Uji coba kultur in vifro untuk perbanyakan tabat barito (Ficus deltoidea Jack)

RINGKASAN
Dian Novita. E03495002. Uji Coba Kultur In Vifro untuk Perbanyakan Tabat Barito (Ficus
delfoidea Jack). Dibimbing It. Erviull A.M. Zuhud, MS. dan IT.Edhi Sandra
Tumbuh-tumbuhan yang d i j a d i i bahan bak- obat, khususnya obat tradisional mencapai
lebih dari 100 jenis dan 74% diantaranya merupakan tumbuhan liar yang hidup di hutan. Tabat Barito
(Ficlis deltoidea Jack.) adalah salah satu tumbuhan hutan yang digunakan sebagai obat. Sebagian
besar bahan baku obat Tabat Barito masih berasal dari panen secara langsung di alanl. Sementara itu
jika laju pelnanenan lebih cepat dibandiigkan dengan kemampuan alam untuk memulihkan
populasinya maka proses kepunahan tidak dapat dielakkan. Untuk itu perlu dilakukan pembudidayaan
baik in-situ maupun ex-situ dengan cara generatif dan vegetatif.
Pengembangbiakan secara vegetatif dengan cara mikropropagasi melalui kultur in vitro dapat
digunakan sebagai salah satu alternatif perbanyakan untuk menghasilkan bahan tanaman relatif lebih
cepat.
Penelitian ini bertujuan mencobakan teknik kultur in vitro pada tumbuhan Tabat Barito,
mengetahui komposisi zat pengatur tumbuh (ZPT) yang sesuai untuk mempercepat pertumbuhan dan
mengetahui kemampuan tumbuh Tabat Barito dengan teknik kultur in vitro. Hasil penelitian ini
diharapkan mernberikan altematif bam dalam memperbanyak dan membudidayakan jenis tumbuhan
Tabat Barito.
Penelitian dilakukan di unit kultur jaringan Laboratorium Konservasi Tumbuhan JKSH
Fahltas Kehutanan selama 5 bulan. Penelitian dilakukan dalam 2 tahapan yaitu: 1) Percobaan
Pendahuluan, dimaksudkan untuk mengetahui bagian tanaman yang dapat digunakan sebagai eksplan.

2) Percobaan Inti, untuk mengetahui komposisi ZPT yang sesuai dalam mendukung perkembangan dan
pertumbuhan tanaman.
Rancangan percobaan yang digunakan dalam percobaan inti adalah rancangan faktorial dengan pola
acak lengkap dengan 2 perlakuan yaitu penggunaan hormon auksin (NAA) dengan konsentrasi 0 ppm,
1 ppm, 2 ppm, dan hormon s i t o k i i (BAP) dengan konsentrasi 0 ppm, 2 ppm dan 3 ppm (3 taraf
perlakuan) dan 9 komb'masi serta 10 ulangan. Parameter pengamatan selama 12 minggu adalah
pertumbuhan tanaman (pertunasan, induksi kalus dan pencokelatan) seaa jumlah daun dan jumlah
tunas baru yang terbentuk.
Keuntungan dari perbanyakan dengan menggunakan teknik kultur jaringan antara lain: 1).
Dapat memproduksi tanaman dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang relatif singkat, 2) dapat
memproduksi tanaman yang bebas patogen, 3) dapat memperbaiki sifat genetik tanaman.
Beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan kultur jaringan adalah eksplan, media
kultur jaringan, ZPT yang digunakan dan limgkungan tumbuh. Jenis eksplan adalah faktor a w l
terpenting yang mendukung keberhasilan kultur jaringan. Berdasarkan hasil percobaan pendahuluan
untuk menentukan bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan diputuskan bahwa dari 3 bagian
tanaman yang dicobakan (daun, tunas dan aka) bagian yang digunakan adalah tunas. Tunas memiliki
respon yang baik untuk ditumbuhkan pada media kultur terutama dengan tujuan perbanyakan.
Hasil penanaman aseptik pada percobaan inti menunjukkan bahwa 20% eksplan mengalami
pertunasan, 37,78% terinduksi kalus dan 23,33% mengalami pencokelatan.
Tunas yang digunakan sebagai eksplan memiliki rentang waktu untuk membentuk d a m bam selama 49 minggu setelah diilturkan. Kadang ha1 yang terjadi adalah eksplan terlebih dahulu terinduksi


menjadi kalus baru kemudian membentuk daun. Induksi kalus rata-rata terjadi dalan~selang waktu 3-8
minggu, kalus umumnya muncul pada bagian tanaman yang terluka. Tidak keseluruhan eksplan
mampu tumbuh dengan baik. Terdapat eksplan yang mengalami pencoklatan yang umumnya terjadi
pada minggu ke-5 sampai ke-10. Pencoklatan yang terjadi pada eksplan menyebabkan beberapa
eksplan tanaman tidak dapat mengekspresikan respon genetiknya. Beberapa faktor yang menyebabkan
terjadinya pencoklatan adalah lamanya eksplan mengalami proses sterilisasi dan terakmulasi dan
teroksidasinya senyawa fen01 dalam eksplan.
ZPT memberikan pengaruh besar bagi pertumbuhan eksplan, 2 ZPT yang di-makan dalam
penelitian ini adalah Auksin (NAA) dan Sitokinin (BAP).
Secara fisiologis Auksin berperan dalam ha1 mendorong perbanyakan sel, differensiasi xylem dan
floem. pembentukan akar, pembentukan buah, menghambat pengguguran daun, bunga dan buah dan
yang paling penting peranannya dalam pembentukan kalus sedangkan Sitokiin berperan dalam
mendorong pembelahan sel, morfogenesis, perlunasan, pembentukan kloroplas, pembentukan umbi
dan pembungaan (G.A Wattimena dan L. W. Gunawan, 1992).
Hasil analisis sidik ragam terhadap pertumbuhan jumlah daun dan jurnlah tunas b m yang
muncul didapatkan bahwa :
Pemberian ZPT gabungan anma NAA dan BAP tidak berpengaluh terhadap banyaknya jumlah
d a m yang terbenhlk dan juga tidak berpengamh terhadap jumlah tunas yang lnuncul
0

Penggunaan hormon auksin (NAA) memberikan pengamh yang sangat nyata (taraf 0.01) pada
banyaknya jumlah dam dan junlah tunas
0
Penggunaan bormon sitokinin (BAP) tidak berpengamh pada jumlah daun yang terbentuk pada
akhir pengamatan namun memberikan pengamh nyata pada banyaknya tunas yang muncul.
Dari berbagai taraf konsentrasi ZPT dan kombinasi perlakuan tidak semua komposisi media
yang digunakan berhasil menumbuhkan eksplan menjadi plantlet. Media dengan kombinasi perlakuan
ZPT AOBO, AOBI, AOB2, A1B2, AIBI, AlBO dan A2BO berhasil membentuk dam b m sedangkan
kombinasi AOBO, AOBZ, AOBI, A1B2 dan A2B1 adalah komposisi media yang berhasil mendukung
pertumbuhan eksplan untuk membentuk tunas barn
Dari komposisi media itu ditunjukkan bahwa eksplan pada media yang hanya menggunakan
NAA tanpa BAP tidak berhasil membentuk planlet atau individu baru. Menurut Bhojwani dan Razdan
(1983). Auksin dapat berfungsi untuk menghambat pembentukan tunas maka dengan konsentrasi
Auksin yang tinggi tunas sulit terbentuk. Berbeda dengan S i t o k l yang membantu proses
pembentukan tunas, pada konsentrasi tinggi eksplan dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu
bm.
ZPT yang digunakan cukup berpengamh terhadap p e m b u h a n dan perkembangan eksplan.
Berdasarkan data hasil pengamatan pertumbuhan didapatkan bahwa konsentrasi NAA yang digunakan
berbanding lurus dengan persentase berkalus eksplan tanaman sedangkan konsentrasi BAP yang
digunakan berbandimg terbalik dengan persentase berkalus. Hal yang sebaliknya terjadi pada

persentase b e m a s , diiana konsentrasi BAP akan berbanding lurus dengan pesentase b e m a s dan
konsentrasi NAA berbanding terbalik dengan persentase bertunas.
Perbanyakan Tabat Barito dengan kultur in vitro berdasarkan prinsip totipotensi dapat
dilakukan walaupun tingkat multiplikasinya masih rendah dengan harapan bahwa selanjutnya akan
dilakukan penelitian dengan jangka wakm yang lebii lama untuk mengetahui efektifitas penggunaan
ZPT terhadap periumbuhan dan perkembangan eksplan serta pengakaran dan aklimatisasi tanaman
hasil kultur in vitro.

UJI COBA KULTUR IN WTRO
UNTUK PERBANYAKAN TABAT BARITO (Ficus deltoiden Jack)

Oleh :

D U N NOVITA
E03495002

Skripsi
Sebagai Salalt Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Kel~utanan
Pada Fakultas Kehutanatt Ztutitut Periatziatz Bogor


JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANAN BOGOR
2000