HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DINAMIS TUBUH TERHADAP RISIKO CEDERA ANKLE PADA PEMAIN SEPAKBOLA Hubungan Antara Keseimbangan Dinamis Tubuh Terhadap Risiko Cedera Ankle Pada Pemain Sepakbola.

(1)

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DINAMIS TUBUH TERHADAP RISIKO CEDERA ANKLE PADA PEMAIN SEPAKBOLA

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Fisioterapi Fakultas Ilmu Kesehatan

Oleh:

NURITS TSURAYYA J 120 130 073

PROGRAM STUDI S1 FISIOTERAPI FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017


(2)

i HALAMAN PERSETUJUAN

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DINAMIS TUBUH TERHADAP RISIKO CEDERA ANKLE PADA PEMAIN SEPAKBOLA

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

NURITS TSURAYYA J120 130 073

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing

Wijianto SSt.FT, M. OR NIK. 1101676


(3)

ii HALAMAN PENGESAHAN

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DINAMIS TUBUH TERHADAP RISIKO CEDERA ANKLE PADA PEMAINAN SEPAKBOLA

Yang telah dipersiapkan dan disusun oleh NURITS TSURAYYA

J120 130 073

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada Tanggal 11 Maret 2017

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

1. Wijianto, SSt.FT,M. Or ( )

2. Sugiono, S.Fis.,M.H(Kes). ( )

3. Dwi Kurniawati, SSt.FT.,M.Kes ( )

Surakarta, 11 Maret 2017 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta

Dekan


(4)

iii NIP: 1953112319833031002

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam publikasi ilmiah ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 11 Maret 2017 Penulis

NURITS TSURAYYA


(5)

1

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DINAMIS TUBUH TERHADAP RISIKO CEDERA ANKLE PADA PEMAIN SEPAKBOLA

Abstrak

Latar Belakang : Sepakbola merupakan cabang olahraga yang populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Dalam permainan sepakbola dibutuhkan suatu kondisi fisik yang prima salah satunya keseimbangan dinamis. Keseimbangan dinamis juga berfungsi mengurangi peluang cedera, meningkatkan kerja otot dan juga diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, menghindari lawan. Menurut Wahyudi (2007) cedera ankle merupakan cedera terbanyak kedua setelah ceddera lutut yang dialami oleh pemain sepakbola.

TujuanPenelitian : Untuk mengetahui hubungan keseimbangan dinamis tubuh terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Metode Penelitian : penelitian ini mennggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi antar variabel. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modified Bass Test, Anterior Drawer Test dan Talar Tilt Test.

Hasil Penelitian : Penelitian ini menggunakan uji korelasi koefisien kontingensi dengan dicari odds ratio. Berdasarkan pengukuran antar dua variabael keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle diapatkan hasil signifikasi 0,001 dan dengan hasil odds ratio sebesar 8, yang berarti pemain sepakbola yang seimbang memiliki kemungkinan 8 kali untuk tidak berisiko cedera ankle.

Kesimpulan : dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan keseimbangan dinamis tubuh terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Kata kunci : Keseimbangan Dinamis, Cedera ankle, pemain sepakbola Abstracts

Background: Football is a branch of sport which mostly liked by many people especially men, children, teenager, and adult. In football it needs good stamina such as dynamic balance. The function of dynamic balance is to minimize injury, involve the activity of muscle and movement of body, avoids the other player. According to Wahyudi (2007) ankle injury is a second problem faced by player after knee injury. Objectives: to know the relation between dynamic balance of body toward ankle injury risk.

methods: this research uses observational method cross sectional approach which is collecting the data using practice and measurement. The type of this research is correlation between variable. This research using Modified Bass Test, Anterior Drawer Test and Talar Tilt Test.


(6)

2

Results: the research using correlation coefficient contingent test then continue to find odds ratio. Based on the measurement between the two dynamic balance variable and ankle injury risk, the result is p value = 0,001 and with odds ratio is 8, it means that the football player who has good balance has 8 times possibility not to have a risk of ankle injury.

Conclusions: it can be concluded that there is a correlation between dynamic balances toward ankle injury risk for football player.

Keywords: dynamic balance, ankle injury, football player.

1. PENDAHULUAN

Kehidupan modern sekarang menyebabkan manusia semakin sadar akan pentingnya olahraga. Kesadaran ini mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan minat pada olahraga semakin pesat, baik sebagai suatu hobi, tontonan, rekreasi, kebugaran, kesehatan maupun mata pencaharian (Abraham, 2010). Salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari oleh sebagian besar manusia yang di dunia adalah sepakbola.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Sepak bola adalah olahraga yang memiliki kemungkinan body contact sangat besar yang memungkinkan terjadi cedera baik saat latihan maupun pertandingan, sehingga membutuhkan kondisi fisik yang prima (Nugroho, 2016).

Permainan sepakbola didalamnya terdapat unsur penting yang harus dimiliki pemain yaitu kemampuan fisik yang terdiri atas kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan (Komarudin, 2011). Keseimbangan dinamis juga berfungsi mengurangi peluang cedera, meningkatkan kerja otot dan juga diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, menghindari lawan (Swandari, 2015).

Cedera ankle adalah cedera terbanyak kedua setelah cedera lutut yang dialami oleh para atlet profesional (Wahyudi, 2007). Cedera ankle yang terbanyak adalah sprain (cedera ligamen). Cedera yang sering dialami atlet sepak bola di Indonesia adalah ankle seperti atlet yang pernah terkena cedera ini contohnya Leo


(7)

3

Saputra (Nugroho, 2016). Hasil survey pendahuluan di tim sepakbola UMS dan sekolah sepakbola fortuna Sukoharjo cedera ankle adalah cedera yang paling sering dialami para pemain yaitu 58% dari seluruh pemain mengaku pernah mengalami cedera ankle saat bermain sepakbola. Semakin parah cedera yang didapat semakin lama masa pemulihannya sehingga pemain akan lebih lama tidak dapat mengikuti latihan dan pertandingan. Ini akan memberikan dampak pada kondisi fisik pemain itu sendiri, yang pasti juga akan mempengaruhi prestasi dari pemain tersebut.

Dengan melihat uraian dari berbagai permasalahan yang ada dari sepakbola, seberapa pentingnya keseimbangan pada pemain sepakbola dan tingginnya angka cedera ankle pada pemain sepakbola, maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah, sebagai berikut : apakah ada hubunganan antara keseimbangan dinamis terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

2. METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 dan tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekolah sepakbola Fortuna Sukoharjo dan Tim sepakbola Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional dengan teknik cross sectional. Dalam penelitian ini peneliti mengukur keseimbangan dinamis tubuh dengan Modified Bass Test dan pengukaran risiko cedera ankle dengan anterior drawer test dan talar tilt test. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle

didapatkan responden yang dinyatakan seimbang sebanyak 28 responden dengan 21 responden dinyatakan negatif cedera ankle dan 7 responden dinyatakan positif risiko cedera ankle. Sedangakan responden yang dikategorikan tidak seimbang sebanyak 22 responden dengan 16 responden dinyatakan positif risiko cedera ankle dan 6 responden dinyatakan negatif risiko cedera ankle. Hubungan dari keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle adalah apabila responden memeliki keseimbangan baik maka negatif risiko cedera ankle dan apabila tidak


(8)

4

seimbang maka positif risiko cedera ankle. adapun beberapa hasil yang tidak saling berhubungan itu dikarenakan adanya faktor lain seperti kekuatan otot ankle yang jaga berperan dalam keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle.

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi koefisien kontingensi menunjukkan ada hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola dengan p-value = 0,001 atau probabilitas < 0,05. Jika nilai probabilitas <0,05 maka H0 ditolak. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan

ada hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Keseimbangan dinamis seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya IMT. Karena tinggi dan pendek atau berat dan ringannya seseorang akan membedakan letak titik berat yang mempengaruhi keseimbangan. Pada orang dengan IMT lebih dari normal yaitu lebih dari 23, gaya yang diterapkan pada ligament ankle pada saat mensuport setiap gerakan akan bertambah, sehingga berisiko cedera ankle (fousekis et al., 2012).

Keseimbangan dinamis juga dipengaruhi oleh stabilitas dari sendi ankle. Pada ankle yang tidak stabil dikarenakan adanya kekendoran ligament yang akan menyebabkan deficit pada proprioseptif sehingga reseptor proprioseptif pada ligament ini telambat dalam mengirim informasi ke sistem saraf pusat untuk mengaktikan kontraksi otot. Karena itu terjadilah ketidakseimbangan pada tubuh dan pada ankle itu sendiri yang menyebabkan terjadinya cedera ankle (witchalls, 2011).

Pemain sepakbola dengan keseimbangan dinamis yang tidak baik

mengalami instabil ankle, karena adanya defisit proprioseptif yang

mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam mendeteksi posisi ankle sebelum kontak dengan tanah. Tidak heran ketika banyak kejadian pemain sepakbola mengalami cedera pada saat gerakan-gerakan membalik arak, melompat dan mendarat yang tidak baik dikarenakan keseimbangan dinamis yang kurang. Hasil ini seperti yang kemukakan oleh Abrahamsom (2010) bahwa defisit proprioseptif


(9)

5

menerima dan mentransfer beban ketika melakukan gerakan menentang seperti mengubah arah dan mendarat dari melompat.

Mekanisme yang terjadi, Impuls dari mekanoreseptor ditransmisikan ke spinal cord melalui jalur afferent (sensoris). Respon efferent (motoris) terhadap informasi sensorik disebut neuromuscular control. Dua mekanisme control

motoris yang terlibat dalam menafsirkan informasi afferent dan

mengkoordinasikan respon efferent adalah feed forwards dan feedback. Pada cedera ankle mekanisme feedforward dan feedback neuromuscular tubuh terganggu, yang diakibatkan oleh defisit proprioseptif (Hertel, 2008).

Beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa keseimbangan dinamis merupakan salah satu faktor yang menyebabkan cedera ankle yaitu seperti sebuah tinjauan sistematis terbaru merangkum bukti-bukti untuk menyarankan bahwa kemampuan keseimbangan yang tidak baik dimasukkan dalam faktor intrinsik pada peningkatan risiko cedera ankle (witchalls, 2011). Menurut Hrysomallis et al (2008) pada pemain sepakbola dengan tingkat keseimbangan yang tidak baik mengalami peningkatan risiko cedera ankle. selain itu menurut penelitian Willeam et al (2005) juga mendapatkan hasil yang sama. 4. PENUTUP

Berdasarkan dari hasil analisa dan uji statistik didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat ditambahkan variabel yang lain dari yang sudah diteliti misalkan kekuatan otot. Dan supaya untuk selanjutnya lebih memperhatikan responden misalkan latihan yang dilakukan dan di monitoring untuk beberapa hari.

PERSANTUNAN

Terselesaikannya Publikasi Ilmiah ini karena bantuan dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yaitu:

1. Allah SWT atas segala kemudahan yang Engkau berikan


(10)

6

3. Teman-teman yang sudah bersedia membantu penelitian (Moly, Imma, Bening, Delin, Yuli, Pitia, Firda, Riski, Ratri, Anisa) hingga penelitian berjalan lancar. 4. Sahabat tercinta yang selalu memberikan semangat Dina Lusiana

5. Sekolah Sepakbola Fortuna Sukoharjo dan Tim sepakbola UMS

6. Teman-teman mahasiswa S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2013 yang telah memberikan semangat.

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamson E, editors. Sport rehabilitation and injury prevention. Chichester: John Wiley: 2010.p. 407-63.

Fousekis, K., Elias T., George, V.,2012. Intrinsic Risk Factors of Noncontact Ankle Sprains in Soccer. The American Journal Medicine, 40 (8) : 1842-1850. Halabchi, F., Hooman A., Maryam M., Mohammad H.P.S., Mohammad A. M.,2016.

The Prevelence of Selected Intrinsic Risk Factors for Ankle Sprain Among Elite Football and Basketball. Asian Journal Sports med. 7(3) : 1-7.

Hertel J. 2008. Sensorimotor Deficits with Ankle Sprains and Chronic Ankle Instability. Clinics in Sports Medicine. 27 (2008) : 353-370.

Hrysomallis C, McLaughlin P, Goodman C. 2006. Relationship between static and dynamic balance tests among elite Australian footballers. J Sci Med Sport. 9 (4): 288-91.

Komarudin. 2011. Dasar Gerak Sepakbola. Diktat. Yogyakarta: FIK UNY.

Nugroho, B S. 2016. Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle dan Terapi Latihan di Persatuan Sepak Bola Telaga Utama. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Swandari, N. M. L. 2015. Pelatihan Proprioseptif Efektif Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Pemain Sepakbola Dengan Functional Ankle Instability Di SSB Pegol. Skripsi. Bali:Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Tahun 2015.

Willems TM, Witvrouw E, Delbaere K. 2005. Intrinsic risk factors for inversion ankle sprains in male subjects. Am J Sports Med. 33 (3): 415-23.


(1)

1

HUBUNGAN ANTARA KESEIMBANGAN DINAMIS TUBUH TERHADAP RISIKO CEDERA ANKLE PADA PEMAIN SEPAKBOLA

Abstrak

Latar Belakang : Sepakbola merupakan cabang olahraga yang populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Dalam permainan sepakbola dibutuhkan suatu kondisi fisik yang prima salah satunya keseimbangan dinamis. Keseimbangan dinamis juga berfungsi mengurangi peluang cedera, meningkatkan kerja otot dan juga diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, menghindari lawan. Menurut Wahyudi (2007) cedera ankle merupakan cedera terbanyak kedua setelah ceddera lutut yang dialami oleh pemain sepakbola.

TujuanPenelitian : Untuk mengetahui hubungan keseimbangan dinamis tubuh terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Metode Penelitian : penelitian ini mennggunakan metode observasional dengan pendekatan cross sectional yaitu dengan pengumpulan data menggunakan tes dan pengukuran. Desain penelitian yang digunakan adalah korelasi antar variabel. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modified Bass Test, Anterior Drawer Test dan Talar Tilt Test.

Hasil Penelitian : Penelitian ini menggunakan uji korelasi koefisien kontingensi dengan dicari odds ratio. Berdasarkan pengukuran antar dua variabael keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle diapatkan hasil signifikasi 0,001 dan dengan hasil odds ratio sebesar 8, yang berarti pemain sepakbola yang seimbang memiliki kemungkinan 8 kali untuk tidak berisiko cedera ankle.

Kesimpulan : dapat diambil kesimpulan bahwa adanya hubungan keseimbangan dinamis tubuh terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Kata kunci : Keseimbangan Dinamis, Cedera ankle, pemain sepakbola

Abstracts

Background: Football is a branch of sport which mostly liked by many people especially men, children, teenager, and adult. In football it needs good stamina such as dynamic balance. The function of dynamic balance is to minimize injury, involve the activity of muscle and movement of body, avoids the other player. According to Wahyudi (2007) ankle injury is a second problem faced by player after knee injury. Objectives: to know the relation between dynamic balance of body toward ankle injury risk.

methods: this research uses observational method cross sectional approach which is collecting the data using practice and measurement. The type of this research is correlation between variable. This research using Modified Bass Test, Anterior Drawer Test and Talar Tilt Test.


(2)

2

Results: the research using correlation coefficient contingent test then continue to find odds ratio. Based on the measurement between the two dynamic balance variable and ankle injury risk, the result is p value = 0,001 and with odds ratio is 8, it means that the football player who has good balance has 8 times possibility not to have a risk of ankle injury.

Conclusions: it can be concluded that there is a correlation between dynamic balances toward ankle injury risk for football player.

Keywords: dynamic balance, ankle injury, football player.

1. PENDAHULUAN

Kehidupan modern sekarang menyebabkan manusia semakin sadar akan pentingnya olahraga. Kesadaran ini mempengaruhi perkembangan pengetahuan dan minat pada olahraga semakin pesat, baik sebagai suatu hobi, tontonan, rekreasi, kebugaran, kesehatan maupun mata pencaharian (Abraham, 2010). Salah satu cabang olahraga yang paling banyak digemari oleh sebagian besar manusia yang di dunia adalah sepakbola.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang populer dan digemari oleh seluruh lapisan masyarakat terutama kaum laki-laki mulai dari anak-anak, remaja dan dewasa. Sepak bola adalah olahraga yang memiliki kemungkinan body contact sangat besar yang memungkinkan terjadi cedera baik saat latihan maupun pertandingan, sehingga membutuhkan kondisi fisik yang prima (Nugroho, 2016).

Permainan sepakbola didalamnya terdapat unsur penting yang harus dimiliki pemain yaitu kemampuan fisik yang terdiri atas kekuatan, daya tahan, daya ledak, kecepatan, kelentukan, kelincahan, koordinasi, dan keseimbangan (Komarudin, 2011). Keseimbangan dinamis juga berfungsi mengurangi peluang cedera, meningkatkan kerja otot dan juga diperlukan dalam pelaksanaan gerakan yang berlangsung cepat, menghindari lawan (Swandari, 2015).

Cedera ankle adalah cedera terbanyak kedua setelah cedera lutut yang dialami oleh para atlet profesional (Wahyudi, 2007). Cedera ankle yang terbanyak adalah sprain (cedera ligamen). Cedera yang sering dialami atlet sepak bola di Indonesia adalah ankle seperti atlet yang pernah terkena cedera ini contohnya Leo


(3)

3

Saputra (Nugroho, 2016). Hasil survey pendahuluan di tim sepakbola UMS dan sekolah sepakbola fortuna Sukoharjo cedera ankle adalah cedera yang paling sering dialami para pemain yaitu 58% dari seluruh pemain mengaku pernah mengalami cedera ankle saat bermain sepakbola. Semakin parah cedera yang didapat semakin lama masa pemulihannya sehingga pemain akan lebih lama tidak dapat mengikuti latihan dan pertandingan. Ini akan memberikan dampak pada kondisi fisik pemain itu sendiri, yang pasti juga akan mempengaruhi prestasi dari pemain tersebut.

Dengan melihat uraian dari berbagai permasalahan yang ada dari sepakbola, seberapa pentingnya keseimbangan pada pemain sepakbola dan tingginnya angka cedera ankle pada pemain sepakbola, maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah, sebagai berikut : apakah ada hubunganan antara keseimbangan dinamis terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

2. METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 dan tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekolah sepakbola Fortuna Sukoharjo dan Tim sepakbola Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional dengan teknik cross sectional. Dalam penelitian ini peneliti mengukur keseimbangan dinamis tubuh dengan Modified Bass Test dan pengukaran risiko cedera ankle dengan anterior drawer test dan talar tilt test. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle didapatkan responden yang dinyatakan seimbang sebanyak 28 responden dengan 21 responden dinyatakan negatif cedera ankle dan 7 responden dinyatakan positif risiko cedera ankle. Sedangakan responden yang dikategorikan tidak seimbang sebanyak 22 responden dengan 16 responden dinyatakan positif risiko cedera ankle dan 6 responden dinyatakan negatif risiko cedera ankle. Hubungan dari keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle adalah apabila responden memeliki keseimbangan baik maka negatif risiko cedera ankle dan apabila tidak


(4)

4

seimbang maka positif risiko cedera ankle. adapun beberapa hasil yang tidak saling berhubungan itu dikarenakan adanya faktor lain seperti kekuatan otot ankle yang jaga berperan dalam keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle.

Berdasarkan hasil uji statistik korelasi koefisien kontingensi menunjukkan ada hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola dengan p-value = 0,001 atau probabilitas < 0,05. Jika nilai probabilitas <0,05 maka H0 ditolak. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Keseimbangan dinamis seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya IMT. Karena tinggi dan pendek atau berat dan ringannya seseorang akan membedakan letak titik berat yang mempengaruhi keseimbangan. Pada orang dengan IMT lebih dari normal yaitu lebih dari 23, gaya yang diterapkan pada ligament ankle pada saat mensuport setiap gerakan akan bertambah, sehingga berisiko cedera ankle (fousekis et al., 2012).

Keseimbangan dinamis juga dipengaruhi oleh stabilitas dari sendi ankle. Pada ankle yang tidak stabil dikarenakan adanya kekendoran ligament yang akan menyebabkan deficit pada proprioseptif sehingga reseptor proprioseptif pada ligament ini telambat dalam mengirim informasi ke sistem saraf pusat untuk mengaktikan kontraksi otot. Karena itu terjadilah ketidakseimbangan pada tubuh dan pada ankle itu sendiri yang menyebabkan terjadinya cedera ankle (witchalls, 2011).

Pemain sepakbola dengan keseimbangan dinamis yang tidak baik mengalami instabil ankle, karena adanya defisit proprioseptif yang mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam mendeteksi posisi ankle sebelum kontak dengan tanah. Tidak heran ketika banyak kejadian pemain sepakbola mengalami cedera pada saat gerakan-gerakan membalik arak, melompat dan mendarat yang tidak baik dikarenakan keseimbangan dinamis yang kurang. Hasil ini seperti yang kemukakan oleh Abrahamsom (2010) bahwa defisit proprioseptif mengganggu kemampuan pemain sepakbola mempersiapkan ankle untuk


(5)

5

menerima dan mentransfer beban ketika melakukan gerakan menentang seperti mengubah arah dan mendarat dari melompat.

Mekanisme yang terjadi, Impuls dari mekanoreseptor ditransmisikan ke spinal cord melalui jalur afferent (sensoris). Respon efferent (motoris) terhadap informasi sensorik disebut neuromuscular control. Dua mekanisme control motoris yang terlibat dalam menafsirkan informasi afferent dan mengkoordinasikan respon efferent adalah feed forwards dan feedback. Pada cedera ankle mekanisme feedforward dan feedback neuromuscular tubuh terganggu, yang diakibatkan oleh defisit proprioseptif (Hertel, 2008).

Beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa keseimbangan dinamis merupakan salah satu faktor yang menyebabkan cedera ankle yaitu seperti sebuah tinjauan sistematis terbaru merangkum bukti-bukti untuk menyarankan bahwa kemampuan keseimbangan yang tidak baik dimasukkan dalam faktor intrinsik pada peningkatan risiko cedera ankle (witchalls, 2011). Menurut Hrysomallis et al (2008) pada pemain sepakbola dengan tingkat keseimbangan yang tidak baik mengalami peningkatan risiko cedera ankle. selain itu menurut penelitian Willeam et al (2005) juga mendapatkan hasil yang sama. 4. PENUTUP

Berdasarkan dari hasil analisa dan uji statistik didapatkan kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

Diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat ditambahkan variabel yang lain dari yang sudah diteliti misalkan kekuatan otot. Dan supaya untuk selanjutnya lebih memperhatikan responden misalkan latihan yang dilakukan dan di monitoring untuk beberapa hari.

PERSANTUNAN

Terselesaikannya Publikasi Ilmiah ini karena bantuan dari semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini, yaitu:

1. Allah SWT atas segala kemudahan yang Engkau berikan 2. Kedua orangtua yakni bapak Fahrodin dan ibu Titik Sholihati.


(6)

6

3. Teman-teman yang sudah bersedia membantu penelitian (Moly, Imma, Bening, Delin, Yuli, Pitia, Firda, Riski, Ratri, Anisa) hingga penelitian berjalan lancar. 4. Sahabat tercinta yang selalu memberikan semangat Dina Lusiana

5. Sekolah Sepakbola Fortuna Sukoharjo dan Tim sepakbola UMS

6. Teman-teman mahasiswa S1 Fisioterapi Universitas Muhammadiyah Surakarta angkatan 2013 yang telah memberikan semangat.

DAFTAR PUSTAKA

Abrahamson E, editors. Sport rehabilitation and injury prevention. Chichester: John Wiley: 2010.p. 407-63.

Fousekis, K., Elias T., George, V.,2012. Intrinsic Risk Factors of Noncontact Ankle Sprains in Soccer. The American Journal Medicine, 40 (8) : 1842-1850.

Halabchi, F., Hooman A., Maryam M., Mohammad H.P.S., Mohammad A. M.,2016. The Prevelence of Selected Intrinsic Risk Factors for Ankle Sprain Among Elite Football and Basketball. Asian Journal Sports med. 7(3) : 1-7.

Hertel J. 2008. Sensorimotor Deficits with Ankle Sprains and Chronic Ankle Instability. Clinics in Sports Medicine. 27 (2008) : 353-370.

Hrysomallis C, McLaughlin P, Goodman C. 2006. Relationship between static and dynamic balance tests among elite Australian footballers. J Sci Med Sport. 9 (4): 288-91.

Komarudin. 2011. Dasar Gerak Sepakbola. Diktat. Yogyakarta: FIK UNY.

Nugroho, B S. 2016. Tingkat Pengetahuan Atlet Tentang Cedera Ankle dan Terapi Latihan di Persatuan Sepak Bola Telaga Utama. Skripsi. Yogyakarta:Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Swandari, N. M. L. 2015. Pelatihan Proprioseptif Efektif Dalam Meningkatkan Keseimbangan Dinamis Pada Pemain Sepakbola Dengan Functional Ankle Instability Di SSB Pegol. Skripsi. Bali:Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana Tahun 2015.

Willems TM, Witvrouw E, Delbaere K. 2005. Intrinsic risk factors for inversion ankle sprains in male subjects. Am J Sports Med. 33 (3): 415-23.