Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan
ANALISIS EFEKTIVITAS LEMBAGA KETAHANAN PANGAN
DI PROVINSI JAWA BARAT DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN
IMAM FAQIH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
D
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efektivitas
Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Imam Faqih
NIM I14090087
________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
1
ABSTRAK
IMAM FAQIH. Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi
Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
Lembaga ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam upaya
pencapaian penganekaragaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
efektifitas lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dalam upaya
mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan. Penelitian ini menggunakan
desain retrospektif. Batasan lembaga ketahanan pangan terdiri dari 17 SKPD
dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat yang pada periode
2009 dan 2010 memiliki program terkait ketahanan pangan. Hasil penelitian ini,
menunjukkan lembaga ketahanan pangan yang ada sudah baik namun belum
efektif karena pada tahun 2011 skor PPH konsumsi masyarakat Jawa Barat baru
mencapai 73,3. Karakteristik SDM lembaga ketahanan masih didominasi lulusan
SLTA dan pegawai teknis serta belum sepenuhnya memahami konsep
pembangunan ketahanan pangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan dari segi
struktur kelembagaan dapat dikatakan baik yang dibuktikan dengan konsistenya
tupoksi SKPD dengan KUKP. Meskipun demikian masih terdapat 27,8 %
kebijakan yang inkonsisten. Selain itu penyebaran anggaran pembangunan
ketahanan pangan masih belum proporsional, yaitu pada subsistem distribusi
anggarannya sebesar 1,578 triliun rupiah (73.6%), sedangkan pada subsistem
konsumsi hanya sebesar 8,4 (0,4 %).
Kata kunci: efektivitas, lembaga ketahanan pangan, penganekaragaman konsumsi
pangan, Jawa Barat
ABSTRACT
IMAM FAQIH. Analysis of Effectiveness Food Security Institution in West Java
for realize diversification of food consumption
Food security institution has a strategic role in achieved food diversity.
The purpose of this studied to analyzed the effectiveness of food security
institution in West Java province in an effort to realized the diversification of food
consumption. This study used a retrospective design. Limitation agency consists
of 17 SKPD food security had been coordinated under the Food Security in West
Java which was in the period of 2009 and 2010 have a program related to food
security. The results of this study, indicated that there was food security agencies
has been good, but not effective because in 2011 PPH scores public consumption
of West Java reached 73.3. Characteristics of human resources security institution
still dominated high school graduates and technical employees, and the human
resources do not understand the concept of development of food security. The
results also showed there was from institution structure can said that was good
that evidenced with jobdesc consistently with KUKP. Beside that still there was
27,8% inconsistently policies. Besides distributing of food security development
budget was still not proportional, that was to the distribution subsystem budget of
Rp 1,578 trillion (73.6%), whereas the consumption subsystem only Rp 8.4 billion
(0.4%).
Keywords: effectiveness, institution of food security, diversification of food
consumption, West Java
ANALISIS EFEKTIVITAS LEMBAGA KETAHANAN PANGAN
DI PROVINSI JAWA BARAT DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN
IMAM FAQIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul
Nama
NIM
: Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi
Jawa
Barat dalam Upaya Mewujudkan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan
: Imam Faqih
: I14090087
Disetujui oleh
Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
penganekaragaman konsumsi pangan, dengan judul Analisis Efektivitas Lembaga
Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selaku penyandang dana penelitian
melalui Program Indofood Riset Nugraha 2012-2013.
2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritik, serta
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi,
3. Bapak dan ibu tercinta, beserta seluruh keluarga (Mbah Kakung, Mbah Rayi,
Mbak Rofi’, Mas Munir, Ilmi, dan Rifa) atas kasih sayang, dukungan dan doa
yang tak ada hentinya diberikan kepada penulis di setiap perjalanan kehidupan,
serta selalu menjadi penghibur dalam setiap kejenuhan.
4. Ir. Abubakar dan Prof. Hardinsyah yang telah mengkader saya secara tidak
langsung melalui teladan, arahan dan
kritikan selama berkonsultasi,
berkomunikasi, dan berinteraksi sehingga banyak sekali pelajaran hidup yang
dapat saya ambil selama studi.
5. Sahabat seperjuangan di Himagizi (Ayu, Wulan, Babang, Niken, Wiwi, Liza,
Fajar, Mona dan seluruh keluarga besar Himagizi 2012), Sahabat-sahabat di CSS
MoRA IPB (Umam, kak salman, dan mas abror), Coconut GM 46 yang
meninggalkan banyak cerita suka duka dan kebersamaan, keluarga Departemen
Gizi Masyarakat 45, 44, 47, dan 48, juga para dosen, staf Komdik, tim Semnas
Pagi 2013, adik-adik praktikan Sosum, Ekopang, dan P2G, serta seluruh keluarga
di IPB (keluarga KKP Teluk Kepayang dan keluarga CSS MoRA) yang luar
biasa.
6. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang
lebih besar dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Imam Faqih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Kegunaan Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis, Cara Pengumpulan dan Sumber Data
Analisis Data
DEFINISI OPERASIONAL
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat
Sumber Daya Manusia
Tugas Pokok dan Fungsi
Kebijakan
Anggaran Pembangunan Ketahanan Pangan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
vii
vii
1
1
3
3
4
5
5
5
7
7
8
8
16
22
24
27
31
34
34
34
35
36
54
DAFTAR TABEL
1 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
2 Jenis, sumber dan tahun data penelitian
3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data
4 SKPD dibawah koordinasi DKP Jawa Barat
5 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
6
6
7
10
10
6 Anggota kelompok kerja ahli DKP Jawa Barat
11
7 Anggota kelompok kerja teknis DKP Jawa Barat
12
8 Anggota kelompok kerja khusus DKP Jawa Barat
13
10 Total karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan
Provinsi Jawa Barat
16
11 Rincian karakteristik jenis kelamin sumberdaya manusia lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat
17
12 Karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 17
13 Rincian karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi
Jawa Barat
18
14 Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan pangan
Provinsi Jawa Barat
18
15 Rincian Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan
pangan Provinsi Jawa Barat
19
16 Karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa
Barat
20
17 Rincian karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan
Provinsi Jawa Barat
21
18 Konsistensi KUKP dengan Tupoksi lembaga ketahanan pangan Jawa
Barat
23
19 Konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
25
20 Anggaran pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
27
21 Rincian anggaran dana subsistem produksi tahun 2009 dan 2010
28
22 Rincian anggaran dana subsistem distribusi tahun 2009 dan 2010
29
23 Rincian anggaran dana subsistem konsumsi tahun 2009 dan 2010
29
24 Skor Pola Pangan Harapan Konsumsi Masyarakat Jawa Barat
berdasarkan data Susenas 2011
31
25 Konsumsi sayur golongan A masyarakat Jawa Barat berdasarkan data
Susenas 2011
33
26 Konsumsi sayur golongan B masyarakat Jawa Barat berdasarkan data
Susenas 2011
33
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel konsistensi tupoksi lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
2 Tabel konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
3 Tabel daftar pertanyaan untuk pokja ahli ket ahanan pangan Provinsi Jawa
Barat
36
41
53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No 18 Tahun 2012). Pangan
merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena
merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan mayarakat
secara bersama-sama. Tugas pemerintah dalam urusan pangan adalah
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Upaya untuk memenuhi hak masyarakat akan pangan secara berkelanjutan
dapat dilaksanakan dengan konsep ketahanan pangan. Menurut UU no 18 tahun
2012 tentang Pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan juga
mempunyai pengertian dimana keadaan setiap orang pada setiap saat memiliki
aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk hidup
sehat dan produktif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan
adalah dengan melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan.
Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan dasar pemantapan ketahanan
pangan untuk peningkatan kualitas SDM dan pelestarian SDA. Mengingat
penganekaragaman konsumsi pangan belum mencapai kondisi yang optimal,
yang dicirikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai
harapan, dan belum optimalnya peran pangan lokal dalam mendukung
penganekaragaman konsumsi pangan, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan
Peraturan No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal. Kebijakan ini bertujuan
untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan bangsa Indonesia dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal melalui usaha mempercepat penganekaragaman
konsumsi pangan. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden (Perpres) tersebut,
telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43 Tahun 2009 tentang gerakan
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Peraturan tersebut dikeluarkan untuk membudayakan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, dan berimbang untuk mendukung hidup sehat, aktif dan
produktif.
Pada era desentralisasi, ketahanan pangan telah menjadi salah satu urusan
wajib pemerintah. Ketentuan tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 38
Tahun 2007 tentang pembagian pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Provinsi,
2
dan Pemerintah Kabupaten Kota. PP No. 38 Tahun 2007 juga menerangkan
bahwa pemerintah pusat bertugas membuat kebijakan nasional yang berisi tentang
serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan/atau kriteria
yang ditetapkan pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan
pemerintahan. Sedangkan pemerintah daerah bertugas menjalankan pemerintahan
sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat
yang mengacu pada kebijakan nasional. Secara lebih rinci, Peraturan Pemerintah
No 41 tahun 2007 menerangkan bahwa perumpunan urusan pemerintahan dalam
bidang ketahanan pangan harus diwadahi dalam bentuk badan atau kantor
ketahanan pangan. Komitmen pemerintah akan pentingnya urusan ketahanan
pangan juga dapat terlihat dari adanya Perpres No 83 tahun 2006 yang
mewajibkan setiap pemerintahan provinsi harus membentuk dewan ketahanan
pangan demi tercapainya ketahanan pangan. Dalam usaha pencapaian ketahanan
pangan ini, digunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan
penyelenggaraanya.
Usaha mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan tentunya tidak
dapat telaksana tanpa tersedianya beranekaragam bahan pangan dan daya beli
masyarakat. Usaha percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sangat terkait
dengan aspek produksi, distribusi dan daya beli masyarakat yang saling
terintegrasi. Menurut Maxwell (1997) konsumsi pangan merupakan indikator
tidak langsung yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
ketahanan pangan.
Dalam rangka menyelenggarakan urusan wajib bidang ketahanan pangan
perlu dilakukan perencanaan dan pengelolaan pangan secara konsisten dan
terpadu. Fungsi perencanaan dan pengelolaan tersebut tentunya dilaksanakan oleh
lembaga formal yang dibentuk pemerintah berdasarkan aturan legal atau payung
hukum yang berlaku. Untuk itu, diperlukan suatu lembaga ketahanan pangan
dalam pemerintahan daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat yang
terfokus pada usaha pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan guna
mencapai ketahanan pangan.
Upaya penganekaragaman konsumsi pangan sebenarnya bukan merupakan
perkara baru yang di hadapi oleh pemerintah, baik pemerintah pusat ataupun
pemerintah daerah. Namun, upaya tersebut belum menuai hasil optimal yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh segenap masyarakat Indonesia, termasuk
masyarakat di Provinsi Jawa Barat.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat menurut sensus penduduk BPS
tahun 2010 adalah 43.021.826 jiwa. Jawa Barat merupakan provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar dengan presentase 18,11% terhadap keseluruhan jumlah
penduduk di Indonesia yang berjumlah lebih dari 237 juta jiwa. Jumlah penduduk
yang begitu besar menjadikan Jawa Barat berpotensi mempunyai masalah terkait
ketahanan pangan seperti status gizi masyarakat. Tahun 2010 terdapat sebanyak
11.621 bayi lahir dengan berat badan rendah dan ditemukan sebanyak 30.504
balita mengalami gizi buruk. Jumlah penduduk yang demikian besar dan
permasalahan gizi buruk yang masih melanda, menjadikan jawa barat sebagai
provinsi yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap pemenuhan kebutuhan
pangan penduduknya. Bukan perkara yang mudah untuk memenuhi kebutuhan
pangan penduduk yang begitu besar oleh pemerintah. Hal inilah yang menjadi
3
latar belakang penelitian mengambil lokasi di wilayah pemerintahan Provinsi
Jawa Barat.
Tentunya banyak faktor yang menjadi penyebab belum optimalnya agenda
besar pemerintah tentang penganekaragaman pangan ini, salah satunya adalah
mengenai efektifitas peran lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat.
Dalam setiap lembaga, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard (1992), efektivitas
merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama dalam sebuah
organisai atau lembaga. Efektifitas lembaga ketahanan pangan sangat diharapkan
karena lembaga tersebut memiliki tanggung jawab yang besar atas hak dasar
manusia yaitu hak katas pangan. Mengingat pentingnya fungsi lembaga
ketahanan pangan dalam upaya percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan, maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui efektivitas lembaga
tersebut dalam menjalankan fungsinya.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas lembaga
ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dalam upaya mewujudkan
penganekaragaman konsumsi pangan.
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan Khusus
Penilitian ini secara khusus bertujuan untuk:
Mengidentifikasi karakteristik sumber daya manusia di lembaga ketahanan
pangan Provinsi Jawa Barat.
Menganalisis tugas pokok dan fungsi lembaga ketahanan pangan Provinsi
Jawa Barat.
Menganalisis kebijakan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
yang berkaitan dengan upaya penganekaragaman konsumsi pangan
melingkupi aspek produksi, distribusi, dan konsumsi.
Menganalisis anggaran dana pemerintah yang berkaitan dengan upaya
penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi,
dan konsumsi.
Menganalisis skor PPH konsumsi masyarakat Jawa Barat berasarkan
Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektifitas
lembaga ketahanan pangan yang ada di Provinsi Jawa Barat dalam upaya
mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan lembaga ketahanan pangan di seluruh
Indonesia untuk meningkatkan efektifitas upaya penganekaragaman konsumsi
pangan
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia
karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan
mayarakat secara bersama-sama. Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, ketahanan pangan merupakan salah satu urusan wajib
pemerintah daerah baik provinsi ataupun kabupaten/ kota, karena ketahanan
pangan berkaitan dengan pelayanan dasar. Tugas pemerintah dalam urusan
pangan adalah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang salah satunya dilaksanakan
dengan mengeluarkan kebijakan tentang ketahanan pangan. Salah satu cara untuk
mencapai ketahanan pangan adalah dengan penganekaragaman pangan yang
mencakup aspek produksi, distribusi, dan konsumsi yang menjadi indikator tidak
langsung keberhasilan ketahanan pangan.
Pada era desentralisasi masalah ketahanan pangan menjadi urusan wajib
pemerintah daerah, tak terkecuali pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat.
Pelaksanaan kebijakan tersebut tentunya menjadi tanggung jawab lembaga
ketahanan pangan daerah yang salah satu tugasnya adalah mengupayakan
penganekaragaman konsumsi pangan. Peran lembaga ketahanan pangan sangatlah
vital, sehingga tingkat efektivitas lembaga tersebut sangat berpengaruh terhadap
usaha percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Pentingnya peran
lembaga juga sudah ditegaskan UNICEF melalui kerangka penyebab masalah gizi
yang dikeluarkan pada tahun 1990. Kerangka UNICEF tersebut menjelaskan
bahwa salah satu akar masalah yang dapat mempengaruhi status gizi masyarakat
adalah masalah kelembagaan.
Efektivitas merupakan kemampuan organisasi atau lembaga dalam
mencapai tujuannya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada melalui
sebuah proses organisasi yang optimal. Penelitian tentang efektifitas lembaga ini
menggunakan pendekatan sasaran, yang menurut Lubis dan Husaini (1977)
merupakan pendekatan yang memfokuskan perhatian terhadap aspek output yaitu
mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tingkatan output yang
direncanakan. Tingkat efektifitas lembaga ketahanan pangan daerah Jawa Barat
dapat dilihat dari output atau keberhasilan program. Salah satu output lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat adalah penganekaragaman konsumsi pangan, yang
pada penilainnya dapat dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) dengan
Standar Pelayanan Minimum (SPM) sebagai acuannya.
Selain melihat output, akan dilakukan analisis terhadap input dari lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat berupa karakteristik sumber daya manusia yang ada
didalamnya. Karakteristik sumber daya manusia perlu dilihat karena, menurut
Steers (1985) salah satu unsur yang dapat mempengaruhi efektifitas berjalannya
suatu organisasi atau lembaga adalah karakteristik pekerja atau SDM. Guna
melihat proses dalam menjalankan lembaga ketahanan pangan Jawa Barat akan
dilihat struktur dan fungsi lembaga tersebut. Menurut Robbins dan Coulter (2007)
struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang
dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan. Dari pengertian tersebut, dalam penelitian ini struktur dapat
diwakili oleh tugas pokok dan fungsi lembaga yang didalamnya mengatur
5
kerangka kerja formal organisasi beserta tugas-tugasnya. Sedangkan fungsi
lembaga atau organisasi menurut Terry (2000) dalam menjalankan proses
menejemen mencakup planning, organizing, actuating dan controlling. Fungsi
lembaga dalam penelitian ini dapat dilihat dari kebijakan yang ditetapkan dan
penggunaan anggaran yang berhubungan dengan ketahanan pangan yang tentunya
didalamnya terdapat unsur planning, organizing, actuating dan controlling.
Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini.
Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan
Jawa Barat
Input
Sumber Daya
Manusia
Proses
- Tugas Pokok dan Fungsi
- Kebijakan
- Anggaran Pembangunan
Ketahanan Pangan
Output
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
Standar Pelayanan
Minimal
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan : a)
pemerintah memiliki peran yang sangat penting terhadap pembangunan ketahanan
pangan wilayah, sebagaimana diamanatkan PP No. 38 tahun 2007; b) Jawa Barat
merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia; c) belum
tercapainya usaha penganekaragaman konsumsi pangan dan d) kemudahan dalam
akses data. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2013,
sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah kantor pemerintahan Provinsi
Jawa Barat meliputi Badan Kepegawaian Daerah, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder mengenai
lembaga ketahanan pangan Jawa Barat. Batasan lembaga ketahanan pangan dalam
penelitian ini adalah lembaga-lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah
6
(SKPD) yang berada dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP)
Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitain ini tidak semua SKPD dibawah koordinasi
DKP menjadi objek penelitian. Hanya SKPD yang mempunyai program
ketahanan pangan periode 2009 sampai 2010 yang bersumber dari Laporan
Pencapaian Kinerja Kegiatan APBD Berdasarkan Program Bappeda lah yang
menjadi objek penelitian. Secara lebih rinci SKPD dibawah koordinasi DKP yang
menjadi objek penelitian terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SKPD
Bappeda
Dinas Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Ketahanan
Pangan
Dinas Perhubungan
Biro Bina Produksi
No
10
11
12
13
14
15
SKPD
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Badan Penanggulangan bencana
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas koperasi dan UMKM
Badan Pemberdayaan Perempuan dan
16
KB
17 Dinas Peternakan
Data primer mengenai lembaga ketahanan pangan dan problematikanya
diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap narasumber anggota Pokja Ahli
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat. Data sekunder diperoleh melalui
berbagai studi pustaka maupun dari dinas atau instansi terkait.
Jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah dokumen kepegawaian,
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), rencana
strategis, program kerja dan tupoksi lembaga antar sektor pembangunan
ketahanan pangan, anggaran pemerintah yang digunakan dalam upaya
penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi, dan
konsumsi, serta tabel SUSENAS 9A tahun 2011 untuk mengetahui skor PPH
konsumsi penduduk Jawa Barat. Secara lebih rinci jenis, sumber dan tahun data
dapat dilihatpada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Jenis, sumber dan tahun data penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Data
Data kepegawaian
RPJMD
Rencana Strategis
Program kerja
Tupoksi
Anggaran dana
Tabel SUSENAS 9A
Sumber
BKD
Bappeda
17 SKPD terkait
Bappeda
17 SKPD terkait
Bappeda
BPS
Tahun
2013
2008-2013
2008-2013
2009 & 2010
2008-2013
2009 & 2010
2011
7
Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisis
karakteristik SDM, tugas pokok dan fungsi, kebijakan, dan juga analisis anggaran
dana yang berkaitan dengan penganekaragaman konsumsi pangan. Secara rinci
analisis yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data
Variable
Ruang Lingkup Data
Jenis
Analisis
Sumber Daya
Manusia
Data karakteristik pegawai (usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan golongan) 17
SKPD
Tugas pokok dan
fungsi
Data tugas pokok & fungsi 17 SKPD
Kebijakan
Data RPJMD, Tupoksi, renstra atau program
kerja 17 SKPD
Anggaran
pembangunan
ketahanan pangan
Data anggaran program kerja 17 SKPD
Analisis
deskriptif
Skor PPH
Tabel SUSENAS 9A
Analisis
Deskriptif
Analisis
deskriptif
Analisis
deskriptif
Analisis isi
dan
deskriptif
Analisis yang dilakukan adalah analisis isi (content analysis) yaitu analisis
yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kesesuaian antar kebijakan yang
kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Acuan umum
yang digunakan untuk analisis ini adalah Kebijakan Umum Ketahanan Pangan
(KUKP), Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta pendapat dari Pokja Ahli
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.
DEFINISI OPERASIONAL
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
SPM (Standar Pelayanan Minimum) Bidang Ketahanan Pangan adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar kewajiban pemerintah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, yang kualitas
pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan ketahanan pangan
yang salah satunya adalah bidang penganekaragaman pangan dengan skor
8
PPH sebagai tolok ukur keberhasilannya. Skor 90 merupakan skor minimal
PPH yang harus dipenuhi pemerintah sedangkan sekor idealnya adalah 100.
Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah pola konsumsi pangan beragam,
bergizi, dan berimbang untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif
guna mencapai ketahanan pangan yang dapat diukur dengan skor PPH.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan
atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan yang bila
dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya serta
dapat digunakan untuk menilai kualitas konsumsi pangan.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi perangkat daerah
yang dapat berupa badan atau dinas pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran yang memiliki tugas pokok dan fungsi tertentu.
Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) adalah sasaran utama atau pekerjaan yang
dibebankan kepada organisasi untuk dicapai dan menjadi landasan hukum
unit organisasi tersebut dalam pelaksanaan tugas dan koordinasi pada
tataran aplikasi di lapangan.
Dewan Ketahanan Pangan adalah lembaga non struktural yang dipimpin oleh
seorang Gubernur yang memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan
operasional, evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan meliputi bidang penyediaan pangan, distribusi pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman pangan,
pencegahan
dan
penanggulangan masalah pangan dan gizi (Perpres No 83 tahun 2006)
Lembaga Ketahanan Pangan adalah kumpulan SKPD dibawah koordinasi
Dewan Ketahanan Pangan yang mempunyai fungsi bersama-bersama
mewujudkan ketahanan pangan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa
Barat No 501/Kep.602-BKP/2010.
KUKP (Kebijakan Umum Ketahanan Pangan) adalah dokumen keputusan,
strategi dan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah (DKP pusat)
untuk mencapai ketahanan pangan.
Pegawai Teknis adalah sumber daya manusia yang mempunyai beban pekerjaan
yang bersifat sebagai pelaksana dilapangan yang belum membutuhkan
kemampuan keilmuan yang mendalam dan komperehensif dengan latar
belakang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai dengan D3 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2000.
Pegawai Fungsional adalah sumber daya manusia yang mempunyai suatu
keahlian dibidang ilmu tertentu dan mempunyai beban pekerjaan yang
bukan hanya sebagai pelakasana akan tetapi dapat menjadi penjamin mutu
bidang pekerjaan dengan latar belakang pendidikan S1 atau D4 keatas
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2000.
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah
ditentukan dapat dicapai yakni target pencapaian skor PPH sebesar 90
berdasarkan SPM. semakin besar presentase target pencapaian skor PPH,
makin tinggi efektifitasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat
Lembaga (institusi) adalah badan atau organisasi yang melaksanakan
aktivitas (Koentjaraningrat 1990 ). institusi atau lembaga mencakup sistem nilai
9
yang berlaku dalam suatu masyarakat, jaringan kerjasama, dan organisasi yang
menjalankan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga ketahanan
pangan merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas pokok untuk mencapai
ketahanan pangan. Lembaga ketahanan pangan dapat bersifat struktural atupun
non struktural (fungsional). Menurut Peraturan Presiden No 83 Tahun 2006
tentang Dewan Ketahanan Pangan, yang termasuk kedalam lembaga non
strukrural adalah Dewan Ketahanan Pangan (DKP). DKP merupakan lembaga non
struktural yang dipimpin oleh seorang ketua yang mempunyai tugas membantu
Presiden merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
nasional. Menurut Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, Secara struktural lembaga ketahanan pangan dapat berbentuk
badan ataupun kantor ketahanan pangan .
Dewan Ketahan Pangan tingkat provinsi mempunyai tugas membantu
Gubernur dalam beberapa hal, yakni mewujudkan ketahanan pangan provinsi
dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan DKP pusat, merumuskan
kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan, melaksanakan evaluasi dan pengendalian
perwujudan ketahanan pangan Provinsi. Lebih lanjut lagi tugas DKP meliputi
kegiatan dibidang penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan
gizi. Fungsi DKP provinsi secara struktural dijalanakan oleh Badan Ketahanan
Pangan Daerah dan dibantu oleh Bagian Ketahanan Pangan pada Biro Bina
Produksi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Dewan Ketahanan Pangan
Lembaga ketahanan pangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
lembaga-lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada
dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat. Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat yang di ketuai oleh Gubernur memiliki
tugas mewujudkan ketahanan pangan Provinsi. DKP provinsi terdiri dari para
pimpinan SKPD lintas sektor yang mempunyai tugas dalam pemerintahan yang
berhubungan dengan ketahanan pangan dalam arti luas. Berikut merupakan SKPD
dibawah koordinasi DKP Jawa Barat secara keseluruhan menurut Keputusan
Gubernur Jawa Barat No 501/Kep.602-BKP/2010 tentang Dewan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Barat.
10
Tabel 4 SKPD di bawah koordinasi DKP Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SKPD
Bappeda
Dinas Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Ketahanan Pangan
Dinas Perhubungan
Dinas Peternakan
Dinas Sosial
Dinas Pendidikan
Dinas koperasi dan UMKM
Badan Pusat Statistik
Biro Pengembangan Sosial
Biro Bina Produksi
No
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
SKPD
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Badan Penanggulangan bencana
Dinas Permukiman dan Perumahan
Biro Administrasi Perekonomian
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Badan Pemberdayaan Masyarakat&Pemerintah
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Komunikasi dan Informasi
Bank Indonesia Cabang Bandung
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
Badan Urusan Logistik Divisi Jawa Barat
Lembaga Penelitian Pengawasan Obat dan
Makanan MUI Jawa Barat
Sumber : Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No 501/Kep.602-BKP/2010 tentang Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.
Dalam penelitain ini tidak semua SKPD dibawah koordinasi DKP menjadi
objek penelitian. Hanya SKPD yang mempunyai kebijakan atau program yang
berhubungan dengan ketahanan pangan periode 2009 sampai 2010 lah yang
menjadi objek penelitian. Secara lebih rinci SKPD dibawah koordinasi DKP yang
menjadi objek penelitian terdapat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 5 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SKPD
Bappeda
Dinas Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Ketahanan
Pangan
Dinas Perhubungan
Biro Bina Produksi
No
10
11
12
13
14
15
SKPD
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Badan Penanggulangan bencana
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas koperasi dan UMKM
Badan Pemberdayaan Perempuan dan
16
KB
17 Dinas Peternakan
Secara umum keadaan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
dapat dikatakan sudah baik bila merujuk pada Perpres No 83 tahun 2006 tentang
Dewan Ketahanan Pangan. Pada Perpres tersebut ada ketentuan bahwa sekretariat
DKP secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja/perangkat daerah provinsi
yang menangani tugas dan fungsi ketahanan pangan. Provinsi Jawa Barat telah
menerjemahkan ketentuan tersebut dengan memberikan tanggung jawab kepada
11
Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat selaku unit kerja yang menangani tugas dan
fungsi ketahanan pangan menjadi sekretariat DKP. DKP Jawa Barat juga telah
membentuk kelompok kerja ahli yang mempunyai tugas merumuskan kebijakan
pemantapan ketahanan pangan dan memberikan masukan kepada DKP yang
berkaitan dengan upaya-upaya pemantapan ketahanan pangan baik jangka pendek
maupun jangka menengah. Berikut merupakan tabel daftar nama anggota Pokja
ahli DKP Jawa Barat.
Tabel 6 Anggota kelompok kerja ahli DKP Jawa Barat
No
1
2
3
Nama
Prof. Dr. Ir. Maman Haeruman
Prof. Dr. Ir. Sutarman
Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi
4
5
6
7
8
Dr. Ir. Ronnie S. Natawidjaja
Dr. Ir. Yayuk F. Baliwati, MS
Dr. Ir. Asep Dedi Sutrisno
Dr. Tufiqurrahman
Dr. Dudi Dewayan
9
10
Ir. Poppy Sophia Bakur, M.EP.
Ir. Tonny Firman Kurniawan,
MS
Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Atamimi
11
12
Spesialisasi
Ahli ekonomi pertanian Universitas Padjajaran
Ahli logistik Universitas Pasundan
Ahli analisis dan keamanan pangan Universitas
Pasundan
Ahli distribusi pangan Universitas Padjajaran
Ahli sumberdaya pangan dan gizi IPB
Ahli teknologi pangan Universitas Pasundan
Ahli sumberdaya alam dan lingkungan ITB
Ahli dinamika dan pengembangan kelompok
masyarakat pedesaan
Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat
Ahli sosial ekonomi dan perencanaan
pembangunan wilayah dan pedesaan
Ahli ekonomi pertanian
Ahli perdagangan komoditas pangan
Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010
Selain kelompok kerja ahli, DKP juga telah membentuk kelompok kerja
teknis dan kelompok kerja khusus pemberdayaan ketahanan pangan. Kedua
kelompok kerja ini memiliki tugas yang hampir sama yakni membantu DKP
mencapai tujuannya. Kelompok kerja teknis merupakan kelompok kerja yang
berkaitan langsung dengan teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan ketahanan
pangan. Sedangkan kelompok kerja pemberdayaan pangan lebih bersifat
membantu mengembangkan dan memberdayakan komponen-komponen yang
terlibat dalam pembangunan ketahanan pangan seperti pemerintah dan
masyarakat. Tabel 7 dibawah ini merupakan tabel yang memberikan informasi
tentang anggota kelompok kerja teknis yang dibentuk oleh DKP Jawa Barat.
12
Tabel 7 Anggota kelompok kerja teknis DKP Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jabatan / Instansi
Kepala BKP
Kabid Kelembagaan dan Infrastruktur BKP
Kabag Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi
Kabag Bina Kemasyarakatan Biro Pengembangan Sosial
Kabid Ekonomi Bappeda
Kabid Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB
Kabid Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPB
Kabid Penanggulangan Bencana BPB
Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan BKP
Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP
Kabid Produksi Tanaman Pangan Distan TP
Kabid Penembangan Usaha Disnak
Kabid Produksi Perkebunan Disbun
Kabid Perikanan Budidaya Diskan
Kabid Bina Produksi dan Usaha Kehutanan Dishut
Kabid Pelayanan Kesahatan Dinkes
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag
Kabid Koperasi Diskop UMKM
Kabid Perumahan Diskimrum
Kabid Permukiman Diskimrum
Kabid Bina Manfaat Dinas PSDA
Kabid Transportasi Darat Dishub
Kabid Bantuan dan Perlindungan Sosial Dinsos
Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja Disnakertrans
Kabid Pembangunan Dinas Bina Marga
Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kabid Sarana Komunikasi&Diseminasi Informasi Diskominfo
Kabag Industri, Perdagangan, dan Penanaman Modal Biro
Administrasi Perekonomian
Kabid Statistik Sosial BPS
Kabid Sertifikasi dan Layanan Konsumen Balai Besar POM
Kabid Ekonomi Moneter Bank Indonesia Bandung
Kabid Pelayanan Publik Bulog
Sekretaris Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika
MUI
Ketua Pokja III PenggerakPKK
Keterangan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010
Tabel 8 dibawah ini merupakan komposisi anggota klompok kerja khusus
pemberdayaan ketahanan pangan yang dibentuk oleh DKP Jawa Barat.
13
Tabel 8 Anggota kelompok kerja khusus DKP Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jabatan / Instansi
Ketua HKTI Jawa Barat
Kabid Distribusi dan Harga Pangan BKP
Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) Jawa Barat
Ketua Kontak Tani/Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Barat
Ketua Petani Nelayan Sejahtera Seluruh Indonesia (PPNSI) Jawa Barat
Ketua Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) Jawa Barat
Ketua Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA) Jawa Barat
Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Jawa Barat
Ketua Persatuan penggilang Padi (PERPADI) Jawa Barat
Keterangan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010
Badan Ketahanan Pangan
Sesuai dengan PP 38 Tahun 2007, tahun 2008 Permerintah Daerah Jawa
Barat bersama DPRD Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Badan Perencanaan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Provinsi Jawa Barat. Peraturan tersebut salah satunya berisi tentang
dibentuknya lembaga khusus yang menangani ketahanan pangan di Jawa Barat
setingkat Esselon II, yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Propinsi
Jawa Barat, dan mulai operasional Tahun 2009.
Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, Badan Ketahanan Pangan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan visi Jawa Barat
”Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera. Guna
mewujudkan Visi tersebut, Badan Ketahanan Pangan memiliki visi “Tercapainya
Jawa Barat sebagai provinsi bebas rawan pangan”. Visi tersebut diuraikan dalam
Misi BKP Jawa Barat, yaitu:
a. Mewujudkan kemandirian masyarakat melalui pengembangan usaha
ekonomi produktif berbasis potensi lokal
b. Meningkatkan pendistribusian pangan yang merata ke seluruh wilayah
c. Meningkatkan konsumsi dan keanekaragaman pangan
d. Meningkatkan kelembagaan dan kualitas infrastruktur pangan
e. Meningkatkan Sumber daya aparatur bidang ketahanan pangan yang
berbasis kompetensi
Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 49
Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, BKPD Provinsi Jawa Barat
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan daerah bidang ketahanan pangan. Dalam menyelenggarakan tugas
pokok tersebut, Badan Ketahanan Pangan Daerah mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis bidang
ketahanan pangan;
b. Penyelenggaraan
pemberian
dukungan
atas
penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan meliputi kesekretariatan,
14
kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan
konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan;
c. Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTB;
d. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Suatu lembaga tak akan dapat terlepas dari program kerja untuk mencapai
tujuan organisasi. Program kerja yang di laksanakan di Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan :
- Fasilitasi penanganan daerah rawan pangan
- Fasilitasi distribusi dan harga pangan Jawa Barat
- Fasilitasi menumbuhkembangkan infrastruktur dan kelembagaan
pangan
- Fasilitasi peningkatan kompetensi pendampingan BKP
- Fasilitasi pengembangan Food Center di Jawa Barat
- Fasilitasi pemanfaatan pekarangan rumah tangga di desa rawan pangan
- Kegiatan fasilitasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan lingkungan bebas
rawan pangan
- Pengembangan desa mandiri pangan
- Diversifikasi pangan
- Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
b. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
d. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
e. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
g. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur
Badan Ketahanan Pangan selaku sekretariat DKP juga dapat dikatakan
sudah baik bila dilihat kelengkapan strukturnya . Terdapat bidang-bidang yang
mengurusi permasalahan ketahanan pangan dari hulu sampai hilir. Kelengkapan
struktur tersebut terlihat dari adanya Bidang ketersediaan dan kerawanan pangan,
Bidang distribusi dan harga pangan, Bidang konsumsi dan keamanan pangan,
serta Bidang kelembagaan dan infrastruktur pangan. Selain bidang-bidang tersebut
terdapat juga sub bidang dan sub bagian yang memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing untuk turut memantapkan ketahanan pangan di Provinsi Jawa
Barat.
Permasalahan kelembagaan yang sering timbul seiring berjalannya
pembangunan ketahanan pangan menurut narasumber ahli adalah masalah posisi
atau status Badan Ketahanan Pangan itu sendiri. Pada tingkat pusat Badan
Ketahanan Pangan berada dibawah Kementerian Pertanian, hal ini menyebabkan
Badan Ketahanan Pangan tidak mempunyai wewenang atau kekuatan yang lebih
untuk bisa mengkoordinir kementerian atau lembaga lain untuk mencapai
ketahanan pangan. Posisi BKP yang berada dibawah Kementerian Pertanian, juga
mengakibatkan pandangan bahwa masalah ketahanan pangan hanyalah urusan
atau wewenang dari Kementrian Pertanian, yang lebih berorientasi pada
peningkatan produksi pangan.
Permasalahan di tingkat pusat juga terjadi pada Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Barat. Kurangnya wewenang BKP untuk mengkoordinir SKPD lain
mengakibatkan pembangunan ketahanan pangan belum berjalan dengan efektif.
15
Rendahnya wewenang yang dimiliki BKP mengakibatkan lembaga ini tidak dapat
mengkoordinir, mengendalikan ataupun memonitor SKPD lain untuk mencapai
ketahanan pangan.
Bagian Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi Jawa Barat, Biro Bina Produksi merupakan bagian dari
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Struktur / susunan organisasi
Biro Bina Produksi yang membawahkan beberapa bagian dan subbagian adalah
sebagai berikut :
1. Bagian Pertanian, membawahkan :
- Subbagian Pertanian Tanaman Pangan;
- Subbagian Peternakan;
- Subbagian Perikanan.
2. Bagian Ketahanan Pangan, membawahkan :
- Subbagian Keamanan Pangan;
- Subbagian Pengembangan Ketahanan Pangan.
3. Bagian Kehutanan dan Perkebunan, membawahkan :
- Subbagian Kehutanan;
- Subbagian Perkebunan.
Biro Bina Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan
bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi
pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, Biro Bina Produksi mempunyai tiga fungsi yaitu :
1. Penyelenggaraan perumusan bahan kebijakan umum pertanian, ketahanan
pangan, serta kehutanan dan perkebunan;
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pertanian, ketahanan pangan,
serta kehutanan dan perkebunan.
3. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi pertanian, ketahanan pangan,
serta kehutanan dan perkebunan.
Visi Biro Bina Produksi adalah “Terciptanya rumusan kebijakan umum
pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan yang tepat dan
akurat guna mendukung pencapaian visi pemerintah Provinsi Jawa Barat”. Visi
tersebut diuraikan dalam Misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas aparatur Biro Bina Produksi guna mendukung
peningkatan
produksi
pertanian,
peternakan,
perikanan
dan
kelautan,ketahanan pangan serta kehutanan dan perkebunan,
2. Meningkatkan pelayanan prima dalam proses perumusan bahan kebijakan
umum di bidang produksi pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan
perkebunan;
3. Meningkatkan koordinasi dan fasilitasi guna mendukung peningkatan
produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, ketahanan pangan.
serta kehutanan dan perkebunan.
16
4. Meningkatkan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan peningkatan
produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, ketahanan pangan
serta kehutanan dan perkebunan,
5. Mendukung kebijakan strategis lainnya dalam mewujudkan visi Jawa Barat.
Sumberdaya manusia aparatur di Lingkungan Biro Bina Produksi
sebanyak 47 (empat puluh tujuh) orang. Terdapat 1 kepala biro, 3 kepala bagian,
7 kepala subbagian, dan 36 orang pelaksana. Bagian Ketahanan Pangan memliki
dua subbagian yang masing-masing memiliki 5 orang pelaksana pada Subbagian
Kemanan Pangan dan 6 orang pada Subbagian Pengembangan Ketahanan
Pangan.
Sumber Daya Manusia
Jenis Kelamin
Karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat
dapat terlihat pada tabel tabel 6 dibawah ini.
Tabel 10 Total karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan
Jawa Barat
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Jumlah
3705
1233
Persentase (%)
75.03
24.97
4938
100
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat, dapat
diketahui bahwa pegawai yang bekerja pada 16 SKPD terkait ketahanan pangan
berjumlah 4938 orang. Sebanyak 75,03 % pegawai berjenis kelamin laki-laki atau
sebesar 3705 orang. Sedangkan pegawai berjenis kelamin perempuan sebesar
24.97 % atau berjumlah 1233 orang. Jumlah pegawai terbanyak terdapat pada
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan yakni sebesar 19.08% atau sebanyak 942
orang. Sedangkan jumlah pegawai paling sedikit secara berturut-turut terdapat
pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebesar 79 orang
(1.6%), Badan Ketahanan Pangan sebesar 73 orang (1.48%), dan Badan
Penanggulangan Bencana sebesar 62 orang (1.26%). Secara lebih rinci
karakteristik SDM berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 11 dibawah
ini. Data tersebut dapat memberikan arti bahwa
17
Tabel 11 Rincian karakteristik jenis kelamin sumberdaya manusia lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
SKPD
Bappeda
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Penanggulangan bencana daerah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Dinas Peternakan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Bina Marga
Badan Ketahanan Pangan
Dinas Perhubungan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas koperasi dan Usaha UMKM
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Total
Jenis Kelamin
Lk
P
111
44
185
69
220
260
156
43
108
40
349
76
49
13
783
159
214
81
188
64
568
113
39
34
331
55
296
107
66
38
42
37
3705
1233
Total
155
254
480
199
148
425
62
942
295
252
681
73
386
403
104
79
4938
Persentase
(%)
3.14
5.14
9.72
4.03
3.00
8.61
1.26
19.08
5.97
5.10
13.79
1.48
7.82
8.16
2.11
DI PROVINSI JAWA BARAT DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN
IMAM FAQIH
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
D
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Efektivitas
Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah benar karya saya dengan arahan dari
komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan
tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks
dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2013
Imam Faqih
NIM I14090087
________________________
*Pelimpahan hak cipta atas karya tulis dari penelitian kerja sama dengan pihak
luar IPB harus didasarkan pada perjanjian kerja sama yang terkait.
1
ABSTRAK
IMAM FAQIH. Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi
Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan Penganekaragaman Konsumsi Pangan.
Lembaga ketahanan pangan mempunyai peran strategis dalam upaya
pencapaian penganekaragaman pangan. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis
efektifitas lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dalam upaya
mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan. Penelitian ini menggunakan
desain retrospektif. Batasan lembaga ketahanan pangan terdiri dari 17 SKPD
dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Jawa Barat yang pada periode
2009 dan 2010 memiliki program terkait ketahanan pangan. Hasil penelitian ini,
menunjukkan lembaga ketahanan pangan yang ada sudah baik namun belum
efektif karena pada tahun 2011 skor PPH konsumsi masyarakat Jawa Barat baru
mencapai 73,3. Karakteristik SDM lembaga ketahanan masih didominasi lulusan
SLTA dan pegawai teknis serta belum sepenuhnya memahami konsep
pembangunan ketahanan pangan. Hasil penelitian ini juga menunjukkan dari segi
struktur kelembagaan dapat dikatakan baik yang dibuktikan dengan konsistenya
tupoksi SKPD dengan KUKP. Meskipun demikian masih terdapat 27,8 %
kebijakan yang inkonsisten. Selain itu penyebaran anggaran pembangunan
ketahanan pangan masih belum proporsional, yaitu pada subsistem distribusi
anggarannya sebesar 1,578 triliun rupiah (73.6%), sedangkan pada subsistem
konsumsi hanya sebesar 8,4 (0,4 %).
Kata kunci: efektivitas, lembaga ketahanan pangan, penganekaragaman konsumsi
pangan, Jawa Barat
ABSTRACT
IMAM FAQIH. Analysis of Effectiveness Food Security Institution in West Java
for realize diversification of food consumption
Food security institution has a strategic role in achieved food diversity.
The purpose of this studied to analyzed the effectiveness of food security
institution in West Java province in an effort to realized the diversification of food
consumption. This study used a retrospective design. Limitation agency consists
of 17 SKPD food security had been coordinated under the Food Security in West
Java which was in the period of 2009 and 2010 have a program related to food
security. The results of this study, indicated that there was food security agencies
has been good, but not effective because in 2011 PPH scores public consumption
of West Java reached 73.3. Characteristics of human resources security institution
still dominated high school graduates and technical employees, and the human
resources do not understand the concept of development of food security. The
results also showed there was from institution structure can said that was good
that evidenced with jobdesc consistently with KUKP. Beside that still there was
27,8% inconsistently policies. Besides distributing of food security development
budget was still not proportional, that was to the distribution subsystem budget of
Rp 1,578 trillion (73.6%), whereas the consumption subsystem only Rp 8.4 billion
(0.4%).
Keywords: effectiveness, institution of food security, diversification of food
consumption, West Java
ANALISIS EFEKTIVITAS LEMBAGA KETAHANAN PANGAN
DI PROVINSI JAWA BARAT DALAM UPAYA
MEWUJUDKAN PENGANEKARAGAMAN
KONSUMSI PANGAN
IMAM FAQIH
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Gizi
pada
Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2013
Judul
Nama
NIM
: Analisis Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan di Provinsi
Jawa
Barat dalam Upaya Mewujudkan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan
: Imam Faqih
: I14090087
Disetujui oleh
Dr Ir Yayuk Farida Baliwati, MS
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Budi Setiawan, MS
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang
dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari 2013 ini ialah
penganekaragaman konsumsi pangan, dengan judul Analisis Efektivitas Lembaga
Ketahanan Pangan di Provinsi Jawa Barat dalam Upaya Mewujudkan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari
bantuan dan dukungan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
banyak terima kasih kepada:
1. PT Indofood Sukses Makmur Tbk. selaku penyandang dana penelitian
melalui Program Indofood Riset Nugraha 2012-2013.
2. Dr. Ir. Yayuk Farida Baliwati, MS selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan arahan, saran, kritik, serta
dorongan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi,
3. Bapak dan ibu tercinta, beserta seluruh keluarga (Mbah Kakung, Mbah Rayi,
Mbak Rofi’, Mas Munir, Ilmi, dan Rifa) atas kasih sayang, dukungan dan doa
yang tak ada hentinya diberikan kepada penulis di setiap perjalanan kehidupan,
serta selalu menjadi penghibur dalam setiap kejenuhan.
4. Ir. Abubakar dan Prof. Hardinsyah yang telah mengkader saya secara tidak
langsung melalui teladan, arahan dan
kritikan selama berkonsultasi,
berkomunikasi, dan berinteraksi sehingga banyak sekali pelajaran hidup yang
dapat saya ambil selama studi.
5. Sahabat seperjuangan di Himagizi (Ayu, Wulan, Babang, Niken, Wiwi, Liza,
Fajar, Mona dan seluruh keluarga besar Himagizi 2012), Sahabat-sahabat di CSS
MoRA IPB (Umam, kak salman, dan mas abror), Coconut GM 46 yang
meninggalkan banyak cerita suka duka dan kebersamaan, keluarga Departemen
Gizi Masyarakat 45, 44, 47, dan 48, juga para dosen, staf Komdik, tim Semnas
Pagi 2013, adik-adik praktikan Sosum, Ekopang, dan P2G, serta seluruh keluarga
di IPB (keluarga KKP Teluk Kepayang dan keluarga CSS MoRA) yang luar
biasa.
6. Seluruh pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung
yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Semoga Allah membalas segala kebaikan dengan pahala dan kebaikan yang
lebih besar dan semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, September 2013
Imam Faqih
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan
Kegunaan Penelitian
KERANGKA PEMIKIRAN
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat dan Waktu Penelitian
Jenis, Cara Pengumpulan dan Sumber Data
Analisis Data
DEFINISI OPERASIONAL
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat
Sumber Daya Manusia
Tugas Pokok dan Fungsi
Kebijakan
Anggaran Pembangunan Ketahanan Pangan
Penganekaragaman Konsumsi Pangan
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
vii
vii
vii
1
1
3
3
4
5
5
5
7
7
8
8
16
22
24
27
31
34
34
34
35
36
54
DAFTAR TABEL
1 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
2 Jenis, sumber dan tahun data penelitian
3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data
4 SKPD dibawah koordinasi DKP Jawa Barat
5 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
6
6
7
10
10
6 Anggota kelompok kerja ahli DKP Jawa Barat
11
7 Anggota kelompok kerja teknis DKP Jawa Barat
12
8 Anggota kelompok kerja khusus DKP Jawa Barat
13
10 Total karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan
Provinsi Jawa Barat
16
11 Rincian karakteristik jenis kelamin sumberdaya manusia lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat
17
12 Karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat 17
13 Rincian karakteristik usia SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi
Jawa Barat
18
14 Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan pangan
Provinsi Jawa Barat
18
15 Rincian Karakteristik tingkat pendidikan SDM lembaga ketahanan
pangan Provinsi Jawa Barat
19
16 Karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa
Barat
20
17 Rincian karakteristik golongan SDM lembaga ketahanan pangan
Provinsi Jawa Barat
21
18 Konsistensi KUKP dengan Tupoksi lembaga ketahanan pangan Jawa
Barat
23
19 Konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
25
20 Anggaran pembangunan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
27
21 Rincian anggaran dana subsistem produksi tahun 2009 dan 2010
28
22 Rincian anggaran dana subsistem distribusi tahun 2009 dan 2010
29
23 Rincian anggaran dana subsistem konsumsi tahun 2009 dan 2010
29
24 Skor Pola Pangan Harapan Konsumsi Masyarakat Jawa Barat
berdasarkan data Susenas 2011
31
25 Konsumsi sayur golongan A masyarakat Jawa Barat berdasarkan data
Susenas 2011
33
26 Konsumsi sayur golongan B masyarakat Jawa Barat berdasarkan data
Susenas 2011
33
DAFTAR LAMPIRAN
1 Tabel konsistensi tupoksi lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
2 Tabel konsistensi kebijakan ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
3 Tabel daftar pertanyaan untuk pokja ahli ket ahanan pangan Provinsi Jawa
Barat
36
41
53
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk
pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik
yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau
minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku
pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan,
dan/atau pembuatan makanan atau minuman (UU No 18 Tahun 2012). Pangan
merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia karena
merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan mayarakat
secara bersama-sama. Tugas pemerintah dalam urusan pangan adalah
menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan pengawasan
terhadap ketersediaan pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
bergizi, beragam, merata dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
Upaya untuk memenuhi hak masyarakat akan pangan secara berkelanjutan
dapat dilaksanakan dengan konsep ketahanan pangan. Menurut UU no 18 tahun
2012 tentang Pangan, ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan
bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik
jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Ketahanan pangan juga
mempunyai pengertian dimana keadaan setiap orang pada setiap saat memiliki
aksesibilitas secara fisik dan ekonomi terhadap pangan yang cukup untuk hidup
sehat dan produktif.
Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mencapai ketahanan pangan
adalah dengan melaksanakan penganekaragaman konsumsi pangan.
Penganekaragaman konsumsi pangan merupakan dasar pemantapan ketahanan
pangan untuk peningkatan kualitas SDM dan pelestarian SDA. Mengingat
penganekaragaman konsumsi pangan belum mencapai kondisi yang optimal,
yang dicirikan oleh skor Pola Pangan Harapan (PPH) yang belum sesuai
harapan, dan belum optimalnya peran pangan lokal dalam mendukung
penganekaragaman konsumsi pangan, Presiden Republik Indonesia mengeluarkan
Peraturan No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) Berbasis Sumberdaya Lokal. Kebijakan ini bertujuan
untuk mendukung tercapainya ketahanan pangan bangsa Indonesia dengan
memanfaatkan sumberdaya lokal melalui usaha mempercepat penganekaragaman
konsumsi pangan. Sebagai tindak lanjut dari Peraturan Presiden (Perpres) tersebut,
telah diterbitkan Peraturan Menteri Pertanian No. 43 Tahun 2009 tentang gerakan
percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumberdaya lokal.
Peraturan tersebut dikeluarkan untuk membudayakan pola konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, dan berimbang untuk mendukung hidup sehat, aktif dan
produktif.
Pada era desentralisasi, ketahanan pangan telah menjadi salah satu urusan
wajib pemerintah. Ketentuan tersebut terdapat dalam Peraturan Pemerintah No. 38
Tahun 2007 tentang pembagian pemerintahan antara Pemerintah Pusat, Provinsi,
2
dan Pemerintah Kabupaten Kota. PP No. 38 Tahun 2007 juga menerangkan
bahwa pemerintah pusat bertugas membuat kebijakan nasional yang berisi tentang
serangkaian aturan yang dapat berupa norma, standar, prosedur dan/atau kriteria
yang ditetapkan pemerintah sebagai pedoman penyelenggaraan urusan
pemerintahan. Sedangkan pemerintah daerah bertugas menjalankan pemerintahan
sesuai dengan kepentingan masyarakat setempat berdasarkan aspirasi masyarakat
yang mengacu pada kebijakan nasional. Secara lebih rinci, Peraturan Pemerintah
No 41 tahun 2007 menerangkan bahwa perumpunan urusan pemerintahan dalam
bidang ketahanan pangan harus diwadahi dalam bentuk badan atau kantor
ketahanan pangan. Komitmen pemerintah akan pentingnya urusan ketahanan
pangan juga dapat terlihat dari adanya Perpres No 83 tahun 2006 yang
mewajibkan setiap pemerintahan provinsi harus membentuk dewan ketahanan
pangan demi tercapainya ketahanan pangan. Dalam usaha pencapaian ketahanan
pangan ini, digunakan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai acuan
penyelenggaraanya.
Usaha mempercepat penganekaragaman konsumsi pangan tentunya tidak
dapat telaksana tanpa tersedianya beranekaragam bahan pangan dan daya beli
masyarakat. Usaha percepatan penganekaragaman konsumsi pangan sangat terkait
dengan aspek produksi, distribusi dan daya beli masyarakat yang saling
terintegrasi. Menurut Maxwell (1997) konsumsi pangan merupakan indikator
tidak langsung yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan
ketahanan pangan.
Dalam rangka menyelenggarakan urusan wajib bidang ketahanan pangan
perlu dilakukan perencanaan dan pengelolaan pangan secara konsisten dan
terpadu. Fungsi perencanaan dan pengelolaan tersebut tentunya dilaksanakan oleh
lembaga formal yang dibentuk pemerintah berdasarkan aturan legal atau payung
hukum yang berlaku. Untuk itu, diperlukan suatu lembaga ketahanan pangan
dalam pemerintahan daerah sebagai perpanjangan tangan pemerintah pusat yang
terfokus pada usaha pencapaian penganekaragaman konsumsi pangan guna
mencapai ketahanan pangan.
Upaya penganekaragaman konsumsi pangan sebenarnya bukan merupakan
perkara baru yang di hadapi oleh pemerintah, baik pemerintah pusat ataupun
pemerintah daerah. Namun, upaya tersebut belum menuai hasil optimal yang
dapat dirasakan manfaatnya oleh segenap masyarakat Indonesia, termasuk
masyarakat di Provinsi Jawa Barat.
Jumlah penduduk Provinsi Jawa Barat menurut sensus penduduk BPS
tahun 2010 adalah 43.021.826 jiwa. Jawa Barat merupakan provinsi dengan
jumlah penduduk terbesar dengan presentase 18,11% terhadap keseluruhan jumlah
penduduk di Indonesia yang berjumlah lebih dari 237 juta jiwa. Jumlah penduduk
yang begitu besar menjadikan Jawa Barat berpotensi mempunyai masalah terkait
ketahanan pangan seperti status gizi masyarakat. Tahun 2010 terdapat sebanyak
11.621 bayi lahir dengan berat badan rendah dan ditemukan sebanyak 30.504
balita mengalami gizi buruk. Jumlah penduduk yang demikian besar dan
permasalahan gizi buruk yang masih melanda, menjadikan jawa barat sebagai
provinsi yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap pemenuhan kebutuhan
pangan penduduknya. Bukan perkara yang mudah untuk memenuhi kebutuhan
pangan penduduk yang begitu besar oleh pemerintah. Hal inilah yang menjadi
3
latar belakang penelitian mengambil lokasi di wilayah pemerintahan Provinsi
Jawa Barat.
Tentunya banyak faktor yang menjadi penyebab belum optimalnya agenda
besar pemerintah tentang penganekaragaman pangan ini, salah satunya adalah
mengenai efektifitas peran lembaga ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat.
Dalam setiap lembaga, efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan. Menurut Barnard (1992), efektivitas
merupakan tercapainya sasaran yang telah disepakati bersama dalam sebuah
organisai atau lembaga. Efektifitas lembaga ketahanan pangan sangat diharapkan
karena lembaga tersebut memiliki tanggung jawab yang besar atas hak dasar
manusia yaitu hak katas pangan. Mengingat pentingnya fungsi lembaga
ketahanan pangan dalam upaya percepatan penganekaragaman konsumsi
pangan, maka diperlukan sebuah analisis untuk mengetahui efektivitas lembaga
tersebut dalam menjalankan fungsinya.
Tujuan
Tujuan Umum
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas lembaga
ketahanan pangan di Provinsi Jawa Barat dalam upaya mewujudkan
penganekaragaman konsumsi pangan.
1.
2.
3.
4.
5.
Tujuan Khusus
Penilitian ini secara khusus bertujuan untuk:
Mengidentifikasi karakteristik sumber daya manusia di lembaga ketahanan
pangan Provinsi Jawa Barat.
Menganalisis tugas pokok dan fungsi lembaga ketahanan pangan Provinsi
Jawa Barat.
Menganalisis kebijakan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
yang berkaitan dengan upaya penganekaragaman konsumsi pangan
melingkupi aspek produksi, distribusi, dan konsumsi.
Menganalisis anggaran dana pemerintah yang berkaitan dengan upaya
penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi,
dan konsumsi.
Menganalisis skor PPH konsumsi masyarakat Jawa Barat berasarkan
Standar Pelayanan Minimum (SPM).
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektifitas
lembaga ketahanan pangan yang ada di Provinsi Jawa Barat dalam upaya
mewujudkan penganekaragaman konsumsi pangan. Hasil penelitian ini
diharapkan dapat digunakan sebagai acuan lembaga ketahanan pangan di seluruh
Indonesia untuk meningkatkan efektifitas upaya penganekaragaman konsumsi
pangan
4
KERANGKA PEMIKIRAN
Pangan merupakan komoditas penting dan strategis bagi bangsa Indonesia
karena merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah dan
mayarakat secara bersama-sama. Berdasarkan Undang-undang No 32 tahun 2004
tentang Pemerintah Daerah, ketahanan pangan merupakan salah satu urusan wajib
pemerintah daerah baik provinsi ataupun kabupaten/ kota, karena ketahanan
pangan berkaitan dengan pelayanan dasar. Tugas pemerintah dalam urusan
pangan adalah menyelenggarakan pengaturan, pembinaan, pengendalian, dan
pengawasan terhadap ketersediaan pangan yang salah satunya dilaksanakan
dengan mengeluarkan kebijakan tentang ketahanan pangan. Salah satu cara untuk
mencapai ketahanan pangan adalah dengan penganekaragaman pangan yang
mencakup aspek produksi, distribusi, dan konsumsi yang menjadi indikator tidak
langsung keberhasilan ketahanan pangan.
Pada era desentralisasi masalah ketahanan pangan menjadi urusan wajib
pemerintah daerah, tak terkecuali pemerintah daerah Provinsi Jawa Barat.
Pelaksanaan kebijakan tersebut tentunya menjadi tanggung jawab lembaga
ketahanan pangan daerah yang salah satu tugasnya adalah mengupayakan
penganekaragaman konsumsi pangan. Peran lembaga ketahanan pangan sangatlah
vital, sehingga tingkat efektivitas lembaga tersebut sangat berpengaruh terhadap
usaha percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Pentingnya peran
lembaga juga sudah ditegaskan UNICEF melalui kerangka penyebab masalah gizi
yang dikeluarkan pada tahun 1990. Kerangka UNICEF tersebut menjelaskan
bahwa salah satu akar masalah yang dapat mempengaruhi status gizi masyarakat
adalah masalah kelembagaan.
Efektivitas merupakan kemampuan organisasi atau lembaga dalam
mencapai tujuannya dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada melalui
sebuah proses organisasi yang optimal. Penelitian tentang efektifitas lembaga ini
menggunakan pendekatan sasaran, yang menurut Lubis dan Husaini (1977)
merupakan pendekatan yang memfokuskan perhatian terhadap aspek output yaitu
mengukur keberhasilan organisasi dalam mencapai tingkatan output yang
direncanakan. Tingkat efektifitas lembaga ketahanan pangan daerah Jawa Barat
dapat dilihat dari output atau keberhasilan program. Salah satu output lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat adalah penganekaragaman konsumsi pangan, yang
pada penilainnya dapat dilihat dari skor Pola Pangan Harapan (PPH) dengan
Standar Pelayanan Minimum (SPM) sebagai acuannya.
Selain melihat output, akan dilakukan analisis terhadap input dari lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat berupa karakteristik sumber daya manusia yang ada
didalamnya. Karakteristik sumber daya manusia perlu dilihat karena, menurut
Steers (1985) salah satu unsur yang dapat mempengaruhi efektifitas berjalannya
suatu organisasi atau lembaga adalah karakteristik pekerja atau SDM. Guna
melihat proses dalam menjalankan lembaga ketahanan pangan Jawa Barat akan
dilihat struktur dan fungsi lembaga tersebut. Menurut Robbins dan Coulter (2007)
struktur organisasi dapat diartikan sebagai kerangka kerja formal organisasi yang
dengan kerangka kerja itu tugas-tugas pekerjaan dibagi-bagi, dikelompokkan, dan
dikoordinasikan. Dari pengertian tersebut, dalam penelitian ini struktur dapat
diwakili oleh tugas pokok dan fungsi lembaga yang didalamnya mengatur
5
kerangka kerja formal organisasi beserta tugas-tugasnya. Sedangkan fungsi
lembaga atau organisasi menurut Terry (2000) dalam menjalankan proses
menejemen mencakup planning, organizing, actuating dan controlling. Fungsi
lembaga dalam penelitian ini dapat dilihat dari kebijakan yang ditetapkan dan
penggunaan anggaran yang berhubungan dengan ketahanan pangan yang tentunya
didalamnya terdapat unsur planning, organizing, actuating dan controlling.
Secara ringkas, kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada gambar 1
dibawah ini.
Efektivitas Lembaga Ketahanan Pangan
Jawa Barat
Input
Sumber Daya
Manusia
Proses
- Tugas Pokok dan Fungsi
- Kebijakan
- Anggaran Pembangunan
Ketahanan Pangan
Output
Penganekaragaman
Konsumsi Pangan
Standar Pelayanan
Minimal
Gambar 1. Kerangka pemikiran penelitian
METODE PENELITIAN
Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian
Desain penelitian ini adalah retrospektif. Pemilihan lokasi dilakukan
secara sengaja (purposive) di Provinsi Jawa Barat dengan pertimbangan : a)
pemerintah memiliki peran yang sangat penting terhadap pembangunan ketahanan
pangan wilayah, sebagaimana diamanatkan PP No. 38 tahun 2007; b) Jawa Barat
merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia; c) belum
tercapainya usaha penganekaragaman konsumsi pangan dan d) kemudahan dalam
akses data. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai April 2013,
sedangkan tempat pelaksanaan penelitian ini adalah kantor pemerintahan Provinsi
Jawa Barat meliputi Badan Kepegawaian Daerah, Badan Perencanaan dan
Pembangunan Daerah dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.
Jenis, Cara Pengumpulan, dan Sumber Data
Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan sekunder mengenai
lembaga ketahanan pangan Jawa Barat. Batasan lembaga ketahanan pangan dalam
penelitian ini adalah lembaga-lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah
6
(SKPD) yang berada dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan (DKP)
Provinsi Jawa Barat. Dalam penelitain ini tidak semua SKPD dibawah koordinasi
DKP menjadi objek penelitian. Hanya SKPD yang mempunyai program
ketahanan pangan periode 2009 sampai 2010 yang bersumber dari Laporan
Pencapaian Kinerja Kegiatan APBD Berdasarkan Program Bappeda lah yang
menjadi objek penelitian. Secara lebih rinci SKPD dibawah koordinasi DKP yang
menjadi objek penelitian terdapat pada tabel dibawah ini.
Tabel 1 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SKPD
Bappeda
Dinas Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Ketahanan
Pangan
Dinas Perhubungan
Biro Bina Produksi
No
10
11
12
13
14
15
SKPD
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Badan Penanggulangan bencana
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas koperasi dan UMKM
Badan Pemberdayaan Perempuan dan
16
KB
17 Dinas Peternakan
Data primer mengenai lembaga ketahanan pangan dan problematikanya
diperoleh melalui wawancara mendalam terhadap narasumber anggota Pokja Ahli
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat. Data sekunder diperoleh melalui
berbagai studi pustaka maupun dari dinas atau instansi terkait.
Jenis data sekunder yang dikumpulkan adalah dokumen kepegawaian,
dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), rencana
strategis, program kerja dan tupoksi lembaga antar sektor pembangunan
ketahanan pangan, anggaran pemerintah yang digunakan dalam upaya
penganekaragaman konsumsi pangan melingkupi aspek produksi, distribusi, dan
konsumsi, serta tabel SUSENAS 9A tahun 2011 untuk mengetahui skor PPH
konsumsi penduduk Jawa Barat. Secara lebih rinci jenis, sumber dan tahun data
dapat dilihatpada tabel 2 dibawah ini.
Tabel 2 Jenis, sumber dan tahun data penelitian
No
1
2
3
4
5
6
7
Jenis Data
Data kepegawaian
RPJMD
Rencana Strategis
Program kerja
Tupoksi
Anggaran dana
Tabel SUSENAS 9A
Sumber
BKD
Bappeda
17 SKPD terkait
Bappeda
17 SKPD terkait
Bappeda
BPS
Tahun
2013
2008-2013
2008-2013
2009 & 2010
2008-2013
2009 & 2010
2011
7
Analisis Data
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini mencakup analisis
karakteristik SDM, tugas pokok dan fungsi, kebijakan, dan juga analisis anggaran
dana yang berkaitan dengan penganekaragaman konsumsi pangan. Secara rinci
analisis yang dilakukan dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini.
Tabel 3 Jenis variabel yang dianalisis dan analisis data
Variable
Ruang Lingkup Data
Jenis
Analisis
Sumber Daya
Manusia
Data karakteristik pegawai (usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan golongan) 17
SKPD
Tugas pokok dan
fungsi
Data tugas pokok & fungsi 17 SKPD
Kebijakan
Data RPJMD, Tupoksi, renstra atau program
kerja 17 SKPD
Anggaran
pembangunan
ketahanan pangan
Data anggaran program kerja 17 SKPD
Analisis
deskriptif
Skor PPH
Tabel SUSENAS 9A
Analisis
Deskriptif
Analisis
deskriptif
Analisis
deskriptif
Analisis isi
dan
deskriptif
Analisis yang dilakukan adalah analisis isi (content analysis) yaitu analisis
yang digunakan untuk mengukur konsistensi atau kesesuaian antar kebijakan yang
kemudian dideskripsikan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Acuan umum
yang digunakan untuk analisis ini adalah Kebijakan Umum Ketahanan Pangan
(KUKP), Standar Pelayanan Minimal (SPM) serta pendapat dari Pokja Ahli
Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.
DEFINISI OPERASIONAL
Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga, yang
tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak
bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk
dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.
SPM (Standar Pelayanan Minimum) Bidang Ketahanan Pangan adalah
ketentuan tentang jenis dan mutu pelayanan dasar kewajiban pemerintah
yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal, yang kualitas
pencapaiannya merupakan tolok ukur kinerja pelayanan ketahanan pangan
yang salah satunya adalah bidang penganekaragaman pangan dengan skor
8
PPH sebagai tolok ukur keberhasilannya. Skor 90 merupakan skor minimal
PPH yang harus dipenuhi pemerintah sedangkan sekor idealnya adalah 100.
Penganekaragaman Konsumsi Pangan adalah pola konsumsi pangan beragam,
bergizi, dan berimbang untuk mendukung hidup sehat, aktif dan produktif
guna mencapai ketahanan pangan yang dapat diukur dengan skor PPH.
Pola Pangan Harapan (PPH) adalah susunan beragam pangan yang didasarkan
atas proporsi keseimbangan energi dari 9 kelompok pangan yang bila
dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi lainnya serta
dapat digunakan untuk menilai kualitas konsumsi pangan.
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah organisasi perangkat daerah
yang dapat berupa badan atau dinas pada pemerintah daerah selaku
pengguna anggaran yang memiliki tugas pokok dan fungsi tertentu.
Tugas Pokok dan Fungsi (Tupoksi) adalah sasaran utama atau pekerjaan yang
dibebankan kepada organisasi untuk dicapai dan menjadi landasan hukum
unit organisasi tersebut dalam pelaksanaan tugas dan koordinasi pada
tataran aplikasi di lapangan.
Dewan Ketahanan Pangan adalah lembaga non struktural yang dipimpin oleh
seorang Gubernur yang memiliki tugas untuk merumuskan kebijakan
operasional, evaluasi dan pengendalian dalam rangka mewujudkan
ketahanan pangan meliputi bidang penyediaan pangan, distribusi pangan,
cadangan pangan, penganekaragaman pangan,
pencegahan
dan
penanggulangan masalah pangan dan gizi (Perpres No 83 tahun 2006)
Lembaga Ketahanan Pangan adalah kumpulan SKPD dibawah koordinasi
Dewan Ketahanan Pangan yang mempunyai fungsi bersama-bersama
mewujudkan ketahanan pangan berdasarkan Keputusan Gubernur Jawa
Barat No 501/Kep.602-BKP/2010.
KUKP (Kebijakan Umum Ketahanan Pangan) adalah dokumen keputusan,
strategi dan perencanaan yang ditetapkan oleh pemerintah (DKP pusat)
untuk mencapai ketahanan pangan.
Pegawai Teknis adalah sumber daya manusia yang mempunyai beban pekerjaan
yang bersifat sebagai pelaksana dilapangan yang belum membutuhkan
kemampuan keilmuan yang mendalam dan komperehensif dengan latar
belakang pendidikan dari Sekolah Dasar sampai dengan D3 berdasarkan
Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2000.
Pegawai Fungsional adalah sumber daya manusia yang mempunyai suatu
keahlian dibidang ilmu tertentu dan mempunyai beban pekerjaan yang
bukan hanya sebagai pelakasana akan tetapi dapat menjadi penjamin mutu
bidang pekerjaan dengan latar belakang pendidikan S1 atau D4 keatas
berdasarkan Peraturan Pemerintah No 98 Tahun 2000.
Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target yang telah
ditentukan dapat dicapai yakni target pencapaian skor PPH sebesar 90
berdasarkan SPM. semakin besar presentase target pencapaian skor PPH,
makin tinggi efektifitasnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Keadaan Umum Lembaga Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat
Lembaga (institusi) adalah badan atau organisasi yang melaksanakan
aktivitas (Koentjaraningrat 1990 ). institusi atau lembaga mencakup sistem nilai
9
yang berlaku dalam suatu masyarakat, jaringan kerjasama, dan organisasi yang
menjalankan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Lembaga ketahanan
pangan merupakan sebuah organisasi yang memiliki tugas pokok untuk mencapai
ketahanan pangan. Lembaga ketahanan pangan dapat bersifat struktural atupun
non struktural (fungsional). Menurut Peraturan Presiden No 83 Tahun 2006
tentang Dewan Ketahanan Pangan, yang termasuk kedalam lembaga non
strukrural adalah Dewan Ketahanan Pangan (DKP). DKP merupakan lembaga non
struktural yang dipimpin oleh seorang ketua yang mempunyai tugas membantu
Presiden merumuskan kebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan
nasional. Menurut Peraturan Pemerintah No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi
Perangkat Daerah, Secara struktural lembaga ketahanan pangan dapat berbentuk
badan ataupun kantor ketahanan pangan .
Dewan Ketahan Pangan tingkat provinsi mempunyai tugas membantu
Gubernur dalam beberapa hal, yakni mewujudkan ketahanan pangan provinsi
dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan DKP pusat, merumuskan
kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan, melaksanakan evaluasi dan pengendalian
perwujudan ketahanan pangan Provinsi. Lebih lanjut lagi tugas DKP meliputi
kegiatan dibidang penyediaan pangan, distribusi pangan, cadangan pangan,
penganekaragaman pangan, pencegahan dan penanggulangan masalah pangan dan
gizi. Fungsi DKP provinsi secara struktural dijalanakan oleh Badan Ketahanan
Pangan Daerah dan dibantu oleh Bagian Ketahanan Pangan pada Biro Bina
Produksi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
Dewan Ketahanan Pangan
Lembaga ketahanan pangan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
lembaga-lembaga atau Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang berada
dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat. Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat yang di ketuai oleh Gubernur memiliki
tugas mewujudkan ketahanan pangan Provinsi. DKP provinsi terdiri dari para
pimpinan SKPD lintas sektor yang mempunyai tugas dalam pemerintahan yang
berhubungan dengan ketahanan pangan dalam arti luas. Berikut merupakan SKPD
dibawah koordinasi DKP Jawa Barat secara keseluruhan menurut Keputusan
Gubernur Jawa Barat No 501/Kep.602-BKP/2010 tentang Dewan Ketahanan
Pangan Provinsi Jawa Barat.
10
Tabel 4 SKPD di bawah koordinasi DKP Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
SKPD
Bappeda
Dinas Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Ketahanan Pangan
Dinas Perhubungan
Dinas Peternakan
Dinas Sosial
Dinas Pendidikan
Dinas koperasi dan UMKM
Badan Pusat Statistik
Biro Pengembangan Sosial
Biro Bina Produksi
No
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
SKPD
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Badan Penanggulangan bencana
Dinas Permukiman dan Perumahan
Biro Administrasi Perekonomian
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Badan Pemberdayaan Masyarakat&Pemerintah
Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi
Dinas Komunikasi dan Informasi
Bank Indonesia Cabang Bandung
Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan
Badan Urusan Logistik Divisi Jawa Barat
Lembaga Penelitian Pengawasan Obat dan
Makanan MUI Jawa Barat
Sumber : Surat Keputusan Gubernur Jawa Barat No 501/Kep.602-BKP/2010 tentang Dewan
Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Barat.
Dalam penelitain ini tidak semua SKPD dibawah koordinasi DKP menjadi
objek penelitian. Hanya SKPD yang mempunyai kebijakan atau program yang
berhubungan dengan ketahanan pangan periode 2009 sampai 2010 lah yang
menjadi objek penelitian. Secara lebih rinci SKPD dibawah koordinasi DKP yang
menjadi objek penelitian terdapat pada tabel 4 dibawah ini.
Tabel 5 SKPD objek penelitian dibawah koordinasi Dewan Ketahanan Pangan
Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
SKPD
Bappeda
Dinas Bina Marga
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Ketahanan
Pangan
Dinas Perhubungan
Biro Bina Produksi
No
10
11
12
13
14
15
SKPD
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Badan Penanggulangan bencana
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas koperasi dan UMKM
Badan Pemberdayaan Perempuan dan
16
KB
17 Dinas Peternakan
Secara umum keadaan lembaga ketahanan pangan Provinsi Jawa Barat
dapat dikatakan sudah baik bila merujuk pada Perpres No 83 tahun 2006 tentang
Dewan Ketahanan Pangan. Pada Perpres tersebut ada ketentuan bahwa sekretariat
DKP secara ex-officio dilaksanakan oleh unit kerja/perangkat daerah provinsi
yang menangani tugas dan fungsi ketahanan pangan. Provinsi Jawa Barat telah
menerjemahkan ketentuan tersebut dengan memberikan tanggung jawab kepada
11
Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat selaku unit kerja yang menangani tugas dan
fungsi ketahanan pangan menjadi sekretariat DKP. DKP Jawa Barat juga telah
membentuk kelompok kerja ahli yang mempunyai tugas merumuskan kebijakan
pemantapan ketahanan pangan dan memberikan masukan kepada DKP yang
berkaitan dengan upaya-upaya pemantapan ketahanan pangan baik jangka pendek
maupun jangka menengah. Berikut merupakan tabel daftar nama anggota Pokja
ahli DKP Jawa Barat.
Tabel 6 Anggota kelompok kerja ahli DKP Jawa Barat
No
1
2
3
Nama
Prof. Dr. Ir. Maman Haeruman
Prof. Dr. Ir. Sutarman
Prof. Dr. Ir. Wisnu Cahyadi
4
5
6
7
8
Dr. Ir. Ronnie S. Natawidjaja
Dr. Ir. Yayuk F. Baliwati, MS
Dr. Ir. Asep Dedi Sutrisno
Dr. Tufiqurrahman
Dr. Dudi Dewayan
9
10
Ir. Poppy Sophia Bakur, M.EP.
Ir. Tonny Firman Kurniawan,
MS
Ir. Entang Sastraatmadja
Ir. Atamimi
11
12
Spesialisasi
Ahli ekonomi pertanian Universitas Padjajaran
Ahli logistik Universitas Pasundan
Ahli analisis dan keamanan pangan Universitas
Pasundan
Ahli distribusi pangan Universitas Padjajaran
Ahli sumberdaya pangan dan gizi IPB
Ahli teknologi pangan Universitas Pasundan
Ahli sumberdaya alam dan lingkungan ITB
Ahli dinamika dan pengembangan kelompok
masyarakat pedesaan
Sekretaris Badan Ketahanan Pangan Jawa Barat
Ahli sosial ekonomi dan perencanaan
pembangunan wilayah dan pedesaan
Ahli ekonomi pertanian
Ahli perdagangan komoditas pangan
Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010
Selain kelompok kerja ahli, DKP juga telah membentuk kelompok kerja
teknis dan kelompok kerja khusus pemberdayaan ketahanan pangan. Kedua
kelompok kerja ini memiliki tugas yang hampir sama yakni membantu DKP
mencapai tujuannya. Kelompok kerja teknis merupakan kelompok kerja yang
berkaitan langsung dengan teknis pelaksanaan kegiatan pembangunan ketahanan
pangan. Sedangkan kelompok kerja pemberdayaan pangan lebih bersifat
membantu mengembangkan dan memberdayakan komponen-komponen yang
terlibat dalam pembangunan ketahanan pangan seperti pemerintah dan
masyarakat. Tabel 7 dibawah ini merupakan tabel yang memberikan informasi
tentang anggota kelompok kerja teknis yang dibentuk oleh DKP Jawa Barat.
12
Tabel 7 Anggota kelompok kerja teknis DKP Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
Jabatan / Instansi
Kepala BKP
Kabid Kelembagaan dan Infrastruktur BKP
Kabag Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi
Kabag Bina Kemasyarakatan Biro Pengembangan Sosial
Kabid Ekonomi Bappeda
Kabid Keluarga Berencana dan Kesejahteraan Keluarga Badan
Pemberdayaan Perempuan dan KB
Kabid Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Badan Pemberdayaan
Masyarakat dan Pemerintah Desa
Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPB
Kabid Penanggulangan Bencana BPB
Kabid Ketersediaan dan Kerawanan Pangan BKP
Kabid Konsumsi dan Keamanan Pangan BKP
Kabid Produksi Tanaman Pangan Distan TP
Kabid Penembangan Usaha Disnak
Kabid Produksi Perkebunan Disbun
Kabid Perikanan Budidaya Diskan
Kabid Bina Produksi dan Usaha Kehutanan Dishut
Kabid Pelayanan Kesahatan Dinkes
Kabid Perdagangan Dalam Negeri Disperindag
Kabid Koperasi Diskop UMKM
Kabid Perumahan Diskimrum
Kabid Permukiman Diskimrum
Kabid Bina Manfaat Dinas PSDA
Kabid Transportasi Darat Dishub
Kabid Bantuan dan Perlindungan Sosial Dinsos
Kabid Pelatihan dan Produktivitas Tenaga Kerja Disnakertrans
Kabid Pembangunan Dinas Bina Marga
Kabid Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan
Kabid Sarana Komunikasi&Diseminasi Informasi Diskominfo
Kabag Industri, Perdagangan, dan Penanaman Modal Biro
Administrasi Perekonomian
Kabid Statistik Sosial BPS
Kabid Sertifikasi dan Layanan Konsumen Balai Besar POM
Kabid Ekonomi Moneter Bank Indonesia Bandung
Kabid Pelayanan Publik Bulog
Sekretaris Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika
MUI
Ketua Pokja III PenggerakPKK
Keterangan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010
Tabel 8 dibawah ini merupakan komposisi anggota klompok kerja khusus
pemberdayaan ketahanan pangan yang dibentuk oleh DKP Jawa Barat.
13
Tabel 8 Anggota kelompok kerja khusus DKP Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jabatan / Instansi
Ketua HKTI Jawa Barat
Kabid Distribusi dan Harga Pangan BKP
Ketua Kamar Dagang dan Industri Daerah (KADINDA) Jawa Barat
Ketua Kontak Tani/Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat
Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jawa Barat
Ketua Petani Nelayan Sejahtera Seluruh Indonesia (PPNSI) Jawa Barat
Ketua Asosiasi Industri Kecil Menengah Agro (AIKMA) Jawa Barat
Ketua Asosiasi Pedagang Komoditi Agro (APKA) Jawa Barat
Ketua Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu (APEGTI) Jawa Barat
Ketua Persatuan penggilang Padi (PERPADI) Jawa Barat
Keterangan
Ketua
Sekretaris
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Anggota
Sumber: Keputusan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat No 501/Kep.1091-BKP/2010
Badan Ketahanan Pangan
Sesuai dengan PP 38 Tahun 2007, tahun 2008 Permerintah Daerah Jawa
Barat bersama DPRD Jawa Barat mengeluarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa
Barat Nomor 22 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat,
Badan Perencanaan Daerah, Lembaga Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong
Praja Provinsi Jawa Barat. Peraturan tersebut salah satunya berisi tentang
dibentuknya lembaga khusus yang menangani ketahanan pangan di Jawa Barat
setingkat Esselon II, yaitu Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Propinsi
Jawa Barat, dan mulai operasional Tahun 2009.
Sebagai Satuan Kerja Perangkat Daerah, Badan Ketahanan Pangan
mempunyai peranan yang sangat penting dalam mewujudkan visi Jawa Barat
”Tercapainya Masyarakat Jawa Barat yang Mandiri, Dinamis dan Sejahtera. Guna
mewujudkan Visi tersebut, Badan Ketahanan Pangan memiliki visi “Tercapainya
Jawa Barat sebagai provinsi bebas rawan pangan”. Visi tersebut diuraikan dalam
Misi BKP Jawa Barat, yaitu:
a. Mewujudkan kemandirian masyarakat melalui pengembangan usaha
ekonomi produktif berbasis potensi lokal
b. Meningkatkan pendistribusian pangan yang merata ke seluruh wilayah
c. Meningkatkan konsumsi dan keanekaragaman pangan
d. Meningkatkan kelembagaan dan kualitas infrastruktur pangan
e. Meningkatkan Sumber daya aparatur bidang ketahanan pangan yang
berbasis kompetensi
Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Gubernur Jawa Barat Nomor 49
Tahun 2009 tentang Tugas Pokok, Fungsi, Rincian Tugas dan Tata Kerja
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat, BKPD Provinsi Jawa Barat
mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan daerah bidang ketahanan pangan. Dalam menyelenggarakan tugas
pokok tersebut, Badan Ketahanan Pangan Daerah mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan perumusan dan penetapan kebijakan teknis bidang
ketahanan pangan;
b. Penyelenggaraan
pemberian
dukungan
atas
penyelenggaraan
pemerintahan daerah bidang ketahanan pangan meliputi kesekretariatan,
14
kelembagaan dan infrastruktur, ketersediaan dan kerawanan pangan
konsumsi dan keamanan pangan, serta distribusi dan harga pangan;
c. Penyelenggaraan koordinasi dan pembinaan UPTB;
d. Pelaksanaan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
Suatu lembaga tak akan dapat terlepas dari program kerja untuk mencapai
tujuan organisasi. Program kerja yang di laksanakan di Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Jawa Barat diantaranya adalah sebagai berikut :
a. Program Peningkatan Ketahanan Pangan :
- Fasilitasi penanganan daerah rawan pangan
- Fasilitasi distribusi dan harga pangan Jawa Barat
- Fasilitasi menumbuhkembangkan infrastruktur dan kelembagaan
pangan
- Fasilitasi peningkatan kompetensi pendampingan BKP
- Fasilitasi pengembangan Food Center di Jawa Barat
- Fasilitasi pemanfaatan pekarangan rumah tangga di desa rawan pangan
- Kegiatan fasilitasi Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dan lingkungan bebas
rawan pangan
- Pengembangan desa mandiri pangan
- Diversifikasi pangan
- Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM)
b. Program Peningkatan Kesejahteraan Petani
c. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
d. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
e. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
f. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian
g. Program Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Aparatur
Badan Ketahanan Pangan selaku sekretariat DKP juga dapat dikatakan
sudah baik bila dilihat kelengkapan strukturnya . Terdapat bidang-bidang yang
mengurusi permasalahan ketahanan pangan dari hulu sampai hilir. Kelengkapan
struktur tersebut terlihat dari adanya Bidang ketersediaan dan kerawanan pangan,
Bidang distribusi dan harga pangan, Bidang konsumsi dan keamanan pangan,
serta Bidang kelembagaan dan infrastruktur pangan. Selain bidang-bidang tersebut
terdapat juga sub bidang dan sub bagian yang memiliki tugas dan tanggung jawab
masing-masing untuk turut memantapkan ketahanan pangan di Provinsi Jawa
Barat.
Permasalahan kelembagaan yang sering timbul seiring berjalannya
pembangunan ketahanan pangan menurut narasumber ahli adalah masalah posisi
atau status Badan Ketahanan Pangan itu sendiri. Pada tingkat pusat Badan
Ketahanan Pangan berada dibawah Kementerian Pertanian, hal ini menyebabkan
Badan Ketahanan Pangan tidak mempunyai wewenang atau kekuatan yang lebih
untuk bisa mengkoordinir kementerian atau lembaga lain untuk mencapai
ketahanan pangan. Posisi BKP yang berada dibawah Kementerian Pertanian, juga
mengakibatkan pandangan bahwa masalah ketahanan pangan hanyalah urusan
atau wewenang dari Kementrian Pertanian, yang lebih berorientasi pada
peningkatan produksi pangan.
Permasalahan di tingkat pusat juga terjadi pada Badan Ketahanan Pangan
Provinsi Jawa Barat. Kurangnya wewenang BKP untuk mengkoordinir SKPD lain
mengakibatkan pembangunan ketahanan pangan belum berjalan dengan efektif.
15
Rendahnya wewenang yang dimiliki BKP mengakibatkan lembaga ini tidak dapat
mengkoordinir, mengendalikan ataupun memonitor SKPD lain untuk mencapai
ketahanan pangan.
Bagian Ketahanan Pangan Biro Bina Produksi Provinsi Jawa Barat
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun
2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat
DPRD Provinsi Jawa Barat, Biro Bina Produksi merupakan bagian dari
Organisasi Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat. Struktur / susunan organisasi
Biro Bina Produksi yang membawahkan beberapa bagian dan subbagian adalah
sebagai berikut :
1. Bagian Pertanian, membawahkan :
- Subbagian Pertanian Tanaman Pangan;
- Subbagian Peternakan;
- Subbagian Perikanan.
2. Bagian Ketahanan Pangan, membawahkan :
- Subbagian Keamanan Pangan;
- Subbagian Pengembangan Ketahanan Pangan.
3. Bagian Kehutanan dan Perkebunan, membawahkan :
- Subbagian Kehutanan;
- Subbagian Perkebunan.
Biro Bina Produksi mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan
bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pemantauan dan evaluasi
pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan. Dalam
melaksanakan tugas pokoknya, Biro Bina Produksi mempunyai tiga fungsi yaitu :
1. Penyelenggaraan perumusan bahan kebijakan umum pertanian, ketahanan
pangan, serta kehutanan dan perkebunan;
2. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi pertanian, ketahanan pangan,
serta kehutanan dan perkebunan.
3. Penyelenggaraan pemantauan dan evaluasi pertanian, ketahanan pangan,
serta kehutanan dan perkebunan.
Visi Biro Bina Produksi adalah “Terciptanya rumusan kebijakan umum
pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan perkebunan yang tepat dan
akurat guna mendukung pencapaian visi pemerintah Provinsi Jawa Barat”. Visi
tersebut diuraikan dalam Misi sebagai berikut:
1. Meningkatkan kapasitas aparatur Biro Bina Produksi guna mendukung
peningkatan
produksi
pertanian,
peternakan,
perikanan
dan
kelautan,ketahanan pangan serta kehutanan dan perkebunan,
2. Meningkatkan pelayanan prima dalam proses perumusan bahan kebijakan
umum di bidang produksi pertanian, ketahanan pangan, serta kehutanan dan
perkebunan;
3. Meningkatkan koordinasi dan fasilitasi guna mendukung peningkatan
produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, ketahanan pangan.
serta kehutanan dan perkebunan.
16
4. Meningkatkan pembinaan, monitoring, dan evaluasi pelaksanaan peningkatan
produksi pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan, ketahanan pangan
serta kehutanan dan perkebunan,
5. Mendukung kebijakan strategis lainnya dalam mewujudkan visi Jawa Barat.
Sumberdaya manusia aparatur di Lingkungan Biro Bina Produksi
sebanyak 47 (empat puluh tujuh) orang. Terdapat 1 kepala biro, 3 kepala bagian,
7 kepala subbagian, dan 36 orang pelaksana. Bagian Ketahanan Pangan memliki
dua subbagian yang masing-masing memiliki 5 orang pelaksana pada Subbagian
Kemanan Pangan dan 6 orang pada Subbagian Pengembangan Ketahanan
Pangan.
Sumber Daya Manusia
Jenis Kelamin
Karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan Jawa Barat
dapat terlihat pada tabel tabel 6 dibawah ini.
Tabel 10 Total karakteristik jenis kelamin SDM lembaga ketahanan pangan
Jawa Barat
No
1
2
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
Total
Jumlah
3705
1233
Persentase (%)
75.03
24.97
4938
100
Sumber : Badan Kepegawaian Daerah Jawa Barat 2013
Berdasarkan data Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat, dapat
diketahui bahwa pegawai yang bekerja pada 16 SKPD terkait ketahanan pangan
berjumlah 4938 orang. Sebanyak 75,03 % pegawai berjenis kelamin laki-laki atau
sebesar 3705 orang. Sedangkan pegawai berjenis kelamin perempuan sebesar
24.97 % atau berjumlah 1233 orang. Jumlah pegawai terbanyak terdapat pada
Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan yakni sebesar 19.08% atau sebanyak 942
orang. Sedangkan jumlah pegawai paling sedikit secara berturut-turut terdapat
pada Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana sebesar 79 orang
(1.6%), Badan Ketahanan Pangan sebesar 73 orang (1.48%), dan Badan
Penanggulangan Bencana sebesar 62 orang (1.26%). Secara lebih rinci
karakteristik SDM berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 11 dibawah
ini. Data tersebut dapat memberikan arti bahwa
17
Tabel 11 Rincian karakteristik jenis kelamin sumberdaya manusia lembaga
ketahanan pangan Jawa Barat
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
SKPD
Bappeda
Dinas Permukiman dan Perumahan
Dinas Kesehatan
Dinas Kehutanan
Dinas Perkebunan
Dinas PSDA
Badan Penanggulangan bencana daerah
Dinas Pertanian Tanaman Pangan
Dinas Peternakan
Dinas Perikanan dan Kelautan
Dinas Bina Marga
Badan Ketahanan Pangan
Dinas Perhubungan
Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Dinas koperasi dan Usaha UMKM
Badan Pemberdayaan Perempuan dan KB
Total
Jenis Kelamin
Lk
P
111
44
185
69
220
260
156
43
108
40
349
76
49
13
783
159
214
81
188
64
568
113
39
34
331
55
296
107
66
38
42
37
3705
1233
Total
155
254
480
199
148
425
62
942
295
252
681
73
386
403
104
79
4938
Persentase
(%)
3.14
5.14
9.72
4.03
3.00
8.61
1.26
19.08
5.97
5.10
13.79
1.48
7.82
8.16
2.11