Analisa Data Tanah Tingkat Pertumbuhan Jumlah Kepemilikan Kendaraan

107 Tabel 4.30 Kedalaman Penggerusan No. Kondisi Aliran Penggerusuan Maks. 1 2 3 4 5 Aliran Lurus Aliran Belok Aliran belok tajam Belokan sudut lurus Hidung pilar 1,27d 1,5d 1,75d 2d 2d Sumber : DPU Bina Marga Propinsi Jawa Tengah

4.2.4 Analisa Data Tanah

Pada lokasi jembatan Kartini Banjir Kanal Timur ini penyelidikan tanah di lapangan dilakukan dengan pengeboran tanah dan sondir. Pengeboran tanah dilakukan pada satu titik yaitu pada titik BH 1 yang terletak pada titik sondir satu sedangkan pekerjaan sondir dilakukan pada empat titik. Penyelidikan tanah untuk Jembatan Kartini Banjir Kanal Timur dilakukan oleh Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, dengan tujuan untuk mengetahui kedalaman lapisan tanah keras serta sifat daya dukung maupun daya lekat setiap kedalaman Tabel 4.31 Hasil Pengujian Sondir Kedalaman meter Nilai Conus kgcm2 Nilai Friction kgcm2 Titik Sondir I - 24,00 7 1936 Titik Sondir II - 24,00 10 1604 Titik Sondir III - 24,00 9 1836 Titik Sondir IV - 24,00 7 1576 Sumber : Data Penyelidikan Tanah, Laboratorium Mekanika Tanah Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Semarang, 2002 108 Selain pekerjaan sondir juga dilakukan pekerjaan bor. Dari hasil pengeboran di titik 1 diperoleh hasil sebagai berikut : a. Pada kedalamaan 0.00 – 3.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah lempung, sedikit pasir, coklat muda, diperoleh nilai SPT adalah 630, tergolong tanah lunak soft. b. Pada kedalaman 3.00 – 6.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah pasir halus, sedikit lempung, coklat, diperoleh nilai rata-rata SPT adalah 1230 tergolong tanah lepas - menengah padat loose - medium dense c. Pada kedalaman 6.00 – 8.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah pasir halus, sedikit lanau, kehitaman, diperoleh nilai rata-rata SPT adalah 530 tergolong tanah sangat lepas very loose d. Pada kedalaman 8.00 – 10.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah pasir halus, sedikit lanau, abu-abu kehitaman, diperoleh nilai rata-rata SPT adalah 430 tergolong tanah sangat lepas very loose e. Pada kedalamaan 10.00 – 14.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah lanau, sedikit pasir, lempung abu-abu, diperoleh nilai SPT adalah 330, tergolong tanah lunak soft f. Pada kedalaman 20.00 – 26.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah lempung, kelanauan, abu-abu, diperoleh nilai SPT adalah 430 tergolong tanah medium g. Pada kedalaman 20.00 – 26.00 m, dengan karakteristik tanah berupa tanah lempung, kelanauan, abu-abu kehitaman, diperoleh nilai SPT adalah 1630 tergolong tanah kaku stiff h. Pada kedalaman 26.00 – 30.00 dengan karakteristik tanah berupa tanah lempung, kelanauan, abu-abu, diperoleh nilai SPT 1830 tergolong tanah sangat kaku very stiff. Berdasarkan data diatas dapat ditentukan bangunan yang akan digunakan dalam perencanaan bangunan bawah ataupun pondasi dari jembatan, jenis tanah pada lokasi perencanaan jembatan tergolong tanah sangat kaku very stiff pada kedalaman 30 meter, sehingga dalam penentuan jenis pondasi maka digunakan pondasi dalam. 109

4.3. Alternatif Pemilihan Struktur Jembatan

4.3.1 Alternatif Pemilihan Bangunan Atas Jembatan Dalam perencanaan jembatan hal – hal yang perlu diperhatikan sebagai berikut : ƒ Kekuatan dan stabilitas struktur bangunan jembatan ƒ Keamanan dan kenyamanan ƒ Faktor ekonomi dan biaya ƒ Keawetan ƒ Faktor Kemudahan Pelaksanaan ƒ Ketersediaan bahan yang ada ƒ Faktor pemeliharan ƒ Estetika dan keindahan dari beberapa alternatif tersebut dapat dilakukan penilaian pemilihan yang sesuai dengan situasi dan kondisi, serta pertimbangan keuntungan dan kerugian masing – masing alternatif konstruksi bangunan atas sebagai berikut : Tabel 4.32 Pemilihan Struktur Jembatan No Alternatif Keuntungan Kerugian 1. Beton konvensional dianjurkan untuk bentang 20 m a. Proses pelaksanaannya cor ditempat, sehingga mudah pekerjaannya b. Biaya pembuatan relative lebih murah a. Untuk bentang 20 m memerlukan dimensi yang besar sehingga berat sendiri beton besar boros dan tidak kuat b. Pada kondisi sungai yang lebar akan mengalami kesulitan dalam pemasangan perancah. c. Memerlukan waktu untuk memperoleh kekuatan awal beton sehingga menambah waktu pelaksanaan