Analisis pola perubahan pemanfaatan ruang dan implikasinya terhadap pelaksanaan rencana tata ruang wilayah kabupaten Sumedang

ANALISIS POLA PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAKSANAAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SUMEDANG

ARIF JUNAEDI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pola Perubahan
Pemanfatan Ruang dan Implikasinya terhadap Penyimpangan Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang adalah karya saya sendiri dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.

RINGKASAN

ARIF JUNAEDI. Analisis Pola Perubahan Pemanfaatan Ruang dan Implikasinya
terhadap Pelaksanaan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang.
Dibimbing oleh MUHAMMAD ARDIANSYAH dan YAYAT SUPRIATNA
Sebagai penyangga perkembangan wilayah Bandung, Kabupaten
Sumedang telah menjadi daerah perluasan kawasan perkotaan untuk sektor
pemukiman, sehingga mendorong pertumbuhan penduduk.

Perkembangan

Kabupaten Sumedang menyebabkan kebutuhan akan ruang meningkat, sedangkan
ruang itu terbatas dan jumlahnya relatif tetap.

Sehingga terjadi perubahan

penggunaan lahan (Land Use). Perubahan penutupan/penggunaan lahan akan
mendorong penyimpangan terhadap pelaksanaan RTRW (Rencana Tata Ruang
Wilayah).

Penelitian


ini

bertujuan

untuk

mengidentifikasi

perubahan

penutupan/penggunaan lahan dari tahun 2002-2006, mengidentifikasi pusat-pusat
perubahan ppenggunaan lahan, menentukan konsistensi/inkonsistensi pelaksanaan
RTRW

Kabupaten

Sumedang

dan


mengidentifikasi

faktor-faktor

yang

mempengaruhi inkonsistensi pelaksanaan RTRW.
Penutupan/Penggunaan lahan dianalisis melalui pengolahan citra landsat
7 ETM tahun 2002 dan 2006, dan perubahan penggunaan lahan diidentifikasi
dengan menumpangtindihkan peta penggunaan lahan tahun 2002 dengan tahun
2006 hasil pengolahan citra. Peta penutupan/penggunaan lahan tahun 2006
ditumpangtindihkan

dengan

konsistensi/inkonsistensi

peta

pelaksanaan


RTRW
RTRW.

2012

untuk

Pusat-pusat

mengetahui
perubahan

penutupan/penggunaan lahan dianalisis menggunakan analisis Locational
Quotient (LQ). Faktor penentu inkonsistensi, dianalisis berdasarkan peubah
penduga yang berasal dari data Podes Kabupaten Sumedang Tahun 2006 yang
diolah dengan metode Principal Component Analysis (PCA), selanjutnya
dilakukan analisis regresi berganda (multiple regression analysis) dengan factor
scores hasil PCA sebagai variabel bebas (x), dan luas inkonsistensi sebagai
variabel tak bebas (y).

Hasil penelitian menunjukan bahwa dari tahun 2002 – 2006 terjadi
penurunan luas hutan lindung seluas 4.389 ha (2,88 %), sedangkan kawasan
budidaya meningkat. Budidaya pertanian secara umum meningkat 2.811 ha
(1,85%). Peningkatan ini terjadi karena pertanian lahan kering mengalami

peningkatan 2.811 ha (1,85 %), sementara pertanian lahan basah menurun 819 ha
(0,54 %). Areal pemukiman meningkat 1.724 ha (1,13 %). Kecamatan yang
memiliki luas hutan lindung relatif lebih luas menjadi pusat penurunan luas hutan
lindung dan peningkatan luas pertanian lahan kering. Sedangkan penurunan luas
pertanian lahan basah sejalan dengan peningkatan luas pemukiman, dan umunya
terjadi pada kecamatan yang memiliki kepadatan penduduk relatif tinggi. Luas
hutan lindung tahun 2006 sudah dibawah luas target pada RTRW tahun 2012,
sedangkan pertanian lahan basah, walaupun luasannya masih di atas luas rencana
tahun 2012 dan pemukiman masih di bawah luas rencana tahun 2012, tapi
perubahan per tahunnya sudah melebihi rencana perubahan per tahun. Faktor yang
mempengaruhi penyimpangan antara lain Kepadatan penduduk, Rendahnya rasio
luas lahan sawah dan ladang, mudahnya akses ke pusat pemerintahan, akse ke
sarana prasaran kesehatan dan jumlah rumah di pemukiman kumuh.
Kata Kunci : Perubahan Penggunaan Lahan, Inkonsistensi RTRW, Metode GIS


ABSTRACT
ARIF JUNAEDI. The Analysis of Spatial Use Change and its Implication on
Spatial Planning in Sumedang Regency. Under Direction MUHAMMAD
ARDIANSYAH and YAYAT SUPRIATNA
The development of Sumedang Regency has the implication on the need
of spatial which is increase from time to time. In the other side, spatial condition
relatively constant, thus it will force the change of land use. The aim of this research
are to identifie the change of land use and its centre of land use change from 20022006, to determine the consistency/inconsistency of Sumedang Regency spatial
planning (RTRW) implementation and other factors determining its inconsistency.
The method of this research base on geographical information system (GIS), that is
used to determine land use change and the inconcistency of spatial planning
implementation. The centre of land use change is analysed by using Locational
Quotient (LQ) analysis. The main factor determining inconsistency of spatial
planning implementation is analysed based on certain variable from profile of
villages data in Sumedang regency in 2006 by using Principal Component Analysis
Method and multiple regression analysis. The result of the research indicate that in
2002-2006, natural reserve decreases in line with increasing of upland farming area,
and the centre of land use change in general is located in certain sub district that has
relatvely wide of natural reserve. Wet land farming decrease in line with the
increasing of housing area, it happen in certain sub district that has high people

dencity. The area of natural reserve in 2006 is below the area that is targeted on
spatial planning in 2012. Wet land farming and housing area is over yearly target,
although the total area still below the 2012 target. The factors that influence
inconcistency of spatial planning are : population dencity, ratio of wetland farming,
ratio of upland farming, acces to governmental centre, acces to health infrastructure,
and the number of house dirty settlement.
Keyword : land use changing, inconsistency of spatial planning, GIS method

© Hak cipta milik IPB, tahun 2008
Hak cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan
karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya
tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
.


ANALISIS POLA PERUBAHAN PEMANFAATAN RUANG
DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PELAKSANAAN
RENCANA TATA RUANG WILAYAH
KABUPATEN SUMEDANG

ARIF JUNAEDI

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Perencanaan Wilayah (PWL)

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2008

Dosen Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis :

Dr. Ir. Iskandar


Judul Tesis

: Analisis Pola Perubahan Pemanfaatan Ruang dan
Implikasinya Terhadap Penyimpangan Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sumedang

Nama

:

ARIF JUNAEDI

NRP

:

A.353060224

Program Studi


:

Ilmu Perencanaan Wilayah

Disetujui :
Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Muhammad Ardiansyah
Ketua

Yayat Supriatna, MSP
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Perencanaan Wilayah

Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr


Tanggal Ujian : 19 Maret 2008

Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S

Tanggal Lulus : 26 Maret 2008

PRAKATA
Bismillaah, Alhamdulillaah, wash Shalaatu was sakaamu ‘alaa
rasuulillaah!,
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Alloh SWT, atas ridho dan
pertolongan-Nya akhirnya karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian
yang dilaksanakan sejak September – Desember 2007 ini adalah Penyimpangan
Pemanfaatan Ruang dengan judul Analisis Pola Perubahan Pemanfatan Ruang dan
Implikasinya terhadap Penyimpangan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Sumedang.
Banyak bantuan, dukungan, dan dorongan dari berbagai pihak dalam
penyelesaian tesis ini, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya terutama kepada Bapak Dr. Ir. Muhammad
Ardiansyah dan Bapak Yayat Supriatna, MSP selaku pembimbing atas segala
bimbingan dan arahannya. Bapak Dr. Ir. Iskandar selaku penguji luar atas segala
saran dan masukannya, Bapak Dr. Ir. Ernan Rustiadi, M.Agr sebagai Ketua
program studi Perencanaan Wilayah beserta seluruh jajaran manajemen. Terima
kasih pula kami sampaikan kepada pimpinan dan staf Pusbindiklatren Bappenas
atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada penulis.
Penghargaan dan terima kasih penulis sampaikan kepada pihak
Pemerintah Daerah Kabupaten Sumedang, khususnya kepada Bapak Drs. H. Osin
Herlianto selaku Wakil Bupati Sumedang atas ijin, nasehat, dukungan dan segala
bentuk perhatian yang selalu diberikan. Kepala Bapeda Kabupaten Sumedang,
Kepala BPS Kabupaten Sumedang atas segala bantuan datanya, serta rekan-rekan
sekpri dan ajudan Wakil Bupati dan staf Subag Protokol Setda Kabupaten
Sumedang atas segala dorongan dan kerjasamanya.
Kepada staf pengajar Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah, tak lupa
kepada Ibu Tuti, Sdri Yuli, Bu Tini, Kang Suratman dan seluruh staf administrasi
Departemen Tanah dan Sumberdaya Lahan atas segala bantuannya. Kepada
rekan-rekan mahasiswa PWL angkatan 2006 khusus dan reguler atas, bantuan,
dukungan dan kerjasamanya, semoga kekompakan dan silaturahmi di antara kita
tetap terjaga walau sudah tidak bersama-sama lagi.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih kepada kedua orang tua
serta ibu mertua atas segala doa, dorongan dan dukungannya. Juga kepada istri
tercinta Idah Khoeriyah yang demikian tulus menemani dengan penuh pengertian.
Terima kasih juga kepada buah hati tersayang kedua putri cantik Syntia Fitriyani
Layinah dan Luthfiya A’yuni yang mengkayakan jiwa dan menyalakan api
semangat berkarya.
Semoga karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi siapa pun yang
membacanya
Bogor, Maret 2008

Arif Junaedi

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang pada tanggal 25 Desember 1972 dari
pasangan D. Suharma dan Arnasih. Penulis merupakan putra kelima dari delapan
bersaudara. Sekolah dasar diselesaikan di SDN Nyalindung 2 Sumedang tahun
1985, SMP Negeri 2 Cimalaka Sumedang tahun 1988, SMA Negeri 2 Sumedang
tahun 1991 dan kemudian melanjutkan ke Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Penulis mengambil Jurusan Tanah
Fakultas Pertanian, dan lulus pada tahun 1996.
Penulis bekerja pada PT Galasari Gunung Swadaya (Perkebunan)
tahun 1997-1998, dan pada Januari 1999 diterima sebagai PNS di lingkungan
Pemda Kabupaten Sumedang, dan ditempatkan pada Kantor Kecamatan Paseh
sampai dengan Oktober 2001. Selanjutnya pada Kantor Pemberdayaan
Masyarakat sampai Pebruari 2002 serta pada Badan Pemberdayaan Masyarakat
dan Kesejahteraan Sosial sampai Juni 2003. Dari Juni 2003 sampai mengikuti
tugas belajar penulis bekerja pada Subag Protokol Bagian Umum Setda
Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2007, ketika penulis mengikuti pendidikan di
PWL penulis ditugaskan sebagai staf pada Bagian Perekonomian Setda Kabupaten
Sumedang.
Pada tahun 2006, penulis memperoleh beasiswa program 13 bulan dari
Pusat Pembinaan Pendidikan dan Latihan Perencanaan Bappenas untuk
melanjutkan pendidikan S2 di IPB pada Program Studi Ilmu Perencanaan
Wilayah. Saat ini penulis telah menikah dengan Idah Khoeriyah, dan kini telah
dianugrahi permata hati dua orang putri cantik, Syntia Fitriyani Layinah dan
Luthfiya A’yuni.

DAFTAR ISI
hal
DAFTAR TABEL…............................................................................................. iii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... . v
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vi
PENDAHULUAN............................................................................................... . 1
Latar Belakang ............................................................................................ 1
Perumusan Masalah .................................................................................... 4
Tujuan ......................................................................................................... 6
Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................... 8
Perencanaan Pengembangan Wilayah ........................................................ 8
Penutupan dan Penggunaan Lahan ............................................................. 8
Sumberdaya Lahan dan Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan ........... 9
Ruang ......................................................................................................... 14
Penataan Ruang ......................................................................................... 15
Penataan Ruang Wilayah Kabupaten ......................................................... 16
Penyimpangan Penataan Ruang ................................................................. 20
Analisis Spasial ........................................................................................... 21
Sistem Informasi Geografis ........................................................................ 23
METODE PENELITIAN...................................................................................... 25
Kerangka Pemikiran.................................................................................... 25
Jenis Data dan Alat ..................................................................................... 27
Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 28
Analisis dan Pengolahan data...................................................................... 28
Ekstraksi Penutupan/Penggunaan Lahan dari Citra........................... 31
Deteksi Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan ........................... 31
Identifikasi Pusat-pusat Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan.. 31
Analisis Penyimpangan Pemanfaatan Ruang terhadap RTRW …... 32
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi P enyimpangan
Pemanfaatan Ruang ……………….…………………..................... 33

i

hal
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN .............................................. 35
Letak Geografis dan Wilayah Administrasi .............................................. 35
Transportasi .............................................................................................

36

Kondisi Demografi ..................................................................................

37

Kondisi Ekonomi .....................................................................................

38

Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang .....................................................

40

Rencana Struktur Tata Ruang Wilayah ...................................................

41

HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................................

44

Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2002-2006....................................

44

Perubahan Penutupan /Penggunaan Lahan................................................ 48
Pemanfaatan Ruang Tahun 2002-2006...................................................... 49
Perubahan Pemanfaatan Ruang.................................................................. 52
Identifikasi Pusat-pusat Perubahan Pemanfaatan Ruang........................... 59
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Sumedang................ 62
Analisis Penyimpangan RTRW Kabupaten Sumedang............................

66

Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang per Tahun .................................. 68
Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang Setiap Wilayah Pengembangan . 73
Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyimpangan RTRW
Kabupaten Sumedang.............................................................................. 91
KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................... 100
Kesimpulan ................................................................................................ 100
Saran .......................................................................................................... 101
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 102
LAMPIRAN ...................................................................................................... 105

ii

DAFTAR TABEL
No

Teks

hal

1. Struktur Penggunaan Lahan Kabupaten SumedangTahun 1996 dan
2002......................................................................................................

5

2. Matriks Penelitian…………………………………............................

30

3. Jumlah, Pertumbuhan dan Kepadatan Penduduk Kabupaten
Sumedang Tahun 2006.........................................................................

38

4. Kontribusi Setiap Sektor terhadap PDRB Kabupaten Sumedang.........

39

5.

Pendapatan Per Kapita Kabupaten Sumedang Tahun 2002-2006 ........

40

6.

Luas dan Perubahan Penutupan/ Penggunaan Lahan Tahun 2002 dan
2006. .....................................................................................................

44

7. Matriks Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan Tahun 2002 -2006

48

8. Padanan
Data Pemanfaatan Ruang dengan Peta Penutupan/
Penggunaan Lahan................................................................................

50

9.

Luas dan Perubahan Pemanfaatan Ruang Tahun 2002 dan 2006.........

51

10.

Luas Perubahan Pemanfaatan Ruang Tahun 2002-2006 per
Kecamatan.............................................................................................

53

11. Data Kependudukan Kabupaten Sumedang Tahun 2006......................

54

12. Hasil Perhitungan LQ...........................................................................

60

13.

Rencana Pemanfaatan Ruang menurut RTRW 2002-2012..................

63

14. Perbandingan Kawasan Hutan Menurut TGHK dan RTRW................

66

15. Pemanfaatan Ruang berdasar RTRW dan Kondisi Tahun 2006...........

67

16. Rencana Perubahan Pemanfaatan Ruang menurut RTRW..................

69

17. Klasifikasi Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang............................

70

18. Tingkat Perubahan Pemanfatan Ruang Per Tahun ..............................

71

19. Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Sumedang Kota..

74

20. Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Wilayah Sumedang Kota......

77

21. Proyeksi Penduduk Wilayah Sumedang Kota 2002-2012....................

78

22. Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Tanjungsari........

79

iii

No

Teks

hal

23. Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Wilayah Tanjungsari.............

80

24. Proyeksi Penduduk Wilayah Tanjungsari 2002-2012..........................

80

25. Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Darmaraja..........

82

26. Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Wilayah Darmaraja...............

83

27. Proyeksi Penduduk Wilayah Darmaraja 2002-2012.............................

84

28. Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Tomo..................

85

29. Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Wilayah Tomo.......................

87

30. Proyeksi Penduduk Wilayah Tomo 2002-2012....................................

87

31. Tingkat Perubahan Pemanfaatan Ruang di Wilayah Buahdua.............

88

32. Jumlah, Laju dan Kepadatan Penduduk Wilayah Buahdua..................

89

33. Proyeksi Penduduk Wilayah Buahdua 2002-2012...............................

89

Hasil Perhitungan LQ Perubahan Land Use di Tiap WP .....................

90

35. Peubah Asal Penduga Penentu Konsistensi RTRW Kabupaten
Sumedang.........................................................................................

92

34.

36.

Hasil Pengolahan Regresi untuk Penyimpangan Pemanfaatan Ruang
Tutupan Hutan Lindung .......................................................................

94

Hasil Pengolahan Regresi untuk Penyimpangan Pemanfaatan Ruang
Pertanian Lahan Kering.........................................................................

95

Hasil Pengolahan Regresi untuk Penyimpangan Pemanfaatan Ruang
Pertanian Lahan Basah ........................................................................

96

39. Hasil Pengolahan Regresi untuk Penyimpangan Pemanfaatan Ruang
Pemukiman............................................................................................

98

40. Hasil Pengolahan Regresi untuk Penyimpangan Pemanfaatan Ruang
Industri..................................................................................................

99

37
38.

iv

DAFTAR GAMBAR

No

Teks

Hal

1.

Diagram Kerangka Pemikiran .............................................................

27

2. Diagram Tahapan Penelitian ................................................................

29

3. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Sumedang................................

35

4. Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Kabupaten Sumedang Tahun
2002.......................................................................................................

45

5.

Peta Penutupan/Penggunaan Lahan Kabupaten Sumedang Tahun
2006.......................................................................................................

46

6. Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan menjadi Pemukiman di
Lereng Gunung Geulis Kecamatan Tanjungsari....................................

57

7. Pertambangan Galian C di Lereng Gunung Tampomas........................

58

8. Peta Rencana Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang
2002-2012..............................................................................................

64

9. Peta TGHK Kabupaten Sumedang........................................................

65

10.

Bekas Pertambangan Galian Ciletuh Kecamatan Jatigede yang tidak
beroperasi lagi........................................................................................

v

86

DAFTAR LAMPIRAN

No

Teks

Hal

1.

Daftar Kecamatan dan Desa di Kabupaten Sumedang .........................

106

2.

Citra Landsat Tahun 2002 Kabupaten Sumedang ...............................

113

3.

Citra Landsat Tahun 2006Kabupaten Sumedang..................................

114

4.

Penduga Awal Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inkonsistensi
RTRW....................................................................................................

115

5.

Nilai Eigenvalue Hasil Pengolahan PCA..............................................

120

6.

Loading Factor Hasil Pengolahan PCA................................................

121

7.

Score Factor Hasil Pengolahan PCA....................................................

123

vi

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Lokasi Kabupaten Sumedang berada pada jalur lalu lintas Bandung dan
Cirebon,

sehingga perkembangan Kabupaten Sumedang dipengaruhi oleh

perkembangan Bandung dan Cirebon. Kabupaten Sumedang memiliki arti penting
bagi wilayah Bandung. Sebagai penyangga perkembangan wilayah Bandung
Kabupaten Sumedang telah menjadi daerah perluasan kawasan perkotaan untuk
sektor pemukiman dan industri. Berpindahnya lokasi Universitas Padjadjaran ke
Kabupaten Sumedang tepatnya Kecamatan Jatinangor, yang diikuti oleh
berdirinya beberapa Perguruan Tinggi lain di Kecamatan Jatinangor (IPDN,
IKOPIN, UNWIM), menjadikan Jatinangor sebagai kawasan pendidikan
berimplikasi pula terhadap perkembangan Kabupaten Sumedang.
Perkembangan Kabupaten Sumedang diikuti pertumbuhan penduduk,
menyebabkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat. Sementara itu,
ruang terbatas dan jumlahnya relatif tetap, sehingga terjadi persaingan
pemanfaatan lahan dan konsekuensinya terjadi alih fungsi lahan. Perubahan
penggunaan lahan menjadi suatu hal yang tidak bisa dihindari
dari

sebagai akibat

pergeseran alokasi dan distribusi sumberdaya menuju keseimbangan-

keseimbangan baru (Andriyani, 2007). Menurut Nugroho dan Dahuri (2004),
pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang memusat di wilayah perkotaan
menuntut ruang yang lebih luas ke arah luar kota untuk berbagai aktivitas
ekonomi dan permukiman.
Menurut data dari Bapeda Kabupaten Sumedang (2002), terjadi
perubahan struktur penggunaan lahan di Kabupaten Sumedang dalam kurun waktu
antara 1996-2002. Lahan-lahan untuk pemukiman, perdagangan, jasa, dan industri
bertambah sekitar 487 hektar, sedangkan sawah menurun 75 hektar. Penyusutan
lahan sawah umumnya terjadi pada sawah-sawah beririgasi teknis, karena pada
umumnya terletak di sekitar ruas jalan atau memiliki akses yang mudah dijangkau
sehingga lebih mendorong untuk dikonversi. Fenomena ini menunjukan bahwa
selaras kegiatan pembangunan terjadi peningkatan kebutuhan lahan, yang akan
mengakibatkan perubahan penggunaan lahan.

2

Kegiatan manusia dan mahluk hidup membutuhkan ruang sebagai lokasi
berbagai kegiatan atau sebaliknya suatu ruang dapat mewadahi berbagai kegiatan
sesuai dengan kondisi alam setempat dan teknologi yang diterapkan. Oleh karena
itu, pemanfaatan ruang yang baik memerlukan suatu penataan yang komprehensif.
Penataan ruang harus mempertimbangkan berbagai aspek yang

mencakup

perencanaan, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang. Bila suatu
penataan ruang tidak didasari pertimbangan rasional sesuai dengan potensi
wilayah tersebut, maka dapat terjadi inefisiensi ruang atau penurunan kualitas
ruang. Hal ini dapat berdampak pada rusaknya

lingkungan dan beresiko

mengalami bencana yang dapat muncul secara tak terduga.
Agar kegiatan masyarakat dapat berlangsung secara efisien dan dapat
menciptakan keterpaduan dalam pencapaian tujuan pembangunan, perlu dilakukan
pengaturan alokasi lahan (Dardak, 2005). Penataan ruang bertujuan untuk
mewujudkan ruang wilayah yang memenuhi kebutuhan pembangunan dengan
senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam pola alokasi investasi yang
bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan
untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Menurut Rustiadi et al. (2006),
penataan ruang memiliki tiga urgensi, yaitu (a) optimalisasi pemanfaatan
sumberdaya (prinsip produktifitas dan efisiensi); (b) alat dan wujud distribusi
sumberdaya (prinsip pemerataan, keberimbangan, dan keadilan), dan (c)
keberlanjutan (prinsip sustainability). Tujuan lain dari penataan ruang adalah
untuk mengatur hubungan antara berbagai kegiatan dengan fungsi ruang guna
tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas. Dengan kata lain penataan ruang
diharapkan dapat mengefisienkan pembangunan dan meminimalisasi konflik
kepentingan dalam pemanfaatan ruang. Perencanaan tata ruang secara sederhana
dapat diartikan sebagai kegiatan merencanakan pemanfaatan potensi dan ruang
perkotaan serta pengembangan infrastruktur pendukung yang dibutuhkan untuk
mengakomodasikan kegiatan sosial ekonomi yang diinginkan (Budiharjo, 1997).
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) merupakan wujud dari upaya
pemerintah untuk menyelaraskan aspek fisik lahan dengan aspek sosial ekonomi.
Namun demikian, kompleksitas permasalahan sosial ekonomi masyarakat dan
upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) seringkali melahirkan

3

kebijakan-kebijakan baru yang kurang memperhatikan aspek fisik lahan sehingga
dapat mengganggu ekosistem. Hal ini dapat mengakibatkan timbulnya degradasi
lahan (Marisan, 2006).
Sebagai upaya penataan ruang pemerintah Kabupaten Sumedang telah
menyusun RTRW 2002-2012 yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor
33 Tahun 2003. Menurut RTRW 2002 – 2012, pada tahun 2012 pemanfaatan
ruang di Kabupaten Sumedang direncanakan meliputi kawasan lindung 25,84%
yang terdiri dari hutan lindung/konservasi seluas 23.025 ha (15,13%) dan
sempadan sungai 16.304 ha (10,71 %). Kawasan budidaya 74,16% meliputi
budidaya pertanian seluas 93.808 ha (61,63%) dan budidaya non pertanian 19.082
ha (12,54 %). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kesesuaian
pemanfaatan ruang pada tahun 2006 dengan RTRW 2012.
Izin pembangunan yang direkomendasikan Pemerintah Daerah sering tidak
sesuai dengan peraturan daerah yang telah ditetapkan, seperti daerah hijau
(sebagai penyangga) diijinkan untuk daerah permukiman. Tidak adanya sanksi
terhadap pelanggaran

rencana tata ruang kota

menunjukkan

adanya

ketidakpastian dari rencana tata ruang kota. Ketidakterpaduan rekomendasi
Pemerintah Daerah dengan Perda yang telah ditetapkan dan tidak adanya sanksi
terhadap pelanggaran rencana tata ruang menunjukan adanya inkonsistensi dalam
penataan ruang kabupaten. Inkonsistensi yang dimaksud dalam hal ini adalah
adanya penyimpangan penggunaan ruang dari RTRW yang telah ditetapkan.
Pada umumnya penyimpangan terhadap rencana tata ruang kota justru
berawal dari kebijaksanaan pemerintah. Hal ini berarti pemerintah daerah sebagai
penanggung jawab rencana tata ruang kota belum benar-benar mengacu pada
RTRW yang telah ditetapkan dalam melaksanakan pembangunan. Sebagai
penyebab utama kurang efektifnya rencana tata ruang adalah selain kurang adanya
koordinasi antar dinas/instansi, juga kurang dilibatkannya unsur masyarakat,
sehingga aspirasi masyarakat kurang terakomodasikan di dalam rencana tata ruang
kota (Sunardi, 2001).
Penyimpangan tata ruang juga dirasakan di Kabupaten Sumedang.
Sebagaimana yang dimuat dalam Koran Sumedang nomor 33 Tahun ke -1 minggu
ke-1 Desember 2007, yang menyatakan bahwa lahan pesawahan menjadi

4

berkurang akibat arah pembangunan dan kebijakan tidak jelas. Menurut Kasie
Penyuluhan Pertanian, Kantor Penyuluhan Pertanian, Kehutanan dan Ketahanan
Pangan, secara visual, lahan pesawahan di Kabupaten Sumedang sudah banyak
beralih fungsi menjadi bangunan, sebagai salah satu contoh, areal pesawahan di
Kecamatan Sumedang Selatan yang merupakan sawah beririgasi teknis, sudah
beralih ke perumahan dan pekarangan. Padahal menurut ketentuan dan peraturan,
sawah irigasi tidak boleh dikonversi, kecuali pemerintah melakukan konversi
dengan mengganti dengan sawah baru.
Perumusan Masalah
Perkembangan Kabupaten Sumedang yangdiikuti pertumbuhan penduduk,
menyebabkan kebutuhan akan lahan semakin meningkat sehingga konsekuensinya
terjadi alih fungsi lahan. Perubahan penggunaan lahan menjadi suatu hal yang
tidak bisa dihindari

sebagai akibat dari pergeseran alokasi dan distribusi

sumberdaya menuju keseimbangan-keseimbangan baru (Andriyani, 2007). Alih
fungsi lahan sebagai konsekuensi dari perkembangan wilayah yang diperparah
dengan inkonsistensi penataan ruang wilayah akan mengakibatkan berbagai
dampak negatif seperti degradasi lahan yang bahkan pada akhirnya bisa
menimbulkan bencana. Pada Tabel 1 disajikan struktur penggunaan lahan di
Kabupaten Sumedang untuk tahun 1996 dan 2002.
Dari Tabel 1 terlihat bahwa terjadi perubahan struktur penggunaan lahan
dalam kurun waktu antara 1996-2002. Lahan-lahan untuk pemukiman,
perdagangan, jasa, dan industri bertambah sekitar 487 hektar, sedangkan sawah
menurun 75 hektar dan perkebunan menurun 453 hektar. Penyusutan lahan sawah
juga umumnya terjadi pada sawah-sawah kelas 1, yakni sawah beririgasi teknis,
karena pada umumnya sawah-sawah yang beririgasi teknis terletak di sekitar ruas
jalan atau memiliki akses yang mudah dijangkau sehingga lebih mendorong untuk
dikonversi. Fenomena ini menunjukkan bahwa selaras dengan aktivitas sosial
ekonomi dan prioritas kegiatan pembangunan terjadi peningkatan kebutuhan
penggunaan lahan dari waktu ke waktu. Bila tidak dilakukan pengaturan tata guna
lahan berupa RTRW,

peningkatan kebutuhan lahan akan mengakibatkan

perubahan penggunaan lahan dari satu penggunaan lain yang pada akhirnya akan
menimbulkan dampak buruk terhadap lingkungan.

5

Tabel 1. Struktur Penggunaan Lahan Kabupaten Sumedang Tahun 1996 dan 2002
No

Penggunaan Lahan

2002
Luas (ha)

1996
Luas (ha)

%

Perubahan
Luas (ha)

%

1 Permukiman

10.060

6,61

9.699

6,37

361

- Perumahan

943

0,62

654

0,43

289

- Perkampungan

9.054

5,95

9.045

5,94

9

- Lap Olah Raga

63

0,04

1

0,00

3 Jasa

228

0,15

185

0,12

43

4 Pariwisata

152

0,10

5 Kawasan Perguruan Tinggi

534

0,35

534

0,35

0

6 Padang Golf

170

0,11

140

0,09

30

7 Industri

469

0,31

395

0,26

74

- Kawasan Industri

201

0,13

- Zona Industri

268

0,18

34.412

22,61

34.487

22,66

-75

- Irigasi Teknis

17.427

11,45

17.427

11,45

- Tadah Hujan

16.985

11,16

17.060

11,21

-75

50.413

33,12

49.771

32,70

642

- Tegalan

11.325

7,44

11.744

7,72

-419

- Kebun Campuran

39.088

25,68

38.026

24,98

1.062

1.599

1,05

2.052

1,35

-453

- Perkebunan Rakyat

810

0,53

810

0,53

0

- Perkebunan Besar

789

0,52

1.242

0,82

-453

445

0,29

445

0,29

0

60

0,04

48.780

32,05

46.112

30,29

2.668

15.796

10,38

- Hutan Belukar

7.995

5,25

- Hutan Sejenis

24.989

16,42

1.878

1,23

1.644

1,08

1.663

1,09

-19

234

0,15

370

0,24

364

0,24

6

2.649

1,74

6.373

4,19

-3.724

152.220

100,00

152.220

100,00

0,00

2 Perdagangan

8 Sawah

9 Pertanian Lahan Kering

10 Perkebunan

11 Perikanan/ Kolam
12 Peternakan
13 Hutan
- Hutan Lebat

14 Padang
- Semak Belukar
- Padang rumput/Alang-alang
15 Tanah Galian C
16 Lain-lain
Jumlah
Sumber: Bapeda Sumedang, 2002

6

Untuk meminimalisir dampak-dampak negatif tersebut perlu diketahui
sejauh mana penyimpangan penataan ruang terjadi. Penelitian ini dilakukan untuk
melihat sejauh mana perubahan pemanfaatan/peruntukan lahan, dan faktor-faktor
apa yang mempengaruhinya sehingga bisa memberikan arahan bagi Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang ke depan untuk meminimalkan dampak
negatif dari alih konversi lahan.
Berdasarkan latar belakang, maka perumusan masalah penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana pola perubahan penggunaan lahan dari tahun 2002-2006 ?
2. Di mana pusat-pusat terjadinya perubahan penggunaan lahan?
3. Apakah terjadi penyimpangan pola ruang terhadap Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Sumedang?
4. Faktor-faktor

apa saja yang mempengaruhi penyimpangan pola ruang

terhadap RTRW tersebut?
Tujuan
Berdasarkan uraian pada latar belakang dan perumusan masalah, maka
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui pola perubahan penggunaan lahan dari tahun 2002-2006;
2. Mengidentifikasi pusat-pusat perubahan penggunaan lahan;
3. Mengevaluasi/menilai penyimpangan pola ruang terhadap RTRW;
4. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi inkonsistensi RTRW.
Manfaat Penelitian
Pemahaman terhadap inkonsistensi Rencana Tata Ruang Wilayah dan
faktor-faktor penyebabnya diharapkan

dapat memberikan manfaat sebagai

berikut :
1. Sebagai informasi untuk menentukan langkah-langkah perbaikan yang perlu
dilakukan guna mengantisipasi dampak buruk dari inkonsistensi RTRW;
2. Memberikan arahan bagi Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam melakukan
evaluasi dan revisi terhadap RTRW Kabupaten Sumedang;

7

3. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada masyarakat agar dalam
memanfaatkan ruang benar-benar memperhatikan RTRW dan menghindari
alih fungsi lahan yang tidak terkontrol sehingga dampak buruk dari
inkonsistensi dapat dihindari.

8

TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan Pengembangan Wilayah
Bidang kajian pengembangan wilayah mempunyai ruang lingkup dari
berbagai disiplin ilmu, yaitu ilmu-ilmu fisik (geografi dan geofisik), ilmu sosial
ekonomi (sosiologi, ekonomi) dan ilmu manajemen. Menurut Rustiadi et al.
(2006) perencanaan pengembangan wilayah merupakan bidang kajian yang
mengintegrasikan berbagai cabang ilmu untuk memecahkan masalah-masalah
pembangunan serta aspek-aspek proses politik, manajemen dan administrasi
perencanaan pembangunan yang berdimensi ruang atau wilayah. Perencanaan
pengembangan wilayah adalah konsep yang utuh dan menyatu dengan
pembangunan wilayah. Secara luas perencanaan pembangunan wilayah diartikan
sebagai suatu upaya merumuskan dan mengaplikasikan kerangka teori ke dalam
kebijakan

ekonomi

dan

program

pembangunan

yang

di

dalamnya

mempertimbangkan aspek wilayah dengan mengintegrasikan aspek sosial dan
lingkungan menuju tercapainya kesejahteraan yang optimal (Nugroho dan Dahuri,
2004).
Dari sisi proses, Rustiadi et al. (2006) mengemukakan bahwa perencanaan
dan pembangunan wilayah memerlukan pendekatan-pendekatan yang mencakup :
(1) aspek pemahaman, yaitu aspek yang menekankan pada upaya memahami
fenomena fisik alamiah hingga sosial ekonomi di dalam dan antar wilayah. Oleh
karena itu diperlukan pemahaman pengetahuan mengenai teknik-teknik analisis
dan model-model sistem sebagai alat (tools) untuk mengenal potensi dan
memahami permasalahan pembangunan wilayah. Selanjutnya (2) aspek
perencanaan, mencakup proses formulasi masalah, teknik-teknik desain dan
pemetaan hingga teknis perencanaan dan (3) aspek kebijakan, mencakup
pendekatan evaluasi, perumusan tujuan pembangunan dan proses pelaksanaan
pembangunan seperti proses politik, administrasi dan manajerial pembangunan.
Penutupan dan Penggunaan Lahan
Definisi mengenai penutupan lahan (land cover) dan penggunaan lahan
(land use) pada hakekatnya berbeda walaupun sama-sama menggambarkan
keadaan fisik permukaan bumi. Lillesand dan Kiefer (1993) mendefinisikan
penggunaan lahan (land use) berhubungan dengan kegiatan manusia pada bidang

9

lahan, sedangkan penutupan lahan lebih merupakan perwujudan fisik objek-objek
yang menutupi lahan tanpa mempersoalkan kegiatan manusia terhadap objekobjek tersebut. Sementara Rustiadi et al. (2006) menyatakan bahwa penutupan
lahan dan penggunaan lahan dapat memiliki pengertian yang sama untuk hal-hal
tertentu, tetapi sebenarnya mengandung pengertian yang berbeda. Penggunaan
lahan menyangkut aspek aktivitas pemanfaatan lahan oleh manusia sedangkan
penutupan lahan lebih bernuansa fisik. Rustiadi (1996) mendefinisikan
penggunaan lahan sebagai setiap bentuk campur tangan manusia terhadap
sumberdaya lahan baik yang bersifat permanen atau cyclic dalam rangka
memenuhi kepuasan dan kebutuhan hidupnya baik material maupun spiritual.
Arsyad (1989) mengelompokan penggunaan lahan ke dalam dua bentuk
yaitu (1) penggunaan lahan pertanian yang dibedakan berdasarkan atas
penyediaan air dan komoditas yang diusahakan, dimanfaatkan atau yang terdapat
di atas lahan tersebut; (2) penggunaan lahan non-pertanian seperti penggunaan
lahan pemukiman kota atau desa, industri, rekreasi dan sebagainya. Sebagai wujud
dari kegiatan manusia, maka di lapangan sering dijumpai penggunaan lahan baik
bersifat tunggal (satu penggunaan) maupun kombinasi dari dua atau lebih
penggunaan. Dengan demikian sebagai keputusan manusia untuk memperlakukan
lahan ke suatu penggunaan tertentu selain sisebabkan oleh faktor permintaan dan
ketersediaan lahan demi meningkatkan kebutuhan dan kepuasan hidup, juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya karakteristik fisik lahan, perilaku
manusia, teknologi maupun modal, faktor ekonomi yang dipengaruhi oleh lokasi,
aksesibilitas, sarana dan prasarana, faktor budaya masyarakat dan faktor kebijakan
pemerintah.
Sumberdaya Lahan dan Perubahan Penutupan/Penggunaan Lahan
Lahan merupakan bagian dari bentang lahan (landscape) yang mencakup
pengertian lingkungan fisik termasuk iklim, topografi/relief, hidrologi termasuk
keadaan vegetasi alami yang semuanya secara potensi akan berpengaruh terhadap
penggunaan lahan (FAO, 1976).

Hardjowigeno dan Widiatmaka (2001)

mendefinisikan lahan sebagai suatu wilayah di permukaan bumi, mencakup semua
komponen biosfer yang dapat bersifat siklik yang berbeda di atas dan di bawah

10

wilayah tersebut termasuk atmosfir serta segala akibat yang ditimbulkan oleh
manusia di masa lalu dan sekarang yang semuanya berpengaruh terhadap
penggunaan lahan oleh manusia pada saat sekarang dan di masa yang akan datang.
Pemanfatan lahan merupakan proses yang dinamis dari pola dan aktivitas
manusia.

Manusia memerlukan bahan pangan, air, energi dan minyak serta

infrastruktur perumahan dan fasilitas publik. Kegiatan pemenuhan kebutuhan
tersebut menuntut tersedianya lahan. Namun karena ketersediaan tanah relatif
tetap, kelangkaan lahan akan terjadi seiring dengan peningkatan jumlah penduduk
dan tingkat konsumsinya, sehingga perubahan tidak bisa dihindari.
Perubahan penggunaan lahan dapat diartikan sebagai suatu proses pilihan
pemanfaatan ruang guna memperoleh manfaat yang optimum, baik untuk
pertanian maupun non pertanian. Menurut Winoto et al. (1996), perubahan
penggunaan lahan pertanian ke non pertanian bukanlah semata-mata fenomena
fisik berkurangnya luasan lahan, melainkan merupakan fenomena dinamis yang
menyangkut aspek-aspek kehidupan manusia, karena secara agregat berkaitan erat
dengan perubahan orientasi ekonomi, sosial, budaya dan politik masyarakat.
Struktur yang berkaitan dengan perubahan penggunaan lahan menurut
Saefulhakim (1999) secara umum dapat dikelompokan menjadi tiga, yaitu : (1)
struktur permintaan atau kebutuhan lahan, (2) struktur penawaran atau
ketersediaan lahan, dan (3) struktur penguasaan teknologi yang berdampak pada
produktivitas sumber daya alam.
Fenomena alih fungsi lahan adalah bagian dari transformasi struktur
ekonomi nasional.

Pertumbuhan ekonomi dan penduduk yang memusat di

wilayah perkotaan membutuhkan ruang yang lebih luas ke arah luar kota untuk
berbagai aktivitas ekonomi dan permukiman. Sebagai akibatnya wilayah pinggir
yang sebagian besar adalah lahan pertanian sawah beralih fungsi menjadi lahan
non-pertanian dengan tingkat peralihan yang beragam antar periode dan wilayah.
Lahan pertanian yang berpeluang untuk terkonversi lebih besar adalah lahan
sawah dibandingkan lahan kering. Sawah secara spasial memiliki alasan yang
kuat untuk dikonversi menjadi kegiatan non-pertanian karena (1) kebutuhan lahan
untuk kegiatan non-pertanian lebih menguntungkan di lahan yang datar dimana
sawah pada umumnya ada, (2) infrastruktur. seperti jalan lebih tersedia di daerah

11

persawahan, (3) daerah persawahan pada umumnya lebih mendekati wilayah
konsumen yang relatif padat penduduk dibandingkan lahan kering yang sebagian
besar terdapat di daerah bergelombang, perbukitan dan pegunungan (Nofarianty,
2006).
Rustiadi et.al. (2006) mengemukakan bahwa alih fungsi lahan seringkali
memiliki permasalahan-permasalahan yang saling terkait satu sama lain, sehingga
tidak bersifat independen dan tidak dapat dipecahkan dengan pendekatanpendekatan yang parsial namun memerlukan pendekatan-pendekatan yang
integratif. Permasalahan-permasalahan tersebut berupa : (1) efisiensi alokasi dan
distribusi sumberdaya dari sudut ekonomi, (2) keterkaitannya dengan masalah
pemerataan dan penguasaan sumberdaya, dan (3) keterkaitannya dengan proses
degradasi dan kerusakan sumberdaya alam dan lingkungan hidup.
Proses alih fungsi lahan sudah merupakan pemandangan yang biasa
ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Winoto (1995) alih fungsi lahan
merupakan suatu fenomena dinamik yang menyangkut aspek fisik dan aspek
kehidupan masyarakat. Alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian, disamping
merupakan berubahnya fenomena fisik luasan tanah pertanian, juga berkaitan erat
dengan berubahnya orientasi ekonomi, sosial budaya dan politik masyarakat.
Sementara Sumaryanto et al. (1994) menjelaskan alih guna lahan dari segi
pengembangan sumberdaya merupakan suatu bentuk dari perubahan alokasi
sumber daya antar sektor penggunaan. Akibat struktur perekonomian yang
mengarah

pada semakin meningkatnya peranan sektor non pertanian,

menyebabkan terjadinya perubahan komposisi besaran dan laju penggunaan
sumber daya (tenaga kerja,modal dan tanah) antar sektor. Lazimnya, sektor-sektor
ekonomi dengan pertumbuhan yang tinggi akan diikuti dengan laju penggunaan
sumber daya yang lebih tinggi. Akibatnya realokasi sumber daya dari sektor
pertaniaan ke non pertaniaan sangat sulit dihindari.
Menurut Rustiadi et al. (2006), konversi lahan pertanian merupakan
konsekuensi perluasan kota yang membutuhkan lahan untuk pertumbuhan
ekonomi kota. Lahan pertanian, meskipun lebih lestari kemampuannya dalam
menjamin kehidupan petani, tetapi hanya dapat memberikan sedikit keuntungan
materi atau finansial dibanding sektor industri. Sesuai dengan hukum ekonomi

12

bahwa lahan akan digunakan sesuai dengan nilai ekonomi (land rent) yang dapat
memberikan nilai tertinggi, maka konversi lahan pertanian ke penggunaan lainnya
tidak dapat dicegah.
Irawan (2005) mengemukakan bahwa, konversi

lahan pertanian pada

dasarnya terjadi akibat adanya persaingan dalam pemanfaatan lahan antar sektor
pertanian dan sector non-pertanian. Sedangkan persaingan dalam pemanfaatan
lahan tersebut muncul akibat adanya tiga fenomena ekonomi dan sosial yaitu : (a)
keterbatasan sumberdaya lahan, (b) pertumbuhan penduduk, dan (c) pertumbuhan
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi cenderung mendorong permintaan lahan untuk
kegiatan non-pertanian pada tingkat yang lebih tinggi di bandingkan permintaan
lahan untuk kegiatan pertanian. Ini disebabkan karena permintaan produk nonpertanian lebih elastis terhadap pendapatan.
(akibat

pertumbuhan

penduduk),

yang

Meningkatnya kelangkaan lahan
dibarengi

dengan

meningkatnya

permintaan lahan untuk kegiatan non-pertanian (akibat pertumbuhan Penduduk)
mendorong terjadinya konversi lahan pertanian.
Konversi lahan pertanian terkait pada beberapa faktor antara lain
disebabkan oleh : (1) nature atau instritic sumberdaya lahan, sesuai prinsip hukum
ekonomi supply-demad yang mengalami struktur kelangkaan sebagai akibat
meningkatnya permintaan lahan sawah irigási ke non pertanian, sementara secara
kuantitas sumberdaya lahan yang tersedia tetap, (2) berkaitan dengan market
failure pergeseran struktural dalam perekonomian, dan dinamika pembangunan
yang cenderung mendorong petani untuk alih profesi dengan menjual aset lahan
sawah yang dimilikinya, (3) berkaitan goverment failure yang berkaitan dengan
kebijakan pemerintah yang memberikan peluang investasi yang lebar kepada
sektor industri namun laju investasi di sektor belum diikuti dengan laju penetapan
peraturan dan perundang-undangan yang bisa dipakai sebagai rujukan dalam
mengendalikan konversi lahan (Rustiadi et al. 2006). Sementara menurut
Saefulhakim dan Nasution (1995), ada beberapa faktor yang sangat berperan
penting dalam proses alih guna lahan pertanian ke non pertanian, yaitu:
1. Perkembangan standar tuntunan hidup. Hal ini berhubungan dengan nilai land
rent yang mampu memberikan perkembangan standar tuntunan hidup sang
petani;

13

2. Fluktuasi harga pertaniaan menyangkut aspek fluktuasi harga-harga komoditi
yang dapat dihasilkan dari pembudidayaan sawah (misalnya padi dan
palawija);
3. Stuktur biaya produksi pertaniaan. Biaya produksi dan aktifitas budidaya
tanah sawah yang semakin mahal akan cenderung memperkuat proses
pengalihgunaan tanah. Salah satu faktor pendorong meningkatnya biaya
produksi ini adalah berkaitan dengan skala usaha;
4. Teknologi.

Terhambatnya

perkembangan

teknologi

intensifikasi

pada

penggunaan tanah yang memiliki tingkat permintaan yang terus meningkat,
akan mengakibatkan proses ekstensifikasi yang lebih dominan. Proses
ekstentsfikasi dari penggunaan tanah yang demikian akan terus mendorong
proses alih guna lahan;
5. Aksesibilitas. Perubahan sarana dan prasarana transportasi yang berimplikasi
terhadap

meningkatnya

aksesibilitas

lokasi,

akan

lebih

mendorong

perkembangan penggunaan pertanian ke non pertanian;
6. Resiko dan ketidakpastian. Aktivitas pertanian dengan tingkat resiko dan
ketidakpastian yang tinggi akan menurunkan nilai harapan dari tingkat
produksi, harga dan keuntungan. Hal ini menimbulkan nilai land rent menjadi
lebih rendah. Dengan demikian, penggunaan lahan yang mempunyai resiko
dan ketidakpastian lebih tinggi akan cenderung dialihfungsikan ke
penggunaan lain yang tingkat resiko dan ketidakpastiannya lebih rendah;
7. Tanah sebagai aset.

Walaupun tanpa pemanfaatan, pandangan ini

memperumit permasalahan sebagai akibat potensi produksi, kelangkaan dan
aksesibilitasnya, sama sekali tidak melibatkan usaha manusia secara pribadi
(milik pribadi penguasa tanah). Sistem kepemilikan atas dasar keperansertaan
untuk saat ini “tidak ada”, maka terjadi fenomena spekulan tanah yang
mengalihgunakan tanah pertanian ke penggunaan lain yang tidak jelas
peruntukannya.
Adapun Winoto (1995) menyimpulkan secara umum, ada dua faktor
yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi pula proses alih guna
lahan, yaitu : (1) sistem kelembagaan yang dikembangkan oleh masyarakat dan

14

pemerintah, (2) sistem non-kelembagaan yang kaitannya dengan pemanfaatan
sumber daya lahan. Kedua faktor tersebut diperkuat pula dengan adanya dua
kebijakan dari luar sistem pertanian yang berimplikasi tidak senantiasa kondusif
terhadap perkembangan pertanian. Kebijakan yang dimaksud adalah :
1. Strategi pembangunan yang bias terhadap pembangnan perkotaan (urban bias)
yang bertmpu pada sektor industri
2. Urbanisasi, yaitu satu proses alamiah yang menyertai terjadinya pusat
transformasi struktur perekonomian nasional dan wilayah.
Ruang
Menurut Undang-undang No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
ruang adalah wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut dan ruang udara
termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia dan
makhluk lain hidup, melakukan kegiatan dan memelihara kelangsungan
hidupnya.Menurut istilah geografi secara umum ruang adalah seluruh permukaan
bumi yang merupakan biosfer, tempat hidup tumbuh-tumbuhan, hewan dan
manusia. Menurut istilah geografi regional ruang sering diartikan sebagai suatu
wilayah yang mempunyai batas geografi, yaitu batas menurut keadaan fisik, sosial
atau pemerintahan yang terjadi dari sebagian permukaan bumi dan lapisan tanah
di bawahnya serta lapisan udara di atasnya (Jayadinata, 1999).
Tata ruang adalah wujud struktural dan pola ruang (UU No. 26 tahun
2007 tentang Penataan Ruang). Dalam paradigma perencanaan tata ruang yang
modern, perencanaan ruang diartikan sebagai bentuk pengkajian yang sistematis
dari aspek fisik, sosial dan ekonomi untuk mendukung dan