Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan

PERENCANAAN LANSKAP PESISIR PANTAI KLARA SEBAGAI
KAWASAN REKREASI DI KECAMATAN PADANG CERMIN
KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG SELATAN

NATANAEL ALFREDO NEMANITA GINTING

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Perencanaan Lanskap
Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin
Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan adalah benar karya saya dengan arahan
dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada
perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya
yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam
teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Natanael Alfredo Nemanita Ginting
NIM A44080069

ABSTRAK
NATANAEL A N GINTING. Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai
Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Lampung
Selatan. Dibimbing oleh AFRA DN MAKALEW.
Pantai Klara merupakan salah satu pantai yang indah di Indonesia. Pantai ini
memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi kawasan rekreasi yang menarik
wisatawan karena pantainya yang masih alami dan terjaga. Pasir putih dan air
yang bersih menjadi potensi dari pantai ini, tetapi terdapat permasalahan pada
Pantai Klara yang membuat pantai ini tidak dikenal secara luas. Permasalahannya
adalah perencanaan yang kurang baik pada pantai ini, banyaknya pedagang
mendirikan kios dengan sembarangan, dan tidak memperhatikan lingkungan.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka perencanaan lanskap pesisir perlu
dilaksanakan dengan tujuan (1) mengidentifikasi dan menganalisis potensi dan
kendala (2) mengidentifikasi dan menganalisis objek dan atraksi wisata (2)

merencanakan lanskap pesisir Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi. Metode
Gold (1980) digunakan dalam proses perencanaan dengan tahapan; persiapan,
pengumpulan data, analisis, sintesis, dan perencanaan. Analisis spasial dan
deskriptif digunakan dalam menganalisis semua data. Perencanaan lanskap Pantai
Klara dihasilkan melalui penelitian ini yang terdiri dari : rencana vegetasi,
sirkulasi, aktivitas, dan fasilitas. Disimpulkan bahwa 1,7 Ha (11,7%) area Pantai
Klara sesuai untuk rekreasi, 1,8 Ha (12,2%) cukup sesuai, dan 11,2 Ha (76,1%)
tidak sesuai sebagai kawasan rekreasi.
Kata kunci: pesisir, perencanaan, kawasan rekreasi

ABSTRACT
NATANAEL A N GINTING. Coastal Landscape Planning of Klara Beach as a
Recreation Area at Padang Cermin Sub District Pesawaran District Lampung
Selatan. Supervised by AFRA DN MAKALEW.
Klara Beach is one of the beautiful beaches in Indonesia. This beach has
potentials to be a recreation area that attractive the tourist because it still natural
and protected. White sand and pure sea water are being potential from this beach,
but there are some problems make Klara Beach isn’t recognized by many people.
The problems are uncontrolled planning develop in this beach, many trader built
their store without planning and caring the environment. Based on those problems,

the coastal landscape planning study needs to be done by having objectives (1)
identifying and analyzing potential and constrain (2) identifying and analyzing
object and attraction of tourism (3) planning coastal landscape as a recreation area.
Gold (1980) method was used in planning process with stages; preparation, data
collection, analysis, synthesis, and planning. Spatial and descriptive analysis were
used to analyze all data collected. Landscape plan of Klara Beach was resulted in
this research which is consist of ; vegetation, circulation, activity, and facility
plans. It was concluded that 1,7 Ha (11,7%) Klara Beach’s area was suitable for
tourism, 1,8 Ha (12,2%) was marginally suitable, and 11,2 Ha (76,1%) was not
suitable for recreation.
Keywords: coastal, planning, recreation area

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau
menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,
penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tujuan suatu
masalah, dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apapun tanpa izin IPB


PERENCANAAN LANSKAP PESISIR PANTAI KLARA SEBAGAI
KAWASAN REKREASI DI KECAMATAN PADANG CERMIN
KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG SELATAN

NATANAEL ALFREDO NEMANITA GINTING

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Arsitektur Lanskap

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013

Judul Skripsi : Perencanaan Lanskap Pesisir Pantai Klara Sebagai Kawasan

Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran
Lampung Selatan
Nama
: Natanael Alfredo Nemanita Ginting
NIM
: A44080069

Disetujui oleh

Dr. Afra DN Makalew, M.Sc
Pembimbing

Diketahui oleh

Dr. Ir. Siti Nurisjah, MSLA
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan YME atas segala
karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Penelitian ini
dilakukan pada bulan Februari 2012 dengan judul Perencanaan Lanskap Pesisir
Pantai Klara Sebagai Kawasan Rekreasi di Kecamatan Padang Cermin Kabupaten
Pesawaran Lampung Selatan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Afra
DN Makalew, M.Sc. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu,
serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2013
Natanael Alfredo Nemanita Ginting

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

vi

DAFTAR GAMBAR


vii

DAFTAR LAMPIRAN

viii

PENDAHULUAN
Latar Belakang ................................................................................................ 1
Tujuan ............................................................................................................. 1
Manfaat ........................................................................................................... 2
Kerangka Pikir ................................................................................................ 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan .................................................................................................... 3
Rekreasi .......................................................................................................... 4
Perencanaan Rekreasi ..................................................................................... 4
Pesisir ............................................................................................................. 4
METODOLOGI
Lokasi danWaktu............................................................................................ 5
Metode Penelitian........................................................................................... 5
KONDISI UMUM

Aspek Fisik ..................................................................................................... 8
Aspek Ekologi .............................................................................................. 11
Pariwisata di Kabupaten Pesawaran ............................................................. 12
HASIL DAN PEMBAHASAN
KondisiTapak ............................................................................................... 13
Aspek Sosial dan Budaya ............................................................................. 22
Aspek Wisata................................................................................................ 31
Analisis ......................................................................................................... 34
Sintesis ......................................................................................................... 36
Konsep Perencanaan .................................................................................... 40
Perencanaan Lanskap ................................................................................... 44
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan................................................................................................... 61
Saran ............................................................................................................ 61
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 62
LAMPIRAN .......................................................................................................... 63

DAFTAR TABEL
1. Jenis, sumber, cara pengambilan, dan bentuk data .................................... 7
2. Data Peta Tematik .................................................................................... 34

3. Analisis dan Sintesis ................................................................................ 37
4. Pembagian Zona pada Perencanaan Blok ................................................ 38
5. RencanaVegetasi pada Tiap Ruang .......................................................... 52
6. Rencana Kegiatan pada Setiap Ruang...................................................... 53
7. Rencana Fasilitas pada Setiap Ruang ....................................................... 54
8. Rencana Daya Dukung ............................................................................. 60

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka Pikir Penelitian.................................................................................... 2
2. Peta Lampung Selatan ......................................................................................... 5
3. Lokasi Penelitian ................................................................................................. 5
4. Diagram Alur Penelitian Metode Perencanaan Gold (1980) .............................. 5
5. Peta Kabupaten Pesawaran.................................................................................. 8
6. Peta Batimetri Teluk Lampung ......................................................................... 10
7. Peta Lokasi Penelitian ....................................................................................... 14
8. Pohon Kelapa (Cocos nucifera) ........................................................................ 16
9. Waru Laut (Hibiscus tilaceus).......................................................................... 17
10. Pohon Ketapang (Terminalia catappa) ........................................................... 17
11. Pemandangan ke Perbukitan Ratai .................................................................. 18
12. Pemandangan ke Gunung Ratai ...................................................................... 18

13. Pemandangan ke Pulau Kelagian .................................................................... 19
14. Pagar dan Tanaman Menutupi Pemandangan ke Laut .................................... 19
15. Peta Analisis Visual ....................................................................................... 20
16. Peta Penggunaan Lahan ................................................................................. 23
17. Peta AksesibilitasMenuju Pantai Klara .......................................................... 24
18. Peta Analisis Kemiringan Lahan .................................................................... 25
19. Peta Penutupan Lahan .................................................................................... 26
20. Peta Sebaran Aktivitas Pengunjung ................................................................ 29
21. Peta Sebaran Intensitas Pengunjung ................................................................ 30
22. Peta Sarana dan Prasarana ............................................................................... 33
23. Peta Komposit ................................................................................................. 35
24. Rencana Blok .................................................................................................. 39
25. Alur Sirkulasi pada Tapak ............................................................................... 41
26. Konsep Ruang ................................................................................................. 42
27. Konsep Vegetasi .............................................................................................. 43
28. Rencana Lanskap Pantai Klara ........................................................................ 45
29. Rencana Detil Segmen I .................................................................................. 46
30. Rencana Detil Segmen II................................................................................ 47
31. Rencana Detil Segmen III ............................................................................... 48
32. Rencana Sirkulasi Pejalan Kaki ...................................................................... 50

33. Rencana Sirkulasi Air...................................................................................... 50

34. Rencana Vegetasi Area Parkir ............................................................... 51
35. Rencana Vegetasi Area Olahraga........................................................... 51
36. Rencana Vegetasi Pembatas Jalan Kendaraan ....................................... 52
37. Ruang Penerimaan ................................................................................. 55
38. Area Olahraga Pantai ............................................................................. 56
39. Area Playground .................................................................................... 57
40. Ruang Wisata Laut (Pelayaran) ............................................................. 58

DAFTAR LAMPIRAN
1. Kuisioner Penelitian (Masyarakat Sekitar) ....................................................... 64
2. Kuisioner Penelitian (Pengunjung) ................................................................... 65
3. Data Temperatur Kabupaten Pesawaran ........................................................... 67
4. Data Tekanan Udara Kabupaten Pesawaran ..................................................... 68
5. Data Curah Hujan Kabupaten Pesawaran ......................................................... 69

1

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Rekreasi ruang luar atau wisata alam saat ini merupakan area-area yang
bertumbuh pesat dalam memenuhi kegiatan waktu luang atau aktivitas liburan
(Bell, 2008). Rekreasi merupakan kebutuhan setiap orang untuk keluar dari
rutinitasnya dan mendapatkan kesenangan. Banyak orang melakukan kegiatan
rekreasi di luar ruangan atau di alam karena alam menyediakan pemandangan
yang menarik saat seseorang melakukan kegiatan rekreasi. Pantai merupakan
tempat yang sering menjadi tujuan orang untuk berekreasi.
Salah satu pantai yang belum dikenal luas adalah Pantai Klara. Pantai ini
berada di Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawan, Provinsi Lampung.
Pantai ini berpotensi sebagai kawasan rekreasi, dikarenakan pantainya yang masih
terjaga kealamiannya. Pasir yang putih dan air laut yang jernih menjadi
keunggulan dari pantai ini. Selain itu, pantai ini dapat dinikmati oleh pengendara
kendaraan bermotor karena letaknya berada di sepanjang Jalan Teluk Betung.
Melihat potensi-potensi yang ada di atas maka pantai ini berpeluang untuk
menjadi salah satu kawasan rekreasi yang juga dapat meningkatkan pendapatan
daerah sekitar. Namun masih terdapat masalah-masalah yang timbul sehingga
menjadi kendala untuk menjadikan tempat rekreasi ini dikenal luas. Perencanaan
yang kurang baik membuat pembangunan di pantai ini tidak terarah, pedagang
membangun kiosnya dengan sembarangan tanpa memperdulikan keindahan.
Selain itu, ada beberapa bagian pantai yang sengaja ditutupi sehingga pengguna
jalan yang melintasi pantai tersebut tidak bisa memandang pantai secara
keseluruhan.
Kawasan rekreasi merupakan bagian dari sebuah kawasan pariwisata.
Salah satu visi Pemerintah Kabupaten Pesawaran adalah menjadikan kawasaan
pesisirnya menjadi kawasan pariwisata. Namun melihat permasalahan yang ada di
atas terlihat bahwa perencanaan daerah pesisir menjadi kawasan rekreasi untuk
mendukung kepariwisataan belum optimal. Maka dari itu kegiatan penelitian di
kawasan Pantai Klara penting dilakukan untuk menghasilkan perencanaan yang
baik. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan perencanaan yang tepat dan
dapat menciptakan kondisi pantai yang lebih nyaman, aman, indah, dan berfungsi.

Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. mengidentifikasi aspek fisik dan bio-fisik, sosial, ekologi, budaya dan
wisata yang ada di Pantai Klara Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan,
2. menganalisis potensi dan kendala yang terdapat di kawasan Pantai Klara
Kabupaten Pesawaran Lampung Selatan,
3. merencanakan lanskap pesisir sebagai kawasan rekreasi.

2

Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan akan menjadi :
1. pedoman perencanaan untuk pengembangan Pantai Klara sebagai kawasan
rekreasi,
2. masukan kepada pihak pengelola Pantai Klara dalam perencanaan pantai
sebagai kawasan rekreasi
Kerangka Pikir
Gambar 1 menjelaskan bahwa permasalahan utama di Pantai Klara adalah (1)
pembangunan yang tidak terarah, (2) penataan kawasan yang tidak
memperhatikan lingkungan, dan (3) kurangnya perhatian pengelola dalam
mengelola kawasan. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan
data/informasi yang berkaitan dengan sosial, ekologi, fisik dan biofisik yang
kemudian dilengkapi dengan analisis berdasarkan informasi tersebut (persepsi dan
harapan masyarakat, daya dukung lahan, kesesuaian lahan) maka akan dihasilkan
suatu sintesis yang berupa zonasi kawasan pantai klara. Proses perencanaan
lanskap pesisir Pantai Klara sebagai kawasan rekreasi akan dilakukan berdasarkan
hasil zonasi kawasan Pantai Klara.

Gambar 1. Kerangka Pikir Penelitian

3

TINJAUAN PUSTAKA
Perencanaan
Perencanaan dapat berarti hal yang berbeda buat orang yang berbeda. Bagi
orang yang memiliki profesi tertentu, perencanaan dapat berarti suatu kegiatan
khusus yang memerlukan keahlian tertentu, sifatnya cukup rumit, banyak
menguras tenaga dan pikiran, serta membutuhkan waktu yang lama dalam
penyusunannya. Perencanaan secara umum adalah menetapkan suatu tujuan yang
dapat dicapai setelah memperhatikan faktor-faktor pembatas dalam mencapai
tujuan tersebut memilih serta menetapkan langkah-langkah utuk mencapai tujuan
tersebut (Tarigan 2005).
Menurut Arsyad (1999), perencanaan adalah suatu proses yang
berkesinambungan yang mencakup keputusan-keputusan atau pilihan-pilihan
berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan
tertentu pada masa yang akan datang. Berdasarkan definisi tersebut maka ada 4
elemen dasar perencanaan, yaitu
1. merencanakan berarti memilih,
2. perencanaan merupakan alat pengalokasian sumber daya,
3. perencanaan merupakan alat uutk mencapai tujuan, dan
4. perencanaan berorientasi ke masa depan.
Simonds (2006) menyatakan ada sedikit misteri pada seni dan ilmu
perencanaan tapak. Bagi yang bekerja secara professional perencanaan tapak
harus dikembangkan menjadi proses yang sistematis. Prosedur perencanaan
tapak biasanya mencakup 10 langkah, beberapa dari langkah tersebut berjalan
secara bersamaan:
1. menentukan tujuan,
2. melakukan survai topografi,
3. program pengembangan,
4. mengumpulkan data dan analisis,
5. peninjauan tapak,
6. mengatur kumpulan referensi rencana dan berkasnya,
7. mempersiapkan penyelidikan,
8. analisis yang berkaitan dan revisi penyelidikan, dibawa kepada konsep
rencana yang disepakati,
9. mengembangkan rencana pengembangan awal dan estimasi biaya, dan
10. mempersiapkan rencana-rencana konstruksi, spesifikasi-spesifikasi, dan
dokumen-dokumen pengajuan.
Simonds (2006) menambahkan bahwa keseimbangan dari proses perencanaan
adalah mengenai analisis komparatif dan perbaikan rinci (sebuah proses sintesis
yang kreatif). Rencana yang brilian memberikan bukti respon terhadap semua
faktor tapak, persepsi yang jelas dari kebutuhan-kebutuhan dan hubunganhubungan, dan ekspresi yang peka dari semua komponen yang bekerja dengan
baik secara bersamaan.
Gunn (1988) mengidentifikasi beberapa pendekatan pada perencanaan
pariwisata sebagai berikut:

4

1.
2.
3.
4.
5.
6.

untuk mencapai perencanaan yang efektif semua “pelaku” harus terlibat tidak
hanya para perencana yang professional,
pariwisata adalah simbiotik antara konservasi dan rekreasi,
perencanaan masa sekarang sebaiknya pluralistik, mencakup bidang sosial,
ekonomi, dan dimensi fisik,
perencanaan adalah politik merupakan kebutuhan mendasar untuk mencapai
tujuan bermasyarakat yang seimbang,
perencanaan pariwisata harus strategis dan terintegrasi,
perencanaan pariwisata harus memiliki prespektif regional.
Rekreasi

Menurut Bell (2008) rekreasi mengacu pada kegiatan-kegiatan yang
dilakukan tidak jauh dari rumah atau kegiatan seseorang sehari-hari dalam
mengisi waktu luang atau pada saat liburan. Banyak alasan seseorang untuk
berekreasi atau mengunjungi ruang luar diantaranya; melepaskan stress dari
kehidupan kota, mencari udara segar, mendekatkan diri kepada alam, menikmati
pemandangan, bersenang-senang dengan keluarga, dan masih banyak lagi.

Perencanaan Rekreasi
Perencanaan rekreasi adalah proses yang berhubungan dengan waktu
luang seseorang terhadap ruang. Perencanaan ini menggunakan konsep dan
metode dari berbagai disiplin ilmu untuk menyediakan kesempatan waktu luang
publik maupun privat. Dalam prakteknya perencanaan rekreasi merupakan bidang
khusus professional yang memadukan ilmu pengetahuan dan teknik-teknik desain
lingkungan dan ilmu-ilmu sosial untuk mengembangkan alternatif-alternatif dalam
penggunaan waktu luang, ruang, energi, dan uang untuk menagkomodasi
kebutuhan manusia.
Hasil dari proses peremcanaan rekreasi dalam produk (rencana, pelajaran,
informasi) yang menkondisikan kebijakan publik dan inisiatif privat untuk
menyediakan kesempatan waktu luang/senggang di dalam kota. Perencanaan
rekreasi difokuskan pada pengembangan sumberdaya manusia dan penataan lahan
melalui penyesuaian manusia terhadap lingkungan dan satu sama lain. Dalam
artian khusus, perencanaan rekreasi sangat mengutamakan pada variabel-variabel
kegiatan di waktu luang dan ruang terbuka (Gold, 1980).
Pesisir
Bengen (2004) mendefinisikan wilayah pesisir di daratan sebagai wilayah
dimana daratan berbatasan dengan laut, yang masih dipengaruhi oleh prosesproses laut seperti pasang surut, angin laut, dan intrusi garam sedangkan batasan
wilayah pesisir di laut adalah daerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di
daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah laut
yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia di daratan.

5

METODOLOGI
Lokasi dan waktu
Kegiatan penelitian dilakukan di Pantai Klara, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesarawan, Provinsi Lampung (Gambar 2). Penelitian ini dilakukan
pada bulan Maret-Mei 2012 .

Gambar 2.Peta Lampung Selatan

Gambar 3. Lokasi Penelitian

Metode penelitian
Penelitian dilakukan dengan beberapa tahap yaitu survai, pengumpulan
data, dan analisis deskriptif, kuantitatif, dan spasial. Metode Gold (1980)
digunakan sebagai dasar proses perencanaan yang terdiri dari tahap : persiapan,
inventarisasi, analisis, sintesis, dan perencanaan. Tahap tersebut dapat dilihat pada
Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alur penelitian berdasarkan metode perencanaan Gold (1980)

1. Persiapan
Pada tahap ini dilakukan kegiatan pra pengumpulan data, seperti
mencari data sekunder, pembuatan peta dasar, perumusan konsep perencanaan
Pantai Klara. Rumusan tersebut diperoleh atas pertimbangan dari
pemilik/pengelola, pengunjung dan masyarakat sekitar Pantai Klara.

6

2. Inventarisasi
Pada tapak ini dilakukan pengumpulan data yang berkaitan dengan
Pantai Klara baik dalam aspek fisik, biofisik, maupun sosial. Data ini
didapatkan dari studi pustaka dan survai lapang. Studi pustaka diperoleh dari
buku-buku acuan, internet, data sekunder yang berkaitan dengan studi
perencanaan, sedangkan survai lapangan diperoleh langsung dari lapangan
dengan pengukuran, pengamatan, pemotretan, dan wawancara. Jenis dan
sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada Tabel 1.
3. Analisis
Proses analisis dilakukan untuk mengamati lebih dalam potensi dan
kendala yang terdapat pada tapak. Potensi merupakan hal-hal yang dapat
dijadikan peluang untuk mengembangkan tapak menuju perencanaan yang
lebih baik. Kendala adalah hal-hal yang menjadi penghambat di dalam tapak
sehingga harus di minimalisir bahkan dihilangkan dalam perencanaan. Pada
tahap ini akan dilakukan analisis deskriptif kuantitatif dan analisis spasial.
Data yang ada dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif
dengan cara tertulis sedangkan analisis spasial dilakukan dengan teknik
overlay terhadap peta-peta tematik dengan tujuan pengembangan Pantai Klara
sebagai kawasan rekreasi.
Analisis daya dukung dihitung dengan menggunakan rumus (Boulon dalam
Soebagio (2005)):

Keterangan:
DD = daya dukung
A = luas area yang digunakan untuk rekreasi (m²)
B = luas area yang dibutuhkan oleh seorang
pengunjung untuk berekreasi dengan tetap
memperoleh kepuasan (m²/individu)
Rf = faktor rotasi
4. Sintesis
Tahap ini merupakan kelanjutan dari proses analisis dimana hasil dari
proses analisis berupa potensi dan kendala dicari pemecahan masalah yang
terbaik untuk pengembangan perencanaan. Hasil dari overlay digunakan juga
untuk pembuatan rencana blok/block plan pengembangan rekreasi.
5. Perencanaan
Dalam tahap ini memilih konsep yang paling tepat untuk dapat
dikembangkan pada tapak, sehingga menghasilkan konsep perencanaan dan
pengembangan rekreasi Pantai Klara yang mengacu pada rencana blok yang
telah dibuat pada tahap sintesis

7

Tabel 1. Jenis, sumber, cara pengambilan, dan bentuk data
Aspek
Sosial
dan
Budaya

No
1.

Sumber

Cara pengambilan

Bentuk

Pengunjung
(Karakteristik, pandangan
terhadap tapak, harapan yang
diinginkan, fasilitas yang
dibutuhkan, waktu, dan dana)
Pemilik/pengelola
(Persepsi, program, dana)

Lapang

Wawancara terhadap
pengunjung, kuisioner

Primer

Pihak
pengelola
Pantai Klara

Wawancara pihak
pengelola

Primer

3.

Masyarakat sekitar kawasan
(Persepsi dan harapan)

Masyarakat
sekitar Pantai
Klara

Wawancara
masyarakat, kuisoiner

Primer

4.

Iklim
(Curah hujan, suhu,
kelembaban, kecepatan dan
arah angin, penyinaran
matahari)
Iklim mikro
Topografi
(Kontur, kemiringan lahan)

Stasiun
Klimatologi

Studi pustaka

Sekunder

Lapang

Survai lapang

Primer

Bappeda
Lapang

Survai dengan
menggunakan GPS

Primer
Sekunder

Hidrologi
(Tinggi ombak, kualitas air)

DKP

Survai lapang

Primer
Sekunder

Survai lapang dengan
menelusuri vegetasi
dan satwa eksisting.
Survai lapang

Primer
Sekunder

Survai lapang dengan
menggunakan GPS
untuk menentukan
koordinat lokasi
Survai lapang

Primer
Sekunder

2.

Fisik
dan Biofisik

Jenis data

5.

6.

Lapang
7.

Vegetasi dan satwa
Jenis Vegetasi dan satwa

Pustaka
Lapang

8.

Kualitas Lanskap

Lapang

9.

Fasilitas
(Bangunan, jalan setapak)

Lapang
PU

10.

Lapang
PU

11

Utilitas
(Penerangan, jaringan telpon,
Tempat pembuangan sampah,
saluran air, jaringan listrik)
Aksesibilitas

Lapang

Survai lapang

Primer

Ekologi

12.

Ekosistem pembentuk pantai

Pustaka
Lapang

Observasi lapang
Studi pustaka

Primer
Sekunder

Wisata

13

Objek dan Atraksi

Pustaka
Lapang

Observasi lapang
Studi pustaka

Primer
Sekunder

Primer

Primer
Sekunder

8

KONDISI UMUM
Aspek Fisik
Administrasi dan Geografis
Secara geografis Kabupaten Pesawaran mempunyai luas 1.173,77 Km2
yang terletak antara 105o-105.20o Lintang Selatan dan antara 5.10o– 5.50o Bujur
Timur. Penduduk Kabupaten Pesawaran pada tahun 2007 berjumlah 418.256
jiwa, yang menempati luas Wilayah 117.377 Ha, dengan kepadatan Penduduk
saat ini adalah 104 Jiwa per-km2.
Batas Wilayah Administratif Kabupaten Pesawaran sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kabupaten Lampung Tengah
Sebelah Selatan
: Selat Sunda
Sebelah Barat
: Kabupaten Tanggamus
Sebelah Timur
: Lampung Selatan dan Kota Bandar Lampung
Wilayah administratif Kabupaten Pesawaran terbagi dalam 7 (Tujuh) Kecamatan
dan 133 Desa. Kecamatan Padang Cermin sebagai kecamatan terluas yaitu 31.763
Ha.

Gambar 5. Peta Kabupaten Pesawaran
Kondisi Iklim
Kabupaten Pesawaran merupakan daerah tropis, dengan curah hujan ratarata 231,9 mm/bulan dan rata-rata hujan 16,7 hari/bulan. Rata-rata temperatur
Kabupaten Pesawaran adalah 26,70 C dengan rata-rata suhu tertinggi pada bulan
April yaitu 27,60 C. Rata-rata kelembaban adalah 83,2%, sedangkan rata-rata
tekanan udara minimal 1.011,51 mb dan maksimal 1.015,52 mb (Pesawaran
dalam Angka, 2010).

9

Geologi
Geologi wilayah pesisir Kabupaten Pesawaran didominasi oleh struktur
sesar/patahan, baik sesar besar maupun sesar kecil dan secara umum berarah barat
daya-tenggara. Sesar-sesar tersebut merupakan suatu sistem sesar yang hampir
sejajar, mempunyai umur yang berbeda-beda dan kejadiannya berhubungan
dengan penunjaman Lempeng India – Australia, yang kebetulan berada di bawah
P. Sumatera (Renstra Pesawaran, 2010).
Hidro-Oceanografi
Daerah pesisir Kabupaten Pesawaran berada pada ketinggian 0-50 m dpl
(di atas permukaan laut). Daerah ini relatif sempit, memanjang sepanjang pantai.
Daerah pegunungan yang merupakan punggung bukit, terbentuk oleh bahan
vulkanik quarter dari beberapa formasi. Daerah ini berada pada ketinggian 50>
1000 mdpl. Daerah ini dilalui oleh sesar Semangka, dengan lebar zona sebesar +
20 km. Daerah bergelombang berada pada ketinggian 5000-1000 m dpl, terbentuk
oleh bahan endapan vulkanik quarter. Daerah ini relatif aman terhadap gempa,
namun pada bagian yang berlereng terjal masih dijumpai longsor.
Pesisir Kabupaten Pesawaran juga dipengaruhi oleh pergantian pusat
tekanan tinggi dan tekanan rendah di Asia dan Australia yang berlangsung pada
bulan Januari dan Juli. Akibat pengaruh angin muson wilayah pesisir tidak
mengalami musim peralihan (pancaroba) diantara musim kemarau dan musim
penghujan.
Musim hujan terjadi antara bulan Desember-Maret akan
tetapicenderung berfluktuasi. Puncak curah hujan tertinggi pada bulan Maret
yaitu sebanyak 2559 mm. musim kemarau terjadi pada bulan April-Nopember
dengan puncak hujan terendah terjadi pada bulan Nopember yang tidak turun
hujan sama sekali. Rata-rata curah hujan berkisar antara 1500-3000.
Wilayah teluk dibatasi oleh morfologi perbukitan, sehingga sungai-sungai
yang bermuara di Teluk Lampung relatif adalah sungai yang pendek dengan
daerah aliran sungai yang sempit. Beberapa sungai yang cukup besar yang
bermuara di Teluk Lampung, diantaranya adalah Way Sulan, Way Galih, Way
Belau, Way Ratai, Way Sabu, Way Pedada, dan Way Punduh. Pada umumnya
sungai-sungai tersebut memiliki lembah yang sempit dan terjal, dengan aliran
sungai bersifat musiman, fluktuasi debit aliran tergantung musim, pada musim
hujan aliran besar dan keruh sedangkan dimusim kemarau kecil dan jernih.
Sebagai bagian dari Teluk Lampung, Pesisir Pantai Pesawaran merupakan
perairan dangkal dengan kedalaman rata-rata 25 m, di mulut teluk kedalaman
rata-rata berkisar pada 35 m dengan kedalaman maksimum 75 m di sekitar Selat
Legundi yang terletak di sebelah barat laut mulut teluk. Menuju arah utara (Teluk
Betung) kedalaman perairan semakin dangkal hingga isobath 5 m pada jarak yang
relatif dekat dengan garis pantai. Di Teluk Ratai garis isobaths 20 m berada
sekitar 3 km jauhnya dari kepala teluk sedangkan di Teluk Pedada pada jarak kirakira 7 km (Gambar 6) (Renstra Pesawaran, 2010).

10

Gambar 6. Peta Batimetri Teluk Lampung

11

Aspek Ekologi
Ekosistem Pesisir Lampung
Garis pantai Lampung sangat panjang, 1.105 km (CRMP, 1998) dan
beragam yang menampilkan lebih dari 15 jenis habitat yang berbeda, termasuk
lingkungan yang dibuat manusia seperti tambak udang dan perkotaan. Pantai
Barat hampir seluruhnya didominasi oleh pantai berpasir, hutan pantai tipe
Barringtonia, dengan sisipan tanaman perkebunan rakyat, dan dataran rendah
yang berhutan Meranti (Dipterocarpaceae) sebagai kelanjutan dari Taman
Nasional Bukit Barisan. Pantai sekitar teluk (Teluk Lampung dan Teluk
Semangka) pada dasarnya mempunyai tipe yang sama, namun mengalami
degradasi dan kohesi lebih besar lagi karena dampak urbanisasi.
Kawasan yang semula merupakan hutan mangrove telah berubah menjadi
tambak udang, terutama pada beberapa teluk dan muara sungai yang sangat jelas
terlihat di Pantai Timur adalah daerah tambak udang yang luas dan sedikit sisa
hutan mangrove. Terumbu karang, padang lamun, dan rumput laut dapat dijumpai
di sepanjang daratan sempit sekitar pulau-pulau di bagian selatan dan barat.
Sebagian habitat ini tumbuh dengan baik di Teluk Lampung dan di Pantai Barat.
Hutan rawa di Pantai Timur sudah banyak dikeringkan, dikonversi menjadi sawah
dan tambak, dan pohonnya ditebangi sehingga fungsi rawanya telah berubah.
Hutan rawa air tawar merupakan lingkungan yang khas di Pantai Timur, namun
tinggal sedikit dan dalam kondisi kritis. Sisa paya-paya, rumput, dan Gelagah
(Saccarum spontanium) yang masih ada di sepanjang Way Mesuji, Way Tulang
Bawang, dan Way Seputih merupakan kolam raksasa pengendali banjir.
Pantai berpasir, pantai berbatu, dan hutan pantai mempunyai susunan
tumbuhan yang didominasi oleh formasi Barringtonia, seperti Ketapang
(Terminalia catappa), Waru Laut (Hibiscus tiliaceus), Nyamplung (Calophyllum
inophyllum), Cemara (Casuarina equisetifolia), dan Rasau Putih (Pandanus
tectorius). Keanekaragaman mangrove di Lampung rendah. Sebagian besar
didominasi oleh Api-api (Avicennia alba dan Avicennia marina) pada lahan yang
baru terbentuk, ditunjang oleh Buta-buta (Bruguiera parviflora dan Excoecaria
agallocha) yang lazim dijumpai di daerah muara. Agak ke hulu dijumpai Nipah
(Nypa fruticans), Pedada (Sonneratia caseolaris), dan Xylocarpus granatum yang
menunjukkan adanya pengaruh air tawar. Bakau (Rhizophora stylosa) terbukti
mendominasi mangrove yang berasosiasi dengan terumbu karang. Hal ini terdapat
di sepanjang pantai dan pulau-pulau di Teluk Lampung.
Mangrove yang berkembang dengan baik memberikan fungsi dan
keuntungan yang besar, baik dalam mendukung perikanan laut, memberi pasokan
bahan bangunan, dan produk-produk lain bagi keperluan masyarakat setempat. Di
samping itu, mangrove dapat menjaga stabilitas garis pantai. Namun karena
kerusakan serius dan hilangnya mangrove di Lampung, maka tidak banyak lagi
yang dapat diharapkan. Paya dan hutan rawa air tawar yang ada di Lampung juga
mengalami kerusakan (Atlas Sumber Daya Wilayah Pesisir Lampung, 1998)

12

Pariwisata di Kabupaten Pesawaran
Wisata Bahari
Kabupaten Pesawaran merupakan daerah yang bersinggungan langsung
dengan laut sehingga sebagian wilayahnya merupakan daerah pesisir. Terdapat
pantai-pantai yang indah di kabupaten ini baik yang sudah dikembangkan menjadi
kawasan pariwisata maupun yang belum.Khususnya pada wilayah di sepanjang
Pantai Mutun hingga Tanjung Putus sudah dikembangkan menjadi daerah wisata.
Akses tranportasi yang berdekatan dengan wilayah kota Bandar lampung
menyebabkan perkembangan wilayah pesisir Pesawaran sebagai salah satu tujuan
wisata pantai. Beberapa wilayah yang banyak dikunjungi wisatawan antara lain
wilayah pantai kelapa rapat, pantai mutun, serta pantai ringgung. Selain wilayah
pesisir pantai disepanjang Pesawaran, juga terdapat pulau-pulau kecil yang cukup
potensial sebagai tujuan wisata. Beberapa pulau mempunyai potensi wisata bahari
yang cukup bagus seperti untuk penyelaman, memancing, renang, dan dayung.
Namun secara umum penataan wilayah kepulauan di Kabupaten Pesawaran belum
dikembangkan sebagai wilayah wisata bahari. Beberapa yang cukup potensial
untuk dikembangkan sebagai daerah tujuan wisata bahari antara lain Pulau
Pahawang, Pulau Legundi, Pulau Tangkil dan Pulau Kelagian.
Untuk mengembangkan wisata bahari di Kabupaten ini diperlukan
adanya penambahan prasarana dan sarana yang dapat meningkatkan
kenyamanan wisatawan. Maka diperlukan adanya perencanaan wisata yang
baik untuk mendukung dan mewujudkan daerah wisata yang nyaman bagi
wisatawan. Disamping itu perlu dipersiapkan SDM yang mempunyai keahlian
dan keterampilan yang dapat diandalkan dalam mengelola potensi yang ada
(Renstra Pesawaran, 2010).

13

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Tapak
Batas Administrasi dan Geografis
Pantai Klara termasuk dalam bagian Wilayah pesisir Teluk Lampung
dansecara administratif terletak di Desa Ketapang, Kecamatan Padang Cermin,
Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung. Secara geografis pantai ini terletak
pada koordinat 105°13’30” BT dan 05°35’10” LS dengan batas-batas :
1. Selatan
: Pulau Kelagian dan Selat Sunda
2. Utara
: Perbukitan Teluk Ratai
3. Timur
: Dusun Ketapang
4. Barat
: Dusun Margo Dalom
Pantai sepanjang 1,25 km ini berbatasan langsung dengan jalan raya
Teluk Ratai sehingga pantai ini dapat terlihat secara langsung bagi pengendara
kendaraan yang melintas dari jalan tersebut (Gambar 7). Jarak Pantai Klara
dengan kota Bandar Lampung (Ibu Kota Provinsi Lampung) tidak begitu jauh jika
menggunakan kendaraan bermotor hanya memakan waktu satu jam. Pengelolaan
Pantai Klara dilaksanakan oleh Primer Koperasi Pangkalan (Primkopal) TNI AL
Panjang sejak tahun 2005. Pihak Primkopal memang membuka kawasan Pantai
Klara untuk rekreasi masyarakat sebagai salah satu sumber pemasukan Primkopal.
Secara keseluruhan luas tapak penelitian ini adalah 14,7 Ha.
Biofisik
Keadaan Geologi Jenis Tanah
Secara geomorfologis, daratan wilayah pesisir Teluk Lampung tergolong
sebagai pedataran pantai sempit dan perbukitan, dengan batuan dominan meliputi
endapan aluvium dan rawa, batu gamping terumbu, dan endapan gunung api muda
berumur quarter (Qhv). Topografi wilayah yang berbatasan langsung dengan laut
(Teluk Lampung) memiliki kelerengan datar (0-3%), dengan elevasi 0-10 m dari
permukaan laut (dpl); (Wiryawan et al., 1999). Fisiografi tanah pada pantai Klara
berupa endapan aluvial dan batuan sedimen yang terdiri dari pasir tufaan, breksi
polimik, breksi vulkanik, batuan piroklastik, batuan andesit dan batu gamping.
Jenis tanah pada pantai ini adalah alluvial lempung berpasir. Bagian tanah
berpasir seperti yang terdapat pada Pantai Klara menjadi potensi wisata. Area
berpasir ini memberikan kenyamanan bagi wisatawan untuk melakukan kegiatan
rekreasi, terlebih lagi kondisi pasir pada Pantai Klara masih tergolong baik yaitu
berwarna putih kecoklatan.

14

Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

15

Iklim
Iklim di wilayah Teluk Lampung tergolong beriklim tropis. Di Teluk
Lampung mengenal adanya dua musim, yaitu musim hujan dan kemarau, seperti
halnya kondisi musim di daerah tropis lainnya di Nusantara. Pada wilayah Teluk
Lampung perubahan musim dipengaruhi oleh angin laut lembah yang bertiup dari
Samudra Indonesia. Bulan November sampai Maret angin bertiup dari arah Barat
dan Barat Laut yang menyebabkan musim hujan. Bulan April sampai Oktober
angin bertiup dari arah Timur dan Tenggara yang menyebabkan musim kemarau.
Berlakunya duamusim di Teluk Lampung berpengaruh terhadap tingkat
curah hujan, suhu udara, kelembapan udara, dan karakteristik angin. Secara
keseluruhan musim kemarau lebih panjang dibandingkan dengan musim hujan
dalam jangka waktu satu tahun. Wisatawan lebih nyaman berekreasi pada saat
cuaca tidak hujan. Artinya kemungkinan jumlah kunjungan dalam setahun lebih
banyak dikarenakan musim kemarau lebih panjang pada daerah Pantai Klara.
Suhu udara
Suhu udara di suatu tempat antara lain ditentukan oleh tinggi rendahnya
tempat tersebut terhadap permukaan laut dan jarak dari pantai. Kondisi suhu
udaradi wilayah Teluk Lampung relatif konstan dengan kisaran sekitar 260C
sampai 300C dengan ketinggian antara 20 sampai 60 meter dari permukaan laut
dan suhu udara maksimum mencapai 330C (DKP Provinsi Lampung, 2007).
Kelembaban udara dan kecepatan angin
Kelembaban udara di wilayah Teluk Lampung relatif tinggi. Pada bulan
Desember hingga Maret kelembapan udara maksimum mencapai 88% sedangkan
kelembapan udara minimum terjadi pada bulan November (DKP
ProvinsiLampung, 2007). Pada mulut Teluk Lampung, kekuatan arus rata-rata
bulanan berkisar antara 0,02-0,87 knot, dimana kecepatan maksimum terjadi pada
bulan Januari dan Februari, dan kecepatan minimum pada bulan maret dan April.
Arus rata-rata bulanan di Selat Sunda ini umumnya mengalir ke arah Samudera
Hindia, kecuali pada bulan Maret, Agustus, dan Oktober.
Pada bulan Maret, arus mengalir ke timur laut (dari Samudera Hindia
menuju Laut Jawa) dengan kecepatan rata-rata 0,02 knot. Pada bulan Agustus dan
Oktober, arus mengalir ke timur dengan kecepatan 0,45 knot pada agustus dan
0,10 knot pada Oktober. Daerah pantai memang memiliki kelembaban yang tinggi
sehingga tidak nyaman berada di kawasan pantai, namun daerah pantai juga
terdapat angin yang selalu bertiup. Hal ini dapat meningkatkan kenyamanan bagi
pengunjungS.
Gelombang
Informasi gelombang di Teluk Lampung didasarkan pada hasil survei
Dishidros TNI-AL (1994) di Teluk Ratai (bagian dari Teluk Lampung), serta data
pengamatan gelombang dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999).
Hasil survei Dishidros TNI-AL (1994) menunjukkan bahwa gelombang di Teluk

16

Ratai pada musim barat memiliki ketinggian antara 0,5-0,75 m, dan pada saat
cuaca buruk dapat mencapai lebih dari 1,5 m. Pada musim timur, tinggi
gelombang antara 0,3-0,6 m. Menurut pencatatan Dishidros TNI-AL antara
tanggal 8 Januari sampai dengan 16 Februari 1994, menunjukkan tinggi
gelombang berkisar antara 0,2-1,0 m. Berdasarkan data pengamatan tinggi
gelombang maksimum dari Bapedalda Prov. Lampung dan PT. TELPP (1999),
didapatkan informasi tambahan informasi gelombang Teluk Lampung.
Pergerakan gelombang dominan yang terjadi adalah dari arah tenggara dan
selatan dengan persentase kejadian berturut-turut sebesar 26,48% dan 31,83%.
Tinggi gelombang maksimum yang paling dominan adalah >50 cm dengan
persentase kejadian sebesar 58,59%. Tinggi gelombang daerah Pantai Klara relatif
tidak tinggi sehingga tidak membahayakan bagi pengunjung untuk melakukan
kegiatan berenang pada daerah pantai.
Curah hujan
Kondisi curah hujan sangat beragam pada tiap-tiap bulannya. Rata-rata
curah hujan di wilayah Teluk Lampung antara 1750-2250 mm/tahun dan puncak
curah hujan tertinggi pada bulan Maret yaitu sebanyak 2559 mm/tahun (DKP
Provinsi Lampung, 2007). Curah hujan yang relatif rendah ini sangat baik bagi
aktivitas rekreasi dan pengunjung yakni memiliki lebih banyak pilihan waktu
kunjungan.
Vegetasi
Vegetasi yang mendominasi di Pantai Klara adalah Kelapa (Cocos
nucifera) (Gambar 8) dan menurut hasil survey jumlah pohon kelapa yang
terdapat di kawasan ini adalah 179 pohon. Kemudian pohon yang mendominasi
selanjutnya adalah pohon Waru laut (Hibiscus tiliaceus) (Gambar 9) yang
berjumlah 160 pohon.Selain kedua jenis pohon di atas terdapat juga pohon
Ketapang (Terminalia catappa) (Gambar 10) namun jumlahnya tidak banyak.

Gambar 8. Pohon Kelapa (Cocos Nucifera)

17

Gambar 9. Waru Laut (Hibiscus tiliaceus)

Gambar 10. Pohon Ketapang (Terminalia catappa)
Vegetasi dapat memperbaiki iklim (Simonds, 2006). Dengan jumlah
pohon yang cukup banyak di pantai ini dapat memberikan kenyamanan suhu
udara sehingga pengunjung dapat nyaman berekreasi di kawasan ini. Vegetasi
yang ada sebaiknya dipertahankan atau bisa ditambahkan sesuai dengan
kebutuhan kawasan agar meningkatkan kenyamanan kawasan rekreasi
Kualitas Visual
Pantai Klara merupakan pantai yang berada di balik perbukitan, sehingga
tepat di belakang pantai atau di bagian utara pantai ada pemandangan perbukitan
yang menarik (Gambar 11). Hal ini menjadi kekuatan visual tersendiri jadi pantai
ini tidak hanya menyediakan keindahan laut saja tetapi juga keindahan bukitbukitnya. Di bagian barat pantai terdapat terdapat Gunung Ratai (Gambar 12)
dengan ketinggian 1684 mdpl. Gunung ini terlihat dari Pantai Klara.

18

Gambar 11. Pemandangan ke Perbukitan Ratai

Gambar 12. Pemandangan ke Gunung Ratai
Pada bagian selatan pantai atau tepat di seberang pantai terdapat Pulau
Kelagian (Gambar 13). Pulau ini sangat terlihat jelas jika dilihat dari sisi Pantai
Klara. Pulau Kelagian adalah salah satu pulau besar yang ada di perairan Teluk
Ratai. Pulau ini memiliki panjang garis pantai ± 10 km. Topografi Pulau Kelagian
berbukit-bukit dengan hutan alam yang cukup lebat. Pulau kelagian menjadi
potensi tersendiri yang dimiliki oleh Pantai Klara sebagai salah satu daya tarik
wisatawan.
Letak Pantai Klara tepat di pinggir jalan raya Teluk Ratai sehingga
keindahan laut sebenarnya bisa langsung dinikmati para pengguna jalan raya
langsung. Namun keindahan ini tidak bisa dilihat secara menyeluruh karena
khususnya di bagian Pantai Klara pemandangan kearah laut ditutupi oleh pagar
pembatas kayu dan tanaman yang ditanam sepanjang pantai (Gambar 14). Pagar
dan tanaman ini menghalangi para pengendara untuk melihat keindahan laut
Teluk Ratai.

19

Gambar 13. Pemandangan ke Pulau Kelagian

Gambar 14. Pagar dan tanaman menutupi pemandangan ke laut
Untuk bisa dinikmati, pemandangan harus disesuaikan kepada orang dan
kepada area-area dan ruang yang dipakai oleh orang tersebut. Kita harus
memastikan, bagaimanapun, kalau penggunaan dan pemandangan harus sesuai
(Simonds, 2006). Untuk itu pemandangan yang menjadi potensi di kawasan ini
harus dipertahankan dan diberikan bukaan agar pengunjung dapat menikmatinya.
Dalam perencanaan kawasan ini sebagai kawasan rekreasi harus memperhatikan
dan memanfaatkan potensi pemandangan yang terdapat di tapak.

20

Gambar 15. Peta Analisis Visual

21

Penggunaan Lahan
Kawasan Pantai Klara dan sekitarnya merupakan kawasan milik TNI AL
Panjang. Daerah Pantai Klara sendiri memang dikhususkan untuk kegiatan
rekreasi publik dengan luas ± 3,5 ha. Pantai ini dilintasi oleh jalan raya dan
dikelilingi oleh hutan dan perbukitan. Pada bagian utara pantai atau tepat di
seberang jalan terdapat ladang kering yang tidak digunakan. Lahan ini hanya
ditumbuhi rumput-rumput liar dan terdapat bebatuan (Gambar 16).
Area ini dapat dimanfaatkan sebagai area parkir mengingat tidak adanya
lahan parkir khusus di Pantai Klara. Saat ini pengunjung yang membawa
kendaraan memarkir kendaraannya di kawasan pantai dengan sembarangan. Hal
ini menyebabkan kerugian yaitu area pantai menjadi rusak dan dengan adanya
kendaraan yang banyak membuat area untuk berekreasi menjadi berkurang.
Aksesibilitas
Pantai Klara dilintasi oleh jalan provinsi yang menghubungkan Kota
Bandar Lampung (Ibu Kota Lampung) dengan Kecamatan Padang Cermin. Jarak
antara Kota Bandar Lampung dan Kecamatan Padang Cermin adalah ± 75 km, di
sepanjang jalan ini ada bagian jalan yang bersinggungan langsung dengan garis
pantai. Panjang jalan yang bersinggungan ini sekitar 2,5 km. Bagi pengendara
yang melalui jalan ini dapat melihat secara langsung laut lepas yang indah dan
Pantai Klara terletak di bagian jalan ini (Gambar 17).
Panjang jalan yang bersinggungan dengan Pantai Klara sekitar 1,25 km.
Karena pantai ini dilalui jalan provinsi maka akses menuju tapak sangat mudah
ditempuh bagi pengunjung yang ingin mengunjungi Pantai Klara. Dari Kota
Bandar Lampung menuju Pantai Klara berjarak ± 40 km sehingga jika
menggunakan kendaraan bermotor memakan waktu ± 1 jam perjalanan. Dari
Kecamatan Padang Cermin menuju Pantai Klara dengan kendaraan bermotor
memakan waktu ± 45 menit dengan jarak tempuh ± 35 km.
Namun tidak ada jalan alternatif menuju tapak ini dan tidak ada angkutan
umum yang mencapai lokasi Pantai Klara sehingga hal ini menyulitkan bagi
pengunjung yang tidak memiliki kendaraan yang hendak berkunjung. Pemerintah
setempat sebaiknya menyediakan angkutan umum yang melewati daerah tersebut
untuk meningkatkan pengunjung dan kegiatan rekreasi di daerah tersebut.
Kemiringan Lahan dan Penutupan Lahan
Secara keseluruhan Pantai Klara memilki kemiringan yang datar (0-8%),
landai (8-15%) dan curam (>15%).Area datar terdapat di bagian pantai yang luas
sedangkan yang landai umummnya pada bagian pantai yang sempit. Lahan yang
curam berada pada bagian utara atau dekat perbukitan. Menurut Hardjowigeno,
dkk (1994) area yang datar termasuk dalam kategori baik untuk kegiatan rekreasi
sedangkan area landai termasuk dalam kategori sedang untuk kegiatan rekreasi
(Gambar 18). Pengunjung Pantai Klara biasanya melakukan kegiatan aktif di
daerah yang datar sedangkan pada daerah yang landai rata-rata pengunjung
melakukan kegiatan pasif.

22

Topografi Pantai Klara yang datar dan landai menunjukkan bahwa area ini
sesuai untuk dikembangkan untuk kawasan rekreasi. Dengan lahan yang datar dan
landai pengunjung akan merasa nyaman untuk melakukan kegiatan rekreasi.
Selain itu pengelola tidak perlu melakukan banyak perubahan topografi jika ingin
menambahkan fasilitas/bangunan di daerah pantai ini. Daerah dengan
kemiringannya datar atau landai penutupan lahannya didominasi oleh tanah
berpasir. Sedangkan dengan kemiringan lahan curam penutupan lahannya
berupa hutan (Gambar 19).
Aspek Sosial dan Budaya
Kondisi Sosial dan Budaya
Penduduk di wilayah Kabupaten Pesawaran menyebar di 7 Kecamatan
yaitu Kecamatan Padang Cermin, Punduh Pidada, Kedondong, Way Lima,
Gedong Tataan, Negeri Katon dan Tegineneng. Hingga Tahun 2008, jumlah
penduduk di Kabupaten Pesawaran berjumlah 409.615 Jiwa, yang menempati
luas wilayah 1.173,77 Km2.
Mata pencaharian penduduk pesisir pada umumnya adalah petani,
sedangkan sebagian lainnya sebagai nelayan dan pembudidaya ikan. Selain
mata pencaharian utama, umumnya masyarakat pesisir memiliki pekerjaan
sampingan sebagai nelayan. Penduduk yang bertempat tinggal di sekitar Pantai
Klara atau tepatnya di Desa Gebang rata-rata memiliki perahu kayu, namun
perahu tersebut tidak digunakan mereka untuk berlayar sendiri. Mereka pada
umumnya hanya menyewakan perahu mereka kepada orang-orang dari kota
yang datang untuk memancing. Para penyewa perahu mengaku kalau
pendapatan dari menyewakan perahu lebih besar dari pada berlayar sendiri
untuk mencari ikan.
Selama ini para pemancing data