Pendahuluan View Issue 47 15 PB

75 PEMANFAATAN BATUBARA PERINGKAT RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU KARBON AKTIF DENGAN AKTIVATOR ZnCl 2 oleh: Suliestyah dan Ariani Dwi Astuti Dosen Tetap, Prodi T. Pertambangan Fakultas Teknologi Kebumian Energi, Usakti Gedung D, Lantai 3, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440 Dosen Tetap, Prodi T.Lingkungan Arsitektur Lansekap Uinversitas Trisakti Gedung K, Jl. Kyai Tapa No.1, Grogol, Jakarta 11440 Abstrak Telah dilakukan penelitian pembuatan karbon aktif dengan menggunakan bahan baku batubara jenis lignit yang berasal dari Bangko Sumatera Selatan. Pembuatan karbon aktif dilakukan menggunakan metoda aktivasi kimia, dengan ZnCl 2 sebagai aktivator, dan proses karbonisasi berlangsung pada temperatur 500 o C selama 2 jam. Karbonisasi dilakukan menggunakan kotak baja yang kedap udara untuk memperoleh kondisi non oksidasi. Aktivasi kimia dilakukan menggunakan ZnCl 2 dengan kadar yang bervariasi antara 5 - 50, sedangkan karbonisasi dilakukan menggunakan aliran gas nitrogen untuk memaksimalkan proses aktivasi selama karbonisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi aktivasi ZnCl 2 40 dan batubara 60 merupakan kondisi optimum untuk karbonisasi pada temperatur 500 o C selama 2 jam, di mana karbon aktif yang dihasilkan mempunyai nilai Iodine paling tinggi yaitu 1170,3 mgg. Penggunaan ZnCl 2 kualitas teknis 40 ternyata menghasilkan karbon aktif dengan daya serap lebih tinggi dengan nilai iodine 1288,8 mgg. Hasil ini lebih baik, jika dibandingkan karbon aktif pembanding, Charcoal yang mempunyai nilai iodine 961 mgg. Produk karbon aktif hasil penelitian ini cukup efektif menyerap logam Cr dalam air dengan daya serap 60 pada konsentrasi awal Cr 350 ppm, namun kurang efektif menyerap logam Fe dan Cu. Daya serap terhadap Cr mulai menurun, jika konsentrasi awal Cr lebih besar dari 350 ppm, sedangkan uji daya serap terhadap zat warna methilene blue menunjukkan penyerapan 97,4 pada konsentrasi awal 12,5, namun menunjukkan penurunan dengan kenaikan konsentrasi awal methilene blue. Pengujian daya serap terhadap zat warna tekstil menunjukkan hasil bahwa produk karbon aktif ini kurang efektif.

I. Pendahuluan

Batubara di Indonesia, secara umum merupakan batubara berperingkat rendah, sekitar 60 batubara Indonesia termasuk golongan batubara lignit, low rank coal, yang dicirikan dengan nilai kalor rendah dan kandungan air tinggi. Kelebihan dari batubara Indonesia adalah kandungan abu dan sulfur relatif rendah, kandungan abu dalam bahan bakar yang rendah dapat mengurangi polusi, demikian juga dengan sulfur yang terkandung dalam batubara dapat berubah menjadi gas SO 2 , yang menyebabkan terjadinya hujan asam. Dengan kondisi kualitas seperti ini, batubara di Indonesia berperingkat rendah sulit diterima di pasaran. Namun seiring dengan perkembangan teknologi, maka batubara berperingkat rendah mulai dapat dimanfaatkan, selain untuk bahan bakar langsung, salah satu pemanfaatan batubara Indonesia adalah untuk bahan baku pembuatan karbon aktif. Pembuatan karbon aktif dari batubara, diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas untuk mengurangi penggunaan bahan baku konvensional seperti: tempurung kelapa dan arang kayu yang jumlahnya terbatas.Beberapa jenis percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara peringkat rendah: antara lain: pembuatan Arang Aktif dari batubara Pari,2000,Pembuatan karbon aktif dari batubara subbituminus A. Nining dkk, 2000. Pada tahun 2001 Nining juga telah melakukan percobaan pembuatan bahan karbon aktif dengan bahan baku batubara Arutmin berperingkat High volatile subbitiurium B, ternyata menghasilkan produk karbon aktif yang cukup bagus dengan nilai iodin antara 527 – 689 mgg. Namun nilai iodin tersebut masih lebih rendah bila dibandingkan dengan nilai karbon aktif pembanding, seperti norit yang mempunyai nilai iodin antara 860-990 mgg. Batubara dari Tanjung Enim PT. Bukit Asam jenis subbituminus juga telah digunakan dalam percobaan pembuatan karbon aktif Hasanudin, 2002. Bilangan iodine menunjukan kuantitas daya serap karbon aktif terhadap partikulat pengotor dalam fase cair. Jika karbon aktif mempunyai nilai iodin makin tinggi maka kualitasnya makin baik. Nilai iodin yang terkandung dalam karbon aktif di pasaran berkisar antara 700-1200 mgg. Mengingat cadangan batubara peringkat rendah jenis lignit jauh lebih besar dibandingkan dengan sub-bituminus, maka dilakukan percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara Bangko, Sumatera Selatan, jenis lignit Suliestyah, 2003. Dalam penelitian tersebut digunakan aktivasi fisik menggunakan uap air dengan karbonisasi suhu tinggi 900 C yang menghasilkan karbon aktif dengan nilai iodin 1274 mgg. Dalam penelitian ini dilakukan percobaan pembuatan karbon aktif dengan bahan baku batubara Bangko jenis lignit, dengan proses aktivisasi kimia menggunakan ZnCl 2 sebagai Suliestyah dan Ariani Dwi Astuti 76 aktivator. Pembuatan karbon aktif dari batubara diharapkan dapat menghasilkan produk yang berkualitas tinggi memenuhi kebutuhan domestik, karena hingga saat ini kebutuhan karbon aktif untuk keperluan dalam negeri sebagian masih dipenuhi dari import yang mencapai sekitar 25 ton per tahun. Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik tahun 1997, sekitar 42 karbon aktif diimport dari Amerika Serikat. Perumusan Masalah Sejalan dengan pertumbuhan industri di Indonesia dan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, maka permintaan karbon aktif untuk pengolahan limbah industri semakin meningkat. Berdasarkan hal tersebut, perlu kiranya dilakukan pengkajian pembuatan karbon aktif dalam skala yang lebih besar dengan menggunakan bahan baku batubara berperingkat rendah atau lignit. Seperti diketahui bahwa cadangan batubara di Indonesia 60-nya adalah lignit. Pengkajian karbon aktif ini dilakukan berdasarkan hasil penelitian pembuatan karbon aktif berbahan baku lignit yang dilakukan dalam skala laboratorium. Berdasarkan pengalaman beberapa hasil penelitian pembuatan karbon aktif dengan aktivasi fisik memerlukan karbonisasi suhu tinggi sekitar 900  C Suliestyah.2003, maka dalam rangka penghematan energi, perlu dilakukan pengkajian pembuatan karbon aktif dengan aktivasi kimia yang memerlukan proses karbonisasi pada suhu lebih rendah sekitar 500  C. Kerangka Pemikiran Cadangan batubara peringkat rendah lignit di Indonesia cukup banyak. Lignit dapat dimanfaat- kan sebagai bahan baku karbon aktif. Batubara peringkat rendah lignit Indonesia yang belum dimanfaatkan dapat dijadikan sebagai bahan baku karbon aktif untuk menggantikanmengurangi penggunaan bahan baku konvensional, seperti tempurung kelapa dan arang kayu yang jumlahnya terbatas, sehingga dapat mengurangi impor karbon aktif. Identifikasi Masalah Pada penelitian ini akan digunakan batubara jenis lignit. Zat aktivator yang biasa digunakan dalam aktivasi kimia adalah: ZnCl 2 , H 3 PO 3 , KOH, CaCl 2 , MgCl 2 dan MnCL 2 Terry, 1998. Pada penelitian ini akan digunakan ZnCl 2 sebagai aktivator, karena ZnCl 2 mempunyai sifat dehy- drating agent yang akan memacu proses dekom- posisi selama karbonisasi dan menghambat pembentukan tar yang kemungkinan akan menu- tupi pori atom karbon aktif. Dengan penambahan ZnCl 2 diharapkan dapat menghasilkan karbon aktif dengan daya serap yang tinggi. Dalam penelitian ini tidak memperhitungkan nilai ekonomis dari semua kegiatannya. Berdasarkan uraian di atas, maka pada penelitian ini dilakukan pembuatan karbon aktif dari batubara lignit dengan aktivator ZnCl 2 . Variabel yang diteliti, yaitu karbon aktif dari batubara lignit pada karbonisasi 500  C, dengan penambahan ZnCl 2 yang bervariasi, Berapa perbandingan antara aktivator dan batubara yang optimum yang dapat menghasilkan produk berdaya serap tinggi dibandingkan dengan karbon aktif yang beredar di pasaran carcoal . Sebagian masalah yang diidentifikasi di atas telah diteliti oleh peneliti di PPTM Bandung, oleh karena itu, pada penelitian ini tidak dikaji lagi variabel-variabel mengenai peringkat batubara, jenis zat aktivator, kondisi karbonisasi dan aktivasi, karena variabel di atas telah diuji dan menghasilkan suatu produk karbon aktif yang baik, sehingga menjadi acuan pada percobaan selanjutnya. Sebelumnya telah dilakukan percobaan pemakaian zat aktivator ZnCl 2 pada karbonisasi dan aktivasi karbon aktif dari bahan baku batubara sub- bituminus asal Tanjung Enim, dilakukan dengan metode aktivasi fisika dan zat kimia Hasanudin dkk, 2002. Hipotesis Zinkkhlorida dapat dijadikan zat aktivaror pada pembuatan karbon aktif dari bahan baku batubara berperingkat rendah dengan mekanisme fisika yang menyebabkan porsitas dari karbon aktif akan bertambah banyak besar , sehingga meningkatkan daya serap karbon aktif tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan kegiatan penelitian ini adalah melaku- kan percobaan dan penelitian pembuatan karbon aktif dalam sekala laboratorium dengan bahan baku batubara Bangko, Sumatera Selatan. Pembuatan karbon aktif dalam penelitian ini menggunakan metode aktivasi kimia dengan ZnCl 2 sebagai zat aktivator, dan menentukan berat optimum aktivator, agar produk karbon aktif yang dihasilkan menghasilkan nilai iodine yang tertinggi di antara beberapa variasi yang dibuat. Dalam penelitian ini dibuat 10 variasi berat aktivator dengan kondisi proses yang sama. Diharapkan penelitian ini akan menjadi bahan acuan atau rujukan bagi peneliti- peneliti tentang karbon aktif dari bahan baku batubara peringkat rendah lignit. 60 dari cadangan batubara Indonesia adalah lignit, hal ini merupakan peluang untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku karbon aktif. Karbon Aktif Karbon aktif adalah suatu bentuk umum untuk senyawa berbahan dasar karbon yang diolah, sehingga menghasilkan derajat porositas yang tinggi dan luas permukaan yang besar. Kedua sifat ini membuat bentuk karbon sebagai suatu bentuk adsorban yang efektif untuk berbagai macam senyawa organik pada pengolahan air rumah 77 tangga maupun air limbah. Karbon aktif dapat dibuat dari berbagai macam bahan baku. Bahan baku utama karbon aktif adalah senyawa bahan organik yang memiliki kandungan karbon yang tinggi seperti batubara, kayu, gambut, dan tempurung kelapa. Menurut Beker dkk., 1997, luas permukaan, dimensi dan distribusi dari karbon aktif tergantung dari bahan baku, kondisi karbonisasi, dan proses aktivasi. Karbon aktif mempunyai sifat yang selektif dalam adsorbsi. Pembuatan Karbon Aktif Karbon aktif dapat dibuat dari semua bahan yang mengandung karbon, seperti: kayu, serbuk gergajian kayu, sekam padi, gambut, batubara, tempurung kelapa bagase, resin dan serat akrilonotril Maniatis Nurmala 1988; Pari, 1995; Katyal dkk., 2003; Yue dkk., 2003 dan Carrot dkk., 2004 dalam desertasi Gustan Pari 2004. Perbedaan bahan baku dapat menyebabkan sifat dan mutu karbon aktif yang berbeda pula Actech, 2002. Pada prinsipnya karbon aktif dapat dibuat dengan dua cara, yaitu cara kimia dan cara fisika. Pada pembuatan karbon aktif, mutu yang dihasilkan sangat tergantung dari bahan baku yang digunakan, aktivator, suhu dan cara pengaktifannya Hartoyo dkk., 1990. Salah satu cara untuk meningkatkan daya serap karbon adalah dengan menggunakan bahan kimia seperti ZnCl 2, CaCl 2, NaCl, H 2 SO4, a 2 SO4, H 3 PO 4 , asam sitrat dan garam mineral lainnya, untuk aktivasi cara fisika dapat menggunakan H 2 O, N 2 ,danO 2 Simsek Cerny, 1970; Puente dkk.,1988; Bandosz, 1999 dan Chen dkk., 2003. Karbonisasi pada batubara adalah meningkat- kan kadar karbon dalam batubara dengan cara pemanasan pada temperatur tinggi, sehingga unsur unsur lain seperti; zat terbang dan kadar air akan terbebaskan, jadi yang tinggal hanya karbon dalam bentuk jumlah rantai karbon yang panjang. Proses aktivasi bertujuan untuk menambah atau mengembangkan volume pori dan memperbesar jari-jari pori yang telah terbentuk pada proses karbonisasi, serta untuk menghasilkan beberapa porositas baru. Adanya interaksi antara zat pengaktivasi dengan struktur atom-atom karbon hasil karbonisasi adalah mekanisme dari proses aktivasi. Secara umum proses aktivasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu aktivasi secara fisik dan aktivasi secara kimiawi. Aktivasi fisik, melibatkan proses gasifikasi yang akan memperbesar volume porositas dan membersihkan rongga pori, sedangkan proses aktivisasi kimiawi pada pengerjaan awal melibatkan proses reaksi kimia yang dapat memperbesar volume porositas pada hasil karbonisasi. Proses aktivasi karbon aktif terbagi menjadi dua, yaitu aktivasi gas dan proses aktuvasi kimia Kienle 1986 . Sifat dan Struktur Karbon Aktif Secara fisik karbon aktif berbentuk padatan, berwarna hitam, tidak berbau, tidak berasa, bersifat higroskopis, tidak larut dalam air, basa, asam dan pelarut organik serta tidak rusak, karena perubahan pH maupun suhu. Susunan atom karbon dalam karbon aktif, seperti telah disebutkan di atas mirip dengan susunan atom karbon dalam grafit yang terdiri dari pelat-pelat datar dimana atom karbonnya terusun dan terikat secara kovalen di dalam suatu kisi heksagonal secara paralel Simsek Cerney, 1970: Hirose dkk., 2002 . Daya Serap Karbon Aktif Adsorbsi adalah peristiwa terjadinya perubahan kepekatan dari molekul, ion, atau atom antar muka dalam dua fase. Hal ini terjadi bila dua fase saling bertemu, sehingga diantara kedua fase tersebut terbentuk daerah antar muka yang sifatnya berbeda dengan fase ruah kedua fase tersebut. Proses yang terjadi ketika molekul adsorbat tidak tetap pada permukaan adsorban, tetapi masuik diantara kristal atom disebut absorbsi. Dalam beberapa kasus adsorbsi dapat bersamaan dengan absorbs, karena fase padat terlibat reaksi kimia Adamson, 1982. Pada umumnya adsorbsi yang terjadi pada karbon aktif adalah adsorbsi secara fisik, hal ini dikarena- kan karbon aktif sangat berpori dan diameter permukaannya sangat luas. Kegunaan Karbon Aktif Lebih dari 70 produk dari kartbon aktif digunakan di sektor industri, antara lain: industri gula sirop, minyak air, farmasi dan kimia. Selain itu, karbon aktif digunakan juga untuk keperluan rumah tangga. Dalam penjernihan air, karbon aktif selain mengadsorbsi logam-logam, seperti: besi, tembaga, juga dapat menghilangkan bau, warna dan rasa yang terdapat dalam larutan atau buangan air, karena karbon aktif lebih bersifat non polar, maka komponen non-polar dengan berat molekul tinggi 4 sampai 20 atom karbon yang terdapat dalam air buangan pabrik dapat diadsorbsi oleh karbon aktif Beukens dkk.,1985; Novicio dkk.,1998. Karbon aktif yang telah dipergunakan dapat diaktifkan kembali dengan memanaskannya pada suhu 800 –900 O C, sehingga sebagian karbon teroksidasi dan karbon aktif akan berpori kembali. Bahan kimia seperti NaOH, HCl, dan H 2 SO 4 dapat digunakan untuk mengaktifkan kembali karbon aktif yang telah dipakai, bahan kimia tersebut berfungsi untuk melarutkan kotoran yang diserap oleh karbon aktif Kim Shin, 2001. Menurut Mantell 1995, karbon aktif yang diguna- kan sebagai adsorben dikelompokkan berda-sarkan struktur fisik, sifat, dan penggunaannya menjadi empat kelas yaitu adsorbsi warna, adsorbsi gas, adsorbsi logam dan untuk keperluan bahan obat- obatan. Suliestyah dan Ariani Dwi Astuti 78

II. Metodologi