP MA dan Ibu Eva Yolynda Aviny, SP MM selaku dosen
penguji utama dan dosen penguji akademik yang telah memberikan saran dan
masukan kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini. Penghargaan tak lupa
penulis sampaikan kepada Ibu/Bapak dosen yang telah memberikan bekal
pengetahuan kepada penulis, seluruh responden ibu rumah tangga di Kecamatan
Coblong, Pegawai Kantor Kecamatan Coblong, serta seluruh pihak yang telah
membantu memberikan berbagai informasi kepada penulis. Rasa terima kasih juga
penulis sampaikan kepada ayah, ibu, keluarga, para sahabat, dan rekan-rekan
seperjuangan Alih Jenis Agribisnis Angkatan 2 atas doa, nasehat, kasih sayang,
dan rasa kebersamaan yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,

oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
dari semua pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang. Akhir kata
dengan segala keterbatasan dan kekurangan penulis berharap hasil penelitian ini
dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan kepada para
pembaca sekalian. Amin.

Bogor, Maret 2014

Trisni Noviasari
H34114070

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian

Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Cabai Merah
Permintaan komoditas pertanian
Analisis Faktor-faktor permintaan pada komoditi pertanian
Elastisitas terhadap permintaan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka Pemikiran Operasional
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengolahan dan Analisis Data
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Permintaan Rumah Tangga
Terhadap Cabai Merah Di Kecamatan Coblong
Respon harga cabai merah di Kecamatan Coblong
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vii
vii
viii
1
1
5
7
7
7
7
7
8
9
10
11

11
16
18
18
18
18
19
24
24
33
40
41
41
41
42
44

DAFTAR TABEL
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Ekspor impor pertanian periode Januari-Februari 2013
Produksi komoditas sayuran tertinggi tahun 2008-2012

Rata-rata konsumsi cabai merah di Indonesia tahun 2008-2012
Uji Durbin-Watson: Aturan Keputusan
Penduduk Kecamatan Coblong per Kelurahan tahun 2000, 2010 dan
2012
Penduduk dan rumah tangga di Kecamatan Coblong per Kelurahan
tahun 2012
Tingkat Pendidikan Masyarakat di Kecamatan Coblong
Jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian pokok
Tabel Sarana dan Prasarana Kecamatan Coblong
Kelurahan dan Jumlah RT/RW
Karakteristik responden berdasarkan tempat pembelian
Data responden berdasarkan frekuensi pembelian cabai merah
Data responden menurut jumlah pembelian cabai merah
Karakteristik responden menurut produk subtitusi
Karakteristik
responden
terhadap
ketahanan
untuk
tidak
mengkonsumsi cabai merah
Sebaran responden berdasarkan persepsi responden terhadap harga beli
cabai merah
Sebaran responden berdasarkan respon/konsumsi terhadap perubahan
harga
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan cabai merah di
Kecamatan Coblong
Hasil Perhitungan Elastisitas Harga Permintaan Cabai Merah Di
Kecamatan Coblong

1
2
3
22
25
25
26
26
27
27
28
29
29
30
31
31
32
33
40

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6

Harga cabai merah bulan Agustus 2011-2012
Harga harian cabai merah bulan Juli-September 2013 di Pasar Induk
Caringin Bandung
Permintaan cabai merah di Kota Bandung tahun 2012
Pergerakan kurva permintaan
Pergeseran kurva permintaan
Kerangka Pemikiran Operasional

4
5
6
13
14
17

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5

Uji Normalitas
Uji Heteroskedasitas
Hasil Output Uji F, Uji Autokorelasi, Koefisien Determinasi (R2),
Descriptive Statistik
Perhitungan Elastisitas Harga dan Elastisitas Pendapatan
Data regresi berganda

44
45
46
47
48

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembangunan pertanian di Indonesia memiliki potensi yang besar,
khususnya pada subsektor hortikultura. Berdasarkan Keputusan Menteri Pertanian
Nomor 511 tahun 2006 terdapat 323 jenis komoditas 1 hortikultura yaitu 60
komoditas buah-buahan, 80 komoditas sayur-sayuran, 66 komoditas biofarmaka
dan 117 komoditas tanaman hias. Komoditas hortikultura tersebut memiliki nilai
ekonomi yang tinggi, sehingga usaha agribisnis hortikultura (buah, sayuran,
florikultura dan tanaman obat) dapat menjadi sumber pendapatan bagi masyarakat
dan petani baik berskala kecil, menengah maupun besar. Hal tersebut dapat
menjadi dasar perkembangan produk pertanian tropis di Indonesia.
Produk
hortikultura merupakan produk yang dibutuhkan secara
berkelanjutan oleh masyarakat. Produk tersebut memiliki potensi pasar yang cerah
baik untuk pasokan dalam maupun luar negeri. Komoditas hortikultura memiliki
keunggulan berupa keragaman jenis, ketersediaan sumberdaya lahan dan
teknologi, serta potensi serapan pasar di dalam negeri maupun internasional. Hal
tersebut dapat dilihat dari peningkatan pertumbuhan ekspor maupun impor yang
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Ekspor impor pertanian periode Januari-Februari 2013
Pertumbuhan
Sub Sektor
Januari
Februari
(%)
Tanaman Pangan
Volume (Kg)
Ekspor
44 825 909
53 668 374
19.73
Impor
2 170 021 958
2 348 676 515
8.23
Hortikultura
Volume (Kg)
Ekspor
44 176 507
81 509 086
84.51
Impor
282 961 879
352 635 312
24.62
Perkebunan
Volume (Kg)
Ekspor
6 175 204 241
7 953 033 774
28.79
Impor
308 108 888
278 730 123
-954
Sumber : Direktorat Jendral Hortikultura dan Departemen Pertanian 2013

Tabel 1 memperlihatkan volume ekspor dan impor subsektor hortikultura
pada bulan Januari hingga Februari 2013. Pertumbuhan impor subsektor
hortikultura adalah sebesar 24.62 persen. Produksi komoditi hortikultura di
Indonesia masih belum mencukupi. Hal tersebut dapat terjadi karena
1

Pusat Data Statistik dan Informasi. 2006. Keputusan Menteri Pertanian Nomor :
511/Kpts/Pd.310/9/2006.http://pusdatin.setjen.deptan.go.id/ditjentp/files/Kepmen511.pdf.
[14
Oktober 2013]

2

ketidakmampuan dalam memproduksi komoditas hortikultura akibat menurunya
hasil akhir produksi ataupun disebabkan karena gagal panen. Selain itu, adanya
peningkatan permintaan produk dipasaran sehingga dibutuhkan produk impor
untuk memenuhi kebutuhan konsumen.
Salah satu kebutuhan konsumen yang mendasar adalah pangan.
Terpenuhinya pangan merupakan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh
masyarakat sebagai konsumen. Perilaku konsumsi pangan merupakan salah satu
indikator untuk menilai tingkat perkonomian rumah tangga maupun
perekonomian secara nasional (Jafrinur, 2010).
Sayuran merupakan salah satu komoditas dari subsektor hortikultura yang
berperan dalam ketersediaan pangan. Ketersediaan pangan dapat dipengaruhi dari
jumlah yang berada di suatu wilayah. Jumlah penduduk yang semakin lama
semakin meningkat serta timbulnya kesadaran akan gizi di kalangan masyarakat
dapat meningkatkan peluang pasar terhadap produk hortikultura. Untuk memenuhi
ketersediaan pangan dan gizi masyarakat, terdapat beragam jenis sayuran yang di
produksi di Indonesia. Tabel 2 menunjukan beberapa jenis sayuran yang banyak
diproduksi didalam negeri tahun 2008 sampai 2012.
Tabel 2 Produksi komoditas sayuran tertinggi tahun 2008-2012
No

Komoditas

1 Kubis
2 Kentang
Bawang
3 merah
4 Tomat
Cabai
5 merah
6 Petsai/sawi
Bawang
7 daun
8 Ketimun
9 Cabai rawit
Kacang
10 panjang

2008
1 323 702
1 071 543

2009
1 358 113
1 176 304

Ton
2010
1 385 044
1 060 805

853 615
725 973

965 164
853 061

1 048 934
891 616

893 124
954 046

964 195
893 463

695 707
565 636

787 433
562 838

80 716
58 377

888 852
580 969

95 431
594 911

547 743
540 122
457 353

549 365
583 139
591 294

541 374
547 141
521 704

526 774
521 535
594 227

596 805
511 485
702 214

455 524

483 793

489 449

458 307

455 562

2011
1 363 741
955 488

2012
1 450 037
1 094 232

Sumber : Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jenderal Hortikultura 2012

Pada Tabel 2 cabai merah merupakan salah satu dari 10 komoditas sayuran
tertinggi yang diproduksi di Indonesia. Dari tahun 2008 sampai dengan tahun
2012 terus meningkat setiap tahunnya, hal tersebut menunjukan banyaknya
permintaan akan cabai yang terus berkembang. Pada waktu tertentu, terutama
menjelang hari besar keagamaan jumlah permintaan melebihi ketersediaan di
pasaran. Hal tersebut mengakibatkan harga cabai merah meningkat sampai
beberapa periode waktu tertentu.
Cabai merah (Capsicum annum) adalah komoditas unggulan yang bernilai
ekonomis tinggi serta mempunyai prospek pasar yang baik. Sebagai bumbu masak
yang kaya akan vitamin A, C, serta kalsium. Cabai merah merupakan komoditi

3

yang tidak dapat ditinggalkan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.
Komoditi ini banyak digunakan dalam bentuk olahan sebagai konsumsi rumah
tangga maupun industri pengolahan makanan. Pada perdagangan internasional,
cabai banyak dijual dalam bentuk segar, kering, giling, pasta atau saos (Wiryanta,
2001).
Terdapat tiga jenis cabai yang pada umumnya dibudidayakan oleh
masyarakat untuk keperluan konsumsi, diantaranya cabai merah, cabai rawit, dan
paprika. Cabai merah adalah salah satu jenis cabai yang paling digemari di
kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan hasil pertanian ini sudah menjadi budaya
kuliner masyarakat Indonesia. Adanya peningkatan konsumsi pada komoditi ini
maka akan semakin potensial cabai merah untuk dibudidayakan oleh petani
Indonesia. Kebutuhan cabai yang sangat besar ini juga harus diimbangi dengan
produksi cabai yang tinggi, sehingga kebutuhan cabai merah dalam negeri dapat
terpenuhi.Tabel 3 menunjukan kebutuhan rata-rata dalam mengkonsumsi cabai
merah.
Tabel 3 Rata-rata konsumsi cabai merah di Indonesia tahun 2008-2012
Tahun
2008
2009
2010
2011
2012

Konsumsi (ons/kapita/tahun)
15.486
15.226
15.278
14.965
16.529

Sumber : Departemen Pertanian 2012

Konsumsi cabai merah per kapita dalam negeri cenderung meningkat setiap
tahunnya seperti yang ditunjukan pada Tabel 3. Selama lima tahun terakhir yaitu
pada tahun 2008 hingga tahun 2012 konsumsi cabai meningkat dari 15.486
hingga 16.529 ons per kapita per tahun. Meskipun terjadi penurunan pada tahun
2010 sebesar 0.313 ons per kapita per tahun, namun tetap menunjukan nilai positif
dan mengalami peningkatan kembali di tahun 2012. Meningkatnya konsumsi
cabai di Indonesia menunjukkan bahwa komoditas ini memiliki potensi besar
untuk diusahakan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sunandar,
Suprianto dan Candra (2012) mengenai keuntungan dan kelayakan dalam
usahatani cabai merah menyatakan R/C Ratio yang didapat dari luas tanam lahan
satu hektar mencapai angka 1.760. Hasil tersebut menunjukan, usahatani cabai
merah yang ditanam petani pada luas lahan satu hektar layak untuk diusahakan.
Cabai merah merupakan salah satu komoditas yang terkait pengaruhnya
terhadap perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari besarnya tingkat
permintaan masyarakat terhadap cabai merah. Fluktuasi harga cabai merah dapat
mempengaruhi harga-harga pada komoditi lainnya. Sari (2013) menyatakan
kontribusi terbesar terhadap laju inflasi bulan Februari 2013 adalah kelompok
bahan makanan (0.49%). Hal ini menjadikan cabai merah termasuk dalam 5
komoditi yang menyumbangkan inflasi. Adapun komoditas kelompok bahan
makanan yang dominan memberikan sumbangan inflasi terbesar diantaranya
bawang putih (0.12%), menyusul tomat sayur dan bawang merah (0.07%), cabai
merah (0.04%), daging sapi (0.01%).

4

Jumlah cabai yang tersedia di pasar tidak selalu sesuai dengan kebutuhan
konsumen. Disaat panen raya jumlah cabai di pasar melebihi kebutuhan konsumsi
masyarakat, namun tidak jarang jumlah cabai yang tersedia lebih sedikit dari
kebutuhan konsumen. Berdasarkan catatan Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Agro Provinsi Jawa Barat tahun 2006 dalam Rachma (2008), permintaan
kebutuhan cabai merah dari konsumen rumah tangga di Jawa Barat mencapai
2 502 24 ton, sedangkan permintaan dari industri besar dan sedang mencapai
28 61 ton.
Terdapat beberapa hal yang dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara
jumlah yang tersedia dengan jumlah permintaan cabai di pasar. Salah satunya
disebabkan karena tidak stabilnya jumlah cabai yang diproduksi atau jumlah
permintaan konsumen yang berfluktuatif. Hal tersebut dapat memberikan dampak
pada ketidakstabilan harga cabai dipasaran. Gambar 1 menunjukan fluktuasi yang
terjadi pada cabai di Indonesia sepanjang bulan Agustus tahun 2011 hingga
Agustus 2012.

Gambar 1 Harga cabai merah bulan Agustus 2011-20122
Pada Gambar 1 terlihat grafik perkembangan dan penurunan harga cabai
yang mengindikasikan adanya ketidakseimbangan pada pasar cabai.
Ketidakseimbangan tersebut bisa terjadi karena jumlah penawaran atau pasokan
cabai merah jumlahnya terlalu tinggi ataupun sebaliknya. Selain dari penawaran,
ketidakseimbangan pasar dapat terjadi karena tinggi atau rendahnya permintaan
cabai. Akibat dari ketidaktersediaan pasokan terhadap kebutuhan pasar yaitu
harga cabai yang tidak menentu.
Kecamatan Coblong Kota Bandung merupakan kecamatan terpadat di
kawasan Bandung Utara. Jumlah penduduk yang padat dapat menjadi lokasi yang
tepat sebagai tempat untuk mengkaji konsumsi bahan makanan khususnya
sayuran seperti cabai merah. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk
maka tingkat kebutuhan pangan bagi penduduk juga tinggi. Maka dari itu
ketersediaan bahan pangan di setiap pasar di daerah ini harus diperhatikan sebagai
pemenuhan konsumsi masyarakat.

2

Tinjauan pasar cabai. Diakses pada http://ews.kemendag.go.id . [4 November 2013]

5

Perumusan Masalah
Permintaan terhadap suatu komoditi erat kaitannya dengan tingkat konsumsi
pada konsumen. Jumlah ketersediaan serta jumlah permintaan suatu komoditas
mempengaruhi harga serta perilaku konsumsi bagi setiap rumah tangga. Pada
umumnya setiap rumah tangga memiliki karakteristik dalam menkonsumsi suatu
produk, seperti jumlah anggota rumah tangga, pendapatan, selera serta kebiasaan
yang dijalankan.
Cabai merah merupakan salah satu jenis sayuran yang umumnya
dikonsumsi oleh masyarakat di Indonesia. Permintaan cabai merah yang
berfluktuatif dapat berpengaruh terhadap harga yang ditawarkan. Jumlah
ketersediaan yang meningkat namun jumlah permintaan di pasar rendah maka
akan mengakibatkan harga jual yang ditawarkan komoditas ini akan menurun.
Berbeda halnya ketika jumlah ketersediaan menurun sedangkan jumlah
permintaan konsumen tinggi, hal ini dapat menyebabkan harga jual yang
ditawarkan akan meningkat. Perubahan harga tersebut menyebabkan pengeluaran
konsumen rumah tangga terhadap komiditi ini berubah. Berikut ini merupakan
fluktuasi harga pada komoditas cabai merah di Pasar Induk Caringin di tahun
2013 (Gambar 2).
Harga harian cabai merah
45,000
40,000
35,000
30,000
25,000
20,000
15,000
10,000
5,000
0

Harga harian cabai merah

Gambar 2 Harga harian cabai merah bulan Juli-September 2013 di Pasar Induk
Caringin Bandung
Gambar 2 menunjukan fluktuasi harga harian cabai merah di pasar Induk
Caringin Bandung. Terlihat harga cabai merah mengalami penurunan di tanggal
29 Juli 2013 dan mengalami peningkatan yang signifikan di tanggal 29 Agustus
2013. Hal tersebut dapat disebabkan karena kebutuhan konsumsi rumah tangga
yang tidak diimbangi dengan keteresediaan. Berdasarkan data dari Dinas
Pertanian, permintaan cabai merah di Kota Bandung relatif berfluktuatif
(Gambar 3).

Ton

6

1000
800
600
400
200
0

Permintaan

Bulan

Gambar 3 Permintaan cabai merah di Kota Bandung tahun 2012
Gambar 3 menunjukan permintaan cabai merah yang berfluktuasi dari bulan
Januari hingga bulan Desember 2012. Pada bulan Januari hingga bulan Februari
cabai merah mengalami peningkatan, namun di bulan Maret terjadi penurunan dan
bulan Juni serta Agustus mengalami peningkatan kembali. Peningkatan jumlah
permintaan dapat terjadi karena beberapa faktor. Hal tersebut menyebabkan
jumlah cabai merah diminta akan lebih besar dibandingkan hari biasanya.
Permintaan cabai merah yang berfluktuatif dapat disebabkan oleh faktor
ekonomi dan faktor sosial. Dimana diduga faktor ekonomi yang mempengaruhi
adalah harga (harga cabai merah itu sendiri dan harga barang lain yang dapat
menjadi pengganti atau penggenapnya) dan pendapatan, sedangkan faktor sosial
yang mempengaruhi adalah jumlah penduduk (Dewi, 2009). Berdasarkan data 3
dari Badan Pusat Statistik Kota Bandung pendapatan per kapita per tahun di Kota
Bandung yang menunjukkan kemajuan yang cukup berarti. Jika pada tahun 2008
pendapatan per kapita baru mencapai Rp11,8 juta/orang, maka pada tahun 2012
mengalami peningkatan yang cukup signifikan menjadi Rp15,4 juta/orang. Hal
tersebut menunjukan terjadinya peningkatan pendapatan dari tahun 2008 sampai
2012. Perubahan pendapatan tersebut diduga dapat menjadi faktor yang
mempengaruhi permintaan.
Namun, masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan jumlah
permintaan komoditi cabai merah di tingkat konsumen rumah tangga dan
pengaruh permintaan terhadap perubahan harga serta pendapatan. Maka,
pentingnya mengkaji lebih lanjut mengenai permintaan cabai merah sebagai salah
satu komoditas yang sering dikonsumsi di masyarakat khususnya rumah tangga di
Kecamatan Coblong Kota Bandung.
Berdasarkan uraian diatas maka permasalahan yang akan dikaji dalam
penelitian adalah :
1. Faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi jumlah permintaan rumah
tangga terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung ?
2. Bagaimana respon rumah tangga terhadap permintaan cabai merah akibat
perubahan harga dan pendapatan?
3

Pendapatan
per
kapita
di
Kota
Bandung.
Diakses
http://bandung.go.id/images/download/LKPJ/LKPJ_2012_bab_1.pdf. [28 Februari 2013]

pada

7

Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang terjadi di lapangan dan latar belakang
penelitian, tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga
terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung.
2. Menganalisis respon rumah tangga di Kecamatan Coblong Kota Bandung
terhadap permintaan cabai merah akibat perubahan harga dan pendapatan.

Manfaat Penelitian
Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat menjadi suatu sumber
informasi dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak
terkait yaitu:
1. Bagi yang bersangkutan (pemerintah) diharapkan dapat menjadi
pertimbangan dalam kebijakan yang berkaitan dengan permintaan komoditi
cabai merah agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat.
2. Bagi petani maupun pedagang diharapkan dapat menjadi masukan dalam
menentukan strategi dalam memproduksi dan menjual cabai merah.
3. Bagi penulis sebagai penerapan ilmu yang diperoleh selama perkuliahan dan
sarana untuk melatih kemampuan dalam menganalisa masalah.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dibatasi pada analisis permintaan konsumen rumah tangga
terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Lokasi dalam
pengambilan data yaitu di Kecamatan Coblong. Perhitungan tingkat konsumsi
mencakup total pengeluaran konsumsi selama satu bulan terakhir. Penelitian ini
dibatasi pada komoditas cabai merah, baik cabai merah besar maupun cabai merah
keriting yang dikonsumsi di rumah tangga. Produk subtitusi (pengganti) pada
cabai merah ini tidak dimasukan ke dalam variabel yang dianalisis. Penelitian ini
hanya memberikan informasi permintaan cabai merah di tingkat rumah tangga,
tidak mengkaji permintaan cabai merah di tingkat pasar atau industri.
Pengambilan data permintaan cabai merah ini dilakukan terhadap 40 orang
responden ibu rumah tangga. Metode analisis yang digunakan yaitu metode
analisis deskriptif dan metode regresi berganda.

TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Umum Cabai Merah
Cabai termasuk tanaman semusim (annual) berbentuk perdu, berdiri dengan
batang berkayu, serta memiliki banyak cabang. Cabai mengandung zat-zat gizi
yang sangat diperlukan untuk kesehatan manusia. Cabai mengandung protein,

8

lemak, karbohidrat, kalsium (Ca), fosfor (P), besi (Fe), vitamin-vitamin, dan
mengandung senyawa-senyawa alkaloid seperti capsianin, flafenoid, dan minyak
esensial (Prajnanta, 2006). Pada umumnya cabai dapat ditanam pada dataran
rendah sampai ketinggian 2000 meter dpl. Suhu perkecambahan benih paling baik
antara 25-30 0C sedangkan untuk pertumbuhan adalah 24-28 0C. Untuk
pertumbuhan yang optimal, tanaman cabai membutuhkan intensitas cahaya
matahari sekurang-kurangnya selama 10 sampai 12 jam untuk melakukan
fotosintesis, pembentukan bunga dan buah, serta pemasakan buah. Derajat
keasaman tanah (pH) yang ideal untuk tanaman cabai adalah 6-7.
Terdapat beberapa jenis cabai yang umumnya dibudidayakan (tim redaksi
Trubus, 2006) :
a. Cabai rawit
Cabai rawit merupakan jenis cabai yang memiliki rasa yang sangat pedas
dibandingkan dengan jenis yang lainnya. Mengandung kadar minyak atrisi
yang tinggi. Biji cabai ini banyak dan padat. Bentuk buah cabai rawit pada
umumnya memiliki panjang kira-kira 1 sampai 2 cm dengan diameter 0.5
sampai 1 cm.
b. Cabai merah
Cabai merah merupakan jenis yang dapat dikatakan sebagai primadona cabai.
Pembudidaya cabai merah menjanjikan peluang bisnis bagi pelakunya. Cabai
merah ini juga memiliki beberapa jenis antara lain cabai merah, cabai merah
bulat, dan cabai hijau. Bentuknya juga bervariasi ada yang panjangnya 10 cm
dengan diameter 0.5 sampai 1 cm. Ada pula yang panjangnya 8 sampai 12 cm
dengan diameter 1 sampai 1.5 cm.
c. Cabai paprika
Jenis cabai ini terlihat seperti buah apel merah yang kecil atau menyerupai
buah tomat yang lonjong. Panjangnya kira-kira 2 sampai 5 cm dengan
diameter 3 sampai 5 cm. Rasanya tidak pedas dan cenderung manis. Kulit dan
daging buahnya tebal, bijinya sangat sedikit. Kulit buahnya berwarna hijau
saat masih muda, setelah tua akan menjadi merah muda dan ketika buahnya
masak akan berwarna merah tua.
d. Cabai hias
Cabai hias merupakan jenis tanaman cabai yang kebanyakan dimanfaatkan
sebagai tanaman hias yang ditanam di pot. Cabai hias ini juga bentuknya
bermacam-macam antara lain cabai kapur, cabai polong, cabai jepang, dan
cabai payung. Bentuknya juga bervariasi yang seperti cabai rawit, ada yang
bulat seperti kelereng dan ada pula yang bentuknya pipih.

Permintaan komoditas pertanian
Permintaan adalah barang atau jasa yang diminta dalam jumlah tertentu
pada tingkat harga dan periode tertentu. Dimana semakin banyak jumlah
penduduk maka akan semakin tinggi permintaan masyarakat akan suatu jenis
barang ataupun jasa. Menurut Sudarsono dalam Dewi (2009) permintaan baru
mempunyai arti apabila didukung oleh daya beli pada permintaan barang tersebut
sehingga dapat dikatakan permintaan efektif (effective demand). Sedangkan
permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan

9

absolute/potensial (absolute/potential demand). Dibawah ini adalah penelitian
yang dilakukan mengenai analisis permintaan pada komoditi pertanian Dewi
(2009), Satriana (2013), Afifa (2006) dan komiditi peternakan Hadiwijoyo (2009).
Hadiwijoyo (2009) menganalisis permintaan akibat adanya kesenjangan
antara kebutuhan konsumsi dengan produksi daging sapi lokal. Hal tersebut
menunjukkan banyaknya permintaan terhadap daging sapi lokal, sehingga
dirumuskan permasalahan faktor-faktor yang menentukan jumlah permintaan dan
penawaran serta elastisitas (respon) harga, elastisitas silang, dan elastisitas
pendapatan terhadap permintaan dan penawaran daging sapi di Indonesia. Hal
serupa namun berbeda komoditi dilakukan Afifa (2006) yang melakukan analisis
permintaan kedelai sebagai bahan baku kecap akibat adanya peningkatan jumlah
penduduk yang menyebabkan meningkatnya konsumsi kecap pada industri kecap
di Indonesia. Maka rumusan masalah pada penelitian ini yaitu bagaimana
keragaan perekonomian dan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan kedelai
pada industri kecap di Indonesia.
Berbeda halnya dengan penelitian Dewi (2009) dan Satriana (2013)
menganalisis permintaan komoditas cabai dengan melihat adanya fluktuasi harga
dari komoditi tersebut. Fluktuasi harga tersebut dapat mempengaruhi tingkat
permintaan dari cabai merah. Salah satu penyebab fluktuasi yang terjadi yaitu
kenaikan jumlah penduduk. Berdasarkan hal tersebut Dewi (2009) merumuskan
beberapa permasalahan yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan
elastisitas permintaan cabai merah besar di Kota Surakarta. Sedangkan Satriana
(2013) merumuskan permasalahan mengenai karakteristik usaha restoran dan
permintaan cabai merah besar pada usaha restoran di Jakarta Selatan.
Dari empat penelitian yang dikaji, produk pertanian memiliki elastisitas
dimana fluktuasi harga dapat mempengaruhi kenaikan atau penurunan jumlah
permintaan. Hal tersebut dapat menjadi gambaran penelitian ini untuk melihat
adanya pengaruh dari fluktuasi harga tingkat konsumen rumah tangga di
Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Analisis Faktor-faktor permintaan pada komoditi pertanian
Permintaan untuk suatu produk menunjukan jumlah yang akan diminta atau
diinginkan konsumen per periode waktu tertentu. Permintaan tersebut dapat
ditentukan oleh harga komoditi itu sendiri, harga komoditi yang berkaitan, ratarata pendapatan rumah tangga, distribusi pendapatan, selera dan besarnya populasi
(Lipsey et al.). Faktor-faktor tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan alat
untuk dinilai apakah dapat mempengaruhi permintaan barang atau komoditi
tertentu. Afifa (2006), Satriana (2013), Priyanti (2012) dan Dewi (2009)
menggunakan alat analisis model ekonometrika yaitu analisis regresi linier
berganda dengan metode kuadrat terkecil biasa (Method of ordinary least
square)/OLS.
Afifa (2006) menemukan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
kedelai pada industri kecap di Indonesia adalah variabel produksi kecap, harga
kecap, harga kedelai, permintaan kedelai tahun sebelumnya, nilai tukar rupiah dan
banyaknya perusahaan kecap. Berbeda komoditas namun masih dalam analisis
faktor-faktor permintaan, Dewi (2009) menyatakan faktor-faktor yang

10

mempengaruhi permintaan cabai merah terdiri harga cabai merah itu sendiri,
harga komoditi pengganti, pendapatan dan jumlah penduduk. Berbeda halnya
dengan Priyanti (2012) yang menemukan faktor yang mempengaruhi permintaan
cabai merah diantaranya jumlah anggota keluarga, harga beli cabai, pendapatan
rumah tangga, frekuensi pembelian cabai dalam satu bulan, tempat pembelian, dan
suku. Menurut Satriana (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan
cabai merah untuk restoran di wilayah Jakarta Selatan adalah harga jual rata-rata
masakan, harga minyak goreng, dan rata-rata penerimaan restoran.
Dari empat penelitian yang dibahas, harga adalah faktor yang dapat
mempengaruhi permintaan baik harga komoditi itu sendiri maupun harga
komoditi pengganti. Selain dari harga masih terdapat faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi permintaan terhadap suatu komoditi khususnya cabai merah. Maka
dari itu, dilakukan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi jumlah permintaan rumah tangga khususnya cabai merah di
Kecamatan Coblong Kota Bandung.

Elastisitas terhadap permintaan
Elastisitas permintaan yaitu tingkat kepekaan perubahan permintaan
terhadap perubahan harga dan pendapatan. Elastisitas dapat mengukur dan
menjelaskan seberapa jauh reaksi perubahan kuantitas terhadap perubahan faktorfaktor yang mempengarui permintaan (Lipsey et al, 1995). Elastisitas harga dari
permintaan yaitu persentase perubahan permintaan karena adanya perubahan
harga barang tersebut sebesar 1 persen. Sedangkan elastisitas pendapatan dari
permintaan yaitu persentase perubahan kuantitas suatu barang yang diminta
sebagai respon atas perubahan pendapatan sebesar 1 persen.
Satriana (2013) menganalisis permintaan cabai merah besar pada usaha
restoran di Jakarta Selatan menunjukan elastisitas harga cabai merah besar
terhadap permintaan adalah -2.125, yang berarti kenaikan harga cabai merah besar
sebesar satu persen akan menurunkan jumlah cabai merah besar yang diminta
sebesar 2.125 persen. Nilai elastisitas rata-rata penerimaan pada penelitian ini
adalah 0.253, yang berarti penambahan rata-rata penerimaan restoran sebesar satu
persen akan meningkatkan jumlah permintaan cabai merah besar sebesar 0.253
persen. Nilai elastisitas rata-rata penerimaan restoran bersifat inelastis yang
berarti perubahan penambahan jumlah rata-rata penerimaan restoran akan
memberikan respon yang lebih kecil terhadap peningkatan jumlah cabai merah
besar yang diminta usaha Restoran Padang di Jakarta Selatan.
Penelitian yang dilakukan Priyanti (2012) dan Dewi (2009) menyatakan
harga dan pendapatan bersifat inelastis terhadap permintaan. Pada penelitian
Priyanti (2012) nilai elastisitas harga yang dihasilkan adalah -0.0231. Nilai
-0.0231 menunjukkan ketika harga cabai meningkat sebesar satu persen maka
rata-rata permintaan cabai merah keriting rumah tangga di DKI Jakarta akan turun
sebesar 0,0231 persen. Persentase perubahan jumlah permintaan cabai merah
keriting lebih kecil dari persentase perubahan harga cabai merah keriting. Hal
tersebut menunjukkan bahwa jumlah permintaan cabai merah keriting di DKI
Jakarta bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap harga cabai merah keriting.
Selanjutnya nilai elastisitas pendapatan yang dilakukan Priyanti (2012) adalah

11

0,00963. Nilai tersebut menunjukan pendapatan rumah tangga akan memberikan
respon yang lebih kecil terhadap peningkatan permintaan jumlah cabai merah
keriting di DKI Jakarta. Pada penelitian Dewi (2009) nilai elastisitas harga yang
dihasilkan adalah sebesar -0.89 menunjukan bahwa harga bersifat inelastis.
Sedangkan nilai elastisitas pendapatan yang dihasilkan adalah 0.42 yang berarti
bahwa adanya peningkatan atau penurunan pendapatan belum tentu menyebabkan
perubahan besar dalam jumlah cabai yang diminta.
Pada penelitian dengan komoditas yang berbeda, harga dan pendapatan pun
bersifat inelastis terhadap permintaan. Khoirunisa (2008) menganalisis mengenai
permintaan daging ayam broiler di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok
menunjukan elastisitas harga daging ayam broiler sebesar -2.335 yang artinya
dengan meningkatnya harga sebesar 1 persen akan menurunkan jumlah
permintaan daging ayam broiler sebesar 2.335 persen. Nilai tersebut menunjukan
persentase perubahan jumlah permintaan daging ayam broiler lebih kecil dari
persentase perubahan harga. Maka harga pada ayam broiler bersifat inelastis.
Elastisitas pendapatan yang dihasilkan bernilai 0,447 nilai tersebut kurang dari 1
yang artinya elastisitas pendapatan terhadap permintaan daging ayam broiler
bersifat inelastis.
Dari empat penelitian yang dikaji semua penelitian menunjukan harga dan
pendapatan bersifat tidak elastis (inelastis) terhadap jumlah permintaan. Maka,
dari penelitian sebelumnya dapat menjadi pandangan untuk penelitian yang akan
dilakukan.

KERANGKA PEMIKIRAN
Kerangka Pemikiran Teoritis
Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang menjelaskan
mengenai teori-teori yang sesuai dan digunakan dalam topik penelitian. Kerangka
pemikiran teoritis membahas mengenai berbagai teori dan konsep permintaan
terkait dengan penelitian yang dilakukan. Kerangka pemikiran teoritis dalam
kajian ini meliputi konsep permintaan serta elastisitas.
Teori Permintaan
Salvatore (2006) menjelaskan permintaan adalah jumlah komoditi yang
bersedia dibeli individu selama periode waktu tertentu merupakan fungsi atau
tergantung pada harga komoditi itu, pendapatan nominal individu, harga komoditi
lain, dan cita rasa individu. Lipsey et all (1995) menambahkan permintaan adalah
hubungan menyeluruh antara kuantitas komoditi tertentu yang akan dibeli
konsumen selama periode tertentu dengan harga komoditi tersebut. Teori
permintaan menjelaskan hubungan antara jumlah barang yang diminta dengan
harga dan patuh pada hukum permintaan. Hukum pada permintaan ini
menjelaskan ketika harga suatu produk naik maka jumlah yang diminta oleh
konsumen akan turun, dengan asumsi cateris paribus. Sebaliknya, ketika harga
turun maka jumlah permintaan akan meningkat. Hukum permintaan berbanding
terbalik dengan harga.

12

Murni (2012) menjelaskan permintaan dikatakan juga sebagai keinginan
untuk mendapatkan barang dan jasa yang diikuti oleh kemampuan beli.
Kemampuan beli seseorang erat kaitannya dengan tingkat pendapatan dan juga
harga barang. Harga dan pendapatan akan mempengaruhi kemampuan beli dan
keinginan untuk mendapatkan barang agar terealisasi.
Firdaus (2009) menjelaskan bahwa terdapat perbedaan antara peermintaan
dengan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan
keseluruhan dari hubungan antara harga dan jumlah permintaan. Sedangakan
jumlah barang yang diminta adalah banyaknya permintaan pada suatu tingkat
harga tertentu. Maka, permintaan merupakan keinginan konsumen untuk membeli
suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Terdapat
dua model permintaan diantaranya:
1.
Permintaan langsung, yaitu permintaan untuk konsumsi pribadi. Permintaan
atas barang dan jasa yang secara langsung memuaskan keinginan konsumen.
2.
Permintaan turunan, yaitu permintaan atas barang dan jasa bukan karena
nilai konsumsi langsung, melainkan karena merupakan masukan dalam
pembuatan atau distribusi produk. Ini dapat dikatakan bahwa permintaan
barang dan jasa tersebut diturunkan dari permintaan akan suatu produk
dimana barang dan jasa tersebut digunakan dalam pembuatannya.
Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan rumah tangga
Jumlah komoditi yang akan dibeli oleh rumah tangga pada periode waktu
tertentu dipengaruhi oleh beberapa faktor penting diantaranya :
1.

Harga komoditi itu sendiri
Harga komoditi itu sendiri berhubungan negatif dengan faktor lain dianggap
sama. Kenaikan harga komoditi tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta
dan penurunan harga akan terjadi sebaliknya (Anindita, 2008). Putong (2010)
menjelaskan manakala pada suatu pasar terdapat permintaan suatu produk yang
relatif banyak maka akan menyebabkan :
1. Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat memenuhi semua permintaan
tersebut, sehingga untuk membatasi jumlah pembelian produsen akan
menaikan harga jual produk tersebut.
2. Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan tersebut untuk
meningkatkan dan memperbesar keuntungannya dengan cara menaikan harga
jual produknya.
Sebaliknya, pada suatu pasar permintaan suatu produk relative sedikit, maka
yang terjadi adalah harga akan turun. Keadaan tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
1. Barang yang tersedia pada produsen/penjual relatif sangat banyak sehingga
manakala jumlah permintaan sedikit produsen akan berusaha menjual
produknya sebanyak mungkin dengan cara menurunkan harga jual produknya.
2. Produsen/penjual hanya akan meningkatkan keuntungannya dari volume
penjualannya (banyaknya produk yang dijual).
Hukum permintaan berlaku bila yang berubah hanya faktor harga, sementara
faktor bukan harga diasumsikan dalam keadaan Cateris Paribus. Bila yang
berubah adalah faktor harga maka kondisi permintaan akan berubah, tetapi

13

perubahannya tidak akan menggeser kurva permintaan. Perubahan permintaan
hanya terjadi pergerakan di sepanjang kurva permintaan. Gambar 4 menunjukan
pergerakan kurva permintaan.

Sumber : Lipsey et al (1995)

Gambar 4 Pergerakan kurva permintaan
Gambar 4 menjelaskan ketika harga turun dari P1 menjadi P2, maka
permintaan bertambah dari Q1 menjadi Q2 unit. Posisi permintaan berubah dari
titik A ke titik B. Ketika harga naik dari P2 menjadi P1, maka permintaan
berkurang dari Q2 menjadi Q1 unit. Posisi permintaan berubah dari titik B ke titik
A. Perubahan harga menyebabkan jumlah permintaan mengalami perubahan,
tetapi gerakan perubahan permintaan tetap berada pada kurva yang sama. Hal
tersebut dapat dilihat pada titik perubahan dari A ke B atau dari B ke A yang
pergerakannya hanya terjadi di sepanjang kurva D.
2.

Rata–rata penghasilan rumah tangga/ Distribusi pendapatan
Distribusi pendapatan merupakan pendapatan total yang konstan
didistribusikan kembali kepada jumlah penduduk, maka permintaan berubah
(Lipsey et all, 1995). Sedangkan Case dan Fair (2006) menjelaskan penghasilan
rumah tangga merupakan jumlah semua upah, gaji, laba, pembayaran, bunga,
sewa dan bentuk penghasilan lain yang diterima oleh suatu rumah tangga pada
periode waktu tertentu. Rumah tangga yang memiliki pendapatan yang lebih
tinggi sanggup membeli lebih banyak barang. Case dan Fair (2006) menduga
adanya permintaan yang lebih tinggi pada tingkat penghasilan yang lebih tinggi
dan permintaan yang lebih rendah pada tingkat penghasilan yang lebih rendah.
Barang yang permintaannya naik ketika pendapatan lebih tinggi dan
permintaannnya turun ketika pendapatan lebih rendah disebut barang normal.
Adapun pendapatan yang lebih tinggi dapat mengurangi konsumsi suatu produk.
Barang yang cenderung turun ketika pendapatan meningkat disebut barang
inferior.
Ketika faktor pendapatan berubah maka kondisi permintaan akan berubah dan
perubahannya akan menggeser kurva permintaan. Perubahan kurva tersebut bisa
bergeser ke kanan (increased demand) dan bisa bergeser ke kiri (decreased
demand). Kenaikan jumlah permintaan (increased demand) dapat terjadi karena
adanya salah satu faktor yang mempengaruhi seperti kenaikan jumlah pendapatan.
Sedangkan jumlah permintaan yang berkurang (decreased demand) dapat terjadi

14

karena turunnya jumlah pendapatan, adanya barang subtitusi (produk lain).
Berikut ini merupakan pergeseran kurva permintaan dapat dilihat pada Gambar 5.

Sumber : Murni (2012)

Gambar 5 Pergeseran kurva permintaan
Kurva 5 menjelaskan kenaikan permintaan akan mendorong kurva
permintaan ke kanan dari kurva D ke kurva D1. Kondisi ini bisa disebabkan karena
pendapatan masyarakat bertambah, sehingga daya beli akan bertambah meskipun
harga yang ditawarkan tetap. Sedangkan penurunan permintaan akan mendorong
kurva permintaan ke kiri dari kurva D ke kurva D2. Kondisi ini bisa disebabkan
karena riel income masyarakat turun serta adanya barang pengganti, sehingga
daya beli akan berkurang.
3. Harga komoditi yang berkaitan
Harga pada satu barang dapat mempengaruhi permintaan atas barang lain.
Ketika peningkatan harga suatu barang menyebabkan barang lain meningkat
(hubungan positif) dapat dikatakan barang tersebut adalah barang subtitusi (Case
dan Fair, 2006). Turunnya harga suatu barang menyebabkan penururnan
permintaan barang subtitusi. Barang subtitusi adalah barang yang bisa bertindak
sebagai pengganti satu sama lain. Adapun dua produk yang bisa menjadi
pelengkap satu sama lain (komplementer). Barang komplementer adalah
komoditi-komoditi yang cenderung digunakan bersama-sama dengan barang yang
lainnya (Lipsey et all, 1995). Ketika dua barang bersifat komplementer,
penurunan dalam harga yang satu menyebabkan peningkatan dalam permintaan
yang lainnya, begitu pula sebaliknya (Case dan Fair, 2006). Oleh karena barang
komplementer cenderung digunakan bersama-sama, maka penurunan harga yang
manapun akan meningkatkan permintaan kedua-duanya.
4.

Selera
Lipsey et all (1995) menyatakan selera berpengaruh besar terhadap keinginan
orang untuk membeli. Adanya keragaman selera pada konsumen yang tak terbatas
dapat mempengaruhi peningkatan maupun penurunan permintaan. Selera mudah
berubah dan bersifat khas (Case dan Fair, 2006). Jika selera ada perubahan,
misalnya semakin banyak yang menyukai suatu produk, maka kurva permintaan
akan bergeser ke kanan (D ke D1). Sebaliknya, jika perubahan selera dapat
menimbulkan orang-orang yang tadinya menyukai suatu produk menjadi tidak
menyukai produk tersebut maka kurva permintaan akan bergeser ke kiri (D1 ke
D).

15

5.

Besarnya Populasi
Besarnya populasi yang dimaksud adalah pertumbuhan jumlah penduduk
tidak dengan sendirinya menyebabkan peningkatan permintaan (Lipsey et all,
1995). Pertumbuhan penduduk biasanya diimbangi dengan perkembangan
kesempatan kerja, dan mendapatkan pendapatan. Adanya pendapatan dapat
menambah daya beli dalam masyarakat. Dengan adanya daya beli masyarakat
maka akan terjadi peningkatan permintaan.
Fungsi Permintaan
Salvatore (2006) menjelaskan bahwa fungsi permintaan merupakan sebuah
representasi yang menyatakan bahwa kuantitas yang diminta tergantung pada
harga, pendapatan, dan preferensi. Sedangkan menurut Firdaus fungsi permintaan
merupakan permintaan yang dinyatakan dalam hubungan matematis dengan
faktor-faktor yang mempengaruhinya. Fungsi permintaan ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan antara variabel bebas dan variabel terikatnya. Berikut ini
merupakan bentuk dari fungsi permintaan.
Dx = f (Px, Py, I, preferensi)
Keterangan :
Dx = Permintaan barang x
Px = Harga barang tersebut
Py = Harga barang lain
I = Pendapatan
Dimana Dx merupakan variabel terikat, dan nilainya ditentukan oleh
variabel lain (Px, Py, I, preferensi). Pengaruh antara masing-masing variabel
ditunjukan dengan tanda positif dan negatif terhadap permintaan pada komoditi x.
Konsep elastisitas Permintaan
Lipsey et al (1995) menyatakan elastisitas adalah persentase perubahan
jumlah yang diminta dibagi dengan presentase perubahan harga yang
menyebabkanya. Perubahan presentase biasanya dihitung sebagai perubahan
dibagi dengan nilai rata-rata. Pindyck dan Rubinfeld (1995), menambahkan
elastisitas adalah persentase perubahan satu variabel yang menghasilkan
perubahan satu persen kenaikan pada variabel lainnya. Elastisitas digunakan
dalam menggambarkan bagaimana sejumlah barang yang diminta menanggapai
perubahan dalam harganya.
Elastisitas permintaan dapat diartikan sampai dimana responsifnya
perubahan permintaan sebagai akibat dari perubahan faktor-faktor penentu
permintaan. Analisis permintaan dapat bermanfaat untuk mengetahui seberapa
besar pengaruh perubahan harga atau perubahan pendapatan terhadap perubahan
permintaan.
Elastisitas harga dari permintaan adalah persentase perubahan jumlah yang
diminta atas suatu barang yang disebabkan oleh perubahan harga barang sebesar 1
persen. Elastisitas harga permintaan mengukur perubahan jumlah komoditi yang
diminta per unit waktu karena adanya presentase perubahan harga tertentu dari
komoditi itu (Salvatore, 2006). Karena hubungan antara harga dan jumlah adalah
terbalik, maka koefisien elastisitas harga permintaan bertanda negatif. Elastisitas

16

pendapatan dari permintaan merupakan persentase perubahan kuantitas suatu
barang yang diminta sebagai respon atas perubahan pendapatasn sebesar 1 persen.
Elastisitas ini menghubungkan antara perubahan pendapatan dengan kuantitas
yang diminta.
Besarnya elastisitas bervariasi mulai dari nol hingga tak terhingga.
Elastisitas permintaan sama dengan nol menunjukkan tidak ada pengaruh terhadap
perubahan yang diminta bila terjadi perubahan pada faktor yang
mempengaruhinya. Nilai elastisitas permintaan kurang dari satu, menunjukan
perubahan jumlah yang diminta lebih kecil dari presentase perubahan faktor yang
mempengaruhinya (permintaan inelastis). Apabila nilai elastisitas lebih dari satu
maka presentase perubahan jumlah yang diminta lebih besar dari perubahan faktor
yang mempengaruhinya (permintaan elastis).
Untuk barang normal elastisitas pendapatan permintaan bernilai positif
karena kenaikan pendapatan mengakibatkan kenaikan pembelian barang.
Sedangkan untuk barang inferior elastisitas pendapatan permintaan akan negatif
karena peningkatan pendapatan dapat menurunkan kuantitas yang dibeli. Untuk
komoditi dengan elastisitas pendapatan lebih dari satu dapat disebut barang
mewah (luxury).

Kerangka Pemikiran Operasional
Kerangka pemikiran operasional disusun berdasarkan permasalahan yang
terjadi dan tujuan yang telah dinyatakan sebelumnya. Komoditi cabai merah
merupakan salah satu jenis sayuran dengan tingkat harga yang tidak stabil
(fluktuasi). Salah satu penyebab peningkatan harga cabai merah di pasar adalah
tidak stabilnya permintaan. Permintaan yang tidak didukung dengan jumlah
ketersediaan yang dibutuhkan dapat meningkatkan harga, sebaliknya bila jumlah
permintaan menurun sedangkan jumlah cabai merah melimpah maka harga akan
turun.
Terdapat beberarapa faktor yang mempengaruhi kenaikan jumlah
permintaan cabai merah di pasar. Faktor-faktor tersebut diantaranya harga cabai
merah besar itu sendiri, jumlah anggota rumah tangga, frekuensi pembelian,
preferensi akan pedas, tempat pembelian dan suku. Selain itu faktor lain yang
menyebabkan peningkatan jumlah permintaan adalah adanya hari-hari besar
keagamaan karena tingkat konsumsi rumah tangga akan cabai merah meningkat.
Tidak semua faktor-faktor permintaan signifikan mempengaruhi jumlah
permintaan cabai merah di tingkat rumah tangga. Maka dari itu diperlukan
pengkajian lebih lanjut untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui secara pasti
faktor yang mempengaruh tingkat permintaan yang terjadi. Pengkajian ini
khususnya akan menganalisis faktor-faktor permintaan rumah tangga terhadap
komoditi cabai merah.
Alat analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah regresi linier berganda
untuk mengetahui faktor–faktor dan membentuk model permintaan. Hasil
analisis selanjutnya dihitung dan diuraikan dalam bentuk deskriptif. Hasil dari
perhitungan dapat menjadi suatu bahan rekomendasi untuk mengetahui faktorfaktor dan respon terhadap harga pada komoditi cabai merah di tingkat konsumen

17

rumah tangga. Kerangka pemikiran operasional permintaan rumah tangga
terhadap cabai merah di Kecamatan Coblong Kota Bandung dapat dilihat pada
Gambar 6.
Konsumen Rumah Tangga Cabai Merah
Fluktuasi Permintaan

Faktor-faktor yang mempengaruhi :
 Harga cabai merah
 Pendapatan rumah tangga
 Jumlah anggota rumah tangga
 Frekuensi pembelian
 Tempat pembelian
 Preferensi terhadap pedas
 Suku

Permintaan Rumah
Tangga

Analisis Linier Berganda
Analisis Respon (Elastisitas)

Model permintaan

Keterangan :
: Menyatakan hubungan pengaruh
: Menyatakan alat analisis
Gambar 6 Kerangka pemikiran operasional

18

METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Coblong Kota Bandung. Lokasi
penelitian ini ditentukan secar