Uji bakteri toleran tanin dan pengaruh inokulasinya pada ternak kambing berpakan kaliandra (Calliandra calothyrsus)

RMGKASAN
Syahriani Syahrir. 1998. Uji Bakteri Toleran Tanin dan Pengaruh Inokulasinya
pada Ternak Kambing Berpakan Kaiiandra (Calliaitdra Calotlryrsus). Sebagai
Komisi Pembimbing: Suryahadi, K. G. Wiryawan dan B. Tangendjaja
Mengoptimalkan pemanfaatan kaliandra sebagai sumber pakan terus dlupayakan.
Salah satu penelitian yang telah dilakukan adalah memanipulasi proses pencernaan oleh
mikroba rumen. Isolasi bakteri toleran tanin (BTT) telah dilakukan sebelumnya (Sewet,
1997) dan menghasilkan tiga isolat bakteri yakni isolat 3 (BI), isolat 4 (B4) dan isolat 5
(B3). Ketiga isolat tersebut diduga mampu meningkatkan nilai guna pakan kaliandra
yang mengandung tanin tinggi bila diinokulasikan ke dalam sistem rumen ternak
ruminansia.
Pengujian ketiga isolat tersebut dilakukan dengan tujuan untuk lnenguji
kemampuan BTT menurunkan reaktivitas tanin dan mengamati kemampunanya dalam
menunjang pemanfaatan kaliandra sebagai pakan ternak rurninansia.

Penelitian

dilakukan di Balai Penelitian Ternak Ciawi dan di Fakultas Peternakan Institut Pertanian
Bogor dalam tiga rangkaian percobaan.
Percobaan pertama dilakukan dengan menginokulasikan BTT kedalam media
khusus (defined ~zeciium)yang ditambahkan asam tanin atau tanin terkondensasi. Dari

percobaan ini dihasilkan informasi bahwa BTT mampu menurunkan kadar tanin.
Selanjutnya dilakukan percobaan kedua dengan menginkulasikan BTT ke dalam sistem
rumen in vitro. Tujuan dari percobaan kedua ini adalah untuk menentukan isolat terbaik
(IT) dari ketiga isolat yang ada, yang selanjutnya diinokulasikan ke dalam sistem rumen
in kivo.

Percobaan kedua ini lnenghasilkan informasi bahwa isolat terbaik yang

digunakan sebagai inokulan pada pengujian inokulasi ke sistem rumen in vivo adalah
isolat 3 (Bl) dengan jumlah inokulum akhir optimal adalah sebesar 10' cfulml.
Percobaan ketiga dilakukan dengan menginokulasikan IT ke dalarn sistem rurnen
ternak kambing. 10 ekor karnbing dengan bobot badan 22,4 2 2,3 kg digunakan dalam
percobaan ini. Ternak tersebut sebelumnya diberikan pakan 100 % rumput gajah. Sesaat
sebelurn dii11Dkulasikan dengan IT, ternak ditimbang dan dianbil sampel cairan
rumennya, Ltuk diamati mikroba seda kondisi fisioligis dan produk fermentasinya.

Inokulasi IT ke dalam rumen 5 ekor kambing dilakukan 1 jam setelah diberikar~pakan
100 % kaliandra. 5 ekor kambing lainnya diyrnakan sebagai kontrol (tanpa inokulasi).
Sampel cairan rutnen diambit pada hari perlama (3, 6, dan 24 jam) serla hari ke 3, lO,20
dan 40 setelah inokulasi. Pada akhir penelitian dilakukan pula koleksi feces, urine dan

konsutnsi serta pengamatan terhadap kadar tanin pada segmen saluran pencernaan.
Dari percobaan tahap ketiga ini diperoleh informasi bahwa inokulasi IT ke dalam
rumen ternak kambing belum lnampu mendukung pemanfaatan kaliandra sebagai sumber
pakan ternak ruminansia. Proses adaptasi temak terhadap jenis pakan bertanin tinggi
masih lebih dominan ~nempengaruhi penarnpilan ternak pada pengamatan yang lebih
lama setelah inokulasi.
Secara umum hasil penelitian ini memberi harapan kemungkinan inokulasi bakteri
untuk meningkatkan pemanfaatan kaliandra, namun masih perlu dicari jenis isolat terbaik
dari sumber ternak yang lain.