METODE HASIL DAN PEMBAHASAN

3 Saputra Nugroho, 2016. Hasil survey pendahuluan di tim sepakbola UMS dan sekolah sepakbola fortuna Sukoharjo cedera ankle adalah cedera yang paling sering dialami para pemain yaitu 58 dari seluruh pemain mengaku pernah mengalami cedera ankle saat bermain sepakbola. Semakin parah cedera yang didapat semakin lama masa pemulihannya sehingga pemain akan lebih lama tidak dapat mengikuti latihan dan pertandingan. Ini akan memberikan dampak pada kondisi fisik pemain itu sendiri, yang pasti juga akan mempengaruhi prestasi dari pemain tersebut. Dengan melihat uraian dari berbagai permasalahan yang ada dari sepakbola, seberapa pentingnya keseimbangan pada pemain sepakbola dan tingginnya angka cedera ankle pada pemain sepakbola, maka permasalahan yang dapat dirumuskan oleh penulis adalah, sebagai berikut : apakah ada hubunganan antara keseimbangan dinamis terhadap risiko cedera ankle pada pemain sepakbola.

2. METODE

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2016 - Januari 2017 dan tempat pelaksanaan penelitian adalah di sekolah sepakbola Fortuna Sukoharjo dan Tim sepakbola Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu observasional dengan teknik cross sectional. Dalam penelitian ini peneliti mengukur keseimbangan dinamis tubuh dengan Modified Bass Test dan pengukaran risiko cedera ankle dengan anterior drawer test dan talar tilt test.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengukuran keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle didapatkan responden yang dinyatakan seimbang sebanyak 28 responden dengan 21 responden dinyatakan negatif cedera ankle dan 7 responden dinyatakan positif risiko cedera ankle. Sedangakan responden yang dikategorikan tidak seimbang sebanyak 22 responden dengan 16 responden dinyatakan positif risiko cedera ankle dan 6 responden dinyatakan negatif risiko cedera ankle. Hubungan dari keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle adalah apabila responden memeliki keseimbangan baik maka negatif risiko cedera ankle dan apabila tidak 4 seimbang maka positif risiko cedera ankle. adapun beberapa hasil yang tidak saling berhubungan itu dikarenakan adanya faktor lain seperti kekuatan otot ankle yang jaga berperan dalam keseimbangan dinamis dan risiko cedera ankle. Berdasarkan hasil uji statistik korelasi koefisien kontingensi menunjukkan ada hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola dengan p-value = 0,001 atau probabilitas 0,05. Jika nilai probabilitas 0,05 maka H ditolak. Dari hasil tersebut dapat diambil kesimpulan ada hubungan antara keseimbangan dinamis tubuh dengan risiko cedera ankle pada pemain sepakbola. Keseimbangan dinamis seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya IMT. Karena tinggi dan pendek atau berat dan ringannya seseorang akan membedakan letak titik berat yang mempengaruhi keseimbangan. Pada orang dengan IMT lebih dari normal yaitu lebih dari 23, gaya yang diterapkan pada ligament ankle pada saat mensuport setiap gerakan akan bertambah, sehingga berisiko cedera ankle fousekis et al., 2012. Keseimbangan dinamis juga dipengaruhi oleh stabilitas dari sendi ankle. Pada ankle yang tidak stabil dikarenakan adanya kekendoran ligament yang akan menyebabkan deficit pada proprioseptif sehingga reseptor proprioseptif pada ligament ini telambat dalam mengirim informasi ke sistem saraf pusat untuk mengaktikan kontraksi otot. Karena itu terjadilah ketidakseimbangan pada tubuh dan pada ankle itu sendiri yang menyebabkan terjadinya cedera ankle witchalls, 2011. Pemain sepakbola dengan keseimbangan dinamis yang tidak baik mengalami instabil ankle, karena adanya defisit proprioseptif yang mengakibatkan terjadinya kesalahan dalam mendeteksi posisi ankle sebelum kontak dengan tanah. Tidak heran ketika banyak kejadian pemain sepakbola mengalami cedera pada saat gerakan-gerakan membalik arak, melompat dan mendarat yang tidak baik dikarenakan keseimbangan dinamis yang kurang. Hasil ini seperti yang kemukakan oleh Abrahamsom 2010 bahwa defisit proprioseptif mengganggu kemampuan pemain sepakbola mempersiapkan ankle untuk 5 menerima dan mentransfer beban ketika melakukan gerakan menentang seperti mengubah arah dan mendarat dari melompat. Mekanisme yang terjadi, Impuls dari mekanoreseptor ditransmisikan ke spinal cord melalui jalur afferent sensoris. Respon efferent motoris terhadap informasi sensorik disebut neuromuscular control. Dua mekanisme control motoris yang terlibat dalam menafsirkan informasi afferent dan mengkoordinasikan respon efferent adalah feed forwards dan feedback. Pada cedera ankle mekanisme feedforward dan feedback neuromuscular tubuh terganggu, yang diakibatkan oleh defisit proprioseptif Hertel, 2008. Beberapa penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa keseimbangan dinamis merupakan salah satu faktor yang menyebabkan cedera ankle yaitu seperti sebuah tinjauan sistematis terbaru merangkum bukti-bukti untuk menyarankan bahwa kemampuan keseimbangan yang tidak baik dimasukkan dalam faktor intrinsik pada peningkatan risiko cedera ankle witchalls, 2011. Menurut Hrysomallis et al 2008 pada pemain sepakbola dengan tingkat keseimbangan yang tidak baik mengalami peningkatan risiko cedera ankle. selain itu menurut penelitian Willeam et al 2005 juga mendapatkan hasil yang sama.

4. PENUTUP