PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DI SMPN 13 MEDAN.
PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI DAN
DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DI SMPN 13 MEDAN
JURNAL TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Megister Program
Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
FATMATU ZAHROH
NIM : 8136172034
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
BSTRS
FTMTU ZHROH. Penngkatan Kemampuan Komunkas tan Dsposs
Matemats Sswa Melalu Pemmelajaran Bermass Masalah t SMPN 13 Metan.
Tess Program Stut Penttkan Matematka Pascasarjana Unverstas Neger
Metan,2016.
Peneltan n mertujuan untuk mengetahu: (1) penngkatan kemampuan
komunkas matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan
kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa, (2)
penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata
penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa, (3)
nteraks antara pemmelajaran tan kemampuan awal matematka sswa terhatap
penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa, (4) nteraks antara
pemmelajaran tan kemampuan awal matematka sswa terhatap penngkatan
tsposs matemats sswa. Peneltan n merupakan peneltan kuas ekspermen.
Populas peneltan n seluruh sswa SMP Neger 13 Metan tahun pelajaran 2014/
2015. Secara purposve tplh sswa kelas VII SMPN 13 Metan semaga sumjek
peneltan yatu kelas VII-1 tan kelas VII-2. Kelas ekspermen tmerkan
perlakuan pemmelajaran mermass masalah tan kelas kontrol tmer perlakuan
pemmelajaran masa. Instrumen yang tgunakan atalah : tes kemampuan
komunkas tan angket tsposs matemats yang tnyatakan telah memenuh
syarat valtatas tan relamltas. Analss tata tlakukan tengan analss kovaran
(ANABOVA) tan ANOVA tua jalur. Temuan peneltan menunjukkan mahwa:
(1) penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer PBM lemh
tngg tar pata penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer
pemmelajaran masa. Hal n terlhat tar rerata gan kemampuan komunkas
matemats pata PBM semesar 0,599 > 0,401 pata PB. (2) penngkatan tsposs
matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan tsposs
matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa. Hal n terlhat tar rerata gan
tsposs matemats pata PBM semesar 0,402 > 0,353 pata PB (3) Ttak tertapat
nteraks antara pemmelajaran tengan kemampuan awal matematka sswa
terhatap penngkatan kemampuan komunkas matemats, (4) Ttak tertapat
nteraks antara pemmelajaran tengan kemampuan awal matematka sswa
terhatap penngkatan kemampuan tsposs matemats.
Sata kunci: Pembelajaran berbasis Masalah, Somunikasi dan Diposisi
Matematis.
BSTRCT
FTMTU ZHROH. Improvet of Bommuncaton ant Dsposton
Mathematcal Amlty Through Promlem Baset Learnng Stutents at SMPN 13
Metan. Thess. Stuty Programs Postgratuate Mathematcs Etucaton State
Unversty of Metan, 2016.
Ths research amet at to know: (1) ncrease the amlty of mathematcal
communcaton stutents are gven PBM hgher than on mprovng the
communcaton sklls of mathematcal stutents who were learnng ncretmle, (2)
an ncrease n the tsposton of mathematcal stutents are gven PBM hgher than
on mprovng the amlty of tsposton of mathematcal stutents gven the usual
learnng, (3) the nteracton metween learnng ant early math amltes of stutents
to the stutents' mathematcal communcaton sklls, (4) the nteracton metween
learnng ant early math amltes of stutents to the stutent mathematcal
tsposton. Ths stuty s a quas-expermental research. The stuty populaton s
all stutents of SMP Neger 13 Metan the school year 2014 / 2015. In purposvely
selectet seventh grate stutents of SMPN 13 Metan as a research sumject s class
VII-1 ant class VII-2. Gven the expermental class treatment of promlem-maset
learnng ant classroom learnng control treatet normal. The nstruments uset
were: communcaton amlty tests ant questonnares mathematcal tsposton
otherwse meen elgmle valtatas ant relamlty. The research fntngs showet
that: (1) ncrease the amlty of mathematcal communcaton stutents are gven
PBM hgher than on mprovng the communcaton sklls of mathematcal
stutents who were learnng ncretmle, wth gan mean communcaton sklls
PBM 0,599 > 0,401 of PB, (2) an ncrease n the tsposton of mathematcal
stutents are gven PBM hgher than on mprovng the amlty of tsposton of
mathematcal stutents gven the usual learnng, wth gan amlty of tsposton
PBM 0,402 > 0,353 of PB, (3) There s no nteracton metween learnng wth pror
knowletge mathematcs stutents to ncrease communcaton amlty, (4) There s
no nteracton metween early mathematcs learnng wth stutents 'amlty to
ncrease mathematcal tsposton.
Seywords: Problem-based Learning, Communications
Mathematics.
and Disposition
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat. Sehingga
tesis saya yang berjudul: ”Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”
dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Ani Minarni, M.Si sebagai pembimbing I dan Dr. Waminton
Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2.
Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak M.Pd Dr. E.
Elvis Napitupulu, M.S, sebagai narasumber II dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd
sebagai narasumber III sekaligus yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
3.
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
dan Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Program
Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan
administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
v
4.
Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga
bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan
tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan
Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan di Unimed.
5.
Suamiku tersayang Agus Salim, S.Pd.I, Ayahanda tercinta Drs. Pantis
Simamora, Ibunda tercinta Siti Cholidah Hasibuan serta Kakanda Fatmah
Syarah, S.Pd.I, M.Pd, Fatimatul Hotimah, Hotimatul Majidah, Padlan Padil
Simamora yang senantiasa mendoakan penulis serta memberikan dorongan,
motivasi sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
6.
Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan kelas A/B dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus
dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan,
Februari 2016
Penulis
FATMATU ZAHROH, S.Pd.I
v
AFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................
ABSTRAC...................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................
AFTAR ISI...............................................................................
AFTAR TABEL........................................................................
AFTAR GAMBAR...................................................................
AFTAR LAMPIRAN................................................................
BAB I PENAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah............................................
1.2
Identifikasi Masalah...................................................
1.3
Pembatasan Masalah..................................................
1.4
Rumusan Masalah......................................................
1.5
Tujuan Penelitian.......................................................
1.6
Manfaat Penelitian.....................................................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis.......................................................
2.1.1
Komunikasi Matematis..................................
2.1.2
Disposisi Matematis.......................................
2.1.3
Pembelajaran Biasa........................................
2.1.4
Pembelajaran Berbasis Masalah....................
2.1.5
Teori Belajar Pendukung...............................
2.2
Penelitian yang Relean............................................
2.3
Kerangka Konseptual.............................................
2.4
Hipotesis Penrlitian................................................
BAB III
METOE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian..................................
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian................................
3.3
Variabel Penelitian.....................................................
3.4
Desain Penelitian.......................................................
3.5
Prosedur Penelitian.................................................
3.6
Instumen Penelitian................................................
3.6.1
Data KAM...................................................
3.6.2
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis….
3.6.3
Skala Disposisi Matematis………………….
3.6.4
Lembar Obserasi…………………………..
3.7
Pji Coba Instrumen…………………………………
3.7.1 Validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran..
3.7.2 Validasi ahli terhadap instrumen penelitian……
3.7.3 Analisis Validitas Tes…………………………..
3.7.4 Analisis reliabilitas tes……….……………... 71
Daya Pembeda……………………….. ………..
72
Analisis Tingkat Kesukaran……………………
i
ii
iii
v
vii
xi
xii
1
17
17
18
18
19
21
21
26
30
35
41
46
47
55
56
56
57
58
59
62
62
63
66
67
68
68
69
70
3.7.5
3.7.6
73
BAB IV
3.8
Analisis Data…………………………………….……
3.8.1 Pji Normalitas Data…………………………….
3.8.2 Pji Homogenitas data…………………………..
3.8.3 Menentukan Model Regresi……………………
74
76
77
79
3.9
Defenisi Operasional..................................................
89
HASIL PENELITIAN AN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitia ..................................................................
4.1.1 Hasil Pjicoba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen
4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematik (KAM)....
4.1.3 Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Komunikasi
dan Disposisi Matematis Siswa .............................
4.2 Statistik Inferensial Data Penelitian ..................................
4.2.1 Pengujian Hipotesis I ...............................................
4.2.2 Pengujian Hipotesis II..............................................
4.2.3 Pengujian Hipotesis III.............................................
4.2.4 Pengujian Hipotesis IV ............................................
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................
4.3.1 Faktor Pembelajaran ................................................
4.3.2 Kemampuan Awal Matematik Siswa.......................
4.3.3 Kemampuan Komunikasi Matematis.......................
4.3.4 Disposisi Matematis Siswa ......................................
4.4 Keterbatasan Penelitian.....................................................
102
113
114
125
135
138
141
141
145
147
148
150
SIMPULAN AN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................
5.2 Saran...................................................................................
151
152
AFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
153
156
BAB V
i
92
92
96
AFTAR TABEL
abel 2.1
abel 2.2
abel 3.1.
abel 3.2
abel 3.3
abel 3.4
abel 3.5
abel 3.6
abel 3.7
abel 3.8
abel 3.9
abel 3.10
abel 4.1
abel 4.2
abel 4.3
abel 4.4
abel 4.5
abel 4.6
abel 4.7
abel 4.8
abel 4.9
abel 4.10
abel 4.11
abel 4.12
abel 4.13
abel 4.14
abel 4.15
abel 4.16
abel 4.17
abel 4.18
abel 4.19
abel 4.20
abel 4.21
abel 4.22
abel 4.23
abel 4.24
abel 4.25
Sintaksis untuk Pembelajaran Berbasis Masalah ........................
40
Perbedaan Pedagogis PBM dan Pembelajaran Biasa ..................
41
Jadwal Kegiatan Penelitian..........................................................
56
abel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel
erikat dan Variabel Kontrol.......................................................
59
Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa..........
63
Kisi-kisi es Kemampuan Komunikasi Matematis.....................
64
Pedoman Penskoran es Kemampuan Komunikasi Matematis ..
65
Kisi-kisi Skala Disposisi Matematis............................................
66
Angket Disposisi Matematis........................................................
67
Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran.......................................
69
Rancangan Analisis Data Untuk ANACOVA.............................
75
Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji statistik yang
Digunakan....................................................................................
84
Rangkuman Hasil Validasi Ahli erhadap Perangkat Pembelajaran 93
Rangkuman Hasil Uji Coba Instrumen........................................
94
Karakteristik dari Skala Disposisi Matematis .............................
95
Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa iap Kelas Sampel
Berdasarkan Nilai es Kemampuan Awal Matematika ..............
96
Hasil Uji Normalitas KAM .........................................................
98
Hasil Uji Homogenitas KAM......................................................
98
Uji perbedaan rata-rata kemampuan awal matematik .................
99
Sebaran Sampel Penelitian ..........................................................
100
Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis .............
102
Hasil Uji Normalitas Pretes Komunikasi Matematis...................
102
Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol....................................................
103
vii
Uji perbedaan rata-rata pretes
kemampuan komunikasi .............
104
Data Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis............
105
Hasil Uji Normalitas Postest Komunikasi Matematis .................
105
Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Matematis
Kedua Kelas................................................................................
106
Uji perbedaan rata-rata postes kemampuan komunikasi .............
107
Data Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ...
108
Nilai Rataan N_Gain ernormalisasi dan Kategorinya...............
108
Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
109
Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol....................................................
110
Uji rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi .....................
110
Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur............................................
111
Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Matematis Kedua
Kelas .....................................................................................................
111
Uji perbedaan rata-rata postes disposisi ......................................
113
Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...................................................
114
abel 4.26
abel 4.27
abel 4.28
abel 4.29
abel 4.30
abel 4.31
abel 4.32
abel 4.33
abel 4.34
abel 4.35
abel 4.36
abel 4.37
abel 4.38
abel 4.39
abel 4.40
abel 4.41
abel 4.42
abel 4.43
abel 4.44
abel 4.45
abel 4.46
abel 4.47
abel 4.48
abel 4.49
abel 4.50
abel 4.51
abel 4.52
Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...................................................
115
Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis..
116
Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis....
116
Kofisien Regresi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
pada Kelas Eksperimen ...............................................................
117
Kofisien Regresi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
pada Kelas Kontrol .....................................................................
117
Uji Keberartian Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi
Matematis pada kelas Eksperimen ..............................................
118
Uji Keberartian Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi
Matematis pada kelas Kontrol .....................................................
119
Analisis Varians untuk viiiUji Linieritas Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen.........................
120
Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Kontrol................................
120
Uji Kesamaan dan Kesejajaran Koefisien Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada kelas Eksperimen dan Kontrol......
121
Rencangan ANACOVAKemampuan Komunikasi Matemtis Siswa 123
Analisis Peningkatan Antara Kelas Eksperimen dan KelasKontrol 125
Hasil Uji Normalitas Pretes Disposisi Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol....................................................
125
Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol..................................................
126
Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis..
127
Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis....
127
Kofisien Regresi Pretes Disposisi Matematis Siswa pada Kelas
Eksperimen ..................................................................................
128
Kofisien Regresi Pretes Disposisi Matematis Siswa pada Kelas
Kontrol.........................................................................................
128
Uji Keberartian Persamaan Regresi Disposisi Matematis pada kelas
Eksperimen ..................................................................................
129
Uji Keberartian Persamaan Regresi Disposisi Matematis pada kelas
Kontrol.........................................................................................
129
Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Disposisi Matematis
pada Kelas Eksperimen ...............................................................
130
Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Disposisi Matematis
pada Kelas Kontrol ......................................................................
131
Uji Kesamaan dan Kesejajaran Koefisien Regresi Disposisi
Matematis pada kelas Eksperimen dan Kontrol ..........................
132
Rencangan ANACOVA Peningkatan Disposisi Matemtis Siswa
134
Analisis Peningkatan Antara Kelas
Eksperimen dan KelasKontrol 134
ix
Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur............................................
136
Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur Peningkatan Disposisi
Matematis ....................................................................................
138
x
AFTAR GAMBAR
Gambar1.1
HasilJawabanSiswa...............................................................
6
Gambar1.2
SoalTIMSS2013 ...................................................................
7
Gambar2.1
HasilyangDiperolehSiswadariPembelajaranBerbasis
Masalah...................................................................................
39
Gambar3.1
AlurProsedurPenelitian.........................................................
61
Gambar4.1
DiagramMeandanStandardDeviasiKAM...........................
97
Gambar4.2
DiagramSebaranSampelPenelitian ......................................
101
Gambar4.3
GrafikInteraksiantaraPembelajarandengan
KemampuanAwalMatematikaSiswa..................................
Gambar4.4
137
Grafik Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal
MatematikaSiswa.....................................................................
xi
139
A I
PENDAHULUAN
1.1 Latar elakang Masalah
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu tidak terlepas kaitannsa
dengan pendidikan terutama dalam pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Matematika memiliki struktur keterkaitan sang kuat dan jelas satu
sama lain serta pola pikir sang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini mungkin
karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir
kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab,
percasa diri disertai iman dan taqwa. Sehingga matematika dipandang sebagai
suatu ilmu sang terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, dan
ilmu tentang cara berpikir untuk memahami dunia sekitar.
Menurut Ansari (2009:), matematika merupakan alat bantu sang dapat
memperjelas dan mensederhanakan suatu keadaan atau situasi sang sifatnsa
abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi,
untuk
memudahkan
pemecahan
masalah.
Karena
cara
berpikir
sang
dikembangkan dalam matematika menggunakan kaidah-kaidah penalaran sang
konsisten dan akurat, maka matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir
sang sangat efektif untuk memandang berbagai permasalahan termasuk di luar
matematika sendiri. Cockroft (Abdurrahman, 2009:253) menulis:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena () Selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika sang sesuai; (3) Merupakan
sarana komunikasi sang kuat, singkat, dan jelas; (4) Dapat
digunakan untuk mensajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
2
keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah sang menantang.
UNESCO (996:3), mensatakan belajar matematika seharusnsa tidak
sekedar earning to know, melainkan juga harus meliputi earning to do, earning
to be, hingga earning to ive together. Maka pembelajaran matematika
sesogsansa berdasarkan pada pemikiran bahwa siswa sang harus belajar dan
semestinsa dilakukan secara komperhensif dan terpadu.
Berdasarkan
uraian diatas,
terlihat begitu pentingnsa mempelajari
matematika bagi siswa. Namun kensataan di lapangan tidak seperti sang
diharapkan. Seperti sang hasil temuan PISA (Program for Internationa Student
Assessment) (202:5), dalam kemampuan matematika, membaca dan iptek secara
keseluruhan, posisi Indonesia berada pada peringkat 63 dari 64 negara. Skor
tertinggi diraih kota Sanghai, China dengan nilai skor rata-rata kemampuan
keseluruhannsa 63 sedangkan skor Indonesia adalah 375. Ini berarti Indonesia
berada pada level rendah dalam kemampuan matematika.
Permendikbud No.54 tentang standar kompetensi lulusan Kurikulum 203
(203:2)
mengemukakan
kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
dalam matematika, sang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut : ) Sikap saitu memiliki perilaku sang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, berilmu, percasa diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2)
Pengetahuan saitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budasa dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait pensebab
3
serta dampak fenomena dan kejadian. 3) Keterampilan
saitu
memiliki
kemampuan pikir dan tindak sang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret sebagai pengembangan dari sang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Sesuai dengan SKL Kurikulum 203 di atas, pada pembelajaran
matematika siswa tidak sekedar belajar pengetahuan kognitif, namun diharapkan
memiliki sikap kritis dan cermat, obsektif dan terbuka, menghargai keindahan
matematika, serta rasa ingin tahu, berpikir dan bertindak kreatif, serta senang
belajar matematika. Menurut Sumarmo (Choridah, 203: 96), Sikap dan
kebiasaan berpikir seperti itu pada hakekatnsa akan membentuk dan
menumbuhkan disposisi matematik (mathematica disdosition) saitu keinginan,
kesadaran dan dedikasi sang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
Kemampuan sang diharapkan dalam tujuan mata pelajaran matematika
seperti sang dikemukakan di atas, tidak lain merupakan pengembangan dasa
matematik
(mathemathica
dower).
Hal
ini
diungkapkan
oleh
NCTM
(Romberg,993: 2), dasa matematik adalah kemampuan untuk mengeksplorasi,
mensusun konjektur; dan memberikan alasan secara logis; kemampuan untuk
menselesaikan masalah non rutin; mengomunikasikan ide mengenai matematika
dan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi; menghubungkan ide-ide
dalam matematika, antar matematika, dan kegiatan intelektual lainnsa. Dengan
kata lain istilah dasa matematis memuat kemampuan pemahaman, pemecahan
masalah, koneksi, komunikasi, dan penalaran matematik. Sebagai implikasinsa,
dasa matematis merupakan kemampuan sang perlu dimiliki siswa sang belajar
matematika pada jenjang sekolah manapun.
4
Salah satu kemampuan matematik sang perlu ditumbuh kembangkan di
kalangan siswa adalah kemampuan komunikasi matematik. Sebagai contoh notasi
5 x 3 dapat digunakan untuk mensatakan berbagai hal seperti: () bansaknsa
coklat dalam 5 kotak sang masing-masing kotak berisi 3 buah coklat, (2) luas
permukaan kolam ikan dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter, (3)
bansak roda pada 5 buah becak. Contoh ini menunjukkan bahwa satu notasi
dapat digunakan untuk beberapa hal namun tidak membingungkan dan masingmasing mempunsai kekuatan argumen. Basangkan jika para siswa tidak
mempelajari matematika, bagaimana cara mereka untuk mensatakan bansaknsa
coklat dalam kotak dengan jumlah tertentu, menentukan luas permukaan kolam
ikan dengan ukuran tertentu dan mensatakan bansaknsa roda becak dalam jumlah
tertentu.
Matematika umumnsa merupakan perhitungan angka-angka dan rumusrumus, sehingga muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi tidak dapat
dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat,
karena menurut Greenes dan Schulman (Ansari, 2009:4), komunikasi matematika
merupakan: )
kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan
strategi matematika, 2) modal keberhasilan siswa terhadap pendekatan dan
penselesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, 3) wadah bagi siswa
untuk memperoleh informasi atau membagi pikiran, menilai dan mempertajam
ide untuk mesakinkan orang lain.
Melihat pentingnsa peran komunikasi
matematis diatas, maka siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk
memberikan argumen setiap jawabannsa serta memberikan tanggapan atas
5
jawaban sang diberikan oleh orang lain, sehingga apa sang sedang dipelajari
menjadi bermakna baginsa.
Baroods (993:99), mesebutkan sedikitnsa ada dua alasan penting,
mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan
siswa. Pertama, mathematics as anguage, artinsa matematika tidak hansa sekedar
alat bantu berfikir (a too to aid thinking), alat untuk menemukan pola,
menselesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
sebagai suatu alat sang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara
jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics earning as socia activity; artinsa
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai
wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.
Membangun
komunikasi
matematis
menurut
(Romberg,993: 8) memberikan manfaat dalam
menginventarisasi
dan
konsulidasi
pemikiran
NCTM,
2000
hal: ) guru dapat
matematik
siswa
melalui
komunikasi. 2) siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara
terurut dan jelas pada teman, guru dan lainnsa. 3) guru dapat menganalisis dan
menilai pemikiran matematika siswa serta strategi sang digunakan. 4) siswa dapat
menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematik dengan
tepat.
Bansaknsa pendapat para ahli sang mensatakan tentang kemampuan
komunikasi matematis. Maka dalam penelitian ini, peneliti mensimpulkan
beberapa indicator dalam kemampuan komunikasi matematis saitu, ()
menuliskan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau model
matematika lain; (2) menuliskan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nsata
6
ke
dalam
bahasa,
simbol,
idea,
atau
model
matematik;
dan
(3)
mengajukan/menuliskan pertansaan terhadap suatu informasi sang diberikan.
Pentingnsa kemampuan komunikasi matematis siswa seperti sang
diungkapkan diatas tidaklah sejalan dengan kensataan sang diperoleh dilapangan.
Seperti beberapa hasil penelitian di bawah ini sang menunjukkan rendahnsa
kemampuan komunikasi matematis siswa.
Peneliti menemukan masalah
dilapangan pada materi persamaan linear satu variabel. Kemampuan komunikasi
matematik siswa masih tergolong rendah terlihat dalam lembar jawaban salah
seorang siswa, saitu
7
Gambar .. Hasil Jawaban Siswa
Dari jawaban siswa diatas terlihatlah bahwa masih siswa kurang
memahami masalah diatas. Sehingga siswa tidak dapat membuat diagram sang
mensatakan situasi masalah tersebut dengan tepat.
Kasus serupa juga ditunjukkan oleh TIMSS 2003 (Ssafridla, 202:9)
dalam mensajikan soal sang juga menuntut kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam menterjemahkan soal cerita ke dalam bentuk bahasa atau model
matematika.
Gambar .2 : Soal TIMSS 203
Laporan hasil studi tersebut mensebutkan bahwa ternsata hansa 20% saja
dari siswa kita sang menjawab dengan benar, sementara 80% menjawab salah.
Laporan hasil studi TIMSS 2003 tersebut selanjutnsa mensimpulkan bahwa: ()
Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnsa secara optimum
dalam mata pelajaran matematika di sekolah; (2) Proses pembelajaran matematika
belum mampu menjadikan siswa mempunsai kebiasaan membaca sambil berpikir
dan bekerja, agar dapat memahami informasi esensial dan strategis dalam
menselesaikan soal; (3) Dari penselesaian soal-soal sang dibuat siswa, tampak
bahwa dosis mekanistik masih terlalu besar dan dosis penalaran masih rendah; (4)
8
Mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi “sekolah berpikir”, siswa
masih cenderung “menerima” informasi kemudian melupakannsa, sehingga mata
pelajaran matematika belum mampu membuat siswa cerdik, cerdas dan cekatan.
Dari kasus sang ditemui diatas, tampaknsa materi persamaan linier satu
variabel merupakan salah satu materi matematika sang dianggap rumit bagi siswa
dalam mencapai kemampuan komunikasi matematis. Seperti kasus sang dimuat
dalam sebuah jurnal penelitian (Septiana, dkk. 204: 292), pretasi belajar kurang
memuaskan terjadi pada siswa SMP di Provinsi Jawa Tengah khususnsa di
Kabupaten Grobogan. Dilihat dari dasa serap pokok bahasan sang diujikan pada
Ujian Nasional tahun 202, pokok bahasan materi sang mempunsai dasa serap
rendah adalah materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel. Pada
Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kabupaten
Grobogan mempunsai dasa serap sebesar 63,84% sedangkan dasa serap Nasional
pada materi ini sebesar 74,65%. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa di SMP
Kabupaten Grobogan masih mengalami kesulitan dalam menselesaikan soal-soal
sang berkaitan dengan materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu
Variabel.
Paparan di atas menunjukkan bahwa bansak masalah komunikasi
matematis dalam
materi persamaan linier satu variabel sang belum dapat
dipahami oleh siswa, misalnsa mensajikan persoalan atau masalah ke dalam
model matematika sang dapat berupa diagram, persamaan matematika, grafik,
ataupun tabel. Masalah diatas menunjukkan
betapa pentingnsa kemampuan
komunikasi matematis terutama pada penselesaian masalah persamaan linier satu
variabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih
9
praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnsa matematika sebagai bahasa
matematika merupakan bagian dari bahasa sang digunakan dalam massarakat.
Dengan demikian matematika dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam berkomunikasi matematis baik dalam ilmu pengetahuan, kehidupan
sehari-hari maupun dalam matematika itu sendiri. Namun kensataan dilapangan
malah sebaliknsa.
Kemampuan komunikasi matematis siswa juga dapat dilihat dari cara
siswa dalam menselesaikan soal-soal matematika bersama siswa lain sang
memperoleh jawaban berbeda. Seringkali seorang siswa hansa memiliki satu
cara, karena bertukar pendapat dengan temannsa ia memperoleh keuntungan dari
sudut pandang orang lain sang mungkin menjelaskan dengan cara berbeda dari
persoalan tersebut sang secara aljabar sang terkadang sering kali terlihat sulit.
Bila siswa diberi kebebasan dan dirangsang untuk menggunakan pikirannsa tanpa
diikat oleh aturan-aturan dan pola-pola sang mengikat jawaban, mereka akan
menemukan cara sang paling baik untuk menjawab soal (Ruseffendi, 982: 22).
Untuk itu guru memberikan kesempatan dan waktu kepada siswa untuk berbicara
dan mengkomunikasikan idensa. Karena, pemberian kesempatan kepada siswa
dan mendengar ide-ide siswa sekaligus menjadi kata kunci untuk tercapainsa
kemampuan berkomunikasi.
Selain kemampuan sang berkaitan dengan keterampilan komunikasi
matematis, juga perlu dikembangkan pada diri siswa sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, saitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percasa diri dalam
memecahkan masalah. Pengembangan ranah afektif sang menjadi tujuan
0
pendidikan matematika di jenjang SMP menurut Kurikulum 203 tersebut
hakekatnsa adalah menumbuhkan dan mengembangkan disposisi matematis.
Pentingnsa pengembangan disposisi matematis sesuai dengan pernsataan
Sumarmo (200:7) bahwa:
.... dalam mempelajari kompetensi matematik, siswa dan
mahasiswa perlu memiliki kemampuan berfikir matematik tingkat
tinggi, sikap kritis, kreatif dan cermat, obsektif dan terbuka,
menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan
senang belajar matematika. Apabila kebiasaan berfikir matermatik
dan sikap seperti di atas berlangsung secara berkelanjutan, maka
secara akumulatif akan tumbuh disposisi matematik (mathematica
disdosition) .
Pentingnsa pengembangan disposisi matematis juga diungkapkan NCTM,
989 (Spangler, 992:9) saitu menggambarkan disposisi matematis sebagai
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi ini tercermin dalam
minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika.
Menurut Anku,996 (Atallah, 200:46), disposisi siswa terhadap
matematika mempengaruhi pembelajaran mereka. Meringkas beberapa temuan
penelitian sang berkaitan dengan disposisi matematis siswa, Anku melaporkan
bahwa mengembangkan konsep-konsep matematika dari pengalaman kehidupan
nsata atau melalui pemecahan masalah menumbuhkan minat dan kepercasaan
siswa dalam belajar matematika. Anku percasa dalam membina disposisi siswa
terhadap pembelajaran matematika melalui menghubungkan konsep-konsep
matematika dengan situasi kehidupan nsata dan melalui wacana di kelas dapat
menggembirakan siswa .
Disposisi matematis siswa berkembang ketika mereka mempelajari aspek
kompetensi matematis (Karlimah, 200:4). Sebagai contoh, ketika siswa diberi
persoalan matematika sang menggunakan masalah kontekstual (real) atau relevan
dengan kehidupan anak dan diawali dengan masalah sang lebih mudah, maka
persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau model-model
sang sesuai dengan pengalaman anak dan kemampuan matematik sang
dimilikinsa. Jika anak telah mampu menselesaikan masalah, maka anak menjadi
lebih berani, percasa diri dan tidak kesulitan untuk belajar matematika. Karena
merasa matematika tidak sulit untuk dipelajari dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga lama-kelamaan anak menjadi senang belajar matematika.
Sebagaimana Sanjasa(2008:69) mengatakan:
Pengalaman belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa.
Kondisi dan karakteristik siswa merupakan salah satu
pertimbangan sang harus diperhatikan, baik mensangkut minat
dan bakat siswa, kecenderungan gasa belajar maupun
kamampuan dasar sang dimiliki siswa.
Selanjutnsa, Sanjasa (2008:72) mengatakan:
Ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman
belajar, sakni; ) interaktif (bukan hansa sekedar mensampaikan
pengetahuan dari guru ke siswa, 2) Inspiratif (hipotesis sang
merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan
mengujinsa,
3)
mensenangkan
(proses
sang
dapat
mengembangkan seluruh potensi siswa), 4) Menantang
(menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir),
5) motivasi (memiliki kemauan untuk belajar).
Fakta sang ditemui peneliti di lapangan tidak sesuai dengan sang
diharapkan. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika masih terlihat rendah.
Hal ini terlihat ketika peneliti memberikan tes komunikasi matematsi dan angket
disposisi matematis. Siswa mengerjakan tes itu
tidak secara mandiri, kurang
kesadaran serta tanggung jawab dalam menselesaikan masalah sang diberikan.
Sehingga timbul suasana sang kurang kondusif. Dari hasil angket disposisi siswa
diperoleh persentase siswa sang menjawab pernsataan negatif cenderung lebih
2
besar sehingga menggambarkan disposisi matematis siswa masih rendah pada
sekolah tersebut.
Atallah (200:43), dalam penelitiannsa di Timur Tengah mensatakan
siswa merasa kesulitan dan memiliki sikap negatif terhadap matematika.
NCTM,989 (Spangler, 992:20),
mensatakan disposisi matematis sebagai
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi ini tercermin dalam
minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika. Hal ini menunjukkan
bahwa Atallah menemukan disposisi matematis siswa masih rendah di Timur
Tengah. Variabel afektif seperti emosi, sikap dan kesakinan penting diketahui
untuk memahami perilaku siswa dalam matematika. Hal ini akan berdampak pada
bagaimana siswa belajar dan menggunakan matematika, serta potensi mereka
untuk menghambat pembelajaran sang tidak efektif.
Ssahputra (20:) mengemukakan,
beberapa tahun terakhir setiap
akhir pelaksanaan ujian nasional selalu ditemukan masalah ketidak sakinan siswa
terhadap kemampuannsa sendiri. Mereka lebih percasa pada jawaban-jawaban
sang mereka peroleh secara instan sang diperoleh dari kebocoran soal serta
ketidak jujuran dalam ujian. Hal ini sesuai dengan pendapat Jhonson (2006) sang
mengemukakan bahwa siswa tidak gigih belajar matematika. Selain itu hasil
penelitian dalam Nationa Academy of Science (2006) bansak siswa sang tidak
sakin dapat berhasil belajar matematika. Mardapi (Ssahputra, 20:),
mensatakan bahwa faktor pensebab menurunnsa persentase kelulusan siswa pada
ujian nasional 200 lalu selain karena kesadaran siswa sang rendah juga
disebabkan karena rendahnsa rasa percasa diri siswa.
3
Paparan di atas menunjukkan betapa pentingnsa kemampuan komunikasi
dan disposisi matematis sang harus dimiliki oleh siswa dalam proses belajar
mengajar matematika. Namun kensataannsa hal diatas masih menjadi masalah
karena belum sesuai dengan kensataan sang diharapkan. Seperti halnsa sang
ditemui peneliti
dilapangan
saitu kemampuan komunikasi dan disposisi
matematis siswa masih rendah.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai
komponen sang ada di dalamnsa, antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode
atau model pembelajaran, media, guru dan siswa. Terkait dengan model
pembelajaran, masih bansak pembelajaran sang digunakan guru dalam
pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran biasa
sang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa
dalam belajar mengajar sehingga mensebabkan siswa kesulitan dalam memahami
konsep atau materi matematika sang diberikan. Sebagaimana Shadiq (2009:8)
menulis:
Pada masa lalu, dan mungkin juga sampai saat ini, bahwa sebagian
guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas
pengertiannsa, lalu memberikan contoh-contoh diikuti dengan
mengumumkan aturan-aturan. Kegiatan selanjutnsa adalah dengan
meminta para siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan
pembelajaran seperti itu, para guru akan mengontrol secara penuh
materi serta metode pensampaiannsa. Akibatnsa, proses
pembelajaran matematika di kelas saat itu menjadi proses
mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh
sang diberikan guru.
Cara pembelajaran biasa seperti di atas kurang merangsang siswa untuk
mengerti tentang apa sang dipelajari, dan pada gilirannsa nanti siswa kurang
mampu untuk memecahkan masalah sang terkait dengan materi pelajaran sang
siswa pelajari. Dapat juga dikatakan bahwa cara belajar siswa menjadi kurang
4
bermakna.
Namun hal demikian tidak menutup kemungkinan untuk terjadi
peningkatan kemampuan matematik siswa. Karena bisa jadi siswa di kelas hansa
menjadi seorang pendengar sang pasif. Meskipun ketika siswa menerima ataupun
menemukan dan menggali sendiri pemecahan masalah sang berkaitan dengan
materi sang dipelajari saat itu, mungkin siswa hansa menghafalkan materi-materi
sang baru diperolehnsa. Siswa tidak berusaha mengkaitkan antara informasi baru
sang diperoleh dengan struktur kognitif sang sebenarnsa telah dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi
matematika di lapangan, bahwa pembelajaran sang dilakukan guru di sekolah
sama hansa seperti sang diungkapkan Sadiq. Pembelajaran hansa berpusat pada
guru, seperti menjelaskan pengertian, memberikan contoh dan membahas soalsoal rutin sang diberikan. Guru masih merasa sulit untuk mengajarkan materimateri matematika tersebut dengan berbagai metode sang lebih menarik, sehingga
pembelajaran masih monoton dan berpusat pada guru. Pembelajaran seperti ini
hansa akan mencapai tingkat kognitif pada pengetahuan dan pemahaman saja dan
tidak menekankan kepada para siswa untuk mengkomunikasikan gagasan/ide,
bernalar, memecahkan masalah, ataupun pada pemahaman. Dengan aktivitas
pembelajaran seperti itu, kadar keaktifan siswa menjadi sangat rendah.
Namun
hal
demikian
tidak
menutup
kemungkinan
peningkatan
kemampuan matematis siswa dapat terjadi. Seperti hasil temuan Harahap
(204:53),
peningkatan komunikasi matematis siwa dapat terjadi pada
pembelajaran biasa dengan dengan rata-rata gain ternormalisasi 0.370. Meski
menunjukkan peningkatan, tetapi peningkatannsa tidak lebih tinggi dari
pembelajaran sang lebih menuntut siswa aktif.
5
Salah
satu
alternatif
model
pembelajaran
sang
memungkinkan
dikembangkannsa kemampuan komunikasi dan disposisi matematis lebih baik
dan menuntut siswa aktif adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Memilih
menggunakan PBM di karenakan: () PBM mensiapkan
siswa belajar pada
situasi dunia nsata; (2) PBM memungkinkan siswa menjadi produsen
pengetahuan, dari pada hansa konsumen; dan (3) PBM dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan komunikasi dan sisposisi matematis siswa (Arends,
2008:52).
Selain itu melalui PBM, dengan mensajikan masalah pada awal
pembelajaran diduga siswa dapat mengemukakan pendapat, mencari informasi
sang tersebunsi, bertansa, mencari berbagai alternatif untuk mengatasi masalah.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM),
merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif sang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
PBM adalah suatu model pembelajaran sang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan sang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Susilawati (20: 94) dalam penelitiannsa di SLTP Negeri di Bandung
menemukan bahwa melalui penerapan PBM,
kemampuan siswa mengajukan
masalah matematika mencapai kriteria hasil belajar sang baik, secara kualitas
adansa peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan masalah matematik.
Cronbach (Sursabrata, 984: 247), menganjurkan belajar sang sebaikbaiknsa
adalah mengalami dan dalam mengalami itu siswa mempergunakan
panca indransa. Senada dengan sang dikemukakan Cronbach, Lev Vsgotsks
(Sursabrata, 984: 247) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi
6
pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru sang menantang dan
ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah sang dimunculkan oleh
pengalamannsa sendiri. Dia juga menambahkan bahwa interaksi sosial dengan
teman lain memacu terbentuknsa ide baru dan memperkasa perkembangan
intelektual siswa.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk
terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa
dihadapkan pada situasi masalah. Keikutsertaan dalam kegiatan ini diperkirakan
akan mempertajam kemampuan komunikasi
dan disposisi matematis siswa.
Selain itu dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dibiasakan mengemukakan
pendapat, serta mendengarkan pendapat. Semua kegiatan tersebut akan melatih
mereka untuk terbiasa mendengar, memahami dan mengerti orang lain. Dalam hal
ini pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pebelajar
sang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru mendorong dan mengarahkan
mereka untuk mencari penselesaian terhadap masalah nsata mereka sendiri.
Berdasarkan paparan diatas, selain penerapan model pembelajaran, tingkat
kemampuan awal matematika siswa juga memberi kontribusi terhadap
meningkatnsa
kemampuan
komunikasi
dan
disposisi
matematis
siswa.
Kemampuan awal siswa adalah tingkat penguasaan siswa terhadap ide gagasan
sebuah pokok bahasan dalam pelajaran matematika dan prosedur sang terkandung
dalam pokok bahasan tersebut. Keberagaman tingkat penguasaan siswa terhadap
ide gagasan matematika berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi dan
disposisi matematis siswa. Hal tersebut dikarenakan sifat ilmu matematika sang
hirarkis. Penggunaan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
7
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa juga dipengaruhi oleh
kemampuan awal siswa. Pada penelitian ini juga akan dilihat interaksi antara
pembelajaran dengan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa
terhadap kemampuan awal siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Komunikasi
dan
Disposisi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran erbasis Masalah di SMPN
13 Medan“.
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, terlihat bahwa pendekatan
sang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran matematika mempengaruhi
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Maka faktor-faktor sang
mempengaruhi rendahnsa hasil belajar dalam pembelajaran matematika, saitu:
) Hasil belajar matematika siswa rendah.
2) Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.
3) Disposisi matematis siswa rendah.
4) Pembelajaran matematika disekolah kurang melibatkan aktivitas siswa
5) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sang belum dapat diterapkan oleh
guru matematika.
6) Kemampuan awal sang beragam berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi dan disposisi matematis siswa.
7) Siswa mengalami kesulitan membuat model matematika dalam persamaan
linier satu variabel.
8
1.3 Pembatasan Masalah
Berbagai masalah sang teridentifikasi di atas merupakan masalah sang
cukup luas dan kompleks, serta cakupan materi matematika sang sangat bansak.
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji maka perlu
pembatasan masalah. Dalam penelitian ini difokuskan penggunaan pembelajaran
berbasis masalah
terhadap kemampuan komunikasi dan disposisi matematis
siswa melalui PBM pada materi persamaan linier satu variabel di kelas VII
SMPN 3 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sang telah diuraikan di atas, sang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
) Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sang diberi
PBM lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan komunikasi mat
DISPOSISI MATEMATIS SISWA MELALUI
PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH
DI SMPN 13 MEDAN
JURNAL TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Megister Program
Studi Pendidikan Matematika
Oleh:
FATMATU ZAHROH
NIM : 8136172034
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2016
BSTRS
FTMTU ZHROH. Penngkatan Kemampuan Komunkas tan Dsposs
Matemats Sswa Melalu Pemmelajaran Bermass Masalah t SMPN 13 Metan.
Tess Program Stut Penttkan Matematka Pascasarjana Unverstas Neger
Metan,2016.
Peneltan n mertujuan untuk mengetahu: (1) penngkatan kemampuan
komunkas matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan
kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa, (2)
penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata
penngkatan tsposs matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa, (3)
nteraks antara pemmelajaran tan kemampuan awal matematka sswa terhatap
penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa, (4) nteraks antara
pemmelajaran tan kemampuan awal matematka sswa terhatap penngkatan
tsposs matemats sswa. Peneltan n merupakan peneltan kuas ekspermen.
Populas peneltan n seluruh sswa SMP Neger 13 Metan tahun pelajaran 2014/
2015. Secara purposve tplh sswa kelas VII SMPN 13 Metan semaga sumjek
peneltan yatu kelas VII-1 tan kelas VII-2. Kelas ekspermen tmerkan
perlakuan pemmelajaran mermass masalah tan kelas kontrol tmer perlakuan
pemmelajaran masa. Instrumen yang tgunakan atalah : tes kemampuan
komunkas tan angket tsposs matemats yang tnyatakan telah memenuh
syarat valtatas tan relamltas. Analss tata tlakukan tengan analss kovaran
(ANABOVA) tan ANOVA tua jalur. Temuan peneltan menunjukkan mahwa:
(1) penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer PBM lemh
tngg tar pata penngkatan kemampuan komunkas matemats sswa yang tmer
pemmelajaran masa. Hal n terlhat tar rerata gan kemampuan komunkas
matemats pata PBM semesar 0,599 > 0,401 pata PB. (2) penngkatan tsposs
matemats sswa yang tmer PBM lemh tngg tar pata penngkatan tsposs
matemats sswa yang tmer pemmelajaran masa. Hal n terlhat tar rerata gan
tsposs matemats pata PBM semesar 0,402 > 0,353 pata PB (3) Ttak tertapat
nteraks antara pemmelajaran tengan kemampuan awal matematka sswa
terhatap penngkatan kemampuan komunkas matemats, (4) Ttak tertapat
nteraks antara pemmelajaran tengan kemampuan awal matematka sswa
terhatap penngkatan kemampuan tsposs matemats.
Sata kunci: Pembelajaran berbasis Masalah, Somunikasi dan Diposisi
Matematis.
BSTRCT
FTMTU ZHROH. Improvet of Bommuncaton ant Dsposton
Mathematcal Amlty Through Promlem Baset Learnng Stutents at SMPN 13
Metan. Thess. Stuty Programs Postgratuate Mathematcs Etucaton State
Unversty of Metan, 2016.
Ths research amet at to know: (1) ncrease the amlty of mathematcal
communcaton stutents are gven PBM hgher than on mprovng the
communcaton sklls of mathematcal stutents who were learnng ncretmle, (2)
an ncrease n the tsposton of mathematcal stutents are gven PBM hgher than
on mprovng the amlty of tsposton of mathematcal stutents gven the usual
learnng, (3) the nteracton metween learnng ant early math amltes of stutents
to the stutents' mathematcal communcaton sklls, (4) the nteracton metween
learnng ant early math amltes of stutents to the stutent mathematcal
tsposton. Ths stuty s a quas-expermental research. The stuty populaton s
all stutents of SMP Neger 13 Metan the school year 2014 / 2015. In purposvely
selectet seventh grate stutents of SMPN 13 Metan as a research sumject s class
VII-1 ant class VII-2. Gven the expermental class treatment of promlem-maset
learnng ant classroom learnng control treatet normal. The nstruments uset
were: communcaton amlty tests ant questonnares mathematcal tsposton
otherwse meen elgmle valtatas ant relamlty. The research fntngs showet
that: (1) ncrease the amlty of mathematcal communcaton stutents are gven
PBM hgher than on mprovng the communcaton sklls of mathematcal
stutents who were learnng ncretmle, wth gan mean communcaton sklls
PBM 0,599 > 0,401 of PB, (2) an ncrease n the tsposton of mathematcal
stutents are gven PBM hgher than on mprovng the amlty of tsposton of
mathematcal stutents gven the usual learnng, wth gan amlty of tsposton
PBM 0,402 > 0,353 of PB, (3) There s no nteracton metween learnng wth pror
knowletge mathematcs stutents to ncrease communcaton amlty, (4) There s
no nteracton metween early mathematcs learnng wth stutents 'amlty to
ncrease mathematcal tsposton.
Seywords: Problem-based Learning, Communications
Mathematics.
and Disposition
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan
rahmat dan karunia-Nya serta sholawat dan salam kita sanjung sajikan khadirat
Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabat. Sehingga
tesis saya yang berjudul: ”Peningkatan Kemampuan Komunikasi dan Disposisi
Matematis Siswa SMP Melalui Pembelajaran Berbasis Masalah”
dapat
diselesaikan. Tesis ini disusun dalam rangka memenuhi persyaratan dalam
memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan
Matematika di Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.
Bapak Dr. Ani Minarni, M.Si sebagai pembimbing I dan Dr. Waminton
Rajagukguk, M.Pd selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan
masukan dan bimbingan serta motivasi yang kuat dalam penyusunan tesis ini.
2.
Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd sebagai narasumber I, Bapak M.Pd Dr. E.
Elvis Napitupulu, M.S, sebagai narasumber II dan Ibu Dr. Izwita Dewi, M.Pd
sebagai narasumber III sekaligus yang telah memberikan saran dan kritik
yang membangun untuk menjadikan tesis ini menjadi lebih baik.
3.
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri Medan,
dan Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea selaku Direktur Program
Pascasarjana Unimed, yang telah memberikan kesempatan serta bantuan
administrasi selama pendidikan di Universitas Negeri Medan.
v
4.
Bapak/ibu dosen yang telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga
bagi pengembangan wawasan keilmuan selama mengikuti studi dan penulisan
tesis ini, Bapak Dapot Tua Manullang, M.Si sebagai staf Prodi Pendidikan
Matematika yang telah banyak membantu penulis khususnya dalam
administrasi perkuliahan di Unimed.
5.
Suamiku tersayang Agus Salim, S.Pd.I, Ayahanda tercinta Drs. Pantis
Simamora, Ibunda tercinta Siti Cholidah Hasibuan serta Kakanda Fatmah
Syarah, S.Pd.I, M.Pd, Fatimatul Hotimah, Hotimatul Majidah, Padlan Padil
Simamora yang senantiasa mendoakan penulis serta memberikan dorongan,
motivasi sehingga tesis ini terselesaikan dengan baik.
6.
Seluruh sahabat-sahabat seperjuangan kelas A/B dan semua pihak yang telah
membantu penulis dalam pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan tesis ini.
Semoga Allah membalas semua yang telah diberikan Bapak/Ibu serta
saudara/i, kiranya kita semua tetap dalam lindungan-Nya. Semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan khususnya matematika.
Mungkin masih terdapat kekurangan/kelemahan dalam penyusunan tesis ini,
untuk itu penulis mengharapkan sumbangan berupa pemikiran yang terbungkus
dalam saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan tesis ini.
Medan,
Februari 2016
Penulis
FATMATU ZAHROH, S.Pd.I
v
AFTAR ISI
ABSTRAK...................................................................................
ABSTRAC...................................................................................
KATA PENGANTAR..................................................................
AFTAR ISI...............................................................................
AFTAR TABEL........................................................................
AFTAR GAMBAR...................................................................
AFTAR LAMPIRAN................................................................
BAB I PENAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah............................................
1.2
Identifikasi Masalah...................................................
1.3
Pembatasan Masalah..................................................
1.4
Rumusan Masalah......................................................
1.5
Tujuan Penelitian.......................................................
1.6
Manfaat Penelitian.....................................................
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1
Kerangka Teoritis.......................................................
2.1.1
Komunikasi Matematis..................................
2.1.2
Disposisi Matematis.......................................
2.1.3
Pembelajaran Biasa........................................
2.1.4
Pembelajaran Berbasis Masalah....................
2.1.5
Teori Belajar Pendukung...............................
2.2
Penelitian yang Relean............................................
2.3
Kerangka Konseptual.............................................
2.4
Hipotesis Penrlitian................................................
BAB III
METOE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian..................................
3.2
Populasi dan Sampel Penelitian................................
3.3
Variabel Penelitian.....................................................
3.4
Desain Penelitian.......................................................
3.5
Prosedur Penelitian.................................................
3.6
Instumen Penelitian................................................
3.6.1
Data KAM...................................................
3.6.2
Tes Kemampuan Komunikasi Matematis….
3.6.3
Skala Disposisi Matematis………………….
3.6.4
Lembar Obserasi…………………………..
3.7
Pji Coba Instrumen…………………………………
3.7.1 Validasi ahli terhadap perangkat pembelajaran..
3.7.2 Validasi ahli terhadap instrumen penelitian……
3.7.3 Analisis Validitas Tes…………………………..
3.7.4 Analisis reliabilitas tes……….……………... 71
Daya Pembeda……………………….. ………..
72
Analisis Tingkat Kesukaran……………………
i
ii
iii
v
vii
xi
xii
1
17
17
18
18
19
21
21
26
30
35
41
46
47
55
56
56
57
58
59
62
62
63
66
67
68
68
69
70
3.7.5
3.7.6
73
BAB IV
3.8
Analisis Data…………………………………….……
3.8.1 Pji Normalitas Data…………………………….
3.8.2 Pji Homogenitas data…………………………..
3.8.3 Menentukan Model Regresi……………………
74
76
77
79
3.9
Defenisi Operasional..................................................
89
HASIL PENELITIAN AN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitia ..................................................................
4.1.1 Hasil Pjicoba Perangkat Pembelajaran dan Instrumen
4.1.2 Deskripsi Kemampuan Awal Matematik (KAM)....
4.1.3 Deskripsi dan Analisis Data Kemampuan Komunikasi
dan Disposisi Matematis Siswa .............................
4.2 Statistik Inferensial Data Penelitian ..................................
4.2.1 Pengujian Hipotesis I ...............................................
4.2.2 Pengujian Hipotesis II..............................................
4.2.3 Pengujian Hipotesis III.............................................
4.2.4 Pengujian Hipotesis IV ............................................
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ............................................
4.3.1 Faktor Pembelajaran ................................................
4.3.2 Kemampuan Awal Matematik Siswa.......................
4.3.3 Kemampuan Komunikasi Matematis.......................
4.3.4 Disposisi Matematis Siswa ......................................
4.4 Keterbatasan Penelitian.....................................................
102
113
114
125
135
138
141
141
145
147
148
150
SIMPULAN AN SARAN
5.1 Simpulan ............................................................................
5.2 Saran...................................................................................
151
152
AFTAR PUSTAKA......................................................................................
LAMPIRAN ....................................................................................................
153
156
BAB V
i
92
92
96
AFTAR TABEL
abel 2.1
abel 2.2
abel 3.1.
abel 3.2
abel 3.3
abel 3.4
abel 3.5
abel 3.6
abel 3.7
abel 3.8
abel 3.9
abel 3.10
abel 4.1
abel 4.2
abel 4.3
abel 4.4
abel 4.5
abel 4.6
abel 4.7
abel 4.8
abel 4.9
abel 4.10
abel 4.11
abel 4.12
abel 4.13
abel 4.14
abel 4.15
abel 4.16
abel 4.17
abel 4.18
abel 4.19
abel 4.20
abel 4.21
abel 4.22
abel 4.23
abel 4.24
abel 4.25
Sintaksis untuk Pembelajaran Berbasis Masalah ........................
40
Perbedaan Pedagogis PBM dan Pembelajaran Biasa ..................
41
Jadwal Kegiatan Penelitian..........................................................
56
abel Weiner tentang Keterkaitan antara Variabel Bebas, Variabel
erikat dan Variabel Kontrol.......................................................
59
Kriteria Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa..........
63
Kisi-kisi es Kemampuan Komunikasi Matematis.....................
64
Pedoman Penskoran es Kemampuan Komunikasi Matematis ..
65
Kisi-kisi Skala Disposisi Matematis............................................
66
Angket Disposisi Matematis........................................................
67
Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran.......................................
69
Rancangan Analisis Data Untuk ANACOVA.............................
75
Keterkaitan Permasalahan, Hipotesis dan Jenis Uji statistik yang
Digunakan....................................................................................
84
Rangkuman Hasil Validasi Ahli erhadap Perangkat Pembelajaran 93
Rangkuman Hasil Uji Coba Instrumen........................................
94
Karakteristik dari Skala Disposisi Matematis .............................
95
Deskripsi Kemampuan Awal Matematika Siswa iap Kelas Sampel
Berdasarkan Nilai es Kemampuan Awal Matematika ..............
96
Hasil Uji Normalitas KAM .........................................................
98
Hasil Uji Homogenitas KAM......................................................
98
Uji perbedaan rata-rata kemampuan awal matematik .................
99
Sebaran Sampel Penelitian ..........................................................
100
Data Hasil Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis .............
102
Hasil Uji Normalitas Pretes Komunikasi Matematis...................
102
Hasil Uji Homogenitas Varians Pretes Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol....................................................
103
vii
Uji perbedaan rata-rata pretes
kemampuan komunikasi .............
104
Data Hasil Postest Kemampuan Komunikasi Matematis............
105
Hasil Uji Normalitas Postest Komunikasi Matematis .................
105
Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Matematis
Kedua Kelas................................................................................
106
Uji perbedaan rata-rata postes kemampuan komunikasi .............
107
Data Hasil Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis ...
108
Nilai Rataan N_Gain ernormalisasi dan Kategorinya...............
108
Uji Normalitas Peningkatan Kemampuan Komunikasi Matematis
109
Hasil Uji Homogenitas Varians Gain Komunikasi Matematis Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol....................................................
110
Uji rata-rata peningkatan kemampuan komunikasi .....................
110
Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur............................................
111
Hasil Uji Homogenitas Varians Postes Komunikasi Matematis Kedua
Kelas .....................................................................................................
111
Uji perbedaan rata-rata postes disposisi ......................................
113
Hasil Uji Normalitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...................................................
114
abel 4.26
abel 4.27
abel 4.28
abel 4.29
abel 4.30
abel 4.31
abel 4.32
abel 4.33
abel 4.34
abel 4.35
abel 4.36
abel 4.37
abel 4.38
abel 4.39
abel 4.40
abel 4.41
abel 4.42
abel 4.43
abel 4.44
abel 4.45
abel 4.46
abel 4.47
abel 4.48
abel 4.49
abel 4.50
abel 4.51
abel 4.52
Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol...................................................
115
Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis..
116
Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis....
116
Kofisien Regresi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
pada Kelas Eksperimen ...............................................................
117
Kofisien Regresi Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
pada Kelas Kontrol .....................................................................
117
Uji Keberartian Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi
Matematis pada kelas Eksperimen ..............................................
118
Uji Keberartian Persamaan Regresi Kemampuan Komunikasi
Matematis pada kelas Kontrol .....................................................
119
Analisis Varians untuk viiiUji Linieritas Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Eksperimen.........................
120
Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada Kelas Kontrol................................
120
Uji Kesamaan dan Kesejajaran Koefisien Regresi Kemampuan
Komunikasi Matematis pada kelas Eksperimen dan Kontrol......
121
Rencangan ANACOVAKemampuan Komunikasi Matemtis Siswa 123
Analisis Peningkatan Antara Kelas Eksperimen dan KelasKontrol 125
Hasil Uji Normalitas Pretes Disposisi Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol....................................................
125
Hasil Uji Normalitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol..................................................
126
Hasil Uji Homogenitas Pretes Kemampuan Komunikasi Matematis..
127
Hasil Uji Homogenitas Gain Kemampuan Komunikasi Matematis....
127
Kofisien Regresi Pretes Disposisi Matematis Siswa pada Kelas
Eksperimen ..................................................................................
128
Kofisien Regresi Pretes Disposisi Matematis Siswa pada Kelas
Kontrol.........................................................................................
128
Uji Keberartian Persamaan Regresi Disposisi Matematis pada kelas
Eksperimen ..................................................................................
129
Uji Keberartian Persamaan Regresi Disposisi Matematis pada kelas
Kontrol.........................................................................................
129
Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Disposisi Matematis
pada Kelas Eksperimen ...............................................................
130
Analisis Varians untuk Uji Linieritas Regresi Disposisi Matematis
pada Kelas Kontrol ......................................................................
131
Uji Kesamaan dan Kesejajaran Koefisien Regresi Disposisi
Matematis pada kelas Eksperimen dan Kontrol ..........................
132
Rencangan ANACOVA Peningkatan Disposisi Matemtis Siswa
134
Analisis Peningkatan Antara Kelas
Eksperimen dan KelasKontrol 134
ix
Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur............................................
136
Rangkuman Uji ANOVA Dua Jalur Peningkatan Disposisi
Matematis ....................................................................................
138
x
AFTAR GAMBAR
Gambar1.1
HasilJawabanSiswa...............................................................
6
Gambar1.2
SoalTIMSS2013 ...................................................................
7
Gambar2.1
HasilyangDiperolehSiswadariPembelajaranBerbasis
Masalah...................................................................................
39
Gambar3.1
AlurProsedurPenelitian.........................................................
61
Gambar4.1
DiagramMeandanStandardDeviasiKAM...........................
97
Gambar4.2
DiagramSebaranSampelPenelitian ......................................
101
Gambar4.3
GrafikInteraksiantaraPembelajarandengan
KemampuanAwalMatematikaSiswa..................................
Gambar4.4
137
Grafik Interaksi antara Pembelajaran dengan Kemampuan Awal
MatematikaSiswa.....................................................................
xi
139
A I
PENDAHULUAN
1.1 Latar elakang Masalah
Matematika sebagai salah satu disiplin ilmu tidak terlepas kaitannsa
dengan pendidikan terutama dalam pengembangan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Matematika memiliki struktur keterkaitan sang kuat dan jelas satu
sama lain serta pola pikir sang bersifat deduktif dan konsisten. Hal ini mungkin
karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir
kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab,
percasa diri disertai iman dan taqwa. Sehingga matematika dipandang sebagai
suatu ilmu sang terstruktur dan terpadu, ilmu tentang pola dan hubungan, dan
ilmu tentang cara berpikir untuk memahami dunia sekitar.
Menurut Ansari (2009:), matematika merupakan alat bantu sang dapat
memperjelas dan mensederhanakan suatu keadaan atau situasi sang sifatnsa
abstrak menjadi konkrit melalui bahasa dan ide matematika serta generalisasi,
untuk
memudahkan
pemecahan
masalah.
Karena
cara
berpikir
sang
dikembangkan dalam matematika menggunakan kaidah-kaidah penalaran sang
konsisten dan akurat, maka matematika dapat digunakan sebagai alat berpikir
sang sangat efektif untuk memandang berbagai permasalahan termasuk di luar
matematika sendiri. Cockroft (Abdurrahman, 2009:253) menulis:
Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena () Selalu
digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) Semua bidang studi
memerlukan keterampilan matematika sang sesuai; (3) Merupakan
sarana komunikasi sang kuat, singkat, dan jelas; (4) Dapat
digunakan untuk mensajikan informasi dalam berbagai cara; (5)
Meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran
2
keruangan; dan (6) Memberikan kepuasan terhadap usaha
memecahkan masalah sang menantang.
UNESCO (996:3), mensatakan belajar matematika seharusnsa tidak
sekedar earning to know, melainkan juga harus meliputi earning to do, earning
to be, hingga earning to ive together. Maka pembelajaran matematika
sesogsansa berdasarkan pada pemikiran bahwa siswa sang harus belajar dan
semestinsa dilakukan secara komperhensif dan terpadu.
Berdasarkan
uraian diatas,
terlihat begitu pentingnsa mempelajari
matematika bagi siswa. Namun kensataan di lapangan tidak seperti sang
diharapkan. Seperti sang hasil temuan PISA (Program for Internationa Student
Assessment) (202:5), dalam kemampuan matematika, membaca dan iptek secara
keseluruhan, posisi Indonesia berada pada peringkat 63 dari 64 negara. Skor
tertinggi diraih kota Sanghai, China dengan nilai skor rata-rata kemampuan
keseluruhannsa 63 sedangkan skor Indonesia adalah 375. Ini berarti Indonesia
berada pada level rendah dalam kemampuan matematika.
Permendikbud No.54 tentang standar kompetensi lulusan Kurikulum 203
(203:2)
mengemukakan
kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan
dalam matematika, sang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai
berikut : ) Sikap saitu memiliki perilaku sang mencerminkan sikap orang
beriman, berakhlak mulia, berilmu, percasa diri, dan bertanggung jawab dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam
menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. 2)
Pengetahuan saitu memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budasa dengan
wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait pensebab
3
serta dampak fenomena dan kejadian. 3) Keterampilan
saitu
memiliki
kemampuan pikir dan tindak sang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan
konkret sebagai pengembangan dari sang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Sesuai dengan SKL Kurikulum 203 di atas, pada pembelajaran
matematika siswa tidak sekedar belajar pengetahuan kognitif, namun diharapkan
memiliki sikap kritis dan cermat, obsektif dan terbuka, menghargai keindahan
matematika, serta rasa ingin tahu, berpikir dan bertindak kreatif, serta senang
belajar matematika. Menurut Sumarmo (Choridah, 203: 96), Sikap dan
kebiasaan berpikir seperti itu pada hakekatnsa akan membentuk dan
menumbuhkan disposisi matematik (mathematica disdosition) saitu keinginan,
kesadaran dan dedikasi sang kuat pada diri siswa untuk belajar matematika dan
melaksanakan berbagai kegiatan matematika.
Kemampuan sang diharapkan dalam tujuan mata pelajaran matematika
seperti sang dikemukakan di atas, tidak lain merupakan pengembangan dasa
matematik
(mathemathica
dower).
Hal
ini
diungkapkan
oleh
NCTM
(Romberg,993: 2), dasa matematik adalah kemampuan untuk mengeksplorasi,
mensusun konjektur; dan memberikan alasan secara logis; kemampuan untuk
menselesaikan masalah non rutin; mengomunikasikan ide mengenai matematika
dan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi; menghubungkan ide-ide
dalam matematika, antar matematika, dan kegiatan intelektual lainnsa. Dengan
kata lain istilah dasa matematis memuat kemampuan pemahaman, pemecahan
masalah, koneksi, komunikasi, dan penalaran matematik. Sebagai implikasinsa,
dasa matematis merupakan kemampuan sang perlu dimiliki siswa sang belajar
matematika pada jenjang sekolah manapun.
4
Salah satu kemampuan matematik sang perlu ditumbuh kembangkan di
kalangan siswa adalah kemampuan komunikasi matematik. Sebagai contoh notasi
5 x 3 dapat digunakan untuk mensatakan berbagai hal seperti: () bansaknsa
coklat dalam 5 kotak sang masing-masing kotak berisi 3 buah coklat, (2) luas
permukaan kolam ikan dengan ukuran panjang 5 meter dan lebar 3 meter, (3)
bansak roda pada 5 buah becak. Contoh ini menunjukkan bahwa satu notasi
dapat digunakan untuk beberapa hal namun tidak membingungkan dan masingmasing mempunsai kekuatan argumen. Basangkan jika para siswa tidak
mempelajari matematika, bagaimana cara mereka untuk mensatakan bansaknsa
coklat dalam kotak dengan jumlah tertentu, menentukan luas permukaan kolam
ikan dengan ukuran tertentu dan mensatakan bansaknsa roda becak dalam jumlah
tertentu.
Matematika umumnsa merupakan perhitungan angka-angka dan rumusrumus, sehingga muncul anggapan bahwa kemampuan komunikasi tidak dapat
dibangun pada pembelajaran matematika. Anggapan ini tentu saja tidak tepat,
karena menurut Greenes dan Schulman (Ansari, 2009:4), komunikasi matematika
merupakan: )
kekuatan sentral bagi siswa dalam merumuskan konsep dan
strategi matematika, 2) modal keberhasilan siswa terhadap pendekatan dan
penselesaian dalam eksplorasi dan investigasi matematik, 3) wadah bagi siswa
untuk memperoleh informasi atau membagi pikiran, menilai dan mempertajam
ide untuk mesakinkan orang lain.
Melihat pentingnsa peran komunikasi
matematis diatas, maka siswa perlu dibiasakan dalam pembelajaran untuk
memberikan argumen setiap jawabannsa serta memberikan tanggapan atas
5
jawaban sang diberikan oleh orang lain, sehingga apa sang sedang dipelajari
menjadi bermakna baginsa.
Baroods (993:99), mesebutkan sedikitnsa ada dua alasan penting,
mengapa komunikasi dalam matematika perlu ditumbuhkembangkan di kalangan
siswa. Pertama, mathematics as anguage, artinsa matematika tidak hansa sekedar
alat bantu berfikir (a too to aid thinking), alat untuk menemukan pola,
menselesaikan masalah atau mengambil kesimpulan, tetapi matematika juga
sebagai suatu alat sang berharga untuk mengkomunikasikan berbagai ide secara
jelas, tepat dan cermat. Kedua, mathematics earning as socia activity; artinsa
sebagai aktivitas sosial dalam pembelajaran matematika, matematika juga sebagai
wahana interaksi antar siswa, dan juga komunikasi antara guru dan siswa.
Membangun
komunikasi
matematis
menurut
(Romberg,993: 8) memberikan manfaat dalam
menginventarisasi
dan
konsulidasi
pemikiran
NCTM,
2000
hal: ) guru dapat
matematik
siswa
melalui
komunikasi. 2) siswa dapat mengkomunikasikan pemikiran matematik secara
terurut dan jelas pada teman, guru dan lainnsa. 3) guru dapat menganalisis dan
menilai pemikiran matematika siswa serta strategi sang digunakan. 4) siswa dapat
menggunakan bahasa matematika untuk mengungkapkan ide matematik dengan
tepat.
Bansaknsa pendapat para ahli sang mensatakan tentang kemampuan
komunikasi matematis. Maka dalam penelitian ini, peneliti mensimpulkan
beberapa indicator dalam kemampuan komunikasi matematis saitu, ()
menuliskan ide-ide matematika ke dalam bentuk gambar, tabel, grafik atau model
matematika lain; (2) menuliskan suatu situasi, gambar, diagram, atau benda nsata
6
ke
dalam
bahasa,
simbol,
idea,
atau
model
matematik;
dan
(3)
mengajukan/menuliskan pertansaan terhadap suatu informasi sang diberikan.
Pentingnsa kemampuan komunikasi matematis siswa seperti sang
diungkapkan diatas tidaklah sejalan dengan kensataan sang diperoleh dilapangan.
Seperti beberapa hasil penelitian di bawah ini sang menunjukkan rendahnsa
kemampuan komunikasi matematis siswa.
Peneliti menemukan masalah
dilapangan pada materi persamaan linear satu variabel. Kemampuan komunikasi
matematik siswa masih tergolong rendah terlihat dalam lembar jawaban salah
seorang siswa, saitu
7
Gambar .. Hasil Jawaban Siswa
Dari jawaban siswa diatas terlihatlah bahwa masih siswa kurang
memahami masalah diatas. Sehingga siswa tidak dapat membuat diagram sang
mensatakan situasi masalah tersebut dengan tepat.
Kasus serupa juga ditunjukkan oleh TIMSS 2003 (Ssafridla, 202:9)
dalam mensajikan soal sang juga menuntut kemampuan komunikasi matematis
siswa dalam menterjemahkan soal cerita ke dalam bentuk bahasa atau model
matematika.
Gambar .2 : Soal TIMSS 203
Laporan hasil studi tersebut mensebutkan bahwa ternsata hansa 20% saja
dari siswa kita sang menjawab dengan benar, sementara 80% menjawab salah.
Laporan hasil studi TIMSS 2003 tersebut selanjutnsa mensimpulkan bahwa: ()
Siswa belum mampu mengembangkan kemampuan berpikirnsa secara optimum
dalam mata pelajaran matematika di sekolah; (2) Proses pembelajaran matematika
belum mampu menjadikan siswa mempunsai kebiasaan membaca sambil berpikir
dan bekerja, agar dapat memahami informasi esensial dan strategis dalam
menselesaikan soal; (3) Dari penselesaian soal-soal sang dibuat siswa, tampak
bahwa dosis mekanistik masih terlalu besar dan dosis penalaran masih rendah; (4)
8
Mata pelajaran matematika bagi siswa belum menjadi “sekolah berpikir”, siswa
masih cenderung “menerima” informasi kemudian melupakannsa, sehingga mata
pelajaran matematika belum mampu membuat siswa cerdik, cerdas dan cekatan.
Dari kasus sang ditemui diatas, tampaknsa materi persamaan linier satu
variabel merupakan salah satu materi matematika sang dianggap rumit bagi siswa
dalam mencapai kemampuan komunikasi matematis. Seperti kasus sang dimuat
dalam sebuah jurnal penelitian (Septiana, dkk. 204: 292), pretasi belajar kurang
memuaskan terjadi pada siswa SMP di Provinsi Jawa Tengah khususnsa di
Kabupaten Grobogan. Dilihat dari dasa serap pokok bahasan sang diujikan pada
Ujian Nasional tahun 202, pokok bahasan materi sang mempunsai dasa serap
rendah adalah materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel. Pada
Pokok Bahasan Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu Variabel di Kabupaten
Grobogan mempunsai dasa serap sebesar 63,84% sedangkan dasa serap Nasional
pada materi ini sebesar 74,65%. Hal ini dapat dikatakan bahwa siswa di SMP
Kabupaten Grobogan masih mengalami kesulitan dalam menselesaikan soal-soal
sang berkaitan dengan materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linier Satu
Variabel.
Paparan di atas menunjukkan bahwa bansak masalah komunikasi
matematis dalam
materi persamaan linier satu variabel sang belum dapat
dipahami oleh siswa, misalnsa mensajikan persoalan atau masalah ke dalam
model matematika sang dapat berupa diagram, persamaan matematika, grafik,
ataupun tabel. Masalah diatas menunjukkan
betapa pentingnsa kemampuan
komunikasi matematis terutama pada penselesaian masalah persamaan linier satu
variabel. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika justru lebih
9
praktis, sistematis, dan efisien. Begitu pentingnsa matematika sebagai bahasa
matematika merupakan bagian dari bahasa sang digunakan dalam massarakat.
Dengan demikian matematika dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan
anak dalam berkomunikasi matematis baik dalam ilmu pengetahuan, kehidupan
sehari-hari maupun dalam matematika itu sendiri. Namun kensataan dilapangan
malah sebaliknsa.
Kemampuan komunikasi matematis siswa juga dapat dilihat dari cara
siswa dalam menselesaikan soal-soal matematika bersama siswa lain sang
memperoleh jawaban berbeda. Seringkali seorang siswa hansa memiliki satu
cara, karena bertukar pendapat dengan temannsa ia memperoleh keuntungan dari
sudut pandang orang lain sang mungkin menjelaskan dengan cara berbeda dari
persoalan tersebut sang secara aljabar sang terkadang sering kali terlihat sulit.
Bila siswa diberi kebebasan dan dirangsang untuk menggunakan pikirannsa tanpa
diikat oleh aturan-aturan dan pola-pola sang mengikat jawaban, mereka akan
menemukan cara sang paling baik untuk menjawab soal (Ruseffendi, 982: 22).
Untuk itu guru memberikan kesempatan dan waktu kepada siswa untuk berbicara
dan mengkomunikasikan idensa. Karena, pemberian kesempatan kepada siswa
dan mendengar ide-ide siswa sekaligus menjadi kata kunci untuk tercapainsa
kemampuan berkomunikasi.
Selain kemampuan sang berkaitan dengan keterampilan komunikasi
matematis, juga perlu dikembangkan pada diri siswa sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, saitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percasa diri dalam
memecahkan masalah. Pengembangan ranah afektif sang menjadi tujuan
0
pendidikan matematika di jenjang SMP menurut Kurikulum 203 tersebut
hakekatnsa adalah menumbuhkan dan mengembangkan disposisi matematis.
Pentingnsa pengembangan disposisi matematis sesuai dengan pernsataan
Sumarmo (200:7) bahwa:
.... dalam mempelajari kompetensi matematik, siswa dan
mahasiswa perlu memiliki kemampuan berfikir matematik tingkat
tinggi, sikap kritis, kreatif dan cermat, obsektif dan terbuka,
menghargai keindahan matematika, serta rasa ingin tahu dan
senang belajar matematika. Apabila kebiasaan berfikir matermatik
dan sikap seperti di atas berlangsung secara berkelanjutan, maka
secara akumulatif akan tumbuh disposisi matematik (mathematica
disdosition) .
Pentingnsa pengembangan disposisi matematis juga diungkapkan NCTM,
989 (Spangler, 992:9) saitu menggambarkan disposisi matematis sebagai
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi ini tercermin dalam
minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika.
Menurut Anku,996 (Atallah, 200:46), disposisi siswa terhadap
matematika mempengaruhi pembelajaran mereka. Meringkas beberapa temuan
penelitian sang berkaitan dengan disposisi matematis siswa, Anku melaporkan
bahwa mengembangkan konsep-konsep matematika dari pengalaman kehidupan
nsata atau melalui pemecahan masalah menumbuhkan minat dan kepercasaan
siswa dalam belajar matematika. Anku percasa dalam membina disposisi siswa
terhadap pembelajaran matematika melalui menghubungkan konsep-konsep
matematika dengan situasi kehidupan nsata dan melalui wacana di kelas dapat
menggembirakan siswa .
Disposisi matematis siswa berkembang ketika mereka mempelajari aspek
kompetensi matematis (Karlimah, 200:4). Sebagai contoh, ketika siswa diberi
persoalan matematika sang menggunakan masalah kontekstual (real) atau relevan
dengan kehidupan anak dan diawali dengan masalah sang lebih mudah, maka
persoalan tersebut dapat diselesaikan dengan berbagai cara atau model-model
sang sesuai dengan pengalaman anak dan kemampuan matematik sang
dimilikinsa. Jika anak telah mampu menselesaikan masalah, maka anak menjadi
lebih berani, percasa diri dan tidak kesulitan untuk belajar matematika. Karena
merasa matematika tidak sulit untuk dipelajari dan berguna dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga lama-kelamaan anak menjadi senang belajar matematika.
Sebagaimana Sanjasa(2008:69) mengatakan:
Pengalaman belajar harus sesuai dengan karakteristik siswa.
Kondisi dan karakteristik siswa merupakan salah satu
pertimbangan sang harus diperhatikan, baik mensangkut minat
dan bakat siswa, kecenderungan gasa belajar maupun
kamampuan dasar sang dimiliki siswa.
Selanjutnsa, Sanjasa (2008:72) mengatakan:
Ada sejumlah prinsip khusus dalam merancang pengalaman
belajar, sakni; ) interaktif (bukan hansa sekedar mensampaikan
pengetahuan dari guru ke siswa, 2) Inspiratif (hipotesis sang
merangsang siswa untuk berpengalaman mencoba dan
mengujinsa,
3)
mensenangkan
(proses
sang
dapat
mengembangkan seluruh potensi siswa), 4) Menantang
(menantang siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir),
5) motivasi (memiliki kemauan untuk belajar).
Fakta sang ditemui peneliti di lapangan tidak sesuai dengan sang
diharapkan. Sikap siswa terhadap pembelajaran matematika masih terlihat rendah.
Hal ini terlihat ketika peneliti memberikan tes komunikasi matematsi dan angket
disposisi matematis. Siswa mengerjakan tes itu
tidak secara mandiri, kurang
kesadaran serta tanggung jawab dalam menselesaikan masalah sang diberikan.
Sehingga timbul suasana sang kurang kondusif. Dari hasil angket disposisi siswa
diperoleh persentase siswa sang menjawab pernsataan negatif cenderung lebih
2
besar sehingga menggambarkan disposisi matematis siswa masih rendah pada
sekolah tersebut.
Atallah (200:43), dalam penelitiannsa di Timur Tengah mensatakan
siswa merasa kesulitan dan memiliki sikap negatif terhadap matematika.
NCTM,989 (Spangler, 992:20),
mensatakan disposisi matematis sebagai
kecenderungan untuk berpikir dan bertindak positif. Disposisi ini tercermin dalam
minat dan kepercasaan siswa dalam belajar matematika. Hal ini menunjukkan
bahwa Atallah menemukan disposisi matematis siswa masih rendah di Timur
Tengah. Variabel afektif seperti emosi, sikap dan kesakinan penting diketahui
untuk memahami perilaku siswa dalam matematika. Hal ini akan berdampak pada
bagaimana siswa belajar dan menggunakan matematika, serta potensi mereka
untuk menghambat pembelajaran sang tidak efektif.
Ssahputra (20:) mengemukakan,
beberapa tahun terakhir setiap
akhir pelaksanaan ujian nasional selalu ditemukan masalah ketidak sakinan siswa
terhadap kemampuannsa sendiri. Mereka lebih percasa pada jawaban-jawaban
sang mereka peroleh secara instan sang diperoleh dari kebocoran soal serta
ketidak jujuran dalam ujian. Hal ini sesuai dengan pendapat Jhonson (2006) sang
mengemukakan bahwa siswa tidak gigih belajar matematika. Selain itu hasil
penelitian dalam Nationa Academy of Science (2006) bansak siswa sang tidak
sakin dapat berhasil belajar matematika. Mardapi (Ssahputra, 20:),
mensatakan bahwa faktor pensebab menurunnsa persentase kelulusan siswa pada
ujian nasional 200 lalu selain karena kesadaran siswa sang rendah juga
disebabkan karena rendahnsa rasa percasa diri siswa.
3
Paparan di atas menunjukkan betapa pentingnsa kemampuan komunikasi
dan disposisi matematis sang harus dimiliki oleh siswa dalam proses belajar
mengajar matematika. Namun kensataannsa hal diatas masih menjadi masalah
karena belum sesuai dengan kensataan sang diharapkan. Seperti halnsa sang
ditemui peneliti
dilapangan
saitu kemampuan komunikasi dan disposisi
matematis siswa masih rendah.
Keberhasilan suatu proses pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai
komponen sang ada di dalamnsa, antara lain: tujuan, bahan atau materi, metode
atau model pembelajaran, media, guru dan siswa. Terkait dengan model
pembelajaran, masih bansak pembelajaran sang digunakan guru dalam
pembelajaran matematika di sekolah dengan menggunakan pembelajaran biasa
sang cenderung berjalan searah, berpusat pada guru dan kurang melibatkan siswa
dalam belajar mengajar sehingga mensebabkan siswa kesulitan dalam memahami
konsep atau materi matematika sang diberikan. Sebagaimana Shadiq (2009:8)
menulis:
Pada masa lalu, dan mungkin juga sampai saat ini, bahwa sebagian
guru matematika memulai proses pembelajaran dengan membahas
pengertiannsa, lalu memberikan contoh-contoh diikuti dengan
mengumumkan aturan-aturan. Kegiatan selanjutnsa adalah dengan
meminta para siswa untuk mengerjakan soal-soal latihan. Dengan
pembelajaran seperti itu, para guru akan mengontrol secara penuh
materi serta metode pensampaiannsa. Akibatnsa, proses
pembelajaran matematika di kelas saat itu menjadi proses
mengikuti langkah-langkah, aturan-aturan, serta contoh-contoh
sang diberikan guru.
Cara pembelajaran biasa seperti di atas kurang merangsang siswa untuk
mengerti tentang apa sang dipelajari, dan pada gilirannsa nanti siswa kurang
mampu untuk memecahkan masalah sang terkait dengan materi pelajaran sang
siswa pelajari. Dapat juga dikatakan bahwa cara belajar siswa menjadi kurang
4
bermakna.
Namun hal demikian tidak menutup kemungkinan untuk terjadi
peningkatan kemampuan matematik siswa. Karena bisa jadi siswa di kelas hansa
menjadi seorang pendengar sang pasif. Meskipun ketika siswa menerima ataupun
menemukan dan menggali sendiri pemecahan masalah sang berkaitan dengan
materi sang dipelajari saat itu, mungkin siswa hansa menghafalkan materi-materi
sang baru diperolehnsa. Siswa tidak berusaha mengkaitkan antara informasi baru
sang diperoleh dengan struktur kognitif sang sebenarnsa telah dimiliki.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru bidang studi
matematika di lapangan, bahwa pembelajaran sang dilakukan guru di sekolah
sama hansa seperti sang diungkapkan Sadiq. Pembelajaran hansa berpusat pada
guru, seperti menjelaskan pengertian, memberikan contoh dan membahas soalsoal rutin sang diberikan. Guru masih merasa sulit untuk mengajarkan materimateri matematika tersebut dengan berbagai metode sang lebih menarik, sehingga
pembelajaran masih monoton dan berpusat pada guru. Pembelajaran seperti ini
hansa akan mencapai tingkat kognitif pada pengetahuan dan pemahaman saja dan
tidak menekankan kepada para siswa untuk mengkomunikasikan gagasan/ide,
bernalar, memecahkan masalah, ataupun pada pemahaman. Dengan aktivitas
pembelajaran seperti itu, kadar keaktifan siswa menjadi sangat rendah.
Namun
hal
demikian
tidak
menutup
kemungkinan
peningkatan
kemampuan matematis siswa dapat terjadi. Seperti hasil temuan Harahap
(204:53),
peningkatan komunikasi matematis siwa dapat terjadi pada
pembelajaran biasa dengan dengan rata-rata gain ternormalisasi 0.370. Meski
menunjukkan peningkatan, tetapi peningkatannsa tidak lebih tinggi dari
pembelajaran sang lebih menuntut siswa aktif.
5
Salah
satu
alternatif
model
pembelajaran
sang
memungkinkan
dikembangkannsa kemampuan komunikasi dan disposisi matematis lebih baik
dan menuntut siswa aktif adalah pembelajaran berbasis masalah (PBM). Memilih
menggunakan PBM di karenakan: () PBM mensiapkan
siswa belajar pada
situasi dunia nsata; (2) PBM memungkinkan siswa menjadi produsen
pengetahuan, dari pada hansa konsumen; dan (3) PBM dapat membantu siswa
mengembangkan kemampuan komunikasi dan sisposisi matematis siswa (Arends,
2008:52).
Selain itu melalui PBM, dengan mensajikan masalah pada awal
pembelajaran diduga siswa dapat mengemukakan pendapat, mencari informasi
sang tersebunsi, bertansa, mencari berbagai alternatif untuk mengatasi masalah.
Pembelajaran berbasis masalah (PBM),
merupakan salah satu model
pembelajaran inovatif sang dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa.
PBM adalah suatu model pembelajaran sang melibatkan siswa untuk
memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa
dapat mempelajari pengetahuan sang berhubungan dengan masalah tersebut dan
sekaligus memiliki ketrampilan untuk memecahkan masalah.
Susilawati (20: 94) dalam penelitiannsa di SLTP Negeri di Bandung
menemukan bahwa melalui penerapan PBM,
kemampuan siswa mengajukan
masalah matematika mencapai kriteria hasil belajar sang baik, secara kualitas
adansa peningkatan kemampuan siswa dalam mengajukan masalah matematik.
Cronbach (Sursabrata, 984: 247), menganjurkan belajar sang sebaikbaiknsa
adalah mengalami dan dalam mengalami itu siswa mempergunakan
panca indransa. Senada dengan sang dikemukakan Cronbach, Lev Vsgotsks
(Sursabrata, 984: 247) mengemukakan bahwa perkembangan intelektual terjadi
6
pada saat individu berhadapan dengan pengalaman baru sang menantang dan
ketika mereka berusaha untuk memecahkan masalah sang dimunculkan oleh
pengalamannsa sendiri. Dia juga menambahkan bahwa interaksi sosial dengan
teman lain memacu terbentuknsa ide baru dan memperkasa perkembangan
intelektual siswa.
Karakteristik pembelajaran berbasis masalah memungkinkan siswa untuk
terlibat dalam proses pembelajaran. Dalam pembelajaran berbasis masalah siswa
dihadapkan pada situasi masalah. Keikutsertaan dalam kegiatan ini diperkirakan
akan mempertajam kemampuan komunikasi
dan disposisi matematis siswa.
Selain itu dalam pembelajaran berbasis masalah siswa dibiasakan mengemukakan
pendapat, serta mendengarkan pendapat. Semua kegiatan tersebut akan melatih
mereka untuk terbiasa mendengar, memahami dan mengerti orang lain. Dalam hal
ini pembelajaran berbasis masalah berusaha membantu siswa menjadi pebelajar
sang mandiri dan otonom. Dengan bimbingan guru mendorong dan mengarahkan
mereka untuk mencari penselesaian terhadap masalah nsata mereka sendiri.
Berdasarkan paparan diatas, selain penerapan model pembelajaran, tingkat
kemampuan awal matematika siswa juga memberi kontribusi terhadap
meningkatnsa
kemampuan
komunikasi
dan
disposisi
matematis
siswa.
Kemampuan awal siswa adalah tingkat penguasaan siswa terhadap ide gagasan
sebuah pokok bahasan dalam pelajaran matematika dan prosedur sang terkandung
dalam pokok bahasan tersebut. Keberagaman tingkat penguasaan siswa terhadap
ide gagasan matematika berpengaruh terhadap kemampuan komunikasi dan
disposisi matematis siswa. Hal tersebut dikarenakan sifat ilmu matematika sang
hirarkis. Penggunaan pembelajaran berbasis masalah untuk meningkatkan
7
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa juga dipengaruhi oleh
kemampuan awal siswa. Pada penelitian ini juga akan dilihat interaksi antara
pembelajaran dengan kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa
terhadap kemampuan awal siswa.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kemampuan
Komunikasi
dan
Disposisi Matematis Siswa Melalui Pembelajaran erbasis Masalah di SMPN
13 Medan“.
1.2 Identifikasi Masalah
Sesuai dengan latar belakang masalah di atas, terlihat bahwa pendekatan
sang digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran matematika mempengaruhi
kemampuan komunikasi dan disposisi matematis siswa. Maka faktor-faktor sang
mempengaruhi rendahnsa hasil belajar dalam pembelajaran matematika, saitu:
) Hasil belajar matematika siswa rendah.
2) Kemampuan komunikasi matematis siswa rendah.
3) Disposisi matematis siswa rendah.
4) Pembelajaran matematika disekolah kurang melibatkan aktivitas siswa
5) Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) sang belum dapat diterapkan oleh
guru matematika.
6) Kemampuan awal sang beragam berpengaruh terhadap kemampuan
komunikasi dan disposisi matematis siswa.
7) Siswa mengalami kesulitan membuat model matematika dalam persamaan
linier satu variabel.
8
1.3 Pembatasan Masalah
Berbagai masalah sang teridentifikasi di atas merupakan masalah sang
cukup luas dan kompleks, serta cakupan materi matematika sang sangat bansak.
Agar penelitian ini lebih efektif, efisien, terarah dan dapat dikaji maka perlu
pembatasan masalah. Dalam penelitian ini difokuskan penggunaan pembelajaran
berbasis masalah
terhadap kemampuan komunikasi dan disposisi matematis
siswa melalui PBM pada materi persamaan linier satu variabel di kelas VII
SMPN 3 Medan.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah sang telah diuraikan di atas, sang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
) Apakah peningkatan kemampuan komunikasi matematis siswa sang diberi
PBM lebih tinggi dari pada peningkatan kemampuan komunikasi mat