Sintesis Krisin dari Floroglusinol

SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL

DWI UTAMI

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012

2

ABSTRAK
DWI UTAMI. Sintesis Krisin dari Floroglusinol. Dibimbing oleh BUDI ARIFIN
dan PURWANTININGSIH SUGITA.
Flavon merupakan golongan flavonoid yang banyak ditemukan dalam
tumbuhan berpembuluh. Flavon yang mengandung gugus hidroksil pada posisi 5
dan 7 sangat penting dalam hal aktivitas biologis dan keberadaannya di alam yang
cukup banyak. Senyawa flavon yang hanya mengandung gugus hidroksil pada
posisi 5 dan 7 atau 5,7-dihidroksiflavon dikenal dengan nama krisin. Dalam
penelitian ini, krisin kasar telah berhasil disintesis dengan 3 tahap dari bahan awal

floroglusinol. Floroglusinol diasetilasi dengan asetonitril dan gas HCl
menghasilkan floroasetofenon dengan rendemen mencapai 74%. Benzoilasi
floroasetofenon dengan 4.5 ekuivalen benzoil klorida menghasilkan tribenzoil
floroasetofenon dengan rendemen 103–107% dan penataan-ulang BakerVenkataraman produk ester dengan KOH dalam piridina kering menghasilkan
krisin kasar, dengan persen konversi 71.62%. Semua produk sintesis dalam
penelitian ini telah dicirikan dengan titik leleh, dan secara spektroskopi.

ABSTRACT
DWI UTAMI. Synthesis of Chrysin from Phloroglucinol. Supervised by BUDI
ARIFIN and PURWANTININGSIH SUGITA.
Flavone is a class of flavonoid, widely distributed in vascular plants.
Flavones containing hydroxyl groups at 5 and 7 position are quite important
regarding their biological activities and their abiquity in nature. Flavone having
hydroxyl groups only at position 5 and 7 or 5,7-dihydroxyflavone is known as
chrysin. In this study, crude chrysin had been successfully synthesized in 3 steps
from phloroglucinol as starting material. Phloroglucinol was acetylated with
acetonitrile and HCl gas, resulting phloroacetophenone amount to 74%.
Phloroacetophenone benzoylation with 4.5 equivalents of benzoyl chloride
produced tribenzoyl phloroacetophenone in 103–107% of yield and the
subsequent Baker-Venkataraman rearrangement of the ester by using KOH in

dried pyridine produced crude chrysin, with conversion percentage of 71.62%. All
synthetic products had been characterized by melting point and spectroscopically.

iii

SINTESIS KRISIN DARI FLOROGLUSINOL

DWI UTAMI

Skripsi
sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Kimia

DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012


iii

Judul Skripsi : Sintesis Krisin dari Floroglusinol
Nama
: Dwi Utami
NIM
: G44080103

Disetujui
Pembimbing I

Pembimbing II

Budi Arifin, SSi, MSi
NIP 19830109 200604 1 004

Prof Dr Purwantiningsih Sugita, MS
NIP 19631217 198803 2 002

Diketahui

Ketua Departemen Kimia

Prof Dr Ir Tun Tedja Irawadi, MS
NIP 19501227 197603 2 002

Tanggal Lulus:

iv

PRAKATA
Bismillahirrahmaanirrahiim...
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul
Sintesis Krisin dari Floroglusinol. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya, dan semoga kita semua menjadi
pengikutnya hingga akhir zaman.
Karya ilmiah ini dapat terselesaikan tidak terlepas dari bantuan berbagai
pihak, baik moral maupun spiritual. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada Budi Arifin, SSi, MSi dan Prof Dr Purwantiningsih Sugita, MS
selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan waktu.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayah, Ibu, Adik, dan Kakak atas
doa, nasihat, dan bantuan materi yang telah diberikan. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Sabur, Bapak Muhammad Farid, Ibu Yenni, Mba Nia,
Kak Luthfan, Fadli, Dumas, Egi, Itoh, Ade, Livia, Dwi Artha, Kak Wahyu, Bani,
dan teman-teman Kimceu 45 atas diskusi dan kebersamaan selama penulis
menempuh studi dan menjalankan penelitian.
Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan pembaca umumnya.

Bogor, September 2012

Dwi Utami

v

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bogor pada tanggal 18 Maret 1988, merupakan putri
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Suparno dan Darwati.
Penulis menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Analis Kimia
Bogor (SMAKBo) pada tahun 2007 dan kemudian bekerja di PT Liwayway

Jababeka, Cikarang hingga bulan Mei 2008. Pada bulan Agustus 2008, penulis
lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Seleksi Nasional
Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama mengikuti perkuliahan penulis pernah aktif di DKM Al-Hurriyah
pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010; Ikatan Mahasiswa Kimia (Imasika) IPB
pada tahun 2009/2010 dan 2010/2011. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten
praktikum Kimia TPB pada tahun ajaran 2009/2010; Kimia Organik Layanan S1
ITP dan S1 Biokimia pada tahun 2010/2011; Kimia Organik dan Kimia Pangan
D3 Analisis Kimia, serta Praktikum Kimia Organik Berbasis Kompetensi pada
tahun 2010/2011 dan 2011/2012. Bulan Juli–Agustus 2011, penulis
berkesempatan melaksanakan Praktik Lapangan di Balai Pengujian Mutu Barang
(BPMB) dengan judul Verifikasi Metode Analisis Logam Hg dan Sb dalam Cat
Mainan Anak dengan Spektroskopi Serapan Atom Teknik Generator Uap Hidrida
dan pada tahun 2012 penulis berhasil menjadi Finalis Olimpiade Nasional (ON)
MIPA PT Bidang Kimia di Surabaya.

vi

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL………………………………………………………………..vii
DAFTAR GAMBAR..…………………………………………………………..viii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………………...ix
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
BAHAN DAN METODE .................................................................................... 2
Alat dan Bahan ........................................................................................... 2
Langkah Kerja ............................................................................................ 2
Sintesis Floroasetofenon ............................................................................................ 2
Sintesis Krisin (5,7-Dihidroksiflavon) .................................................................... 3
HASIL ................................................................................................................. 3
Floroasetofenon .......................................................................................... 3
Krisin (5,7-Dihidroksiflavon) ...................................................................... 4
PEMBAHASAN .................................................................................................. 6
Floroasetofenon .......................................................................................... 6
Krisin (5,7-Dihidroksiflavon) ...................................................................... 8
SIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 10
Simpulan .................................................................................................. 10
Saran ........................................................................................................ 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 11
LAMPIRAN ...................................................................................................... 13


vi

vii

DAFTAR TABEL
Halaman
1 Rendemen sintesis produk metode Gulati et al. (1943) .................................... 4
2 Rendemen sintesis produk metode Ruttimann et al. (2010) .............................. 4
3 Rendemen sintesis produk metode Panda et al. (2010)..................................... 4
4 Rendemen sintesis ester benzoil floroasetofenon dengan 4.5 ekuivalen benzoil
klorida ............................................................................................................. 6
5 Analisis sinyal NMR floroasetofenon metode Gulati et al. (1943) (pelarut
aseton-d6) ........................................................................................................ 7
6 Sinyal 1H-NMR produk metode Ruttimann et al. (2010) (pelarut aseton-d6) .... 7
7 Suhu dan waktu untuk pengeringan sampel ester benzoil ulangan 1 ................. 8
8 Posisi sinyal-sinyal NMR ester tribenzoil floroasetofenon dalam pelarut CDCl3
........................................................................................................................ 9
1


9 Analisis sinyal H-NMR krisin (pelarut aseton-d6)......................................... 10

vii

viii

DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Retrosintesis krisin. ......................................................................................... 1
2 Kromatogram lapis tipis floroglusinol (kiri), produk metode Gulati et al. (1943)
(tengah) dan produk metode Ruttimann et al. (2010) (kanan)........................... 4
3 Uji kualitatif FeCl3 1% pada kontrol negatif (a), floroglusinol (b), produk
metode Gulati et al. (1943) (c), dan produk metode Ruttimann et al. (2010) (d).
........................................................................................................................ 4
4 Kromatogram lapis tipis produk metode Panda et al. (2010). ........................... 4
5 Uji kualitatif FeCl3 1% pada kontrol negatif (a), produk metode Panda et al.
(2010) (b), dan fraksi ke-4 metode Tang et al. (2005) (c). ................................ 4
6 Kromatogram lapis tipis produk metode Tang et al. (2005). ............................ 5
7 Kromatogram lapis tipis produk metode Panda et al. (2010) (kiri) dan Tang et
al. (2005) (kanan). .......................................................................................... 5

8 Kromatogram lapis tipis produk ester dari floroasetofenon dengan 1.5
ekuivalen benzoil klorida (kiri) dan filtrat etanol (kanan). ............................... 5
9 Kromatogram lapis tipis ester benzoil floroasetofenon dengan 4.5 ekuivalen
benzoil klorida................................................................................................. 5
10 Uji kualitatif FeCl3 1% pada kontrol negatif (kiri) dan ester benzoil
floroasetofenon dengan 4.5 ekuivalen benzoil klorida (kanan). ........................ 5
11 Kromatogram lapis tipis diketon. ..................................................................... 6
12 Uji kualitatif FeCl3 1% terhadap fraksi atas (kiri) dan fraksi bawah (kanan)..... 6
13 Kromatogram lapis tipis diketon (kiri) dan flavon (kanan). .............................. 6
14 Reaksi asetilasi floroglusinol. .......................................................................... 6
15 Dugaan produk Ruttimann et al. (2010). .......................................................... 7
16 Kromatogram lapis tipis berturut-turut dari kiri ke kanan, yaitu triester benzoil,
diketon (1.5, 3, 4.5, 6, 7.5, 9 ekuivalen KOH-piridina, 9 ekuivalen KOHpiridina setelah ditambah CH3COOH), filtrat diketon kasar, dan diketon kasar
7.5 ekuivalen KOH-piridina pembanding ...................................................... 10

viii

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1 Bagan alir penelitian ...................................................................................... 14
2 Radas sintesis floroasetofenon ....................................................................... 15
3 Elusidasi struktur produk sintesis metode Gulati et al. (1943) ........................ 16
4 Elusidasi struktur produk sintesis metode Ruttimann et al. (2010) ................. 18
5 Elusidasi struktur produk sintesis metode Panda et al. (2010) ........................ 20
6 Elusidasi struktur produk sintesis modifikasi metode Tang et al. (2005) ........ 22
7 Elusidasi struktur ester benzoil floroasetofenon metode Wheeler (1963)........ 23
8 Elusidasi struktur krisin metode Wheeler (1963) ........................................... 26

ix

1

PENDAHULUAN
Flavonoid merupakan kelompok senyawa
polifenolik terbesar di alam dan ditemukan
pada tumbuhan tingkat tinggi. Kerangka
dasarnya berupa 2 cincin benzena (C6) yang
terikat pada 1 rantai propana (C3) membentuk
kerangka
1,3-diarilpropana
(C6-C3-C6).
Flavonoid memiliki berbagai bioaktivitas,
seperti antiradang, antivirus, antimalaria,
antibakteri, antidiabetes, dan yang paling luas
penggunaannya ialah sebagai antioksidan.
Aneka bioaktivitas senyawa flavonoid
menarik untuk dikaji lebih lanjut. Upaya
mengisolasi dari tumbuhan dilakukan, tetapi
kandungan yang terbatas dan proses isolasi
yang biasanya cukup panjang menjadi salah
satu kendala utama. Oleh karena itu,
dikembangkan upaya menyintesis senyawa
tersebut.
Salah satu kelompok flavonoid yang telah
dilaporkan memiliki bioaktivitas sebagai
antikanker ialah flavon atau 2-fenilkromon
(Hong et al. 2010 dan Liu et al. 2010). Flavon
banyak terdapat pada tumbuhan berpembuluh,
umumnya pada serealia dan tumbuhan perdu.
Flavon yang mengandung gugus hidroksil
pada posisi 5 dan 7 sangat penting dalam hal
aktivitas biologis dan keberadaannya di alam
yang cukup banyak. Flavon yang hanya
mengandung gugus hidroksil pada posisi 5
dan 7 atau 5,7-dihidroksiflavon dikenal
dengan nama krisin. Do et al. (2009)
melaporkan bahwa krisin memiliki aktivitas
biologis sebagai antioksidan, antimikrob,
antispasmodik, anksiolitik, dan antiradang.
Aktivitas lainnya seperti antikanker juga telah
dilaporkan oleh Zheng et al. (2003),
Sanderson et al. (2004), serta Wang dan
Morris (2007).
Metode utama sintesis flavon meliputi
siklodehidrasi senyawa 1,3-diketon, siklisasi
oksidatif kalkon, dan sintesis melalui reaksi
Wittig intramolekul (Lee et al. 2005). Dalam
penelitian ini, krisin disintesis dengan metode
siklodehidrasi senyawa 1,3-diketon yang
diperoleh
dari
penataan-ulang
Baker
Venkataraman
(BV)
floroasetofenon
terbenzoilasi. Metode ini pertama kali
dikemukakan oleh Baker (1933) serta Bhalla
et al. (1935) dan telah dilaporkan juga oleh
Wheeler (1963), Ares et al. (1993), Romanelli
et al. (2010), dan Liu et al. (2010) dalam
upaya menyintesis flavon. Metode BV pada
dasarnya merupakan reaksi kondensasi
Claisen intramolekul, yaitu pembentukan
anion enolat keton oleh basa kuat yang
kemudian bertindak sebagai nukleofili karbon

dan mengadisi gugus karbonil ester. Berbagai
macam basa dapat digunakan antara lain KOH
(Wheeler 1963 dan Marder et al. 1997),
K2CO3 (Bois et al. 1999), NaOH (Hauteville
et al. 1996), KOtBu (Ares et al. 1993),
LiHMDS (Nagarathnam & Cushman 1991),
dan LiN(i-Pr)2 (Lee et al. 2004).
Sintesis 1,3-diketon dengan penataanulang BV telah digunakan antara lain oleh
Septiani (2011) dan Aryani (2011) dengan
memodifikasi prosedur Wheeler (1963) dan
menghasilkan senyawa prekursor dari flavon
dan 7-hidroksiflavon berturut-turut 12.1 dan
4.3% dari bahan awal fenol dan resorsinol.
Pembentukan flavon melalui penataan-ulang
BV senyawa 1,3-diketon lazim digunakan
karena metodenya relatif sederhana dan
pereaksinya relatif mudah didapat (Aryani
2011). Oleh karena itu, sintesis krisin pada
penelitian ini dilakukan dengan penataanulang BV dari bahan awal floroglusinol.
Sintesis krisin telah dilakukan oleh Panda
et al. (2010), Chee et al. (2011), dan Tang et
al. (2005) dari floroasetofenon dan benzoil
klorida melalui reaksi 1 tahap. Dalam
penelitian ini, krisin diperoleh dalam 3 tahap.
Tahap pertama ialah sintesis floroasetofenon
(3) dari floroglusinol (2) dan asetonitril (1).
Selanjutnya floroasetofenon dibenzoilasi
dengan benzoil klorida (4). Ester benzoil (5)
yang terbentuk mengalami penataan-ulang BV
yang selanjutnya membentuk krisin (6)
melalui modifikasi Wheeler (1963). Gambar 1
menunjukkan jalur retrosintesis krisin dalam
penelitian ini.

Gambar 1 Retrosintesis krisin.

2

BAHAN DAN METODE
Alat dan Bahan
Bahan-bahan p.a yang digunakan untuk
sintesis ialah floroglusinol anhidrat, NaCl,
H2SO4 95–97%, asetonitril, dietil eter, KOH,
piridina kering (100%. Analisis sinyal-sinyal tersebut dapat
dilihat pada Tabel 8. Keberadaan gugus asetil
ditunjukkan oleh sinyal proton metil singlet di
2.50 ppm dan sinyal karbon di 197.5 ppm dari
gugus keton terkonjugasi.
Tabel 8

Atom
C/H
1
2
3/5
4
1’
2’/6’
3’/5’
4’
1’’
2’’/6’’
3’’/5’’
4’’

Posisi sinyal-sinyal NMR ester
tribenzoil floroasetofenon dalam
pelarut CDCl3

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J (Hz),
 H)
2.5 (s, 3H)
7.24 (s, 2H)
8.17 (d, J = 8, 6H)
7.52 (t, J = 7.5, 6H)
7.65 (t, J = 7.5, 3H)

C 125 MHz
(ppm)
197.5
31.4
164.2
164.1
134.2
148.6
125.9
152.1
114.6
130.4
128.7
128.5

Sinyal karbon 2’, 4’, 6’ menunjukkan Coksiaril yang geseran kimianya sangat ke
medan bawah, dibandingkan dengan karbon
1’. Hal ini disebabkan tarikan-elektron C=O
tidak sekuat O. Sinyal karbon 3’, 5’ yang oterhadap 2 O bergeser ke medan atas karena
efek resonans penyumbang-elektron. Sinyal
karbon 1’’ dipengaruhi tarikan-elektron ester
yang lebih lemah dari keton, menyebabkan
geseran kimianya lebih ke medan atas
dibandingkan karbon 1’. Posisi sinyal karbon
2’’, 4’’, 6’’ dipengaruhi oleh efek resonans

penarik elektron C=O o- / p-, yang tidak
terjadi pada 3’’, 5’’ (m-).
Ester tribenzoil floroasetofenon diubah
menjadi 1,3-diketon melalui penataan-ulang
BV menggunakan KOH-piridina dengan 7.5
ekuivalen benzoil klorida. Endapan cokelat
diperoleh setelah 6 hari dibiarkan pada suhu
kamar. Persen konversi produk sebesar
71.62% dan memperlihatkan 2 noda KLT Rf ~
0.34 dan ~ 0.42 pada eluen n-heksana-EtOAc
(8:3) (Gambar 11). Pemisahan 2 noda
menggunakan KLTP dan kromatografi kolom
hanya
berhasil
memisahkan
sebagian
campuran. Spektrum UV-Vis dari fraksi atas
(Rf ~ 0.42) menghasilkan 2 puncak serapan di
268 dan 312 nm. Puncak pertama bergeser +8
nm pada penambahan NaOH (Lampiran 8b
dan 8c). Penambahan AlCl3 menggeser
puncak kedua sejauh +70 nm, dan tidak
teramati pergeseran kedua puncak setelah
penambahan HCl (Lampiran 8d). Disimpulkan
bahwa fraksi atas memiliki gugus hidroksil
fenolik dengan posisi orto terhadap asil.
Puncak serapan dan pergeseran yang
teramati ini menyerupai puncak serapan krisin
menurut Coleska et al. (1995) dan
Sundaraganesan et al. (2012). Serapan UVVis dilaporkan terjadi di sekitar 270 dan 314
nm. Pergeseran sejauh +6 nm terjadi pada
serapan 270 nm setelah penambahan NaOAc,
mengindikasikan keberadaan hidroksil fenolik
pada posisi 7. Pergeseran sejauh +66 nm
teramati
pada
serapan
314
nm
mengindikasikan keberadaan hidroksil fenolik
pada posisi 5. Tidak ada pergeseran kembali
setelah penambahan HCl. Kesesuaian ini
menunjukkan bahwa kemungkinan besar
fraksi atas adalah krisin.
Spektrum FTIR fraksi atas (Lampiran 8g)
menunjukkan puncak-puncak serapan sangat
menyerupai spektrum krisin standar yang
dilaporkan di literatur (Coleska et al. 1995).
Bilangan gelombang di sekitar 3000 cm-1
menunjukkan gugus hidroksil. Pita serapan
kuat di 1651.35 cm-1 dihasilkan oleh gugus
keton yang terkonjugasi dengan gugus alkena
dan benzena. Bilangan gelombang di 1612.08,
1577.34, dan 1555.91 cm-1 berasal dari vibrasi
ulur C=C aromatik. Hasil ini memperkuat
bahwa fraksi atas adalah krisin.
Spektrum 1H-NMR fraksi atas terangkum
pada Tabel 9, menunjukkan 10 sinyal dengan
3 sinyal pengotor (2.05, 2.95, dan 5.61 ppm)
(Lampiran 8h). Sinyal di 12.88 ppm
menunjukkan keberadaan gugus hidroksil
fenolik yang berikatan hidrogen intramolekul
dengan gugus o- asil. Sinyal gugus hidroksil
fenolik lainnya teramati di 1.28 ppm.

10

Tabel 9

Atom
C/H
3
5
6
7
8
2’/6’
3’/4’/5’

Analisis sinyal 1H-NMR krisin
(pelarut aseton-d6)

H 500 MHz (ppm)
(multiplisitas, J (Hz), Σ H)
6.78 (s, 1H)
12.88 (s, 1H)
6.27 (d, J = 1.95, 1H)
1.28 (s, 1H)
6.57 (d, J = 1.95, 1H)
8.05 (dd, J = 6.5, 2H)
7.57 (m, 3H)

Proton aromatik pada
cincin A
memberikan 2 sinyal, yaitu 6.27 dan 6.57
ppm. Sinyal pertama berasal dari proton yang
orto dengan 2-OH (C6) dan sinyal kedua
berasal dari proton yang orto dengan OH dan
substituen oksigen eter penyumbang-elektron
(C8). Proton aromatik pada cincin B
menghasilkan 2 sinyal di 8.05 dan 7.57 ppm.
Dua proton di posisi orto merasakan tarikan
elektron dari sistem keton tak jenuh-α,β
sehingga sinyalnya lebih ke medan bawah
(8.05 ppm) (C2’, C6’). Sementara sinyal di
7.57 ppm merupakan tumpang-tindih sinyal
yang berasal dari 3 proton di posisi meta dan
para (C3’, C4’, C5’). Sinyal di 6.78 ppm
berasal dari proton vinilik di cincin C.
Spektrum UV-Vis fraksi bawah (Rf ~ 0.34)
menunjukkan serapan di 264 nm yang tidak
mengalami
efek
batokromik
pada
penambahan NaOH dan AlCl3 (Lampiran 8e
dan 8f). Hasil ini menunjukkan bahwa
senyawa yang dihasilkan tidak mengandung
gugus hidroksil fenolik, maka diduga bukan
termasuk senyawa 1,3-diketon maupun krisin.
Penggunaan 7.5 ekuivalen KOH-piridina
Wheeler (1963) terhadap ester tribenzoil
floroasetofenon telah membentuk krisin tanpa
melalui senyawa 1,3-diketon sebagai zat
antara. Krisin telah didapatkan pada tahap
sintesis 1,3-diketon bercampur dengan produk
lain. Gambar 16 menjelaskan bagaimana 2
noda diketon kasar diperoleh.

Gambar 16 Kromatogram lapis tipis berturutturut dari kiri ke kanan, yaitu
triester benzoil, diketon (1.5, 3,
4.5, 6, 7.5, 9 ekuivalen KOHpiridina, 9 ekuivalen KOHpiridina
setelah
ditambah
CH3COOH),
filtrat
diketon
kasar, dan diketon kasar 7.5
ekuivalen
KOH-piridina
pembanding (eluen n-heksanaEtOAc 5:1)
Berdasarkan Gambar 16, diduga bahwa
krisin sudah terbentuk pada penggunaan 3
ekuivalen KOH-piridina. Jumlah noda
terbanyak dihasilkan dari penggunaan 1.5
ekuivalen KOH-piridina, yaitu 7 noda, dan
paling sedikit dengan 7.5 dan 9 ekuivalen
KOH-piridina yaitu 3 noda yang berkurang
setelah diasamkan dengan CH3COOH. Hasil
ini mengindikasikan reaksi mengarah ke
pembentukan 2 noda dengan Rf ~ 0.34 dan ~
0.42 meskipun anomali terjadi pada noda
diketon dengan 4.5 ekuivalen KOH-piridina.
Usaha untuk mendapatkan krisin murni
dilakukan dengan melanjutkan tahap ketiga
metode Wheeler (1963) pada produk krisin
kasar. Produk yang didapat berupa endapan
cokelat (Lampiran 8i) dengan persen konversi
sebesar 41.31%. Pencirian dengan KLT tidak
menunjukkan perubahan noda, namun
intensitas pendarfluor fraksi atas terlihat lebih
kuat dibandingkan dengan senyawa awal
(Gambar 13). Diduga reaksi pembentukan
krisin meningkat. Diperlukan pemurnian lebih
lanjut terhadap produk ini baik dengan KLT
maupun kromatografi kolom.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Krisin kasar dapat disintesis dengan 3
tahap reaksi dari bahan awal floroglusinol
tanpa melalui zat antara 1,3-diketon.

11

Saran

of chrysin on MDA-MB-231 cells. Int J
Mol Sci 11:1057-1069.

Krisin kasar perlu dimurnikan lebih lanjut
untuk memperoleh krisin murni, dan
menentukan rendemen.

Lee JI, Son HS, Park H. 2004. An efficient
synthesis
of
flavones
from
2hydroxybenzoic acids. Bull Korean Chem
Soc 25:1945-1947.

DAFTAR PUSTAKA

Lee JI, Son HS, Jung MG. 2005. A novel
synthesis
of
flavone
from
2methoxybenzoic acids. Bull Korean Chem
Soc 9:1461-1463.

Ares JJ et al. 1993. A convenient large-scale
synthesis of 5-methoxyflavone and its
application to analog preparation. J Org
Chem 58:7903-7905.
Aryani L. 2011. Sintesis prekursor 1,3-diketon
untuk 7-hidroksiflavon dari resorsinol
[skripsi]. Bogor: Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian
Bogor.
Baker WJ. 1933. Molecular rearrangement of
some o-acyloxyacetophenones and the
mechanism of the production of 3acylchromones. J Chem Soc 1381-1389.
Bhalla DC, Mahal HS, Venkataraman K.
1935. Synthetical experiments in the
chromone group. Part X VII. Further
observations on the action of sodamide on
o-acyloxyacetophenones. J Chem Soc 868870.
Bois F, Beney F, Mariotte AM, Bounmendjel.
1999.
A
one-step
synthesis
of
hydroxyflavones. Synlett 9:1480-1482.
Chee CF, Buckle MJC, Rahman NA. 2011.
An efficient one-pot synthesis of flavones.
Tetrahedron Lett 52:3120-3123.
Coleska Z, Dorevski K, Klisarova L,
Milosevic LS. 1995. Identification of
phenolic constituents isolated from
Macedonian propolis. Bull Chem Tech
Macedonia 14: 13-17.
Do TH, Vo PN, Tran TD. 2009. Synthesis and
inhibitory activity against
COX‐2
catalyzed prostaglandin production of
chrysin derivatives. Bioorg Med Chem Lett
14:1165‐1167.
Gulati KC, Seth SR, Venkataraman. 1943.
Phloroacetophenone. Org Syn Coll 2:522.
Hauteville M, Gaillard P, Kaouadji M, Duclos
MP. 1996. Synthesis of novel Cmethylflavones. Liebigs Ann 1217-1222.
Hong TB, Rahumatullah A, Yogarajah T,
Ahmad M, Yin KB. 2010. Potential effects

Liu et al. 2010. New synthetic flavone
derivatives
induce
apoptosis
of
hepatocarcinoma cells. Bioorg Med Chem
18:6322-6328.
Marder M et al. 1997. Synthesis of
halogenated/nitrated flavones derivatives
and evaluation of their affinity for the
central benzodiazepine receptor. Bioorg
Med Chem Lett 7:2003-2008.
Markham KR. 1988. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. Padmawinata K, penerjemah.
Bandung: ITB Pr. Terjemahan dari:
Techniques of Flavonoid Identification.
Nagarathnam D, Cushman M. 1991. A
practical synthesis of