Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam Potensial Untuk Tanaman Padi

PENILAIAN METODE BRAY II DAN TRUOG PADA TANAH SULFAT MASAM POTENSIAL UNTUK TANAMAN PADI SKRIPSI OLEH: ACHMAD HAMBALI NST 090301053/ AGROEKOTEKNOLOGI
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 13
Universitas Sumatera Utara

PENILAIAN METODE BRAY II DAN TRUOG PADA TANAH SULFAT MASAM POTENSIAL UNTUK TANAMAN PADI SKRIPSI OLEH: ACHMAD HAMBALI NST 090301053/ AGROEKOTEKNOLOGI Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2 0 13
Universitas Sumatera Utara

Judul Skripsi : Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam

Potensial Untuk Tanaman Padi

Nama

: Achmad Hambali Nst

NIM : 090301053

Program Studi : Agroekoteknologi


Minat

: Ilmu Tanah

Ketua Pembimbing

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Anggota Pembimbing

(Ir. Fauzi, MP.) NIP. 195711101986011003

(Prof. Ir. Lahuddin Musa, MS.) NIP. 1305174454

Diketahui Oleh:

(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi
NIP. 1964 0620 1998 0320 01

Tanggal lulus:


Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT ACHMAD HAMBALI NST, The Testing of Bray II and Truog Method for Sulfate Acid Soil to The Paddy. Supervised by Fauzi and Lahuddin. The research was conducted to get the right analysis method for sulfate acid soil Karanganyar village region of Secanggang by examining twoP-available of soil analysis method. The research held in Seed Technology Laboratory (seeding), green house and also in Research and Technology Laboratory Agriculture Faculty University of Sumatera Utara. The research used non factorial Randomized Block Design with 3 repetition, which as main factor is the giving of Natural Phosphate with 9 kind of dosages, that is: 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, and 400 ppm. The giving of Natural Phosphate was significant to the phosphorus sorption and pH with the best dosage is P7 (350 ppm). The examining of analysis method was Bray II and Truog. The right analysis method was chosen by correlating the analysis result of P-available with P-sorption. The method which had the highest coefficient of correlation would be chosen as the right method, and Bray II has chosen as the right method with r value was 0,261. P critical limit of Paddy for Bray II was 24,1 ppm and for Truog was 12,13 ppm. Keywords: P-Available, analysis method, sulfate acid, paddy
Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK ACHMAD HAMBALI NST, Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam Untuk Tanaman Padi. Dibimbing oleh Fauzi dan Lahuddin. Penelitian ini dilaksanakan guna untuk menetapkan metode analisis yang tepat untuk tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang dengan menguji dua metode analisis P-tersedia tanah yang telah direkomendasikan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih (penyemaian benih), Rumah Kasa dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan 3 ulangan, dimana yang menjadi faktor perlakuan adalah pemberian pupuk fosfat alam dengan dengan 9 taraf dosis yaitu: 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, dan 400 ppm. Pemberian fosfat alam berpengaruh nyata terhadap Serapan P tanaman dan pH tanah dengan perlakuan terbaik adalah P7 (350 ppm). Metode analisis yang diuji adalah Bray II dan Truog. Metode analisis yang tepat ditetapkan dengan cara mengkorelasikan hasil analisis P tersedia dengan serapan P tanaman. Metode yang memiliki nilai koefisien korelasi tertinggi terpilih sebagai metode yang tepat, dalam hal ini Bray II adalah metode yang tepat dengan nilai r sebesar 0,261. Batas kritis P tanaman untuk Bray II sebesar 24,1 ppm dan Truog sebesar 12,13 ppm. Kata kunci: P tersedia, metode analisis, sulfat masam, padi
Universitas Sumatera Utara

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Belawan, 6 Maret 1991 dari Ayah Abdul Karim Nasution dan Ibunda Chairani Rangkuti. Penulis merupakan anak terakhir dari 6 bersaudara. Tahun 2009 penulis lulus dari SMA Dharmawangsa Medan dan pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMB (Ujian Masuk Bersama) pada pilihan kedua yaitu Agroekoteknologi. Selama di bangku perkuliahan, penulis aktif di berbagai organisasi internal maupun eksternal USU, yaitu BKM (Badan Kenaziran Mushalla) Al Mukhlisin FP USU, BKM-research, SGC (Smart Generation Community), Sahiva Drama Musikal, Trust Danone USU Club, TIM Mentoring Agama Islam, XL Future Leader Medan, dan Ikatan Mahasiswa Medan Utara (IMAMU). Penulis juga pernah menjadi asisten Laboratorium Morfologi dan Taksonomi Tumbuhan dan Laboratorium Botani. Prestasi yang pernah diraih penulis selama menjadi mahasiswa USU adalah peraih beasiswa PPA, peraih dana wirausaha SEC USU 2011 dengan usaha TobayaQ, Juara Cipta Puisi FP USU, Finalist Trust International Business game di Jakarta, Mahasiswa Berprestasi FP USU 2012, Runner up 1 Mahasiswa Berprestasi USU 2012, 10 tim Debat Bahasa Inggris terbaik seIndonesia, 5 tim terbaik dalam lomba KTI UGM Yogyakarta, 15 besar nominasi Astra Youth Award Indonesia, Delegasi Sumatera Utara di XL Future Leader Indonesia Season 1, peraih medali Perunggu kategori International Best Presenter IMT GT 2012 di Malaysia, Semifinalist DYSE International Entrepreneurship di Jakarta, Mahasiswa Undangan di DEYS 2013 Istanbul, Presenter di Seminar International
Universitas Sumatera Utara

MITI, serta menjadi pembicara dalam Workshop pelatihan KTI oleh Gamadiksi USU dan Inkubs USU.
Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN 2 Kebun Melati, Perbaungan pada tahun 2012.
Universitas Sumatera Utara

KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiratAllah Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam Untuk Tanaman Padi”, yang merupakan salah satusyarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Program studi Agroekoteknologi Minat Ilmu Tanah Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan. Ungkapan terima kasih terkhusus penulis sampaikan kepada Ibunda tercinta Chairani Rangkuti dan Ayahanda tercintaAbdul Karim Nasution atas segala kasih sayang, perhatian, nasehat, motivasi dan doanya.Serta kakanda dan abangda yang selalu memberi semangat untuk maju. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Fauzi, MP sebagai ketua komisi pembimbing dan kepada Bapak Prof. Ir. Lahuddin, MP sebagai anggota komisi pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberi saran kepada penulis dalam menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Serta ucapan terima kasih kepada bapak Ir. Mukhlis, MSi selaku dosen Kesuburan tanah yang telah banyak memberikan motivasi dan ajarannya, ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP. Selaku dosen Perancangan Percobaan yang selalu bersedia menjawab pertanyaan penulis, abangda Rudi dan ibu Murni selaku orang penting di Laboratorium Riset dan Teknologi yang selalu mengajari penulis, dan terima kasih atas kesetiaannya untuk teman-teman tercinta Yasir, Nikko, Andrian, Nisa, Iman, Sisko, Fadli, Ryan, Dedes, Egit, Fadma, Dina, Evi, Richard, Alvi dan lainnya yang sangat membantu penulis dalam hal apapun.
Universitas Sumatera Utara

Penulis menyadari skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan masukan dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan ini.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita Semua, khususnya untuk khasanah keilmuan di Indonesia.
Medan, Januari 2014 Penulis
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR ISI
ABSTRACT..................................................................................................... i
ABSTRAK ....................................................................................................... ii
RIWAYAT HIDUP.......................................................................................... iii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
PENDAHULUAN
Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 2 Hipotesis Penelitian ................................................................................... 3 Kegunaan Penulisan .................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA
Tanah Sulfat Masam ................................................................................. 4 Padi Sawah ................................................................................................ 7 Unsur Hara P ............................................................................................. 8 Pupuk Fosfat Alam .................................................................................... 11 Metode Analisis P ..................................................................................... 13 Batas Kritis Hara P .................................................................................... 16
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 18 Bahan dan Alat .......................................................................................... 18 Metode Penelitian ..................................................................................... 18 Pelaksanaan Percobaan
Pengambilan sampel tanah .................................................................. 19 Persiapan media tanam ........................................................................ 20 Penyemaian benih ............................................................................... 20 Inkubasi tanah ..................................................................................... 20 Penanaman dan penjarangan ............................................................... 21 Pemanenan .......................................................................................... 21 Parameter Amatan Tanah ................................................................................................... 21 Tanaman .............................................................................................. 21 Uji Statistik ................................................................................................ 22

HASIL DAN PEMBAHASAN
P-Tersedia Tanah ...................................................................................... 23
Universitas Sumatera Utara

Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan, Berat Kering Tajuk dan Akar, dan Serapan P Tanaman.................................................................................... 24 Penilaian Metode Analisis.......................................................................... 27 Penetapan Batas Kritis P ............................................................................ 30 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ............................................................................................... 32 Saran .......................................................................................................... 32 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR TABEL No. Hal. 1. Hubungan antara analisis tanah dengan respon terhadap Pupuk P ............ 13 2. Perlakuan dosis pupuk P ............................................................................ 19 3. Metode analisis P tersedia dan ekstraktan yang digunakan ....................... 20 4. Kadar P-tersedia tanah sulfat masam potensial dan P-tanaman................. 23 5. Tinggi tanaman, jumlah anakan dan pH tanah........................................... 25 6. Berat segar dan berat kering tajukdan akar padi ........................................ 27
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR GAMBAR No. Hal. 1. Korelasi P tersedia metode Bray II terhadap serapan P tanaman ............. 28 2. Korelasi P tersedia metode Truog terhadap serapan P tanaman............... 29 3. Batas kritis P tersedia untuk metode Bray II ............................................ 30 4. Batas kritis P tersedia untuk metode Truog.............................................. 31
Universitas Sumatera Utara

DAFTAR LAMPIRAN No. Hal. 1. Bagan Penelitian di Rumah Kasa FP USU ................................................ 38 2. Prosedur Metode Bray II............................................................................ 39 3. Prosedur Metode Truog ............................................................................. 42 4. Prosedur Penetapan P-daun........................................................................ 45 5. Ciherang ..................................................................................................... 47 6. Perhitungan Berat Tanah/ember dan Perhitungan Pupuk
Fosfat Alam Ciamis ................................................................................... 48 7. Data Serapan P Tanaman ........................................................................... 51 8. Data Hasil Analisis Tanah Metode Bray II ................................................ 52 9. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Bray II .................................................. 52 10. Data Hasil Analisis Tanah Metode Truog.................................................. 53 11. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Truog .................................................... 53 12. Data Hasil Analisis Serapan P Tanaman.................................................... 54 13. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Serapan P Tanaman.............................. 54 14. Data Hasil Uji Duncan Untuk Serapan P Tanaman ................................... 55 15. Data Hasil Tinggi Tanaman Padi ............................................................... 56 16. Data Analisis Sidik Ragam Tinggi Tanaman............................................. 56 17. Data Hasil Jumlah Anakan Padi................................................................. 57 18. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Jumlah anakan ...................................... 57 19. Data Hasil Berat Kering Tajuk Padi........................................................... 58 20. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Kering Tajuk Padi....................... 58 21. Data Hasil Berat Kering Akar Padi............................................................ 59 22. Data Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Kering Akar Padi ........................ 59 23. DataPersentase Serapan P tanaman............................................................ 60 24. Gambar Selama Penelitian ......................................................................... 63
Universitas Sumatera Utara

ABSTRACT ACHMAD HAMBALI NST, The Testing of Bray II and Truog Method for Sulfate Acid Soil to The Paddy. Supervised by Fauzi and Lahuddin. The research was conducted to get the right analysis method for sulfate acid soil Karanganyar village region of Secanggang by examining twoP-available of soil analysis method. The research held in Seed Technology Laboratory (seeding), green house and also in Research and Technology Laboratory Agriculture Faculty University of Sumatera Utara. The research used non factorial Randomized Block Design with 3 repetition, which as main factor is the giving of Natural Phosphate with 9 kind of dosages, that is: 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, and 400 ppm. The giving of Natural Phosphate was significant to the phosphorus sorption and pH with the best dosage is P7 (350 ppm). The examining of analysis method was Bray II and Truog. The right analysis method was chosen by correlating the analysis result of P-available with P-sorption. The method which had the highest coefficient of correlation would be chosen as the right method, and Bray II has chosen as the right method with r value was 0,261. P critical limit of Paddy for Bray II was 24,1 ppm and for Truog was 12,13 ppm. Keywords: P-Available, analysis method, sulfate acid, paddy
Universitas Sumatera Utara


ABSTRAK ACHMAD HAMBALI NST, Penilaian Metode Bray II dan Truog Pada TanahSulfat Masam Untuk Tanaman Padi. Dibimbing oleh Fauzi dan Lahuddin. Penelitian ini dilaksanakan guna untuk menetapkan metode analisis yang tepat untuk tanah sulfat masam potensial desa Karanganyar kecamatan Secanggang dengan menguji dua metode analisis P-tersedia tanah yang telah direkomendasikan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Teknologi Benih (penyemaian benih), Rumah Kasa dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok non faktorial dengan 3 ulangan, dimana yang menjadi faktor perlakuan adalah pemberian pupuk fosfat alam dengan dengan 9 taraf dosis yaitu: 0, 50, 100, 150, 200, 250, 300, 350, dan 400 ppm. Pemberian fosfat alam berpengaruh nyata terhadap Serapan P tanaman dan pH tanah dengan perlakuan terbaik adalah P7 (350 ppm). Metode analisis yang diuji adalah Bray II dan Truog. Metode analisis yang tepat ditetapkan dengan cara mengkorelasikan hasil analisis P tersedia dengan serapan P tanaman. Metode yang memiliki nilai koefisien korelasi tertinggi terpilih sebagai metode yang tepat, dalam hal ini Bray II adalah metode yang tepat dengan nilai r sebesar 0,261. Batas kritis P tanaman untuk Bray II sebesar 24,1 ppm dan Truog sebesar 12,13 ppm. Kata kunci: P tersedia, metode analisis, sulfat masam, padi
Universitas Sumatera Utara

PENDAHULUAN Latar Belakang
Kebutuhan lahan yang terus meningkat menjadi penyebab dimanfaatkannya lahan-lahan marginal seperti lahan rawa pasang surut sulfat masam. Dari 20.11 juta ha lahan pasang surut yang ada di Indonesia, 6.7 juta ha adalah lahan sulfat masam. Kalau digabungkan dengan lahan potensial (yang juga berpotensi sulfat masam) 2.07 juta ha lahan, maka jumlahnya mencapai 8.77 juta ha. Lahan sulfat masam merupakan ekosistem yang potensial untuk dikembangkan sebagai lahan pertanian, karena arealnya yang cukup luas sehingga mempunyai peran yang strategis dalam mendukung peningkatan produksi beras nasional (Subiksa dan Diah, 2009)
Tanah sulfat masam potensial dicirikan oleh adanya material sulfidik. Material sulfidik adalah tanah mineral yang mengandung komponen sulfur yang dapat teroksidasi dan mempunyai pH >3.5 pada kondisi alamiah atau setelah teraerasi (Maas, 1989).
Menurut Subiksa dan Diah (2009) Bahan sulfidik adalah sumber kemasaman tanah, bila bahan ini teroksidasi akan menghasilkan kondisi sangat masam. Kemasaman tanah yang tinggi memicu larutnya unsur beracun dan kahat hara sehingga tanah menjadi tidak produktif. Diperlukan upaya ekstra untuk mengelola lahan ini menjadi produktif. Masalah hara yang paling banyak dilaporkan pada lahan sulfat masam adalah ketersediaan hara P yang rendah dan fiksasi P yang tinggi oleh Al dan Fe. Hara P merupakan salah satu unsur hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman. Hara ini berfungsi untuk pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara

akar, transfer energi dalam proses fotosintesis dan respirasi, perkembangan buah dan biji, kekuatan batang dan ketahanan terhadap penyakit.
Perilaku P- tanah dapat mempengaruhi status ketersediaan P dalam tanah sehingga dapat ditentukan jumlah pupuk P yang diperlukan tanaman untuk mencapai hasil yang optimum. Untuk menentukan konsentrasi unsur hara P dalam tanah harus menggunakan metode analisis yang sesuai untuk tanah dan tanaman yang diusahakan.
Analisis P-tersedia dalam tanah dapat diukur dengan menggunakan berbagai bahan pengekstrak. Ada beberapa metode pengekstrak yang sering digunakan yaitu metode Bray I, Bray II, Truog, Olsen dan North Carolina. Namun dari beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa tidak semua metode sesuai dengan semua jenis tanah, tanaman maupun kondisi lingkungan.
Dari hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh Ali dan Rahman (2010) diketahui bahwa Batas kritis untuk padi tercatat 14.5 mg/kg untuk metode ekstraksi Hunter, Olsen dan Bray kecuali Nelson di mana nilainya adalah 34.5 mg/kg. Mengingat prinsipnya, semakin tinggi nilai r2 adalah semakin cocok. Prosedur Nelson dan Bray lebih cocok untuk memprediksi respon P untuk tanaman padi.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk menggunakan dua metode analisis P tersedia terhadap tanah sulfat masam pada pertanaman padi untuk mengetahui batas kitis P tersedia.
Tujuan Penelitian - Untuk menetapkan metode analisis P tersedia tanah sulfat masam potensial
yang sesuai untuk tanaman padi
Universitas Sumatera Utara

- Untuk menetapkan batas kritis hara P tersedia pada tanah sulfat masam potensial.
Hipotesis Penelitian - Kadar P tersedia tanah sulfat masam potensial sesuai ditetapkan dengan salah

satu metode analisis P tersedia. - Adanya pengaruh batas kritis hara P tersedia terhadap pemupukan fosfat alam
pada tanah sulfat masam potensial dan terhadap pertumbuhan padi. Kegunaan Penulisan
Sebagai bahan informasi dalam penetapan metode analisis P tersedia pada tanah sulfat masam potensial untuk tanaman padi bagi pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA Tanah Sulfat Masam
Endapan marine yang membentuk tanah sulfat masam, kaya akan pirit dan miskin kalium. Oleh karena itu sifat dan ciri tanah sulfat masam sangat ditentukan oleh keadaan pembentukan serta oksidasi daripada pirit. Daerah estuari adalah daerah yang mengalami interaksi antara air sungai dengan air laut, merupakan daerah pertanian yang potensial, tapi sayangnya daerah ini merupakan tempat pembentukan sulfida-sulfida. Faktor vegetasi, fisiografi, iklim dan fauna turut mempengaruhi pembentukan pirit. Vegetasi mempunyai peranan penting dalam pembentukan pirit. Untuk mereduksi sulfat diperlukan bahan organik sebagai elektron donor (Noor, 2004).
Bahan organik merupakan substrat bagi mikroorganisme anaerob dan akibatnya terjadi deplesi oksigen sehingga menyebabkan penurunan redoks potensial dan peningkatan pH (Hanum, 2004).
Tanah sulfat masam dicirikan oleh tingginya kandungan sulphur (0.4-3% S) dan rendahnya pH ketika dalam kondisi kering. pH tanah ini juga bisa tetap pada tingkat yang rendah dalam jangka waktu perendaman tertentu. Dalam percobaan reklamasi tanah sulfat masam tergenang dengan atau tanpa penambahan bahan organik akan terjadi perubahan pada pH2S, pH dan konsentrasi Fe+3. Konsentrasi H2S meningkat pesat setelah satu hari perendaman, terutama ketika bahan organik ditambahkan. Konsentrasi mencapai nilai puncak pada hari ketiga dan kemudian menurun lagi. Nilai puncak konsentrasi H2S untuk perlakuan penambahan bahan organik adalah pH2S 5.6, sesuai dengan 0.085 ppm H2S.
Universitas Sumatera Utara

Penurunan konsentrasi H2S setelah nilai puncak paralel dengan peningkatan pH tetapi tidak dengan penurunan Fe+2 konsentrasi (Tian-ren, 1985).
Bila tanah digenangi, persediaan oksigen menurun sampai mencapai nol dalam waktu kurang dari sehari. Laju difusi oksigen udara melalui lapisan air atau pori yang berisi air, 10.000 kali lebih lambat daripada melalui udara atau pori yang berisi udara. Jasad renik aerob dengan cepat menghabiskan udara yang tersisa dan menjadi tak aktif lagi atau mati. Bakteri anaerob atau anaerob fakultatif berkembangbiak dengan cepat dan mengambil alih proses perebutan bahan organik tanpa menggunakan oksigen, dan sebagai gantinya menggunakan komponen tanah yang teroksidasi sebagai penangkap elektron. Hasil ini direduksi menurut tuntunan termodinamika sebagai berikut: nitrat, senyawa mangan, senyawa feri, senyawa antara dari pereputan bahan organik, sulfat, dan sulfit (Sanchez, 1993).
Iklim mungkin berperanan dalam pembentukan pirit dalam hubungannya dengan produksi bahan organik. Tanah-tanah sulfat masam didaerah tropis biasanya terdapat di daerah iklim musiman, dengan demikian dapat tercipta keadaan aerobik dan menghasilkan tanah-tanah yang kaya sulfat masam dengan pH rendah (Noor, 2004).
Senyawa-senyawa belerang yang banyak dijumpai di daerah pasang surut berasal dari laut. Kandungan unsur ini di dalam air laut sangat tinggi, berkisar antara 885 ppm, kurang lebih 4 kali kadarnya di dalam kerak bumi, granit, basalt ataupun shale. Proses pembentukan sulfida dimulai dari akumulasi sulfat yang timbul oleh proses-proses reduksi menjadi sulfida-sulfida dan S elementer. Proses ini dilakukan oleh bakteri-bakteri desulfofibrio dan desulfomaculum dalam
Universitas Sumatera Utara

suasana reduksi pada pH 7.0 – 8.5 dan kehadiran bahan organik. Tanaman-

tanaman daerah tropik seperti Rizopora recemora, Nipa fructicans, dan Avicenia


sp. merupakan sumber-sumber bahan organik yang diperlukan oleh bakteri-bakteri

tersebut (Noor, 2004).

Taraf selanjutnya pirit terbentuk dari reaksi antara FeS dan H2S yang berlangsung disekitar daerah kontak antara sedimen dan genangan air diatasnya.

Reaksinya sebagai berikut:

Pembentukan pirit:

FeS + S

FeS2

2FeS + 2H2S + O2

FeS2 + 2H2O

Reaksi senyawa pirit, FeS2, merupakan contoh klasik dalam


menggambarkan reaksi redoks pembentukan senyawa ini adalah reaksi/kombinasi

antara unsur Fe yang berikatan dengan S dan keduanya dalam kondisi tereduksi.

Di alam pirit dijumpai dalam bentuk deposit mineral, dibawah lapisan permukaan

tanah yang terus menerus tergenang dan tergantung pada kekayaan unsur besi dan

sulfur. Tanah yang mengandung pirit umumnya ditemukan di wilayah pantai,

pada pertemuan antara limpasan air yang mengandung sulfur dan air laut yang

kaya besi (Lahuddin, 2011).

Tanah yang kaya pirit disebut tanah potensial sulfat masam. Bahan pirit

bila terekspos udara akan terjadi oksidasi pirit yang dibantu oleh bakteri sebagai

katalisator, reaksinya sebagai berikut: 2FeS2 + 15/2O2 + 4H2O


Fe2O3 + 4SO4-2 + 8H+

Universitas Sumatera Utara

Pada reaksi diatas kelihatan bahwa Fe+2 teroksidasi menjadi Fe+3 dan S-2 menjadi S+6, dan kelihatan pula terbebasnya H+ yang berpotensi mengasamkan tanah

(Lahuddin, 2011).

Pada kondisi anaerob atau tergenang, pirit dalam keadaan stabil.

Sebaliknya dalam keadaan aerob, pirit mudah mengalami oksidasi, terbentuk asam

sulfat. Bila karena drainase alami atau buatan, muka air tanah sampai ke lapisan

pirit, maka tanah sulfat masam potensial berubah menjadi tanah sulfat masam

aktual

(Putu dan Adhi, 1990).


Padi Sawah

Dari bukti-bukti arkeologi, berdasarkan sejarah padi di masa purbakala

ditemukan dari Ampur Non Nok Tha di provinsi Korn Kaen, padi ditanam

sebelum 5.500 tahun yang lalu (sekitar 2960 SM). Hal ini bahkan lebih awal dari

Cina (sekitar 2737 SM) dan di India (sekitar 1957 SM). Selanjutnya, gambar-

gambar orang kuno di Pha Taem di provinsi Ubon Rajathanee bahwa pada 6.000

tahun lalu menunjukkan adanya tanaman padi (Gomez, 2001).

Produktivitas padi di lahan pasang surut adalah berkisar dari 4-5

ton/Ha yang lebih rendah dari hasil di sawah irigasi yaitu 8 ton/Ha. Rendahnya

produktivitas padi di lahan pasang surut disebabkan oleh rendahnya kesuburan


tanah, yang dicirikan oleh kahat hara terutama fosfat, kemasaman yang tinggi,

keracunan alumunium, besi dan pirit. Varietas Indra giri, Punggur, Marta pura,

Mendawan, Mergasari, Siak raya, dan Tenggulang merupakan varietas padi yang

toleran di lahan masam (Suwandi, dkk. 2012).

Budidaya padi menggunakan sejumlah besar air biasanya dalam kondisi

tergenang. Sawah dengan kondisi hidrologi artifisial yang bisa dikendalikan, yaitu

Universitas Sumatera Utara

melalui irigasi, meliputi setengah dari sekitar areal sawah di seluruh dunia, dan menghasilkan tiga-empat dari total produksi beras dunia (Nakano, 2004).
Padi merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun. Tanaman pertanian kuno berasal dari dua benua yaitu Asia dan Afrika Barat tropis dan subtropis. Bukti sejarah memperlihatkan bahwa penanaman padi di Zhejiang (Cina) sudah dimulai pada 3.000 tahun SM. Fosil butir padi dan gabah ditemukan di Hastinapur Utara Pradesh India sekitar 100-800 SM. Selain Cina dan India, beberapa wilayah asal padi adalah, Bangladesh Utara, Burma, Thailand, Laos, Vietnam (Prihatman, 2000).
Indonesia merupakan produsen padi terbesar ketiga di dunia setelah Negara Cina dan India. Menurut data BPS pada tahun 2009, produksi padi Indonesia mencapai 64.398.890 ton dan mengalami peningkatan produksi pada tahun 2010 menjadi 66.411.469 ton. Seiring dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan berkurangnya jumlah lahan produktif membuat kebutuhan padi semakin meningkat. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk meningkatkan produktivitas pertanian (Rusd, 2011). Unsur Hara P
Unsur hara fosfor adalah unsur hara makro, dibutuhkan tanaman dalam jumlah yang banyak dan essensial bagi pertumbuhan tanaman. Sumber fosfor di dalam tanah terdiri dari bentuk organik dan anorganik. Anion-anion fosfat yang dapat larut menjadi bentuk yang tidak tersedia Karena terikat dengan logamlogam seperti Al, Fe dan Mn, sehingga tidak tersedia bagi tanaman. Sebagai akibat dari sifat kimia fosfat, konsentrasi fosfat di dalam larutan tanah adalah rendah (Damanik, dkk., 2011).
Universitas Sumatera Utara

Ketersediaan fosfat meningkat setelah penggenangan, terutama karena reduksi feri (Fe3+) fosfat menjadi fero (Fe2+) fosfat, meskipun terjadi perubahanperubahan yang lain, seperti hidrolisis dari aluminium fosfat dan larutan kalsium fosfat. Mekanisme perubahan yang dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Reduksi feri (Fe3+) fosfat menjadi fero (Fe2+) fosfat melepaskan P, walaupun
sejumlah P yang dilepaskan akan diserap kembali 2. Pelepasan occluded P akibat feri oksida yang menyeliputi P menjadi fero
oksida yang lebih larut selama penggenangan. Penyelimutan P oleh feri oksida berada dalam liat dan zarah liat membentuk occluded P 3. Peningkatan pH tanah masam akibat penggenangan meningkatkan kelarutan strengit dan variscit, selanjutnya terjadi peningkatan ketersediaan P 4. Dekomposisi bahan organik pada kondisi tanah anaerob meningkatkan kelarutan dari senyawa Ca-P maupun Fe-P dan Al-P melalui proses khelasi. Pengeringan tanah setelah penggenangan umumnya menurunkan kelarutan fosfor yang berasal dari tanah maupun pupuk dan meningkatkan fiksasi fosfor sehingga menurunkan kelarutan fosfor. Diantara berbagai fraksi fosfat, fosfat yang diselimuti oksida besi yang berkadar air (occluded phosfat) adalah sangat menarik karena tidak tersedia pada tanah yang tidak tergenang (Setyorini dan Abdulrachman, 2009).
Bentuk P di dalam tanah selain dibedakan berdasarkan ketersediaannya, beberapa ahli juga membedakan P berdasarkan P-labil dan P-non labil. Seperti telah dijelaskan diatas bawa P-larut didalam tanah apabila hilang (diserap tanaman) akan segera cepat diganti oleh bentuk P-labil (sebagian bentuk Pteradsorpsi). Kecepatan senyawa P-labil untuk mengadakan kesetimbangan
Universitas Sumatera Utara

dengan P-larut membutuhkan waktu sekitar 24 hingga 48 jam. Sedangkan apabila waktu yang dibutuhkan lebih lama maka P tersebut berasal dari bentuk P-non labil (Winarso, 2005).
Tanaman menyerap sebagian besar unsur hara P dalam bentuk ion ortofosfat primer (H2PO4-). Sejumlah kecil diserap dalam bentuk ion ortofosfat sekunder (HPO4-2). Kemasaman tanah sangat besar pengaruhnya terhadap perbandingan serapan ion-ion tersebut, yaitu makin masam kadar H2PO4- makin besar sehingga makin banyak yang diserap tanaman dibandingkan dengan HPO4-2. Pada pH tanah sekitar 7,22 konsentrasi H2PO4- dan HPO4-2 setimbang. Oleh karena sebagian besar tanah mempunyai pH dibawah 7, maka sebagian besar tanah mempunyai konsetrasi H2PO4- lebih besar atau dominan dibandingkan dengan HPO4-2. Hal inilah salah satu faktor yang menyebabkan tanaman lebih banyak menyerap bentuk ion ortofosfat primer dibandingkan dengan bentuk ion ortofosfat sekunder (Winarso, 2005).
Serapan hara P saat fase vegetative yaitu mulai perkecambahan hingga akan berbunga (umur 51 hari) total serapan tidak lebih dari 10%. Sehingga 90% unsur hara P selama pertumbuhannya diserap saat fase generative. Sedangkan apabila dihitung berdasarkan kecepatan serapan P setiap harinya menunjukkan bahwa kecepatan serapan P per hari pada fase generative bisa mencapai hamper 16 kali apabila dibandingkan dengan fase vegetative. Kadar P pada bagian generative tanaman (khususnya biji) lebih tinggi dibandingkan dengan bagianbagian lainnya. Pada jerami padi kadar P adalah 0.09% dan pada biji padi kadar P adalah 0,28% (Winarso, 2005).
Universitas Sumatera Utara

Fiksasi fosfor berlangsung cepat pada tanah tergenang yang bereaksi masam atau netral. Fiksasi tersebut jauh lebih lemah pada tanah bereaksi agak alkali. Tanah yang mengandung oksida besi dan aluminium, halosit, dan alofan memfiksasi fosfor dalam keadaan tergenang maupun tanah kering (Setyorini dan Abdulrachman, 2009).
Tanaman menyerap fosfor dalam bentuk ion H2PO4- atau ion HPO-24. Spesies ion yang merajai tergantung pada pH sistem tanah-pupuk tanaman, yang mempunyai ketersediaan tinggi pada pH 5.5-7.0. Kepekatan H2PO4-yang tinggi dalam larutan memungkinkan tanaman mengangkutnya dalam takaran besar, karena perakaran tanaman diperkirakan mempunyai 10 kali loka penyerapan untuk H2PO4- dibandingkan untuk HPO-24 (Mas’ud, 1992).
Serapan hara P yang cukup akan menjamin tanaman tumbuh dengan baik. Oleh karenanya pemupukan P pada lahan sulfat masam adalah komponen teknologi yang harus mendapat prioritas. Pengapuran untuk mengurangi kemasaman tanah dan unsur beracun dan pemupukan P untuk mengurangi kahat P diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan sulfat masam. Dalam kaitan dengan pemanfaatan fosfat alam, lahan sulfat masam memiliki nilai tambah karena dengan tingkat kemasaman yang tinggi maka kelarutan fosfat alam akan lebih cepat. Karena sebagian kandungan fosfat alam adalah CaCO3, maka pemanfaatan fosfat alam akan mampu mengurangi tingkat kemasaman tanah sehingga membantu memperbaiki pertumbuhan tanaman (Subiksa dan Diah, 2009).
Universitas Sumatera Utara

Pupuk Fosfat Alam

Fosfat alam adalah mineral apatit yang umumnya memiliki kelarutan yang

rendah, sehingga ketersediaannya untuk tanaman sangat rendah. Untuk

meningkatkan kelarutannya, dalam proses pembuatan pupuk P komersial seperti

SSP, TSP, SP-36 dan pupuk fosfat mudah larut lainnya, fosfat alam diasamkan

dengan menambahkan asam kuat seperti asam sulfat atau asam fosfat

(Subiksa dan Diah, 2009).

Reaksi yang terjadi dapat digambarkan sebagai berikut:

Ca10(PO4)6CO3 + 7 H2SO4 + 3H2O

3Ca(H2PO4)2H2O + 7 CaSO4 + H2CO3

Penambahan asam dimaksudkan untuk menghancurkan mineral apatit agar fosfat

membentuk ikatan yang lebih lemah sehingga mudah larut dan pada akhirnya

lebih tersedia bagi tanaman. Lahan sulfat masam dalam proses pembentukannya

menghasilkan asam sulfat sehingga membentuk reaksi sangat masam dalam

lingkungan tanah. Oleh karenanya fosfat alam yang diberikan pada tanah sulfat

masam akan mengalami peningkatan kelarutan yang sangat signifikan, sehingga

dapat dikatakan lahan sulfat masam adalah “pabrik pupuk alami”

(Subiksa dan Diah, 2009).

Fosfat alam merupakan salah satu pupuk fosfat alami karena berasal dari

bahan tambang, sehingga kandungan P sangat bervariasi. Efektivitas fosfat alam

pada lahan sulfat masam dipengaruhi oleh kualitas fosfat alam dan tingkat

kehalusan butir. Fosfat alam yang bagus mengandung fosfat alam (P2O5) lebih

dari 25% (Subiksa dan Diah, 2009).

Kelemahan dari perubahan bentuk pupuk tunggal menjadi pupuk majemuk

adalah harga per kilogram unsur hara jadi lebih mahal, dan petani lebih sulit

Universitas Sumatera Utara

menggunakan pupuk secara spesifik lokasi, karena kalau jerami atau sisa tanaman

dikembalikan ke dalam tanah maka tanah tidak lagi memerlukan pupuk P dan K

dengan takaran tinggi (Zaini, 2013).

Metode Analisis P

Analisis tanah merupakan cara yang cepat dan ekonomis untuk

menentukan status fosfor suatu tanah. ada sejumlah faktor yang mempengaruhi

ketersediaan fosfor, beberapa di antaranya dapat diubah atau dikendalikan oleh

petani. faktor-faktor yang mendukung ketersediaan fosfor yang lebih tinggi yaitu

(a) pH 6.5-7.5, (b) tingkat fosfor tinggi dalam tanah, (c) pasokan bahan organik

terurai dalam tanah, (d) tingkat kelembaban tinggi tanah, dan (e) kandungan

seskuioksida bebas yang rendah di fraksi liat (Thompson, 1957).

Analisis tanah sangat mempengaruhi respon tanah terhadap pupuk P.

Hubungan keduanya bersifat berbanding terbalik, artinya disaat analisis tanah

menunjukkan tingkat yang rendah maka respon tanah terhadap pupuk akan tinggi.

Begitu juga sebaliknya. Hal ini terlihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hubungan antara analisis tanah dengan respon terhadap Pupuk P

Analisis tanah

lbs.P/acre

Sangat rendah

0-10

Rendah

11-25

Sedang

26-50

Tinggi

51-100

Sangat tinggi

> 101

Sumber: Foth, dkk., 1982.

Kg P/ha
0-11 12-28 29-56 57-112 > 113

Kemungkinan respon terhadap pupuk P
Sangat tinggi Tinggi Sedang Rendah
Sangat rendah

Ekstraksi Fosfat dengan metode Bray telah menunjukkan korelasi yang

baik dengan hasil tanaman pada tanah-tanah masam dan netral di beberapa daerah.

Untuk tanah masam, fluoride di ekstraktan bray dapat meningkatkan pelepasan P

dari fosfat aluminium dengan mengurangi aktivitas Al dalam larutan melalui

Universitas Sumatera Utara

pembentukan berbagai kompleks Al-F. Fluoride juga efektif menekan readsorpsi dari dilarutkannya P oleh koloid tanah. Sifat asam ekstraktan tersebut (pH 2,6) juga berkontribusi terhadap pelepasan P tersedia dari Al, Ca, Fe dan bentuk-terikat di sebagian besar tanah. Metode Bray tidak cocok untuk tanah liat dengan tingkat kejenuhan basa yang cukup tinggi, lempung liat berlumpur atau tanah bertekstur lebih halus yang berkapur atau memiliki nilai pH yang tinggi (pH> 6,8) atau memiliki tingkat kejenuhan basa tinggi, tanah dengan karbonat kalsium setara> 7% dari kejenuhan basa, atau tanah dengan jumlah kapur yang tinggi (> 2% CaCO3) (Sims, 2000).
Prinsip kerja dari analisis P tersedia metode Bray II yaitu P tersedia tanah diekstrak oleh NH4F dan HCl, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Perkembangan warna biru diukur sebagai kadar P secara spektrometri (Mukhlis, 2007).
Prinsip kerja dari analisis P tersedia metode Truog yaitu dimana P tersedia tanah diekstrak oleh NH4SO4, P yang bebas direaksikan dengan molibdat asam akan menjadi berwarna biru dengan adanya asam askorbat. Perkembangan warna biru diukur sebagai kadar P secara spektrometri (Mukhlis, 2007).
Analisis tanaman didasarkan pada anggapan bahwa jumlah elemen tertentu dalam tanaman merupakan indikasi pasokan nutrisi yang tertentu dan dengan demikian secara langsung berkaitan dengan kuantitas nya di dalam tanah. Karena kekurangan elemen akan membatasi pertumbuhan, elemen lain mungkin terakumulasi dalam sel getah dan menunjukkan tes "tinggi" tanpa pasokan. misalnya, jika jagung rendah nitrat, tes fosfor mungkin akan menunjukkan tinggi.
Universitas Sumatera Utara

ini ada indikasi, bahwa jika nitrogen yang memadai diterapkan pada jagung pasokan fosfor akan cukup (Tisdale dan Nelson, 1961).
Untuk kemudahan dalam analisis tanaman sering dipilih organ tanaman berupa daun, sehingga dikenal sebagai foliar analysis. Daun yang dianggap cocok untuk dianalisis yang memenuhi persyaratan a). Pertumbuhan organ tersebut telah cukup, b). Tidak terlalu muda (pucuk) atau terlalu tua, dan c). Sebaiknya sebelum fase generatif. Daun yang dianggap baik sebagai contoh untuk dianalisis disebut daun indikator (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Kegunaan analisis (baik analisis tanah maupun analisis tanaman) adalah sebagai berikut: - untuk mengetahui status hara dalam tanah dan dalam tanaman - untuk kelestarian kesuburan tanah dan produktivitas lahan; dengan
mengetahui kadar hara dalam tanah dan produksi tanaman, maka kehilangan hara dari tanah karena panen dapat dihitung - menduga produksi tanaman dan menghitung keuntungan apabila dilakukan pemupukan - untuk mengetahui hara yang menjadi faktor pembatas yang harus diperbaiki dan membuat rekomendasi pemupukan - untuk menilai lahan secara ekonomis, misalnya harga tanah, pajak dan sebagainya. (Rosmarkam dan Yuwono, 2002).
Besarnya nilai kebutuhan fosfat standar (KFS) adalah jumlah fosfat yang harus ke sistem koloid larutan agar konsentrasi P larutan setimbang. Penentuan nilai kebutuhan fosfat standar ini bertujuan untuk mengetahui besarnya jumlah
Universitas Sumatera Utara

kebutuhan P anorganik yang dibutuhkan oleh tanaman didalam tanah sehingga dapat diketahui dosis P yang diperlukan untuk tanah tersebut (Hutagalung, 2012).
Universitas Sumatera Utara

Batas Kritis Hara P Setiap nutrisi esensial memiliki fungsi spesifik untuk menjalani perannya
dalam tubuh tumbuhan dan kehadiran mereka diatas batas kritis adalah suatu keharusan agar tanaman dapat melengkapi siklus hidupnya. Batas kritis / level yang cukup sering digunakan untuk berbagai macam tanah dan tanaman, meskipun batas kritis mungkin berbeda tidak hanya untuk spesies tanaman, tanah, tetapi juga untuk varietas yang berbeda dari tanaman (Subbarayappa .dkk, 2009).
Batas kritis P tersedia tanah ditentukan oleh Bray Persen Hasil diplot terhadap P tersedia tanah masing-masing. Demikian pula batas kritis P pada daun yang ditentukan dengan memplot bahan kering daun terhadap P tersedia daun masing-masing dengan menggunakan diagram pencar dan statistik seperti yang dijelaskan oleh Cate dan Nelson (1971) (Subbarayappa .dkk, 2009).
Analisa korelasi sederhana meneliti hubungan dan bagaimana eratnya hubungan itu, tanpa melihat bentuk hubungan. Dalam analisa korelasi sederhana variabel yang digunakan semua random dan kedua-duanya “bivariate normal”. Jika kenaikan di dalam satu variabel diikuti dengan kenaikan didalam variabel yang lain, maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi yang positif. Tetapi jika kenaikan di dalam satu variabel diikuti oleh penurunan didalam variabel yang lain maka dapat dikatakan bahwa kedua variabel tersebut mempunyai korelasi negative. Dan jika tidak ada perubahan pada satu variabel walaupun variabel lainnya berubah, maka dikatakan bahwa kedua variabel tersebut tidak mempunyai hubungan (uncorrelated) (Iswardono, 2003).
Universitas Sumatera Utara

BAHAN DAN METODE Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Benih, Rumah Kasa dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat 25-26 meter diatas permukaan laut dimulai dari bulan Mei sampai November 2013. Bahan Dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tanah sulfat masam yang diambil secara komposit yang berasal dari desa Karang Anyar kecamatan Secanggang, benih padi varietas Ciherang sebagai tanaman indikator, fosfat alam Ciamis (FA Ciamis) (30.30% P2O5) sebagai sumber hara fosfat, pupuk dasar yaitu Urea (46% N) 200 ppm N dan KCl (60% K2O) 150 ppm K dan bahan-bahan kimia untuk keperluan analisis di laboratorium.
Alat yang digunakan dalam penelitian adalah cangkul untuk pengambilan contoh tanah, ember plastik sebagai wadah tanah, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, timbangan untuk menimbang berat kering tajuk serta akar tanaman, oven sebagai alat untuk mengeringkan tanaman dan alat-alat laboratorium yang dibutuhkan dalam analisis penelitian. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) non faktorial dengan 1 faktor perlakuan yaitu dosis fosfat alam dan 3 ulangan, sehingga diperoleh 27 satuan percobaan seperti terlihat pada Tabel 2.
Universitas Sumatera Utara

Tabel 2. Perlakuan dosis pupuk P

No. Perlakuan
1 P0 2 P1 3 P2 4 P3 5 P4 6 P5 7 P6 8 P7 9 P8

Dosis Pupuk P (ppm) 0 50 100 150 200 250 300 350 400

Pupuk Fosfat alam (g/8 kg TKO) 0 3,02 6,04 9,07 12,09 15,12 18,14 21,16 24,18

Data hasil penelitian akan dianalisis dengan menggunakan uji sidik ragam

berdasarkan model linier sebagai berikut:

Yij = µ + τi + βj + Ԑij

i = 1,2,3,…..,8

j = 1,2,3

Yij : Respon atau nilai pengamatan dari perlakuan fosfat alam pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

µ : Nilai tengah umum

τi : Pengaruh perlakuan fosfat alam pada taraf ke-i βj : Pengaruh ulangan ke-j Ԑij : Pengaruh galat percobaan dari perlakuan fosfat alam pada taraf ke-i dan
ulangan ke-j

Pelaksanaan Percobaan

Pengambilan sampel tanah

Sampel tanah sulfat masam diambil secara komposit dari desa

Karang Anyar dengan kedalaman 0-20 cm. selanjutnya dilakukan analisis awal

meliputi pH H2O dan pH KCl dengan metode Elektrometri, P tersedia dengan metode Bray II, P potensial dengan metode HCl 25%, C organik dengan metode

Universitas Sumatera Utara

Walkey and Black, N total dengan metode Kjedhal, serta Al-dd dengan metode

ekstraksi KCl.

Persiapan media tanam

Contoh tanah dimasukkan kedalam ember yang setara dengan 10 kg tanah

kering oven. Pada masing-masing ember tanah digenangi dengan aquadest selama

2 minggu untuk mengembalikan tanah pada kondisi sawah (tereduksi).

Penyemaian benih

Benih padi varietas Ciherang direndam dalam air selama 24 jam.

Penyemaian dilakukan dengan menggunakan bak kecambah, kemudian di

masukkan kedalam tissue basah sampai muncul akar dan dilakukan

penyemprotan, yang dilakukan antara 15-20 hari.

Inkubasi tanah

Pada masing-masing ember tanah diberikan perlakuan fosfat alam sesuai

dengan taraf perlakuan lalu diinkubasikan selama 10 hari. Setelah itu sampel

tanah diambil untuk dilakukan analisis kadar P tersedia tanah dengan berbagai

metode seperti tertera pada Tabel 3.

Tabel 3. Metode analisis P tersedia dan ekstraktan yang digunakan

Metode Analisis
Bray II Truog

Berat tanah
(g) 2 2

Larutan ekstraktan
NH4F 1N + HCl 5N (NH4)2SO4 + H2O + H2SO4 0,002N

Volume ekstrak (mL)
20 20

Lama goncangan
(menit) 30 30

Universitas Sumatera Utara

Penanaman dan penjarangan Sebelum penanaman contoh tanah diberikan pupuk dasar Urea 200 ppm
dan KCl 150 ppm lalu tanah sulfat masam tersebut kembali disawahkan. Kemudian dilakukan penanaman sebanyak 3 bibit tiap ember. Pemanenan
Sebelum dilakukan pemanenan terlebih dahulu diukur tinggi tanaman. Penelitian dilakukan sampai akhir masa vegetatif atau tanaman mulai muncul malai bunga 75%. Tanaman padi dipotong hingga batas permukaan tanah dan dipisahkan dari akar tanaman kemudian dikeringanginkan dan dimasukkan ke dalam kertas amplop untuk diovenkan pada suhu 700C selama 24 jam atau sampai beratnya konstan. Parameter Amatan Tanah - P tersedia tanah dengan menggunakan metode Bray II dan Truog Tanaman - Tinggi tanaman (cm)
Tinggi tanaman diukur pada akhir fase vegetatif . - Jumlah anakan maksimum
Jumlah anakan maksimum dihitung pada akhir fase vegetatif. - Berat kering akar (g)
Berat kering akar dihitung setelah akhir fase vegetatif dan dioven dengan suhu 70oC selama 24 jam.
Universitas Sumatera Utara

- Berat kering tajuk (g)

Berat kering tajuk dihitung setelah akhir fase vegetatif dan dioven dengan suhu 70oC selama 24 jam.

- Serapan P tanaman (mg/tan)

Serapan P tanaman dihitung setelah akhir fase vegetatif, setelah diperoleh

kandungan P tanaman dengan metode Destruksi basah.

Uji Statistik

Data yang diperoleh melalui analisis pengukuran dengan beberapa metode

pengekstrak, diuji menggunakan uji korelasi. Nilai kadar P tersedia tanah dari

setiap metode di tetapkan sebagai variabel x, sedangkan hasil pengukuran

parameter tanaman (serapan P tanaman) sebagai variabel y, sehingga diperoleh

nilai koefisien korelasinya yaitu nilai r.

Nilai r diperoleh dari rumus : r

∑ ������ = ���.���������.���������

Dimana r = nilai koefisien relasi ∑XY = jumlah variabel x dikalikan dengan variabel y n = jumlah perlakuan SDx = standar deviasi variabel x SDy = standar deviasi variabel y
Nilai koefisien korelasi dari r masing-masing metode yang tertinggi merupakan metode yang terpilih sebagai pengekstrak yang tepat.

Universitas Sumatera Utara

HASIL DAN PEMBAHASAN

P-tersedia Tanah

Hasil analisis sidik ragam untuk parameter P-tersedia tanah sulfat masam

potensial dengan metode Bray II menunjukkan bahwa perlakuan dosis tidak

berpengaruh nyata, akan tetapi pengaruh blok berpengaruh nyata. Sedangkan

untuk parameter P-tersedia tanah sulfat masam potensial dengan metode Truog

menunjukkan bahwa perlakuan dosis dan Blok tidak berpengaruh nyata. Hal ini

dapat dilihat pada Lampiran 10-13. Rataan P-tersedia tanah sulfat masam

potensial dengan dua metode analisis P-tersedia disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan P-tersedia tanah sulfat masam potensial

Perlakuan

Metode analisis tanah

Bray II

Truog

-----------------ppm-------------------

P0 (0 ppm)

23,78

12,51

P1 (50 ppm)

24,81

12,21

P2 (100 ppm)

29,46

12,22

P3 (150 ppm)

27,91

12,82

P4 (200 ppm)

27,54

12,43

P5 (250 ppm)

26,28

12,98

P6 (300 ppm)

29,15

13,39

P7 (350 ppm)

26,22

12,96

P8 (400 ppm)

29,81

12,99

Dari Tabel 5 dapat kita lihat bahwa rataan nilai P tersedia pada metode

Bray II yang tertinggi adalah perlakuan P8 yaitu 29,81 ppm, sedangkan P-tersedia

yang terendah pada perlakuan P0 yaitu 23,78 ppm.

Hasil analisis pada metode Truog menunjukkan bahwa nilai ra