Analisis Penggunaan BBM Dalam Industri Perikanan Tangkap Skala Kecil di Kabupaten Cirebon.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perikanan tangkap nasional masih dicirikan oleh perikanan tangkap skala

kecil. Hal ini dapat dibuktikan dengan keberadaan perikanan tangkap di Indonesia
yang masih didominasi oleh usaha perikanan tangkap skala kecil yaitu sekitar
85% (Hermawan 2006). Menurut UU No.45 tahun 2009 tentang perikanan
disebutkan bahwa perikanan tangkap skala kecil adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 gross ton
(GT).
Saat ini armada perikanan tangkap yang beroperasi di Indonesia berjumlah
kurang lebih 474.540 buah, terdiri dari 230.360 perahu tanpa motor, 125.580
motor tempel, dan 118.600 kapal motor. Dari komposisi tersebut didominasi kapal
yang

berukuran


dibawah

30

GT

dengan

jumlah

106.330

buah

(Ditjen KP3K 2008). Kelompok ini yang paling merasakan dampak kebutuhan
akan BBM, bagi nelayan skala usaha mikro dan kecil BBM memang merupakan
elemen sangat penting dalam menjalankan kegiatannya, karena komponen biaya
BBM berkisar antara 40-60% dari seluruh biaya operasional penangkapan ikan.
Kenaikan harga BBM jenis solar sebesar 28% akan menambah beban biaya

produksi penangkapan sebesar 11,2% (dengan asumsi biaya BBM Solar = 40%
dari biaya produksi total). Artinya dengan kenaikan tersebut, nelayan mengalami
beban tambahan yang harus dikeluarkan sebesar 11,2%. Selama ini masyarakat
pesisir pada umumnya memenuhi kebutuhan BBM Solar melalui pihak ketiga
(tengkulak), yang harganya lebih mahal sekitar 30% dari harga ketentuan
pemerintah (Ditjen KP3K 2008). Konsekuensi dari harga BBM ini selalu
berkaitan dengan harga input produksi. Industri perikanan skala kecil menjadi
subjek yang menarik untuk diteliti.
Salah satu sentra kegiatan perikanan skala kecil di Laut Jawa adalah
Kabupaten Cirebon. Kegiatan penangkapan ikan di Kabupaten Cirebon tersebar di
1

2

tujuh Kecamatan pantai yaitu Kecamatan Kapetakan, Cirebon Utara, Mundu
Pesisir, Astanajapura, Pangenan, Gebang dan Losari. Beberapa jenis alat tangkap
yang digunakan di Kabupaten Cirebon untuk melakukan penangkapan ikan antara
lain alat tangkap payang, pukat tarik ikan, dogol, pukat pantai, jaring insang
hanyut, jaring lingkar, jaring insang tetap, pukat tarik ikan, bagan tancap, anco,
rawai tetap, dan perangkap kerang.

Menurut Keristina (2011) jumlah alat tangkap perikanan Kabupaten
Cirebon jumlah tertinggi terdapat pada tahun 2004 sebesar 9.146 unit sedangkan
jumlah terendah terdapat pada tahun 2007 sejumlah 2.746 unit. Pada tahun 2008
mengalami peningkatan kembali hingga tahun 2009 dari 7.725 menjadi 7.745.
Bahan bakar merupakan faktor input yang terbesar pada kegiatan
penangkapan ikan. Menurut Tyedmers (2004) input energi bahan bakar langsung
biasanya mencapai 75 sampai 90 % dari total input energi, terlepas dari alat
tangkap yang digunakan atau spesies tersebut. Menurut Mangunsukarto et al.
(dalam Pratama 2012) faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan
bakar kapal ikan meliputi kekuatan mesin dan lama mesin beroperasi. Keduanya
berbanding lurus dengan konsumsi bahan bakar, artinya semakin besar kekuatan
mesin maka konsumsi bahan bakar juga semakin besar dan semakin lama mesin
beroperasi maka konsumsi bahan bakar semakin besar pula).
Menurut Agustina (1996) dalam Pratama (2012) ada beberapa faktor
eksternal dan internal dari mesin yang mempengaruhi pemakaian bahan bakar.
Faktor eksternal tersebut adalah kedalaman perairan, tinggi pasang surut, cuaca,
dan lama perjalanan. Tenaga yang lebih besar dibutuhkan kapal untuk menambah
kecepatan jika kapal berada pada posisi trim yang tidak seimbang. Saat tenaga
ditingkatkan dengan menambah putaran mesin maka konsumsi bahan bakar juga
meningkat. Semakin banyak kapal melakukan perjalanan maka konsumsi bahan

bakar semakin besar. Pada saat kapal mengalami arus pasang surut yang besar,
maka jika arah kapal berlawanan dengan arah arus tersebut maka kapal
membutuhkan tenaga ekstra. Demikian juga jika kapal mengalami tiupan angin
yang kuat atau gelombang yang besar. Faktor internal tersebut adalah trim. Ketika
kapal di laut, maka lambung kapal akan mengalami tekanan hidrodinamika dari

3

air. Jika tekanan tidak diimbangi dorongan baling-baling maka akan dihasilkan
trim yang statis. Penambahan kerja baling-baling dapat mengakibatkan perubahan
konsumsi bahan bakar.
Kebutuhan bahan bakar minyak baik dalam bidang industri maupun
transportasi semakin hari semakin meningkat karena mesin-mesin tersebut
membutuhkan bahan bakar minyak (Ramelan 2005). Menurut Anna (2014) dalam
kondisi kenaikan terus menerus harga minyak bumi secara global, penggunaan
BBM memberikan dampak pada penurunan rente usaha perikanan tangkap.
Menurut Commision of the European Communities (2006) dalam Anna (2014)
dalam beberapa tahun terakhir usaha perikanan tangkap di Eropa mengalami
penurunan karena adanya peningkatan harga BBM. Kondisi ini juga dirasakan
oleh anak buah kapal (ABK) yang sangat tergantung dari pendapatan hasil

tangkapan setelah dipotong oleh biaya operasional yang salah satunya adalah
BBM, penurunan pendapatan ABK berkisar hingga 25%. Oleh karena itu dalam
penggunaan bahan bakar yang efisien dapat mengurangi biaya pengeluaran (cost)
yang lebih besar dari pada pemasukan (benefit). Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui banyaknya penggunaan bahan bakar yang dikeluarkan dengan
membandingkan hasil produksi tangkapan yang didapat.
1.2

Identifikasi Masalah
Kegiatan perikanan, khususnya perikanan tangkap merupakan salah satu

sektor ekonomi yang memiliki keterkaitan sangat erat dengan penggunaan BBM.
Hal ini disebabkan kegiatan perikanan tangkap sebagian besar masih dicirikan
dengan sifatnya yang menangkap ikan dengan kapal sebagai media utama.
Berdasarkan kondisi diatas maka permasalahan yang dapat diidentifikasi
sebagai berikut :
1. Bagaimana proporsi BBM terhadap total cost pada perikanan skala kecil
di Kabupaten Cirebon ?
2. Bagaimana proporsi produksi tangkapan terhadap BBM pada perikanan
skala kecil di Kabupaten Cirebon ?


4

3. Bagaimana proporsi BBM terhadap rente ekonomi pada perikanan skala
kecil di Kabupaten Cirebon ?
4. Bagaimana hubungan antara produksi tangkapan dan penggunaan bahan
bakar minyak pada perikanan kecil di Kabupaten Cirebon ?
5. Faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan jumlah BBM pada
perikanan skala kecil di Kabupaten Cirebon ?

1.3

Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Menganalisis proporsi BBM terhadap total cost pada perikanan skala
kecil di Kabupaten Cirebon.
2. Menganalisis prorporsi produksi tangkapan terhadap penggunaan BBM
pada perikanan skala kecil di Kabupaten Cirebon.
3. Menganalisis proporsi BBM terhadap rente ekonomi pada perikanan
skala kecil di Kabupaten Cirebon.

4. Menganalisis hubungan antara produksi tangkapan, penggunaan bahan
bakar minyak serta input lainnya dalam perikanan skala kecil di
Kabupaten Cirebon.
5. Menganalisis faktor yang mempengaruhi penggunaan jumlah BBM pada
perikanan skala kecil di Kabupaten Cirebon.

1.4

Kegunaan Penelitian
Penelitian ini, diharapkan dapat menambah informasi untuk pemerintah

perihal penggunaan BBM dalam kegiatan penangkapan, sehingga dapat dijadikan
basis dalam perencanaaan kebijakan pada perikanan tangkap skala kecil.

1.5

Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran yang akan digunakan seperti pada gambar di bawah ini,

yang diperkirakan akan menghasilkan suatu kebijakan para nelayan dalam

menggunakan bahan bakar sehingga dapat memberikan pengaruh input dan output
produksi dalam industri perikanan skala kecil.

5

INDUSTRI PERIKANAN
TANGKAP
SKALA KECIL

INPUT PRODUKSI

BBM

ABK

Analisis proporsi
BBM terhadap
Total cost

Analisis proporsi BBM

terhadap Rente Eknomomi

OUTPUT PRODUKSI

Variable input lainya:
a. Umpan
b. ES
c. Garam
d. Minyak tanah
e. Bekal melaut

Total cost

Harga

Total revenue

Rente Ekonomi

ANALISIS

HUBUNGAN

KEBIJAKAN DALAM PENGGUNAAN BBM
Gambar 1.Skema Kerangka Pemikiran

Keterangan :

Menyatakan pengaruh
Menyatakan hubungan

Produksi