Analisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

(1)

ABSTRAK

Analisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Oleh Nurpine Nadeak

Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani, arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Pengelolaan lahan dengan sistem agroforestri yang berkelanjutan mampu meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan. Untuk itu perlu dilakukan analisis finansial terhadap pola tanam agroforestri berdasarkan beberapa jenis tanaman yang dominan di lahan agroforestri petani. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola tanam agroforestri yang lebih menguntungkan berdasarkan analisis finansial di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung yang dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive sampling. Analisis finansial pola tanam agroforestri menggunakan metode NPV, BCR dan IRR dengan umur kelayakan usaha 20 tahun dan tingkat suku bunga 12%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 9 pola tanam agroforestri yang diterapkan petani. Hasil analisis menunjukkan bahwa kesembilan pola tanam tersebut layak secara finansial. Diantara kesembilan pola tanam tersebut pola VI memiliki kelayakan yang lebih tinggi yang merupakan kombinasi Kakao, Kelapa dan Pisang sebagai tanaman utama dengan nilai NPVsebesar Rp 71.392.802.34,-, BCR sebesar 7.39 dan IRR sebesar 96%.


(2)

ABSTRACT

Financial Analysis of Agroforestry Cropping Patterns in Pesawaran Indah Village, Subdistrict of Padang Cermin, District of Pesawaran, Lampung

By Nurpine Nadeak

Agroforestry in Indonesian language simply means as planting trees on agricultural land. Land’s management with sustainable agroforestry systems can improve field production totally. It has needed to do financial analysis for agroforestry cropping patterns. It based on some of dominant plant species in agroforestry cropping patterns. This study aims to determine a profitable agroforestry cropping patterns based on financial analysis in the Pasawaran Indah Village of Padang Cermin Subdistrict on Pesawaran District. The study was conducted in March-May 2012. Sampling used by purposive sampling technique. Financial analysis of agroforestry cropping pattern used the NPV, BCR and IRR with feasibility age of 20 years and an interest rate of 12%. The results showed that there are 9 agroforestry cropping patterns applied. Analysis showed that 9 agroforestry cropping patterns is financially viable to be applied. Among that, pattern VI has the highest feasible with Cocoa, Banana and Coconut as the main crops with NPV is Rp 71.392.802.34,-, BCR of 7.39 and an IRR of 96%.


(3)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau agroforestri, arti sederhananya adalah menanam pepohonan di lahan pertanian. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad, misalnya sistem ladang berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang penggembalaan. Menurut King dan Chandler (1982) dalam Hairiah, dkk (2003) agroforestri adalah sistem pengelolaan yang berkelanjutan yang mampu meningkatkan produksi lahan secara keseluruhan, merupakan kombinasi tanaman berkayu (pohon) dengan tanaman bukan kayu (pertanian dan perkebunan) dan/atau hewan (ternak) yang dilaksanakan pada satu bidang lahan baik secara bersama atau bergiliran.

Pemanfaatan lahan dengan sistem agroforestri sangat menguntungkan bagi petani karena terdiri dari tanaman semusim dan tahunan yang hasilnya lebih produktif (Hairiah, dkk, 2003). Sistem agroforestri telah banyak diterapkan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia. Salah satu daerah yang menerapkan sistem agroforestri adalah Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Sistem agroforestri


(4)

yang diterapkan di Desa Pesawaran Indah pada umumnya merupakan kombinasi tanaman kehutanan (pohon) dengan tanaman pertanian dan perkebunan. Sebagian besar masyarakat yang tinggal di Desa Pesawaran Indah hidup sebagai petani dan mengelola lahannya dengan sistem agroforestri.

Jenis-jenis pohon penghasil kayu yang banyak ditanam di lahan agroforestri petani adalah Sengon (Paraserianthes falcataria), Cempaka (Michelia alba), Bayur (Pterospermum javanicum) dan Jati (Tectona grandis). Jenis-jenis tanaman pertanian dan Multi Purpose Tree Species (MPTS) yang banyak ditanam meliputi Kakao (Theobroma cacao), Pisang (Musa paradisiaca), Kopi (Coffea robusta), Kelapa (Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus) dan Rambutan (Nephelium lappaceum). Dari beberapa jenis tanaman yang ditanam masyarakat tersebut, yang menjadi tanaman utama adalah Kakao (Theobroma cacao) sedangkan tanaman yang lainnya hanya sebagai tanaman pengisi atau peneduh. Hasil agroforestri tersebut dijual sebagai sumber pendapatan rumah tangga dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Secara keseluruhan lahan agroforestri yang dikelola di Desa Pesawaran Indah merupakan tanah milik masyarakat. Luas lahan agroforestri di Desa Pesawaran Indah pada tahun 2007 adalah 1.106 ha (BPN Lampung Selatan, 2007) dan pada tahun 2010 luas lahan agroforestri adalah 868 ha (Kecamatan Padang Cermin, 2010). Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa luas lahan menurun 238 ha selama tiga tahun padahal sebagian besar petani


(5)

menggantungkan hidupnya dari hasil agroforestri tersebut. Penurunan luas lahan agroforestri ini disebabkan adanya alih fungsi pemanfaatan lahan agroforestri menjadi pemukiman dan pemanfaatan lainnya. Oleh karena itu petani perlu meningkatkan pengelolaan agroforestri agar hasil yang diperoleh dari lahan agroforestri tetap meningkat dan memberikan keuntungan maksimal bagi petani meskipun luas lahan semakin berkurang. Oleh karena itu penelitian mengenai analisis finansial terhadap pola tanam agroforestri yang diterapkan petani perlu dilakukan untuk mengetahui pola tanam yang lebih layak/menguntungkan diterapkan oleh petani.

B. Rumusan Masalah

Apakah pola tanam agroforestri yang diterapkan oleh petani di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung menguntungkan berdasarkan analisis finansial?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola tanam agroforestri yang lebih layak/menguntungkan di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung berdasarkan analisis finansial.


(6)

D. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan informasi bagi para petani untuk menerapkan sistem agroforestri dengan pola tanam yang paling menguntungkan/layak berdasarkan analisis finansial.

2. Sebagai bahan informasi dan studi bagi pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan sistem agroforestri.

E. Kerangka Pemikiran

Petani di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran mengelola sumber daya alam dengan menggunakan sistem agroforestri berupa kombinasi tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian. Bentuk agroforestri berupa ladang, kebun, dan pekarangan di sekitar rumah. Penerapan sistem agroforestri diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dimana dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan tanpa mengurangi kualitas produk yang dihasilkan.

Sistem agroforestri yang diterapkan petani menggunakan beberapa faktor produksi seperti tenaga kerja, pupuk, pestisida, bibit dan peralatan (alat tani). Pengembalian biaya yang dikeluarkan akan bergantung dari keberhasilan pengelolaan pola tanam sistem agroforestri. Dari hasil agroforestri tersebut diperoleh produksi yang oleh petani akan dijual dengan tingkat harga tertentu. Hasil penjualan tersebut petani memperoleh imbalan dalam bentuk uang. Uang yang diterima petani disebut penerimaan atau pendapatan kotor. Penerimaan atau pendapatan kotor bila dikurangi dengan biaya produksi dari penggunaan faktor-faktor produksi yang dikorbankan petani, disebut dengan


(7)

pendapatan bersih (net income) atau keuntungan dari hasil pengelolaan agroforestri.

Keuntungan petani juga dapat diketahui dengan analisis finansial (NPV, IRR, B/C). Analisis finansial dalam hal ini dipengaruhi oleh suku bunga bank dan umur pengusahaanpola tanam agroforestri yaitu selama 20 tahun. Sehingga akan terlihat hasilnya apakah pola tanam tersebut menguntungkan/tidak menguntungkan secara finansial untuk diterapkan.

Gambar 1. Kerangka pemikiran Petani Lahan agroforestri Faktor-faktor

produksi: Lahan Bibit Pupuk dan pestisida Tenaga kerja Peralatan

Produksi

Penerimaan Harga jual

Biaya produksi

Pendapatan bersih

Analisis finansial NPV

IRR B/C

Menguntungkan Tidak menguntungkan Pola tanam agroforestri


(8)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Agroforestri

Hairiah, dkk (2003) mendefinisikan agroforestri merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan di bidang pertanian dan kehutanan yang mencoba menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu nama kolektif untuk sistem-sistem penggunaan lahan dengan tanaman keras berkayu (pohon-pohonan, perdu, jenis-jenis palm, bambu) yang ditanam bersamaan dengan tanaman pertanian dan/atau atau dikombinasikan dengan pengusahaan/budidaya ternak hewan. Di dalam sistem agroforestri tersebut terdapat interaksi-interaksi ekologi dan ekonomi diantara berbagai komponen yang bersangkutan (Nair, 1993 dalam Suharjito, dkk, 2003).

Menurut De Foresta dan Michon (1997) dalam Hairiah, dkk (2003), agroforestri dapat dikelompokkan menjadi dua sistem, yaitu sistem agroforestri sederhana dan sistem agroforestri kompleks. Sistem ini telah dipraktekkan oleh petani di berbagai tempat di Indonesia selama berabad-abad, misalnya sistem ladang berpindah, kebun campuran di lahan sekitar rumah (pekarangan) dan padang penggembalaan. Sistem agroforestri sederhana adalah menanam pepohonan secara tumpang sari dengan satu atau beberapa jenis tanaman semusim. Jenis-jenis pohon yang ditanam bisa


(9)

bernilai ekonomi tinggi misalnya Kelapa (Cocos nucifera), Karet (Hevea brasiliensis), Cengkeh (Syzygium aromaticum) dan Jati (Tectona grandis) atau bernilai ekonomi rendah seperti Dadap (Erythrina Sp), Lamtoro (Leucaena leucocephala) dan Kaliandra (Calliandra Sp). Sedangkan jenis tanaman semusim misalnya Padi (Oryza sativa), Jagung (Zea mays), palawija, sayur-mayur dan rerumputan atau jenis tanaman lain seperti Pisang (Musa paradisiaca), Kopi (Coffea robusta) dan Coklat (Theobroma cacao). Sistem agroforestri kompleks, merupakan suatu sistem pertanian menetap yang berisi banyak jenis tanaman (berbasis pohon) yang ditanam dan dirawat dengan pola tanam dan ekosistem menyerupai hutan. Di dalam sistem ini tercakup beraneka jenis komponen seperti pepohonan, perdu, tanaman musiman dan rerumputan dalam jumlah banyak.

Sistem penguasaan sumber daya agroforestri mengandung aspek hubungan sosial berupa hubungan kerja atau bagi hasil antara pemilik agroforestri dengan buruh tani. Hubungan sosial itu menunjukkan posisi-posisi dan kekuasaan-kekuasaan orang-orang (pihak-pihak) yang terlibat. Hairiah, dkk (2003) mengemukakan pihak yang memegang kekuasaan lebih besar terhadap sumber daya agroforestri akan menentukan pola hubungan tersebut dan menentukan sistem agroforestri yang dikembangkan. Adanya perkembangan sosial ekonomi mengakibatkan hubungan-hubungan sosial berkembang. Sehingga aturan penguasaan sumber daya agroforestri semakin kompleks. Penguasaan sumber daya agroforestri yang semakin kompleks inilah mengakibatkan masyarakat yang mengelola hutan secara agroforestri memikirkan pengelolaan yang baik untuk kesejahteraannya.


(10)

Kegiatan pengusahaan lahan dengan sistem agroforestri merupakan kombinasi tanaman pertanian dengan kehutanan dan/atau hewan (ternak), serta kegiatan aneka usaha tani dan kehutanan lainnya sebagai suatu ragam kegiatan yang memanfaatkan hasil hutan non kayu dan hasil hutan kayu serta jasa lingkungan lainnya. Adapun konsep agroforestri merupakan manajemen pengelolaan lahan yang mengkombinasikan prinsip pertanian dan prinsip rimba, dimana pertanian memproduksi hasil pertanian sedangkan kehutanan menghasilkan kayu bagi bahan baku produksi maupun kebutuhan masyarakat untuk pembangunan rumah, gedung dan sarana-sarana yang lainnya serta hasil-hasil produksi non kayu lainnya seperti getah, tanaman obat-obatan dan lainnya (Lahjie, 2004 dalam Balkis, 2008).

Pada dasarnya agroforestri terdiri dari tiga komponen pokok yaitu kehutanan, pertanian dan peternakan, dimana masing-masing komponen sebenarnya dapat berdiri sendiri-sendiri sebagai satu bentuk sistem penggunaan lahan. Hanya saja sistem-sistem tersebut umumnya ditujukan pada produksi satu komoditi khas atau kelompok produk yang serupa. Penggabungan tiga komponen tersebut menghasilkan beberapa kemungkinan bentuk kombinasi sebagai berikut (Hairiah, dkk, 2003):

1. Agrisilvikultur: kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan (pepohonan, perdu, palem, bambu, dll) dengan komponen pertanian. 2. Silvopastura: kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan

dengan peternakan.

3. Agrosilvopastura: kombinasi antara komponen atau kegiatan pertanian dengan kehutanan dan peternakan/hewan.


(11)

4. Silvofishery: kombinasi antara komponen atau kegiatan kehutanan dengan perikanan.

5. Apiculture: budidaya lebah atau serangga yang dilakukan dalam kegiatan atau komponen kehutanan.

Gambar 2. Ruang lingkup sistem pemanfaatan lahan secara agroforestri.

B. Pengelolaan Agroforestri

Pengelolaan sistem agroforestri meliputi pengolahan tanah, pemupukan, penyiangan, pemangkasan, dan pemberantasan hama/penyakit, seringkali berbeda-beda antar lokasi dan bahkan antar petani. Sistem pengelolaan yang berbeda-beda itu dapat disebabkan oleh perbedaan kondisi biofisik (tanah dan iklim), perbedaan ketersediaan modal dan tenaga kerja, serta perbedaan latar belakang sosial-budaya. Oleh karena itu produksi yang dihasilkan dari sistem agroforestri juga bermacam-macam, misalnya buah-buahan, kayu bangunan, kayu bakar, getah, pakan, sayur-sayuran, umbi-umbian, dan biji-bijian dan ternak (Suharjito, dkk, 2003).


(12)

Mengingat keberagaman itu, maka dalam menentukan rumusan pengelolaan sistem agroforestri harus berpegang pada prinsip-prinsip atau dasar-dasar yang dapat mendorong tercapainya produktivitas, keberlanjutan dan penyebarluasan sistem agroforestri di berbagai tempat dan kondisi yang berbeda. Beberapa prinsip yang perlu dipegang dalam menentukan rumusan pengelolaan itu adalah (Suharjito, dkk, 2003):

1. Pengelolaan agroforestri secara umum harus bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan keunggulan-keunggulan sistem agroforestri, serta mengurangi atau meniadakan kelemahan-kelemahannya, sehingga dapat mewujudkan kelestarian sumber daya alam dan lingkungan serta meningkatkan kesejahteraan petani.

2. Rumusan pengelolaan agroforestri yang berbeda (spesifik) untuk kondisi lahan dan masyarakat yang berbeda. Jadi tidak mungkin dan tidak boleh ada satu rumusan pengelolaan agroforestri yang berlaku untuk semua keadaan lahan dan masyarakat yang berbeda-beda. Namun demikian, perbedaan kondisi lahan dan kondisi masyarakat perlu dikategorikan dan diklasifikasikan secara tepat dan akurat, agar ragam rumusan manajemennya tidak terlalu banyak.

3. Rumusan pengelolaan agroforestri adalah beragam (lebih dari satu pilihan), tetapi tetap memenuhi kriteria:

 campuran jenis tanaman tahunan/pohon-pohonan (kehutanan) dan tanaman setahun/pangan/pakan ternak (pertanian)


(13)

 mempunyai produktivitas yang cukup tinggi dan memberi pendapatan yang berarti bagi petani

 terjaga kelestarian fungsi ekosistemnya

 dapat diadopsi dan dilaksanakan oleh masyarakat khususnya oleh petani yang terlibat.

4. Unit terkecil manajemen agroforestri adalah rumah tangga, yakni pada tingkat pengambilan keputusan terendah. Namun, agroforestri dapat saja dipraktekkan oleh pengusaha dalam skala unit yang relatif besar.

Salah satu sasaran utama dari setiap usaha pertanian termasuk agroforestri adalah produksi yang berkelanjutan (sustainable) yang dicirikan oleh stabilitas produksi dalam jangka panjang. Beberapa indikator terselenggaranya sistem pertanian yang berkelanjutan adalah (a) dapat dipertahankannya sumber daya alam sebagai penunjang produksi tanaman dalam jangka panjang, (b) penggunaan tenaga kerja yang cukup rendah, (c) tidak adanya kelaparan tanah, (d) tetap terjaganya kondisi lingkungan tanah dan air, (e) rendahnya emisi gas rumah kaca serta (f) terjaganya keanekaragaman hayati (Wijayanto, dkk, 2003).

Sistem pertanaman monokultur tanaman semusim/pangan dalam jangka panjang menyebabkan terjadinya penurunan kesuburan lahan yang akhirnya mengakibatkan penurunan produksi tanaman dari tahun ke tahun. Oleh karena itu pertanian monokultur umumnya membutuhkan penambahan pupuk buatan maupun pupuk organik yang jumlahnya semakin meningkat setiap tahun. Sedangkan penanaman tanaman tahunan/pohon jenis-jenis tertentu


(14)

mampu menjaga kesuburan lahan atau bahkan meningkatkan kesuburan lahan, melalui kemampuan pohon untuk melakukan daur ulang unsur hara. Pencampuran tanaman semusim/pangan dengan pohon dan/atau hewan dalam jangka panjang akan menjaga kesuburan lahan dan produksi tanaman pangan, karena tanaman tahunan/pohon diharapkan mampu mempertahankan kesuburan lahan, sehingga tidak terjadi penurunan produksi tanaman pangan secara drastis pada masa yang akan datang, apabila hal ini terpenuhi, setidaknya kebutuhan subsistem keluarga masih akan terpenuhi dalam jangka panjang (Nair, 1993).

Pengelolaan agroforestri berkaitan dengan optimalisasi penggunaan lahan untuk mencukupi kebutuhan hidup petani dan dalam rangka pelestarian sumberdaya alam sekitarnya. Agroforestri merupakan perpaduan usahatani dan kehutanan yang dapat memelihara kelestarian lingkungan, baik dari segi erosi maupun dari segi peredaran hara. Dengan demikian agroforestri dapat memanfaatkan ruang dengan efisien dan waktu dengan produktif berupa tanam gilir (sequential cropping). Efisiensi dalam ruang dan waktu dapat tercermin dalam besarnya penghasilan bagi petani dengan adanya pemilihan yang tepat mengenai jenis yang ditanam (Sundawati, dkk, 2008).

Pengambilan keputusan petani dalam pengusahaan agroforestri tidak selalu didasarkan kepada pertimbangan finansial atau dengan kata lain pertimbangan finansial tidak selalu menjadi aspek nomor satu dalam pengambilan keputusan tetapi ada aspek sosial budaya yang lebih dominan. Seperti yang terdapat di Krui, Lampung Barat bahwa masyarakat lebih


(15)

mengutamakan aspek sosial budaya dalam pengusahaan agroforestri. Hal ini terbukti bahwa masyarakat Krui tidak lantas memilih untuk menanam lada saja secara monokultur yang sebenarnya lebih menguntungkan walaupun pendapatan terbesar masyarakat dari Repong Damar adalah pada fase penanaman lada. Hal ini dipengaruhi ada faktor-faktor sosial budaya yang mendorong masyarakat untuk membangun Repong Damar, di antaranya adalah adanya rasa kebanggaan apabila seseorang dapat mewariskan Repong Damar kepada anak cucunya (Suharjito, dkk, 2003).

Pencampuran tanaman semusim/pangan dan pohon dalam jangka panjang akan menjaga penurunan kesuburan lahan dan produksi tanaman pangan. Apabila pada saat ini kita menanam tanaman tahunan yang dalam jangka panjang maka akan memberikan hasil yang lebih besar. Tanaman tahunan/pohon diharapkan mampu mempertahankan kesuburan lahan, sehingga tidak terjadi penurunan produksi tanaman pangan secara drastis pada masa yang akan datang. Apabila hal ini terpenuhi, paling tidak kebutuhan subsisten keluarga akan masih terpenuhi dalam jangka panjang (Suharjito, dkk, 2003).

Menurut Widianto dkk (2003), ada beberapa peran dan fungsi agroforestri terhadap aspek ekonomi, antara lain:

1. Aspek Ekonomi Agroforestri Pada Tingkat Kawasan

Sistem agroforestri memiliki beberapa komponen berbeda yang saling berinteraksi dalam satu sistem (pohon, tanaman dan/atau ternak) membuat sistem ini memiliki karakteristik yang unik dalam hal jenis


(16)

produk, waktu untuk memperoleh produk dan orientasi penggunaan produk. Jenis produk yang dihasilkan sistem agroforestri sangat beragam, yang bisa dibagi menjadi dua kelompok yaitu:

a. Produk untuk komersial misalnya bahan pangan, buah-buahan, hijauan makanan ternak, kayu bangunan, kayu bakar, daun, kulit, getah, dan lain-lain.

b. Pelayanan jasa lingkungan, misalnya konservasi sumber daya alam (tanah, air, dan keanekaragaman hayati). Pola tanam dapat dilakukan dalam suatu unit lahan pada waktu bersamaan pada waktu yang berbeda/berurutan, melibatkan beraneka jenis tanaman tahunan maupun musiman. Pola tanam dalam sistem agroforestri memungkinkan terjadinya penyebaran kegiatan sepanjang tahun dan waktu panen yang berbeda-beda, mulai dari harian, mingguan, musiman, tahunan, atau sewaktu-waktu. Keragaman jenis produk dan waktu panen memungkinkan penggunaan produk yang sangat beragam pula. Tidak semua produk yang dihasilkan oleh sistem agroforestri digunakan untuk satu tujuan saja. Ada sebagian produk yang digunakan untuk kepentingan subsisten, sosial atau komunal dan komersial maupun untuk jasa lingkungan.

2. Agroforestri dan Penyediaan Lapangan Kerja

Sistem agroforestri membutuhkan tenaga kerja yang tersebar merata sepanjang tahun selama bertahun-tahun. Hal ini mungkin terjadi karena kegiatan berkaitan dengan berbagai komponen dalam sistem agroforestri yang memerlukan tenaga kerja terjadi pada waktu yang berbeda-beda


(17)

dalam satu tahun. Kebutuhan tenaga kerja dalam sistem pertanian monokultur bersifat musiman, ada periode di mana kebutuhan tenaga sangat besar (misalnya musim hujan) dan periode di mana tidak ada kegiatan (musim kemarau). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kebutuhan tenaga kerja pada sistem agroforestri justru lebih rendah dibandingkan sistem pertanian monokultur, baik tanaman semusim maupun tanaman tahunan. Dalam perkembangan praktek agroforestri terdapat dua periode yang perlu diperhatikan, yaitu:

a. Periode pengembangan, mulai saat persiapan sampai dengan mulai memberikan keuntungan.

b. Periode operasi, mulai memberikan keuntungan (cash flow positif).

C. Biaya Produksi

Heriyanto (2007), menyatakan bahwa biaya produksi dalam pengelolaan suatu usahatani merupakan semua biaya yang dikeluarkan oleh seseorang dalam proses produksi untuk mengubahnya menjadi suatu produk. Pengertian biaya menurut Soekartawi (2002) adalah satuan-satuan nilai dari alat-alat produksi yang telah dikorbankan untuk suatu proses produksi. Menurut perubahan volume dalam produksi, biaya dibagi atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada volume produksi. Sedangkan yang dimaksud dengan biaya variabel yaitu biaya yang berubah sebanding dengan perubahan volume produksi (Soekartawi, 2002).


(18)

Banyaknya hasil panen mencerminkan besarnya pendapatan yang diterima dan pendapatan tersebut sebagian besar untuk keperluan pemenuhan kebutuhan sehari-hari keluarga. Dengan demikian terpenuhinya tingkat kebutuhan keluarga terpenuhi sangat ditentukan oleh pendapatan yang diterimanya. Berdasarkan teori ekonomi makro, usaha tani pada prinsipnya dapat digolongkan sama dengan bentuk perusahaan, dimana untuk memproduksi secara umum diperlukan modal, tenaga kerja, teknologi dan kekayaan alam (Heriyanto, 2007).

Petani akan selalu berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan produksinya, untuk memperoleh keuntungan maksimum dari agroforestrinya, karena besar kecilnya jumlah produksi akan mempengaruhi jumlah hasil atau pendapatan. Pendapatan merupakan hasil dari penerimaan agroforestri dikurangi seluruh total biaya yang dikeluarkan dalam pengelolaan agroforestri (Soekartawi, 1995).

Sistem agroforestri dapat dikatakan menguntungkan apabila (Suharjito, dkk, 2003):

1) Dapat menghasilkan tingkat output yang lebih banyak dengan menggunakan jumlah input yang sama, atau

2) Membutuhkan jumlah input yang lebih rendah untuk menghasilkan tingkat output yang sama. Kondisi ini dicapai apabila ada interaksi antar komponen yang saling menguntungkan baik dari segi biofisik, maupun ekonomi. Interaksi biofisik sebenarnya mencerminkan interaksi ekonomi, apabila output fisik per satuan lahan diubah menjadi nilai uang per satuan


(19)

biaya. Sama halnya dengan interaksi biofisik, interaksi ekonomi antar komponen dalam sistem agroforestri dapat bersifat menguntungkan, netral, maupun kompetitif. Dasar penerapan agroforestri adalah interaksi biofisik yang positif, yang nantinya akan menghasilkan interaksi ekonomi yang positif.

D. Analisis Finansial Agroforestri

Pada kondisi nyata di lapangan, produksi dari suatu sistem agroforestri membutuhkan jangka waktu lama untuk dapat menghasilkan produk dari spesies tanaman tahunan. Selain itu manfaat keberadaan sistem agroforestri terhadap lingkungan tidak bisa dilihat dalam waktu pendek. Oleh karena itu analisis jangka panjang dianggap lebih tepat untuk melihat keseluruhan keuntungan yang dapat diberikan oleh suatu sistem agroforestri (Nair, 1993). Sistem agroforestri menghasilkan bermacam-macam produk yang jangka waktu pemanenannya berbeda. Untuk melihat sejauh mana suatu usaha agroforestri memberikan keuntungan, maka analisis yang paling sesuai untuk dipakai adalah analisis proyek yang berbasis finansial. Menurut Lahjie (2004) dalam Balkis (2008) analisis finansial pada dasarnya dilakukan untuk mengetahui seberapa besar manfaat yang diperoleh, biaya yang dikeluarkan, berapa keuntungannya, kapan pengembalian investasi terjadi dan pada tingkat suku bunga berapa investasi itu memberikan manfaat. Melalui cara berpikir seperti itu maka harus ada ukuran-ukuran terhadap kinerjanya. Ukuran-ukuran yang digunakan umumnya adalah:


(20)

a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value (NPV) yaitu nilai saat ini yang mencerminkan nilai keuntungan yang diperoleh selama jangka waktu pengusahaan dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang. Karena jangka waktu kegiatan pengelolaan agroforestri cukup panjang, maka tidak seluruh biaya bisa dikeluarkan pada saat yang sama, demikian pula hasil yang diperoleh dari pengelolaan agroforestri dapat berbeda waktunya. Untuk mengetahui nilai uang di masa yang akan datang yang dihitung pada saat ini, maka baik biaya maupun pendapatan agroforestri di masa yang akan datang harus dikalikan dengan faktor diskonto yang besarnya tergantung kepada tingkat suku bunga bank yang berlaku di pasaran. Suatu usaha dapat dikatakan menguntungkan bila NPV > 0 sebaliknya jika NPV < 0 berarti usaha tersebut tidak menguntungkan.

b. Benefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio (BCR) yaitu perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran selama jangka waktu pengusahaan (dengan memperhitungkan nilai waktu dari uang). Nilai BCR > 1 menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan menguntungkan dan sebaliknya jika BCR < 1 berarti usaha tersebut tidak menguntungkan.

c. Internal Rate of Returns (IRR)

Internal Rate of Returns (IRR) menunjukkan tingkat suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek/usaha atau dengan kata lain merupakan kemampuan memperoleh pendapatan dari uang yang diinvestasikan. Dalam perhitungan, IRR adalah tingkat suku bunga


(21)

apabila BCR yang terdiskonto sama dengan nol. Pengelolaan agroforestri akan dikatakan menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat tersebut.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Kusumedi, dkk (2010) tentang analisis finansial pengelolaan agroforestri dengan pola Sengon dan Kapulaga di Desa Tirip Kecamatan Wadaslintang Kabupaten Wonosobo diperoleh nilai NPV sebesar Rp 112.039.098,-, nilai BCR sebesar 2,32 dengan tingkat suku bunga

9,3% dan IRR sebesar 35% serta pendapatan pertahun sebesar Rp. 18.916.524,-. Pada penelitian Syahrani dan Husainie (2003) pengusahaan

kebun hutan dengan tanaman Durian di Kabupaten Kutai Negara Kalimantan Timur diperoleh nilai NPV sebesar Rp 7.982.175,-, nilai BCR sebesar 2,12 dinilai pada tingkat bunga 15% dan IRR sebesar 20,95%. Pada penelitian Trisnawati, dkk (2004) kelayakan usahatani pola tumpangsari tanaman Kopi dengan Jeruk di Desa Belantih Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli diperoleh nilai NPV sebesar > 0, IRR > 20% dan B/C ratio > 1.


(22)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran pada bulan Maret-Mei 2012.

B. Objek dan Alat Penelitian

Objek penelitian yaitu petani yang menerapkan sistem agroforestri di lahan yang dikelola di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran. Alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi panduan wawancara atau kuesioner, alat tulis, kamera, kalkulator, komputer dan alat bantu lainnya.

C. Batasan Penelitian

Beberapa batasan penelitian ini diantaranya adalah:

1. Agroforestri merupakan kombinasi tanaman pertanian dengan tanaman kehutanan yang dilaksanakan pada satu bidang lahan baik secara bersama atau bergiliran.

2. Biaya produksi pengelolaan pola tanam agroforestri adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi hasil pola tanam agroforestri.


(23)

3. Harga jual adalah harga penjualan hasil pola tanam agroforestri petani dan untuk hasil berupa non kayu (pertanian) dihitung dalam satuan Rp/Kg, Rp/tandan, Rp/gandeng dan Rp/biji, untuk hasil kayu dihitung dalam satuan Rp/m3.

4. Faktor produksi adalah faktor yang dapat mempengaruhi kelancaran penerapan sistem agroforestri seperti bibit, pupuk/pestisida, tenaga kerja dan peralatan.

5. Pola tanam agroforestri merupakan kombinasi dari beberapa tanaman kehutanan dengan tanaman pertanian yang dominan di lahan agroforestri. 6. Fisiografi adalah ilmu yang mempelajari suatu wilayah berdasarkan

bentuk atau segi fisiknya serta posisi dengan daerah lain yg berkaitan dgn ketinggian tempat dan persebaran makhluk hidup.

D. Jenis Data yang Dikumpulkan

1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui observasi, wawancara dan pengukuran langsung. Jenis data primer yang dikumpulkan adalah data mengenai kondisi lahan, pola tanam agroforestri yang diterapkan, hasil agroforestri, penerimaan dan biaya produksi pada penerapan pola tanam agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang telah tersedia dalam bentuk catatan tertulis dan diperoleh secara tidak langsung yang sifatnya mendukung data primer. Data sekunder yang dikumpulkan berupa monografi Desa


(24)

Pesawaran Indah dan literatur-literatur lainnya yang relevan dengan penelitian.

E. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan cara: 1. Teknik Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung oleh peneliti untuk mengambil data-data berdasarkan kondisi tertentu sesuai dengan maksud penelitian. Data yang diambil meliputi: kondisi lahan, pola tanam yang diterapkan setiap responden, serta kondisi sosial masyarakat. Observasi dilakukan melalui pengamatan secara langsung terhadap pola tanam agroforestri di Desa Pesawaran Indah.

2. Teknik Wawancara

Data dikumpulkan melalui tanya jawab yang dilakukan langsung terhadap responden. Wawancara dilakukan dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data primer.

3. Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan berbagai data penunjang penelitian yang diperoleh dari literatur dan instansi-instansi terkait. Studi pustaka dilakukan untuk memperoleh data sekunder.

F. Teknik Pengambilan Sampel

Responden dalam penelitian ini adalah petani yang mengelola lahan agroforestri di Desa Pesawaran Indah. Jumlah kepala keluarga (KK) di Desa


(25)

Pesawaran Indah sebanyak 900 KK (Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa, 2010). Melihat banyaknya jumlah populasi tersebut, sehingga perlu dilakukan pengambilan sampel guna untuk memudahkan pengolahan hasil data, tidak memakan waktu yang lama dan biaya yang cukup besar. Pengambilan responden dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel responden secara sengaja (tidak acak) yang disesuaikan dengan tujuan/masalah penelitian dengan memperhatikan azas keterwakilan.

Penentuan jumlah responden dalam penelitian ini menggunakan rumus Slovin dalam Umar (2000) sebagai berikut:

Keterangan:

N = jumlah populasi di lokasi penelitian

n = jumlah sampel yang diambil dalam penelitian e = batas eror 15%

1 = bilangan konstan

n = 42 responden atau KK.

Berdasarkan rumus di atas maka jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 42 responden atau KK.


(26)

G. Metode Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh di lapangan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel, kemudian data tersebut dianalisis secara deskriptif. Untuk mengetahui kelayakan usaha pengelolaan pola tanam agroforestri dilakukan analisis finansial dengan beberapa asumsi sebagai dasar dalam perhitungan. Asumsi yang dilakukan di lapangan adalah sebagai berikut:

a. Suku bunga yang berlaku pada tahun 2012 saat penelitian berlangsung dengan menggunakan suku bunga Bank Rakyat Indonesia sebesar 12%. b. Semua harga output-input yang digunakan dalam analisis berdasarkan

harga yang berlaku pada saat penelitian berlangsung dengan asumsi harga konstan sampai penelitian berakhir.

c. Umur kelayakan usaha adalah 20 tahun disesuaikan dengan umur ekonomis kakao sebagai tanaman utama petani (Obiri, 2007 dalam Febryano, 2009).

d. Tanaman yang menjadi sumber pendapatan dalam analisis finansial adalah tanaman ekonomis yaitu tanaman yang menghasilkan nilai uang/dijual oleh petani.

e. Tenaga kerja dari luar maupun dari dalam keluarga termasuk dalam biaya pengeluaran.

Untuk kriteria didalam analisis finansial, menggunakan metode Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (BCR), Internal Rate of Return (IRR). Metode NPV, BCR dan IRR dipilih karena dengan metode ini kita dapat mempertimbangkan resiko arus kas masa depan melalui besarnya biaya yang


(27)

dikeluarkan dan modal yang dimiliki dalam pelaksanaan suatu investasi atau usaha.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut (Suharjito, dkk, 2003): 1. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara penerimaan dengan biaya yang telah didiskontokan. Usaha menguntungkan apabila NPV > 0, sebaliknya jika NPV < 0 berarti usaha tersebut tidak menguntungkan. NPV = PVpenerimaan PVpengeluaran

=

-

=

Keterangan:

NPV = nilai bersih sekarang (Rp) PV = nilai sekarang (Rp)

Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp) Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = suku bunga (%)

t = periode waktu (tahun).

2. Benefit Cost Ratio (BCR)

Pola tanam agroforestri dikatakan menguntungkan (profitable) apabila nilai Net B/C > 1 dan sebaliknya apabila B/C < 1 berarti pola tanam yang diterapkan tidak menguntungkan.


(28)

BCR =

Keterangan:

BCR = perbandingan antara pendapatan dan pengeluaran Bt = manfaat yang diperoleh pada tahun ke-t (Rp) Ct = biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t (Rp) i = suku bunga (%)

t = periode waktu (tahun).

3. Internal Rate of Return (IRR)

Kriteria yang menunjukkan bahwa suatu pola tanam agroforestri akan dikatakan menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku.

Keterangan:

IRR = suku bunga maksimum yang dapat dibayar oleh suatu proyek (%)

NPV1 = nilai NPV yang positif (Rp) NPV2 = nilai NPV yang negatif (Rp)

i1 = tingkat bunga pertama dimana diperoleh NPV Positif (%) i2 = tingkat bunga kedua dimana diperoleh NPV Negatif (%).

Bt – Ct > 1 Bt – Ct < 1


(29)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah terdapat pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut Indra, dkk (2006) klasifikasi ketinggian tempat dari permukaan laut tipe hutan terdiri dari dataran rendah (0 − 300 mdpl), perbukitan (300 − 800 mdpl) dan pegunungan (800 − 1500 mdpl) sehingga lokasi penelitian di Desa Pesawaran Indah terbagi atas 3 (tiga) fisiografi yaitu fisiografi bawah, tengah dan atas. Ketiga fisiografi tersebut memiliki tanaman dominan yang berbeda-beda. Jenis tanaman yang dominan antara lain Kakao (Theobroma cacao), Kopi (Coffea robusta), Kelapa (Cocos nucifera), Medang (Litsea Spp), Pisang (Musa paradisiaca), Bayur (Pterospermum javanicum), Waru (Hibiscus tiliaceus), Cempaka (Michelia champaca), Pala (Myristica fragrans) dan Durian (Durio zibethinus). Tanaman dominan ini merupakan penyusun tanaman utama dari masing-masing pola. Dilihat dari jenis tanaman dominan tersebut, ada 9 (sembilan) pola tanam yang diterapkan petani seperti yang disajikan pada Tabel 2. Setiap fisiografi masing-masing memiliki pola tanam yang berbeda-beda.


(30)

Tabel 2. Pola tanam yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah berdasarkan jenis tanaman utama dan fisiografi

Pola Tanam

Jenis Tanaman Utama

Jenis Tanaman Pengisi Zona Fisiografi I Kakao, Kopi, Pala Pisang, Kelapa, Cengkeh, Mindi,

Waru, Nangka, Jati, Cempaka, Medang

Atas

II Kakao, Kelapa, Bayur

Pisang, Waru, Alpukat, Kedondong, Julang-jaling, Durian

Atas III Kakao, Pisang,

Medang

Kelapa, Pala, Mahoni, Nangka Atas IV Kakao, Pisang, Waru Cempaka, Kelapa, Durian,

Bayur, Mangga, Jengkol, Petai, Cengkeh, Nangka, Pala, Alpukat

Tengah

V Kakao, Durian, Kelapa

Pisang, Petai, Bayur, Duku, Mangga, Cengkeh, Cempaka, Jeruk, Manggis

Tengah

VI Kakao, Kelapa, Pisang

Pala, Cengkeh, Alpukat, Mangga, Rambutan, Sawo, Medang, Cempaka

Tengah

VII Kakao, Cempaka, Kelapa

Cengkeh, Pala dan Pisang, Bayur, Durian, Sengon, Nangka, Petai, Medang, Akasia

Bawah

VIII Kakao, Kelapa, Pala Jati, Bayur dan Pisang, Duku, Jati, Waru, Dadap, Sengon, Nangka, Cempaka, Durian, Bayur, Pulai, Salak

Bawah

IX Kakao, Pisang, Cempaka

Medang, Karet, Jati, Pala, Sawo, Bayur, Waru, Mangga

Bawah

Pola tanam I, II dan III berada pada fisiografis atas, pola tanam IV, V dan VI berada pada fisiografis tengah dan pola VII, VIII dan IX berada pada fisiografis bawah. Setiap pola terdiri dari tiga jenis tanaman utama dan beberapa jenis tanaman pengisi. Tanaman utama adalah tanaman yang dominan dalam suatu pola sedangkan tanaman pengisi tidak dominan (jumlahnya lebih sedikit dibanding tanaman utama). Tanaman utama mendominasi sekitar 50% – 70% pada pola tanam yang diusahakan petani. Salah satu tanaman utama yang banyak


(31)

ditanam petani di Desa Pesawaran adalah Kakao (Theobroma cacao). Sekitar 90% petani menanam Kakao (Theobroma cacao) di lahan agroforestri yang diusahakan.

Pengusahaan lahan agroforestri dalam penelitian ini diasumsikan selama 20 tahun disesuaikan dengan umur ekonomis Kakao (Theobroma cacao) sebagai tanaman utama yang paling dominan (Siregar dkk, 2007). Asumsi ini didukung oleh hasil penelitian Febryano (2009) tentang analisis finansial agroforestri kakao (Theobroma cacao) di lahan hutan negara dan lahan milik yang memperoleh nilai NPV sebesar Rp 17.452.336,56, nilai BCR sebesar 1,32 dan IRR sebesar 23% dengan pola tanam Kakao + Pisang. Pola tanam Kakao + Petai memperoleh nilai NPV sebesar Rp 41.860.069,85, BCR sebesar 1,77 dan IRR sebesar 27% dan untuk pola tanam Kakao + Durian diperoleh nilai NPV sebesar Rp 42.864.090,38, BCR sebesar 1,79 dan IRR sebesar 28%.

A. Pola Tanam I

Pola tanam I memiliki tanaman utama Kakao (Theobroma cacao), Kopi (Coffea robusta) dan Pala (Myristica fragrans). Tanaman pengisi adalah Pisang (Musa paradisiaca), Kelapa (Cocos nucifera), Cengkeh (Syzygium aromaticum), Mindi (Melia azedarach), Waru (Hibiscus tiliaceus), Nangka (Artocarpus heterophylla), Jati (Tectona grandis), Cempaka (Michelia champaca) dan Medang (Litsea Spp). Namun tidak semua jenis tanaman ini memberikan manfaat secara ekonomis bagi petani, karena beberapa diantaranya seperti Mindi (Melia azedarach), Waru (Hibiscus tiliaceus),


(32)

Nangka (Artocarpus heterophylla), Jati (Tectona grandis), Cempaka (Michelia champaca) dan Medang (Litsea Spp) merupakan tanaman subsisten.

Tanaman subsisten adalah tanaman yang tidak dijual sedangkan tanaman komersil merupakan tanaman yang menghasilkan nilai uang (dijual) oleh petani. Petani memilih Kakao (Theobroma cacao) menjadi salah satu tanaman utama untuk ditanam karena Kakao (Theobroma cacao) dapat dipanen secara rutin setiap tahun serta memiliki masa produksi lebih cepat dibanding tanaman lainnya (khususnya kayu-kayuan). Kakao (Theobroma cacao) mulai berproduksi pada umur 3 tahun dan proses pemanenannya dapat dilakukan 15 hari sekali atau 2 minggu sekali.

Pola tanam I yang berada pada fisiografi atas dengan ketinggian 800-1200 mdpl sangat mendukung petani untuk menanam Kopi (Coffea robusta) sebagai tanaman utama. Tanaman Kopi (Coffea robusta) ini tidak ditemukan pada pola-pola lainnya, hal ini dikarenakan tanaman Kopi (Coffea robusta) tumbuh berkembang baik pada ketinggian 750 mdpl (Yardha dan Karim, 2000). Umumnya petani menanam Kopi Robusta (Coffea robusta) yang berproduksi pada umur 4 tahun dengan musim panen 4 bulan yaitu pada bulan Juni – September serta pemanenan hampir sama dengan Kakao (Theobroma cacao) yaitu 2 minggu sekali.

Petani menggunakan jarak tanam 3 × 3 m dan ada juga yang menggunakan jarak 3 × 4 m baik untuk tanaman Kopi (Coffea robusta) maupun Kakao (Theobroma cacao). Pada pola ini tidak ada satupun jenis tanaman penghasil kayu-kayuan yang dijadikan sebagai tanaman utama karena kayu-kayuan


(33)

membutuhkan waktu masa tebang/umur produksi yang cukup lama untuk dapat dipanen. Sementara hasil pengusahaan agroforestri ini merupakan sumber penghasilan utama bagi petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Jenis tanaman kayu pada pola ini antara lain: Mindi (Melia azedarach), Waru (Hibiscus tiliaceus), Nangka (Artocarpus heterophylla), Jati (Tectona grandis), Cempaka (Michelia champaca) dan Medang (Litsea Sp). Beberapa diantara tanaman kayu tersebut ada yang baru ditanam dan ada juga yang yang sudah berumur 5 tahun keatas. Tanaman kayu tersebut sengaja dimanfaatkan sebagai tanaman pelindung/penaung bagi tanaman lainnya yaitu untuk melindungi dari angin dan sinar matahari. Selain berfungsi sebagai tanaman penaung, tanaman kayu ini juga berfungsi untuk menjaga sistem ekologi.

Pengusahaan pola tanam agroforestri membutuhkan biaya produksi, baik itu untuk biaya bibit, biaya pupuk, biaya peralatan (alat tani) maupun biaya untuk tenaga kerja. Penggunaan masing-masing komponen biaya tersebut mempengaruhi manfaat ekonomis yang diperoleh petani, tergantung dari besar kecilnya komponen biaya yang digunakan. Pada pola ini petani mengeluarkan biaya untuk bibit Pala (Myristica fragrans) dan Kakao (Theobroma cacao), sedangkan untuk jenis tanaman lainnya petani menyemaikan bibit sendiri. Petani juga mengeluarkan biaya untuk pupuk maupun pestisida seperti urea, KCL, TSP, roundup dan pastak. Selain pupuk buatan petani juga menggunakan pupuk kandang dalam pengusahaan pola tanam agroforestri. Namun petani tidak mengeluarkan biaya untuk pupuk kandang karena sebagian besar petani memelihara ternak sehingga kotorannya dapat dimanfaatkan sebagai pupuk kandang. Petani menggunakan tenaga kerja keluarga dan ada


(34)

juga yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam pengusahaan agroforestri. Penambahan tenaga kerja luar keluarga digunakan pada saat-saat tertentu umumnya pada saat pasca panen. Penerimaan petani yang dimasukkan dalam perhitungan analisis bersumber dari hasil panen tanaman komersil. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 35.851.937,83,. Nilai NPV tersebut menunjukkan manfaat secara ekonomis yang diterima pada pengusahaan pola tanam agroforestri. Nilai BCR pola I sebesar 4,18 yang berarti bahwa dari setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 4,18,-. Nilai IRR sebesar 47% yang berarti dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 47% maka secara finansial pola tanam I layak (menguntungkan).

B. Pola Tanam II

Pola tanam II berada pada fisiografis atas dengan tanaman utama adalah Kakao (Theobroma cacao), Kelapa (Cocos nucifera) dan Bayur (Pterospermum javanicum) sedangkan tanaman pengisi adalah Pisang (Musa paradisiaca), Waru (Hibiscus tiliaceus), Alpukat (Persea americana), Kedondong (Spondias dulcis), Julang-jaling (Archidendron microcarpum) dan Durian (Durio zibethinus). Namun yang menjadi tanaman komersil adalah Kakao (Theobroma cacao), Kelapa (Cocos nucifera), Bayur (Pterospermum javanicum), Pisang (Musa paradisiaca) dan Waru (Hibiscus tiliaceus) sedangkan yang lainnya termasuk tanaman subsisten. Pada pola ini terdapat tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman utama. Umumnya tanaman penghasil kayu ini dijadikan


(35)

sebagai tanaman pelindung. Tanaman penghasil kayu ini dipanen ketika petani membutuhkan biaya pada saat-saat tertentu maupun pada saat pembangunan rumah.

Tanaman Kakao (Theobroma cacao) mulai berproduksi pada umur 3 tahun dan jarak tanam sedikit lebih jarak dibanding pola sebelumnya yaitu 3 × 4 m dan ada juga 4 × 4 m. Pengelolaan pola tanam sama halnya dengan pola I yaitu menggunakan pupuk dan pestisida. Pupuk dan pestisida yang digunakan adalah urea, pastak dan roundup. Penggunaan pupuk/pestisida pada pola ini jauh lebih sedikit dibandingkan dengan pola I. Untuk tenaga kerja petani pada pola ini menggunakan tenaga keja keluarga dan tenaga kerja luar keluarga pada saat-saat tertentu.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 22.445.918,85,- yang menunjukkan keuntungan yang diterima pada pengusahaan pola tanam. Nilai BCR pola II sebesar 3,91 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 3,91,-. Nilai IRR 65% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 65% sehingga secara finansial pola tanam II layak/menguntungkan.

C. Pola Tanam III

Kakao (Theobroma cacao), Pisang (Musa paradisiaca) dan Medang (Litsea Spp) menjadi tanaman utama pada pola ini sedangkan tanaman pengisi adalah Kelapa (Cocos nucifera), Pala (Myristica fragrans), Mahoni dan Nangka


(36)

(Artocarpus heterophylla). Pola III berada pada fisiografis atas dengan tanaman subsisten pada pola ini adalah Nangka (Artocarpus heterophylla) dan Mahoni (Swietenia Spp) sedangkan yang lainnya merupakan tanaman komersil. Pada pola ini petani memilih Pisang (Musa paradisiaca) sebagai tanaman utama karena Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman yang cepat berproduksi. Selain pemeliharaannya yang mudah, proses pemanenannya juga tidak sulit. Pisang (Musa paradisiaca) mulai berproduksi pada tahun ke-2 sedangkan Kakao (Theobroma cacao) mulai berproduksi pada umur 3 tahun dengan jarak tanam tidak jauh berbeda dengan pola I yaitu 3 × 4 m.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 39.047.832,32,- yang menunjukkan manfaat secara ekomis yang diterima pada pengusahaan agroforestri. Nilai BCR sebesar 4,98 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 4,98,-. Nilai IRR 85% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 85%. Maka secara finansial pola tanam II dapat dikatakan menguntungkan. Pengelolaan agroforestri petani menemukan beberapa masalah seperti adanya penyakit berupa bintik-bintik hitam yang banyak ditemukan pada buah Kakao (Theobroma cacao) yang masih kecil yang dapat menghambat perkembangan buah Kakao (Theobroma cacao). Selain itu dalam proses pemasaran juga petani masih kurang efisien. Petani tidak menjual hasil panen ke pasar melainkan pengumpul yang datang ke rumah-rumah sehingga kesempatan petani untuk mempertahankan harga semakin berkurang.


(37)

D. Pola IV

Pola IV berada pada fisiografi tengah dengan tanaman utama adalah Kakao (Theobroma cacao), Pisang (Musa paradisiaca) dan Waru (Hibiscus tiliaceus) sedangkan tanaman pengisi adalah Cempaka (Michelia champaca), Kelapa (Cocos nucifera), Durian (Durio zibethinus), Bayur (Pterospermum javanicum), Mangga (Mangifera Indica) , Jengkol (Pithecellobium lobatum), Petai (Parkia speciosa), Cengkeh (Syzygium aromaticum), Nangka (Artocarpus heterophylla), Pala (Myristica fragrans) dan Alpukat (Persea americana). Tanaman komersil adalah Kakao (Theobroma cacao), Pisang (Musa paradisiaca), Waru (Hibiscus tiliaceus), Cempaka (Michelia champaca), Kelapa (Cocos nucifera) dan Durian (Durio zibethinus).

Pada pola ini banyak tanaman pengisi yang belum memberikan manfaat secara ekonomis karena beberapa diantaranya seperti Cengkeh (Syzygium aromaticum), Durian (Durio zibethinus), Kelapa (Cocos nucifera), Nangka (Artocarpus heterophylla) dan Pala (Myristica fragrans) masih belum menghasilkan buah. Petani menggunakan jarak tanam 3 × 3 m untuk Kakao (Theobroma cacao). Pada pola ini petani menggunaan pupuk kandang dan pupuk kimia tetapi penggunaan pupuk kandang lebih diutamakan. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 70.403.565,19,-. Nilai NPV tersebut menunjukkan keuntungan yang diterima pada pengusahaan agroforestri. Nilai BCR pola IV sebesar 7,31 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 7,31,-. Nilai IRR 89% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama


(38)

umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 89%.

E. Pola V

Pola V sama halnya dengan pola IV berada pada fisiografis tengah dengan tanaman Kakao (Theobroma cacao), Durian (Durio zibethinus) dan Kelapa (Cocos nucifera) sebagai tanaman utama dan tanaman pengisi yang termasuk tanaman komersil adalah Pisang (Musa paradisiaca), Petai (Parkia speciosa), Bayur (Pterospermum javanicum) sedangkan Duku (Lansium domesticum), Mangga (Mangifera indica), Cengkeh (Syzygium aromaticum), Cempaka (Michelia champaca), Jeruk (Citrus sinensis) dan Manggis (Gabcinia mangostana) merupakan tanaman subsisten. Selain sebagai penghasil buah yang khusus untuk dikonsumsi sendiri tanaman ini juga sengaja dipelihara sebagai tanaman pelindung.

Petani pada pola ini menggunakan jarak tanam 3 × 4 m untuk tanaman Kakao (Theobroma cacao) dan pemanenan dilakukan 15 hari atau 2 minggu sekali. Petani menyemaikan bibit sendiri, sama sekali tidak mengeluarkan biaya untuk bibit. Sama halnya dengan pola-pola sebelumnya petani pada pola ini menggunakan tenaga kerja keluarga dan luar keluarga juga menggunakan pupuk/pestisida namun dalam jumlah yang berbeda tergantung bagaimana perawatan masing-masing petani. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 39.499.108,41,-. Nilai NPV ini yang menunjukkan keuntungan yang diterima dalam pengusahaan agroforestri. Nilai BCR pada pola ini sebesar 6,26 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya dikeluarkan


(39)

menghasilkan keuntungan sebesar Rp 6,26,-. Nilai IRR 78% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 78%.

F. Pola Tanam VI

Kakao (Theobroma cacao), Kelapa (Cocos nucifera) dan Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman utama dan sekaligus tanaman komersil dan tanaman pengisi yang komersil adalah Pala (Myristica fragrans) dan Cengkeh (Syzygium aromaticum). Tanaman subsisten adalah Alpukat (Persea americana), Mangga (Mangifera indica), Rambutan (Niphelium lappaceum), Sawo (Manilkara zapota), Medang (Litsea Spp) dan Cempaka (Michelia champaca). Petani memilih Kelapa (Cocos nucifera) menjadi salah satu tanaman utama pada pola ini karena Kelapa (Cocos nucifera) dapat menjadi sumber pendapatan mingguan bagi petani selain itu Kelapa (Cocos nucifera) juga tidak butuh pemeliharaan. Pisang (Musa paradisiaca) dipilih karena cepat berproduksi dan setiap bulannya dapat dipanen.

Pada pola ini tidak terdapat tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman komersil namun berfungsi sebagai penjaga sistem ekologi lingkungan dan penaung bagi tanaman lainnya misalnya Kakao (Theobroma cacao) karena tanaman ini butuh lindungan dari tiupan angin dan sinar matahari (Dahlan, 2012). Hal ini didukung oleh hasil penelitian Obiri, dkk (2007) yang menjelaskan bahwa Kakao (Theobroma cacao) yang berada di bawah naungan memiliki umur ekonomis yang lebih lama dibanding yang tidak mendapat naungan. Jarak tanam hampir sama dengan jarak tanam pada pola sebelumnya yaitu 3 × 4 m


(40)

untuk tanaman Kakao (Theobroma cacao) dengan waktu pemanenan 15 hari sekali atau 2 minggu sekali.

Tidak jauh berbeda dengan pola-pola sebelumnya petani pada pola ini menggunakan pupuk dan pestisida dan tenaga kerja keluarga maupun tenaga kerja luar keluarga. Pada pola ini perlakuan budidayanya lebih baik dibanding dengan pola-pola lainnya baik dari segi pemeliharaan maupun

pemupukan. Berdasarkan perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 71.392.802,34,- yang menunjukkan keuntungan yang diterima dalam

pengusahaan agroforestri. Nilai BCR sebesar 7,39 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 7,39,-. Nilai IRR 96% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 96%.

G. Pola Tanam VII

Tanaman utama pada pola VII adalah Kakao (Theobroma cacao), Cempaka (Michelia champaca) dan Kelapa (Cocos nucifera) sedangkan tanaman pengisi adalah Cengkeh (Syzygium aromaticum), Pala (Myristica fragrans) dan Pisang (Musa paradisiaca) yang merupakan tanaman komersil sedangkan Bayur (Pterospermum javanicum), Durian (Durio zibethinus), Sengon (Paraseriantes falcataria), Nangka (Artocarpus heterophylla), Petai (Parkia speciosa), Medang (Litsea Spp) dan Akasia (Acacia auriculiformis) termasuk tanaman subsisten. Pada pola ini tanaman subsisten seperti Durian (Durio zibethinus), Nangka (Artocarpus heterophylla) dan Petai (Parkia speciosa)


(41)

hanya terdapat 3 - 4 pohon sehingga petani sengaja memeliharanya untuk dikonsumsi sendiri bukan untuk dijual. Untuk jenis tanaman penghasil kayu seperti Akasia (Acacia auriculiformis) dan Sengon (Paraseriantes falcataria) masih baru ditanam dan sebagian sengaja tidak ditebang karena dijadikan sebagai tanaman pelindung/penaung.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 36.825.124,37,-. Nilai NPV ini menunjukkan keuntungan yang diterima

dalam pengusahaan agroforestri. Nilai BCR sebesar 4,91 yang berarti bahwa setiap biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 4,91,-. Niai IRR 55% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 55%.

H. Pola Tanam VIII

Pola tanam VIII berada pada fisiografis bawah dengan tanaman utama adalah Kakao (Theobroma cacao), Kelapa (Cocos nucifera) dan Pala (Myristica fragrans). Jati (Tectona grandis), Bayur (Pterospermum javanicum) dan Pisang (Musa paradisiaca) merupakan tanaman pengisi yang termasuk komersil sedangkan tanaman pengisi lainnya yang menjadi tanaman subsisten antara lain: Duku (Lansium domesticum), Jati (Tectona grandis), Waru (Hibiscus tiliaceus), Dadap (Erythrina lithosperma), Sengon (Paraseriantes falcataria), Nangka (Artocarpus heterophylla), Cempaka (Michelia champaca), Durian (Durio zibethinus), Bayur (Pterospermum javanicum), Pulai ( Alstonia scholaris) dan Salak (Salacca edulis). Jarak tanam Kakao


(42)

(Theobroma cacao) pada pola ini 3 × 3 m. Petani beranggapan bahwa tanaman kayu dapat dijadikan sebagai tabungan untuk masa depan sehingga perlahan petani sudah mulai menanamnya di lahan agroforestri yang diusahakan.

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 48.336.243,72,-. Nilai NPV ini menunjukkan keuntungan yang diterima

dalam pengusahaan agroforestri. Nilai BCR sebesar 5,64 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5,64,-. Nilai IRR 64% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 64%.

I. Pola Tanam IX

Pola IX berada pada fisiografis bawah. Tanaman utama pada pola ini merupakan tanama komersil yang terdiri dari Kakao (Theobroma cacao), Pisang (Musa paradisiaca), dan Cempaka (Michelia champaca) sedangkan tanaman pengisi adalah Medang (Litsea Spp), Karet (Hevea brasiliensis), Jati (Tectona grandis), Pala (Myristica fragrans), Sawo (Manilkara zapota), Bayur (Pterospermum javanicum), Waru (Hibiscus tiliaceus) dan Mangga (Mangifera Indica). Namun diantaranya yang termasuk tanaman komersil adalah Durian (Durio zibethinus), Kelapa (Cocos nucifera) dan Sengon (Paraseriantes falcataria) sedangkan yang lainnya merupakan tanaman subsisten. Penjualan hasil kayu seperti Cempaka (Michelia champaca) dan


(43)

Sengon (Paraseriantes falcataria) dilakukan dengan sistem borongan, hal ini berlaku untuk semua jenis kayu pada pola IX.

Jarak tanam Kakao (Theobroma cacao) pada pola ini 3 × 4 m dengan umur mulai berproduksi sama halnya dengan pola-pola sebelumnya. Pola ini layak berdasarkan finansial sesuai dengan hasil perhitungan yaitu nilai NPV sebesar Rp 52.038.191,10,- yang menunjukkan keuntungan yang diterima pada pengusahaan agroforestri. Nilai BCR sebesar 5,52 yang berarti bahwa setiap rupiah biaya yang dikeluarkan menghasilkan keuntungan sebesar Rp 5,52,-. Nilai IRR 91% yang berarti bahwa dari setiap rupiah yang diinvestasikan selama umur pengusahaan pola tanam agroforestri akan memberikan pengembalian modal 91%.

Secara finansial suatu proyek dikatakan layak/menguntungkan apabila nilai NPV > 0, BCR > 1 dan IRR > i. Sesuai dengan kriteria tersebut maka secara keseluruhan 9 pola tanam yang diterapkan di Desa Pesawaran Indah dikatakan layak secara finansial. Pola tanam VI (Kakao + Kelapa + Pisang) lebih layak/menguntungkan dari pola tanam lain karena perlakuan silvikultur pada pengusahaan pola tanam ini lebih baik dibanding dengan pola lainnya. Sehingga pola tanam VI memperoleh nilai kelayakan finansial yang lebih besar yaitu nilai NPV sebesar Rp 71.392.802,34,-, nilai BCR sebesar 7,39 dan IRR sebesar 96%. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Trisnawati, dkk (2004) tentang kelayakan usaha tani pola tumpangsari tanaman Kopi dengan nilai NPV sebesar Rp 33.599.884,-, BCR sebesar 1,58 dan IRR sebesar 13%.


(44)

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Terdapat 9 pola tanam agroforestri yang diterapkan petani di Desa Pesawaran Indah dan semua pola tanam tersebut layak secara finansial dan pola tanam VI dengan tanaman utama Kakao, Kelapa dan Pisang memiliki kelayakan yang lebih tinggi dibanding pola lainnya dengan nilai NPV sebesar Rp 71.392.802,34,-, nilai BCR sebesar 7,39 dan IRR sebesar 96%.

B. Saran

Pola VI memiliki kelayakan yang lebih tinggi karena perlakuan budidayanya lebih baik dibanding pola yang lainnya, yaitu pemupukan maupun pemeliharaan artinya sangat dimungkinkan bahwa perlakuan perlakuan budidaya tersebut yang mengakibatkan pola VI memberikan keuntungan lebih tinggi. Dengan demikian petani disarankan untuk melakukan perlakukan serupa atau lebih intensif pada pola yang lainnya.


(45)

ANALISIS FINANSIAL POLA TANAM AGROFORESTRI DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN

KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Oleh

NURPINE NADEAK Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA KEHUTANAN

pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(46)

Judul skripsi : ANALISIS FINANSIAL POLA TANAM AGROFORESTRI DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Nama Mahasiswa : Nurpine Nadeak No. Pokok Mahasiswa : 0814081055

Jurusan : Kehutanan

Fakultas : Pertanian

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Rommy Qurniati, S.P., M.Si. Wahyu Hidayat, S.Hut., M.Sc. NIP. 19760912 200212 2001 NIP. 19761114 200912 1001

2. Ketua Jurusan Kehutanan

Dr. Ir. Agus Setiawan M.Si.


(47)

ANALISIS FINANSIAL POLA TANAM AGROFORESTRI DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN

KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

Skripsi

Oleh

NURPINE NADEAK

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(48)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka pemikiran ... 5 2. Ruang lingkup sistem pemanfaatan lahan secara agroforestri ... 9


(49)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Kerangka Pemikiran ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Agroforestri ... 6

B. Pengelolaan Agroforestri ... 9

C. Biaya Produksi ... 15

D. Analisis Finansial Agroforestri ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

B. Objek dan Alat Penelitian ... 20

C. Batasan Penelitian ... 20

D. Jenis Data yang Dikumpulkan ... 21

E. Metode Pengumpulan Data ... 22

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 22

G. Teknik Pengambilan Sampel ... 24

IV. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 27

A. Kabupaten Pesawaran ... 27

B. Keadaan Desa Pesawaran Indah ... 28

1. Letak dan Luas Desa ... 28

2. Keadaan Sosial Ekonomi Masyarakat... 28


(50)

V. HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Pola Tanam I ... 33

B. Pola Tanam II . ... 36

C. Pola Tanam III. ... 38

D. Pola Tanam IV ... 39

E. Pola Tanam V. ... 40

F. Pola Tanam VI. ... 41

G. Pola Tanam VII ... 42

H. Pola Tanam VIII. ... 43

I. Pola Tanam IX. ... 44

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... ... 46

A. Kesimpulan. ... 46

B. Saran. ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... ... 47 LAMPIRAN


(51)

DAFTAR PUSTAKA

Balkis, S. 2008. Analisis Finansial Sistem Monokultur dan Agroforestri pada Lahan Kering di Kabupaten Kutai Kartanegara. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas mulawarman. Kalimantan.

Budidarsono, S. 2001. Analisis Nilai Ekonomi Wanatani. Prosiding Lokakarya Wanatani Se-Nusa Tenggara, Bali 11-14 November 2001. International Center for Research in Agroforestry and Winrock International. Bali.

Dahlan. 2012. Perawatan Tanaman Kakao , Pohon Pelindung Tanaman Kakao

dan Panen Buah Kaka. Diakses dari

http://www.peradabanbangsa.com/2012/04/makalah-perawatan-tanaman kakao-pohon.html. Pada tanggal 10 November 2012. Jam 10.78.

Direktorat Jenderal Pemberdayaan Masyarakat dan Desa Departemen Dalam Negeri. 2010. Profil Desa dan Kelurahan. Jakarta.

Djamin, Z. 1993. Perencanaan & analisa proyek, Ed.2. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

Febryano, I.G. (2009). Analisis Finansial Agroforestri Kakao di Lahan Hutan Negara dan Lahan Milik. Jurnal. Perennial, 4(1) : 41-47.

Hairiah, K., M. A. Sardjono, S. Sabarnurdin. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 1. Pengantar Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Heriyanto. 2007. Analisis Finansial Usahatatani Wortel. Skripsi. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

Umar. 2000. Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi. Gramedia Pustaka Ilmu. Jakarta.

Kecamatan Padang Cermin. 2010. Profil Desa dan Kelurahan.

Kusumedi, P dan N.A. Jariyah. 2010. Analisis Finansial Pengelolaan Agroforestri dengan Pola Sengon Kapulaga di Desa Tirip, Kecamatan Wadaslintang, Kabupaten Wonosobo. Jurnal. Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan Vol. 7 No. 2 Juni 2010, Hal. 93-100.


(52)

Nair, P.K.R. 1993. An Introduction to Agroforestry. Diakses dari http://www.lablink. or.id/Env/Agroforestri/agf-def.htm. Pada Tanggal 07 November 2011. Jam 15.50 WIB.

Nuraini. 2002. Analisis Kelayakan Investasi Agroforestry Tanaman Biotek ”Jati Super. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institute Pertanian Bogor.

Obiri, B.D., G.A. Bright, M.A. McDonald, L.C.N. Anglaaere, and J. Cobbina. 2007. Financial Analysis of Shaded Cocoa in Ghana. Agroforestry System. 71: 139-149.

Rahmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. PT.Remaja Rosda Karya. Bandung.

Siregar, T.H.S., S. Riyadi, dan L. Nuraeni. 2007. Cokelat: Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Suharjito, Widianto, Kurniatun dan Mustofa, A.S. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 1. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Suharjito, Sundawati, Suyanto dan Utami. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 5. Aspek sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri.

Sundawati, dkk. 2008. Pemasaran Produk-Produk Agroforestri. SEANAFE dan IPB. Bogor.

Syahrani dan H.A. Husainie. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan dengan Tanaman Buah Durian di Kabupaten Kutai Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur. Jurnal. Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No 2, Desember 2003 Hal: 137-146.

Trisnawati, Mahaputra dan Jemy (2004). Kelayakan Usahatani Pola Tumpangsari Tanaman Kopi Dengan Jeruk Di Desa Belantih Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bali.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33. 2007. Pembentukan kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41. Tentang Kehutanan.

Widianto, Kurniatun, Didik, dan Mustofa. 2003. Bahan Ajar Agroforestri 3. Fungsi dan Peran Agroforestri. ICRAF. Bogor.


(53)

Wijayanto, Suprayogo dan Widianto. 2003. Bahan Ajar 6. Pengelolaan dan Pengembangan Agroforestri. ICRAF. Bogor.

Yardha dan Karim, A. 2000. Pengembangan Kopi Arabika di Aceh Tengah: Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan. Monograf series No.1, Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dengan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Banda Aceh. Banda Aceh.


(54)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rommy Qurniati, S.P., M.Si. ...

Sekretaris : Wahyu Hidayat, S.Hut., M.S. ... Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(55)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samosir Sumatera Utara, pada tanggal 05 Januari 1990 sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari Bapak Jabuhit Nadeak dan Ibu Mularia Gultom. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Siuntegodang, Samosir. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 1 Palipi, Samosir dan penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2008 di SMA Negeri 1 Pangururan, Samosir. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-K) Universitas Lampung dan juga menjadi anggota utama dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2011 di Pekon Rigis Jaya Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Resort Sukaraja Atas SPTN I Sukaraja BPTN I Semaka Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).


(56)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Terwujudnya skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moral maupun materi. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan, pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Wahyu Hidayat, S. Hut., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bantuan, pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku Dosen Penguji dan sekaligus Pembimbing Akademik penulis yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan untuk perbaikan skripsi ini.


(57)

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kasubbag Tata Usaha dan para staf pegawai Fakultas Pertanian yang sudah banyak membantu dalam mengurus surat-surat selama penyelesaian skripsi. 8. Teman-teman satu tim penulis grup Pesawaran Indah, Pices, Desy, Ica trima

kasih buat bantuannya selama pengambilan data di lapangan.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama penyelesaian skrispsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis,


(1)

48

Nair, P.K.R. 1993. An Introduction to Agroforestry. Diakses dari http://www.lablink. or.id/Env/Agroforestri/agf-def.htm. Pada Tanggal 07 November 2011. Jam 15.50 WIB.

Nuraini. 2002. Analisis Kelayakan Investasi Agroforestry Tanaman Biotek ”Jati Super. Skripsi. Fakultas Pertanian, Institute Pertanian Bogor.

Obiri, B.D., G.A. Bright, M.A. McDonald, L.C.N. Anglaaere, and J. Cobbina. 2007. Financial Analysis of Shaded Cocoa in Ghana. Agroforestry System. 71: 139-149.

Rahmat, J. 2001. Metode Penelitian Komunikasi. PT.Remaja Rosda Karya. Bandung.

Siregar, T.H.S., S. Riyadi, dan L. Nuraeni. 2007. Cokelat: Pembudidayaan, Pengolahan, Pemasaran. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. UI Press. Jakarta.

Suharjito, Widianto, Kurniatun dan Mustofa, A.S. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 1. Aspek Sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri. World Agroforestry Centre (ICRAF). Bogor.

Suharjito, Sundawati, Suyanto dan Utami. 2003. Bahan Ajaran Agroforestri 5. Aspek sosial Ekonomi dan Budaya Agroforestri.

Sundawati, dkk. 2008. Pemasaran Produk-Produk Agroforestri. SEANAFE dan IPB. Bogor.

Syahrani dan H.A. Husainie. 2003. Analisis Kelayakan Finansial Pengusahaan Kebun Hutan dengan Tanaman Buah Durian di Kabupaten Kutai Kertanegara Propinsi Kalimantan Timur. Jurnal. Ekonomi Pembangunan Vol. 8 No 2, Desember 2003 Hal: 137-146.

Trisnawati, Mahaputra dan Jemy (2004). Kelayakan Usahatani Pola Tumpangsari Tanaman Kopi Dengan Jeruk Di Desa Belantih Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangli. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Bali.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33. 2007. Pembentukan kabupaten Pesawaran di Provinsi Lampung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41. Tentang Kehutanan.

Widianto, Kurniatun, Didik, dan Mustofa. 2003. Bahan Ajar Agroforestri 3. Fungsi dan Peran Agroforestri. ICRAF. Bogor.


(2)

49

Wijayanto, Suprayogo dan Widianto. 2003. Bahan Ajar 6. Pengelolaan dan Pengembangan Agroforestri. ICRAF. Bogor.

Yardha dan Karim, A. 2000. Pengembangan Kopi Arabika di Aceh Tengah: Ketersediaan dan Kesesuaian Lahan. Monograf series No.1, Kerjasama Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala Banda Aceh dengan Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Banda Aceh. Banda Aceh.


(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Rommy Qurniati, S.P., M.Si. ...

Sekretaris : Wahyu Hidayat, S.Hut., M.S. ... Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P. ...

2. Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. H. Wan Abbas Zakaria, M.S. NIP 19610826 198702 1001


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Samosir Sumatera Utara, pada tanggal 05 Januari 1990 sebagai anak ketujuh dari tujuh bersaudara dari Bapak Jabuhit Nadeak dan Ibu Mularia Gultom. Pada tahun 2002 penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di SD Siuntegodang, Samosir. Pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 1 Palipi, Samosir dan penulis berhasil menyelesaikan pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2008 di SMA Negeri 1 Pangururan, Samosir. Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) pada Tahun 2008.

Selama menjadi mahasiswa penulis aktif di Unit Kegiatan Mahasiswa Kristen (UKM-K) Universitas Lampung dan juga menjadi anggota utama dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Kehutanan (HIMASYLVA). Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) pada tahun 2011 di Pekon Rigis Jaya Kecamatan Air Hitam Kabupaten Lampung Barat. Pada tahun 2012 penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di Resort Sukaraja Atas SPTN I Sukaraja BPTN I Semaka Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).


(5)

SANWACANA

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat, rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Finansial Pola Tanam Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan (S.Hut) di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Terwujudnya skripsi ini penulis tidak lepas dari bantuan, bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik secara moral maupun materi. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Ibu Rommy Qurniati, S.P., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang telah banyak memberikan bantuan, pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

2. Bapak Wahyu Hidayat, S. Hut., M.Sc., selaku Dosen Pembimbing II yang juga telah banyak memberikan bantuan, pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Christine Wulandari, M.P., selaku Dosen Penguji dan sekaligus Pembimbing Akademik penulis yang telah banyak memberikan masukan dan pengarahan untuk perbaikan skripsi ini.


(6)

4. Bapak Indra Gumay Febryano, S.Hut., M.Si., selaku Dosen Kehutanan yang telah banyak memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan M.Si., selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

7. Kasubbag Tata Usaha dan para staf pegawai Fakultas Pertanian yang sudah banyak membantu dalam mengurus surat-surat selama penyelesaian skripsi. 8. Teman-teman satu tim penulis grup Pesawaran Indah, Pices, Desy, Ica trima

kasih buat bantuannya selama pengambilan data di lapangan.

9. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih untuk semua bantuan dan dukungannya selama penyelesaian skrispsi ini.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, September 2012 Penulis,


Dokumen yang terkait

STRATEGI PENGEMBANGAN KOPERASI SINAR BANYU MANDIRI DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 12 53

EVALUASI KESESUAIAN LAHAN KUALITATIF DAN KUANTITATIF KOPI ROBUSTA (Coffea Canephora) PADA KELOMPOK TANI BINAKARYA DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 31 56

ANALISIS FINANSIAL DAN DAMPAK SOSIAL EKONOMI PEMBANGUNAN REAKTOR BIOGAS DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

0 10 1

ANALISIS PENDAPATAN DAN DISTRIBUSI PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI KAKAO DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

1 12 76

Potensi Penyerapan Karbon pada Sistem Agroforestri di Desa Pesawaran Indah Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

8 75 82

KOMPOSISI TANAMAN AGROFORESTRI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG

1 33 70

NILAI EKONOMI AIR DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WAY OROK SUB DAS WAY RATAI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN PROVINSI LAMPUNG

0 7 10

ANALISIS PENDAPATAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN RUMAHTANGGA PETANI KAKAO DI DESA PESAWARAN INDAH KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN

15 77 69

ANALISIS PENDAPATAN DAN KESEJAHTERAAN NELAYAN JARING INSANG HANYUT DI PANTAI MUTUN DESA LEMPASING KECAMATAN PADANG CERMIN KABUPATEN PESAWARAN LAMPUNG.

0 0 5

Keanekaragaman Jenisdan Struktur VegetasiMangrove di Desa Sidodadi Kecamatan Padang Cermin Kabupaten Pesawaran, Provinsi Lampung - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

0 0 8