Pengaruh Umur Panen Dan Pemberian Fosfor Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Pegagan (Centella Asiatica (L.) URB.)

PENGARUH UMUR PANEN DAN PEMBERIAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)
SKRIPSI Oleh:
MIRNA SARI 080301002
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

PENGARUH UMUR PANEN DAN PEMBERIAN FOSFOR TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urb.)
SKRIPSI Oleh:
MIRNA SARI 080301002
Skripsi Merupakan Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013

Judul Skripsi
Nama Nim Program Studi Minat

: Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) : Mirna Sari : 080301002 : Agroekoteknologi : Agronomi

Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc.) Ketua


(Ir. Ratna Rosanti Lahay, M.P.) Anggota

Mengetahui,
(Ir. T. Sabrina, M. Agr. Sc., Ph.D.) Ketua Program Studi Agroekoteknologi

ABSTRAK
MIRNA SARI: Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.). Dibimbing oleh J. A. NAPITUPULU dan RATNA ROSANTI LAHAY.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur panen dan pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan. Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang (± 11 mdpl) pada Januari-Juli 2012 menggunakan rancangan petak terpisah 2 faktor yaitu umur panen sebagai petak utama (8,10,12 minggu) dan pemberian fosfor sebagai anak petak (0,18,36,54 kg P2O5/ha). Parameter yang diamati adalah jumlah daun, luas daun, panjang tangkai daun, jumlah sulur primer, panjang sulur primer, jumlah stolon, jumlah sulur sekunder, bobot segar per sampel, bobot segar per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan umur panen berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Pemberian fosfor berpengaruh nyata pada jumlah stolon. Interaksi antara umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh nyata pada luas daun, panjang sulur primer dan jumlah sulur primer.
Kata kunci : Pegagan, umur panen, pemberian fosfor

ABSTRACT
MIRNA SARI : The Effect of Harvesting Time and Phosphor Application to Growth and Production of Indian Pennywort (Centella asiatica (L.) Urb.). Supervised by J. A. NAPITUPULU and RATNA ROSANTI LAHAY.
This research is aim to find out the effect of harvesting time and phosphor application to growth and production of Indian Pennywort. It was conducted at Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang about 11 m above sea level from January until July 2012 by using a split plot design with factors, they are harvesting time as the main plot (8,10,12 weeks) dan phosphor application as the sub plot (0,18,36,54 kg P2O5/ha). The parameters observed were number and leave area, petiole length, number and length of primary vines, number of stolon, number of secondary vines, fresh and dry weight per sample, fresh and dry weight per plot. The results showed that harvesting time not showed significant effects on any parameters. Phosphor application showed significant effects on number of stolon. Interaction between harvest time and phosphor application showed significant effects on leave wide, length of primary vines and number of primary vines.
Key words : Centella asiatica, Harvesting Time, Phosphor Application.

RIWAYAT HIDUP Mirna Sari, lahir pada tanggal 5 Maret 1990 di Banda Aceh, Kelurahan Lambaro Skep, Kecamatan Kuta Alam, Kotamadya Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, anak ke-2 dari 4 bersaudara, puteri dari ayahanda Marzuki Ismail dan Ibunda Ratna Wati. Pendidikan formal yang pernah diperoleh penulis antara lain : tahun 19962002 menempuh pendidikan dasar di SD Negeri 1 Lhokseumawe; tahun 20022005 menempuh pendidikan di SMP Negeri 1 Lhokseumawe; tahun 2005-2008 menempuh pendidikan di SMA Negeri 1 Lhokseumawe dan terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan pada tahun 2008 melalui jalur undangan Panduan Minat dan Keterampilan (PMDK) pada Departemen Budidaya Pertanian Program Studi Agronomi. Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten Laboratorium Perbanyakan Tanaman pada tahun ajaran 2010-2011 dan tahun ajaran 2011-2012 dan asisten Budidaya Tanaman Hortikultura pada tahun 2011-2012. Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di PTPN IV Bahjambi pada bulan Juli – Agustus 2011.

KATA PENGANTAR Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella Asiatica (L.) Urb.) yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan. Terlebih dahulu penulis menyatakan permohonan maaf dimana penelitian ini sebaiknya sampai kepada pengujian kandungan asiatikosida yaitu senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam pegagan, namun karena keterbatasan waktu yaitu waktu yang dibutuhkan untuk pengujian tersebut cukup lama dan jumlah biaya yang cukup besar dalam analisanya, maka penulis hanya dapat meneliti sampai pertumbuhan dan produksi pegagan saja. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. J. A. Napitupulu, MSc. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir. Ratna Rosanti Lahay, M.P. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah memberi banyak saran, bimbingan, arahan dan kepercayaan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada ibu Ir. Noverita Sprinse Vinolina, M.P. atas kerjasama, bimbingan dan arahannya dimana penelitian ini merupakan bagian dari penelitian beliau. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Marzuki Ismail dan Ibunda Ratna Wati serta kepada seluruh keluarga


yang telah memberi dukungan serta motivasi baik moril maupun materil serta atas semua perjuangan yang diberikan selama ini, teman-teman Militan ’08, adik-adik AET 2009 – 2011 dan pihak lainnya yang telah memberikan bantuan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Penelitian dan skripsi ini tidak akan selesai dengan baik tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Akhir kata penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang berkepentingan.
Medan, April 2013
Penulis

DAFTAR ISI

Hal. ABSTRAK ...................................................................................................... i

ABSTRACT ..................................................................................................... ii

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ iii

KATA PENGANTAR.................................................................................... iv

DAFTAR ISI ............................................................................................. vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR...................................................................................... ix


DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xi

PENDAHULUAN Latar Belakang........................................................................................ Tujuan Penelitian.................................................................................... Hipotesis Penelitian ................................................................................ Kegunaan Penelitian ...............................................................................

1 5 5 5

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman...................................................................................... 6 Syarat Tumbuh ....................................................................................... 7 Sifat dan Manfaat.................................................................................... 8 Umur Panen ............................................................................................ 9 Fosfor...................................................................................................... 10

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian................................................................. Bahan dan Alat ....................................................................................... Metode Penelitian ...................................................................................

13 13 13

PELAKSANAAN PENELITIAN Penyiapan Lahan..................................................................................... Pengapuran ............................................................................................. Penyiapan Bahan Tanaman .................................................................... Penjarangan ............................................................................................ Pemupukan ............................................................................................. Pemeliharaan Tanaman........................................................................... Aplikasi Metil Jasmonat ......................................................................... Panen ...................................................................................................... Pengamatan Parameter ........................................................................... Jumlah Daun (helai)...........................................................................

16 16 16 17 17 17 18 18 19 19

Luas Daun (cm2) ................................................................................ Panjang Tangkai Daun (cm) .............................................................. Jumlah Sulur Primer (sulur)............................................................... Panjang Sulur Primer (cm)................................................................. Jumlah Stolon (stolon) ....................................................................... Jumlah Sulur Sekunder (sulur)........................................................... Bobot Segar per Sampel (g)............................................................... Bobot Segar per Plot (g) .................................................................... Bobot Kering per Sampel (g)............................................................. Bobot Kering per Plot (g) ..................................................................

19 19 19 19 20 20 20 20 20 20


HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil ..................................................................................................... 21 Pembahasan ......................................................................................... 54

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan .......................................................................................... 62 Saran..................................................................................................... 62

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 63

LAMPIRAN.................................................................................................... 67

DAFTAR TABEL
Hal. 1. Rataan jumlah daun tanaman induk (helai) pada perlakuan
umur panen dan pemberian fosfor 1 – 12 MST .............................................21
2. Rataan total luas daun tanaman induk pegagan (cm2) pada Perlakuan umur panen dan pemberian fosfor pada 1 – 12 MST....................25
3. Rataan total luas daun pegagan setelah transformasi (X + 0,5)1/2 pada interaksi perlakuan umur panen dan pemberian fosfor umur 2 MST ............28
4. Rataan panjang tangkai daun pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor 3 – 12 MST .................................................................30
5. Rataan jumlah sulur primer pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor 3 – 12 MST .............................................34
6. Rataan jumlah sulur primer setelah transformasi (X + 0,5)1/2 pada interaksi perlakuan umur panen dan pemberian fosfor umur 5 MST ............36
7. Rataan panjang sulur primer pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor 3 – 12 MST .............................................39
8. Rataan panjang sulur primer pegagan pada interaksi antara perlakuan umur panen dan pemberian fosfor pada umur 3 MST ...................................41
9. Rataan jumlah stolon pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor 3 – 12 MST ........................................................................44

10. Rataan jumlah sulur sekunder pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor 5 – 12 MST ........................................................................48
11. Rataan bobot segar per sampel tanaman pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor .................................................................51
12. Rataan bobot segar per plot tanaman pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor .................................................................52
13. Rataan bobot kering per sampel tanaman pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor .................................................................53
14. Rataan bobot kering per plot tanaman pegagan pada perlakuan umur panen dan pemberian fosfor .................................................................54

DAFTAR GAMBAR
Hal. 1. Grafik perkembangan jumlah daun tanaman induk (helai)
hingga 12 MST pada perlakuan umur panen .................................................22
2. Grafik perkembangan jumlah daun tanaman induk (helai) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor.........................................23
3. Grafik perkembangan total luas daun tanaman induk (cm2) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen .................................................25
4. Grafik perkembangan total luas daun tanaman induk (cm2) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor.........................................26
5. Kurva respon luas daun (cm2) pada umur 2 MST terhadap perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen ................................28
6. Kurva respon luas daun (cm2) pada umur 2 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor ................................29
7. Grafik perkembangan panjang tangkai daun (cm) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ...........................................................................31
8. Grafik perkembangan panjang tangkai daun (cm) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor...................................................................32
9. Grafik perkembangan jumlah sulur primer (sulur) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ...........................................................................34
10. Grafik perkembangan jumlah sulur primer (sulur) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor...................................................................35
11. Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen ................................37
12. Kurva respon jumlah sulur primer (sulur) umur 5 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor ................................38

13. Grafik perkembangan panjang sulur primer (cm) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ...........................................................................40
14. Grafik perkembangan panjang sulur primer (cm) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor...................................................................40
15. Kurva respon panjang sulur primer (cm) umur 3 MST terhadap perlakuan pemberian fosfor pada berbagai umur panen ................................42

16. Kurva respon panjang sulur primer (cm) umur 3 MST terhadap perlakuan umur panen pada berbagai pemberian fosfor ................................43
17. Grafik perkembangan jumlah stolon (stolon) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ...........................................................................45
18. Grafik perkembangan jumlah stolon (stolon) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor...................................................................45
19. Kurva respon jumlah stolon (stolon) umur 5 MST pada perlakuan pemberian fosfor...................................................................47
20. Grafik perkembangan jumlah sulur sekunder (sulur) hingga 12 MST pada perlakuan umur panen ...........................................................................48
21. Grafik perkembangan jumlah sulur sekunder (sulur) hingga 12 MST pada perlakuan pemberian fosfor...................................................................49

DAFTAR LAMPIRAN
Hal. 1. Contoh Lengkap Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 MST........68
2. Contoh lengkap Sidik ragam Jumlah Daun Umur 1 MST ............................68
3. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Daun (helai) Umur 1 – 12 MST ....................................................................................................69
4. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Daun Umur 1 – 12 MST..........................69
5. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Umur 1 – 12 MST ..........................................................................................70
6. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Luas Daun (cm2) Umur 1 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ................................................71
7. Rangkuman Daftar Sidik Ragam Luas Daun Umur 1 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ....................................................................71
8. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Interaksi Umur 2 MST dengan Umur Panen pada Pemberian Fosfor setelah transformasi (X + 0,5)1/2 .........72

9. Daftar Sidik Ragam Luas Daun Interaksi Umur 2 MST dengan Pemberian Fosfor pada Umur Panen setelah transformasi (X + 0,5)1/2 .........73
10. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Panjang Tangkai Daun (cm) Umur 3 – 12 MST ..........................................................................................74
11. Rangkuman Sidik Ragam Panjang Tangkai Daun Umur 3 – 12 MST ..........74
12. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Primer (sulur) Umur 3 – 12 MST ..........................................................................................75
13. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Primer (sulur) Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2......................................76
14. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Sulur Primer Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ....................................................................76
15. Daftar Sidik Ragam Jumlah Sulur Primer Interaksi Umur 5 MST dengan Umur Panen pada Pemberian Fosfor setelah transformasi (X + 0,5)1/2 .........77
16. Daftar Sidik Ragam Jumlah Sulur Primer Interaksi Umur 5 MST dengan Pemberian Fosfor pada Umur Panen setelah transformasi (X + 0,5)1/2 .........78

17. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Panjang Sulur Primer (cm) Umur 3 – 12 MST ..........................................................................................79
18. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Panjang Sulur Primer (cm) Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2......................................80
19. Rangkuman Sidik Ragam Panjang Sulur Primer Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ....................................................................80
20. Daftar Sidik Ragam Panjang Sulur Primer Interaksi Umur 3 MST dengan Umur Panen pada Pemberian Fosfor setelah transformasi (X + 0,5)1/2 .........81
21. Daftar Sidik Ragam Panjang Sulur Primer Interaksi Umur 3 MST dengan Pemberian Fosfor pada Umur Panen setelah transformasi (X + 0,5)1/2 .........82
22. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Stolon (stolon) Umur 3 – 12 MST ..........................................................................................83
23. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Stolon (stolon) Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2......................................84
24. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Stolon Umur 3 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ....................................................................84
25. Daftar Sidik Ragam Jumlah Stolon pada Pemberian Fosfor Umur 5 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2..............................................85
26. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Sekunder (sulur) Umur 5 – 12 MST ..........................................................................................86
27. Rangkuman Rataan Data Pengamatan Jumlah Sulur Sekunder (sulur) Umur 5 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2......................................87

28. Rangkuman Sidik Ragam Jumlah Sulur Sekunder Umur 5 – 12 MST setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ....................................................................87
29. Rangkuman Data Pengamatan Rataan Bobot (g)...........................................88
30. Rangkuman Data Pengamatan Rataan Bobot (g) setelah transformasi (X + 0,5)1/2 ....................................................................88
31. Rangkuman Daftar sidik ragam bobot (g) hasil transformasi (X + 0,5)1/2.....89
32. Bagan Lahan Penelitian .................................................................................91
33. Analisis Tanah Lahan Penelitian....................................................................92
34. Perhitungan pupuk .........................................................................................93

35. Jadwal Kegiatan Penelitian ............................................................................94 36. Temperatur Cuaca Harian ..............................................................................95 37. Foto Lahan Penelitian ....................................................................................96 38. Foto Dokumentasi selama Penelitian.............................................................97

ABSTRAK
MIRNA SARI: Pengaruh Umur Panen dan Pemberian Fosfor terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.). Dibimbing oleh J. A. NAPITUPULU dan RATNA ROSANTI LAHAY.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh umur panen dan pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan. Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang (± 11 mdpl) pada Januari-Juli 2012 menggunakan rancangan petak terpisah 2 faktor yaitu umur panen sebagai petak utama (8,10,12 minggu) dan pemberian fosfor sebagai anak petak (0,18,36,54 kg P2O5/ha). Parameter yang diamati adalah jumlah daun, luas daun, panjang tangkai daun, jumlah sulur primer, panjang sulur primer, jumlah stolon, jumlah sulur sekunder, bobot segar per sampel, bobot segar per plot, bobot kering per sampel dan bobot kering per plot. Hasil penelitian menunjukkan umur panen berpengaruh tidak nyata pada semua parameter. Pemberian fosfor berpengaruh nyata pada jumlah stolon. Interaksi antara umur panen dan pemberian fosfor berpengaruh nyata pada luas daun, panjang sulur primer dan jumlah sulur primer.
Kata kunci : Pegagan, umur panen, pemberian fosfor

ABSTRACT
MIRNA SARI : The Effect of Harvesting Time and Phosphor Application to Growth and Production of Indian Pennywort (Centella asiatica (L.) Urb.). Supervised by J. A. NAPITUPULU and RATNA ROSANTI LAHAY.
This research is aim to find out the effect of harvesting time and phosphor application to growth and production of Indian Pennywort. It was conducted at Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang about 11 m above sea level from January until July 2012 by using a split plot design with factors, they are harvesting time as the main plot (8,10,12 weeks) dan phosphor application as the sub plot (0,18,36,54 kg P2O5/ha). The parameters observed were number and leave area, petiole length, number and length of primary vines, number of stolon, number of secondary vines, fresh and dry weight per sample, fresh and dry weight per plot. The results showed that harvesting time not showed significant effects on any parameters. Phosphor application showed significant effects on number of stolon. Interaction between harvest time and phosphor application showed significant effects on leave wide, length of primary vines and number of primary vines.
Key words : Centella asiatica, Harvesting Time, Phosphor Application.


PENDAHULUAN Latar Belakang
Masyarakat kita sudah sejak lama mengenal tanaman obat. Saat ini prospek pengembangan produk tanaman obat semakin meningkat, hal ini sejalan dengan perkembangan industri obat modern dan obat tradisional yang juga terus meningkat. Kondisi ini turut dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin tinggi mengenai manfaat tanaman sebagai obat. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam (back to nature) dengan memanfaatkan obat-obatan alami. Hal tersebut menuntut ketersediaan bahan baku bermutu dan berkelanjutan.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil tanaman obat yang sangat potensial dengan keanekaragaman hayati yang dimilikinya. Menurut Djauhariya dan Hernani (2004), keanekaragaman hayati Indonesia menempati urutan terbesar ketiga di dunia setelah Brazil dan Zaire. Kardono et al. (2003) menambahkan di hutan tropika Indonesia tumbuh sekitar 25.000 – 30.000 spesies tumbuhan berbunga dan diperkirakan sekitar 3.689 spesies diantaranya merupakan tumbuhan obat. Hal ini merupakan suatu peluang yang sangat besar untuk menghasilkan berbagai produk herbal medicine maupun health food. Namun sampai saat ini baru sekitar 383 jenis tanaman obat yang sudah digunakan dalam industri obat tradisional.
Pegagan merupakan salah satu tanaman obat yang potensial untuk dikembangkan. Hal ini sejalan dengan pernyataan dari Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia (2008) yang menyebutkan bahwa pegagan merupakan salah satu dari lima komoditi unggulan (jahe, temulawak, sambiloto, pegagan dan kencur) yang

sedang dikembangkan dan diteliti di Indonesia. Menurut De Padua et al. (1999) pegagan telah banyak dimanfaatkan sebagai sayuran/lalap di berbagai negara di Asia Tenggara, India dan Srilangka. Di Thailand, Kamboja, Laos dan Vietnam daun pegagan dibuat sebagai minuman jus yang ditambah sedikit gula untuk mengatasi rasa pahit. Masyarakat Sunda sudah sejak lama mengkonsumsi pegagan sebagai lalapan.
Pegagan sering dianggap sebagai gulma yang kurang diperhatikan manfaatnya, padahal secara empiris pegagan mengandung sejumlah senyawa yang banyak digunakan sebagai bahan simplisia obat. Kandungan kimia yang sudah diketahui antara lain beberapa senyawa saponin termasuk asiatikosida (Matsuda, et al., 2001). Senyawa bioaktif asiatikosida dapat mempercepat proses penyembuhan luka dan berguna dalam pengobatan kusta dan TBC (Mangas, et al., 2008).
Pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) telah lama dimanfaatkan sebagai obat tradisional baik dalam bentuk bahan segar, kering maupun yang sudah dalam bentuk ramuan (jamu). Di Australia telah dibuat obat dengan nama “Gotu Cola” yang bermanfaat sebagai anti pikun dan juga sebagai anti stres. Secara empirik, pegagan bermanfaat sebagai penyembuh luka, radang, reumatik, asma, wasir, tuberkulosis, lepra, disentri, demam dan penambah nafsu makan. Di Cina, pegagan bermanfaat untuk memperlancar sirkulasi darah, bahkan dianggap lebih bermanfaat dibandingkan Ginkgo biloba atau ginseng (Januwati dan Yusron, 2005).
Sampai saat ini pegagan dipanen dari alam. Untuk mendukung pengembangan pegagan skala luas perlu didukung dengan usaha budidaya. Sudah

saatnya pegagan dibudidayakan karena banyak jamu racikan yang mengandung herba pegagan. Kebutuhan pegagan mencapai 100 ton, salah satunya seperti PT. Sidomuncul yang kebutuhannya mencapai 2-3 ton per bulan. Komoditas pegagan, herba liar yang tumbuh di pekarangan, kebun, atau dibawah tegakan hutan, yang dibutuhkan pabrik lokal 25 ton per tahun hanya sanggup dipasok sebesar 4 ton per tahun. Tidak hanya tumbuhan liar yang masih diburu dari alam bebas, beberapa tanaman biofarmaka yang telah dibudidayakan pun banyak yang belum mampu memenuhi permintaan pasar domestik (Pusat Studi Biofarmaka IPB, 2005).
Permasalahan dalam pengembangan produk yang berasal dari tanaman pada umumnya dan pegagan pada khususnya adalah tidak terjaminnya mutu dan pasokan. Kualitas bahan baku sangat bervariasi, hal ini dapat disebabkan oleh teknik budidaya yang dilakukan, seperti bagaimana dan kapan tanaman itu akan dipanen. Faktor yang menentukan tinggi rendahnya kuantitas dan kualitas produksi secara umum adalah penentuan umur panen yang tepat. Menurut Franklin et al. (1991) waktu panen yang tepat yaitu ketika suatu organ tanaman telah berkembang optimal. Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (2010) menyatakan waktu pemanenan yang tepat akan menghasilkan simplisia yang mengandung bahan berkhasiat yang optimal. Kandungan kimia dalam tumbuhan tidak sama sepanjang waktu. Kandungan kimia akan mencapai kadar optimum pada waktu tertentu.
Untuk menjamin bahwa produk yang digunakan berkualitas tinggi dan mengandung komponen/bahan kimia yang tepat, perlu dilakukan penelitian teknik budidaya secara menyeluruh. Salah satunya yaitu kesesuaian lingkungan tumbuh seperti ketersediaan/kandungan fosfor di dalam tanah. Pupuk anorganik bertujuan

supaya akar tanaman mudah menyerap unsur hara untuk mendukung pertumbuhan awal yang baik dan optimal sehingga diharapkan perolehan produksi biomas yang tinggi.
Menurut penelitian Noverita (2010) ada pengaruh fosfor terhadap pertumbuhan dan senyawa bioaktif pada tanaman pegagan. Senyawa fosfat yang kaya energi menjadi perantara transfer energi fosforilasi dalam proses pertumbuhan organ tanaman sebagai perantara dalam menghasilkan metabolit sekunder (Salisbury dan Ross, 1995).
Peningkatan ketersediaan fosfor dapat diusahakan dengan pemberian pupuk P2O5. Ghulamahdi, dkk. (2007) menyatakan di dataran tinggi, pemberian fosfor menurunkan panjang tangkai bunga induk, meningkatkan nilai warna daun, bobot tangkai daun, sulur daun, bobot panen dan senyawa bioaktif asiatikosida. Bobot panen tertinggi diperoleh pada perlakuan 72 Kg P2O5/ha, sedangkan kandungan asiatikosida tertinggi diperoleh pada perlakuan 36 Kg P2O5/ha.
Pegagan masih dikategorikan sebagai tumbuhan liar yang belum mengalami domestikasi menjadi tanaman budidaya, sehingga perlu dilakukan pengamatan awal mengenai perilaku tumbuh dari tanaman itu sendiri. Pengamatan mengenai perilaku tumbuh dari pegagan bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih lanjut untuk perbaikan sistem budidaya pegagan yang baik dan benar.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui lebih jauh pengaruh umur panen dan pemberian fosfor terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan. Dengan demikian dapat diketahui respon tanaman terhadap penentuan umur panen yang tepat dan pemberian dosis fosfor


yang sesuai untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan mendapatkan produksi yang tinggi. Tujuan Penelitian
Penelitian bertujuan untuk dapat menentukan umur panen yang tepat dan dosis pemberian fosfor yang sesuai terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.). Hipotesis Penelitian
- Ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) akibat perbedaan umur panen.
- Ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) akibat perbedaan tingkat pemberian fosfor.
- Ada pengaruh yang nyata terhadap pertumbuhan dan produksi pegagan (Centella asiatica (L.) Urb.) akibat interaksi umur panen dan pemberian fosfor.
Kegunaan Penelitian Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dan untuk mendapatkan informasi tentang umur panen yang tepat dan dosis pemberian fosfor yang diharapkan mampu memberikan pertumbuhan dan produksi yang optimal dalam prospek pembudidayaan tanaman pegagan yang dapat diterapkan oleh masyarakat.

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman
Pegagan dikenal dengan nama latin Centella asiatica atau Hydrocotyle asiatica. Nama ini diturunkan dari bahasa latin Hydro yang berarti air karena tanaman ini sangat suka lingkungan yang lembab dan Cotyle yang berarti mangkuk karena daunnya yang sedikit berbentuk cekung. Pegagan diklasifikasikan ke dalam famili Umbelliferae (Apiaceae), genus Centella dengan nama spesies Centella asiatica L. (Urb.) (Winarto dan Surbakti, 2003). Tanaman ini berasal dari Asia Tropik. Pegagan dikenal secara internasional dengan nama Asiatic Pennywort, Indian Pennywort atau Gotu Cola (Heyne, 1987).
Tanaman ini mempunyai banyak nama lokal di Indonesia antara lain daun tapak kuda, pegagan (Sumatera); gagan-gagan, gangganan, kerok batok, pantegowang, panigowang, rendeng (Jawa); antanan gede, calingan rambat (Sunda); kostekosan (Madura); daun tongke-tongke (Bugis); kori-kori (Halmahera); pegaga (Sulawesi), sarowati (Maluku) dan sandanan (Papua) (Winarto dan Surbakti, 2003).
Tanaman pegagan merupakan herba menahun tidak berbatang dengan akar rimpang pendek serta akar merayap (menjalar) stolon panjang bisa mencapai 2,5 m (De Padua, et al. 1999). Stolon tumbuh menjalar horizontal di atas permukaan tanah dan berbuku-buku. Dari buku-buku yang menyentuh tanah akan keluar akar dan tunas yang akan tumbuh menjadi tanaman baru. Daun pegagan tersusun secara basalis (roset) dengan 2-10 daun tunggal per tanaman berbentuk seperti ginjal berukuran 2-5 cm x 3-7 cm. Tangkai daun tegak panjang 9 - 17 cm dengan

bagian dalam berlubang serta bagian pangkal melekuk ke dalam dan melebar seperti pelepah (Santa dan Prayogo, 1992).
Bunga tersusun dalam karangan berupa payung yang muncul dari ketiak daun. Pada tiap karangan terdapat tiga buah bunga. Kelopak bunga berwarna hijau dan mahkota bunga berwarna merah. Buah berukuran kecil, berwarna kuning coklat dan berbentuk lonjong. Tumbuhan ini berkembangbiak dengan biji dan sulur batang atau stolon (Djauhariya dan Hernani, 2004). Syarat Tumbuh
Daerah pertumbuhan tanaman pegagan tersebar mulai dari dataran rendah sampai dataran tinggi yang mencapai ketinggian 2.500 m di atas permukaan laut (dpl) (Winarto dan Surbakti, 2003). Januwati dan Yusron (2005) bahwa melaporkan ketinggian tempat optimum untuk tanaman pegagan adalah 200 - 800 m dpl., akan tetapi di atas 1.000 m dpl. produksi dan mutunya akan menjadi lebih rendah. Pegagan tidak tahan terhadap tempat terlalu kering, curah hujan tinggi, intensitas cahaya 30 – 40% dan dapat tumbuh di semua jenis tanah. Pegagan tumbuh baik di tempat yang teduh atau ternaungi. Pada tempat seperti ini, tanaman akan tumbuh dengan helaian daun lebih besar dan tebal dibandingkan di tempat terbuka, sedangkan pada tempat yang kurang cahaya helaian daunnya akan menipis dan berwarna pucat. Selain itu, untuk memperoleh daun yang lebar diperlukan kelembaban dan kesuburan tanah yang cukup.
Widowati et al. (1992) menambahkan tanaman ini dapat tumbuh di tempat-tempat terbuka, misalnya di padang rumput, tegalan, tepi parit, di antara batu-batu dan di tepi-tepi jalan.

Tanaman ini tersebar di daerah beriklim tropis. Pegagan menghendaki kondisi tanah yang subur, kelembaban udara yang diinginkan antara 70-90 % dengan rata-rata temperatur udara antara 20 - 25ºC dan tingkat keasaman tanah (pH) netral antara 6 – 7 (Winarto dan Surbakti, 2003). Sifat dan Manfaat
Tumbuhan ini bersifat manis: sejuk, anti infeksi, anti racun, penurun panas (antipiretika), peluruh air seni (diuretikum), anti lepra, anti sifilis sekaligus merevitalisasi sel kulit. Daun; sebagai astringensia dan tonikum. Pegagan dikenal untuk merevitalisasi sel tubuh dan untuk kesuburan wanita. Memperbaiki sirkulasi darah dengan merevitalisasi pembuluh darah (mempertinggi permeabilitas kapiler) (Redaksi Karyasari, 2006).

Pegagan mengandung senyawa asiatikosida, thankunisida, isothankunisida, madecassosida, brahmosida, brahminosida, asam brahmik, asam madasiatik, meso-inositol, centellose, karotenoids, garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium, magnesium, kalsium, besi, vellarine, zat lemak dan tanin. Senyawa glikosida triterpenoid yang disebut asiatikosida dan senyawa sejenis, berkhasiat sebagai anti lepra, sebagai penyembuh luka, radang tenggorokan (Wikipedia, 2007).
Pegagan telah dikenal sebagai obat untuk revitalisasi tubuh dan pembuluh darah serta mampu memperkuat struktur jaringan tubuh. Tak kalah penting, pegagan bias dikonsumsi sebagai brain tonic atau obat anti lupa bagi orang dewasa dan manula. Pegagan juga bersifat menyejukkan atau mendinginkan, menambah tenaga, menimbulkan selera makan, memperindah suara, dan mengurangi dahaga. Disamping itu, pegagan mempermudahkan timbulnya rasa

kantuk bagi penderita sulit tidur, memenangkan saraf, memperbanyak sel-sel darah merah, serta menyembuhkan gangguan ringan di hati dan limpa yang membengkak (Winarto dan Surbakti, 2003). Umur Panen
Panen merupakan salah satu rangkaian tahapan dalam proses budidaya tanaman obat. Penentuan tingkat kemasakan yang tepat pada saat umur panen merupakan salah satu aspek agronomi penting untuk memperoleh produk yang berkualitas tinggi. Setiap jenis tanaman memiliki waktu panen yang berbeda. Derajat kematangan pada waktu pemanenan hasil sangat menentukan mutu hasil akhir yang diperoleh.
Yuliani et al. (1992) menyatakan bahwa pada tanaman obat derajat kematangan berhubungan dengan jumlah kandungan zat berkhasiat. Dengan demikian pada saat pemungutan hasil dari setiap organ tanaman perlu diperhatikan waktu yang tepat. Selanjutnya Sutedjo (1990) menambahkan cara melakukan panen bagian-bagian tanaman yang berkhasiat obat harus dilakukan dengan perlakuan tertentu agar kandungan zat berkhasiatnya tidak merosot, sehingga dengan perlakuan-perlakuan tersebut akan dihasilkan simplisia yang memenuhi persyaratan sebagaimana dikehendaki oleh para konsumen.
Pemanenan dilakukan terhadap pegagan yang berdaun segar, berukuran lebar dan tidak terserang hama atau penyakit. Waktu panen yang terlalu cepat sebaiknya tidak dilakukan karena pembentukan zat-zat yang terkandung di dalam pegagan belum sempurna. Sebaliknya, panen yang terlambat dapat mengakibatkan daun menjadi keras dan tua (Winarto dan Surbakti, 2003). Sembiring (2007) menambahkan pemanenan yang terlambat menyebabkan daun mengalami

penuaan (senescence) sehingga mutunya rendah karena bahan aktifnya sudah terdegradasi.
Panen pegagan biasanya dilakukan setelah tanaman berumur 3 – 4 bulan, dengan cara memangkas bagian daun dan batangnya. Selang pemanenan dengan panen selanjutnya sekitar dua bulan. Hasil produksi total sekitar 15 - 25 ton /ha segar atau setara 1,5 - 2,5 ton/ha kering (Januwati dan Yusron, 2005).
Pemanenan pegagan yang ditanam di bedengan dapat dilakukan sebanyak 3 kali dengan cara memotong tanaman dari pangkal daun. Pemotongan dilakukan dengan alat yang bersih dan tajam. Di samping itu harus dihindari terjadinya pelukaan di permukaan batang yang dipotong. Sulur tetap dibiarkan tumbuh sampai panen terakhir. Jadi selama periode panen tersebut dapat dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan. Sementara itu, pemanenan pegagan yang ditanam dalam polibag sebaiknya dilakukan sekali saja. Hal ini disebabkan jumlah dan ukuran hara di media tanam (polibag) terbatas (Winarto dan Surbakti, 2003). Fosfor
Fosfor merupakan salah satu unsur hara makro yang diperlukan oleh tanaman, yang berperan penting pada berbagai proses kehidupan seperti fotosintesis, metabolisme karbohidrat dan proses aliran energi dalam tanaman (Satari, 1987). Fosfor merupakan bagian yang esensial dari berbagai gula fosfat yang berperan dalam reaksi-reaksi pada fase gelap fotosintesis, respirasi dan berbagai proses metabolisme lainnya. Fosfor juga merupakan bagian nukleotida (RNA dan DNA) dan fosfolipida penyusun membran (Lakitan, 2008).
Ketersediaan fosfor bagi tanaman sangat bergantung pada konsentrasi orthofosfat primer (H2PO4-) dan ion orthofosfat sekunder (HPO42-). Absorsi kedua

ion ini dipengaruhi oleh pH tanah (Novizan, 2005). Soepardi (1983) dan Leiwakabessy (1988) menambahkan bahwa, pada pH yang rendah absorsi ion orthofosfat primer lebih dominan dibandingkan dengan ion orthofosfat sekunder.
Fosfor diserap tanaman dalam bentuk ion H2PO4- atau HPO42-, tergantung pH larutan tanah. Pada pH 7.22 jumlah ion H2PO4- sama dengan HPO42-, di bawah pH 6.5 sebagian besar dalam bentuk ion H2PO4- dan di atas pH 7.22 sebagian besar dalam bentuk ion HPO42-. Tanaman menyerap ion H2PO4- lebih cepat dari pada ion HPO42-. Senyawa fosfat organik dapat diserap tanaman, akan tetapi dalam jumlah kecil (Tisdale et al., 1985).
Fosfor berperan dalam pembentukan lemak dan albumin, penyusun asam nukleat, fosfolipid, koenzim NAD dan NADP, penyusun ATP, melawan pengaruh buruk nitrogen, perkembangan akar halus dan akar rambut serta ketahanan terhadap penyakit. Kadar fosfor rendah bagi tanaman berakibat kahat P sehingga mengurangi sintesis protein, sebab fosfor adalah sumber energi untuk mengubah asimilat menjadi nukleoprotein. Kekahatan ini menyebabkan terjadinya penimbunan gula pada bagian vegetatif tanaman yang mendorong pembentukan antosianin sehingga warna daun berubah menjadi hijau tua. Daun tua berwarna coklat gelap saat gugur (Salisbury dan Ross, 1995). Ismunadji et al. (1991) menyatakan bahwa tanaman yang kahat P tumbuhnya kerdil karena selnya tidak dapat membelah, pertumbuhan terhambat dan hasil rendah dengan mutu jelek.
Fosfor berperan dalam pembelahan sel, pembentukan bunga, buah dan biji, kematangan tanaman dan meningkatkan kualitas tanaman. Selain itu fosfor juga berperan sebagai penyusun metabolit dan senyawa kompleks, sebagai aktivator

dan kofaktor atau penyusun enzim, serta berperan dalam proses fisiologi (Soepardi, 1983).
Havlin (2005) menyatakan bahwa kahat P pada tanaman muda menyebabkan pertumbuhan tanaman terhambat. Fosfor di dalam tanaman bersifat mobil sehingga jika terjadi kekahatan, fosfor dari daun akan dipindahkan ke daun yang lebih muda. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan dan tanaman tidak mampu berproduksi secara optimal. Kadar fosfor di dalam tanaman 0,10,5% lebih rendah dari kadar nitogen dan kalium. Marschner (1985) menyatakan bahwa kebutuhan fosfor untuk pertumbuhan optimum tanaman berkisar 0,3-0,5% dari berat kering tanaman selama pertumbuhan vegetatif, pada konsentrasi lebih tinggi dari 1% dalam bahan kering kemungkinan tanaman akan keracunan.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Syahmad Kecamatan Lubuk Pakam Kabupaten Deli Serdang yang berada pada ketinggian ±11 m di atas permukaan laut pada bulan Januari sampai Juli 2012. Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pegagan aksesi Pantai Labu Deli Serdang, pupuk TSP-46, Urea, KCl, dolomit, kompos, metil jasmonat, fungisida Dithane M-45 dan air.
Alat – alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, garu, sekop kecil, tugal, tali plastik, sendok plastik, gembor, gayung, handsprayer, meteran, gunting/cutter, pacak sampel, label, plakat nama, tampah, ember, termometer, kantong plastik, amplop kuning, timbangan digital, oven, Leaf Area Meter, kamera digital, kalkulator dan alat tulis. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT) dengan 2 faktor perlakuan, yaitu: Faktor I = Umur Panen (U) sebagai petak utama dengan 3 taraf:
U1 = umur panen 8 minggu U2 = umur panen 10 minggu U3 = umur panen 12 minggu Faktor II = Pemberian Fosfor (F) sebagai anak petak dengan 4 taraf: F0 = 0 kg P2O5/ha (kontrol) F1 = 18 kg P2O5/ha (3,9 g TSP/plot)

F2 = 36 kg P2O5/ha (7,8 g TSP/plot) F3 = 54 kg P2O5/ha (11,7 g TSP/plot) Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan, yaitu:

U1F0 U1F1 U1F2 U1F3 Dimana,

U2F0 U2F1 U2F2 U2F3

U3F0 U3F1 U3F2 U3F3

Jumlah Ulangan

: 3 Ulangan

Jumlah Plot

: 36 Plot

Ukuran Plot

: 1,0 m x 1,0 m

Jumlah tanaman per Plot

: 4 tanaman

Jumlah seluruh tanaman

: 144 tanaman

Jumlah sampel per Plot

: 2 tanaman

Jumlah seluruh sampel

: 72 tanaman

Jarak antar plot

: 50 cm

Jarak antar blok Luas Lahan

: 100 cm : 120 m2

Bagan lahan penelitian keseluruhan dapat dilihat pada Lampiran 25.

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam

berdasarkan model linier yaitu :

Yijk = µ + ρi+ αj + βk + (αβ)jk + εijk

Yijk = Nilai pengamatan pada blok ke-i akibat perlakuan umur panen pada

taraf ke-j dan perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k.

µ = Nilai tengah. ρi = Pengaruh blok taraf ke-i. αj = Pengaruh dari perlakuan umur panen pada taraf ke-j. βk = Pengaruh dari perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k. (αβ)jk = Pengaruh interaksi antara perlakuan umur panen pada taraf ke-j dan
perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k. εijk = Pengaruh sisa blok ke-i pada perlakuan umur panen taraf ke-j dan
perlakuan pemberian fosfor pada taraf ke-k. Data yang diperoleh dari hasil pengamatan dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F) pada taraf 5 %. Jika terdapat pengaruh yang nyata maka dilanjutkan dengan melakukan uji jarak berganda Duncan (Duncan’s multiple range test) dan pola hubungan persamaan regresi.

PELAKSANAAN PENELITIAN Penyiapan Lahan
Kegiatan dilakukan dengan pembersihan lahan dari gulma dan pengolahan tanah serta pengambilan sampel tanah untuk analisis kimia tanah di Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sumatera Utara, hasil analisis kimia tanah pada Lampiran 26. Selanjutnya dibuat plot-plot percobaan dengan ukuran 1,0 m x 1,0 m dengan jarak antar blok 100 cm, jarak antar petak utama 100 cm dan jarak antar plot 50 cm sebanyak 36 plot. Pengapuran
Pengapuran dilakukan satu minggu sebelum penanaman bahan tanaman untuk menaikkan pH dari 4,35 (hasil analisis tanah). Pengapuran dilakukan dengan menaburi dolomit di atas plot-plot percobaan lalu dicampur merata dengan tanah. Dosis dolomit yang dibutuhkan adalah 1,5 ton/ha atau 150 g/plot. Penyiapan Bahan Tanaman
Kegiatan diawali dengan pengambilan bahan tanaman yaitu pegagan dari aksesi Pantai Labu Deli Serdang sebagai tanaman induk. Penanaman tanaman induk tersebut dilakukan pada plot lahan percobaan satu minggu setelah pengolahan tanah. Sebelum penanaman, setiap lubang tanam diberi kompos sebanyak 50 g per lubang tanam atau 200 g per plot, kemudian ditanami bahan tanaman pegagan tersebut sebanyak 4 tanaman per plot percobaan dengan jarak tanam 40 x 40 cm. Tanaman induk ditumbuhkan selama dua bulan sampai terbentuk stolon I pada tiap plot percobaan yang digunakan sebagai bibit tanaman dengan tujuan untuk memperoleh keseragaman, kriterianya adalah stolon yang sudah memiliki akar dan minimal terdapat tiga daun diatasnya.

Penjarangan Penjarangan merupakan bagian dari penanaman tanpa memindahkan
tanaman karena akan rentan terhadap kematian bibit. Dilakukan setelah dua bulan tanaman induk ditumbuhkan, dengan cara memangkas/membongkar tanaman induk lalu meninggalkan stolon I yang telah tumbuh pada tiap plot percobaan yang telah memenuhi kriteria. Sehingga total populasi bibit adalah 144 tanaman. Jarak tanam tidak lagi ditentukan karena bibit dibiarkan tumbuh ditempat dimana stolon I awal berkembang dan mengalami stres jika dipindahkan untuk disesuaikan jarak tanam. Pemupukan
Adapun pemupukan yang dilakukan (perhitungan pupuk dapat dilihat pada Lampiran 28) adalah TSP diberikan sekaligus pada saat tanam sesuai dengan perlakuan yaitu F0 tanpa pemberian fosfor; F1 sebanyak 18 kg P2O5/ha atau 3,9 g TSP/plot; F2 sebanyak 36 kg P2O5/ha atau 7,8 g TSP/plot; F3 sebanyak 54 kg P2O5/ha atau 11,7 g TSP/plot. Urea dengan dosis 300 kg/ha diberikan tiga kali yaitu sepertiga atau 10 g/plot pada saat tanam; sepertiga pada 20 Hari Setelah Tanam (HST) dan sepertiga pada 40 HST. KCl dengan dosis 220 kg/ha diberikan dua kali yaitu setengah atau 11 g/plot pada saat tanam dan setengah pada 40 HST. Pupuk pada setiap aplikasi dicampur dan diaplikasikan sekitar 5 cm dari lubang tanam. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman selama penelitian meliputi: penyiraman, penyulaman, penyiangan gulma dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman dilakukan setiap hari pada sore hari, jika terjadi hujan maka penyiraman tidak

dilakukan. Penyulaman dilakukan apabila ada tanaman yang tidak tumbuh atau pertumbuhannya tidak baik. Bahan sisipan diambil dari bibit tanaman cadangan yang sama pertumbuhannya dengan tanaman di lapangan. Penyiangan gulma dilakukan 1 minggu sekali yaitu dengan mencabut langsung dengan tangan atau menggunakan cangkul. Mulai umur 11 sampai 12 MST tanaman terserang penyakit layu, pemberantasannya dilakukan dengan menyemprotkan Dithane M45 dengan dosis 3 g/l air ke bagian tanaman yang terserang penyakit sedangkan hama terdapat hama ulat pemakan daun namun tidak terlalu mengganggu selama penelitian. Aplikasi Metil Jasmonat
Penggunaan metil jasmonat (sejenis hormon pertumbuhan) awalnya diberikan untuk dapat memacu biosintesis kandungan bioaktif tanaman pegagan, namun dengan adanya keterbatasan / kendala dalam menganalisis kandungan senyawa asiatikosida pegagan pada hasil akhir penelitian, maka penggunaan metil jasmonat hanya bertujuan sebagai bagian dari perlakuan perawatan tanaman dengan cara disemprot merata ke tanaman sebanyak ± 10cc/tanaman dengan konsentrasi 100 µm dan diberikan pada 50 HST. Panen
Panen dilakukan sekali per tanaman sesuai dengan perl