Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Penghambat Pertumbuhan Cendawan pada Tanaman Kelapa Sawit

ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI SELULOLITIK
PENGHAMBAT PERTUMBUHAN CENDAWAN PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT

DHYAH PURNAMASARI

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Isolasi dan Seleksi
Bakteri Selulolitik Penghambat Pertumbuhan Cendawan pada Tanaman Kelapa
Sawit adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Dhyah Purnamasari
NIM G34090089

6

ABSTRAK
DHYAH PURNAMASARI. Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Penghambat
Pertumbuhan Cendawan pada Tanaman Kelapa Sawit. Dibimbing oleh NISA
RACHMANIA MUBARIK dan SRI LISTIYOWATI.
Bakteri selulolitik tertentu dapat digunakan sebagai penghambat
pertumbuhan cendawan. Penelitian ini bertujuan mengisolasi, menapis, dan
menguji potensi bakteri selulolitik yang diisolasi dari tanah perkebunan karet dan
kelapa sawit sekitar Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Penapisan
dilakukan dengan metode Fokkema, sedangkan pengujian daya hambat terhadap
Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. dengan metode sumur dan kertas cakram
yang berisi kultur atau enzim selulase ekstrak kasar SAHN13.30 dan
KAHN15.39. Sebanyak 40 bakteri selulolitik berhasil diisolasi dengan nilai

indeks selulolitik 0.03-16.6. Hasil penapisan diperoleh daya hambat bakteri
SAHN13.30 dan KAHN15.39 terhadap Curvularia sp. adalah sama (57.5%).
Begitu juga daya hambatnya terhadap Colletotrichum sp. (60%). Kultur
SAHN13.30 menunjukkan aktivitas penghambatan maksimum (45.95%) terhadap
Curvularia sp. dengan metode sumur dibandingkan dengan metode lainnya. Hal
yang sama aktivitas maksimum pada kultur KAHN15.39 terhadap Curvularia sp.
adalah 46.26%. Sebaliknya, kultur KAHN15.39 memiliki daya hambat maksimum
(50%) terhadap Colletotrichum sp. dengan metode kertas cakram. Kultur sel
SAHN13.30 dan KAHN15.39 menunjukkan daya hambat terhadap Curvularia sp.
maupun Colletotrichum sp. lebih besar dibandingkan dengan enzim selulase
ekstrak kasarnya.
Kata kunci: bakteri selulolitik, Colletotrichum sp., Curvularia sp., kelapa sawit

ABSTRACT
DHYAH PURNAMASARI. Isolation and Screening of Cellulolytic Bacteria
Inhibit Fungal Growth on Oil Palm Tree. Supervised by NISA RACHMANIA
MUBARIK and SRI LISTIYOWATI.
Some cellulolytic bacteria could be used to control growth of fungal
pathogens. This study aimed to isolate and to screen the potency of the soil
cellulolytic bacteria isolated from rubber and oil palm trees grown surroundings

the Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi. Fourty isolates of cellulolytic
bacteria were obtained and they had cellulolytic index activity from 0.03 to 16.6.
Two isolates viz SAHN13.30 and KAHN15.39 could inhibit growth of Curvularia
sp. and Colletotrichum sp. as much as 57.5% and 60%, respectively by the
Fokkema method. Inhibit test to Curvularia sp. and Colletotrichum sp. can do
with some method: by using well diffusion method and by using paper disc
method of cultures and the crude axract of each cultures of SAHN13.30 and
KAHN15.39. Maximum inhibition activity of SAHN13.30 culture on Curvularia
sp. was 45.95% by using well diffusion method. Maximum inhibition of
KAHN15.39 culture on Colletotrichum sp. was 50% by using paper disc method.
On the contrary, maximum inhibition of KAHN15.39 culture on Curvularia sp.
was 46.26% by using well diffusion method. The SAHN13.30 and KAHN15.39
cultures had the potency to inhibit fungal growth of Curvularia sp. and
Colletotrichum sp. higher than the crude extract of each culture.
Key words: cellulolytic bacteria, Colletotrichum sp., Curvularia sp., oil palm

ISOLASI DAN SELEKSI BAKTERI SELULOLITIK
PENGHAMBAT PERTUMBUHAN CENDAWAN PADA
TANAMAN KELAPA SAWIT


DHYAH PURNAMASARI

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains
pada
Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

6

Judul Skripsi : Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik Penghambat Pertumbuhan
Cendawan pada Tanaman Kelapa Sawit
Nama
: Dhyah Purnamasari

NIM
: G34090089

Disetujui oleh

Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
Pembimbing I

Dr Sri Listiyowati, MSi
Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr Ir Iman Rusmana, MSi
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

6


PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian
yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah biofungisida, dengan judul
Isolasi dan Seleksi Bakteri Selulolitik sebagai Penghambat Pertumbuhan
Cendawan pada Tanaman Kelapa Sawit. Penelitian ini didanai dari dana start up
CRC 990 dan Hibah Desentralisasi Dikti (BOPTN) tahun 2013.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Nisa Rachmania Mubarik, MSi
dan Dr Sri Listiyowati, MSi selaku pembimbing. Di samping itu, penghargaan
penulis sampaikan kepada Dr Ir Raden Roro Dyah Perwitasari, MSc atas saran
dan diskusi yang diberikan, Teman-teman seperjuangan (Agus, Lili, Dini, Routh,
Ulfah), Bapak Jaka sebagai laboran Mikrobiologi, Bapak Suharyanto di Balai
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor, dan rekan kerja di laboratorium
Mikrobiologi yang telah banyak membantu dan memberikan saran dalam proses
penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Papa, Mama, Dede,
serta seluruh keluarga, dan keluarga Biologi 46 atas segala doa dan kasih
sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.


Bogor, November 2013
Dhyah Purnamasari

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

ix

DAFTAR GAMBAR

ix

DAFTAR LAMPIRAN

ix

PENDAHULUAN

1


Latar Belakang

1

Tujuan Penelitian

1

METODE

2

Bahan

2

Isolasi Bakteri Selulolitik

2


Isolasi dan Identifikasi Cendawan yang diduga Patogen asal Kelapa Sawit

3

Identifikasi Bakteri Isolat Terpilih

3

Uji Antagonis

3

Pembuatan Kurva Tumbuh dan Uji Daya Hambat Bakteri terhadap Cendawan 3
HASIL

4

Isolasi Bakteri Selulolitik

4


Isolasi dan Identifikasi Cendawan yang Diduga Patogen asal Kelapa Sawit

4

Identifikasi Bakteri Isolat Terpilih

5

Uji Antagonis

6

Pembuatan Kurva Tumbuh dan Uji Daya Hambat Bakteri terhadap Cendawan 7
PEMBAHASAN

10

SIMPULAN


12

DAFTAR PUSTAKA

12

LAMPIRAN

14

RIWAYAT HIDUP

18

6

DAFTAR TABEL
1 Indeks selulolitik (IS) dari 40 isolat bakteri asal tanah perkebunan
sawit dan karet dari sekitar Hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas,
Jambi
2 Zona hambat isolat bakteri terhadap cendawan Curvularia sp. dan
Colletotrichum sp.

4
6

DAFTAR GAMBAR
1 Morfologi koloni cendawan yang diduga patogen Curvularia sp. dan
Colletotrichum sp. dari daun kelapa sawit asal Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor
2 Morfologi spora cendawan yang diduga patogen Curvularia sp. dan
Colletotrichum sp. dari daun kelapa sawit asal Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor
3 Morfologi sel bakteri hasil pewarnaan Gram SAHN13.30 dan
KAHN15.39
4 Penghambatan cendawan Colletotrichum sp. oleh isolat bakteri
SAHN13.30 dan KAHN15.39 serta penghambatan cendawan
Curvularia sp. oleh isolat bakteri SAHN13.30 dan KAHN15. 39
5 Kurva pertumbuhan isolat SAHN13.30 dan daya hambat terhadap
cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. selama 60 jam
inkubasi dengan metode kertas cakram dan metode sumur
6 Kurva pertumbuhan isolat KAHN15.39 dan daya hambat terhadap
cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. selama 60 jam
inkubasi dengan metode kertas cakram dan sumur
7 Kurva pertumbuhan isolat SAHN13.30 dan daya hambat terhadap
cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. selama 60 jam
inkubasi dengan metode kertas cakram dan sumur
8 Kurva pertumbuhan isolat KAHN15.39 dan daya hambat terhadap
cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. selama 60 jam
inkubasi dengan metode kertas cakram dan sumur

5
5
6
7
8
8
9
10

DAFTAR LAMPIRAN
1 Sampel tanah asal perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet
kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Dua Belas, Jambi
2 Komposisi media pertumbuhan bakteri dan cendawan
3 Kurva standar isolat bakteri SAHN13.30 dan KAHN15.39
4 Hasil uji biokimia isolat SAHN13.30 dan KAHN15.39 dengan
menggunakan kit API 50 CHB

14
15
16
17

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Upaya peningkatan produksi kelapa sawit dilakukan secara ekstensifikasi,
usaha perbaikan teknik budidaya, penggunaan klon unggul, dan usaha pengelolaan
hama dan penyakit dilakukan secara terpadu. Peningkatan terlihat pada tahun
1967 produksi kelapa sawit sebesar 167.000 menjadi 18 juta pada tahun 2009
(Ditjenbun 2009). Penyakit yang menyebabkan kerugian pada perkebunan kelapa
sawit di antaranya cendawan patogen, seperti Ganoderma boninense (Widiastuti
et al. 2003) penyebab busuk pangkal batang yang menyebabkan kerugian terbesar
pada produksi kelapa sawit, Colletotrichum acutatum sebagai penyebab penyakit
antraknosa (Utomo 1987), dan Curvularia eragrostidis penyebab penyakit hawar
daun (Aji et al. 2013).
Pengendalian penyakit yang diakibatkan cendawan dapat dilakukan dengan
menggunakan fungisida, namun pemberian fungisida berlebihan dalam jangka
waktu panjang dapat memberikan dampak negatif. Salah satu dinding sel
cendawan tersusun atas kompleks selulosa sehingga penanggulangan cendawan
penyebab penyakit pada kelapa sawit dapat dilakukan dengan introduksi bakteri
penghasil enzim selulase sebagai biokontrol terhadap cendawan patogen.
Degradasi sempurna selulase merupakan proses yang melibatkan beberapa
aktivitas enzim, yaitu endo-β1.4-glukanase, ekso-β1.4-glukanase, dan βglukosidase.
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman
hayati yang tinggi, sehingga potensi mikrobnya sangat besar untuk terus
dieksplorasi dan diteliti. Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBDB), Jambi
menjadi salah satu daerah yang mendapati sorotan karena konversi lahannya.
Selain itu, publikasi mengenai mikrob selulolitik di daerah tersebut belum ada,
sehingga eksplorasi selulolitik di daerah tersebut sangat menarik untuk diteliti.

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan mengisolasi dan menapis bakteri selulolitik dari
tanah perkebunan kelapa sawit dan karet disekitar kawasan hutan TNBDB, Jambi
serta menyeleksi isolat yang berpotensi menghambat pertumbuhan cendawan
yang diduga patogen terhadap tanaman bibit kelapa sawit.

METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2013 sampai Juli 2013 di
Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi, FMIPA, IPB dan Balai
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor.

2

Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalahs ampel tanah yang diambil dari
kawasan perkebunan (hutan transformasi) karet dan kelapa sawit di kawasan
Hutan TNBDB Jambi (Lampiran 1) serta daun kelapa sawit yang terserang
cendawan yang diduga patogen berasal dari Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia, Bogor dengan ciri-ciri daun terdapat bercak coklat di
sekitar pinggir daun pada bibit berumur 2-7 bulan.
Isolasi Bakteri Selulolitik
Sebanyak 2.5 gram tanah dimasukkan ke dalam 25 mL media nutrient broth
(NB) yang mengandung carboxymethylcelullose (CMC) 1% (Lampiran 2) di
dalam Erlenmeyer 100 mL. Suspensi lalu digoyang di atas mesin penggoyang dan
diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya, suspensi diencerkan secara serial (10-5,
10-6, 10-7, 10-8 ) dan 0.1 ml dari masing-masing pengenceran disebar pada medium
nutrient agar (NA) yang mengandung CMC 1% (Lampiran 2) dan diinkubasi
selama 24 jam pada suhu ruang. Koloni bakteri yang menghasilkan zona bening
dimurnikan dengan metode cawan gores (Hadioetomo 1993). Penegasan zona
bening dilakukan dengan menitikkan masing-masing isolat murni pada medium
NA dan diinkubasi selama 24 jam. Selanjutnya medium NA tersebut diwarnai
dengan pewarna merah kongo 1% selama 15 detik dan dibilas dengan NaCl 0.85%
sebanyak tiga kali.Indeks Selulolitik (IS) dihitung dengan menggunakan rumus:
IS = Ø zona bening – Ø koloni
Ø koloni
Isolasi dan Identifikasi Cendawan yang diduga Patogen asal Kelapa Sawit
Cendawan patogen diisolasi dari sampel daun kelapa sawit yang diperoleh
dari Balai Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Sampel daun
dipotong ± 25 mm dan dicuci dengan air mengalir. Selanjutnya sampel daun
direndam natrium hipoklorit 1% selama 1 menit, dibilas air steril dan dikeringkan
dengan tisu steril, serta ditumbuhkan pada medium potato dextrose agar (PDA)
yang mengandung kloramfenikol 0.5% (Lampiran 2), dan diamati hingga terdapat
pertumbuhan miselium. Miselium yang tumbuh dipindahkan ke medium PDA
(Lampiran 2) sampai mendapat biakan murni pada medium PDA yang
mengandung kloramfenikol 0.5%. Identifikasi cendawan diawali dengan membuat
preparat dari biakan murni hasil peremajaan. Preparat diamati dengan
menggunakan mikroskop pada perbesaran 400x. Identifikasi cendawan
berdasarkan Barnett dan Hunter (1987).

Identifikasi Bakteri Isolat Terpilih
Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan bentuk morfologi koloni, dan sel
serta uji fisiologi. Uji fisiologi dengan uji biokimia Kit API 50 CHB (Bio
Merieux, Amerika Serikat). Sebanyak tiga lup isolat diencerkan ke dalam medium
kit API 50 CHB. Selanjutnya, sebanyak 49 tabung masing-masing diisi dengan

3

200 µL medium kit API 50 CHB. Sedangkan tabung pertama diisi dengan 200 µL
medium kit API 50 CHB tanpa bakteri (kontrol). Hasil diinterpretasi dengan
menggunakan perangkat lunak API web dengan database untuk diidentifikasi
(Lampiran 4).
Uji Antagonis
Uji antagonis dilakukan dengan metode Fokkema (1973) yaitu
memasangkan inokulum cendawan (± 20 mm) dengan goresan bakteri pada jarak
3 cm pada medium PDA. Pasangan kultur tersebut diinkubasi selama 6 hari
kemudian dihitung zona hambat bakteri terhadap cendawan dibandingkan dengan
kontrol. Kontrol menggunakan cendawan dan air destilata tanpa bakteri.
Persentase penghambatan antara bakteri terhadap cendawan yang diduga patogen
dapat dihitung dengan mengukur jari-jari cendawan ke arah tepi cawan (R1), dan
mengukur jari-jari cendawan ke arah bakteri (R2). Persentase Penghambatan
dihitung menggunakan rumus = (R1 – R2) x R1-1x 100%.
Pembuatan Kurva Tumbuh dan Uji Daya Hambat Bakteri terhadap
Cendawan
Sebanyak 1-2 lup bakteri diinokulasikan ke dalam 50 mL NB yang
mengandung CMC 1% dan diinkubasi selama 9 jam pada suhu ruang. Kultur
digoyang pada mesin penggoyang dengan kecepatan 120 rpm pada suhu ruang.
Nilai optical density (OD) antara 0.6-0.8 didapat pada jam ke-9 untuk mendapat
isolat dengan jumlah sel 108/mL. Selanjutnya, sebanyak 2 mL inokulum
dimasukkan ke dalam medium 200 mL NB yang mengandung CMC 1%, hasil
pertumbuhan diukur berdasarkan nilai OD dengan menggunakan spektrofotometer
pada panjang gelombang 580 nm setiap 12 jam (Lampiran 3). Uji antagonis
bakteri terhadap cendawan dilakukan dengan empat metode. Metode kesatu,
kertas cakram dibasahi kultur sel yang kemudian diletakkan di atas medium PDA.
Metode kedua, 100 µL kultur bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm
(Eppendorf MiniSpin dengan rotor jenis F-45-12-11) selama 5 menit. Selanjutnya,
kertas cakram dibasahi enzim selulase ekstrak kasar hasil sentrifugasi dan
diletakkan di atas medium PDA. Metode ketiga, medium PDA dilubangi dengan
sedotan (metode sumur) kemudian ditetesi dengan kultur sel. Metode keempat,
100 µL kultur bakteri disentrifugasi dengan kecepatan 12000 rpm (Eppendorf
MiniSpin dengan rotor jenis F-45-12-11) selama 5 menit. Selanjutnya, medium
PDA dilubangi dengan sedotan plastik (metode sumur) kemudian ditetesi dengan
enzim selulase ekstrak kasar. Masing-masing metode dilakukan pada medium
PDA yang telah diinokulasi cendawan pada dua hari sebelum diberi perlakuan
dengan jarak 3 cm baik darikertas cakram maupun sumur. Penilaian daya hambat
merujuk pada Fokkema (1973).

4

HASIL
Isolasi Bakteri Selulolitik
Bakteri selulolitik yang berhasil diisolasi dari 10 sampel tanah hutan
transformasi sebanyak 20 isolat dari sampel tanah perkebunan kelapa sawit dan 20
isolat dari sampel tanah perkebunan karet dengan nilai indeks selulolitik (IS)
terendah 0.03 dan tertinggi 16.6. Sebanyak 12 isolat bakteri memiliki nilai IS > 6
(Tabel 1).
Tabel 1 Indeks selulolitik (IS) dari 40 isolat bakteri asal tanah perkebunan kelapa
sawit dan karet dari sekitar Hutan TNBDB, Jambi
A. Kelapa sawit

B. Karet

No.

Kode Isolat

Gram

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

SAHA2.1
SAHA2.2
SAHA2.3
SAHA3.4
SAHA3.5
SAHA3.6
SAHN5.8
SAHA12.17
SAHA12.18
SAHA12.19
SAHA12.20
SAHA12.21
SAHA12.22
SAHA12.23
SAHN13.24
SAHN13.25
SAHN13.26
SAHN13.27
SAHN13.28
SAHN13.29

+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+

Indeks
Indeks
No. Kode Isolat Gram
Selulolitik
Selulolitik
13.25
22 KAHN10.9
+
5
7.6
23 KAHN10.10
+
6
10
24 KAHN10.11
+
5
3.5
25 KAHN10.12
+
2
6.75
26 KAHN10.13
+
1.5
1.67
27 KAHN10.14
+
1
8,5
28 KAHN10.15
+
2
12.3
29 KAHN10.16
0.04
3.2
30 KAHA14.31
8.2
0.2
31 KAHA14.32
+
4.25
0.2
32 KAHA14.33
+
0.08
0.2
33 KAHA14.34
+
3.8
0.05
34 KAHA14.35
+
3.3
0.03
35 KAHA14.36
+
0.21
3
36 KAHA14.37
+
2.54
8.5
37 KAHN15.38
+
5.67
7.4
38 KAHN15.39
+
16.6
3.67
39 KAHN15.40
0.91
6
40 KAHN15.41
+
7
0.4

Isolasi dan Identifikasi Cendawan yang Diduga Patogen asal Kelapa Sawit
Kelapa sawit yang diduga terserang cendawan diambil dari Balai
Penelitian Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor. Sebanyak dua jenis
cendawan patogen berhasil diisolasi dari daun kelapa sawit Balai Penelitian
Bioteknologi Perkebunan Indonesia, Bogor yaitu Curvularia sp. (Gambar 1a) dan
Colletotrichum sp. (Gambar 1b).Curvularia sp. memiliki karakteristik morfologi
meliputi warna koloni awal putih, kemudian menjadi abu-abu, merah muda, dan
setelah dewasa berwarna cokelat atau hitam (Gambar 1a), dan konidiofor
berwarna cokelat yang sederhana, serta konidium yang membesar pada bagian
tengahnya (Gambar 2a) (Barnett dan Hunter 1987; Larone 1995). Colletotrichum
sp. memiliki karakteristik morfologi meliputi warna koloni oranye tua, konidiofor

5

sederhana yang memanjang, konidia hialin, 1 sel, berbentuk ovoid (berbentuk
telur dengan satu ujungnya menyempit) atau oblong (Barnett dan Hunter 1987).

a

b

Gambar 1 Morfologi koloni cendawan yang diduga patogen (a) Curvularia sp. dan (b)
Colletotrichum sp. dari daun kelapa sawit asal Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia, Bogor

a

Gambar 2

b

Morfologi spora cendawan yang diduga patogen (a) Curvularia sp. dan (b)
Colletotrichum sp. dari daun kelapa sawit asal Balai Penelitian Bioteknologi
Perkebunan Indonesia, Bogor

Identifikasi Bakteri Isolat Terpilih
Identifikasi bakteri dilakukan berdasarkan uji biokimia (fisiologi)
menggunakan kit API 50 CHB untuk isolat bakteri SAHN13.30dan KAHN15.39.
Isolat SAHN13.30 merupakan bakteri Bacillus cereus dengan tingkat kemiripan
88% dengan kit API 50 CHB yang menunjukkan hasil yang positif terhadap uji
karbohidrat yang ditandai mampu menggunakan D-xilosa, mannosa, amygdalin,
salisin, laktosa, trehalosa, dan xylitol (Lampiran 4). Isolat KAHN15.39
merupakan bakteri Bacillus thuringiensis yang menunjukkan hasil yang baik
untuk identifikasi menggunakan kit API 50 CHB, positif terhadap uji karbohidrat
yang ditandai mampu menggunakan D-xilosa, fruktosa, mannosa, sorbosa,
amygdalin, salisin, selobiosa, maltosa, laktosa, inulin, glikogen dan xylitol
(Lampiran 4). Hasil pewarnaan Gram merupakan Gram positif baik isolat
SAHN13.30 dan KAHN15. (Gambar 3).

6

b

a

Gambar 3 Morfologi sel bakteri hasil pewarnaan Gram (a) SAHN13.30 dan
(b) KAHN15.39

Uji Antagonis
Sebanyak dua isolat dari dua belas isolat terpilih yaitu SAHN13.30 dan
KAHN15.39 (Tabel 2) memiliki IS > 6 dan memiliki kemampuan dalam
menghambat cendawan Curvularia sp. serta Colletotrichum sp. melalui metode
Fokkema. Daya hambat isolat SAHN13.30 dan KAHN15.39 terhadap Curvularia
sp. sebesar 57.5%, sedangkan terhadap Colletotrichum sp. sebesar 60% (Gambar
4). Kontrol dengan perlakuan akuades untuk kedua cendawan patogen
menunjukkan tidak ada aktivitas penghambatan karena masing-masing cendawan
dapat tumbuh maksimum memenuhi cawan petri.
Tabel 2 Zona hambat isolat bakteri terhadap cendawan Curvularia sp.dan
Colletotrichum sp.
Keterangan: - = tidak ada daya hambat

Asal
Tanah

Kelapa
Sawit

Karet

Total
Isolat

9

3

Daya Hambat (%)

Kode
Isolat

Indeks
Selulolitik

SAHA2.1
SAHA2.2
SAHA3.5
SAHA2.3
SAHN5.8
SAHA12.17
SAHN13.25
SAHN13.26
SAHN13.30
KAHA14.31

13.25
7.6
6.75
10
8.5
12.3
8.5
7.4
11.5
8.2

57.5%
-

60%
-

KAHN15.39

16.6

57.5%

60%

KAHN15.41

7

Curvularia sp. Colletotrichum sp.

-

-

7

a

b

c

d

Gambar 4 Penghambatan cendawan Curvularia sp. oleh isolat bakteri (a) SAHN13.30
dan (b) KAHN15.39 serta penghambatan cendawan Colletotrichum sp.oleh
isolat bakteri (c) SAHN13.30 dan (d) KAHN15.39

Pembuatan Kurva Tumbuh danUji Daya Hambat Bakteri terhadap
Cendawan
Kurva pertumbuhan bakteri digunakan untuk mengetahui waktu optimum
dalam kemampuan menghambat pertumbuhan cendawan, dan kemampuan enzim
selulase ekstrak kasarnya pada waktu optimum tersebut. Kurva pertumbuhan
menunjukkan bahwa fase eksponensial berakhir pada jam ke-12 dengan jumlah
bakteri berkisar 3.995 x 10-8 sel/mL, setelah itu diikuti fase stasioner hingga jam
ke-60 dengan jumlah bakteri berkisar antara 3.995 x 10-8sel/mL sampai 4.115 x
10-8sel/mL untuk isolat SAHN13.30. Jumlah sel bakteri pada keadaan fase
tersebut dengan nilai logaritmiknya 0.6. Sedangkan fase eksponensial
KAHN15.39 berakhir pada jam ke-12 dengan jumlah bakteri berkisar 3.937 x 10-8
sel/mL dan memasuki fase stasioner hingga jam ke-60 dengan jumlah bakteri
berkisar antara 3.937 x 10-8sel/mL sampai 4.767 x 10-8sel/mL dengan nilai
logaritmiknya 0.9.
Kultur sel isolat bakteri SAHN13.30 memiliki daya hambat maksimum
terhadap cendawan Curvularia sp. sebesar 28.06% pada jam ke-36 dan terhadap
Colletotrichum sp. sebesar 25.92% pada jam ke-48 dengan metode kertas cakram
(Gambar 5a). Pada metode sumur kultur sel isolat bakteri SAHN13.30 memiliki
daya hambat maksimum pada jam ke-60, baik terhadap Curvularia sp. maupun
Colletotrichum sp. yaitu masing-masing sebesar 45.95% dan 27.58% dengan
metode sumur (Gambar 5b).

0.6
Log Sel

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

12

24

36

48

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

0.7
0.6
0.5
Log Sel

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Daya Hambat (%)

0.7

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

60

12

24

36

48

Daya Hambat (%)

8

60

Waktu (Jam)

Waktu (Jam)
Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletotrichum sp.
(a)

Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletotrichum sp.
(b)

Gambar 5 Kurva pertumbuhan isolat SAHN13.30 dan daya hambat terhadap cendawan
Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. selama 60 jam inkubasi dengan metode
(a) kertas cakram dan (b) sumur

0

12

24

36

48

60

Waktu (Jam)
Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletotrichum sp.
(a)

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

12

24

36

48

Daya Hambat (%)

Log Sel

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Daya Hambat (%)

Log Sel

Kultur sel isolat bakteri KAHN15.39 memiliki daya hambat maksimum
terhadap Curvularia sp. sebesar 33.33% pada jam ke-24 dengan metode kertas
cakram dan daya hambat maksimum terhadap cendawan Colletotrichum sp.
sebesar 50% pada jam ke-36 (Gambar 6a). Sedangkan kultur sel isolat bakteri
KAHN15.39 memiliki daya hambat maksimum terhadap cendawan Curvularia sp.
sebesar 46.26% pada jam ke-36 dan terhadap Colletotrichum sp. sebesar 44%
pada jam ke-48 dengan metode sumur (Gambar 6b).

60

Waktu (Jam)
Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletotrichum sp.
(b)

Gambar 6 Kurva pertumbuhan isolat KAHN15.39 dan daya hambat terhadap cendawan
Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. selama 60 jam inkubasi dengan metode
(a) kertas cakram dan (b) sumur

9

Log Sel

0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

12

24

36

48

0.6

60

Waktu (Jam)
Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletrotrichum sp.
(a)

Gambar 7

0.5

Log Sel

0.6

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

0.7
Daya Hambat (%)

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

0.7

0.4
0.3
0.2
0.1
0
0

12

24

36

48

Daya Hambat (%)

Enzim selulase ekstrak kasar isolat bakteri SAHN13.30 memiliki daya
hambat maksimum terhadap cendawan Curvularia sp. sebesar 30.3% pada jam
ke-36 dan terhadap Colletotrichum sp. sebesar 27.58% pada jam ke-24 dengan
metode kertas cakram (Gambar 7a). Enzim selulase ekstrak kasar isolat bakteri
SAHN13.30 memiliki daya hambat maksimum dengan nilai 31.08% dan 30%
terhadap cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. pada jam ke-24 dengan
metode sumur (Gambar 7b).

60

Waktu (Jam)
Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletotrichum sp.
(b)

Kurva pertumbuhan isolat SAHN13.30 dan daya hambat enzim selulase
ekstrak kasar terhadap cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp.
selama 60 jam inkubasi dengan metode (a) kertas cakram dan (b) sumur

Enzim selulase ekstrak kasar isolat KAHN15.39 memiliki daya hambat
maksimum terhadap cendawan Curvularia sp. sebesar 38% pada jam ke-24 dan
terhadap Colletotrichum sp. sebesar 30% pada jam ke-36 dengan metode kertas
cakram(Gambar 8a). Enzim selulase KAHN15.39 memiliki daya hambat terhadap
cendawan Curvularia sp. sebesar 31.08% dan terhadap Colletotrichum sp. sebesar
27.27% pada jam ke-24 dengan metode sumur (Gambar 8b).

0

12

24

36

48

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

60

0

12

24

36

48

Daya Hambat (%)

50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0

Log Sel

1
0.9
0.8
0.7
0.6
0.5
0.4
0.3
0.2
0.1
0

Daya hambat (%)

Log Sel

10

60

Waktu (Jam)

Waktu (Jam)
Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya hambat terhadap Colletotrichum sp.

Fase Pertumbuhan Bakteri
Daya hambat terhadap Curvularia sp.
Daya Hambat terhadap Colletotrichum sp.

(a)

(b)

Gambar 8 Kurva pertumbuhan isolat KAHN15.39 dan daya hambat enzim selulase
ekstrak kasar terhadap cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp.
selama 60 jam inkubasi dengan metode (a) kertas cakram dan (b) sumur

PEMBAHASAN
Sebanyak 40 isolat selulolitik berhasil diisolasi menggunakan agar-agar
nutrien dengan penambahan CMC sebagai penginduksi enzim selulase. Substrat
CMC merupakan substrat selulosa murni yang berbentuk amorphous
sehinggaaktivitas enzim selulase pada substrat CMC merupakan aktivitas enzim
endo-1.4-β-glukanase. Endo-1.4-β-glukanase bekerja pada rantai dalam CMC
menghasilkan oligosakarida atau rantai selulosa yang lebih pendek (Meryandini et
al. 2009). Aktivitas selulolitik dapat dideteksi dengan keberadaan zona bening
disekitar koloni dibantu pewarna merah kongo (Teather dan Wood 1982). Merah
kongo berinteraksi kuat dengan ikatan β-1.4-glikosidik. Metode ini dipilih karena
proses seleksi dapat berlangsung cepat, mudah, dan sensitif. Pewarnaan dengan
merah kongo dapat menentukan mikrob selulolitik dalam konsentrasi selolusa
yang rendah pada substrat dan dapat mempersingkat waktu inkubasi (Teather dan
Wood 1982). Zona bening menunjukkan bahwa isolat yang diperoleh aktif
mendegradasi selulosa (CMC) seperti yang telah dipelajari Kanti (2005) untuk
mendapatkan dua isolat Actinomycetes dari genus Streptomyces yang berasal dari
TNBDB, Jambi.
Sebanyak 12 isolat yang memilki IS > 6 dipilih untuk pengujian antagonis
terhadap cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp. melalui metode kultur
berpasangan (Fokkema 1973). Pengujian antagonis isolat bakteri terhadap kedua
cendawan merupakan pengujian awal untuk mendapatkan isolat yang memiliki
kemampuan dalam menghambat pertumbuhan cendawan yang diduga patogen.
Hasil uji menunjukkan hanya 2 isolat (SAHN13.30 dan KAHN15.39) yang
menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap kedua cendawan yang diduga
patogen. Kedua isolat masing-masing memiliki kemampuan menghambat

11

cendawan Curvularia sp. sebesar 57.5% dan terhadap Colletotrichum sp. sebesar
60%.
Pada penelitian ini fase adaptasi bakteri tidak tampak pada kurva
petumbuhan karena interval waktu pengamatan terlalu besar yaitu pada setiap 12
jam. Tampak fase eksponensial berakhir pada jam ke-12, setelah itu memasuki
fase stasioner tampak hingga jam ke-60. Pada fase stasioner, sel yang membelah
sama jumlahnya dengan sel yang mati. Pada fase ini keadaan sel menjadi tahan
terhadap kondisi ekstrim.
Uji antagonis kultur sel bakteri dan enzim selulase ekstrak kasar terhadap
kedua cendawan uji yang dilakukan bersama dengan kurva pertumbuhan
membuktikan, bahwa baik kultur sel bakteri maupun enzim selulase ekstrak kasar
berperan dalam mekanisme penghambatan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp.
Berdasarkan kurva pertumbuhan diketahui bahwa SAHN13.30 memiliki
kemampuan dalam menghambat cendawan yang diduga patogen yaitu Curvularia
sp. pada fase stasioner dengan metode menggunakan kultur sel bakteri, sedangkan
KAHN15.39 memiliki kemampuan menghambat cendawan yang diduga patogen
yaitu Colletotrichum sp. pada fase stasioner dengan enzim selulase ekstrak kasar.
Berbagai jenis selulase diperlukan dalam mendegradasi sempurna struktur
selulosa yang kompleks (Yang et al. 2006). Aktivitas enzim selulase akan
mengalami penurunan yang dapat disebabkan diantaranya oleh jumlah substrat
yang semakin berkurang, feedback inhibition, dan keberadaan aktivitas proteolisis
(White 1995).
Perbedaaan persentase penghambatan dengan menggunakan sel bakteri
secara langsung maupun melalui metode kertas cakram dan metode sumur
disebabkan antara lain oleh jenis dan jumlah senyawa antimikrob, konsentrasi dan
kualitas dari senyawa antimikrob yang dihasilkan (Hwang et al. 2001), dan
mekanisme penghambatan yang berbeda terhadap cendawan yang diduga patogen.
Keberadaan dua puncak aktivitas enzim pada kedua isolat diduga terdapat jenis
enzim yang berbeda. Menurut Ahlgren et al. (1967), dua puncak aktivitas enzim
dapat menunjukkan keberadaan dua jenis enzim yang berbeda. Variasi perbedaan
penghambatan cendawan dengan bakteri selulolitik dapat disebabkan oleh
kespesifikan spesies, perbedaaan aktivitas selulase bakteri, komposisi selulosa
dari dinding sel cendawan, dan keberadaan metabolit anti cendawan (Novitasari
2013). Komponen utama penyusun dinding sel cendawan uji pada penelitian ini
adalah kitin. Dinding sel cendawan tidak hanya tersusun atas kitin, tetapi juga
terdiri atas selulosa, dan kitinase kemungkinan merupakan enzim yang
bertanggung jawab dalam degradasi dinding sel cendawan (Gohel et al. 2006;
Anand dan Reddy 2009).
Aktivitas β-1.3 glukanase yang dihasilkan oleh Bacillus sp. dilaporkan dapat
mendegradasi dinding sel cendawan (Kucuk dan Kivanc 2004). Senyawa bioaktif
yang dihasilkan oleh Bacillus subtilis diketahui juga memiliki aktivitas terhadap
cendawan (Kondoh et al. 2001). Biokontrol hayati dapat menekan pertumbuhan
patogen melalui beberapa mekanisme seperti produksi metabolit sekunder,
kompetisi, dan parasitisme (Fravel 1988). Mekanisme ketahanan tanaman yang
dibentuk oleh Bacillus spp. telah dilaporkan dapat melawan cendawan dan bakteri
penyebab bercak daun, virus sistemik, nematoda perusak akar, cendawan
penyebab busuk mahkota, dan cendawan penyebab hawar pada batang seperti
damping off, blue mold, dan penyakit late bright (Kloepper et al. 2004).

12

Bakteri selulolitik sebagai biokontrol alami diharapkan mampu dalam
menghambat pertumbuhan cendawan yang diduga patogen. Colletotrichum sp.
penyebab penyakit antraknosa yang menyerang kelapa sawit pada stadium bibit 24 bulan (Utomo 1987) dan dilaporkan penyebab penyakit antraknosa pada
tanaman cabai (Wilia 2010). Stadium bibit umur tiga bulan merupakan umur bibit
yang paling berpotensi terhadap bercak Curvularia sp., sedangkan stadium bibit
empat bulan diduga sudah lebih tahan terhadap penularan bercak Curvularia sp.
(Solehudin et al. 2012; Aji et al. 2013).

SIMPULAN
Sebanyak 40 isolat bakteri selulolitik berhasil diisolasi dari sampel tanah
perkebunan kelapa sawit dan karet di sekitar kawasan Hutan Taman Nasional
Bukit Dua Belas Jambi. Isolat bakteri yang memiliki indeks selulolitik (IS)
tertinggi sebanyak 12, dengan nilai IS > 6. Isolat SAHN13.30 dan KAHN15.39
menunjukkan kemampuan menghambat cendawan Curvularia sp. dan
Colletotrichum sp. Identifikasi SAHN13.30 dan KAHN15.39 dengan kit API 50
CHB menunjukkan bahwa isolat tersebut masing-masing termasuk Bacillus
cereus dan Bacillus thuringiensis. Enzim selulase ekstrak kasar dan kultur sel
SAHN13.30 dan KAHN15.39 terbukti berpotensi menghambat pertumbuhan
cendawan Curvularia sp. dan Colletotrichum sp.

DAFTAR PUSTAKA
[Ditjenbun] Direktorat Jenderal Perkebunan. 2009. Statistik Perkebunan
Indonesia. Jakarta (ID): Ditjenbun.
Ahlgren E. Eriksson K, Vesterberg O. 1967. Characterization of cellulases and
related enzymes by isoelectric focusing, gel filtration and zone
electrophoresis. Acta Chem Scand. 21(4):937-944.
Aji AF, Munajat Q, Pratama AP, Kalamullah H, Aprinaldi, Setiyawan J,
Arymurthy AM. 2013. Detection of palm oil leaf disease with image
processing and neural network classification on mobile device. Int J Comp
Theory Eng. 5(3):1-5.
Anand S, Reddy J. 2009. Biocontrol potential of Trichoderma sp. against plant
pathogens. Int J Agric Sci. 1(2):30-39.
Barnett HL, Hunter BB. 1987. Illustratred Genera of Imperfecti Fungi, Fourth
Edition. New York (US): Macmilan Publishing Company.
Fokkema NJ. 1973. The role of saprophytic fungi in antagonism against
Drechslera sorokiniana (Helminthosporium sativum) on agar plates and on
rye leaves with pollen. Phys Plants Pathol. 3(1):195-205.
Fravel DR. 1988. Role of antibiosis in the biocontrol of plant disease. Ann Rev
Phytopathol. 26(3):75-91.

13

Gohel V, Singh A, Vimal M, Ashwini P, Chhatpar HS. 2006. Bioprospectiong and
antifungal potential of chitinolytic microorganisms [ulas balik]. Afr J
Biotechnol. 5(2):54-72.
Hadioetomo RS. 1993. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. Jakarta (ID): PT
Gramedia Pustaka Umum.
Hwang BK, Lee JY, Kim BS, Lim SW, Moon SS. 2001. Isolation and in vivo and
in vitro antifungal activity of phenylacetic acid and sodium phenylacetate
from Streptomyces humidus. J Appl Environ Microbiol. 67(1):3739-3745.
Kanti A. 2005. Actinomycetes selulolitik dari tanah Hutan Taman Nasional Bukit
Dua Belas, Jambi. J Biodiversitas. 2(6):85-89.
Kucuk C, Kivanc M. 2004. In vitro antifungal activity of strain of Trichoderma
harzianum. J Biol. 25(1):111-115.
Kloepper JW, Ryu CM, Zhang S. 2004. Induced systemic resistance and
promotion of plant growth by Bacillus spp. Phytopathol. 94(1):1259-1266.
Kondoh M, Hirai M, Shoda M. 2001. Integrated biological and chemical control
of damping-off caused by Rhizoctonia solani using Bacillus subtilis RB14-C
and flutolanil. J Biosci Bioeng. 91(2):173-177.
Larone DH. 1995. Medically Important Fungi-A Guide to Identification. Ed ke-3.
Washinton DC (US): ASM Pr.
Meryandini A, Widosari W, Maranatha B, Sumarti TC, Rachmania N, Satria H.
2009. Isolasi bakteri selulolitik dan karakterisasi enzimnya. J Makara Sains.
1(13):33-38.
Novitasari P. 2013. Isolasi dan identifikasi bakteri kitinolitik penghambat
pertumbuhan cendawan patogen asal kokon Cricula trifenestrata [skripsi].
Bogor (ID): IPB Pr.
Solehudin D, Suswanti I, Supriyanto. 2012. Status penyakit bercak coklat pada
pembibitan kelapa sawit di kabupaten Sanggau. J Perkeb Lahan Trop.
2(1):1-6.
Teather RM, Wood PJ. 1982. Use of congo red-polysaccharide interactions in
enumeration and characterization of cellulolytic bacteria from the bovine
rumen. Appl Environ Microbiol. 43(4):777-780.
Utomo C. 1987. Leaf diseases of oil palm nurseries in north Sumatra. J Bul
Perkeb. 18(2):83-88.
White D. 1995.The Physiology and Biochemistry of Prokaryotes. New York(US):
Oxford University Press.
Widiastuti H, Guhardja E, Sukarno N, Darusman LK, Goenadi DH, Smith S.
2003. Arsitektur akar kelapa sawit yang diinkulasi beberapa cendawan
mikoriza arbuskula. Menara Perkeb 71:28-43.
Wilia W. 2010. Potensi cendawan endofit dan khamir untuk mengendalikan
penyakit antraknosa (Colletotrichum acutatum L.) pada tanaman cabai
[tesis]. Bogor (ID): IPB Pr.
Yang Y, Biedendieck R, Wang W, Gamer M, Malten M, Jahn D, Deckwer. 2006.
High yield recombinant penicillin G amidase production and export into the
growth medium using Bacillus megaterium. Microb Cell Fact. 20(10):1-8.

14

Lampiran 1 Sampel tanah asal perkebunan kelapa sawit dan perkebunan karet
kawasan Hutan Taman Nasional Bukit Dua belas, Jambi
Plot

CRC Plot

Sub plot

Kode

1

B03

A1

B03

A2
A3

FG01

-

1259

S

1249

S

HI01

1250

S

DE45

1261

S

B03

N1
N2

HI23

1253

S

B03

N3

AA01

1246

S

B03

N4

HI23

1307

S

B03

A4

JJ45

-

S

B03

A5

JJ67

-

S

B02

A6

B02

1310

S

B03

JJ89

1311

S

BO2

N5
N6

JJ67

1306

S

B02

N7

FG07

1305

S

BR2

BC67

2558

K

BR2

A7
A8

DE67

2576

K

BR2

A9

BR26

2618

K

BR2

A10

FG45

2608

K

BR2

A11

FG67

2610

K

BR2

AA45

2536

K

BR2

N8
N9

BC45

2551

K

BR2

N10

DE45

2578

K

BR2

N11

HI23

2643

K

BR2

N12

HI01

2645

K

BR4

A12
A13

BC23

637

K

B03
B03

2

3

4

BR4

Tanaman

BO43

660

K

N13
N14

BC67

650

K

FG23

636

K

DEB9

886

K

BR4

A14
A15

BC89

83

K

BR4

A16

FG10

903

K

BR4

BR48

843

K

BR4

N15
N16

FG45

840

K

BR4

N17

JJ67

863

K

BR4
BR4
5

No.

BR4

15

Lampiran 2 Komposisi media pertumbuhan bakteri dan cendawan
Media potato dextrose agar (PDA)
Komposisi
Potato dextrose agar
Akuades

Jumlah
39 g
1000 mL

Media nutrient broth (NB) + CMC 1%
Komposisi
Nutrient broth
Carboxymethil cellulose (CMC)
Akuades

Jumlah
13 g
10 g
1000 mL

Media nutrient agar (NA) + CMC
Komposisi
Nutrient agar
Carboxymethil cellulose (CMC)
Akuades

Jumlah
23 g
10 g
1000 mL

Media potato dextrose agar (PDA) + kloramfenikol 0,5%
Komposisi
Potato dextrose agar
Kloramfenikol
Akuades

Jumlah
39 g
500mg
1000 mL

16

Lampiran 3 Kurva standar isolat bakteri SAHN13.30 dan KAHN15.39
Kurva standar isolat bakteri SAHN13.30

Jumlah sel (sel/mL)

Pengenceran
1;16
1;8
1;4
1;2
1;1

Jumlah Sel (108)
1.1 x 107
2.2 x 107
4.5 x 107
9 x 107
18 x 108

OD
0.089
0.16
0.274
0.453
0.695

2
y = 2.7791x - 0.2313
R² = 0.9776

1.5
1
0.5
0
0

0.2

0.4

0.6

0.8

OD (580 nm)

Kurva standar isolat bakteri KAHN15.39

Jumlah Sel (sel/mL)

Pengenceran
1;16
1;8
1;4
1;2
1;1

3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0

OD
0.123
0.191
0.228
0.394
0.619

Jumlah Sel
1.8 x 107
3.7 x 107
7.5 x 107
15 x 107
3 x 108

y = 5.7202x - 0.6165
R² = 0.9907

0

0.2

0.4
OD (580 nm)

0.6

0.8

17

Lampiran 4 Hasil uji biokimia isolat SAHN13.30 dan KAHN15.39 dengan
menggunakan kit API 50 CHB
Uji
Gliserol
Erythritol
D-Arabinosa
L-Arabinosa
Ribosa
D-Xilosa
L-Xilosa
Adonitol
B-Methyl-D-Xilosa
Galaktosa
Glucksa
Fruktosa
Mannosa
Sorbosa
Rhamnosa
Dulcitol
Inositol
Mannitol
Sorbitol
a-Methyl-D-Mannosida
a-Methyl-D-Glucosida
N-Acetil Glucosamine
Amygdalin
Arbutin
Esculin
Salisin
Selobiosa
Maltosa
Laktosa
Melibiosa
Sukrosa
Trehalose
Inulin
Melezitosa
Raffinosa
Pati
Glikogen
Xylitol
Gentiobiose
Turanose
D-Lyxose
D-Tagatose
D-Fukosa
L-Fukosel
D-Arabitol
L-Arabitol
Glukonat
2-Keto Glukonase
5-Keto Glukonase

SAHA13.30
+
+
+
+
+
+
+
+
-

KAHN15.39
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
+
-

18

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kuningan pada tanggal 20 Februari 1991 sebagai anak
pertama dari dua bersaudara dari ayah Arifin dan ibu Nanan Herawati. Penulis
menyelesaikan pendidikan di SMA PGRI 109 Kota Tangerang pada tahun 2009
dan pada tahun yang sama diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur
Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Biologi, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis menjadi asisten mata kuliah Biologi
Dasar dan Mikrobiologi Dasar pada tahun ajaran 2012/2013. Selama kuliah S1,
penulis mendapatkan beasiswa pendidikan yaitu beasiswa BBM tahun 2010-2013.
Selain itu, penulis juga aktif di lembaga kemahasiswaan Cybertron Asrama TPBIPB periode 2009/2010 sebagai pengurus, Himpunan Mahasiswa Biologi
(Himabio) sebagai sekretaris II Badan Pengurus Harian (BPH) periode 2010/2011,
serta aktif di berbagai kegiatan kepanitiaan BIONIC, Masa Perkenalan
Departemen, SPIRIT, dan lain-lain; serta anggota Ikatan Himpunan Mahasiswa
Biologi Indonesia Wilayah Jawa 1 (Ikahimbi) periode 2010/2011. Penulis
melaksanakan studi lapang pada tahun 2011 dengan judul “Bakteri Filosfer pada
Beberapa Tanaman asal Gunung Walat yang Berpotensi Penghasil Senyawa
Bioaktif di Hutan Pendidikan Gunung Walat” dan praktik lapangan pada tahun
2012 dengan judul “Pengujian Bakteri Organisme Pengganggu Tumbuhan
Karantina pada Padi asal China di Laboratorium Bakteriologi dan Virologi Balai
Karantina Tumbuhan Soekarno Hatta”.
Penulis mendapatkan beberapa penghargaan prestasi akademik, di antaranya
adalah Pemenang lomba Nasyid dalam program pembinaan Akademik dan
Multibudaya Asrama TPB-IPB PRIMA (Paket Ramadhan Istimewa Asrama)
2009, pemenang pertama esai dalam seminar nasional Soil, Disaster, and Remote
Sensing (2011); finalis Pekan Ilmiah Mahasiswa FMIPA 2011 dan peraih poster
terbaik dalam konferensi internasional IGN TTRC tahun 2013 di UNAIR
Surabaya.