Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL
DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010

ALMIRA ROSALINA

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010
adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, 30 Juni 2013

Almira Rosalina
NIM. H14090078

ABSTRAK
ALMIRA ROSALINA. Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Teksil
(TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010. Dibimbing oleh ALLA ASMARA.
Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat merupakan sentral
industri TPT di Indonesia yang memiliki potensi yang besar, namun pada kenyataannya
produksi ekspor yang dimiliki industri ini berfluktuatif bahkan terkadang mengalami
penurunan yang cukup besar yang diakibatkan salah satunya tingginya adanya
persaingan global dan minat masyarakat terhadap produk-produk tekstil impor, hal ini
menunjukkan daya saing sebagian pelaku usaha di industri TPT Indonesia khususnya
Jawa Barat masih relatif rendah sehingga belum mampu mengimbangi daya saing
industri TPT dari luar negeri. Penelitian ini bertujuan menganalisis keunggulan
kompetitif dan komperatif industri TPT Jawa Barat, dan menganalisis faktor-faktor

yang memengaruhi daya saing inudstri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tingkat daya saing industri TPT Jawa Barat masih
tergolong tinggi, namun perlu ada proteksi dari pemerintah melalui kebijakan-kebijakan
untuk meningkatkan daya saing industri ini, dan faktor-faktor yang memengaruhi ialah
produktivitas, nilai tukar, berpengaruh positif secara signifikan, sedangkan tingkat
inflasi berpengaruh negatif secara signifikan terhadap daya saing industri TPT Jawa
Barat.
Kata Kunci : Daya saing, Industri TPT, Jawa Barat, OLS

ABSTRACT
ALMIRA ROSALINA. Analysis Competitiveness of Textile Industry and Textile
Product (TPT) in West Java 1981-2010 Period. Supervised by ALLA ASMARA.
Textile industry and textile product (TPT) in West Java Province is the central
of Indonesian TPT industry which has a great potential, but in fact the industry's export
production was fluctuating and sometimes had a substantial reduction caused by the
high global competition and public interest of imported textile products, it indicates the
competitiveness of most businesses in the Indonesian TPT industry particularly in West
Java Province is still relatively low, so it has not able to keep the competitiveness of the
textile industry from foreign countries. This research is aimed to analyze the
competitive and comparative advantages of TPT industry and analyze factors that affect

the competitiveness in West Java. The results showed that the level of competitiveness
of TPT industry in West Java is still relatively high, but there should be protection from
the government through policies to increase the competitiveness of this industry, and
the factors that are affecting productivity, exchange rate, positive and significant effect,
while the negative effect of inflation rate significantly to the competitiveness of TPT
industry in West Java.
Keywords : Competitiveness, Textile and Textile Product Industry, West Java, OLS

ANALISIS DAYA SAING INDUSTRI TEKSTIL
DAN PRODUK TEKSTIL (TPT)
PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 1981-2010

ALMIRA ROSALINA

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
pada
Departemen Ilmu Ekonomi


DEPARTEMEN ILMU EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi

:

Nama
NIM

:
:

Analisis Daya Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT)
Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010
Almira Rosalina
H14090078


Menyetujui,
Dosen Pebimbing,

Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si
Dosen Pebimbing

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec.
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis diberi kelancaran dan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini.
Tema yang di pilih dalam penelitian ini adalah daya saing, dengan judul Analisis Daya

Saing Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) Provinsi Jawa Barat Tahun 1981-2010.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
yang telah memberikan bimbingan, saran, semangat dan dukungan kepada penulis
sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik, terutama kepada:
1. Kedua orang tua penulis yaitu Bapak Dahlan Jambek dan Ibu Sri Herlina Nasution
serta abang M. Zakaria dan juga kak Antis Yulianti kemudian seluruh keluarga
penulis atas doa, motivasi dan dukungan baik moril maupun materiil bagi penulis
dalam menyelesasikan skripsi ini.
2. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si.selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan secara teknis maupun teoritis dalam penyusunan sehingga
skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
3. Tanti Noviatnti, M.si selaku dosen penguji utama yang telah bersedia memberikan
masukan dan arahan yang bermanfaat kepada penulis sebagai penyempurnaan
penulisan skripsi ini.
4. Deni Lubis, M.A selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah memberikan
banyak masukan mengenai tata cara penulisan skripsi yang baik.
5. Para dosen, staff dan seluruh civitas akademika Departemen Ilmu Ekonomi
Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB yang telah memberikan ilmu selama
penulis menjalani studi di Departemen Ilmu Ekonomi.
6. Sahabat-sahabat penulis Famran Hadi Saputra, Syafira, Tata, Mutia dan Malla,atas

dukungan, semangat dan motivasi dimanapun berada.
7. Teman-teman satu bimbingan Puspita Mega Lestari Effendi, Almira Rosalina,
Ardhi Harry dan Jajang Arif atas kerjasama, motivasi dan semangat selama ini.
8. Teman-teman Ilmu Ekonomi 46 atas kebersamaan dan keceriaan selama di IE.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,penulis
berharap semoga segala kekurangan yang ada pada skripsi ini dapat dijadikan bahan
pembelajaran untuk penelitian yang lebih baik di masa yang akan datang, dan semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca umumnya

Bogor, 30 Juni 2012
Almira Rosalina

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN
Teori Perdagangan Internasional
Teori Keunggulan Komparatif
Teori Keunggulan Kompetitif
Pengertian Daya Saing
Teori Daya Saing
Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)
Tinjauan PenelitianTerdahulu
Kerangka Pemikiran
Hipotesis
METODE PENELITIAN
Jenis dan Sumber Data
Analisis RCA
Analisis Potter's Diamond
Analisis Regresi Linier Berganda
GAMBARAN UMUM
Keunggulan Jawa Barat
Perkembangan Industri TPT Jawa Barat

Peranan Industri TPT Terhadap Perekonomian
Kinerja Ekspor TPT Jawa Barat
Kinerja Impor TPT Jawa Barat
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Daya Saing (Keunggulan Komparatif)
Hasil Analisis Daya Saing (Keunggulan Kompetitif)
Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

vi
vi
vi
1
1
4
4
5
5

5
5
7
8
10
10
11
12
13
15
16
16
17
19
20
25
24
26
27
28

29
30
30
35
45
49
49
49

DAFTAR PUSTAKA

50

LAMPIRAN

52

RIWAYAT HIDUP

60

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Perkembangan ekspor TPT Indonesia tahun 2007-2010
Penelitian terdahulu
Produk domestik regional bruto Jawa Barat tahun 2005-2010
Ekspor non migas menurut kelompok barang (juta US Dollar)
Realisasi ekspor TPT Jawa Barat tahun 2007-2010
Hasil perhitungan RCA dan indeks RCA
Jumlah tenaga kerja pada sektor industri TPT di Jawa Barat
tahun 2001-2010
Tingkat konsumsi masyarakat Jawa Barat terhadap produk industri
TPT Jawa Barat
Perkembangan ekspor TPT Indonesia ke AS dan Jepang
Jumlah perusahaan Industri TPT Jawa Barat 2008-2010
Tingkat Impor TPT ke Indonesia
Minat Jumlah Proyek (izin pinsip) PMA dan PMDNdi Jawa
Barat menurut Sektor Usaha periode Januari sd Desember 2010
Hasil estimasi faktor-faktor yang mepengaruhi daya saing
industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat

2
15
26
28
29
32
36
38
38
40
41
43
45

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8

Nilai Ekspor Industri TPT per Provinsi Tahun 2010
Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010
Indeks pertumbuhan industri TPT Jawa Barat 2008-2010
Kerangka pemikiran penelitian
Diamond of competitive advantage
Perkembangan jumlah perusahaan TPT di Jawa Barat
Kinerja impor TPT Jawa Barat 2008-2010
Ringkasan analisis faktor-faktor yang memengaruhi daya
saing industri TPT dengan pendekatan Potterr's Diamond

3
3
4
16
20
26
30
44

DAFTAR LAMPIRAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Perhitungan RCA
Hasil perhitunganindeks RCA industri TPT Jawa Barat
Data nominal periode 1981-2010
Data nominal 1981-2010 (dalambentukLogarima natural)
Hasil Estimasidengan Model Ordinary Least Square
Uji Autokorelasi
Uji Heteroskedastisitas
Correlation Matrix
Uji Normalitas

53
54
55
56
57
58
58
58
59

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sektor industri diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor
lain dalam sebuah perekonomian menuju kemajuan. Produk-produk industri selalu
memiliki terms of trade yang tinggi atau lebih menguntungkan serta menciptakan
nilai tambah yang lebih besar dibandingkan produk-produk sektor lain. Hal ini
disebabkan karena sektor industri memiliki variasi produk yang sangat beragam
dan mampu memberikan tambahan manfaat kepada pemakainya (Dumairy, 2000).
Industri tekstil dan produk tekstil atau lebih dikenal dengan industri TPT
adalah salah satu industri perintis dan tulang punggung manufaktur
Indonesia.Terlihat posisi strategis industri ini jika ditinjau dari sisi kontribusinya
terhadap perekonomian khususnya dalam bentuk pendapatan ekspor dan
penyerapan tenaga kerja. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) merupakan
salah satu industri andalan Indonesia yang terus memberi kontribusi terhadap
devisa negara. Ekspor Indonesia pada produk-produk yang dihasilkan oleh
industri TPT ini dari tahun ke tahun menunjukkan angka yang meningkat. Industri
tekstil diharapakan untuk tetap menjadi kontributor utama bagi ekonomi Indonesia
di masa depan. Saat ini perkembangan industri TPT diIndonesia merupakan satu
dari sepuluh klaster industri inti yang menjadi prioritas perkembangan dalam
jangka panjang. Hal tersebut tercantum pada Peraturan Presiden No. 7 tahun 2005
mengenai perkembangan kesepuluh klaster industri inti tersebut, secara
komprehensif dan integratif, akan didukung oleh industri terkait (related
industries) dan industri penunjang (supporting industries) (Bappenas, 2013).
Alasan industri TPT menjadi salah satu prioritas perkembangan industri
jangka panjang, karena selama ini industri TPT memainkan peran yang cukup
besar terhadap perekonomian nasional. Pada tahun 2006 industri ini memberikan
kontribusi devisa sebesar sebesar 3.8 persen terhadap Produk Domestik Bruto
(PDB) Nasional dengan mencapai USD 10.68 miliar dan di tahun 2007 terjadi
penurunan menjadi sebesar 2.4 persen dengan nilai USD 10.31 miliar, namun
pada tahun 2008 dan 2009 terjadi peningkatan kembali menjadi sebesar 4.3 persen
dan 5 persen, nilai tersebut merupakan penyumbang terbesar PDB yang berasal
dari sektor non migas. Besaran kontribusi yang disumbangkan oleh industri TPT
tersebut berasal dari net ekspor, penjualan domestik serta investasi pada industri
ini, dan dalam hal daya serap tenaga kerja, industri TPT ini menyerap tenaga kerja
sebanyak 1.33 juta orang pekerja pada tahun 2009. Jumlah tersebut merupakan
10.6 persen dari jumlah tenaga kerja yang terserap oleh industri manufaktur
sebanyak 12.62 juta orang (BPS Pusat, 2010).
Dari sisi ekspor, komoditas TPT memiliki peran dalam pembentukan nilai
total ekspor komoditas. Bahkan, pada saat krisis ekonomi global di tahun 2008
ekspor industri TPT masih mampu meraih surplus 5 miliar dollar AS. Kinerja
ekspor Indonesia ini masih mengkukuhkan Indonesia di peringkat ke-11 sebagai
negara pengekspor tekstil dunia dan peringkat ke-9 sebagai negara pengekspor
pakaian jadi (garmen), sedangkan dalam hal produksi Indonesia merupakan
negara penghasil produk TPT nomor 13 terbesar di dunia, nomor 5 di Asia dan
terbesar di Asia Tenggara (API, 2009).

2
Industri TPT merupakan industri berbasis ekspor yang sebagian besar hasil
industrinya untuk tujuan pasar luar negeri, dari sisi ekspor komoditas TPT
memiliki peran penting dalam pembentukan nilai total ekspor komoditas. Pada
tahun 2007 total ekspor Indonesia atas tekstil dan produk tekstil adalah sebesar
USD 9.815 miliar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya hingga
mencapai USD 11.190 miliar pada tahun 2010 (BPS Pusat, 2011).
Ekspor komoditasTPTsangat kompetitif sehingga hanya industri yang
memilikidaya saing tinggi akan menang dalam persaingan internasional dan dapat
merebut pangsa pasar. Saat ini diperkirakan produk-produk tekstil asal China,
India dan Korea yang masuk ke Indonesia dapat mengancam keberadaan produk
TPT lokal dalam memenuhi permintaan pasar di dalam negeri. Salah satu faktor
utama penyebabnya adalahharga produk TPT impor tersebut relatif lebih murah
dibandingkan produk lokal, sehingga produk lokal kalah bersaing dipasaran. Pada
Tabel 1 dapat dilihat perkembangan ekspor TPT Indonesia selama tahun 20072010.
Tabel 1 Perkembangan ekspor TPT Indonesia tahun 2007-2010
Tahun

Ekspor
(juta US $)

Pertumbuhan
( %)

2007

9.814

-

2008

11.339

15.5

2009

10.421

-8.41

2010

11.190

7.4

Sumber : BPS Pusat, 2010
Distribusi geografis dari industri TPT di Indonesia hampir 90 persen sangat
terkonsentrasi di pulau Jawa, khususnya di Provinsi Jawa Barat (API, 2007).
Sektor industri TPT Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu subsektor industri
pengolahan yang sangat strategisdalam pengembangan perekonomian nasional
maupundaerah dan memiliki peranan cukup besar dalam perekonomian di bidang
perindustrian. Jika dilihat dari beberapa provinsi yang memiliki potensi daya saing
industri TPT yang cukup tinggi seperti Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa
Tengah, dan Provinsi Banten (API, 2007), Provinsi Jawa Barat menduduki urutan
ke-2 dari total nilai ekspor industri TPT. Urutan ekspor industri TPT yang
memiliki potensi daya saing cukup tinggi per Provinsi tahun 2010 dapat dilihat
pada Gambar1.

3
900
800
700
600
500
Nilai Ekspor
TPT Tahun
2010 (USD)

400
300
200
100
0
Jakarta

Jawa Timur

Jawa
Tengah

Banten

Jawa Barat

Gambar 1Nilai Ekspor Industri TPT per Provinsi Tahun 2010
Sumber : BPS Pusat, 2010
Dilihat dari sisi nilai ekspor industri TPT untuk Provinsi Jawa Barat
selama periode 2005 hingga 2010 nilai ekspornya cenderung terus mengalami
kenaikan. Walaupun pada tahun 2009 mengalami penurunan nilai ekspor yang
dikarenakan industri TPT Jawa Barat mulai merasakan imbas dari adanya
persaingan global, namun pada tahun 2010 mengalami peningkatan kembali atas
berbagai usaha yang dilakukan oleh pemerintah daerah dan kementerian industri
Indonesia terhadap peningkatan daya saing industri TPT Jawa Barat pada tahun
tersebut.

6000000

US $

4000000
2000000
0
2005

2006

2007

2008

2009

2010

Gambar 2 Ekspor industri TPT Jawa Barat 2005-2010
Sumber : BPS Jawa Barat, 2011
Adanya persaingan bebas yang menyebabkan tidak adanya hambatan
buatan (hambatan yang diterapkan pemerintah) dalam perdagangan antar
individu-individudan perusahaan-perusahaan yang berada di negara yang

4
berbeda.Negara Cina, Thailand dan Vietnam sudah menjadi ancaman serius bagi
Indonesia, mengingat pemerintah negara tersebut sangat serius mendorong dan
memfasilitasi industri TPT-nya. Indikator daya saing dibutuhkan dan digunakan
untuk melihat seberapa besar kemampuan industri tersebut dibandingkan dengan
industri pesaing dan industri lain yang ada disuatu negara. Selain itu, daya saing
dapat dilihat dari total ekspor komoditi suatu industri dari tahun ke tahun.
Peningkatan ekspor yang dimiliki oleh industri TPT Jawa Barat harus dapat
dipertahankan dimasa mendatang bahkan ditingkatkan agar industri ini memiliki
daya saing dipasar nasional maupuninternasional. Berdasarkan hal tersebut
penulis melakukan penelitian mengenai “analisis daya saing industri tekstil dan
produk tekstil di Provinsi Jawa Barat tahun 1981-2010“.

Perumusan Masalah
Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu sentral Industri TPT di
Indonesia yang mempunyai peluang cukup besar untuk menguasai pasar
ekspor.Pengembangan industri TPT Jawa Barat harus memiliki perencanaan
pengembangan untuk jangka menengah dan jangka panjang karena merupakan
faktor penting dalam pembangunan perekonomian terutama pembangunan
perekonomian nasional dalam bentuk fisik.
Beberapa tahun terakhir terjadi perkembangan ekspor industri tekstil dan
produk tekstil di Jawa Barat kurang kondusif bahkan nilai ekspor dan jumlah
prodksi dengan satuan ton pada industri ini pun berfluktuatif, dan mengalami
penurunan ekspor pada tahun-tahun tertentu, yang diantaranya dapat dilihat antara
tahun 2010. Penurunan nilai ekspor dan jumlah produksi tersebut akan berdampak
pada penurunan tingkat daya saing yang dimiliki industri TPT Jawa Barat dalam
pasar nasional maupun internasional.

105

jumlah produksi per ton

100
95
90

jumlah produksi per ton

85
80
75
2007

2008

2009

2010

Gambar 3Indeks pertumbuhan industri TPT Jawa Barat 2008-2010
Sumber : BPS Jawa Barat,2011
Industri tekstil dan produk tekstil Provinsi Jawa Barat yang berbasis
ekspor berhubungan erat dengan fenomena persaingan global. Persaingan global
menuntutindustri TPT Jawa Barat untuk dapat bersaing dengan provinsi lain
bahkan negara produsen TPT lainnya.Semakin ketatnya persaingan di pasar

5
domestik maupun internasional,industri TPT Provinsi Jawa Barat harus memiliki
keunggulan dibandingkan industri TPT provinsi lain bahkan dari negara lain.
Berdasarkan beberapa uraian diatas, maka permasalahan yang akan
ditelitiadalah :
1. Bagaimana daya saing dengan melihat dari sisi keunggulan komparatif dan
kompetitifyang dimiliki industri TPT Provinsi Jawa Barat tahun 1981-2010?
2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri TPT Provinsi Jawa Barat?

Tujuan Penelitian
1. Menganalisis daya saing dengan melihat dari sisi keunggulan komparatif dan
kompetitifyang dimiiki industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat.
2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing industri tekstil dan
produk tekstil Jawa Barat.

Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini diharapkan menjadi salah satu sumber referensi yang baik bagi
kegiatan penulisan dan penelitian selanjutnya.
2. Bagi pengambil kebijakan, penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai acuan
dan bahan pertimbangandalam mengambil kebijakan yang paling relevan bagi
kemajuan Jawa Barat.
3. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan umum yang dapat
diambil manfaatnya.

Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini hanya dilakukan pada industri TPT Jawa Barat untuk melihat
daya saing industri tersebut dan peneliti hanya menggunakan data dari tahun 1981
sampai tahun 2010.Analisis yang digunakan dalam melihat daya saing industri
TPT Jawa Barat dengan menggunakanpendekatan keunggulan komparatif dan
kompetitif yang dimiliki industri tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA
Perdagangan Internasional
Todaro (2004) Perdagangan internasional adalah kegiatan pertukaran antar
penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain. Tidak berbeda dengan
pertukaran antara dua orang disuatu negara.Perbedaannya adalah orang yang satu
kebetulan berada di negara yang berbeda. Perdagangan internasional dalam ilmu
ekonomi dapat diartikan sebagai proses tukar-menukar yang didasarkan atas
kehendak sukarela dari masing-masing pihak. Masing-masing pihak secara bebas

6
menentukan untung dan rugi dari pertukaran tersebut. Perdagangan akan terjadi
apabila tidak ada satu pihak yang memperoleh keuntungan atau manfaat dan tidak
ada pihak lain yang merasa dirugikan. Perdagangan internasional memegang
peranan penting dalam sejarah pembangunan negara sedang berkembang. Manfaat
perdagangan internasional adalah :
1. Perdagangan merupakan penggerak pertumbuhan ekonomi yang penting,
dapat memperbesar kapasitas konsumsi suatu negara, meningkatkan output
dunia dan memberikan kemudahan untuk mendapatkan sumber daya yang
langka dan pasar dunia bagi produk yang apabila tanpa pasar maka negaranegara miskin tidak dapat berkembang.
2. Perdagangan mendorong penyebaran keadilan internasional dan domestik
secara lebih merata dengan menyamakan harga faktor produksi, meningkatkan
pendapatan riil negara-negara yang berdagang dan menjadikan penggunaan
sumberdaya dunia dan setiap negara lebih efisien (meningkatkan upah relatif
di negara-negara yang buruhnya berlimpah dan menurunkan upah itu di
negara-negara yang kekurangan tenaga kerja).
3. Membantu berbagai negara untuk mencapai pembangunan dengan
meningkatkan peranan sektor ekonomi yang mempunyai keunggulan
komparatif baik karena efisiensi penggunaan tenaga kerja maupun faktor
produksi.
4. Dalam perdagangan bebas, harga dan biaya poduksi internasional menentukan
sampai seberapa jauh sebuah negara harus berdagang untuk mempertinggi
kesejahteraan nasionalnya. Semua negara harus mengikuti petunjuk-petunjuk
prinsip keunggulan komparatif dan tidak mencoba campur tangan dalam
kebebasan pasar tersebut.
5. Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan diperlukan
adanya kebijaksanaan internasional yang berpandangan keluar. Dalam semua
keadaan, kepercayaan pada kekuatan sendiri berdasarkan isolasi sebagian atau
sepenuhnya secara ekonomis dianggap kurang baik dibandingkan dengan
pemerataan dalam perdagangan bebas yang tidak terbatas.
Menurut teori daya saing dari sisi industri, perdagangan internasional adalah
suatu proses yang timbul sehubungan dengan pertukaran komoditi antara negara.
Adam Smith dalam bukunya Ekonomi Internasional dalam Salvatore tahun
1997berpendapat bahwa perdagangan antara dua negara didasarkan pada
keunggulan absolut (absolute advantage). Jika sebuah negara lebih efisien dari
pada (atau memiliki keunggulan absolut terhadap) negara lain dalam
memproduksi sebuah komoditi, namun kurang efisien dibanding (atau memiliki
kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi komoditi lainnya,
maka kedua negara tersebut dapat memperoleh keuntungan dengan cara masingmasing melakukan spesialisasi dalam memproduksi komoditi yang memiliki
keunggulan absolut dan menukarkannya dengan komoditi lain yang memiliki
kerugian absolute.
Di pasar internasional, besarnya ekspor suatu komoditi dalam perdagangan
internasional akan sama dengan besarnya impor komoditas tersebut. Harga yang
terjadi pada pasar internasional merupakan keseimbangan antara penawaran dan
permintaan dunia. Perubahan dalam produksi dunia akanmemengaruhi penawaran
dunia dan perubahan dalam konsumsi dunia akan memengaruhi permintaan dunia.

7
Kedua perubahan tersebut pada akhirnya akan memengaruhi harga dunia
(Salvatore, 1997).

Teori Keunggulan Komparatif
David Ricardo dalam bukunya Principles of Political Economy and
Taxation yang terbit pada tahun 1817 dalam Tambunan yang berisi penjelasan
mengenai hukumkeunggulan komparatif.Hukum ini merupakan salah satu hukum
perdaganganinternasional yang paling penting dan merupakan hukum ekonomi
yang masihbelum mendapat tantangan dari berbagai aplikasi dalam praktek.
Menurut hukumkeunggulan komparatif ,
“meskipun sebuah negara kurang efisien dibanding (atau memiliki
kerugian absolut terhadap) negara lain dalam memproduksi kedua
komoditi, namun masih tetap terdapat dasar untuk melakukan
perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak. Negara pertama
harus melakukan spesialisasi dalam memproduksi dan mengekspor
komoditi yang memiliki kerugian absolut lebih kecil (ini merupakan
komoditi dengan keunggulan komparatif) dan mengimpor komoditi
yang memiliki kerugian absolut lebih besar (komoditi ini memiliki
kerugian komparatif)” (Salvatore, 1997).
Hukum keunggulan komparatif dalam kasus tertentu mengalami satu
pengecualian, misalkan dalam hal jika kerugian absolut yang dimiliki suatu negara
pada kedua komoditi sama besarnya. Hal ini sangat jarang terjadi, kalaupun ada
hanya kebetulan saja, maka dalam hal ini pernyataan hukum keunggulan
komparatif kemudian sedikit mengalami perubahan sehingga berbunyi,
“meskipun sebuah negara memiliki kerugian absolut terhadap negara
lain dalammemproduksi kedua komoditi, masih terdapat dasar untuk
melakukan perdagangan yang menguntungkan kedua belah pihak,
kecuali jika kerugian absolut (salah satu negara) pada kedua komoditi
tersebut memiliki proporsi yang sama” (Salvatore, 1997).
Agar dapat memperoleh keuntungan dari perdagangan dengan negara lain,
suatu negara akan melakukan spesialisasi dalam produksi komoditi yang dapat
dilakukan lebih efisien (memiliki keunggulan absolut) dan mengimpor komoditi
yang kurang efisien (mengalami kerugian absolut). Konsep yang dipopulerkan
oleh David Ricardo (1923) dalam Tambunan mengenai keunggulan komparatif ini
menyatakan bahwa perdagangan yang saling menguntungkan antar kedua masih
dapat berlangsung sekalipun suatu negara mengalami ketidakunggulan absolut
untuk memproduksi dua komoditi jika dibandingkan dengan Negara lain.
Keunggulan komparatif yang terungkap merupakan salah satu metode
yang digunakan untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu wilayah (negara,
provinsi dan lain-lain) yang cukup sering digunakan. Dengan menggunakan
metode RCA (Revealed Comparative Advantage) konsep ini pertama kali
diperkenalkan oleh Ballasa pada tahun 1965, yang menganggap bahwa
keunggulan komparatif suatu negara direfleksikan atau terungkap dalam
ekspornya. Metode RCA merupakan metode untuk mengetahui sektor atau
komoditi yang memiliki keunggulan atau yang memiliki prestasi ekspor suatu
daerah RCA (Revealed Comparative Advantage) dihitung dengan cara berikut :

8
R A =XLi / XLw
Xi / Xw
Dimana :
C
= angka RCA (Revealed Comparative Advantage)
XL i
= nilai ekspor a suatu wilayah
XLw
= nilai total ekspor ( industri a dan lainnya) di suatu wilayah
Xi
= nilai ekspor a di suatu negara
Xw
= nilai total ekspor di suatu negara
Dengan perhitungan ini dapat diketahui keunggulan komparatif industri TPT
di Jawa Barat yang diekspor.Nilai RCA>1, menunjukan bahwa pangsa sektor A di
suatu wilayah lebih besar dari pangsa rata-rata komoditas yang bersangkutan
dalam ekspor di suatu Negara tertentu, artinya bahwa wilayah tersebut relatif lebih
berspesialisasi pada komoditas yang bersangkutan.

Teori Keunggulan Kompetitif
Menurut Michael E. Porter dalam bukunya yang berjudul Competitive
Advantage of Nations terdapat empat faktor utama yang menentukan
keunggulanbersaing industri nasional, yaitu kondisi faktor (factor condition),
kondisipermintaan (demand condition), industri terkait dan industri pendukung
(related and supporting industry), dan struktur, persaingan dan strategi industri
(firm strategy, structure, and rivalry). Selain keempat faktor tersebut terdapat dua
faktor yang memengaruhi interaksi antara keempat faktor tersebut yaitu faktor
kesempatan (chance event) dan faktor pemerintah (government). Secara bersamasama faktor-faktor ini membentuk sistem dalam peningkatan keunggulan
dayasaing yang disebut Porter’s Diamond theory. Berikut ini merupakan
penjelasan lebih lanjut mengenai Porter’s Diamond theory :
1. Factor Condition (Kondisi Faktor)
Kondisi faktor merupakan suatu gambaran faktor sumberdaya yang dimiliki
suatu negara yang berkaitan dengan proses produksi suatu industri. Peran
faktor sumberdaya sangat penting dalam proses industri, karena faktor
sumberdaya merupakan modal utama dalam membangun keunggulan
kompetitif suatu industri. Menurut Porter, 1998 faktor sumberdaya
diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu : sumberdaya alam, sumberdaya
manusia, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), modal, dan infrastruktur.
Kelima kelompok tersebut akan menggambarkan keunggulan yang dimiliki
oleh suatu negara dan segala potensi yang dapat dikembangkan oleh negara
tersebut.
2. Demand Condition (Kondisi Permintaan)
Industri terkait dan industri pendukung merupakan salah satu faktor yang
dapat memengaruhi posisi daya saing suatu industri.Untuk itu perlu dijaga
hubungan dan koordinasi dengan para pemasok, khususnya untuk menjaga
dan memelihara rantai nilai produksi dari industri hulu hingga industri hilir.
Keberadaan industri hulu mampu menyediakan bahan baku untuk proses
produksi suatu industri sedangkan industri hilir menggunakan bahan baku
tersebut untuk diproses menjadi suatu produk yang memiliki nilai tambah.

9

3.

4.

5.

6.

Rantai nilai produksi antara industri hulu dan industri hilir yang terhubung
dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi suatu negara.
Related and supporting industry (Industri Terkait dan Industri Pendukung)
Kondisi permintaan merupakan faktor penting yang memengaruhi posisi daya
saing nasional, mutu produk dan produktivitas suatu negara akan
memengaruhi kondisi permintaan dan pada akhirnya akan berpengaruh pada
keunggulan kompetitif suatu negara. Mutu persaingan di tingkat global
memberikan tantangan bagi perusahaan perusahaan untuk meningkatkan daya
saingnya. Dalam pengembangan mutu, perusahaan-perusahaan akan
melakukan inovasi serta peningkatan kualitas produk agar sesuai dengan
permintaan konsumen.
Firm Strategy, Structure, and rivalry(Persaingan, Struktur dan Strategi
Perusahaan)
Persaingan dalam negeri mendorong perusahaan untuk mengembangkan
produk baru, memperbaiki produk yang telah ada, menurunkan harga dan
biaya, mengembangkan teknologi baru, dan memperbaiki mutu serta
pelayanan. Pada akhirnya, persaingan di dalam negeri yang kuat akan
mendorong perusahaan untuk mencari pasar internasional (berorientasi
ekspor). Globalisasi ekonomi akan menyebabkan terjadinya ketergantungan
antar negara. Masing-masing negara membangun perekonomiannya
berdasarkan kekayaan yang dimiliki, yang merupakan keunggulan
komparatifnya. Namun, keberhasilan pembangunan tersebut lebih ditentukan
pada keunggulan kompetitifnya dikarenakan ada pesaing-pesaing yang dekat,
yaitu negara lain yang membangun keunggulan perekonomian mereka di
sektor atau jenis industri yang sama dengan strategi serupa.
Government (Peran Pemerintah)
Peran pemerintah merupakan faktor yang menentukan posisi daya saing suatu
industri.Peran pemerintah dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung,
secara tidak langsung pemerintah dapat memengaruhi permintaan melalui
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, sedangkan peran pemerintah secara
langsung adalah dengan bertindak sebagai pembeli produk dan
jasa.Pemerintah juga dapat memengaruhi berbagai sumber daya yang tersedia,
berperan sebagai pembuat kebijakan yang menyangkut tenaga kerja,
pendidikan, pembentukan modal, sumber daya alam dan standar produk.
Dalam penerapan kebijakan peran pemerintah tidak selamanya baik, masih
terdapat kemungkinan kegagalan yang dapat dilakukan pemerintah atau biasa
disebut govern mentfailure.
Chance event (Peran Kesempatan)
Kesempatan memainkan peranan dalam membentuk lingkungan bersaing
karena peluang merupakan peristiwa yang terjadi di luar kendali perusahaan,
industri dan pemerintah, seperti terobosan besar dalam teknologi, pergeseran
dramatik yang tiba-tiba terjadi dalam biaya faktor atau biaya masukan seperti
krisis minyak, atau perubahan dramatis dalam kurs mata uang. Selain itu
terjadinya peningkatan permintaan produk serta kondisi politik yang stabil
juga merupakan kesempatan yang dapat diambil oleh para pelaku usaha.Peran
kesempatan merupakan suatu hal yang bersifat kecelakaan (accidental),
sehingga dalam kenyataan peran kesempatan bisa terjadi atau tidak

10
terjadi.Dalam hal ini peran kesempatan bisa menguntungkan atau merugikan
parapelaku usaha.

Pengertian Daya Saing
Daya saing merupakan kemampuan suatu komoditi untuk memasuki pasar
luar negeri dan kemampuan untuk dapat bertahan di dalam pasar tersebut, dalam
artian jika suatu produk mempunyai daya saing maka produk tersebutlah yang
banyak diminati konsumen (Tambunan dalam firdaus, 2005).Dilihat dari
keberadaannya mengenai keunggulan dalam daya saing, maka keunggulan daya
saing dari suatu komoditi dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu keunggulan
alamiah/keunggulan absolut (natural advantage) dan keunggulan yang
dikembangkan (acquired advantage). Pada saat ini keunggulan alamiah atau
keunggulan absolut yang dimiliki oleh suatu negara untuk salah satu komoditinya
tidak secara langsung menyebabkan komoditi tersebut akan menguasai pangsa
pasar dunia, ini dikarenakan jumlah produsen tidak hanya satu negara, akan tetapi
ada beberapa negara yang sama-sama menghasilkan komoditi tersebut dengan
kondisi keunggulan alamiah yang sama. Untuk dapat bersaing di pasaran dunia
maka suatu komoditi harus memiliki keunggulan lain selain keunggulan alamiah,
yaitu keunggulan kompetitif. Keunggulan kompetitif suatu komoditi adalah suatu
keunggulan yang dapat dikembangkan, jadi keunggulan ini harus diciptakan untuk
dapat memilikinya.

Teori Daya Saing
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional 41 Tahun 2007 tentang standar
proses mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil
yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud
adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan
menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampuan meningkatkan kinerja
tanpa henti, (4) kemampuan meneggakan posisi yang menguntungkan (BSNP,
2013)
Lebih lanjut, daya saing dapat diidentifikasikan dengan masalah
produktivitas, yakni dengan melihat tingkat output yang dihasilkan untuk setiap
input yang digunakan. Meningkatnya produktivitas ini disebabkan oleh
peningkatan jumlah input fisik modal maupun tenaga kerja, peningkatan kualitas
input yang digunakan, dan juga sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan
dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi. Konsep
daya saing dalam perdagangan internasional sangat terkait dengan keunggulan
yang dimiliki oleh suatu komoditi atau kemampuan suatu negara dalam
menghasilkan suatu komoditi tersebut secara efisien dibanding negara lain. Daya
saing atas suatu komoditi sering diukur dengan menggunakan pendekatan
keunggulan komparatif dan kompetitif. Keunggulan bersaing negara-negara
mencakup tersedianya sumberdaya dan melihat lebih jauh pada keadaan negara
yang memengaruhi daya saing perusahaan-perusahaan internasional pada industri
yang berbeda. Sebagian besar sumberdaya yang penting seperti keahlian tenaga

11
kerja yang tinggi, teknologi dan sistem manajemen yang canggih diciptakan
melalui investasi.Atribut yang merupakan faktor-faktor keunggulan bersaing
industri nasional, yakni kondisi faktor sumberdaya (resources faktor conditions),
kondisi permintaan (demand conditions), industri pendukung dan terkait, serta
persaingan, struktur dan strategi perusahaan (Porter, 1998).Asian Development
Bank (1992) dalam Ziambong menjelaskan bahwa perbedaan antara keunggulan
komparatif dan kompetitif serta cara mengukurnya. Indikator keunggulan
komparatif digunakan untuk mengetahui apakah suatu negara memiliki
keunggulan ekonomi untuk memperluas produksi dan perdagangan suatu
komoditi. Sedangkan keunggulan kompetitif merupakan indikator untuk melihat
apakah suatu negara akan berhasil dalam bersaing di pasar internasional atas suatu
komoditi. Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya daya saing
komoditi suatu industri di Indonesia menurut Departemen Perindustrian 2003
diantaranya :
A. Nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
Nilai tukar atau kurs (exchange rate) adalah harga satuan mata uang dalam
negeri terhadap mata uang luar negeri (Salvatore, 1997).Nilai tukar antara dua
negara adalah harga dimana penduduk kedua negara saling melakukan
perdagangan (Mankiw, 2000).Kurs efektif yang menguntungkan, dimana
depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing dapat meningkatkan
daya saing suatu negara atau industri.
B. Produktivitas
Porter (1998), daya saing suatu industri nasional identik dengan produktivitas.
Produktivitas merupakan tingkat output yang dihasilkan untuk setiap unit
input yang digunakan..
C. Jumlah Tenaga Kerja.
Porter (1998), salah satu atribut yang merupakan faktor penentu keunggulan
bersaing industri nasional atau dapat memengaruhi daya saing industri
nasional adalah kondisi faktor sumberdaya manusia yaitu jumlah tenaga kerja.
D. Krisis.
Kestabilan kondisi suatu negara dapat memengaruhi tingkat daya saing suatu
industri. Ketika terjadi krisis disuatu negara yang berarti tinggi nya tingkat
resiko, tingginya biaya input produksi yang akan menurunkan tingkat daya
saing industri.
Sedangkan inflasi dan UMP menjadi variabel tambahan pada penelitian ini
karena kedua variabel tersebut dapat pula memengaruhi tingkat daya saing suatu
industri, dengan teori yang dimilikinya sebagai berikut :
A. Inflasi.
Inflasi adalah suatu proses meningkatnya harga-harga secara umum.
Peningkatan harga secara umum akan memengaruhi tingkat daya saing suatu
industri. Ketika terjadi inflasi disuatu wilayah/negara, yang berarti
peningkatan seluruh barang bahkan bahan baku, sehingga mengakibatkan
tingginya biaya produksi yang akan menurunkan tingkat daya saing.
B. Upah Minimum Provinsi (UMP).
Berdasarkan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.PER-01/men/1999 UMP
adalah upah bulanan terendah yang terdiri dari upah pokok dan tunjangan
teteap yang berlaku untuk seluruh kabupaten/kota di suatu provinsi. Ketika
adanya penetapan UMP dari gubernur provinsi perusaha-perusahan industri

12
harus mematuhi peraturan tersebut, dan bagi perusahaan penetapan UMP
merupakan peningkatan biaya untuk tenaga kerja, sehingga tingginya biaya
yang dikeluarkan untuk pekerja akan menurunkan tingkat daya saing industri.

Pengertian Industri TPT (Tekstil dan Produk Tekstil)
Tekstil berasal dari bahasa Latin, yaitu texstiles yang berarti menenun atau
kain tenun (BPS, 2005). Tekstil berarti pula:
1. Suatu benda yang terbuat dari benang kemudian dijadikan kain sebagai bahan
pakaian.
2. Suatu benda yang berasal dari serat atau benang yang dianyam (tenun) atau
dirajut, direnda, dilapis, dikempa untuk dijadikan bahan pakaian atau untuk
keperluan lainnya.
Industri TPT merupakan kegiatan industri yang meliputi kegiatan usaha
sektor industri manufakturdari hulu sampai hilir (terintegrasi), meliputi pembuatan
serat dan filamen, benang, kain, sampai dengan pembuatan barang jadi tekstil
lainnya yang selama ini menjadi salah satu penggerak roda perekonomian
nasional (API, 2007). Industri TPT di Indonesia meliputi lima kegiatan industri,
diantaranya adalah:
1. Industri Pembuatan Serat (Fiber Making Industry)
Industri serat merupakan sektor hulu (upstream) pada struktur industry TPT
yang bersifat padat modal dan full automatic dan berskala besar dengan
penyerapan tenaga kerja yang relatif sedikit dengan output besar. Sebagian
besar
industri
serat
Indonesia
memproduksi
serat
buatan
(manmadefiber).Industri serat buatan Indonesia termasuk salah satu terbesar
dunia.
2. Industri Pemintalan (Spinning Industry)
Industri pemintalan termasuk sektor menengah (midstream) yang merupakan
industri semi padat modal, dengan mesin yang terus berkembang teknologinya
dan menyerap tenaga kerja hampir tiga kali lipat dari industri serat.Industri ini
memproduksi benang tenun dan benang rajut (spun yarn) serta benang jahit
(sewing thread).
3. Industri Pertenunan, Perajutan, Pencelupan dan Penyempurnaan (Weaving,
Knitting, Dyeing, Finishing Industry)
Industri pertenunan, perajutan, pencelupan, dan penyempurnaan, juga
termasuk sektor menengah (midstream) yang merupakan industri semi padat
modal dengan mesin yang terus berkembang teknologinya, dan menyerap
tenaga kerja lebih banyak dari industri pemintalan.Industri ini memproduksi
kain tenun lembaran berupa kain grey (woven fabrics), kain finis (fabric finis),
kain rajut (knitting fabrics) dan kain lembaran bukan tenun (non-woven
fabrics).
4. Industri Pakaian Jadi (Garment/Clothing Industry)
Industri pembuatan pakaian jadi (garment), sangat berbeda dengan industriindustri TPT lainnya, yang pada struktur industri TPT nasional berada paling
hilir (down stream) dengan tingkat penyerapan tenaga kerja sangat besar
(sebagian besar wanita) yang bersifat padat karya.
5. Industri Pembuatan Produk Tekstil Lainnya (Other Textiles Product Industry)

13
Industri pembuatan produk tekstil jadi lainnya termasuk industri hilir dan
mempunyai kesamaan dengan industri pakaian jadi (garment).Industri ini
menghasilkan produk-produk seperti produk permadani, label, lencana, pita
dan lain-lain.

Penelitian Terdahulu
Penelitian Widiati dan Kuncoro (2006) dalam jurnalnya mengenai Industri
tekstil dan produk tekstile di Indonesia tahun 1996 dan 2001 dengan
menggunakan pendekatan Cluster dan SCP Approach. Hasil analisis menunjukkan
bentuk struktur pasar tahun 1996 dan 2001 adalah persaingan monopolistik
dengan tingkat persaingan yang relatif tinggi. Nilai produktivitas industri TPT
menunjukan nilai yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan industri
manufaktur pada tahun 1996 dan 2001. Lokasi utama kluster di Jabodetabek
(termasuk Kerawang), Greater Bandung meliputi kabupaten/kota Bandung,
Sumedang dan Semarang Tahun 1996 dan 2001 nilai rata-rata produktivitas ratarata dipengaruhi secara signifikan oleh tingkat konsentrasi, ukuran perusahaan dan
penggunaan input impor, sementara tingkat upah dan lokasi perusahaan tidak
memengaruhi secara signifikan.
Penelitian Mulyani (2007) dalam skripsinya mengenai dampak
restrukturisasi industri tekstil dan produk tekstil terhadap kinerja perekonomian
Jawa Barat dengan menggunakan metode input-output. Tapi dari ketiga jenis
multiplier tersebut, nilai yang paling tinggi dimiliki oleh multiplier tenaga kerja.
Ini menunjukkan bahwa sektor industri TPT lebih mampu memengaruhi
peningkatan penyerapan tenaga kerja daripada memengaruhi output dan
pendapatan, ini menunjkkan bahwa sektor industri TPT merupakan sektor yang
bersifat padat karya sehingga tingkat penyerapan tenaga kerjanya tinggi. Dari
analisis mengenai adanya pengeluaran pemerintah melalui program restrukturisasi
industri TPT tahap 1, menunjukkan bahwa sektor yang paling merasakan
pengaruhnya adalah adalah sektor industri TPT sendiri, sektor industri lainnya
sebagai penyedia input serta sektor penggalian dan pertambangan karena mesinmesin yang digunakan masih ada yang menggunakan bahan bakar yang
bersumber dari bahan pertambangan.
Achmad Soleh (2012), dalam jurnalnya mengenai kontribusi dan daya
saing ekspor sektor unggulan dalam perekonomian Jawa Tengah dengan
penggunaan metode RCA(Revealed Comparative Advantage) dalam melihat daya
saing ekspor sektor unggulan tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa sektor
unggulan di Jawa Tengah yang memiliki daya saing ekspor adalah industri kayu
dan bahan bangunan dari kayu, industri barang mineral bukan logam, industri
permintalan, industri semen, dan industri kapur. Nilai RCA tersebut menunjukan
bahwa sektor-sektor unggulan memiliki daya saing ekspor.
Firdaus (2007), dalam skripsinya mengenai analisis daya saing dan faktor
–faktor yang memengaruhi ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia di pasar
Amerika Serikat dengan menggunakan metode RCA (Revealed Comparative
Advantage), Constant Market Share (CMS) dan Teori Vector Error Correction
Model (VECM). Hasil analisis menunujukkan bahwa dari hasil analisis Constant
Market Share, terlihat bahwa efek daya saing dan efek pertumbuhan impor adalah

14
efek yang paling menentukan dalam peningkatan atau penurunan ekspor TPT
Indonesia dan Cina di pasar Amerika Serikat. Efek daya saing TPT Indonesia
lebih rendah dari Cina dalam memberikan kontribusi ekspor.Daya saing secara
komparatif untuk komoditi pakaian jadi Indonesia lebih baik dibanding komoditi
pakaian jadi Cina.Untuk komoditi kain dan benang Cina lebih memiliki
keunggulan komparatif. Dari perkembangan indeks RCA menunjukkan bahwa
pangsa pasar Indonesia di Amerika Serikat untuk komoditi pakaian jadi, kain dan
benang cenderung berfluktuasi dalam setiap tahunnya, sementara pangsa pasar
Cina di Amerika Serikat cenderung bertambah. Dalam jangka panjang, penurunan
ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat disebabkan oleh peningkatan
harga domestik dan nilai tukar.Peningkatan ekspor pakaian jadi disebabkan oleh
peningkatan harga ekspor dan pemberlakuan kebijakan penghapusan
kuota.Perkembangan ekspor pakaian jadi Indonesia ke Amerika Serikat dalam
jangka panjang tidak dipengaruhi oleh tingkat produksinya.Dalam jangka panjang
peurunan ekspor kain dan benang disebabkan oleh peningkatan produksi dan nilai
tukar rupiah.Peningkatan ekspornya disebabkan oleh peningkatan harga ekspor,
harga domestik dan pemberlakuan kebijakan penghapusan kuota.
Jiambong Z dalam jurnal internasional yang berjudul Competitiveness of
Chinese Industries - A Comparison with the EU dengan variabel nilai ekspor total
ekspor harga ekspor dan jumlah ekspor (ton), dengan menggunakan metode RCA
dengan hasilnya ialah terlihat bahwa daya saing China bergeser dari low-produk
bernilai tambah tinggi untuk nilai tambahprodukyang sejalan dengan jalur
pertumbuhan yang umum diterima. Penelitian ini mengamati urutan ini dari
perspektif daya saing, menunjukkan hubungan yang melekat antara daya saing
dan kegiatan ekonomi. Rujukan penelitian terdahulu secara ringkas disajikan pada
Tabel 2.

15
Tabel 2 Penelitian terdahulu
No Penulis
Judul/Tahun
Widiati,
Industri tekstil dan
1.
dan
produk
tekstil
di
Kuncoro
Indonesia tahun 1996
dan
2001
menggunakan
pendekatan
Cluster
dan SCP Approach
(2006).

.

Hasil
Tahun 1996 dan 2001 nilai rata-rata
produktivitas dipengaruhi secara
signifikan
dengan
tingkat
konsentrasi, ukuran perusahaan dan
penggunaan input impor, tingkat
upah dan lokasi perusahaan tidak
memengaruhi secara signifikan.

Mulyani

Dampak
restrukturisasi industri
tekstil dan produk
tekstil
terhadap
kinerja perekonomian
Jawa
Baratdengan
menggunakan metode
input-output (2007).

Dari analisis mengenai adanya
pengeluaran pemerintah melalui
program restrukturisasi industri
TPT tahap 1, menunjukkan bahwa
sektor yang paling merasakan
pengaruhnya adalah adalah sektor
industri TPT sendiri.

Achmad,
Soleh

Kontribusi dan daya Nilai RCA tersebut menunjukan
saing ekspor sektor bahwa sektor-sektor unggulan
unggulan
dalam memiliki daya saing ekspor
perekonomian Jawa
Tengah(2012)

Ahmad
Firdaus

Faktor –faktor yang
memengaruhi ekspor
tekstil dan produk
tekstil Indonesia di
pasar Amerika Serikat

Dari perkembangan indeks RCA
menunjukkan bahwa pangsa pasar
Indonesia di Amerika Serikat untuk
komoditi pakaian jadi, kain dan
benang cenderung berfluktuasi
dalam setiap tahunnya, sementara
pangsa pasar Cina di Amerika
Serikat cenderung bertambah

Jiambong
Z

Competitiveness
of
Chinese Industries - A
Comparison with the
EU

Penelitian ini mengamati urutan ini
dari
perspektif
daya
saing,
menunjukkan
hubungan
yang
melekat antara daya saing dan
kegiatan ekonomi

KERANGKA PEMIKIRAN
Penelitian ini di latar belakangi oleh Industri Tekstil dan produk tekstil
(TPT) sebagai komoditi yang memberikan kontribusi bagi pendapatan daerah
khususnya Jawa Barat.Provinsi Jawa Barat merupakan salah satu daerah yang
menjadi pusat atau penghasil TPT terbesar di Indonesia. Fokus strategi

16
pembangunan industri dimasa depan adalah membangun daya saing sektor
industri yang berkelanjutan di pasar domestik dan internasional, adanya
persaingan global dan banyaknya produk luar negeri yang masuk di Indonesia
yang akan berpengaruh besar terhadap tingkat konsumsi dan tingkat ekspor
produk TPT Jawa Barat di dalam dan di luar negeri yang akan memengaruhi
terhadap daya saing yang dimiliki industri TPT Jawa Barat. Berdasarkan latar
belakang tersebut, maka penulis melakukan penelitian untuk melihat kondisi daya
saing industri TPT Jawa Barat dengan metode RCA dan Potter’s Diamond,dan
menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daya saing tersebut, dengan melihat
produktivitas, nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing (US$ Dollar), jumlah
tenaga kerja, tingkat inflasi, krisis dan UMP. Kerangka pemikiran dapat dilihat
dibawah ini :
TPT sebagai salah satu
komoditi unggulan Indonesia

Persaingan
Global

Provinsi Jawa Barat sebagai
sentral industri TPT

Tingkat Daya Saing TPT
Jawa Barat
RCA (Revealed Comparative
Advantage)

Faktor-faktor yang
memengaruhi daya saing

Potter’s Diamond
OLS (Ordinary least square)

Impilikasi Hasil Penelitian
Gambar 4 Kerangka pemikiran penelitian

Hipotesis
Hipotesis yang digunakan pada penelitian ini adalah :
1. Industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat memiliki daya saing yang tinggi.

17
2. Semua variabel bebas yang yang digunakan (produktivitas, nilai tukar nominal
Indonesia terhadap US $, jumlah tenaga kerja, upah minimum provinsi, inflasi
dan krisis) memiliki pengaruh terhadap variabel tidak bebas daya saing
industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat :
a) Produktivitas memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing industri
tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin tinggi produktivitas
maka semakin tinggi daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa
Barat.
b) Nilai tukar nominal rupiah terhadap mata uang asing memiliki koefisien
yang positif terhadap daya saing industri tekstil dan produk tekstil Jawa
Barat, dimana ketika terjadi depresiasi nilai tukar nominal rupiah terhadap
mata uang asing dapat meningkatkan daya saing industri tekstil dan
produk tekstil Jawa Barat.
c) Jumlah tenaga kerja memiliki koefisien yang positif terhadap daya saing
industri tekstil dan produk tekstil Jawa Barat, dimana semakin banyak
jumlah tenaga kerja maka semakin tinggi daya saing industri tekstil dan
produk tekstil Jawa Barat.
d) Inflasi memiliki koefisien negatif terhadap daya saing industri tekstil