ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

(1)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI

OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh :

Novi Yeni Eka Susanti

SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2010


(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Novi Yeni Eka S1, R. Hanung Ismono2, dan Rabiatul Adawiyah 2 Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung, tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung, dan kontribusi daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka kecukupan protein pada konsumen rumah tangga di Kota

Bandar Lampung.

Penelitian dilaksanakan di Kota Bandar Lampung. Lokasi ini dipilih secara segaja ( purposive). Pengambilan sampel dilakukan secara multistage sampling.

Responden terdiri dari 76 orang yang merupakan ibu rumah tangga pada kelas menengah atas dan menengah bawah. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Mei - Juli 2010. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif (statistik) dan kualitatif (deskriptif).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung adalah harga ayam ras pedaging, harga ayam buras, harga tahu, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan rumah tangga dan pengetahuan gizi, (2) Permintaan daging sapi bersifat tidak elastis terhadap perubahan harga daging sapi di tingkat konsumen, permintaan daging sapi terhadap harga ayam ras pedaging, harga ayam buras, dan harga tahu memiliki sifat subtitusi, dan daging sapi merupakan barang normal, (3) Kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein pada rumah tangga menengah ke atas tertinggi sebesar 3,74 persen, sedangkan pada rumah tangga menengah kebawah tertinggi sebesar 2,32 persen.

1. Sarjana Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2. Dosen Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian Universitas Lampung


(3)

ABSTRACT

ANALYSIS OF BEEF DEMAND BY HOUSEHOLD CONSUMERS IN BANDAR LAMPUNG CITY

By

Novi Yeni Eka S1, R. Hanung Ismono2, and Rabiatul Adawiyah 2

This study aimed to analyze the factors that affect consumer demand for beef by households in Bandar Lampung, the level of demand sensitivity (elasticity) for beef by consumer households in Bandar Lampung, and the contribution of the beef consumed on the number of protein adequacy in household consumers in Bandar Lampung.

The experiment was conducted in Bandar Lampung. This location is selected purposive. Sampling is done by multistage sampling. Respondents consisted of 76 people who are housewife at the upper middle and lower middle class based on the income. Data was conducted in May-July 2010. Data analysis methods that used in this research are quantitative analysis (statistical) and qualitative analysis (descriptive).

The results showed that: (1) the factors that affect consumer demand for beef by households in Bandar Lampung is the price of broiler chicken, domestic poultry prices, tofu price, the number of household members, household income and knowledge of nutritious, (2) demand for beef is inelastic to beef price change at the consumer level, demand for beef on broiler price, domestic poultry price, and tofu prices are subtitusions, and beef is a normal good, (3) contribution of protein to protein adeguacy in middle to upper household of 3.74 percent, while the highest medium household of 2.32 per cent.

Keyword: Beef, Household Consumers, Bandar Lampung

1. Scholar of Social Economics Agriculture Faculty Lampung University 2. Lecturer of Social Economics Agriculture Faculty Lampung University


(4)

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA

BANDAR LAMPUNG

Oleh

Novi Yeni Eka Susanti

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2010


(5)

Judul : ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI OLEH KONSUMEN RUMAH TANGGA DI KOTA BANDAR LAMPUNG

Nama : NOVI YENI EKA SUSANTI

NPM : 0514021036

Jurusan/P.S : Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI,

1. Komisi Pembimbing,

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si.

NIP. 196206231986031003 NIP. 196408251990032002

.

2. Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P. NIP. 196206231986031003


(6)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr.Ir. R. Hanung Ismono, M.P. ...

Sekretaris : Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr.Ir. Dwi Haryono, M.S. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP. 19610826 198702 1 001


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tegal pada tanggal 25 November 1986 sebagai anak pertama dari empat bersaudara, pasangan Bapak Hermawan dan Ibu Hartini Budi Wati.

Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pada SDN 1 Tanjung Gading Bandar Lampung pada tahun 1999, pendidikan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama (SLTP) pada SLTP Katika II-2 Bandar Lampung pada tahun 2002, dan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada SMA Al-Kautsar Bandar Lampung pada tahun 2005. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2005 melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

Pada tahun 2008 penulis juga mengikuti Kuliah Kerja Lapang (KKL) selama 8 hari ke Malang, Bali dan Yogyakarta. Pada tahun 2009 penulis melaksanakan Praktik Umum selama 40 hari di PT. Juang Jaya Abdi Alam. Dalam kegiatan kemahasiswaan, penulis pernah menjadi anggota Sosek English Club (SEC) periode 2005 – 2006, anggota Himpunan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (Himaseperta) periode 2005 – 2006, dan anggota Unit Kegiatan Mahasiswa Taekwondo periode 2005-2006.


(8)

SANWACANA

Bismillahirrohmanirrohim

Alhamdullilahirobbil ‘alamin, segala puji hanya kepada Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Baginda Rasulullah Muhammad SAW, teladan bagi seluruh umat manusia.

Banyak pihak yang telah memberikan bantuan, nasehat, serta saran yang

membangun dalam penyelesaian skripsi ini, yang berjudul “Analisis Permintaan Permintaan Daging Sapi Oleh Konsumen Rumah Tangga Di Kota Bandar

Lampung”. Oleh karena itu, dengan rendah hati penulis mengucapkan terima

kasih yang tak terhingga kepada :

1. Dr. Ir. R. Hanung Ismono, M.P., sebagai Pembimbing Pertama, Pembimbing Akademik, serta Ketua Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lampung, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

2. Ir. Rabiatul Adawiyah, M.Si., sebagai Pembimbing Kedua, atas bimbingan, arahan dan nasehatnya.

3. Dr. Ir. Dwi Haryono, M.S., sebagai Dosen Penguji Skripsi atas masukan, arahan dan nasehatnya.

4. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., sebagai Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.


(9)

5. Karyawan-karyawan di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Mba Iin, Mba Ayi, Mas Bo, Mas Kardi, dan Mas Boim atas bantuannya.

6. Mama dan papa tercinta, yang selalu memberikan dukungan dan semangat, doa yang tiada henti, kasih sayang yang tidak berujung, atas pengorbanan, serta cucuran keringat. Skripsi ini nanda persembahkan untuk mama. 7. Nenek Surini dan Om Welly Budiman yang telah memberikan dukungan

moril dan materil.

8. Adik-adikku tersayang, Rendi Pratama Putra, M. Maulana Khoirul Azmi dan Bayu Prasetyo, atas doa, canda tawa, dan pelajaran berharga bagaimana menjadi seorang kakak.

9. Ahmad Ade Guardo, S.Pt, yang telah memberikan dukungan dan semangat 10.Sahabat dan Teman-teman AGB 05; Elvita, Della, Shinta, Ganis, Anggun,

Resti, Hanum, Eni, Dayang,Yuli, Friska, Fitri, Ade, Mary, April, Twe, Aty, Nining, Mitha, Resi, Kombe, Ninda, Dita, Ocha, Tio, Koko, Ari, Budi, Deni, Indra, Arif, Iqbal, Sutris, Niko, Oki, Awang, Angga, dan yang senantiasa memberikan bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama. 11.Teman-teman PKP 05; Taufik, Hengki, Helian, Erwin, Vidi, Teteh Amel,

Naris, Wayan, Dewi, Mela, Dora, Andika, Hovani, dan teman-teman lain yang atas bantuan serta kebersamaan dan keceriaan yang kita lalui bersama.

12.Teman-teman 06; Eka lia, Saleh, Tiar, Amoy, Asima, Ayu, Dina I, Dina S, Erni, Hendra, Lidiya, Lidiya W, Rini, Tari, Eliya dan teman-teman atas bantuan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini serta atas kebersamaan dan keceriaaan yang kita lalui bersama.


(10)

13.Buat teman-teman Sosek angkatan 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, atas dukungan dan doanya. 14.Untuk semua orang yang telah hadir dalam hidup penulis dan memberi makna

di setiap langkah yang tidak mampu penulis sebutkan satu persatu.

Semoga Allah SWT memberikan balasan terbaik atas segala bantuan yang telah diberikan. Penulis meminta maaf jika ada kesalahan dan kepada Allah SWT penulis mohon ampun.

Bandar Lampung, November 2010 Penulis,


(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR GAMBAR ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 6

C. Kegunaan Penelitian ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS ... 8

A. Tinjauan Pustaka ... 8

1 . Sapi Potong ... 8

2 . Angka Kecukupan Gizi ... 11

3. Pola Konsumsi Pangan ... 11

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi ... 12

5. Teori Permintaan ... 17

6. Konsep Elastisitas ... 27

7. Hasil Penelitian Terdahulu ... 33

B. Kerangka Pemikiran ... 34

C. Hipotesis ... 37

III.METODE PENELITIAN ... 39

A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional ... 39

B. Lokasi Penelitian, Responden, dan Waktu Penelitian ... 41

C. Metode Pengumpulan Data ... 45


(12)

E. Perhitungan Elastisitas ... 48

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITAN... 52

A. Kota Bandar Lampung ... 52

B. Gambaran umum kelurahan yang menjadi daerah Penelitian ... 57

1. Kelurahan Kedamaian... .... 57

2. Kelurahan Tanjung Gading... .... 58

3. Kelurahan Garuntang ... 59

4. Kelurahan Way Lunik ... 60

V. HASIL DAN PEMBAHASAN... ... 61

A. Keadaan Umum Responden ... 61

1 . Umur ... 61

2 . Tingkat Pendidikan ... 62

3. Jumlah Anggota Keluarga ... 63

4. Pendapatan... ... 64

5. Pengeluaran Rumah Tangga ... 65

6 Jenis pekerjaan ... 68

B. Pola Konsumsi ... 69

C. Pengetahuan Gizi ... 70

D. Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ... 71

E. Elastisitas Permintaan Daging Sapi ... 80

F. Kontribusi konsumsi protein daging sapi terhadap angka kecukupan protein ... 82

VI. KESIMPULAN DAN SARAN... 87

A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Populasi dan produksi sapi potong di Propinsi Lampung

berdasarkan Kabupaten/Kota tahun 2008 ... 3 2. Konsumsi, jumlah penduduk, dan konsumsi per kapita per tahun

daging sapi potong berdasarkan Kabupaten/Kota di Propinsi

Lampung tahun 2007... 4 3. Perkembangan tingkat produksi dan konsumsi daging sapi potong

di Kota Bandar Lampung tahun 2004 – 2008 ... 5 4. Perincian penentu tempat penelitian analisis permintaan daging

sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ... 42 5. Luas wilayah, jumlah penduduk dan kepadatan per kecamatan di

Kota Bandar Lampung tahun 2008 ... 54 6. Tingkat pendidikan penduduk Kota Bandar Lampung

tahun 2008 ... 55 7. Penyebaran penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha

di Kota Bandar Lampung ... 56 8. Sebaran umur dan jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen

rumah tangga di Kota Bandar Lampung ... 61 9. Sebaran tingkat pendidikan dan jumlah konsumsi daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ... 62 10.Jumlah anggota keluarga dan konsumsi daging sapi oleh konsumen

rumah tangga di Kota Bandar Lampung ... 63 11.Jumlah konsumsi daging sapi oleh konsumen berdasarkan

penggolongan kelas rumah tangga di Kota Bandar Lampung .... 64 12.Rata-rata pengeluaran rumah tangga berdasarkan penggolongan


(14)

13.Jenis pekerjaan, jumlah, pendapatan, dan konsumsi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung ... 68 14.Alasan pembelian daging sapi ... 69 15.Hasil analisis regresi pendugaan model permintaan

daging sapi ... 73 16.Hasil pengujian Multikolinieritas ... 74 17.Konsumsi protein daging sapi serta kontribusinya terhadap angka

kecukupan protein hewani pada konsumen rumah tangga di Kota


(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pergeseran kurva permintaan ... 20 2. Kurva permintaan ... 22 3. Paradigma kerangka pemikiran analisis permintaan daging sapi


(16)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Peningkatan ketahanan pangan Nasional pada hakekatnya mempunyai arti strategis bagi pembangunan Nasional. Ketersediaan pangan yang cukup, aman, merata, harga terjangkau dan bergizi merupakan pilar pembangunan sumberdaya manusia. Pembangunan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai faktor kunci peningkatan produktivitas dalam memacu pembangunan Nasional ( Suryana, 2000).

Pemerintah mempunyai komitmen untuk mewujudkan ketahanan pangan nasional, termasuk menanggulangi kerawanan pangan dan kekurangan gizi. Komitmen tersebut tertuang dalam program utama Departemen Pertanian yaitu Program Peningkatan Ketahanan Pangan, sedangkan di bidang peternakan tertuang dalam suatu program terobosan yaitu Program Kecukupan Pangan Hewani Asal Ternak, khususnya daging sapi (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009).

Daging sapi merupakan salah satu sumber bahan pangan hewani, mengandung unsur gizi yang cukup tinggi berupa protein dan energi. Permintaan terhadap produk pangan hewani ini cenderung terus meningkat setiap tahun sejalan dengan bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat. Selain faktor tersebut, faktor yang turut mendorong meningkatnya permintaan daging sapi adalah terjadinya pergeseran pola konsumsi masyarakat


(17)

dari bahan pangan sumber protein nabati ke bahan pangan sumber protein hewani (Erwidodo, 1997). Fenomena ini diperkirakan akan terus berlanjut kedepan.

Permintaan daging sapi di Indonesia saat ini 6,5 kg/kapita/tahun (Direktorat Jendral Peternakan, 2009) dan cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya, namun peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai. Pada tahun 2007 permintaan daging sapi tercatat sebanyak 453.844 ton sedangkan produksi daging sapi dalam negeri hanya mampu memenuhi kebutuhan 418.210 ton (Subagyo, 2009). Hal ini berarti terdapat kesenjangan yang cukup besar antara produksi daging sapi dengan permintaan sebesar 35.634 ton. Besarnya kesenjangan tersebut dipasok dari impor (Direktorat Jenderal Bina Produksi Peternakan, 2008).

Provinsi Lampung merupakan salah satu lumbung ternak Nasional, hal ini

ditunjukkan dengan produksi daging sapi pada tahun 2008 yang cukup besar yaitu 10.670,05ton (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009). Kebutuhan konsumsi penduduk Propinsi Lampung sebesar 7.368.796 jiwa untuk daging secara

keseluruhan adalah 57.391, 821 ton, sedangkan sumber daging yang berasal dari sapi potong tersedia 10.670 ton sehingga kontribusi daging yang berasal dari sapi potong lebih kurang 18 persen dari kebutuhan daging secara keseluruhan (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009).

Sentra produksi terbesar sapi potong di Propinsi Lampung adalah Kota Bandar Lampung yaitu sebesar 31,5 % dari total produksi (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009), akan tetapi sebagai sentra produksi daging sapi, Kota Bandar Lampung justru memiliki populasi paling rendah yaitu 0.31 % dari jumlah


(18)

populasi sapi potong yang terdapat di Propinsi Lampung. Populasi dan produksi sapi potong di Propinsi Lampung berdasarkan Kabupaten/Kota tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Populasi dan produksi sapi potong di Propinsi Lampung berdasarkan kabupaten/kota tahun 2008

No Kabupaten/Kota Populasi Sapi Potong (ekor) Produksi Daging Sapi (Kg) 1 Lampung Barat 15.492 601.910

2 Tanggamus 15.436 667.510 3 Lampung Selatan 48.337 739.890 4 Pesawaran 9.450 317.090 5 Lampung Timur 75.171 949.270 6 Lampung Tengah 140.579 824.410 7 Lampung Utara 19.892 811.740 8 Way Kanan 26.566 260.150 9 Tulang Bawang 70.892 1.867.240 10 Bandar Lampung 1.334 3.364.360

11 Metro 2.377 266.480

Jumlah 425.526 10.670.050

Sumber : Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung, 2009.

Kota Bandar Lampung merupakan pusat kegiatan pemerintah, sosial, politik, pendidikan, dan kebudayaan, juga merupakan pusat kegiatan perekonomian di Propinsi Lampung. Oleh karena itu, tidak heran jika wilayah Kota Bandar Lampung merupakan wilayah permintaan daging sapi terbanyak di Propinsi Lampung. Konsumsi, jumlah penduduk, dan konsumsi per kapita per tahun daging sapi potong berdasarkan kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 2.


(19)

Tabel 2. Konsumsi, jumlah penduduk, dan konsumsi per kapita per tahun daging sapi potong berdasarkan kabupaten/kota di Propinsi Lampung tahun 2007

No. Kabupaten/Kota

Konsumsi (Kg/tahun)

Jumlah Penduduk (jiwa)

Konsumsi/kapita/tahun (Kg/kap/tahun) 1 Lampung Barat 542.984,00 380.824,00 1,43 2 Tanggamus 602.066,40 825.766,00 0,73 3 Lampung Selatan 953.690,40 1.326.893,00 0,72 4 Lampung Timur 856.336,00 932.947,00 0,92 5 Lampung Tengah 743.672,80 1.153.190,00 0,64 6 Lampung Utara 732.430,40 560.743,00 1,31 7 Way Kanan 234.894,40 362.280,00 0,65 8 Tulang Bawang 1.684.685,60 768.813,00 2,19 9 Kota Bandar Lampung 3.035.208,80 808.028,00 3,76 10 Kota Metro 240.635,20 131.196,00 1,83 Jumlah 9.626.604,00 7.250.680,00 14,17 Rata-rata 962.660,40 725.068,00 1,42

Sumber : Data diolah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung, 2009

Berdasarkan Tabel 2, dapat dilihat bahwa meskipun jumlah penduduk di Kota Bandar Lampung menempati urutan kelima di Propinsi Lampung, setelah Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur dan Tanggamus, namun konsumsi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung menempati urutan pertama di propinsi, yaitu sebesar 3,76 kg/kapita/tahun. Perkembangan produksi dan konsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung tahun 2004-2008 disajikan pada Tabel 3.


(20)

Tabel 3. Perkembangan tingkat produksi dan konsumsi daging sapi potong di Kota Bandar Lampung tahun 2004 –2008

Tahun Produksi Konsumsi Konsumsi/kapita/tahun

Konsumsi Protein daging sapi (Kg) (Kg) (Kg/kapita/tahun) (gram/kapita/hari) 2004 2.134.150,00 2.134.382,00 2,72 1,33 2005 2.244.510,00 2.159.258,40 2,73 1,44 2006 2.452.740,00 2.359.468,80 2,95 1,23 2007 3.035.360,00 3.035.208,80 3,76 1,56 2008 3.364.360,00 3.364.257,60 4,14 1,73

Sumber : Data diolah dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Propinsi Lampung, 2009.

Pada Tabel 3, terlihat bahwa konsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung mengalami peningkatan yang signifikan. Peningkatan konsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung telah dapat diimbangi dengan produksi daging sapi yang memadai, baik dari segi mutu maupun jumlahnya. Apabila dilihat dari konsumsi daging sapi di Kota Bandar Lampung pada tahun 2008, maka daging sapi

memberikan kontribusi konsumsi sebesar 43 % dari total konsumsi daging yaitu 9,61 kg/kapita/tahun (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2009). Hal ini berarti, daging sapi di Kota Bandar Lampung mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan permintaan pangan hewani dan perbaikan gizi masyarakat.

Akan tetapi, dalam mengkonsumsi protein berasal dari daging sapi, Kota Bandar Lampung masih belum memenuhi angka kecukupan protein dari hasil ternak yang dianjurkan menurut WKNPG yaitu sebesar 6 gram/kapita/hari (Dinas Peternakan Propinsi Lampung, 2008). Ditinjau dari angka kecukupan gizi tersebut, pada tahun 2008, pemenuhan konsumsi protein daging sapi di Kota Bandar Lampung hanya 29 % dibandingkan dengan konsumsi protein daging yang dianjurkan.


(21)

Hal ini berarti konsumsi protein daging sapi di Kota Bandar Lampung masih sangat rendah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung?

2. Berapakah tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung akibat perubahan masing-masing faktor?

3. Berapakah kontribusi daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka kecukupan protein pada konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung?

B. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah yang ada, maka tujuan penelitian adalah : 1. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan daging sapi oleh

konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung.

2. Mengetahui tingkat kepekaan (elastisitas) permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung akibat perubahan masing-masing faktor.

3. Mengetahui kontribusi daging sapi yang dikonsumsi terhadap angka


(22)

C. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan berguna bagi :

1. Dinas atau instansi terkait sebagai bahan informasi dalam pengambilan keputusan untuk perencanaan, pengelolaan, peningkatan dan pengembangan produksi sapi potong di Propinsi Lampung.

2. Peternak untuk menentukan target produksi daging sapi potong, kualitas, dan kuantitas yang dapat memenuhi permintaan pasar serta merencanakan strategi pemasaran daging sapi potong.


(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Sapi Potong

Menurut Susanto (2001), jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli Indonesia dan sapi yang diimpor. Dari jenis-jenis sapi potong itu, masing-masing mempunyai sifat-sifat yang khas, baik ditinjau dari bentuk luarnya (ukuran tubuh, warna bulu) maupun dari genetiknya (laju pertumbuhan). Sapi-sapi Indonesia yang dijadikan sumber daging adalah sapi Bali, sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole) dan sapi Madura. Selain itu juga sapi Aceh yang banyak diekspor ke Malaysia (Pinang). Dari populasi sapi potong yang ada, yang penyebarannya dianggap merata masing-masing adalah: sapi Bali, sapi PO, Madura dan Brahman.

Memelihara sapi potong sangat menguntungkan, karena tidak hanya

menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menghasilkan pupuk kandang dan sebagai tenaga kerja. Sapi juga dapat digunakan meranih gerobak, kotoran sapi juga mempunyai nilai ekonomis, karena termasuk pupuk organik yang dibutuhkan oleh semua jenis tumbuhan. Kotoran sapi dapat menjadi sumber hara yang dapat memperbaiki struktur tanah sehingga menjadi lebih gembur dan subur.


(24)

Semua organ tubuh sapi dapat dimanfaatkan antara lain:

1) Kulit, sebagai bahan industri tas, sepatu, ikat pinggang, topi, jaket.

2) Tulang, dapat diolah menjadi bahan bahan perekat/lem, tepung tulang dan barang kerajinan

3) Tanduk, digunakan sebagai bahan kerajinan seperti: sisir, hiasan dinding dan masih banyak manfaat sapi bagi kepentingan manusia.

Menurut Susanto (2001), Daging kualitas pertama adalah daging di daerah paha (round) kurang lebih 20%, nomor dua adalah daging daerah pinggang (loin), lebih kurang 17%, nomor tiga adalah daging daerah punggung dan tulang rusuk (rib) kurang lebih 9%, nomor empat adalah daging daerah bahu (chuck) lebih kurang 26%, nomor lima adalah daging daerah dada (brisk) lebih kurang 5%, nomor enam daging daerah perut (frank) lebih kurang 4%, nomor tujuh adalah daging daerah rusuk bagian bawah sampai perut bagian bawah (plate & suet) lebih kurang 11%, dan nomor delapan adalah daging bagian kaki depan (foreshank) lebih kurang 2,1%. Persentase bagian-bagian dari karkas tersebut di atas dihitung dari berat karkas (100%).

Menurut Sugeng (2003), sapi potong merupakan salah satu sumber daya

penghasil bahan makanan berupa daging yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi dan penting artinya bagi masyarakat. Sebab seekor atau kelompok ternak sapi bisa menghasilkan berbagai macam kebutuhan terutama bahan makanan berupa daging, disamping itu hasil lainnya berupa pupuk kandang, kulit, tulang, dan lain sebagainya.


(25)

Daging sangat besar manfaatnya bagi pemenuhan gizi berupa protein hewani. Beberapa bangsa sapi yang terdapat di Indonesia , yaitu : (1) sapi Bali, (3) sapi Madura, (4) sapi ongol, dan (5) American Brahman

Menurut Triana (2009), daging sapi yang dianggap bagus untuk dikonsumsi adalah yang berasal dari sapi jantan daripada sapi betina muda. Daging sapi dikategorikan termasuk sebagai daging merah. Daging merah adalah daging (sapi atau lembu) yang berwarna merah dalam kondisi mentah. Daging merah dari sapi memang merupakan salah satu bahan makanan dengan sumber protein yang paling tinggi. Selain kaya protein, daging merah juga merupakan salah satu sumber zat besi tertinggi. Daging merah dari sapi juga mengandung beberapa jenis creatine dan beberapa jenis mineral seperti zinc dan fosfor. Kandungan zinc dalam daging merah terutama pada bagian antara leher dan bahu (chuck) dan kaki bagian atas (shank). Daging merah dari sapi juga mengandung beberapa jenis vitamin seperti niacin, vitamin B12, thiamin, dan riboflavin. Bahkan juga

merupakan sumber terbanyak Alpha Lipoic Acid (sejenis antioksidan yang kuat).

Menurut Pane (1986), sapi merupakan hewan ternak terpenting dari jenis-jenis hewan ternak yang dipelihara oleh manusia sebagai sumber daging, susu, tenaga kerja, dan kebutuhan manusia lainnya. Ternak sapi menghasilkan sekitar 50 % kebutuhan daging di dunia, 95 % kebutuhan susu, dan kulitnya menghasilkan sekitar 85 % kebutuhan kulit untuk sepatu.


(26)

2. Angka Kecukupan Gizi (AKG)

Menurut Muhilal, dkk (2004), angka kecukupan gizi (AKG) adalah nilai yang menunjukkan jumlah zat gizi diperlukan tubuh untuk hidup sehat setiap hari bagi hampir semua populasi menurut kelompok umur, jenis kelamin, dan kondisi fisiologis tertentu seperti kehamilan dan menyusui. Angka kecukupan gizi berguna sebagai rujukan yang digunakan untuk perencanaan dan penilaian konsumsi makanan dan asupan gizi bagi orang sehat, agar tercegah dari defisiensi/kekurangan ataupun kelebihan asupan gizi. Angka kecukupan gizi dibagi dalam beberapa jenis, salah satunya adalah angka kecukupan protein (AKP). Angka kecukupan protein (AKP) adalah rata-rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua populasi sehat di suatu kelompok umur, jenis kelamin dan ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktivitas sedang. Angka kecukupan protein yang dianjurkan dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VIII tahun 2004 adalah 52 gram/kapita/hari (Karmini dan Biawan. 2004).

3. Pola Konsumsi Pangan

Konsumsi pangan merupakan banyaknya atau jumlah pangan, secara tunggal maupun beragam, yang dikonsumsi seseorang atau sekelompok orang yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan fisiologis, psikologis dan sosiologis. Ketersediaan pangan suatu daerah, akses, preferensi masyarakat, dan adanya interaksi beragam faktor yang mempengaruhinya yang sudah terakumulatif menyebabkan pola konsumsi suatu daerah berbeda dengan yang lainnya.


(27)

Menurut Almatsier (2002), pola pangan adalah cara seseorang atau sekelompok orang memanfaatkan pangan yang tersedia sebagai reaksi terhadap tekanan ekonomi dan sosio budaya yang dialaminya, dimana pola pangan erat kaitannya dengan kebiasaan. Konsumsi pangan adalah susunan dari berbagai pangan dan hasil olahannya yang biasa dimakan oleh seseorang yang dicerminkan dalam jumlah, jenis, frekuensi dan sumber bahan makanan ( Suhardjo, dkk. 1986). Menurut Suhardjo, dkk (1986) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi pola konsumsi pangan sebagian besar penduduk yaitu : (1) Produksi pangan untuk keperluan rumah tangga, (2) pengeluaran untuk keperluan rumah tangga, dan (3) pengetahuan gizi dan ketersediaan pangan.

Menurut Hardiansyah (1986) dalam Rangga, dkk (2002), hukum-hukum dasar yang mengawali analisis gizi adalah Hukum Engel dan Hukum Bennet. Menurut Engel, adalah persentase pengeluaran rumah tangga yang dibelanjakan untuk pangan akan semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan sedangkan Hukum Bennet adalah persentase bahan pangan pokok berpati dalam konsumsi pangan rumah tangga semakin berkurang dengan meningkatnya pendapatan rumah tangga dan cenderung beralih pada pangan yang berenergi lebih mahal.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat konsumsi

Menurut Rahardja, dan Mandala (2000) banyak faktor yang mempengaruhi besarnya pengeluaran konsumsi rumah tangga.


(28)

1) Faktor-faktor ekonomi

Empat faktor ekonomi yang menentukan tingkat konsumsi adalah : a. Pendapatan rumah tangga

Pendapatan rumah tangga amat besar pengaruhnya terhadap tingkat konsumsi. Biasanya makin tinggi tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi, karena ketika pendapatan meningkat, kemampuan rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi menjadi makin besar atau mungkin juga pola hidup menjadi konsumtif, setidak-tidaknya semakin menuntut kualitas yang baik.

b. Kekayaan rumah tangga

Kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riil (rumah, tanah, dan mobil) dan finansial (deposito berjangka panjang, saham, dan surat-surat berharga). Kekayaan tersebut dapat meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan.

c. Perkiraan tentang masa depan

Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik, mereka akan merasa lebih leluasa untuk melakukan konsumsi. Karenanya pengeluaran konsumsi cenderung meningkat. Jika rumah tangga memperkirakan masa depannya makin jelek, mereka pun mengambil ancang-ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi.

2) Faktor-faktor demografi

Menurut Sumarwan (2003), ada beberapa faktor demografi yang mempengaruhi konsumsi masyarakat, yaitu :


(29)

a. Jumlah anggota rumah tangga

Jumlah anggota rumah tangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu produk atau jenis makanan tertentu. Rumah tangga dengan jumlah anggota yang lebih banyak akan membeli dan

mengkonsumsi beras, daging, sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan yang lebih banyak dibandingkan dengan rumah tangga yang memiliki anggota lebih sedikit.

b. Usia

Perbedaan usia juga akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap jenis makanan tertentu. Anak-anak akan memiliki selera yang berbeda dari orang dewasa, sehingga para ibu akan lebih banyak

menyajikan makanan sesuai dengan selera anggota rumah tangga. Semakin banyak jenis yang harus dihidangkan, maka tingkat konsumsi suatu rumah tangga akan semakin tinggi.

c. Pendidikan dan pekerjaan

Pendidikan dan pekerjaan adalah dua karakteristik konsumen yang saling berhubungan. Pendidikan akan menentukan jenis pekerjaan yang

dilakukan oleh seorang konsumen. Profesi dan pekerjaan seseorang akan mempengaruhi pendapatan yang diterima. Pendapatan dan pendidikan tersebut kemudian akan mempengaruhi pola konsumsi seseorang.

3) Faktor-faktor non ekonomi

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh terhadap besarnya

konsumsi adalah faktor sosial budaya masyarakat. Misalnya, berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika dan tata nilai karena ingin meniru


(30)

kelompok masyarakat lain yang dianggap lebih hebat.

Menurut Suhardjo (2003), untuk mengetahui pola makan sseorang dapat dilihat dari dua segi salah satunya segi sosial budaya. Segi sosial budaya dibagi menjadi :

a. Budaya pangan

Budaya suatu rumah tangga mempunyai pengaruh yang kuat terhadap pola makan seseorang. Budaya juga dapat mempengaruhi seseorang dalam memilih bahan makanan, hal ini juga mempengaruhi jenis, cara, dan bagaimana makanan tersebut disajikan. Pada umumnya kebiasaan makan sesesorang tidak didasarkan atas keperluan fisik akan zat gizi yang terkandung dalam pangan. Kebiasaan ini berasal dari pola pangan yang diterima budaya kelompok dan diajarkan seluruh anggota rumah tangga. Sehingga masing-masing anggota rumah tangga mempunyai selera yang berbeda untuk tiap jenis pangan tertentu.

b. Pola makanan

Jumlah jenis makanan serta banyaknya bahan makanan dalam pola pangan suatu daerah tertentu, biasanya berkembang dari pangan yang telah

ditanam di tempat tersebut untuk jangka waktu panjang. Disamping itu kelangkaan pangan dan kebiasaan bekerja dari rumah tangga berpengaruh pula tehadap pola pangan.

c. Pembagian makan dalam rumah tangga

Secara tradisional, ayah mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam rumah tangga. Jika kebiasaan budaya tersebut diterapkan, maka setelah kepala rumah tangga dan anak pria dilayani,


(31)

biasanya dimulai dari yang tertua. Wanita, anak wanita dan anak yang masih kecil boleh makan bersama anggota rumah pria, tetapi beberapa lingkungan budaya, mereka terpisah pada meja lain atau bahkan setelah anggota pria selesai makan.

d. Besar rumah tangga

Hubungan antara laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi, sangat nyata pada masing-masing rumah tangga. Sumber pangan rumah tangga terutama mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makanannya yang harus diberi makanan jumlahnya sedikit. Pangan yang tersedia untuk suatu rumah tangga yang besar mungkin cukup untuk rumah tangga yang besarnya setengah dari rumah tangga tersebut, tetapi tidak cukup untuk mencegah gangguan gizi pada rumah tangga yang besar tersebut.

e. Faktor pribadi

Faktor pribadi dan kesukaan mempengaruhi jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi penduduk. Beberapa diantaranya adalah : (1) banyaknya informasi yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan tubuh akan gizi selama beberapa masa dalam perjalanan hidupnya, (2) kemampuan seseorang untuk menerapkan pengetahuan gizi dalam pemilihan pangan dan pengembangan cara pemanfaatan yang sesuai, (3) hubungan keadaan kesehatan seseorang dengan kebutuhan akan pangan untuk pemeliharaan kesehatan dan pengobatan penyakit.

f. Pengetahuan gizi


(32)

didasarkan pada tiga kenyataan : (1) status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan, (2) setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan tubuh yang optimal, pemeliharaan dan energi, (3) ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga

penduduk dapat belajar menggunakan pangan dengan baik bagi perbaikan gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah konsepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum dijumpai setiap negara di dunia. Kemiskinan dan kekurangan persediaan makanan yang bergizi merupakan faktor penting dalam masalah kurang gizi.

a. Teori Permintaan

Kegunaaan yang dimiliki oleh suatu barang untuk memenuhi kebutuhan manusia mengakibatkan barang tersebut dikonsumsi. Konsumsi seseorang terhadap suatu barang dalam jangka waktu tertentu dengan harga tertentu menunjukkan kuantitas (jumlah) barang yang diminta. Bila harga barang dihubungkan dengan dimensi waktu, maka harga barang dapat berubah-ubah sepanjang waktu. Perubahan tersebut dimungkinkan karena adanya perubahan dalam biaya produksi, persaingan, keadaan perekonomian dan pengaruh lainnya. Dengan demikian harga suatu barang dapat berbeda-beda pada jangka waktu tertentu. Kuantitas barang yang diminta pada tingkat harga pada jangka waktu tertentu disebut sebagai pemintaan.

Menurut Wijaya (1991), pemintaan menunjukkan berbagai jumlah suatu produk yang para konsumen ingin dan mampu membeli pada berbagai tingkat harga yang


(33)

mungkin selama suatu periode tertentu. Menurut Suhartati, dkk (2003),

permintaan adalah berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Menurut Winardi (1988), permintaan merupakan jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada saat tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Definisi lain mengatakan permintaan dalam terminology ekonomi adalah jumlah yang diinginkan dan dapat dibeli konsumen dari pasar pada berbagai tingkat harga.

Menurut Leftwich (1984), permintaan atas barang adalah berbagai jumlah barang yang akan dibeli oleh konsumen di pasar pada berbagai tingkat harga. Menurut Winardi (1976) dalam Soekartawi (2002) menyatakan bahwa pengertian

permintaan adalah jumlah barang yang sanggup dibeli oleh para pembeli pada tempat dan waktu tertentu dengan harga yang berlaku pada saat itu. Menurut Kardariah (1994), jika orang menyatakan permintaan, maka yang dimaksud adalah permintaan yang disertai daya beli terhadap suatu benda.

Dalam menganalisis suatu fungsi pemintaan harus dibedakan antara pemintaan dan jumlah yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan daripada hubungan diantara harga dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah barang yang diminta dimaksudkan sebagai banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu (Sukirno, 2000).

Menurut Sugiarto, dkk (2005), permintaan seseorang atau masyarakat terhadap suatu komoditas ditentukan oleh banyak faktor yaitu :

1. Harga komoditas itu sendiri


(34)

3. Pendapatan rumah tangga dan pendapatan rata-rata masyarakat 4. Corak distribusi pendapatan mayarakat

5. Citarasa masyarakat 6. Jumlah penduduk

7. Ramalan mengenai keadaan dimasa yang akan datang ,dll

Menurut Lipsey ( 1995), banyaknya barang yang akan dibeli semua rumah tangga pada periode waktu tertentu dipengaruhi oleh : (1) Harga barang itu sendiri, (2) Harga barang yang berkaitan, (3) Rata-rata penghasilan rumah tangga, (4) Selera, (5) Distribusi pendapatan di antara rumah tangga, dan (6) Besarnya populasi atau jumlah penduduk. Untuk mengetahui masing-masing faktor diasumsikan faktor-faktor yang lain tetap (ceteris paribus).

Secara matematis dapat dirumuskan sebagai berikut : Dx = f (Px,Py,Y,T,u)

Keterangan : Dx = Jumlah barang yang diminta Px = Harga barang itu sendiri Py = Harga barang yang berkaitan Y = Pendapatan konsumen

T = Selera

u = faktor lainnya

Selanjutnya Lipsey (1995), mengatakan bahwa perubahan faktor-faktor diatas akan mempengaruhi kurva permintaan. Kurva permintaan menggambarkan hubungan fungsional antara harga dan jumlah yang diminta. Perubahan harga barang itu sendiri akan menyebabkan perpindahan sepanjang kurva permintaan, kenaikan harga menyebabkan keatas kearah kiri sepanjang kurva permintaan, dengan demikian kuantitas yang diminta akan menurun. Sedangkan perubahan pendapatan, perubahan harga barang yang berkaitan, perubahan selera, perubahan


(35)

IC3

jumlah penduduk atau perubahan distribusi pendapatan akan menggeser seluruh kurva permintaan kearah kiri atau kearah kanan.

Pergeseran kurva permintaan kearah kiri menunjukkan adanya penurunan permintaan sedangkan pergeseran kurva kearah kanan menunjukkan adanya kenaikan permintaan berarti bahwa banyak yang diminta pada setiap tingkat harga. Proses tersebut dapat dijelaskan melalui Gambar 1.

Y

IC2 ICC IC1

BL1 BL2 BL3

0 x1 x2 x3 X

P

D3 D1 D2

x1 x2 x3 X Gambar 1. Pergeseran kurva permintaan

Hubungan antara harga dengan jumlah yang diminta adalah berbanding terbalik (negatif). Jika harga barang naik maka jumlah yang diminta akan turun dan sebaliknya jika harga turun maka jumlah yang diminta akan naik dengan faktor lain tetap. Hubungan yang demikian disebut “Hukum Permintaan”. Hubungan


(36)

ini dapat dijelaskan oleh dua keadaan, pertama jika harga suatu barang naik konsumen akan mencari barang pengganti, hal ini dilakukan jika konsumen

menginginkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi dari setiap rupiah yang dimiliki. Kedua harga naik, pendapatan merupakan kendala (pembatas) bagi pembelian yang lebih banyak (Arsyad, 1987).

Menurut Reksoprayitno (2000), faktor-faktor yang menyebabkan perubahan permintaan adalah : (1) Perubahan pendapatan konsumen, (2) Perubahan barang pengganti, (3) Perubahan harga barang komplementer, dan (4) Perubahan citra rasa konsumen. Pada dasarnya permintaan menunjukkan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Hukum permintaan mengatakan bahwa apabila harga suatu barang tinggi, maka jumlah barang yang diminta sedikit dan

sebaliknya apabila harga suatu barang rendah, maka jumlah yang diminta banyak. Hukum permintaan tersebut tentunya dengan menggunakan asumsi faktor selain harga dianggap tetap.

Dari hukum permintaan terlihat bahwa terjadi hubungan yang terbalik antara harga dan jumlah yang diminta. Harga yang harus dibayar oleh konsumen merupakan halangan yang mencegahnya untuk membeli barang tersebut. Semakin tinggi harga, maka rintangan untuk membeli barang tersebut semakin besar yang mengakibatkan semakin jumlah barang yang dibeli dan sebaliknya ( Wijaya,1991).


(37)

Secara teoritis kurva permintaan digambarkan dengan fungsi garis lurus guna memudahkan pemahaman, melalui Gambar 2.

H H2

H1 D 0 Q2 Q1 Q Gambar 2. Kurva Permintaan

Dari Gambar 2, dapat dijelaskan bahwa pada saat harga berada pada H1, maka jumlah yang diminta sebanyak Q1 dan pada saat harga berada pada H2, maka jumlah yang diminta sebanyak Q2. Dengan kata lain, semakin tinggi harga, maka jumlah barang yang diminta semakin sedikit dan sebaliknya.

Kurva permintaan (demand curve) menyatakan berapa banyak para konsumen bersedia membeli pada setiap harga per unit yang harus mereka bayar. Fungsi permintaan tersebut menyatakan bahwa jumlah komoditas yang diminta merupakan fungsi dari harganya. Jumlah komoditas yang diminta

menggambarkan jumlah komoditas yang diminta pada tingkat harga tertentu. Secara umum hubungan antara harga dan jumlah komoditas yang diminta mempunyai sifat hubungan yang berlawanan arah (negatif) sehingga pada umumnya kurva permintaan suatu komoditas bersudut negatif terhadap sumbu horizontal. Naiknya nilai suatu variabel diikuti dengan turunnya nilai variabel yang satunya, sehingga kurva permintaan berbagai jenis komoditas pada umumnya menurun dari kiri atas ke kanan bawah.


(38)

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), hukum permintaan tidak berlaku dalam beberapa kasus yaitu :

a. Kasus barang Giffen

Barang giffen merupakan barang inferior, dimana barang giffen memiliki pengertian semakin tinggi tingkat harga menyebabkan permintaan terhadap barang ini menunjukkan angka yang semakin meningkat.

b. Kasus pengaruh harapan dinamis ( Dynamic Expectation Effect)

Dalam hal ini, perubahan jumlah yang diminta dipengaruhi oleh perubahan harga yang terkait dengan harapan konsumen. Artinya kenaikan harga suatu barang akan diikuti kenaikan permintaan terhadap barang tersebut, karena terselip adanya harapan bahwa harga barang tersebut akan terus mengalami kenaikan.

c. Kasus barang prestise

Pada kasus ini memasukkan kepuasan konsumen dalam membeli suatu barang. Semakin tinggi harga suatu barang semakin tinggi kepuasan konsumen sehingga meningkatkan unsur prestise.

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), perubahan permintaan terhadap suatu barang disebabkan oleh perubahan pendapatan konsumen dapat digunakan untuk mengidentifikasi jenis barang. Jenis barang tersebut adalah :

1. Barang Inferior

Yaitu jenis barang yang memiliki kualitas lebih rendah daripada barang normal, barang ini memiliki ciri khas, semakin tinggi tingkat pendapatan


(39)

konsumen, semakin sedikit permintaan terhadap barang ini, karena konsumen beralih pada barang yang lebih baik.

2. Barang Normal

Yaitu jenis barang yang mempunyai ciri khas mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat adanya kenaikan pendapatan konsumen.

3. Barang Esensial

Yaitu barang kebutuhan pokok atau barang yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan pendapatan tidak berpengaruh terhadap peningkatan jumlah permintaannya selama dalam asumsi untuk kebutuhan sehari-hari.

Menurut Reksoprayitno (2000), beberapa penyebab perubahan permintaan adalah :

a. Perubahan pendapatan konsumen b. Perubahan harga pengganti

c. Perubahan harga barang komplementer d. Perubahan cita rasa konsumen

Menurut Sugiarto, dkk (2005), pengaruh faktor bukan harga terhadap permintaan adalah :

a. Kaitan suatu komoditas dengan berbagai jenis komoditas lainnya. Dalam hubungannya dengan permintaan akan suatu komoditas, kaitan suatu komoditas dengan berbagai jenis komoditas lainnya dapat dibedakan menjadi :


(40)

1) Komoditas pengganti

Komoditas pengganti adalah komoditas yang dapat menggantikan fungsi dari komoditas lainnya sehingga harga dari komoditas pengganti dapat mempengaruhi permintaan komoditas yang dapat menggantikannya. 2) Komoditas penggenap

Komoditas penggenap adalah suatu komoditas yang selalu digunakan bersama-sama dengan komoditas yang lainnya.

3) Komoditas netral

Komoditas netral adalah komoditas yang tidak memiliki hubungan sama sekali dengan komoditas lainnya sehingga perubahan permintaan atas salah satu komoditas tidak akan mempengaruhi permintaan komoditas lainnya.

b. Pendapatan para pembeli

Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pola permintaan atas berbagai jenis barang.

c. Distribusi pendapatan

Perubahan distribusi pendapatan dapat mempengaruhi corak permintaan terhadap berbagai jenis komoditas. Bila konsentrasi pendapatan berada di kalangan kelas atas, maka permintaan akan komoditas-komoditas mewah maupun komoditas sekunder meningkat. Sekarang bila konsentrasi pendapatan bergeser ke kelas bawah, maka permintaan akan komoditas-komoditas yang dibutuhkan oleh kelas bawah akan meningkat dan permintaan akan komoditas-komoditas mewah akan menurun.


(41)

d. Jumlah penduduk

Pertambahan jumlah penduduk biasanya diikuti dengan perkembangan dengan permintaan suatu komoditas karena dalam kondisi tersebut akan lebih banyak orang yang membutuhkan komoditas tersebut.

e. Cita rasa masyarakat

Perubahan cita rasa masyarakat mempengaruhi permintaan. Bila selera konsumen terhadap suatu komoditas meningkat maka permintaan komoditas tersebut akan meningkat, demikian pula bila selera konsumen berkurang maka permintaan komoditas tersebut menurun

f. Ramalan mengenai masa datang

Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan di masa datang dapat mempengaruhi permintaan akan suatu komoditas. Bila prospek suatu komoditas di masa datang baik, maka permintaan komoditas tersebut akan naik, dan bila sebaliknya maka permintaan akan komoditas tersebut akan turun.

Setiap orang akan berusaha memaksimumkan nilai guna dari barang-barang yang dikonsumsi, setiap orang akan berusaha untuk memaksimumkan kepuasan yang dapat dinikmatinya. Seorang konsumen akan memilih barang-barang yang dikonsumsinya yang dapat memaksimumkan utilitasnya dengan tunduk pada kendala anggaran. Tingkat utilitas total yang dicapai seorang konsumen

merupakan fungsi kuantitas barnag yang dikonsumsinya, dan utilitas marginal dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi akan menurun. Syarat utilitas yang maksimum adalah perbandingan antara utilitas marginal dan harga adalah sama untuk setiap barang yang dikonsumsinya (Arsyad,1987).


(42)

Menurut Sukirno (2000), nilaiguna atau utilitas total mengandung arti jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilaiguna marginal berarti pertambahan atau pengurangan kepuasan sebagai akibat dari pertambahan atau pengurangan penggunaan satu unit barang tertentu. Tambahan nilaiguna atau utilitas yang akan diperoleh seseorang dari mengkonsumsi suatu barang akan semakin berkurang apabila orang tersebut terus menerus menambahkan konsumsinya barang tersebut. Pada akhinya tambahan utilitas akan menjadi negative, maka utilitas total akan semakin menurun. Menurut Arsyad (1987), sekelompok barang yang memberikan tingkat kepuasan tertinggi yang biasa dicapai konsumen tersebut dengan kendala anggaran tertentu harus memenuhi dua syarat yaitu : (1) Keadaan tersebut terjadi pada kurva indeferens tertinggi yang bersinggungan dengan garis anggaran, dan (2) Keadaan tersebut akan terjadi pada titik singgung antara kurva indeferens tertinggi dengan garis anggaran.

b. Konsep Elastisitas

Menurut Sugianto (2005), elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang menunjukkan besarnya pengaruh perubahan harga atau faktor-faktor lainnya terhadap perubahan permintaan suatu komoditas

Elastisitas = % perubahan jumlah barang yang diminta % perubahan faktor yang mempengaruhinya

Menurut Sugianto (2005), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya elastisitas permintaan suatu komoditas, yaitu :


(43)

(1) Tingkat kemampuan komoditas lain untuk menggantikan komoditas tersebut.

Suatu komoditas yang mempunyai banyak komoditas pengganti, permintaan cenderung bersifat elastis. Perubahan harga sedikit saja akan menimbulkan perubahan besar atas jumlah komoditas tersebut yang diminta.

(2) persentase pendapatan yang akan dibelanjakan untuk membeli komoditas tersebut. Makin besar bagian pendapatan yang diperlukan untuk membeli suatu komoditas akan semakin elastis permintaan akan komoditas tersebut. (3) jangka waktu untuk menganalisis permintaan

makin lama jangka waktu untuk menganalisis permintaan atas suatu komoditas makin elastis sifat permintaan komoditas tersebut

(4) Katagori suatu komoditas

Elastisitas permintaan dibagi menjadi tiga yaitu elastisitas permintaan terhadap harga, elastisitas silang atas permintaan, dan elastisitas permintaan terhadap pendapatan.

(a). Elastisitas permintaan terhadap harga

elastisitas permintaan terhadap harga mengukur seberapa besar perubahan jumlah komoditas yang diminta apabila harga berubah. Jadi elastisitas permintaan terhadap harga adalah ukuran kepekaan perubahan jumlah komoditas yang diminta terhadap perubahan harga komoditas tersebut dengan asumsi ceteris paribus. Elastisitas permintaan terhadap perubahan harga dapat dihitung dengan rumus :

Ep = persentase perubahan jumlah yang diminta persentase perubahan harga


(44)

= (dQ/Q) (dP/P) = (dQ/dP). P/Q

Keterangan : Q = Jumlah permintaan P = Harga

Menurut Sugianto (2005), permintaan dikatakan elastis jika jumlah komoditas yang diminta peka terhadap perubahan harga dan dikatakan inelastis (tidak elastis) jika jumlah komoditas yang diminta kurang peka terhadap perubahan harga. Bila kurva permintaan komoditas yang dihadapi memiliki kecenderungan yang umum berlaku dalam kehidupan sehari-hari (memiliki kemiringan negatif), maka nilai elastis permintaan terhadap harga selalu negatif.

Klasifikasi elastisitas suatu komoditas mengikuti kaidah :

1. Elastisitas nol (tidak elastis sempurna). Dalam hal ini perubahan harga suatu komoditas tidak akan merubah jumlah komoditas yang diminta. Kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu tegak.

2. Elastisitas sempurna. Perubahan yang kecil sekali dalam harga akan mengakibatkan perubahan yang besar sekali dalam permintaan. Kurva permintaan komoditas sejajar dengan sumbu datar.

3. Elastisitas uniter (nilai mutlak elastisitas sama dengan 1). Perubahan harga komoditas tersebut dalam suatu persentase tertentu, akan diikuti dengan perubahan jumlah komoditas yang diminta tersebut dalam persentase yang sama.


(45)

4. Tidak elastis (nilai mutlak elastisitas bernilai diantara 0 dan 1). Dalam hal ini, persentase perubahan harga adalah lebih daripada persentase

perubahan jumlah yang diminta.

5. Elastis (nilai mutlak Ep>1). Jumlah komoditas yang diminta akan mengalami perubahan dengan persentase yang melebihi persentase perubahan harga.

(b). Elastisitas silang atas permintaan

Barang-barang yang dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia biasanya tidak berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan yang erat dengan barang lain. Hubungan tersebut dapat bersifat subtitusi terhadap barang lain bila barang tersebut dapat menggantikan fungsinya terhadap barang lain bila barang semula tidak dapat dimiliki. Sedangkan barang memiliki sifat komplementer terhadap barang lain bila barang tersebut dapat melengkapi kegunaan barang lain.

Sifat subtitusi dan komplementer yang dimiliki suatu barang terhadap barang lain sangat berhungan erat dengan harga barang masing-masing. Dalam keadaan demikian menurut Mubyarto (1989), perubahan harga barang yang satu tidak saja mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang itu, tetapi juga mempengaruhi jumlah yang diminta atas barang lainnya. Perubahan jumlah barang yang diminta sebagai akibat dari perubahan atas harga barang lain disebut sebagai elastisitas silang atas permintaan (cross elasticity of demand).


(46)

Menurut Sugianto (2005), koefisien elastis permintaan silang sering digunakan untuk mengukur kekuatan hubungan komplemen atau substitusi diantara berbagai komoditas. Nilai elastisitas permintaan silang berkisar dari negatif tak hingga sampai positif tak hingga. Rumus perhitungan elastisitas permintaan silang komoditas X terhadap komoditas Y adalah :

Ec = Persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta Persentase perubahan harga komoditas Y

= (dQx/Qx)

(dPy/Py) = (dQx/dPy). Py/Qx

Keterangan : Qx = Jumlah barang X yang diminta Qy = Jumlah barang Y yang diminta Px = Harga barang X

Py = Harga barang Y

Menurut Sugianto (2005), tanda dari elastisitas silang akan tergantung kepada komoditas apakah komoditas yang terkait merupakan komoditas pelengkap atau komoditas pengganti. Untuk komoditas pelengkap (complements), elastisitas silang bernilai negatif. Sedangkan untuk komoditas pengganti (substitusi), elastisitas silang bernilai positif.

Menurut Reksoprayitno (2000), Acuan umum pengelompokan katagori suatu komoditas adalah sebagai berikut :

Ec = 0. Ini memiliki makna tidak ada hubungan antara barang X dengan barang Y Ec < 0. Ini memiliki makna bahwa antara barang X dan barang Y terdapat

hubungan komplementer.

Ec > 0. Ini memiliki makna bahwa antara barang X dengan barang Y terdapat hubungan substitusi.


(47)

(c). Elastisitas Permintaan Terhadap Pendapatan (Ei)

Elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah besar kecilnya perubahan jumlah yang diminta sebagai akibat dari perubahan pendapatan konsumen.

Kenaikan pendapatan konsumen akan menaikkan daya beli yang selanjutnya akan meningkatkan jumlah barang yang diminta. Menurut Sugianto (2005), elastisitas permintaan terhadap pendapatan merupakan suatu besaran yang berguna untuk menunjukan responsivitas konsumsi suatu komoditas terhadap suatu perubahan pendapatan.

Menurut Suhartati dan Fathororrozi (2003), Nilai yang diperoleh dapat digunakan untuk membedakan komoditas apakah termasuk dalam katagori komoditas mewah, normal, atau inferior.

Rumus elastisitas permintaan terhadap pendapatan adalah :

Ei = persentase perubahan jumlah komoditas X yang diminta Persentase perubahan pendapatan

= (dQ/Q) (dI/I) = (dQ/dI). I/Q Keterangan : Q = Jumlah permintaan I = Pendapatan

Acuan umum pengelompokan katagori suatu komoditas adalah sebagai berikut : Ei = - Komoditas inferior (komoditas bermutu rendah)

Ei = + Komoditas normal Ei = >1 Komoditas mewah


(48)

c. Hasil Penelitian Terdahulu

Faktor-faktor yang mempengaruhi daging sapi oleh konsumen rumah tangga di Sulawesi Tenggara menurut Rusma dan Suharyanto (2001),adalah harga daging sapi, harga daging ayam, harga ikan dan konsumsi daging sapi tahun sebelumnya. Daging sapi bagi masyarakat Sulawesi Tenggara merupakan barang normal, artinya semakin tinggi pendapatan konsumen maka tidak berpengaruh terhadap permintaan daging sapi.

Permintaan ayam ras pedaging oleh konsumen rumah tangga di Kota Bandar Lampung menurut Andaryani (2004), dipengaruhi oleh harga ayam ras pedaging, harga telur ayam, harga ikan, harga tahu, harga tempe, umur dan pendidikan. Sedangkan tingkat pendapatan tidak mempengaruhi permintaan ayam ras pedaging.

Permintaan kopi bubuk oleh konsumen rumah tangga di Bandar Lampung bersifat inelastis, bersubtitusi dengan teh bubuk dan susu bubuk. Kopi bubuk termasuk barang inferior, artinya semakin tinggi pendapatan konsumen maka akan semakin rendah tingkat permintaan kopi bubuk.

Menurut Marlinda (2006), pada rumah tangga menengah bawah rata-rata

konsumsi protein kacang kedelai, kacang tanah, dan kacang hijau mencapai 80,05 gram per hari dengan kontribusi protein terhadap angka kecukupan protein

sebesar 36,68 % per hari, sementara pada rumah tangga menengah atas rata-rata konsumsi protein sebesar 76,046 gram per hari dengan kontribusi sebesar 31,09 % per hari.


(49)

g. Kerangka Pemikiran

Salah satu tujuan konsumen mengkonsumsi suatu komoditas adalah untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Teori permintaan konsumen didasarkan pada teori tingkah laku konsumen yaitu teori kegunaan (Utility theory) dimana konsumen akan memaksimumkan utilitasnya (kepuasannya). Konsumen akan membeli barang jika barang tersebut berguna baginya, namun dalam

memaksimumkan utilitas, konsumen dibatasi oleh ketersediaan anggaran.

Bertambahnya jumlah penduduk, peningkatan pendapatan dan kesejahteraan serta kesadaran pemenuhan pangan yang bergizi menyebabkan terjadinya perubahan konsumsi bahan makanan, yaitu terjadi penurunan konsumsi energi yang berasal dari karbohidrat dan peningkatan konsumsi energi yang berasal dari protein baik protein nabati maupun protein hewani. Daging sapi merupakan salah satu sumber protein hewani yang disukai oleh konsumen. Selain itu, daging sapi juga

memiliki kandungan protein dan zat besi paling tinggi dibandingkan dengan bahan pangan hewani yang lainnya.

Kota Bandar Lampung memiliki tingkat kepadatan penduduk paling tinggi yaitu 4.209/km2 pada tahun 2007. Tingkat kepadatan yang tinggi menyebabkan wilayah Kota Bandar Lampung merupakan wilayah permintaan daging sapi terbanyak dan konsumsinya di Kota Bandar Lampung pada setiap tahunnya mengalami peningkatan yang signifikan.

Permintaan daging sapi oleh konsumen rumah tangga dipengaruhi oleh harga daging sapi, harga barang lain (harga daging ayam ras pedaging, harga telur ayam,


(50)

harga ayam buras, harga ikan, harga tahu, dan harga tempe), jumlah anggota, tingkat pendapatan, tingkat pendidikan, dan umur.

Harga barang yang bersangkutan mempengaruhi permintaan atas suatu barang karena sesuai dengan hukum permintaan yaitu semakin tinggi harga suatu barang maka permintaan akan barang tersebut akan semakin rendah dan sebaliknya jika harga barang tersebut rendah maka permintaan semakin banyak. Ini berarti pendapatan riil dan daya beli konsumen semakin bertambah. Demikian halnya dengan harga daging sapi, semakin tinggi harga daging sapi maka semakin sedikit jumlah daging sapi yang dikonsumsi oleh konsumen rumah tangga.

Harga barang lain juga mempengaruhi permintaan terhadap suatu barang

tergantung keterkaitan penggunaan antara barang yang satu dengan barang yang lain. Keterkaitan itu dapat berupa saling melengkapi atau saling menggantikan. Kenaikan harga barang subtitusi akan menaikan permintaan barang yang disubtitusi. Harga subtitusi adalah harga barang lain yang dapat menggantikan nilai suatu barang semula, apabila barang semula tidak dapat diperoleh atau dimiliki. Sebagai barang substitusi dalam penelitian ini adalah ayam ras, ayam buras, ikan, telur, tahu dan tempe. Semakin tinggi harga ayam ras, ayam buras, ikan, telur, tahu dan tempe, maka jumlah daging sapi yang diminta akan semakin banyak dan sebaliknya.

Faktor pendapatan sangat berpengaruh pada jumlah dan barang yang akan dikonsumsi. Meningkatnya pendapatan konsumen akan meningkatkan permintaan terhadap suatu barang. Dalam hal ini semakin tinggi pendapatan konsumen maka semakin banyak pengeluaran dari rumah tangga yang


(1)

No

Nama

Jumlah

Responden

Pangan Pokok Sayur-mayur

Daging sapi

Olahan daging

Ikan segar

ikan tawar

Ikan asin

Ayam ras

Ayam buras

Tempe Olahan tempe

Tahu

Telur

Buah-buahan Makanan jajanan

Lain-lain

sapi

1 Marlina

436100

53000

26500

127000

170000

30000

5000

20000

0

90000

7500

36000

43500

87500

106000

1913050

3151150

2 Hartini

390600

13500

31200

159000

42000

14000

2000

19000

0

32000

7500

6000

84000

36000

257000

1074200

2168000

3 Surini

414000

97500

26000

157600

61000

39000

4000

40000

80000

30000

17000

75000

28000

87500

324500

634700

2115800

4 Putri

192000

44250

0

76000

36000

15000

5000

38000

0

30000

7500

12000

28000

73000

125000

1220900

1902650

5 Eva

283500

31000

0

84000

36000

14500

2500

37800

0

30000

0

12000

28000

36000

158000

840900

1594200

6 Fitria

231500

68000

13000

96250

31000

23000

4000

63000

80000

30000

15000

24500

29000

74000

165000

992200

1939450

7 Serly

204000

56500

20400

59600

58000

20000

5000

0

40000

30000

0

52500

27000

48500

105000

1180250

1906750

8 Lina

259000

41000

0

100000

32000

24000

2000

38000

0

30000

2500

24000

56000

21000

205000

547000

1381500

9 Nina

46500

38000

13750

85700

45000

0

4000

40000

0

40000

3000

14000

28000

18750

190500

741100

1308300

10 Ferlin

198000

44000

13250

80000

54000

0

3000

36000

0

40000

8000

14000

29000

48000

204000

786400

1557650

11 Suaiyah

317200

39000

0

35000

45000

0

8000

31200

0

60000

14000

12000

54000

34500

155000

475000

1279900

12 Juleha

146400

12750

0

30000

10500

0

8000

0

0

15000

9500

5000

21750

3500

74000

304000

640400

13 Ikong

425875

35000

25000

143600

52000

16000

5000

38000

0

90000

6000

7000

56000

47500

418000

889200

2254175

14 Yuli

259000

41000

13000

84000

36000

0

2000

36000

0

30000

2500

24000

42000

21000

205000

532000

1327500

15 Diana

186500

35000

13750

54250

54000

0

3000

42000

0

50000

0

14000

29000

32500

74000

568250

1156250

16 Susi

325200

29000

0

25000

21000

0

8000

15200

0

60000

0

12000

43500

15500

132000

454750

1141150

17 Marta

262000

43000

0

56000

36000

0

5000

34200

0

30000

8000

28000

43500

33000

252000

274250

1104950

18 Sulistia Wati

256000

46000

15600

42000

51000

0

4000

33600

0

30000

2000

35000

28000

25000

186000

972100

1726300

19 Ririn Yustika

261000

38000

0

103500

24000

0

0

19000

0

50000

2000

14000

28000

23500

220000

302000

1085000

20 Yati

327700

36000

0

42000

15000

0

2800

0

0

40000

8000

7500

43500

16000

160000

630375

1328875

21 Lora

183000

30000

11000

63000

46000

0

0

28000

0

40000

0

7000

28000

32500

229000

675550

1373050

22 Yeyen

331000

37500

26000

105000

120000

0

0

40000

0

30000

0

14000

14000

45500

787500

1371500

2922000

23 Siti

247500

24000

0

25000

14000

0

8000

0

0

40000

0

12000

43500

10500

270000

343375

1037875

24 Mariam

436000

42500

26500

70000

144000

0

5000

37800

41000

60000

15000

75000

27000

78000

275500

718100

2051400

25 Herna Mulyani

575000

71750

38250

39000

360000

0

5000

0

80000

60000

29950

12000

29000

125000

341000

577450

2343400

26 Turoh

146400

12750

0

30000

8000

0

8000

0

0

15000

11500

10000

20250

10000

79000

321000

671900

27 Sani

348500

28000

0

70000

22500

0

4000

30400

0

30000

0

20000

27000

17500

224500

586700

1409100

28 Nuryeti

262000

38000

0

56000

23000

0

5000

17100

0

60000

6000

7000

29000

28000

240000

239000

1010100

29 Asnah

225000

13000

0

20000

10000

0

4200

0

0

40000

3500

10000

29000

6750

122000

427000

910450

30 Nelli

317875

24500

0

126000

25500

0

5000

20000

0

75000

6000

7000

28000

18500

284000

517900

1455275

31 Fatma

248400

35500

11000

63000

17000

0

0

36000

0

40000

3500

14000

29000

14000

144000

755550

1410950

32 Herawati

352675

38500

26500

140000

27000

0

5000

42000

0

51000

15000

10500

29000

36500

181000

498900

1453575


(2)

33 Juhenah 226000 15000 0 35000 15000 0 6000 0 0 30000 3500 10000 28000 11500 91000 381875 852875

34 Halimah 259000 38000 0 56000 28500 0 5000 15600 0 60000 1000 7000 28000 14500 113000 242500 868100

35 Reni 259000 33000 13250 64000 25500 0 8000 20000 0 75000 0 10000 28000 22000 66000 221500 845250

36 Tirah 195900 9000 0 15000 7500 0 8000 0 0 30000 2000 5000 14000 5500 36000 334875 662775

37 Ajeng 189000 33000 13000 68000 36000 0 0 20000 0 40000 0 14000 14500 16500 70000 474750 988750

38 Murni 163850 11000 0 14000 14000 0 8000 0 0 40000 4500 10000 13500 3500 40000 270500 592850

39 Jumiati 211400 12750 0 0 7000 0 8000 0 0 15000 3500 10000 21750 0 19000 328500 636900

40 Hadijah 262000 32000 0 56000 16000 0 2000 18900 0 60000 6000 7000 29000 21500 240000 228000 978400

41 Neti 254500 36000 0 70000 18000 0 2800 34200 0 56000 6000 7000 13500 12500 224000 198000 932500

42 Mariska 219000 12750 0 0 21000 0 8000 0 0 30000 3500 14000 21000 6500 21000 336500 693250

43 Mainah 239500 30000 0 42000 16000 0 2000 18900 0 60000 3500 7000 13500 6500 55000 172000 665900

44 Ratna 163850 16000 0 14000 7500 0 8000 0 0 40000 4500 10000 14500 3500 60000 264500 606350

45 Anita 195900 14000 0 15000 4000 0 8000 0 0 30000 2000 5000 28000 5500 36000 306375 649775

46 Sutiyah 322000 38000 0 56000 36500 11500 5000 16650 0 60000 5000 7000 28000 6500 254000 391000 1237150

47 Fitria Dewi 262000 40000 0 60000 20000 0 2000 17100 0 54000 4500 8000 27000 16000 115000 597000 1222600

48 Nur Aminah 254400 15000 0 20000 20000 0 4000 0 0 30000 2000 5000 27000 5500 36000 297750 716650

49 Novaina Rensina 386000 38000 13000 56000 20000 0 5000 21000 0 45000 4500 7000 13500 25000 156000 323500 1113500

50 Midiah 162475 14000 0 14000 6000 0 8000 0 0 28000 4500 10000 13500 0 60000 268000 588475

51 Rumsiah 195900 9000 0 20000 18000 0 5000 0 0 30000 2000 5000 21750 7500 86000 308875 709025

52 Sakilah 373900 15000 0 15000 34000 0 8000 19000 0 20000 2000 7000 28000 3500 70000 310375 905775

53 Maymunah 180900 19000 0 15000 8000 0 8000 0 0 22500 2000 5000 13500 0 14600 334375 622875

54 Resti Kilana 261400 16500 12750 22500 23000 0 4000 21000 0 50000 0 10000 29000 16500 105000 360250 931900

55 Sanati 264000 9000 0 15000 12000 0 8000 0 0 20000 1000 6000 14000 0 202500 274875 826375

56 Sri Anjani 321750 32000 0 56000 32000 16000 2000 18000 0 48000 3500 7000 30000 6500 142000 326750 1041500

57 Tuminah 181700 16000 0 14000 8500 0 4000 0 0 15000 0 10000 13500 3000 70000 289000 624700

58 Siska 163850 11000 0 14000 8500 0 8000 0 0 20000 4500 10000 13500 0 60000 260500 573850

59 Rosi Rika 329000 36000 0 70000 18000 0 2800 34200 0 60000 6000 7000 14500 24500 224000 187800 1013800

60 Claria 248100 35500 10400 63000 17000 0 0 34200 0 40000 0 12000 28000 14000 66000 669050 1237250

61 Uti Merlia 163850 11000 0 14000 6000 0 8000 0 0 20000 4500 10000 14000 0 60000 260500 571850

62 Saleh Yuda 263400 12000 0 20000 15000 0 5000 0 0 30000 2000 5000 21000 7500 72000 281300 734200

63 Risma Wati 261900 12750 0 0 34000 0 8000 0 0 10000 3500 10000 20250 0 19000 331375 710775

64 Novita Sari 180900 19000 0 15000 15000 0 8000 0 0 15000 2000 5000 13500 3500 14600 334375 625875

65 Yuliana 175950 9000 0 10000 4500 0 8000 0 0 10000 2500 8000 6750 0 32500 244500 511700

66 Semi Wati 301750 25000 0 70000 16000 0 8000 0 0 30000 3500 7000 20250 0 179000 499250 1159750

67 Novi Anasari 263400 24000 0 28000 12000 0 4000 0 0 15000 1000 5000 27000 0 21000 343375 743775

68 Yoan Andrini 15000 21000 11000 34500 23000 13000 0 18000 0 25000 0 10500 14000 10500 47000 431250 673750 69 Eva Puspita 370000 23000 26000 70000 20500 17500 0 15600 0 36000 1000 6000 14000 14000 176500 1297800 2087900

70 Yuyun 261900 12750 0 0 17000 0 8000 0 0 10000 3500 10000 21000 0 19000 345000 708150

71 Sumiati 262400 9000 0 20000 15000 0 4000 0 0 30000 2000 5000 14000 3500 86000 293875 744775

72 Kamsidah 261400 22000 0 0 18000 0 2000 0 0 15000 3000 5000 21000 0 21000 343375 711775

73 Masni 248500 41000 0 56000 27000 0 2000 17100 0 30000 2000 24000 14000 7000 472000 492500 1433100

74 Maysaroh 175950 9000 0 10000 8000 0 4000 0 0 10000 2500 8000 7000 0 33000 240750 508200

75 Dewi Fatimah 262400 24000 0 28000 20000 0 4000 0 0 15000 1000 5000 21000 3000 21000 343375 747775

76 Rodah 261900 9000 0 20000 24000 0 8000 0 0 30000 1000 5000 21000 0 86000 293875 759775

Jumlah 19572300 2157500 450100 3802500 2499000 253500 360100 1191750 321000 2817500 326950 987500 1954250 1512000 10985200 37700100 86891250 Rata-rata 257530,2632 28388,15789 5922,368421 50032,89474 32881,57895 3335,526316 4738,157895 15680,92105 4223,684211 37072,368 4301,973684 12993,42105 25713,8158 19894,73684 144542,1053 496053,9474 1143305,921


(3)

No

Nama

Pengeluaran rumah tangga

Responden

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

1 Marlina

5364900

3

2

3

2

3

1

2

3

1

2

1

3

26 Baik

2 Hartini

4257900

3

2

2

1

3

2

2

1

2

3

2

1

24 Baik

3 Surini

5301500

3

2

2

2

2

2

2

1

3

2

1

3

25 Baik

4 Putri

2950650

2

2

2

1

3

2

1

1

2

3

1

3

23 Rendah

5 Eva

2562900

2

1

1

2

2

1

2

1

2

3

1

2

20 Rendah

6 Fitria

3948500

2

3

2

1

2

2

2

2

3

2

3

2

26 Baik

7 Serly

3072500

3

3

2

2

2

1

3

3

2

3

2

3

29 Baik

8 Lina

2585400

2

2

3

3

3

2

2

2

3

2

0

2

26 Baik

9 Nina

2713800

2

2

2

2

3

2

3

3

2

2

2

1

26 Baik

10 Ferlin

3239650

2

3

3

2

2

2

3

3

3

2

2

2

29 Baik

11 Suaiyah

1841400

2

1

2

2

1

2

3

3

2

1

0

1

20 Rendah

12 Juleha

839000

1

2

2

1

1

3

2

2

3

1

1

2

21 Rendah

13 Ikong

4440675

2

2

1

0

2

3

2

2

3

2

2

1

22 Rendah

14 Yuli

2665400

3

3

2

2

3

2

3

3

2

2

1

2

28 Baik

15 Diana

2995250

2

3

3

2

2

2

3

3

2

1

2

3

28 Baik

16 Susi

1587150

2

2

0

2

1

1

2

2

3

2

1

0

18 Rendah

17 Marta

2207750

1

2

2

1

2

1

3

3

3

3

1

2

24 Baik

18 Sulistia Wati

3156150

1

2

1

2

1

3

3

3

3

2

2

2

25 Baik

19 Ririn Yustika

2387000

2

2

2

2

1

1

3

3

3

2

2

2

25 Baik

20 Yati

1860775

3

1

1

1

0

2

3

2

2

1

1

1

18 Rendah

21 Lora

2362800

2

2

3

2

1

2

3

3

1

1

2

1

23 Rendah

22 Yeyen

6893500

0

3

3

2

2

3

3

3

2

2

2

1

26 Baik

23 Siti

1406375

2

2

2

2

3

2

3

3

1

3

1

2

26 Baik

24 Mariam

5474900

3

2

3

3

3

2

3

3

2

2

2

2

30 Baik

25 Herna Mulyani

6839900

3

3

3

2

3

3

3

3

3

2

3

3

34 Baik

26 Turoh

894400

2

2

3

3

2

2

3

2

3

2

2

2

28 Baik

27 Sani

2762000

0

1

1

0

1

1

1

2

2

1

1

0

11 Rendah

28 Nuryeti

1798450

2

2

2

2

2

3

2

3

1

3

3

2

27 Baik

29 Asnah

1438450

2

1

1

0

3

2

2

3

1

1

1

1

18 Rendah

30 Nelli

3236275

2

3

2

2

2

3

3

3

3

2

1

2

28 Baik

31 Fatma

2999950

2

2

3

3

3

3

3

3

3

2

2

0

29 Baik

32 Herawati

4184575

2

3

3

3

2

3

3

3

3

3

3

2

33 Baik

Kesimpulan

Pengetahuan Gizi


(4)

33 Juhenah 1240875 2 2 1 1 1 2 2 2 2 2 1 1 19 Rendah

34 Halimah 1712950 2 2 1 2 2 3 3 3 3 2 2 1 26 Baik

35 Reni 2131600 2 1 3 2 2 2 3 2 2 3 2 2 26 Baik

36 Tirah 1021075 0 1 2 1 1 1 3 2 2 2 2 2 19 Rendah

37 Ajeng 1933950 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 30 Baik

38 Murni 850850 2 2 2 2 1 1 2 3 2 2 3 1 23 Rendah

39 Jumiati 1205700 2 1 1 2 2 1 3 3 2 0 1 0 18 Rendah

40 Hadijah 1826150 2 1 1 1 2 3 3 1 2 1 3 2 22 Rendah

41 Neti 2091750 3 3 2 2 1 3 3 2 2 0 3 1 25 Baik

42 Mariska 1237050 2 1 2 0 1 1 2 2 1 3 2 2 19 Rendah

43 Mainah 1246800 1 1 3 2 2 2 2 2 1 2 2 1 21 Rendah

44 Ratna 1086350 2 2 2 1 1 2 3 2 2 2 3 0 22 Rendah

45 Anita 952975 2 2 1 2 1 2 3 1 2 1 2 2 21 Rendah

46 Sutiyah 1924300 3 0 1 1 0 1 2 1 2 2 1 2 16 Rendah

47 Fitria Dewi 2938700 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 32 Baik

48 Nur Aminah 1086350 2 1 1 3 1 2 3 2 2 2 1 2 22 Rendah

49 Novaina Rensina 3240100 2 2 2 1 2 3 3 3 3 2 2 2 27 Baik

50 Midiah 707975 3 1 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 26 Baik

51 Rumsiah 885425 0 1 1 2 1 1 2 2 2 1 1 2 16 Rendah

52 Sakilah 1385825 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 1 2 19 Rendah

53 Maymunah 855675 2 3 1 2 1 2 2 2 2 3 1 1 22 Rendah

54 Resti Kilana 2585300 3 2 2 2 2 3 3 3 3 2 2 1 28 Baik

55 Sanati 1227275 2 1 2 0 1 3 2 2 3 2 1 2 21 Rendah

56 Sri Anjani 1601900 1 1 1 0 1 2 2 2 2 1 1 3 17 Rendah

57 Tuminah 893200 1 1 1 0 1 2 2 1 2 1 1 0 13 Rendah

58 Siska 709350 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 2 2 26 Baik

59 Rosi Rika 2171050 3 3 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 31 Baik

60 Claria 2005500 3 3 3 2 3 3 3 2 2 1 2 3 30 Baik

61 Uti Merlia 1244850 2 2 2 1 2 1 3 2 2 2 1 2 22 Rendah

62 Saleh Yuda 1019600 0 2 2 2 1 1 2 2 2 1 2 2 19 Rendah

63 Risma Wati 1336075 0 1 1 2 1 2 1 2 2 2 1 3 18 Rendah

64 Novita Sari 849175 2 1 1 1 1 1 2 2 3 2 2 2 20 Rendah

65 Yuliana 619200 3 3 2 2 2 2 2 1 3 3 1 3 27 Baik

66 Semi Wati 1512550 2 2 2 2 2 2 3 2 2 1 1 3 24 Baik

67 Novi Anasari 1226075 0 1 1 0 2 2 3 3 2 2 1 2 19 Rendah

68 Yoan Andrini 1544950 2 3 2 3 3 3 3 2 2 1 3 2 29 Baik

69 Eva Puspita 4136700 2 2 3 2 3 3 3 3 3 1 1 2 28 Baik

70 Yuyun 1477450 2 2 1 2 1 2 3 2 2 1 3 0 21 Rendah

71 Sumiati 938175 1 2 1 2 2 1 2 1 3 2 2 2 21 Rendah

72 Kamsidah 1013575 1 2 1 2 1 2 2 2 3 2 2 2 22 Rendah

73 Masni 2231500 1 1 2 0 2 2 3 2 2 2 2 1 20 Rendah

74 Maysaroh 587700 0 2 1 2 2 2 3 1 2 2 1 2 20 Rendah

75 Dewi Fatimah 919075 1 2 2 1 2 1 3 3 2 1 1 2 21 Rendah

76 Rodah 1149475 2 2 1 1 1 1 3 2 2 2 1 3 21 Rendah

Jumlah 164831950 141 144 142 125 136 152 195 172 172 143 128 135 1785 B = 37


(5)

Regression

De scriptive Statistics

.1126

.18827

76

51500.00

2340.93998

76

19703.95

721.93089

76

13993.42

378.53596

76

39953.95

766.71434

76

16946.75

3989.37905

76

11717.55

1396.93255

76

6169.5132

808.42688

76

4.2632

1.14738

76

2168841

1410880.290

76

9.8158

4.05532

76

37.5789

9.75057

76

.4868

.50315

76

Ddagingsapi

Pdagingsapi

Payamras

Ptelur

Payamburas

Pikan

Ptahu

Ptempe

JART

Pendapatan RT

Pendidikan

Umur

PengGizi

Mean

Std. Deviation

N

Variable s Entered/Rem ove d

b

PengGiz i,

JART,

Payambur

as, Ptelur,

Ptahu,

Payamras,

Ptempe,

Pdagingsa

pi, Pikan,

Umur,

Pendapata

n RT,

Pendidika

n

a

.

Enter

Model

1

Variables

Entered

Variables

Removed

Method

All requested variables entered.

a.

Dependent Variable: Ddagingsapi

b.

Mode l Sum m aryb

.902a .813 .777 .08881 .813 22.837 12 63 .000 1.970

Model 1

R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Es timate

R Square

Change F Change df 1 df 2 Sig. F Change

Change Statis tic s

Durbin-Watson

Predic tors: (Constant), PengGizi, JART, Payamburas, Ptelur, Ptahu, Payamras, Ptempe, Pdagingsapi, Pikan, Umur, Pendapatan RT, Pendidikan

a.

Dependent Variable: Ddagingsapi b.


(6)

ANOVA

b

2.162

12

.180

22.837

.000

a

.497

63

.008

2.658

75

Regress ion

Res idual

Total

Model

1

Sum of

Squares

df

Mean Square

F

Sig.

Predic tors: (Cons tant), PengGizi, JART, Payamburas, Ptelur, Ptahu, Payamras,

Ptempe, Pdagingsapi, Pikan, Umur, Pendapatan RT, Pendidikan

a.

Dependent Variable: Ddagingsapi

b.

Coefficientsa

-2.434 .822 -2.962 .004 -4.075 -.792

-2.8E-006 .000 -.035 -.560 .577 .000 .000 .280 -.070 -.031 .763 1.310

2.33E-005 .000 .089 1.506 .137 .000 .000 .318 .186 .082 .844 1.184

1.54E-005 .000 .031 .529 .599 .000 .000 .230 .066 .029 .863 1.158

4.36E-005 .000 .177 3.079 .003 .000 .000 .324 .362 .168 .894 1.119

-4.0E-006 .000 -.085 -1.167 .248 .000 .000 .417 -.145 -.064 .556 1.797

1.17E-005 .000 .087 1.384 .171 .000 .000 .341 .172 .075 .759 1.318

1.01E-005 .000 .043 .703 .485 .000 .000 .413 .088 .038 .777 1.287

-.023 .013 -.142 -1.784 .079 -.049 .003 .281 -.219 -.097 .468 2.138

1.13E-007 .000 .848 8.889 .000 .000 .000 .864 .746 .484 .326 3.071

-.005 .005 -.102 -.936 .353 -.015 .005 .497 -.117 -.051 .251 3.978

.000 .002 .025 .320 .750 -.003 .004 -.013 .040 .017 .469 2.133

.054 .033 .145 1.628 .108 -.012 .121 .520 .201 .089 .372 2.688

(Constant) Pdagingsapi Payamras Ptelur Payamburas Pikan Ptahu Ptempe JART Pendapatan RT Pendidikan Umur PengGizi Model 1

B Std. Error Uns tandardized

Coeff ic ients

Beta Standardized

Coeff ic ients

t Sig. Low er Bound Upper Bound 95% Conf idence Interval for B

Zero-order Partial Part Correlations

Tolerance VIF Collinearity Statistics

Dependent V ariable: Ddagingsapi a.

Re siduals Statis tics

a

-.0908

.6269

.1126

.16977

76

-.20578

.22023

.00000

.08140

76

-1.198

3.029

.000

1.000

76

-2.317

2.480

.000

.917

76

Predicted Value

Res idual

Std. Predicted Value

Std. Residual

Minimum

Maximum

Mean

Std. Deviation

N

Dependent Variable: Ddagingsapi

a.