Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap Skala Kecil Di Perairan Laut Kabupaten Simeulue

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP
SKALA KECIL DI PERAIRAN LAUT
KABUPATEN SIMEULUE

CARLES

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Strategi Pengelolaan Perikanan
Tangkap Skala Kecil di Perairan Laut Kabupaten Simeulue adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir di tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.


Bogor, Juli 2014
Carles
NIM C451120041

RINGKASAN
CARLES. Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Perairan Laut
Kabupaten Simeulue. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO
dan DENI ACHMAD SOEBOER.
Kabupaten Simeulue merupakan daerah yang baru berkembang, terdiri atas 1 pulau
besar dan 63 pulau kecil yang dikelilingi oleh perairan laut seluas ± 9.968,16 km².
Perairan lautnya merupakan bagian dari Samudera Hindia yang memiliki potensi
perikanan tangkap yang sangat tinggi. Sebagian besar nelayan merupakan nelayan skala
kecil yang berdiam di pesisir dan sangat mengandalkan hasil laut.
Pemanfaatan sumberdaya ikan membutuhkan kehati-hatian dan kearifan dalam
pengelolaannya. Keberlanjutan pemanfaatan sumberdaya ikan tergantung pada peran
stakeholder yang terkait perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue. Peran
stakeholder diperlukan untuk menjamin keberlanjutan dari aspek sumberdaya ikan, sosioekonomi maupun manajemen kelembagaannya.
Tujuan penelitian ini secara umum menyusun strategi kebijakan pengelolaan
perikanan tangkap skala kecil. Secara khusus bertujuan [1] mengkaji karakteristik

sumberdaya ikan, [2] mengkaji kondisi sosial-ekonomi perikanan tangkap skala kecil, [3]
mengkaji kelembagaan perikanan tangkap, [4] seleksi teknologi penangkapan ikan tepat
guna dan [5] merumuskan faktor internal dan eksternal dalam rangka menyusun strategi
pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di perairan laut Kabupaten Simeulue.
Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Simeulue antara bulan Oktober 2013 – bulan
Januari 2014. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan survei lapangan secara
purposive sampling. Analisis karakteristik sumberdaya ikan, kondisi sosial ekonomi dan
kelembagaan dilakukan secara deskriftif terhadap elemen-elemen yang mempengaruhi
sistem perikanan tangkap skala kecil. Selanjutnya analisis multi-kriteria digunakan untuk
mengidentifikasi teknologi penangkapan ikan tepat guna. Sementara rumusan dan
penentuan strategi pengelolaan perikanan tangkap skala kecil dilakukan dengan analisis
SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat).
Tingkat keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan -- pada kelompok habitat
pelagis dan demersal -- dari daerah penangkapan bagan perahu dan pukat pantai berada
pada keanekaragaman sedang, kemerataan antar spesies relatif merata dan hampir tidak
ada spesies yang mendominansi spesies lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bagan
perahu merupakan alat penangkapan ikan dengan tingkat produktivitas (CPUE) tertinggi
sebesar 603,3 kg/trip. Jumlah unit penangkapan dan produksi perikanan tangkap di
Kabupaten Simeulue selama enam tahun terakhir cenderung meningkat. Mayoritas
masyarakat pesisir menggunakan teknologi penangkapan ikan tradisional. Kegiatan

pemasaran dipengaruhi oleh fluktuasi harga. Hal ini menyebabkan keuntungan antar
lembaga pemasaran tidak menyebar merata. Sementara peranan kelembagaan Panglima
Laot sebagai bentuk kearifan lokal berperan erat dengan masyarakat lokal untuk
keberhasilan pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue. Hasil
seleksi unit usaha penangkapan ikan yang layak dikembangkan berdasarkan
pertimbangan aspek biologi, teknis, sosial dan ekonomi menyimpulkan usaha bagan
perahu sebagai skala prioritas pertama.
Pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue secara optimal
dan berkelanjutan dapat dilakukan dengan menerapkan beberapa strategi sebagai berikut:
[1] penerapan Ko-manajemen berbasis kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya

perikanan laut, [2] pengembangan usaha melalui restrukturisasi armada perikanan
tangkap, [3] penegakan hukum dengan melaksanakan sistem MCS (monitoring,
controlling dan survailance) secara terpadu, [4] peningkatan sistem informasi untuk
nelayan, [5] pembuatan sistem data dan informasi perikanan tangkap terpadu, [6]
standarisasi terhadap armada perikanan skala kecil untuk peningkatan produktivitas alat
tangkap dan mutu ikan dan [7] peningkatan pengetahuan nelayan dan pelaku usaha
perikanan.
Kata kunci: Kabupaten Simeulue, perikanan skala kecil, sumberdaya ikan, strategi
pengelolaan.


SUMMARY
CARLES. Small Scale Strategies of Capture Fishery Management in Simeulue District
Marine Water Areas. Supervised by EKO SRI WIYONO, SUGENG HARI WISUDO
and DENI ACHMAD SOEBOER.
Simeulue is a newly developed area which consists of one large island and 63 small
islands surrounded by marine water area of ±9968.16 km². Its marine areas is part from
Indian Ocean which has high potential of capture fisheries. Most of fishermen are smallscale fisherman who resided in the coastal and rely on marine resources.
Fish resources utilization needs to be caution and wise on its management.
Sustainability of fish resources utilization depends on stakeholders related to small-scale
of capture fisheries in Simeulue Regency. Stakeholder’s role is needed to ensure the
sustainability of fisheries resources, environmental, socio-economic and institutional
management.
The purpose of this study in general is to formulate policy strategies of small-scale
fisheries management. It aims specifically [1] to study the characteristic of fish resources,
[2] to study the socio-economic conditions of small-scale fisheries, [3] to study the
fisheries institutional, [4] to select appropriate fishing technologies and [5] to analyze
internal and external factors in order to formulate management strategies of small-scale
fisheries in Simeulue marine waters area.
The study was conducted in Simeulue from October 2013 - January 2014. The data

was collected from field observation and surveys using purposive sampling method.
Analysis of fish resources characteristics, socio-economic conditions and institutional
was conducted using qualitative descriptive on elements that affect the small-scale
fisheries system. Multi criteria analysis was used to identify the most appropriate fishing
technologies. Furthermore, formulation and determination of small-scale fisheries
management was done by the analysis of Strength, Weakness, Opportunity, Threat
(SWOT).
Diversity level of fish, pelagic and demersal habitat group, caught by mobile lift net
and beach siene was moderate, interspecies outspread relatively even and almost no
dominating species over other species. The research showed that mobile lift net are
fishing gears with highest productivity rate (CPUE) of 603.3 kg / trip. Furthermore, socioeconomic conditions showed that the number of fishing gear units and productivity of
marine fish production in Simeulue District had a tendency to increase for the last six
years. The majority of fishermen are using traditional fishing technology. Marketing
activities are affected by price fluctuations. This cause the benefit among marketing
agencies are not spread evenly. While the role of Panglima laot institutional as local
wisdom plays a close role with local communities for successful management of smallscale fisheries in Simelue district. The selection results of fishing effort unit that is
feasible to be developed based on consideration of biological, technical, social and
economic aspects concluded mobile lift net as the first priority.
Optimal and sustainable management of small-scale fisheries in Simeulue Regency
could be done by implementing several strategies as follows: [1] application of comanagement based on local wisdom in the management of marine fishery resources, [2]

development of enterprises through restructuring of capture fisheries fleet, [3] integrated
law enforcement system MCS (monitoring, controlling and surveillance), [4]
improvement of information systems for fishermen, [5] development of data systems and

integrated of capture fisheries information, [6] standardization of small-scale fishing
vessels to increase fishing gears productivity and fish quality and [7] knowledge
improvement of fishermen and enterpreneurs.
Keywords: Simeulue Regency, small-scale fisheries, fish resources, management
strategies.

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu
masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam
bentuk apa pun tanpa izin IPB

STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP

SKALA KECIL DI PERAIRAN LAUT
KABUPATEN SIMEULUE

CARLES

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Teknologi Perikanan Laut

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Budhi Hascaryo Iskandar, MSi MSc

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas

segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Oktober 2013 sampai
dengan Januari 2014 ini ialah pengelolaan sumberdaya perikanan, dengan judul
Strategi Pengelolaan Perikanan Tangkap Skala Kecil di Perairan Laut Kabupaten
Simeulue.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eko Sri Wiyono, S.Pi, MSi,
Bapak Dr Ir Sugeng Hari Wisudo, MSi dan Bapak Dr Deni Achmad Soeboer, S.Pi,
MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Fis Purwangka, S.Pi, MSi yang telah
banyak memberi masukan demi kesempurnaan tulisan ini. Di samping itu,
penghargaan sebesar-besarnya disampaikan kepada Bapak Drs. Riswan NS, Bapak
Hasrul Edyar, S.Sos, M.AP dan Bapak Drs. Naskah Bin Kamar, masing-masing
selaku Bupati, Wakil Bupati dan Sekretaris Daerah Kabupaten Simeulue yang telah
memberikan tugas belajar kepada Penulis untuk dapat melanjutkan studi pada
Sekolah Pascasarjana IPB. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah,
ibu dan seluruh keluarga atas segala doa dan kasih sayangnya, serta teman-teman
seperjuangan Pascasarjana (Magister) TPL 01 (2012) atas dukungan dan
kebersamaannya.
Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian tesis, penulis telah
menerbitkan sebuah artikel ilmiah dengan judul ”Karakteristik Perikanan Tangkap
di Perairan Laut Kabupaten Simeulue” pada Jurnal MARINE FISHERIES, Vol. 5,

No.1, Edisi Mei 2014 (ISSN 2087-4235). Artikel ilmiah tersebut merupakan bagian
dari tesis penulis.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Juli 2014
Carles

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Kerangka Pemikiran
2 KARAKTERISTIK HASIL TANGKAPAN PERIKANAN
SKALA KECIL
Pendahuluan
Metode Penelitian

Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
3 ANALISIS SOSIAL EKONOMI
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
4 SELEKSI TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN
TEPAT GUNA
Pendahuluan
Metode Penelitian
Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
5 STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP SKALA
KECIL DI KABUPATEN SIMEULUE
Pendahuluan
Metode Penelitian

Hasil
Pembahasan
Kesimpulan
6 PEMBAHASAN UMUM
7 KESIMPULAN DAN SARAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

vi
vi
vii
1
1
4
5
5
5
8
8
9
11
14
16
17
17
18
19
32
35
35
35
36
37
41
43
43
43
45
46
52
53
53
56
57
61
73

DAFTAR TABEL
2.1 Indeks keanekaragaman hasil tangkapan nelayan di Kabupaten
Simeulue
3.1 Program pemberdayaan nelayan oleh DKP Kabupaten Simeulue
3.2 Jumlah desa, rumah tangga dan penduduk menurut kecamatan
di Kabupaten Simeulue
3.3 Biaya pemasaran pada masing-masing lembaga pemasaran
ikan laut segar
3.4 Analisis keuntungan setiap lembaga pemasaran ikan laut
segar di Kabupaten Simeulue
3.5 Perbandingan marjin pemasaran dan share yang diterima
nelayan
3.6 Analisis efisiensi biaya pemasaran pada setiap lembaga
pemasaran
4.1 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek biologi unit
penangkapan ikan di Kabupaten Simeulue
4.2 Skoring dan standarisasi fungsi aspek teknis unit penangkapan
ikan di Kabupaten Simeulue
4.3 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek sosial unit
penangkapan ikan di Kabupaten Simeulue
4.4 Skoring dan standarisasi fungsi nilai aspek ekonomi unit
penangkapan ikan di Kabupaten Simeulue
4.5 Penilaian gabungan pemilihan teknologi penangkapan ikan
tepat guna di Kabupaten Simeulue
5.1 Matrik analisis lingkungan internal pengelolaan perikanan
tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue
5.2 Matrik lingkungan eksternal pengelolaan perikanan tangkap
skala kecil di Kabupaten Simeulue
5.3 Matrik SWOT pengelolaan perikanan tangkap skala kecil di
Kabupaten Simeulue

13
22
26
30
30
31
31
38
39
39
40
41
48
50
51

DAFTAR GAMBAR
1.1 Diagram kerangka pemikiran penelitian
2.1 Peta lokasi penelitian
2.2 Jumlah spesies hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap di
Kabupaten Simeulue
2.3 Jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap di
Kabupaten Simeulue
2.4 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan spesies dominan di
Kabupaten Simeulue
2.5 Produktivitas setiap alat penangkapan ikan di perairan laut
Kabupaten Simeulue
2.6 Produktivitas alat tangkap per spesies dominan
3.1 Hubungan kelembagaan perikanan tangkap skala kecil di
Kabupaten Simeulue

7
9
11
12
12
13
14
21

3.2 Perkembangan armada penangkapan ikan yang beroperasi di
Kabupaten Simeulue tahun 2006-2011
3.3 Komposisi jenis armada penangkapan ikan di Kabupaten
Simeulue tahun 2006 - 2011
3.4 Produksi perikanan laut tahun 2007 - 2011
3.5 Skema saluran pemasaran ikan laut segar di Kabupaten
Simeulue

27
27
28
29

DAFTAR LAMPIRAN
1
2

3
4
5
6
7
8
9
10
11
12

Ikan-ikan yang tertangkap dengan alat tangkap utama di
perairan laut Kabupaten Simeulue
Hasil perhitungan indeks keanekaragaman (H'),
kemerataan (E) dan dominansi (C) terhadap ikan hasil
tangkapan nelayan di Kabupaten Simeulue
Sebaran DPI unit penangkapan ikan di perairan laut
Kabupaten Simeulue
Peta kawasan konservasi perairan di Kabupaten Simeulue
Perkembangan armada penangkapan ikan di Kabupaten
Simeulue tahun 2006 - 2011
Perkembangan alat penangkapan ikan di Kabupaten
Simeulue tahun 2006 - 2011
Produksi perikanan tangkap di Kabupaten Simeulue
tahun 2007 - 2011
Analisis usaha unit penangkapan bagan perahu
Analisis usaha unit penangkapan pukat pantai
Analisis usaha unit penangkapan rawai
Analisis usaha unit penangkapan alat pengumpul
Unit penangkapan ikan di Kabupaten Simeulue

62

64
65
66
67
67
67
68
69
70
71
72

DAFTAR ISTILAH
Alat pengumpul

: Jenis alat penangkap ikan dengan menggunakan
kompresor udara untuk menangkap udang lobster dan
atau teripang.

Armada

: Unit kapal penangkap yang melakukan operasi
penangkapan ikan.

Catch per unit effort
(CPUE)

: Jumlah hasil tangkapan yang diperoleh pada setiap
unit penangkapan (armada, alat tangkap, nelayan).

Code of Conduct for
responsible fisheries
(CCRF)

: Prinsip-prinsip dasar dan standar internasional dalam
kegiatan perikanan yang bertanggung jawab (FAO
1995).

Keanekaragaman hayati : Keanekaragaman organisme yang menunjukkan
(biodiversitas)
keseluruhan variasi gen, jenis, dan ekosistem pada
suatu daerah.
Kebijakan

: Aturan tertulis yang merupakan keputusan formal
organisasi yang bersifat mengikat, guna mengatur
perilaku dengan tujuan untuk menciptakan tatanilai
baru dalam masyarakat.

Ko-manajemen

: Pembagian wewenang dan tanggungjawab antara
negara dan kelompok pengguna dalam manajemen
sumberdaya alam.

Lingkungan sumber
daya ikan

: Perairan tempat kehidupan sumber daya ikan,
termasuk biota dan faktor alamiah sekitarnya.

Manajemen strategik

: Sekumpulan keputusan dan tindakan yang
menghasilkan formulasi dan implementasi program
yang ditetapkan untuk mencapai sasaran organisasi.

Nelayan skala kecil

: Orang yang mata pencahariannya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan
berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).

Pengelolaan perikanan

: Semua upaya, rermasuk proses yang terintegrasi
dalam pengumpulan informasi, analisis, perencanaan,
konsultasi, pembuatan keputusan, alokasi sumber
daya ikan, dan implementasi serta penegakan hukum
dari peraturan perundang-undangan di bidang
perikanan, yang dilakukan oleh pemerintah atau

Perikanan

otoritas lain yang
diarahkan untuk mencapai
kelangsungan produktivitas sumber daya hayati
perairan dan tujuan yang telah disepakati.
: Semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengelolaan
dan
pemanfaatan
SDI
dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang
dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Perikanan tangkap

: Kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang
tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat
atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang
mengunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah,
dan/atau mengawetkannya.

Perikanan tangkap
skala kecil

: Nelayan yang melakukan kegiatan penangkapan ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan
menggunakan kapal perikanan berukuran paling
besar 5 (lima) gross ton (GT).

Sumber daya ikan

: Potensi semua jenis ikan.

Teknologi penangkapan : Seperangkat alat, teknik, metode atau proses yang
ikan
digunakan untuk mempermudah segala pekerjaan
dalam memenuhi kebutuhan dalam penangkapan
ikan.
Unit penangkapan ikan

: Satu kesatuan teknis dalam suatu operasi
penangkapan ikan yang terdiri dari kapal perikanan,
alat tangkap, dan nelayan.

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem
bisnis perikanan (Pemerintah Republik Indonesia 2009). Selanjutnya pasal 6 ayat 1
menyebutkan bahwa pengelolaan perikanan ditujukan untuk tercapainya manfaat
yang optimal dan berkelanjutan (sustainable), serta terjaminnya kelestarian
sumberdaya ikan. Berdasarkan hal tersebut perikanan harus dikelola dengan baik
demi keadilan sosial dan efisiensi usaha bagi masyarakat.
Indonesia yang sebagian masyarakat hidup di wilayah kepulauan, sejarah
mencatat bahwa negara ini disebut sebagai bangsa bahari. Identitas sebagai bangsa
bahari tidak saja di tentukan oleh fakta geografis bahwa dua pertiga wilayah
Indonesia adalah laut, ternyata fakta geografis tersebut berimplikasi pada fakta
geopolitis, fakta sosial ekonomis, dan fakta ekologis.
Sebagai wilayah kepulauan, sebagian besar penduduk Indonesia di dominasi
oleh masyarakat yang sumber mata pencaharian nelayan dan dikategorikan kepada
perikanan skala kecil. Terdapat lebih dari 51 juta nelayan di dunia, dimana 99% nya
adalah nelayan tangkap skala kecil. Saat ini, 95% dari nelayan dunia adalah berasal
dari negara-negara sedang berkembang (FAO 1999). Perikanan tangkap skala kecil
umumnya rendahnya teknologi, minimnya modal usaha dan umumnya pemilik
sendiri yang mengoperasikan kapalnya. Perikanan tangkap skala kecil di Indonesia
menurut UU No. 45 Tahun 2009 adalah nelayan yang melakukan penangkapan ikan
untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan
paling besar 5 (lima) gross tonage (Pemerintah Republik Indonesia 2009).
Berdasarkan klasifikasi tersebut bahwa komposisi armada perikanan tangkap
Indonesia saat ini masih didominasi perikanan tangkap skala kecil. Hal tersebut
dikuatkan oleh data KKP (2013) dimana terdapat 90% atau 556.200 unit armada
perikanan tangkap nasional berukuran < 5 gross tonage.
Perikanan tangkap skala kecil telah memberikanan kontribusi yang signifikan
terhadap kondisi sosial dan ekonomi nelayan. Ini sesuai pendapat Wijaya (2013)
khusus di wilayah Asia Pasifik, perikanan skala kecil berkontribusi terhadap
penghidupan sedikitnya 357 juta orang. Melihat kondisi Indonesia yang bertipologi
kepulauan, merupakan negara sedang berkembang. Secara geografis adalah
wilayah tropis yang memiliki keberagaman jenis ikan (multi species) maupun alat
tangkap (multi gear) sehingga membuat tugas pengelola perikanan skala kecil tidak
lah mudah, karena secara ekologi sangat kompleks.
Kebanyakan pemerintahan di negara berkembang sangat sedikit
membelanjakan sumberdaya untuk penelitian dan pengelolaan perikanan skala
kecil. Sesuai fakta, perikanan skala kecil biasanya dilihat sebagai suatu ciri khas
budaya, sumber pekerjaan bagi mereka yang kurang keterampilan ataupun kurang
berpendidikan tetapi bukan sebagai sebuah penggerak utama ekonomi. Padahal
perikanan skala kecil sangat penting untuk ketahanan pangan dan pengentasan
kemiskinan di banyak negara berkembang.

2

Berkes et al. (2001) mengatakan perikanan tangkap skala kecil memiliki
karakteristik-karakteristik tersendiri. Dimana jumlah kapal-kapal skala kecil dan
nelayan melebihi jumlah kapal untuk industri skala besar. Namun sampai saat ini
perikanan skala kecil dapat dikatakan sebagai kelompok-kelompok atau masyarakat
yang dimarginalkan, padahal aspek keberlanjutan sumberdaya perikanan sangat
tergantung pada perikanan skala kecil ini. Mengingat kegiatan penangkapan ikan
dalam perikanan tangkap skala kecil merupakan sumber mata pencaharian utama
dan memilik peranan penting bagi kelangsungan hidup nelayan. Ketergantungan
nelayan akan sumberdaya ikan mengakibatkan nelayan akan selalu melakukan
perubahan strategi penangkapan ikan dalam menghadapi setiap perubahan yang
mempengaruhi tingkat produksi hasil tangkapannya (Wiyono 2011). Berdasarkan
dinamika tersebut dibutuhkan strategi pengelolaan demi keberlanjutan sumberdaya
perikanan kedepan. Hal ini dapat dilakukan dengan pertimbangan ekologi dan
lingkungan, sosial, ekonomi, komunitas nelayan kecil dan pengelolaan
kelembagaannya (Charles 2001).
Perikanan tangkap skala kecil sering didasarkan pada komunitas kecil di
pesisir yang tergantung pada sumberdaya lokal yang dapat dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan ekonomi di sekelilingnya. Kadang secara politis jauh dari pusat
pengambilan keputusan di bidang perikanan dan bahkan di kepulauan yang terisolir
seperti Kabupaten Simeulue.
Kabupaten Simeulue merupakan salah satu daerah bertipologi kepulauan
yang terpisah dari daratan pulau Sumatera. Terbentuk berdasarkan Undang-undang
Nomor 48 Tahun 1999 dan definitif sebagai administrasi Kabupaten pada tanggal
12 Oktober 1999. Secara geografis terletak antara 2o 15’ – 2o 55’ Lintang Utara dan
95o 40’ – 96o 30’ Bujur Timur atau berada pada posisi Barat Daya Provinsi Aceh
yang berbatasan langsung dengan perairan laut Samudera Hindia (DKP 2012).
Salah satu sektor andalan dalam pengembangan ekonomi yaitu perikanan tangkap.
Perikanan tangkap merupakan kegiatan ekonomi yang sangat penting dan
memiliki kontribusi besar terhadap total produksi perikanan secara umum di
Kabupaten Simeulue. Namun, pengelolaannya belum optimal dilakukan. Hal ini
disebabkan oleh skala usaha perikanan masih didominasi oleh nelayan dengan
armada skala kecil. Hermawan (2005) dan Rahmi et al. 2013 menginformasikan
bahwa perikanan tangkap di Indonesia secara umum masih didominasi oleh
perikanan skala kecil dengan prosentase perikanan skala kecil di Indonesia
mencapai 85%. Berdasarkan data Dinas Keluatan dan Perikanan Simeulue, terdapat
99,36% atau sebesar 3.127 unit armada perikanan tangkap berukuran < 5 gross
tonage (DKP 2012). Melihat data tersebut bahwa di kabupaten kepulauan tersebut
merupakan perikanan tangkap dengan armada skala kecil. Ini menyebabkan
keterbatasan dalam menjangkau lokasi penangkapan ikan karena lemahnya
kemampuan armada dan SDM nelayan.
SDM nelayan merupakan salah satu komponen penting sub sistem sosialekonomi. Mukflihati (2010) menyebutkan bahwa nelayan merupakan salah satu
golongan masyarakat yang dianggap miskin secara absolut, sehingga berdampak
pada minimnya penguasaan pengetahuan dan teknologi perikanan tangkap. Hasil
survei lapang menunjukkan bahwa nelayan melakukan kegiatan penangkapan ikan
di Kabupaten Simeulue umumnya untuk memenuhi kehidupan sehari-hari. Adapun
sebagian kecil nelayan sudah menangkap ikan untuk tujuan komersial. Selain itu
nelayan juga kurang memahami tentang teknologi penangkapan ikan tepat guna dan

3

berwawasan lingkungan. Untuk menentukan jenis alat tangkap yang cocok
dikembangkan dan mempunyai keragaan (performance) yang baik, dapat
digunakan determinasi usaha perikanan tangkap dengan urutan prioritas
pengembangannya dapat ditinjau dari aspek biologi, teknis, ekonomi dan sosial
(Howara dan Laapo 2008). Selain itu, beberapa nelayan di Kabupaten Simeulue
masih melakukan penangkapan tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya ikan.
Ini dikarenakan minimnya pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya kondisi
lingkungan perairan yang sangat berpengaruh terhadap ketersediaan sumberdaya
ikan.
Pengetahuan akan potensi dan tingkat pemanfaatan dari sumberdaya
perikanan di suatu perairan merupakan informasi penting untuk membuat suatu
perencanaan dan pengembangan perikanan. Untuk itu pengkajian komposisi hasil
tangkapan, produktivitas (CPUE), keanekaragaman perlu dilakukan. Hal ini sesuai
yang diutarakan oleh Prasetyo et al. (2012) bahwa pendugaan produktivitas dan
komposisi hasil tangkapan merupakan bahan pertimbangan bagi penyusunan
strategi penangkapan dan kebijakan pengelolaan. Sementara Costa dan Schulz
(2010) menyebutkan keanekaragaman hasil tangkapan dapat memberikan
gambaran struktur komunitas ikan pada suatu ekosistem lingkungan perairan.
Karena keanekaragaman dari populasi alami ikan dipengaruhi oleh variabel
lingkungan dan introduksi suatu jenis ikan (Chowdhury et al. 2010). Sedangkan
pertimbangan ekonomi yang mempengaruhi strategi pengelolaan salah satunya
adalah kekuatan pasar. Kekuatan pasar berpengaruh pada kebutuhan pasar. Menurut
Harifuddin (2011) semakin besar kebutuhan pasar akan mengalami kecenderungan
permintaan global yang semakin meningkat. Nelayan akan melakukan peningkatan
produktivitas hasil tangkapan. Sehingga menambah tingkat pemanfaatan
sumberdaya ikan.
Pemanfaatan sumberdaya ikan di Kabupaten Simeulue masih dilakukan
dengan pendekatan produksi. Padahal pengelolaan perikanan tangkap tidak hanya
tergantung pada peningkatan produksi semata. Selain produksi, penataan
kelembagaan dan tata tertib peraturan yang telah ditetapkan menjadi hal penting
dalam keberlanjutan sumberdaya ikan. Menurut Subekti (2010) pemanfaatan
sumberdaya perikanan saat ini lebih berpihak kepada kegiatan eksploitasi. Hal yang
timbul adalah minimnya pengaturan kelembagaan dan penegakan hukum.
Lemahnya penataan kelembagaan dan penegakan hukum karena program kerja
pemerintah pusat maupun daerah belum dapat menerapkan secara optimal konsepkonsep sistem dan organisasi pembangunan perikanan bekelanjutan.
Sehubungan dengan hal tersebut, diperlukan alternatif pengelolaan untuk
menentukan strategi pengelolaan perikanan skala kecil agar dapat berkelanjutan
sesuai kondisi wilayah. Hal senada diutarakan oleh Nababan et al. (2008) bahwa
perikanan tangkap skala kecil Indonesia memerlukan pengelolaan yang terencana
agar dapat berkelanjutan. Strategi yang diterapkan disesuaikan dengan karakteristik
daerah pengelolaan melalui pendekatan yang mewujudkan konsep strategi yang
ideal sesuai kondisi masyarakat, wilayah secara geografis, kemampuan daya
dukung dan kebutuhan optimal dari setiap komponen atau sub sistemnya.
Pendekatan sistem melalui pemahaman secara holistik terhadap sumberdaya ikan,
kondisi sosial ekonomi, kebijakan dan kelembagaan perikanan tangkap skala kecil
dapat memberikan gambaran status pemanfaatan, arah dan tujuan pengelolaan
perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue.

4

Perumusan Masalah
Permasalahan yang timbul dalam pengelolaan perikanan tangkap skala kecil
dapat dianalisis berdasarkan kondisi sumberdaya ikan, sosial ekonomi, kebijakan
dan kelembagaan. Karena keberlanjutan perikanan tangkap adalah cara pandang
yang komprehensif dari seluruh stakeholder tentang kegiatan perikanan sebagai
suatu sistem. Permasalahan yang menyangkut keberlanjutan perikanan tangkap
adalah perilaku nelayan, produktivitas penangkapan, tingkat pendapatan,
ketersediaan sumberdaya ikan dan kegiatan pengelolaan (manajemen) perikanan
tangkap skala kecil itu sendiri.
Pengelolaan perikanan berkelanjutan sekarang ini telah berkembang dan tidak
hanya pada aspek biologi-ekologi dan teknologi, akan tetapi meliputi juga aspek
sosial, budaya, ekonomi dan kelembagaan. Kendala sosial, budaya dan
kelembagaan dalam pengelolaan perikanan bahwa perilaku masyarakat nelayan
tidak mudah ditransformasikan. Selain itu perubahan sosial dalam parameter yang
berbeda, diantaranya dipengaruhi oleh lapangan pekerjaan, kondisi politik,
permintaan produk perikanan. Kekuatan pasar dan akses terbuka terhadap
sumberdaya perikanan laut sebagai pertimbangan ekonomi di Kabupaten Simeulue.
Karena berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan tangkap. Perubahan ini dapat
mempengaruhi efektivitas strategi pengelolaan. Oleh karena itu harus
dipertimbangkan dan diakomodasi.
Berdasarkan pertimbangan sumberdaya ikan, sosial-ekonomi dan
kelembagaan dalam pendekatan pengelolaan perikanan tangkap dapat
dikembangkan pola pemikiran bahwa status sumberdaya perikanan sangat
dipengaruhi oleh hasil interaksi antar teknologi penangkapan yang digunakan dan
aspek ekonomi dalam pemanfataan sumberdaya ikan. Aspek ekonomi berkaitan
dengan kondisi sosial nelayan dan masyarakat nelayan. Hasil interaksi aspek-aspek
tersebut akan menjadikan sebagai bagian konsep keberlanjutan sumberdaya
perikanan dalam suatu kerangka sistem perikanan tangkap.
Lingkungan perairan laut Kabupaten Simeulue yang menjadi habitat
sumberdaya ikan, merupakan bagian dari WPP 572 (perairan Samudera Hindia
sebelah Barat Sumatera dan Selat Sunda). Luas perairan laut kurang lebih 9.968,16
km2 diduga memiliki potensi perikanan tangkap yang cukup potensial. Posisi yang
strategis ini memberikan peluang pengembangan perikanan tangkap melalui
perluasan daerah penangkapan ikan dengan kemampuan armada yang lebih besar.
Produksi perikanan tangkap saat ini, berdasarkan data Statistik Perikanan
Kabupaten Simeulue diketahui mengalami trend peningkatan setiap tahunnnya.
Peningkatannya mencapai rata-rata setiap tahun sebesar 6,92% (DKP 2012).
Peningkatan ini menunjukkan bahwa sumberdaya ikan pada perairan tersebut masih
tersedia. Akan tetapi jika pengelolaan potensi tersebut tidak lakukan dengan baik
maka suatu saat akan mengalami kelebihan eksploitasi yang memberikan dampak
penurunan tingkat pendapatan nelayan. Peningkatan produksi tersebut belum
seiiring dengan optimalnya sistem pengelolaan. Hal ini masih terdapat beberapa
permasalahan utama antara lain; [1] usaha perikanan tangkap masih skala kecil [2]
minimnya ketersediaan data dan informasi untuk perencanaan pengelolaan, [3]
peran kelembagaan perikanan tangkap belum efektif, dan [4] pengelolaan perikanan
tangkap belum terpadu.

5

Evaluasi perikanan tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue perlu
dilakukan berdasarkan pertimbangan dari aspek sumberdaya ikan, sosial-ekonomi
dan manajemen. Berdasarkan analisis terhadap masalah di atas setidaknya dapat
dirumuskan sejumlah pertanyaan penelitian tentang:
(1) Gambaran umum sistem perikanan tangkap skala kecil di lokasi penelitian;
(2) Dinamika alat penangkapan ikan skala kecil terhadap aspek: biologi, teknologi,
sosial, ekonomi;
(3) Bagaimana strategi yang dapat dilakukan dalam pengelolaan perikanan skala
kecil berdasarkan karakteristik wilayah kepulauan.
Strategi pengelolaan perikanan yang baik akan memberi manfaat secara
optimal. Sehingga memberikan pengaruh terhadap peningkatan produktivitas unit
penangkapan, peningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan nelayan, penyerapan
tenaga kerja, peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan usaha penangkapan
ikan yang berkelanjutan.

Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Mengkaji karakteristik sumberdaya ikan;
2) Mengkaji kondisi sosial ekonomi;
3) Mengkaji kelembagaan perikanan tangkap;
4) Seleksi teknologi penangkapan ikan tepat guna; dan
5) Merumuskan alternatif strategi pengelolaan perikanan tangkap skala kecil.

Manfaat Penelitian
Tiga manfaat yang diharapkan dapat dihasilkan dari penelitian ini, yaitu:
1. Sebagai masukan bagi pemerintah dan dinas terkait dalam menentukan arah
kebijakan pengelolaan perikanan tangkap;
2. Informasi bagi stakeholder mengenai kondisi perikanan tangkap di Perairan
Laut Kabupaten Simeulue;
3. Sebagai dasar penelitian lanjutan bagi akademisi dan peneliti tentang
pengelolaan perikanan tangkap skala kecil.

Kerangka Pemikiran
Perkembangan peradaban dan pertumbuhan penduduk dunia telah
mengakibatkan pengelolaan sumberdaya ikan semakin kompleks dan hampir tidak
terkontrol. Adapun masalah utama krisis perikanan terjadi akibat tidak
terkendalinya intervensi manusia dalam mengelola sumberdaya ikan terutama
perairan pantai yang dapat dikategorikan sebagai perikanan skala kecil.
Pengelolaan sumberdaya perikanan lebih cenderung berorientasi pada
pertumbuhan ekonomi dengan mengeksploitasi sumberdaya perikanan secara
berlebihan tanpa memperhatikan aspek keberlanjutan. Apalagi jika dilihat kondisi
sumberdaya perikanan di Indonesia khususnya di wilayah pantai yang didominasi
perikanan skala kecil cenderung mengalami penurunan. Sehingga hasil tangkapan

6

beberapa jenis ikan cenderung berkurang. Hal ini dapat terjadi karena semakin
banyaknya komunitas pengguna sumberdaya dan semakin tingginya intensitas alat
penangkapan yang digunakan. Sementara kapasitas daya dukung lingkungan
(carrying capacity) sumberdaya perikanan semakin menurun.
Lebih lanjut efek dari pemanfaatan sumberdaya yang tidak terkontrol
mengakibatkan terancamnya kelangsungan hidup masyarakat pengguna (tragedy of
the common) antara lain menurunkan tingkat produktivitas dan pendapatan nelayan
hingga terjadinya dampak sosial berupa konflik nelayan di wilayah pantai yang
menjadi basis perikanan tangkap skala kecil. Pemanfaatan sumberdaya seharusnya
mempertimbangkan aspek kelestariannya melalui dimensi perencanaan yang harus
dilakukan dan selanjutnya bagaimana melakukannya. Pola pengelolaan
sumberdaya saat ini tidak seharusnya berorientasi pada usaha untuk menaksir stok.
Sebaiknya menaruh perhatian pada nelayannya, terutama dalam kasus usaha
perikanan tangkap skala kecil. Ditambah perencanaan pengelolaan perikanan
tangkap skala kecil umumnya dilakukan bersifat on going process. Hanya bersifat
reaktif jika permasalahan yang timbul dalam pemanfaatan.
Untuk itu penggabungan pemikiran sub sistem sumberdaya ikan, sub sistem
sosial ekonomi dan manajemen sebagai kerangka kerja pengelolaan perikanan
tangkap skala kecil di Kabupaten Simeulue. Oleh karena itu kajian tentang
perkembangan status pemanfaatan sumberdaya yang tergabung dalam sistem
perikanan tangkap di Kabupaten Simeulue harus dilakukan. Adapun parameter sub
sistem sumberdaya ikan yang akan dianalisis yaitu karakteristik sumberdaya ikan
meliputi: komposisi hasil tangkapan, keanekaragaman jenis ikan dan produktivitas
alat penangkapan ikan. Selanjutnya analisis komponen sistem sosial-ekonomi
antara lain: demografi penduduk, perkembangan teknologi alat penangkapan ikan,
trend produksi, distribusi dan pemasaran, kebijakan pemerintah daerah dan peran
lembaga yang terkait pengelolaan perikanan tangkap. Sehingga indikator-indikator
kualitatif dan variabel-variabel penduga sebagai alat-alat mengevaluasi status suatu
perikanan akan menentukan alternatif arah pengelolaan perikanan tangkap skala
kecil untuk masa yang akan datang. Kerangka pemikiran dari penelitian ini
disajikan pada Gambar 1.1.

7

Input
Kondisi Perikanan Tangkap Skala Kecil
di perairan laut Kabupaten Simeulue

Permasalahan :
 Terbatasnya informasi potensi SDI
 Typologi alat tangkap yang beragam
 Pendistribusian dan pemasaran hasil tangkapan
 Aturan/hukum belum efektif
Ruang lingkup :
Perikanan skala kecil menurut UU No.45/2009:
Teknologi paling tinggi dalam operasi penangkapan hanya menggunakan motor
tempel berukuran (10-25 PK, panjang 5-12 meter dan ukuran armada paling besar
lima gross tonnage) yang di operasikan di perairan laut Kabupaten Simeulue.
Pendekatan
Sistem

Proses
Sistem Perikanan Tangkap

Subsistem Sumberdaya Ikan

Subsistem Sosial-ekonomi dan Manajemen

 Komposisi hasil tangkapan
 Keanekaragaman
 Produktivitas (CPUE)







Teknologi alat penangkapan ikan
Demografi penduduk
Distribusi dan pemasaran
Kebijakan pemerintah daerah
Kelembagaan pengelolaan

Output

Strategi Pengelolaan Perikanan
Tangkap Skala Kecil

Gambar 1.1 Diagram kerangka pemikiran penelitian

8

2 KARAKTERISTIK HASIL TANGKAPAN PERIKANAN
SKALA KECIL
Pendahuluan
Kabupaten Simeulue terdiri atas 1 pulau besar dan 63 pulau kecil yang
dikelilingi oleh perairan laut seluas ± 9.968,16 km². Perairan lautnya merupakan
bagian dari Samudera Hindia yang memiliki potensi perikanan tangkap yang sangat
besar. Ini mengakibatkan sebagian besar penduduknya berdiam di pesisir dan
sangat mengandalkan hasil laut.
Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan di Kabupaten Simeulue belum
dilakukan secara optimal. Permasalahan utamanya adalah sebagian besar usaha
perikanan berskala kecil, informasi kondisi ekologi dan produktivitas unit
penangkapan ikan sangat minim dan pengelolaan perikanan tangkap belum berbasis
ekosistem. Padahal sumberdaya perikanan merupakan sub sistem yang memiliki
kontibusi yang besar terhadap sumber bahan pangan bagi masyarakat. Dengan
demikian, informasi dalam perencanaan dan status pemanfaatan sumberdaya
perikanan sangat diperlukan.
Pengelolaan sumberdaya perikanan termasuk proses yang terintegrasi.
Aktivitasnya meliputi pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi,
pembuatan keputusan, alokasi sumberdaya, implementasi dan penegakan hukum
dari peraturan perundang-undangan di bidang perikanan yang dikelola oleh
pemerintah atau otoritas lain yang diarahkan untuk kelangsungan produktivitas
hayati dan tujuan yang telah ditetapkan (Pemerintah Republik Indonesia 2009).
Pengelolaannya, menurut Berkes et al. (2001), harus tetap memperhatikan kondisi
lingkungan, keanekaragaman hayati, ecolabeling dan aturan-aturan internasional.
Aturan Internasional yang tertuang dalam Code of Conduct for Responsible
Fisheries merekomendasikan pendekatan pengelolaan sumberdaya perikanan
diarahkan untuk memecahkan persoalan-persoalan kerusakan habitat,
kecendrungan kepunahan jenis ikan tertentu, keanekaragaman hayati, kerusakan
dan kemunduran mutu lingkungan (FAO 1995). Nikijuluw (2002) menambahkan
bahwa kriteria keberlanjutan suatu rezim pengelolaan sumberdaya perikanan dapat
dinilai dari sikap masyarakat dalam menjaga produktivitas, karakteristik ekologi
sumberdaya dan kelenturan sistem.
Status pemanfaatan dalam pengelolaan perikanan berkelanjutan sangat
penting ditentukan agar tidak melampaui daya dukung sumberdaya yang ada. Oleh
karena itu, analisis tentang produktivitas dan karakteristik ekologi sumberdaya
sangat diperlukan untuk mewujudkan pemanfaatan sumberdaya perikanan yang
berkelanjutan.
Penelitian ini bertujuan untuk menginformasikan komposisi hasil tangkapan,
indeks keanekaragaman spesies dan produktivitas beberapa alat penangkapan ikan
di wilayah perairan laut Kabupaten Simeulue. Adapun manfaat yang diharapkan
dari penelitian ini adalah sebagai acuan untuk menentukan suatu kebijakan dalam
pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap skala kecil di perairan laut Kabupaten
Simeulue.

9

Metode Penelitian
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama empat bulan antara bulan Oktober 2013
sampai dengan Januari 2014. Lokasi yang menjadi obyek penelitian terdiri atas
Kecamatan Simeulue Timur, Teupah Selatan, Teluk Dalam, Simeulue Barat dan
Teupah Tengah. Seluruhnya berada dalam wilayah administrasi Kabupaten
Simeulue – Provinsi Aceh (Gambar 2.1).

Gambar 2.1 Peta lokasi penelitian
Metode Pengumpulan Data
Penelitian menggunakan metode survei dan observasi lapangan. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data primer meliputi hari
operasi per alat tangkap (trip) dan komposisi hasil tangkapan yang berupa jumlah
hasil tangkapan (ekor), berat hasil tangkapan (kg) dan jenis hasil tangkapan. Data
tersebut diperoleh dengan melakukan observasi langsung dan survei secara
purposive sampling, dengan mempertimbangkan jenis alat tangkap yang memiliki
produktivitas yang lebih besar dibandingkan dengan jenis alat penangkapan ikan
lainnya. Peralatan utama yang digunakan antara lain: penggaris, timbangan, kertas
label, alat tulis, buku identifikasi ikan, kamera digital dan global positioning system
(GPS). Alat tangkap yang dikaji dalam penelitian ini adalah 4 unit alat tangkap
bagan perahu, 6 unit pukat pantai, 5 unit rawai dan 4 unit alat pengumpul udang
lobster/tripang. Data hasil tangkapan dikumpulkan dari kelima lokasi penelitian.
Dari seluruh data akan diperoleh gambaran umum mengenai komposisi hasil
tangkapan, keanekaragaman jenis dan produktivitas setiap jenis alat penangkapan
ikan.

10

Metode Analisis Data
Data dianalisis secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik untuk
mengetahui komposisi ikan hasil tangkapan. Selanjutnya, analisis struktur
komunitas ikan digunakan untuk menghitung keanekaragaman jenis ikan hasil
tangkapan. Cara analisisnya menggunakan perhitungan variabel indeks
keanekaragaman Shannon-Wienner (H’), kemerataan (E) dan indeks dominansi (D).
Keanekaragaman hasil tangkapan
Indeks keanekaragaman digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota
perairan. Indeks keanekaragaman jenis ikan dihitung mengikuti Maguran (1988).
Rumusnya adalah:
'

s

H = - ∑ �� ln �� ; �� =
i=1

��


H' adalah indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, ni Jumlah individu jenis ikan
ke-i, N Jumlah total individu semua ikan, s = Jumlah spesies/genera dan i =
1,2,3,....,n. Kriteria indeks Shannon-Wiener ditentukan berdasarkan kriteria
menurut Jukri et al. (2013) yaitu jika H‘ < 1 maka keanekaragaman rendah, 1 < H‘
< 3 keanekaragaman sedang dan H‘ > 3 keanekaragaman tinggi.
Kemerataan hasil tangkapan
Indeks kemerataan adalah untuk menunjukkan merata atau tidaknya pola
sebaran biota. Jika nilai indeks kemerataan relatif tinggi maka keberadaan setiap
jenis biota perairan dalam kondisi merata. Indeks ini ditentukan menggunakan
Fachrul (2007). Formula yang digunakan adalah:

E =

H
H’ Max

E Indeks kemerataan H’adalah indeks keanekaragaman, H’max = ln S (S adalah
jumlah genera) dan nilai indeks berkisar antara 0 - 1. Kriterianya adalah jika E ≈ 0,
kemerataan antar spesies rendah, artinya kekayaan individu yang dimiliki masingmasing spesies sangat jauh berbeda. Sementara jika E = 1, kemerataan antar spesies
relatif merata atau jumlah individu masing-masing spesies relatif sama.
Dominansi hasil tangkapan
Indeks dominansi digunakan untuk mengetahui adanya dominansi jenis
spesies tertentu di suatu perairan. Indeks dominansi dihitung dengan persamaan
(Odum 1971):
s


� = ∑[
i=1

n1 2
]
N

C adalah indeks dominansi Simpson, ni jumlah individu jenis ke-i dan N jumlah
total individu S jumlah spesies/genera dan i = 1,2,3,...,S. Menurut Odum (1971)
kisaran nilai indeks dominansi adalah 0 – 1, jika nilainya mendekati 0 (0,00 – 0,50)
berarti hampir tidak ada spesies/genera yang mendominansi dan apabila nilai indeks
dominansi mendekati 1 (0,51 – 1,00) berarti ada salah satu spesies/genera yang
mendominansi populasi.

11

Produktivitas hasil tangkapan
Tingkat produktivitas (Catch per unit effort) alat penangkapan ikan -- sebagai
indeks sumberdaya perikanan -- dihitung menggunakan rumus (KKP 2003):
Produktivitas per alat tangkap CPUE =

Volume tangkapan (kg)
Jumlah trip penangkapan

Hasil
Komposisi Hasil Tangkapan
Hasil penelitian mendapatkan empat jenis alat penangkapan ikan yang
dioperasikan oleh nelayan di Kabupaten Simeuleue. Selama 2 bulan pengamatan,
jumlah hasil tangkapannya sebanyak 50 spesies yang terdiri atas 148.441 ekor ikan.
Jenis alat tangkap yang memberikan konstribusi terbesar adalah rawai sebanyak 20
spesies. Urutan selanjutnya adalah alat pengumpul lobster/teripang sebanyak 14
spesies, pukat pantai sebanyak 11 spesies dan alat tangkap bagan perahu 8 spesies.
Komposisi jenis spesies hasil tangkapan berdasarkan jenis alat tangkap disajikan
pada Gambar 2.2.

Jumlah (spesies)

30
20
(37,74%)

20

14
(26,42%)

11
(20,75%)

10

8
(15,09%)

0
Rawai

Alat pengumpul

Pukat pantai

Bagan perahu

Jenis alat tangkap

Gambar 2.2 Jumlah spesies hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap
di Kabupaten Simeulue
Gambar 2.2 menjelaskan bahwa jumlah spesies hasil tangkapan rawai
menduduki urutan teratas atau mencapai 37,74% dari total spesies yang tertangkap
oleh empat jenis alat penangkapan ikan. Sementara alat pengumpul sebesar 26,42%,
pukat pantai 20,75% dan bagan perahu 15,09%. Sementara jumlah individu yang
diperoleh dari keempat alat tangkap yang di sampling, dimana jenis alat tangkap
pukat pantai sebagai urutan pertama mendapatkan individu sebanyak 133.589.
Urutan selanjutnya adalah bagan perahu 13.925 ekor, alat pengumpul
lobster/teripang sebanyak 708 ekor dan rawai sebanyak 219 ekor. Gambar 2.3
jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap di Kabupaten Simeulue.

12

Alat tangkap

Pukat pantai

133589

Bagan

13925

Alat pengumpul

708

Rawai

219
0

50000

100000

150000

Jumlah individu (ekor)

Gambar 2.3 Jumlah individu hasil tangkapan berdasarkan alat tangkap
di Kabupaten Simeulue
Lima spesies dominan dari 50 spesies yang tertangkap oleh empat jenis alat
penangkap ikan yang ada di Kabupaten Simeulue, yaitu Sardinella lemuru,
Leiognatus spp, Stelophorus spp, Selar boops dan Auxis thazard. Sardinella lemuru
merupakan spesies yang paling banyak tertangkap dari kelima spesies tersebut yaitu
sebanyak 55. 240 ekor (42%). Spesies ini umumnya banyak tertangkap oleh pukat
pantai. Presentase hasil tangkapan terendah adalah Auxis thazard sebanyak 4.655
ekor (4%) yang banyak tertangkap oleh alat tangkap bagan perahu. Komposisi lima
spesies terbanyak disajikan pada Gambar 2.4.

43%

40%
Sardinella lemuru
Leiognathus spp
Stolephorus spp

Selar spp
Auxis thazard

3%
3%

11%

Gambar 2.4 Komposisi hasil tangkapan berdasarkan
spesies dominan di Kabupaten Simeulue
Indek Keanekaragaman, Kemerataan dan Dominansi
Indek keanekaragaman menunjukkan kekayaan spesies dari suatu komunitas
dalam ekosistem tertentu. Suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman
spesies yang tinggi jika kelimpahan spesiesnya atau proporsi antar spesies secara
keseluruhan sama banyak atau hampir sama banyak (Brower et al. 1990). Hasil

13

analisis indeks keanekaragaman terhadap hasil tangkapan nelayan Kabupaten
Simeulue secara lengkap dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1 Indeks keanekaragaman hasil tangkapan nelayan di Kabupaten Simeulue
Jenis alat
Diversity Index
Kelompok
penangkapan
No.
habitat
H’
E
C
ikan
1. Pelagis
Bagan perahu
1,72
0,83
0,22
2.

Demersal

Pukat pantai

1,40

0,58

0,32

Produktivitas
Produktivitas merupakan hasil upaya penangkapan setiap jenis alat tangkap
yang digunakan sebagai suatu indikator yang menunjukkan tingkat efesiensi teknis
dari jumlah upaya (effort) yang telah dilakukan. Nilai ini diperoleh dari pembagian
total catch dengan total fishing effort. Nilai CPUE yang tinggi menggambarkan
tingkat efisiensi penggunaan effort yang lebih signifikan.
Perhitungan nilai hasil tangkapan per upaya penangkapan digunakan sebagai
dasar dalam menentukan indeks kelimpahan sumberdaya perikanan. Upaya
penangkapan untuk setiap jenis alat tangkap umumnya berbeda dan sangat
tergantung pada jenis alat tangkap yang digunakan.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa jenis alat penangkapan ikan dominan
yang dioperasikan oleh nelayan Kabupaten Simeulue hanya terdiri atas bagan
perahu, pukat pantai, rawai dan alat pengumpul. Operasi penangkapannya
tergolong harian (one day trip). Jenis perahu yang digunakan berupa perahu tanpa
motor, perahu motor dan beberapa perahu berukuran > 5 GT. Produktivitas setiap
jenis alat penangkapan ikan yang ada di perairan laut Kabupaten Simeulue
dijelaskan pada Gambar 2.5.
Produktivitas (kg/trip)

750
603,3

500

414,7
301,4

250
81,8

0

Bagan
perahu

Pukat pantai

Rawai

Alat
pengumpul

Alat tangkap

Gambar 2.5 Produktivitas setiap alat penangkapan ikan
di perairan laut Kabupaten Simeulue
Berdasarkan Gambar 2.5, produktivitas rata-rata setiap alat tangkap berbeda.
Bagan perahu berada di urutan pertama dengan nilai produktivitas sebesar 603,3
kg/trip, atau lebih tinggi dibandingkan dengan ketiga jenis alat tangkap lainnya.

14

Urutan kedua adalah pukat pantai dengan rata-rata per trip sebesar 414,7 kg/trip,
diikuti oleh rawai 301,4 kg/trip dan alat pengumpul 81,8 kg/trip.
Berdasarkan target ikan hasil tangkapan, CPUE untuk setiap jenis spesies
yang tertangkap oleh masing-masing alat penangkapan ikan berbeda-beda. Hasil
perhitungan terhadap CPUE spesies menggambarkan lima spesies dengan lima
urutan hasil tangkapan tertinggi dari setiap alat penangkapan ikan yang beroperasi
di perairan laut Kabupaten Simeulue (Gambar 2.6).
Teripang gajah
Teripang merah
Lobster bambu
Teripang karet
Lobster batu
Kerapu
Lencam
Kwee
Madidihang
Cucut
Tetengkek
Teri
Layur
Peperek
Lemuru
Cumi-cumi
Layang
Lemuru
Tembang
Tongkol

2,6
2,8
3,4
7,3

Bagan perahu
Pukat Pantai
Rawai

56,6

Jenis Spesies

8,2
12,3
22,1
22,2

Alat pengumpul

193,3
26,7
40,0
44,4
71,1
168,9
20,0
33,3

83,3
83,3
366,7
0

25

50

75

100 125 150 175 200 225 250 275 300 325 350 375 400
CPUE (kg/trip)

Gambar