Analisis Ketersediaan Pangan Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat Tahun 2012

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN
KABUPATEN CIREBON PROPINSI JAWA BARAT
TAHUN 2012

YULISTIA KARTIKA SARI

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudulAnalisis Ketersediaan
Pangan Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat Tahun 2012 adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Yulistia Kartika Sari
NIM I14114024

__________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait

ABSTRAK
YULISTIA KARTIKA SARI. Analisis Ketersediaan Pangan Kabupaten Cirebon
Propinsi Jawa Barat Tahun 2012. Dibimbing oleh YAYUK FARIDA
BALIWATI.
Penelitian ini bertujuan menganalisis situasi ketersediaan pangan di
Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat tahun 2012. Pengumpulan data dilakukan
pada bulan Juli hingga November 2013. Data yang diolah merupakan data
sekunder dari instansi terkait di Kabupaten Cirebon tahun 2010-2012. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa hamper 50% jenis pangan di Kabupaten Cirebon

menunjukkan peningkatan produksi pada tahun 2011-2012, namun kebutuhan
energi penduduk melalui produksi domestik belum tercukupi (77.2%). Kabupaten
Cirebon sudah mampu memenuhi 50% kebutuhan energi penduduknya dari
produksi pangan sumber karbohidrat (surplus rendah). Secara umum (55%) rasio
swasembada berada pada kategori baik. Tingkat ketersediaan pangan di
Kabupaten Cirebon tahun 2012 telah memenuhi SPM. Angka ketersediaan energi
tergolong ideal yaitu sebesar 2 489 Kal/kap/hari (113.1%) dan 82.7 g/kap/hari
(145.1%) untuk ketersediaan protein. Komposisi pangan yang diukur dengan skor
PPH mencapai 89.5, Kabupaten Cirebon harus meningkatkan skor PPH sebesar
2.1 poin setiap tahunnya. Kebutuhan produksi pangan yang harus tersedia pada
tahun 2017 untuk kelompok pangan umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak dan kacang-kacangan harus ditingkatkan sebesar
18.6 ton/tahun, 8.7 ton/tahun, 1.1 ton/tahun, 8.6 ton/tahun, 1.6 ton/tahun setiap
tahun.
Kata kunci: ketersediaan pangan dan PPH

ABSTRACT
YULISTIA KARTIKA SARI. Analysis Of Food Availability Cirebon District
West Java Province In 2012. Supervised by YAYUK FARIDA BALIWATI.
This study aims to analyze the food availability in Cirebon district, West

Java in 2012. This research was conducted in July until November 2013. The
source of processed data is collected from relevant agencies in Cirebon District
2010-2012. The result show that nearly 50 % kind of food in the Cirebon District
increased production in 2011-2012, but energy needs inhabitant not fulfilled
through domestic production (77.2 %). Cirebon District are able to meet 50 % of
energy needs of its inhabitants of production of food sources of carbohydrate low
(surplus). In general (55 %) the ratio of swasembada was in the category of good.
The level of food availability in Cirebon District in 2012 has met the SPM. It is
ideal for the availability of energy at 2 489 Cal/cap/day (113.1%) and
82.7 g/person/day (145.1%) for protein. Food composition as measured by a
score of PPH in Cirebon District has reached in 89.5, Cirebon District should
improve PPH score 2.1 points per year. Food production needs in 2017 of groups
tubers, meats, oils and fats, fruits/nuts and nuts production should be increased by
18.6 tons/year,8.7 tons/year, 1.1 tons/ year, 8.6 tons/year, 1.6 tons/year each year.
Keywords : food availability and PPH

ANALISIS KETERSEDIAAN PANGAN
KABUPATEN CIREBON PROPINSI JAWA BARAT
TAHUN 2012


YULISTIA KARTIKA SARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada
Departemen GiziMasyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014

LEMBAR PENGESAHAN
Judul
Nama
NIM

: Analisis Ketersediaan Pangan Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
Tahun 2012

: Yulistia Kartika Sari
: I14114024

Disetujui oleh

Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Rimbawan
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul

Nama
NIM


Analisis Ketersediaan Pangan Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
Tahun 2012
Yulistia Kartika Sari
I14114024

Disetujui oleh

Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS
Pembimbing

Tanggal Lulus:

2 7 FEB 2014

PRAKATA
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala karunia-Nya, karena atas
berkat rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Analisis Ketersediaan Pangan Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
tahun 2012”. Lingkup penelitian ini adalah menganalisis sumber daya pangan
yang tersedia di Kabupaten Cirebon tahun 2010-2012 dalam kerangka pemenuhan

kebutuhan penduduk yang ditunjukkan oleh pencapaian SPM bidang ketahanan
pangan jenis pelayanan dasar ketersediaan dan cadangan pangan seperti terdapat
pada Permentan No. 63 Tahun 2010.
Penyusunan skripsi ini merupakan syarat bagi penulis untuk memperoleh
gelar Sarjana Gizi pada Mayor Ilmu Gizi, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penyusunan skripsi ini juga dapat
terselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang
telah menyempatkan waktu luang untuk memberikan ide dan saran bagi
penulis.
2. Prof. Dr. Dadang Sukandar, Msc selaku dosen penguji yang telah memberikan
masukan untuk kesempurnaan skripsi ini.
3. Suami tercinta, Rino Amirza dan anak-anak tersayang Aliyah dan Razqa yang
selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penelitian dan seluruh rangkaian akademik.
4. Kedua orang tua, mertua dan keluarga besar yang juga telah memberikan do’a,
dukungan dan semangat dalam penyelesaian penelitian ini.
5. Teman-teman Alih Jenis Gizi angkatan 5 dan tim kerja MWA atas dukungan
dan kerjasamanya.

6. Semua pihak yang telah membantu dan belum disebutkan di atas.
Akhir kata, semoga penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang
membutuhkan dan bermanfat bagi perbaikan gizi di Indonesia.

Bogor, Februari 2014

Yulistia Kartika Sari

DAFTAR ISI
DAFTAR ISI

vi

DAFTAR TABEL

vii

DAFTAR GAMBAR

vii


PENDAHULUAN

1

Latar Belakang

1

Tujuan

2

Tujuan Umum

2

Tujuan Khusus

2


Kegunaan

2

Kerangka Pemikiran

2

METODE PENELITIAN

4

Tempat dan Waktu

4

Jenis dan Sumber Data

4


Pengolahan dan Analisis Data

5

Definisi Operasional

12

HASIL DAN PEMBAHASAN

13

Gambaran Umum

13

Kemampuan Produksi Pangan Dalam Memenuhi Kebutuhan
Penduduk

16

Ketersediaan Energi dan Protein

23

Komposisi Ketersediaan Pangan

25

Kebutuhan Pangan Penduduk

25

SIMPULAN DAN SARAN

30

Simpulan

30

Saran

31

DAFTAR PUSTAKA

31

RIWAYAT PENULIS

34

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17

Presentase gizi buruk lima besar di Propinsi Jawa Barat
Jenis dan sumber data
Konsumsi normatif per kelompok pangan
Kategori kecukupan pangan berdasarkan rasio konsumsi normatif
Komponen Skor PPH
Jumlah penduduk per kecamatan Kabupaten Cirebon tahun 2012
Produksi pangan Kabupaten Cirebon tahun 2010-2012
Kontribusi produksi terhadap kecukupan energi dan protein
Kecukupan produksi pangan sumber karbohidrat per kecamatan
Ketersediaan pangan menurut komoditas pangan
Situasi ketersediaan energi dan protein Kabupaten Cirebon tahun 2012
Skor PPH Kabupaten Cirebon tahun 2012
Proyeksi skor PPH ketersediaan pangan tahun 2012-2017
Proyeksi kontribusi energi menurut kelompok pangan
Proyeksi penyediaan energi (Kal/kap/hari) menurut kelompok pangan
Proyeksi penyediaan energi (g/kap/hari) menurut kelompok pangan
Proyeksi produksi pangan menurut kelompok pangan

1
4
7
7
10
14
16
19
20
22
24
25
26
27
28
29
29

DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran analisis ketersediaan pangan Kabupaten Cirebon
Propinsi Jawa Barat tahun 2012
2 Peta Kabupaten Cirebon

3
14

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Manusia memiliki hak atas pangan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Pangan berperan penting sebagai komponen dasar untuk mewujudkan Sumber
Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan berperan dalam stabilitas sosial dan
politik. Hak atas pangan di Indonesia telah dinyatakan dalam Undang-undang
Nomor 18 tahun 2012 tentang pangan, yaitu bahwa ketahanan pangan merupakan
kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,
aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
produktif secara berkelanjutan.
Perwujudan ketahanan pangan, dalam arti terpenuhinya kebutuhan pangan
secara cukup jumlah dan keberagamannya, serta aman dikonsumsi menjadi
tanggung jawab pemerintah seperti yang tercantum dalam PP Nomor 38
tahun 2008. Sejalan dengan hal tersebut, Peraturan Menteri Pertanian Nomor 65
mengatur tentang Standar Pelayanan Minimum (SPM) bidang Ketahanan Pangan,
yang salah satu indikatornya adalah situasi ketersediaan pangan.
Ketersediaan pangan suatu wilayah, baik nasional, propinsi, kota maupun
kabupaten menjadi hal yang harus diperhatikan, karena merupakan prasyarat
terwujudnya perbaikan konsumsi pangan dan status gizi masyarakat suatu
wilayah, selain prasyarat lainnya seperti perekonomian, pengetahuan tentang gizi,
sanitasi, kondisi tubuh, genetika dan sebagainya (Kurniawan 2005). Kondisi
ketersediaan pangan bagi Kabupaten Cirebon sangat penting untuk diperhatikan,
mengingat Kabupaten Cirebon merupakan bagian dari wilayah propinsi Jawa
Barat penduduk yang cukup besar yaitu 2 288 043 jiwa dan dengan persentase gizi
buruk terbesar di Propinsi Jawa Barat, yaitu sebesar 1.55% dengan jumlah balita
berstatus gizi buruk sebanyak 2 613 anak dari 168 348 jumlah balita yang ada dan
merupakan 0.12% dari total jumlah penduduk di kabupaten tersebut (BPS 2012).
Prevalensi gizi buruk lima besar di Propinsi Jawa Barat dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Presentase gizi buruk lima besar di Propinsi Jawa Barat
No
1
2
3
4
5

Kabupaten

Persentase (%)

Cirebon
Cianjur
Majalengka
Garut
Purwakarta

1.55
1.40
1.27
1.01
0.95

Jawa Barat

0.81

Jumlah balita berstatus gizi buruk tersebut, bila tidak cepat ditindaklanjuti
akan berpengaruh erat pada kualitas sumber daya manusia dimasa yang akan
datang. Data juga menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas
atau Penduduk Usia Kerja (PUK) di Kabupaten Cirebon adalah sebanyak 66.02%
atau 1 389 284 jiwa dari total penduduk secara keseluruhan (BPS 2012). Total

2

PUK tersebut menunjukkan bahwa populasi penduduk di Kabupaten Cirebon
didominasi oleh penduduk dengan usia kerja yang juga masih membutuhkan
asupan pangan dan gizi yang berkualitas, demi peran sertanya dalam
meningkatkan pembangunan daerah setempat.
Pemaparan data di atas membuat peneliti tertarik untuk menganalisis
sumber daya pangan yang tersedia di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
dengan menggunakan Neraca Bahan Makanan (NBM) atau Food Balance Sheet
(FBS) dalam kerangka pencapaian SPM. Metode ini dipakai secara meluas di
berbagai negara mengikuti pedoman yang dikeluarkan oleh FAO (Suhardjo 2008).

Tujuan
Tujuan Umum
Menganalisis situasi ketersediaan pangan di Kabupaten Cirebon Propinsi
Jawa Barat tahun 2010-2012 untuk memenuhi kebutuhan pangan penduduk.
Tujuan Khusus
1. Menganalisis kemampuan produksi pangan dalam memenuhi kebutuhan
penduduk Kabupaten Cirebon.
2. Menganalisis ketersediaan Energi dan Protein Kabupaten Cirebon dalam
kerangka pencapaian SPM.
3. Menganalisis komposisi ketersediaan pangan Kabupaten Cirebon.
4. Mengetahui kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Cirebon.

Kegunaan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
situasi ketersediaan pangan di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat
tahun 2012. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
rekomendasi untuk pemerintah Kabupaten Cirebon serta semua pihak yang
terlibat secara langsung maupun tidak langsung dalam memenuhi kebutuhan
pangan penduduk pada tahun 2012-2017, dan diharapkan dapat menjadi salah satu
bahan masukan untuk mencapai ketersediaan pangan sesuai dengan kebutuhan
serta dapat meningkatkan status kesehatan Kabupaten Cirebon.

Kerangka Pemikiran
Metode untuk mengetahui kondisi ketersediaan pangan wilayah tingkat
nasional maupun propinsi dan kabupaten/kota adalah Neraca Bahan Makanan
(NBM) atau Food Balance Sheet (FBS) (Baliwati dan Roosita 2004). Dengan
menggunakan metode NBM, dapat diketahui gambaran sumber daya pangan
maupun jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi di Kabupaten Cirebon
pada tahun 2012.
NBM menyajikan gambaran menyeluruh tentang penyediaan (supply) dan
penggunaan (utilization) pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu
(dalam kurun waktu satu tahun). Komoditas bahan makanan yang disajikan dalam

3

tabel NBM terdiri dari komoditas utama (asal) dan komoditas/produk turunan
yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk.
Penyediaan (supply) suatu komoditas bahan makanan diperoleh dari
jumlah produksi dikurangi dengan perubahan stok, ditambah dengan jumlah yang
diimpor dan dikurangi dengan jumlah yang diekspor. Ini berarti, komponen
sumber daya pangan wilayah berasal dari sumber daya fisik (kapasitas produksi),
maupu sumber daya ekonomi yang terdiri atas perubahan stok, impor dan ekspor.
Total penyediaan tersebut akan digunakan untuk pakan, bibit, industri makanan
dan non makanan, tercecer, serta bahan makanan yang tersedia pada tingkat
pedagang pengecer. Komponen-komponen tersebut merupakan komponen
penggunaan (utilization). Selisih antara penyediaan dan penggunaan merupakan
jumlah pangan yang tersedia untuk dikonsumsi penduduk.
Ketersediaan suatu pangan wilayah terkait dengan beberapa faktor,
diantaranya jumlah penduduk. Implikasi dari peningkatan jumlah penduduk dan
komposisi penduduk adalah peningkatan jumlah permintaan aktual ketersediaan
pangan untuk dikonsumsi, oleh karena itu ketersediaan pangan harus
dipertahankan sama atau lebih besar daripada kebutuhan penduduk.
Sumber daya pangan di wilayah Kabupaten Cirebon dianalisis dari
kemampuan produksi untuk memenuhi kebutuhan penduduk berdasarkan rasio
kecukupan, rasio swasembada, serta tingkat kecukupan energi dan protein, serta
komposisi ketersediaannya. Berdasarkan kemampuan produksi, perubahan stok,
ekspor, impor dan penggunaan pangan, maka situasi ketersediaan pangan dan
kebutuhan pangan wilayah akan tergambar dengan jelas. Secara ringkas, kerangka
operasional analisis situasi ketersediaan pangan di Kabupaten Cirebon Propinsi
Jawa Barat tahun 2012 disajikan pada Gambar 1.

Produksi
Pangan

Penduduk

Perubahan
Stok

Ekspor

Impor

Penggunaan
Pangan

Ketersediaaan Pangan

Kebutuhan
Pangan

Konsumsi
Pangan

Keterangan :
= variabel yang diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis ketersediaan pangan Kabupaten Cirebon
Propinsi Jawa Barat tahun 2012

4

METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dilakukan di Bogor, dengan memanfaatkan data sekunder
dari Badan Perencanaan Daerah, Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan dan
Kehutanan, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas
Kesehatan, Badan Urusan Logistik Sub Divisi Regional Cirebon, serta Dinas
Perindustrian dan Perdaganan di Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat.
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan
Kabupaten Cirebon memiliki prevalensi gizi buruk terbesar di Jawa Barat (1.55%)
dan PUK sebanyak 66.5% dari jumlah penduduk. Pengumpulan data dilakukan
mulai bulan Juli sampai dengan November 2013.

Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder meliputi data yang diperoleh dari dinas dan instansi terkait, seperti pada
Tabel 2 di bawah ini :
Tabel 2 Jenis dan sumber data
No

Data

Komponen (Tahun)

Sumber Data

1

Penduduk
(kabupaten)

Jumlah dan Laju Pertumbuhan
Penduduk (2010-2012)

BPS Kabupaten Cirebon

2

Produksi Pangan
(kecamatan dan
kabupaten)

Padi, Jagung, Ubi kayu, Ubi jalar,
Kacang-kacangan, Daging ruminansia,
Daging unggas, Telur, Susu, serta
Buah dan Sayur (2010-2012)
Kelapa dan Gula pasir (2012)

BPS,
Dinas
Pertanian
Peternakan Perkebunan dan
Kehutanan, serta Dinas Kelautan
dan Perikanan di Kabupaten
Cirebon

3

Ekspor Pangan
(kabupaten)

Ikan (2012)

BPS serta Dinas Kelautan dan
Perikanan Kabupaten Cirebon

4

Impor Pangan
(kabupaten)

-

BPS serta Dinas Perindustrian
dan Perdagangan Kabupaten
Cirebon

5

Pasokan Pangan
(kabupaten)

Beras, Tepung terigu, Gula pasir,
Telur, Minyak goreng, Daging sapi,
Daging ayam broiler, Cabe, Bawang
merah (2012)

Dinas
Perindustrian
dan
Perdagangan
di
Kabupaten
Cirebon

6

Perubahan Stok
(kabupaten)

Beras (2012)

Badan Urusan Logistik (Bulog)
Sub Divisi Regional (Divre)
Cirebon di Kabupaten Cirebon

7

Konsumsi Pangan
(kabupaten)

Konsumsi Pangan wilayah (2012)

BPS (Modul konsumsi pangan,
Susenas)

5

Pengolahan dan Analisis Data
Setelah seluruh data yang diperoleh di entry, selanjutnya diolah sesuai
dengan tujuan penelitian. Pengolahan data dilakukan untuk mempermudah
analisis. Pengolahan dan analisis data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Analisis Kemampuan Produksi dalam Memenuhi Kebutuhan Penduduk
Pengolahan data produksi jenis pangan ini, dilakukan untuk mengetahui
kemampuan produksi (rasio kecukupan) sumber karbohidrat per kecamatan
dalam memenuhi kebutuhan penduduk. Data yang didapat dari satuan ton/tahun
diubah ke dalam satuan g/kap/hari, dengan tahapan :
Tahap pertama :
Hitung produksi bersih dari pangan sumber karbohidrat (padi, jagung, ubi kayu
dan ubi jalar) :
- Padi
Data produksi yang ada dikurangi dengan data benih (s), pakan (f) dan
tercecer (w), untuk mendapatkan data ketersediaan bersih padi (Pnet), nilai
konversi untuk benih, pakan, dan tercecer masing-masing adalah :
Perhitungan susut Gabah :
Benih (s)
= P x 0.9%
Pakan ternak (f) = P x 0.44%
Tercecer (w)
= P x 5.4%
Produksi bersih beras (Rnet), dikalikan pada produksi bersih padi dengan
faktor konversi (c) di masing-masing kecamatan. Seluruh kecamatan di
suatu propinsi, faktor konversinya adalah 62.7%, maka produksi bersih
beras dihitung sebagai berikut :
Rnet = c x Pnet
di mana :

Pnet = P – (s + f + w)

- Jagung
Data produksi yang ada dikurangi dengan data benih (s), pakan (f) dan
tercecer (w), untuk mendapatkan data ketersediaan bersih jagung (Mnet),
nilai konversi untuk benih, pakan, dan tercecer masing-masing adalah :
Perhitungan susut Jagung :
Benih (s)
= M x 0.9%
Pakan ternak (f) = M x 6%
Tercecer (w)
= M x 5%
Produksi bersih jagung (Mnet) dihitung dengan cara sebagai berikut :
Mnet = M – (s + f + w)
- Ubi kayu
Data produksi yang ada dikurangi dengan data pakan (f) dan tercecer (w),
untuk mendapatkan data ketersediaan bersih ubi kayu (Cnet), nilai konversi
untuk pakan dan tercecer masing-masing adalah :

6

Perhitungan susut Ubi kayu :
Pakan ternak (f) = C x 2%
Tercecer (w)
= C x 2.13%
Produksi bersih ubi kayu (Cnet) dihitung dengan cara sebagai berikut :
Cnet = C – (f + w)
- Ubi jalar
Data produksi yang ada dikurangi dengan data pakan (f) dan tercecer (w),
untuk mendapatkan data ketersediaan bersih ubi jalar (SPnet), nilai konversi
untuk pakan dan tercecer masing-masing adalah :
Perhitungan susut Ubi jalar :
Pakan ternak (f) = SP x 2%
Tercecer (w)
= SP x 10%
Produksi bersih ubi jalar (SPnet) dihitung dengan cara sebagai berikut :
SPnet = SP – (f + w)
Penyetaraan ubi kayu dan ubi jalar, produksi bersih rata-rata ubi kayu dan
ubi jalar dikalikan dengan 1/3 (1 kg beras atau jagung sama dengan 3 kg ubi
kayu dan ubi jalar dalam hal nilai kalori), dengan perhitungan sebagai
berikut :
Tnet = 1/3 x (Cnet + SPnet)
Produksi bersih pangan serealia (padi, jagung, umbi-umbian) atau Pfood :
Pfood = Rnet + Mnet + Tnet
Tahap kedua :
Konversi satuan ton/tahun menjadi g/kap/hari dengan menggunakan rumus :

Selanjutnya dianalisis untuk mengetahui kemampuan produksi pangan
dalam memenuhi kebutuhan penduduk Kabupaten Cirebon. Analisis yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Analisis tren pertumbuhan
Tren pertumbuhan produksi dapat diketahu dengan menyusun data seri
produksi pangan selama tahun 2010-2012, lalu dihitung pertumbuhan dan
rata-rata pertumbuhan produksi, untuk melihat tren perkembangannya,
dengan rumus :
Pt = P0 (1+r)t
Dengan

: Pt
P0
r
t

= data tahun awal
= data t tahun kemudian
= tingkat pertumbuhan
= jumlah tahun dari 0 ke t

7

b. Menghitung kontribusi pencapaian AKE dan AKP dari kapasitas produksi
pangan
Dengan menggunakan software Program Aplikasi Neraca Bahan Makanan
yang dikembangkan oleh CV MWA tahun 2013, maka dari data produksi
pangan setelah dikurangi dengan penggunaan pangan akan diperoleh jumlah
ketersedian (ketersediaan energi dan protein) untuk dikonsumsi penduduk.
Kemudian ketersediaan energi dan protein tersebut dibandingkan dengan
rekomendasi dari WKNPG 2004, yaitu ketersediaan energi 2 200
Kal/kap/hari dan protein
57 g/kap/hari.
c. Rasio ketersediaan pangan/Food consumption-availability ratio (IAV)

Dengan

: Cnormatif = konsumsi normatif
F
= ketersediaan pangan (g/kap/hari)

Konsumsi normatif per kelompok pangan terdapat pada Tabel 3 :
Tabel 3 Konsumsi normatif per kelompok pangan
Kelompok Pangan

Cnormatif (g/kap/hari)

Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/Biji Berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan Buah
Lain-lain
Sumber : FSVA Dewan Ketahanan Pangan 2009

275
25
150
25
10
35
30
250
(25)

Jika nilai IAV lebih dari satu, maka daerah tersebut defisit pangan serealia
atau kebutuhan konsumsi normatif tidak bisa dipenuhi dari produksi bersih
serealia (beras dan jagung) serta umbi-umbian yang tersedia di daerah
tersebut. Nilai IAV kurang dari satu, maka ini menunjukkan kondisi surplus
pangan di daerah tersebut. Kategori kecukupan pangan berdasarkan rasio
konsumsi normatif :
Tabel 4 Kategori kecukupan pangan berdasarkan rasio konsumsi normatif
No
1
2
3
4
5
6

Kategori
Defisit tinggi
Defisit sedang
Defisit rendah
Surplus rendah
Surplus sedang
Surplus tinggi

Sumber : FSVA Dewan Ketahanan Pangan 2009

Rasio Konsumsi
>= 1.5
1.25 – 1.5
1.00 – 1.25
0.75 – 1.00
0.50 – 0.75
< 0.5

8

d. Rasio Swasembada
Rasio swasembada pangan diperoleh dari produksi dibagi dengan
penjumlahan dari produksi dan impor dikurangi ekspor dikali dengan 100%.
Produksi
Rasio Swasembada 
 100
(Produksi  Impor - Ekspor)
Suatu daerah dikatakan swasembada, jika daerah tersebut dapat memenuhi
kebutuhan pangan seluruhnya (100%) (swasembada absolut) atau dalam
beberapa tahun tertentu ada kalanya mengimpor pangan (5-10%), tetapi pada
tahun lainnya mengekspor, sehingga rata-ratanya dalam jangka menengah tetap
memenuhi swasembada (swasembada on trend) (Suryana 2003). Abrar (2009)
juga menjelaskan bahwa angka kemandirian 90% dapat dipakai menjadi acuan
bagi pemenuhan pangan secara agregat atau dalam arti luas.
2. Analisis Ketersediaan Energi dan Protein
Data yang diperlukan untuk analisis ini adalah data produksi, ekspor,
impor, data pasokan, data perubahan stok, dan data konsumsi dari susenas.
Semua data yang ada harus dalam bentuk ton/tahun. Pengolahan data yang
dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Data Produksi
Data produksi yang didapat, semua diubah kedalam bentuk ton/tahun
dan semua produksi dengan jenis pangan terolah dikonversi kedalam bentuk
segar. Selain itu, untuk data produksi gula pasir, karena data yang didapat
dalam bentuk produksi tebu maka harus dikonversi ke dalam bentuk gula
pasir dengan persen konversi 6.5% dari bentuk tebu.
b. Data Ekspor
Data ekspor yang didapat adalah data dari kelompok pangan hewani
(ikan), namun beberapa data jenis pangan ini merupakan data dalam bentuk
terolah. Oleh karena itu data harus dikonversi ke dalam bentuk segar dan
juga dalam satuan yang sama (ton/tahun).
c. Estimasi Impor
Pengolahan data konsumsi (Susenas) dilakukan untuk mendapatkan
jumlah estimasi impor di suatu wilayah, dengan cara :
- Data konsumsi g/kap/hari pada sheet proyeksi konsumsi hasil olah data
konsumsi pada software program aplikasi analisis konsumsi dan
perencanaan pangan, dibandingkan dengan data produksi yang ada pada
tahun yang sama, rumus untuk mendapatkan jumlah estimasi impor adalah
sebagai berikut :
(ketersediaan / % bahan makanan) – produksi + Δ stok + jumlah ekspor
Dengan : Ketersediaan (ton/tahun) = (ketersediaan kg/kap/tahun) dibagi
1000 dan dikali jumlah penduduk tahun yang sama.
% bahan makanan
= 100% - Σ % penggunaan
Produksi (ton/tahun)
= NBM kolom 3
Δ stok (ton/tahun)
= NBM kolom 4
Jumlah ekspor (ton/tahun) = NBM kolom 7

9

- Hasil jumlah estimasi impor yang telah didapat dibandingkan dengan data
pasokan dari Dinas Perindustrian dan Perdaganan.
d. Data Pasokan
Data pasokan didapat dari jumlah data pasokan beberapa pasar (tujuh
pasar pemerintah daerah dan satu pasar desa) dan data yang didapat dalam
satuan ton/bulan, terlebih dahulu harus diubah ke dalam ton/tahun. Data
pasokan yang lebih besar daripada data estimasi impor (Susenas), maka data
yang digunakan adalah data pasokan, begitu juga sebaliknya.
e. Data Perubahan Stok
Data perubahan stok merupakan data untuk jenis pangan beras, karena
sub divre Bulog di Kabupaten Cirebon adalah gabungan dari beberapa
daerah (Kota Cirebon, Kabupaten Cirebon, Majalengka dan Kuningan),
langkah awal untuk mendapatkan data data stok beras yaitu dari persen
jumlah produksi GKG (Gabah Kering Giling) di kabupaten dibandingkan
dengan total jumlah produksi GKG di keempat daerah tersebut, kemudian
persentase yang didapat dikali dengan jumlah stok awal dan stok akhir beras
pada tahun yang sama. Langkah selanjutnya baru data stok akhir dikurangi
dengan stok awal tahun.
Semua tahap olah data yang telah diselesaikan, selanjutnya dianalisis
untuk mengetahui ketersediaan energi dan protein di Kabupaten Cirebon.
Analisis dilakukan dengan menggunakan software Program Aplikasi Neraca
Bahan Makanan yang dikembangkan oleh CV MWA tahun 2013, kemudian
ketersediaan pangan dibandingkan dengan tingkat ketersediaan energi dan
protein yang direkomendasikan oleh WKNPG 2004, yaitu ketersediaan energi
2 200 Kal/kap/hari, protein 57 g/kap/hari. Selain itu, data olahan juga
dibandingkan mencapai SPM sebesar 90% AKE dan AKP.
3. Analisis Komposisi Ketersediaan Pangan
Semua tahap olah data yang telah diselesaikan (tahap olah data sama
dengan tahap olah data unuk mengetahui ketersediaan energi dan protein),
selanjutnya dianalisis untuk mengetahui komposisi ketersediaan pangan di
Kabupaten Cirebon. Analisis komposisi ketersediaan pangan digambarkan
dengan keragaman pangan yang ditunjukkan dengan skor total PPH dan
komposisi skor PPH masing-masing kelompok pangan. Komponen skor PPH
dapat dilihat pada Tabel 5.
Skor PPH diperoleh dari data ketersediaan pangan (NBM) kabupaten yang
diolah dengan menggunakan software Program Aplikasi Neraca Bahan
Makanan yang dikembangkan oleh CV MWA tahun 2013, secara manual
perhitungan skor PPH terdapat pada Tabel 5. Komponen dalam perhitungan
skor PPH adalah kelompok pangan, jumlah pangan dalam satuan g/kap/hari,
jumlah pangan dalam satuan Kal/kap/hari, persen energi (%), persen AKE
(% AKE), bobot, skor aktual, skor AKE, skor maksimal dan skor PPH.

10

Tabel 5 Komponen Skor PPH
Kelompok pangan
a
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan hewani
Minyak & lemak
Buah/Biji berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur & buah
Lain-lain

Komponen Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
%
Kal/kap/hari
Bobot
Skor PPH
AKE*)
b

c

d

e
0.5
0.5
2.0
0.5
0.5
2.0
0.5
5.0
0.0

Total

25.0
2.5
24.0
5.0
1.0
10.0
2.5
30.0
0.0
100.0

Kelompok Pangan. Pengelompokan pangan dalam NBM berbeda dengan
pengelompokan pangan dalam perhitungan PPH, sehingga pengisian baris
masing-masing kelompok pangan harus sesuai dengan pengelompokan pangan
dalam perhitungan PPH.
Kolom Kal/kap/hari. Kolom Kal/kap/hari ini berisi jumlah total energi
setiap kelompok pangan, yang merupakan penjumlahan energi semua
komoditas dalam masing-masing kelompok pangan (kolom 17 dalam NBM).
Kolom Persen AKE (%AKE). Kolom persen AKE berisi hasil
pembagian antara jumlah energi (Kal/kap/hari) masing-masing kelompok
pangan dengan nilai AKE (Kal/kap/hari) dan dikalikan dengan 100%. AKE
merupakan angka kecukupan energi yang dianjurkan untuk setiap individu
setiap hari menurut gotongan umumya. AKE yang digunakan dalam
pengolahan data penelitian ini bukan AKE menurut WKNPG VIII tahun 2004.
Persen AKE ini menggambarkan komposisi ketersediaan pangan.
Komposisi ideal setiap kelompok pangan adalah 50% untuk padi-padian, 6%
untuk umbi-umbian, 12% untuk pangan hewani. 10% untuk minyak dan lemak,
3% untuk buah biji berminyak, 5% untuk kacang-kacangan, 5% untuk gula, 6%
untuk sayur dan buah serta 3% untuk lain-lain.

Kolom Bn
100%  dn. dengan n  nomor baris  1, 2...
AKE
Kolom Bobot. Kolom bobot berisi bobot masing-masing kelompok
pangan. Bobot untuk kelompok pangan padi-padian, umbi-umbian, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak dan gula adalah 0.5. Bobot untuk kelompok pangan
hewani dan kacang-kacangan adalah 2.00. Bobot untuk sayur dan buah adalah
5.0.
Bobot ini disesuaikan dengan pola pangan harapan berdasarkan anjuran
FAO-RAPA dan prinsip gizi seimbang, yaitu setiap kelompok pangan dari tiga
kelompok pangan utama diberikan skor maksimum yang relatif sama, yaitu
33.3 (berasal dari 100 dibagi 3). Ketiga kelompok pangan utama tersebut
adalah (1) pangan sumber karbohidrat dan energi (serealia, umbi-umbian,
minyak dan lemak, biji/buah berminyak) dengan kontribusi energi 74%,
(2) pangan sumber protein/lauk-pauk (kacang-kacangan dan pangan hewani)
dengan kontribusi energi 17%, (3) pangan sumber vitamin dan mineral (sayur

11

dan buah) dengan kontribusi energi 6% dan (4) pangan lainnya (aneka
minuman dan bumbu) dengan kontribusi 3%. Bobot 0.5 berasal dari nilai
33.3 dibagi 75, bobot 2.00 berasal dari nilai 33.3 dibagi 17 dan bobot
5.0 berasal dari 33.3 dibagi 6.
Kolom Skor PPH. Kolom skor PPH berisi skor AKE dengan
memperhatikan batas skor maksimal. Jika skor AKE lebih tinggi dari skor
maksimal maka angka yang digunakan untuk mengisi kolom skor PPH adalah
nilai skor maksimal. Jika skor AKE lebih rendah dari skor maksimal maka
angka yang digunakan untuk mengisi kolom skor PPH adalah skor AKE.
4. Analisis Kebutuhan Pangan
Tahap olah data sebelum melakukan analisis kebutuhan pangan juga
menggunakan tahapan yang sama dengan tahap olah data pada analisis
ketersediaan energi dan protein serta analisis komposisi ketersediaan pangan.
Setelah semua tahap olah data diselesaikan, selanjutnya dianalisis untuk
mengetahui kebutuhan pangan penduduk Kabupaten Cirebon.
Analisis kebutuhan penduduk dimaksudkan untuk mengetahui jumlah
pangan yang harus tersedia untuk dikonsumsi penduduk dalam satu tahun yang
dinyatakan dalam bentuk energi dari setiap komoditas dalam masing-masing
kelompok pangan sesuai dengan kontribusi aktual masing-masing komoditas
dalam setiap kelompok pangan. Hasil tahapan ini adalah setiap komoditas
dalam bentuk energi dengan satuan g/kap/hari, kg/kap/hari dan ton/tahun.
Tahapan untuk mencapai proyeksi ketersediaan pangan dalam bentuk energi :
a. Proyeksi skor PPH

St  S0  nS2020  S0  / dt
Dengan : St = skor PPH tahun yang dicari
So = skor PPH tahun awal
n
= selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
S2020 = skor PPH tahun 2020 (ideal = 100)
dt = selisih tahun 2020 dengan tahun awal
b. Proyeksi kontribusi energi (%)

Et  E0  nE2020  E0  / dt
Dengan : Et = kontribusi energi tahun yang dicari
EO = kontribusi energi tahun awal
n
= selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
E2020 = kontribusi energi tahun 2020 Ideal)
dt = selisih tahun 2020 dengan tahun awal
c. Proyeksi energi (Kal/kap/hari)

Kt  K 0  nK 2020  K 0  / dt
Dengan : Kt
Ko

= energi tahun yang dicari
= energi tahun awal

12

n
= selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
K2020= energi tahun 2020
dt = selisih tahun 2020 dengan tahun awal
d. Proyeksi energi (g/kap/hari)

Gt  G0  nG2020  G0  / dt
Dengan : Gt = energi tahun yang dicari
Go = energi tahun awal
n
= selisih tahun yang dicari dengan tahun awal
G2020= energi tahun 2020
dt = selisih tahun 2020 dengan tahun awal
e. Proyeksi produksi pangan
Proyeksi produksi menggambarkan proyeksi jumlah pangan yang
harus diproduksi untuk memenuhi proyeksi ketersediaan pangan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Asumsi yang digunakan dalam menyusun proyeksi
produksi adalah perubahan stok, impor, ekspor dan pemakaian dalam
kabupaten (bibit, pakan, industri, tercecer) pada tahun-tahun berikutnya
adalah tetap (sama dengan tahun dasar). Proyeksi produksi merupakan
proyeksi ketersediaan setelah dijumlah dengan perubahan stok, ekspor dan
pemakaian serta dikurangi dengan impor.
Prt = Kt + PS + E – I – (P + B + M + BM + T)
Dengan : Prt
Kt

= proyeksi produksi pada tahun t (yang dicari)
= proyeksi ketersediaan
(ton/tahun)
pada tahun t
(tahun yang dicari)
PS = perubahan stok pada tahun dasar
E
= penggunaan untuk ekspor pada tahun dasar
I
= penggunaan untuk impor pada tahun dasar
P
= penggunaan untuk pakan pada tahun dasar
B
= penggunaan untuk bibit pada tahun dasar
M = penggunaan untuk industri makanan pada tahun dasar
BM = penggunaan untuk industri non makanan pada tahun
dasar
T
= pangan yang tercecer pada tahun dasar

Definisi Operasional
Ekspor adalah sejumlah bahan pangan yang dikeluarkan dari wilayah Kabupaten
Cirebon, baik ke luar daerah maupun ke luar negeri, dengan satuan ton per
tahun.
Impor adalah sejumlah bahan pangan yang didatangkan dari wilayah Kabupaten
Cirebon Propinsi Jawa Barat, baik dari luar daerah maupun dari luar negeri.
Jumlah impor pangan diperoleh dari data aktual (BPS dan Dinas

13

Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon) serta estimasi dari data
konsumsi wilayah Kabupaten Cirebon, dengan satuan ton per tahun.
Kebutuhan Pangan adalah sejumlah pangan yang dibutuhkan penduduk
kabupaten Cirebon, untuk mempertahankan hidup, cukup jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif dan produktif secara berkelanjutan.
Ketersediaan Pangan adalah kondisi tersedianya pangan untuk dikonsumsi di
wilayah Kabupaten Cirebon per kapita, ketersediaan masing-masing bahan
makanan dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun dan disajikan
dalam bentuk kuantum (volume) dan kandungan nilai gizinya dalam satuan
Kal energi, gram protein, dan gram lemak.
Pangan adalah sembilan kelompok makanan yang disajikan menurut jenisnya
(padi-padian, umbi-umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang-kacangan, gula, sayur dan buah serta lainnya)
berdasarkan data wilayah Kabupaten Cirebon yang akurat dan kontinyu.
Penduduk adalah total semua orang yang berdomisili selama 6 bulan atau lebih
dan atau mereka yang berdomisili kurang dari 6 bulan tetapi bertujuan
menetap di wilayah Kabupaten Cirebon, diukur dalam jiwa.
Perubahan stok adalah selisih antara stok (simpanan) pangan akhir tahun dengan
stok pangan awal tahun di wilayah Kabupaten Cirebon, khususnya beras.
Penggunaan Pangan adalah jumlah bahan pangan yang digunakan untuk pakan,
bibit, industri (makanan dan non-makanan), tercecer serta ketersediaan
untuk bahan makanan yang dikonsumsi.
Produksi pangan adalah sejumlah bahan pangan yang dihasilkan oleh
Kabupaten Cirebon Propinsi Jawa Barat dari sektor pertanian, kelautan dan
perikanan, peternakan, perkebunan dan kehutanan, menurut jenis bahan
pangannya baik yang belum mengalami proses pengolahan maupun yang
telah mengalami proses pengolahan, dengan satuan ton per tahun.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum
Keadaan Geografis
Kabupaten Cirebon secara geografis terletak dilintasan Jawa Barat dan
Jawa Tengah, menempati titik stategis yang memiliki keunggulan tersendiri.
Dilihat dari letak geografisnya Kabupaten Cirebon terletak pada posisi
108° 40' - 108° 48' Bujur Timur dan 6° 30' – 7° 00' Lintang Selatan. Secara
administratif Kabupaten Cirebon berbatasan dengan Kabupaten Indramayu di
sebelah Utara; di Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah Kotamadya Cirebon
dan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa tengah; di Sebelah Selatan berbatasan
dengan Kabupaten Kuningan; dan di Sebelah Barat Laut berbatasan dengan
Kabupaten Majalengka. Kabupaten Cirebon mempunyai wilayah seluas
± 990.36 Km², yang terdiri dari 40 kecamatan, 412 desa, dan 12 kelurahan. Ibu
kota Kabupaten adalah Kota Sumber yang terletak sekitar 12 Km ke arah Barat

14

dari Kota Cirebon. Kabupaten Cirebon dilalui oleh jalan nasional yang
menghubungkan Jakarta–Semarang.
Kecamatan yang memuiliki luas paling besar adalah Kecamatan Gegesik,
Kapetakan dan Susukan dengan luas masing-masing yaitu 60.38 Km², 60.20 Km²,
dan 50.1 Km². Sementara itu, kecamatan dengan luas terkecil adalah Kecamatan
Pabuaran, tengah Tani dan Weru dengan luas masing-masing yaitu 8.95 Km²,
8.97 Km², dan 9.19 Km². Peta wilayah Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada
Gambar 2.

Gambar 2 Peta Kabupaten Cirebon
Keadaan Demografis dan Sosial
Kabupaten Cirebon adalah salah satu di antara kabupaten-kabupaten di
Propinsi Jawa Barat yang mempunyai jumlah penduduk cukup besar. Penduduk
Kabupaten Cirebon pada tahun 2012 adalah sebanyak 2 288 043 jiwa dan dengan
luas wilayah administratif 990.36 Km2 maka rata-rata kepadatan penduduk di
wilayah Kabupaten Cirebon adalah sebesar 2 303 jiwa per Km2. Total penduduk
sebanyak 2 288 043 jiwa, 1 132 833 jiwa diantaranya adalah perempuan sehingga
sex rasionya adalah 101. Persebaran penduduk Kabupaten Cirebon per kecamatan
hingga pada tahun 2012 masih menunjukkan kondisi kurang merata seperti pada
tahun-tahun sebelumnya. Penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Sumber yaitu
sebanyak 86 415 jiwa dengan sebaran/distribusi penduduknya sebesar 3.79% dan
yang terkecil adalah Kecamatan Pasaleman dengan jumlah penduduk hanya 27
801 jiwa (sebaran penduduk sebesar 1.22%). Jumlah penduduk per kecamatan
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6 Jumlah penduduk per kecamatan Kabupaten Cirebon tahun 2012
Nama Kecamatan
Waled
Pasaleman
Ciledug
Pabuaran

Jumlah Penduduk
57 312
27 801
45 259
36 835

15

Lanjutan Tabel 6
Nama Kecamatan
Losari
Pabedilan
Babakan
Gebang
Karangsembung
Karangwareng
Lemahabang
Susukan Lebak
Sedong
Astanajapura
Pangenan
Mundu
Beber
Greged
Talun
Sumber
Dukupuntang
Palimanan
Gempol
Plumbon
Depok
Weru
Plered
Kedawung
Tengah Tani
Gunung Jati
Kapetakan
Suranenggala
Klangenan
Jamblang
Arjawinangun
Panguragan
Ciwaringin
Susukan
Gegesik
Kaliwedi
KABUPATEN

Jumlah Penduduk
63 093
60 667
73 619
64 051
37 581
30 297
54 680
40 489
42 958
82 737
44 568
72 536
42 286
57 051
65 888
86 415
62 618
69 027
47 354
77 832
65 279
65 180
56 111
66 554
42 796
85 088
59 253
46 326
51 997
39 655
70 170
50 688
47 354
74 356
80 841
43 441
2 288 043

Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) di Kabupaten Cirebon pada
tahun 2010 mencapai 58.68%. tahun 2011 meningkat menjadi 61.73% dan tahun
2012 kembali menurun menjadi 59.75%. Begitu juga dengan TPT pada tahun
2010 mencapai angka 12.97%, kemudian berkurang menjadi 10.18% di tahun
2011 dan kembali meningkat di tahun 2012 menjadi 16.04%. Pasar tenaga kerja di
Kabupaten Cirebon tahun 2012 ternyata masih terbilang rendah yaitu ditandai
dengan angka kesempatan kerja sebesar 83.96% dan tergolong paling rendah
diantara kabupaten kota yang ada di Propinsi Jawa Barat.

16

Kemampuan Produksi Pangan Dalam Memenuhi Kebutuhan Penduduk
Tren Pertumbuhan Produksi
Tabel 7 di bawah ini menyajikan data produksi pangan di Kabupaten
Cirebon tahun 2010, 2011 dan 2012. Berdasarkan data dari Dinas Pertanian,
Perkebunan, Peternakan dan Kehutanan Kabupaten Cirebon, produksi padi
menurun sebanyak 8.68% pada tahun 2012. Produksi jagung meningkat sebanyak
95.40% pada tahun 2012. Produksi ubi jalar meningkat sebanyak 8.19%, produksi
ubi kayu menurun sebanyak 87.10% pada tahun 2012.
Produksi beberapa jenis buah-buahan di Kabupaten Cirebon tahun 2012
meningkat sangat tajam dari produksinya pada tahun 2011. Peningkatan produksi
duku mencapai 1 258.0%, peningkatan produksi durian mencapai 1 159.34%.
Produksi salak meningkat sebesar 558.02%. Buah-buahan lain yang mengalami
peningkatan adalah jeruk, mangga, pepaya, pisang, rambutan, sawo, belimbing,
nangka, sirsak dan sukun. Buah-buahan yang menurun produksinya adalah
alpukat, jambu dan semangka.
Tabel 7 Produksi pangan Kabupaten Cirebon tahun 2010-2012
Produksi (Ton)

Peningkatan Produksi (%)

Jenis Bahan Makanan
2010

2011

2012

2010-2011

2011-2012

1. Dinas Pertanian, Peternakan, Perkebunan, dan Kehutanan
Padi-padian
Padi Gabah Kering Giling
Jagung
Umbi-umbian
Ubi Jalar
Ubi Kayu
Gula
Gula pasir
Buah / Biji berminyak
Kacang tanah lepas kulit
Kedelai
Kacang hijau
Kelapa Berkulit
Buah-buahan
Alpokat
Jeruk
Duku
Durian
Jambu
Mangga
Nenas
Pepaya
Pisang
Rambutan
Salak
Sawo
Semangka

544 784.76
7 350.00

537 198.19
7 201.00

490 563.08
14 071.00

-1.39
-2.03

-8.68
95.40

1 699.00
3 031.00

1 746.00
2 093.00

1 889.00
270.00

2.77
-30.95

8.19
-87.10

39 781.52

26 965.93

31 464.98

-32.21

16.68

417.00
666.00
3 661.00
723.32

262.00
1 166.00
3 256.00
644.06

95.00
371.00
1 265.00
1.051.02

-37.17
75.08
-11.06
-10.96

-63.74
-68.18
-61.15
63.19

109.00
27.20
3.10
621.50
8 207.80
13 077.80
3.80
1 940.40
59 658.80
649.20
1.50
341.30
1 898.90

267.50
16.80
5.00
161.10
16 535.90
49 737.80
0.00
3 323.10
59 421.00
1 039.10
13.10
547.40
2 516.50

185.60
25.10
67.90
2 028.80
16 465.90
61 975.30
0.00
3 891.20
75 455.50
1 123.40
86.20
1 704.40
512.00

145.41
-38.24
61.29
-74.08
101.47
280.32
-100.00
71.26
-0.40
60.06
773.33
60.39
32.52

-30.62
49.40
1 258.00
1 159.34
-0.42
24.60
0.00
17.10
26.98
8.11
558.02
211.36
-79.65

17

Lanjutan Tabel 7
Produksi (Ton)

Peningkatan Produksi (%)

Jenis Bahan Makanan
2010
Belimbing
153.10
Nangka/ Cempedak
2 507.10
Sirsak
96.00
Sukun
314.80
Buah lainnya (melon)
19.00
Sayur-sayuran
Bawang Merah
47 407.80
Ketimun
2 129.90
Kacang Panjang
1 194.30
Tomat
46.50
Cabe
4 568.80
Lanjutan
Tabel 7
Terung
2 128.20
Kangkung
298.10
Bayam
0.00
Jamur
52.80
Lanjutan
Tabel 7
Melinjo
2 118.00
Petai
330.70
Jengkol
64.00
Sayuran lainnya
0.00
Daging
Daging Sapi
3 444.12
Daging Kerbau
108.60
Daging Kambing
220.71
Daging Domba
5 909.86
Daging Ayam Buras
1 052.77
Daging Ayam Ras
1 351.20
Daging Itik
214.96
Telur
Telur Ayam Buras
577.67
Telur Ayam Ras
297.84
Telur Itik
2 309.57
Susu
Susu Sapi
290.55
2. Dinas Kelautan Dan Perikanan
Ikan
Ikan tuna/cakalang/tongkol
319.80
Kakap
538.50
Cucut
779.00
Bawal
375.30
Teri
5 297.00
Kembung
899.50
Tenggiri
64.70
Bandeng
2 213.75
Belanak
991.50
Mujair
400.30
Ikan Mas
137.01
Udang
9 206.03
Kepiting/rajungan
9 382.77
Kerang darah
2 554.54

2011

2012

2010-2011

2011-2012

197.20
2 624.90
142.00
722.30
0.00

335.70
3 616.70
313.70
755.90
0.00

28.80
4.70
47.92
129.45
-100.00

70.23
37.78
120.92
4.65
0.00

41 265.00
1 229.50
399.10
58.50
3 044.70
1 389.00
220.90
108.00
130.60
2 264.30
726.00
53.00
0.00

29 394.90
531.50
347.50
0.00
6 030.80
1 171.30
281.10
59.00
129.70
3 505.20
1 159.60
0.00
0.00

-12.96
-42.27
-66.58
25.81
-33.36
-34.73
-25.90
100.00
147.35
6.91
119.53
-17.19
0.00

-28.77
-56.77
-12.93
-100.00
98.08
-15.67
27.25
-45.37
-0.69
54.80
59.72
-100.00
0.00

4 582.18
101.62
311.98
4 079.83
1 056.56
3 500.42
217.83

4 331.31
143.24
277.98
3 444.54
1 109.36
3 675.01
239.60

33.04
-6.43
41.36
-30.97
0.36
159.06
1.33

-5.48
40.96
-10.90
-15.57
5.00
4.99
10.00

606.54
304.85
2 540.41

495.68
327.59
3 842.41

5.00
2.35
9.99

-18.28
7.46
51.25

185.76

464.40

-36.07

150.00

640.30
359.10
0.00
8.20
3 250.20
561.50
170.40
2 299.63
383.90
372.24
131.99
8 917.50
13 953.53
7 745.36

241.58
10 659.04
0.00
12.70
2 716.90
684.98
237.66
2 444.77
235.39
469.12
195.07
12 487.00
7 335.45
3 080.32

100.22
-33.31
-100.00
-97.82
-38.64
-37.58
163.37
3.88
-61.28
-7.01
-3.66
-3.13
48.71
203.20

-62.27
2 868.27
0.00
54.88
-16.41
21.92
39.47
6.31
-38.68
26.03
47.79
40.03
-47.43
-60.23

18

Lanjutan Tabel 7
Produksi (Ton)

Peningkatan Produksi (%)

Jenis Bahan Makanan
2010

2011

2012

2010-2011

2011-2012

Cumi/sotong
947.80
564.50
1 507.26
-40.44
167.01
Ikan Lainnya
67 291.53
68 942.67
75 219.67
2.45
9.10
(tawes, nilam, gurami, sepat, tambak, nila, lele, patin, lalawak, paray, rumput laut, selar, layur, sebelah,
selanget, talang-talang, julung-julung, petek, manyung, pari, karau, kuniran, japuh, gurita, beloso, lidah,
biji nangka, kerapuh, banyar, golok-golok, kapas-kapas, sungkir, benton, rebon)

Tren produksi beberapa jenis sayuran menurun pada tahun 2012 jika
dibandingkan dari tahun 2011. Jenis buah yang paling besar penurunan jumlah
produksinya adalah ketimun, tomat, bayam dan jengkol. Penurunan paling tinggi
terjadi pada produksi tomat dan jengkol dengan penurunan 100%. Produksi tomat
di tahun 2011 sebesar 58.50 ton, menurun menjadi 0 ton pada tahun 2012. Jenis
sayuran dengan jumlah produksi yang meningkat adalah cabe, kangkung, melinjo
dan petai. Cabe memiliki peningkatan produksi paling tinggi yaitu sebesar
98.08%.
Data yang didapat dari Dinas Pertanian Peternakan, Perkebunan, dan
Kehutanan, diketahui produksi daging sapi menurun sebanyak 5.48% pada tahun
2012. Produksi daging kerbau meningkat sebesar 40.96% pada tahun 2012,
produksi daging kambing menurun sebesar 10.90% pada tahun 2012. Produksi
daging domba menurun sebesar 15.57%, pada tahun 2012. Produksi daging ayam
buras meningkat sebesar 0.36% pada tahun 2012. Produksi daging ayam ras
meningkat pada tahun 2012 sebanyak 4.99%. Produksi daging itik meningkat
pada tahun 2012 sebesar 10%.
Produksi telur, hanya telur ayam buras yang mengalami penurunan
produksi sebanyak 18.28% pada tahun 2012. Produksi telur ayam ras dan telur itik
mengalami peningkatan produksi dengan masing-masing peningkatan sebesar
7.46% dan 51.25%. Produksi susu sapi meningkat 150% pada tahun 2012.
Data dari Dinas Kelautan dan Perikanan diketahui bahwa produksi
beberapa jenis ikan di Kabupaten Cirebon tahun 2012 meningkat sangat tajam dari
produksinya pada tahun 2011. Peningkatan produksi ikan kakap mencapai
2 868.27%. Produksi jenis ikan lain yang mengalami peningkatan adalah bawal,
kembung, tenggiri, bandeng, mujair, ikan mas, udang, cumi/sotong, dan jenis ikan
lainnya (tawes, nilam, gurami, sepat, dan sebagainya). Jenis ikan yang mengalami
penurunan produksinya adalah ikan tuna/cakalang/tongkol, teri, belanak,
kepiting/rajungan dan kerang darah.
Pertumbuhan produksi dari semua jenis pangan, hampir 50% meningkat
pada tahun 2011-2012. Jenis pangan yang selalu mengalami peningkatan produksi
di setiap tahunnya yaitu ubi jalar, duku, manga, rambutan, salak, sawo, belimbing,
nangka/cempedak, sirsak, sukun, melinjo, petai, daging ayam buras, daging ayam
ras, daging itik, ikan tenggiri, ikan bandeng, dan jenis ikan lainnya. Peningkatan
pertumbuhan produksi yang sangat tajam, ada pada jenis pangan buah-buahan dan
ikan (duku, durian dan kakap) masing-masing peningkatan sebesar 1 258.00%,
1 159.34% dan 2 868.27%. Peningkatan yang sangat tajam pada ketiga komoditi
ini, menunjukkan adanya potensi untuk dikembangkan, selain mangga dan pisang
yang jumlah produksinya sudah sangat baik disetiap tahunnya.
Penurunan produksi terjadi pada jenis pangan padi (GKG), ubi kayu,
kacang tanah lepas kulit, kacang hijau, nenas, bawang merah, ketimun, kacang

19

panjang, terong, jengkol, daging domba, ikan cucut, ikan bawal, ikan teri, dan
ikan belanak. Jenis pangan yang mengalami penurunan yang sangat tajam yaitu
juga dari jenis pangan buah-buahan dan ikan (alpukat dan kerang darah), dengan
masing-masing penurunan sebesar -30.62% dan -60.23%. Hal ini diduga pada
tahun tersebut kabupaten kurang mampu mendukung produksi kedua jenis pangan
tersebut.
Menurut penelitian Vidyarini (2013), salah satu faktor yang menyebabkan
hasil produksi yang menurun adalah cuaca yang berubah-ubah dan gangguan
hama. Selain itu Kristiani (2013) menjelaskan peningkatan produksi pangan asal
ternak dipengaruhi oleh faktor produktivitas dan populasi ternak tersebut,
sedangkan untuk produksi hasil perikanan sangat tergantung dengan kegiatan
penangkapan serta budidaya perikanan. Beberapa faktor di atas mungkin menjadi
faktor yang menyebabkan kenaikan dan penurunan produksi di wilayah
Kabupaten Cirebon, namun karena data tidak tersedia peneliti tidak dapat
memastikan faktor apa saja yang menyebabkan naik turunnya produksi di wilayah
tersebut.
Kontribusi Produksi terhadap Kecukupan Energi dan Protein
Produksi pangan suatu wilayah harus menjamin kecukupan pangan
wilayah tersebut. Kontribusi produksi domestik wilayah Kabupaten Cirebon
terhadap kecukupan energi dan protein dapat dilihat pada Tabel 8.
Data pada Tabel 8 di bawah ini dapat dilihat bahwa ketersediaan energi
dengan mengandalkan produksi pangan domestik di Kabupaten Cirebon sebesar
77.2%. Ketersediaan energi di Kabupaten Cirebon lebih rendah dibandingkan
dengan kabupaten lain di Jawa Barat seperti Kabupaten Sukabumi (132.2%) (BKP
& MWA 2013). Begitupula dengan tingkat ketersediaan protein di Kabupaten
Cirebon sebesar 101.4% lebih rendah dibandingkan dengan kabupaten lainnya
yaitu Kabupaten Bandung (156.1% ) (MWA et al. 2013).
Tabel 8 Kontribusi produksi terhadap kecukupan energi dan protein
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9

Kelompok Pangan
Padi-padian
Umbi-umbian
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/Biji Berminyak
Kacang-kacangan
Gula
Sayur dan Buah
Lain-lain
Total

gram/
kap/hari
363.6
2.3
155.1
1.5
0.5
1.9
37.4
331.3
0.0

Energi
(kkal)
1 241
3
149
12
1
7
136
150
0
1 699

% AKE*)
56.4
0.1
6.8
0.6
0.0
0.3
6.2
6.8
0.0
77.2

Protein
(g/kap/hari)
30.5
0.0
23.1
0.0
0.0
0.5
0.0
3.6
0.0
57.8

%AKP*)
53.5
0.0
40.6
0.0
0.0
0.8
0.0
6.4
0.0
101.4

Tabel 8 juga menunjukkan bahwa kontribusi produksi