Perencanaan lanskap Rowo Jombor Klaten sebagai kawasan rekreasi

RINGKASAN
ENDRI PRIYANTO. Perencanaan Lanskap Rowo Jombor Klaten sebagai
Kawasan Rekreasi. (Dibimbing oleh NIZAR NASRULLAH).
Rowo Jombor m e ~ p a k a nsalah satu situ yang berada di Kabupaten
Klaten, keberadaannya sangat berpotensi untuk dikembangkan dalam rangka
memenuhi kebutuhan rekreasi. Lokasi tapak tidak jauh dari pusat kota Klaten (k 8
km), tapak ini juga memiliki potensi rekreasi seperti perbukitan dan panorama
pegunungan seribu dengan pemandangan yang indah, menyediakan udara yang
bersih dan segar. Saat ini keberadaan tapak digunakan sebagai kawasan rekreasi
warung apung dan pemancingan. Kawasan sekitar situ keberadaannya kurang
tertata dengan baik. Untuk mewujudkan terciptanya areal rekreasi yang sekaligus
melindungi dan melestarikan lingkungan dibutuhkan suatu perencanaan lanskap
kawasan rekreasi yang baik.
Studi ini bertujuan untuk merencanakan Rowo Jombor menjadi kawasan
rekreasi alami dengan situ sebagai obyek utama yang dapat memberikan altematif
kegiatan rekreasi bagi warga Klaten dan sekitarnya, dengan tetap memperhatikan
kelestarian dan fungsi situ sebagai daerah resapan air, melalui pengaturan tata
ruang, perencanaan aktifitas rekreasi, jaringan sirkulasi, penataan tata hijau, dan
perencanaan pengadaan fasilitas pendukung rekreasi sehingga tercipta suatu
lanskap yang fungsional dan estetis.
Metode yang digunakan dalam studi ini mengikuti metode perencanaan

kawasan rekreasi yang dikemukakan oleh Gold (1980), dengan pendekatan
sumberdaya alam. Metode ini terdiri dari enam tahap, yaitu persiapan,
inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan. Studi ini dibatasi
hingga tahap perencanaan dengan basil akhir berupa rencana lanskap (Landscape
Plan), yang meliputi aktifitas dan fasilitas rekreasi, serta letak elemen penunjang.
Rowo Jombor terletak di Desa Krakitan, Kecamatan Bayat, Kabupaten
Klaten, yang dikelilingi oleh jalan lingkar, perbukitan, permukiman penduduk dan
sebagian areal persawahan, berjarak 8 km ke arah selatan dari pusat Kota Klaten.
Kawasan Rowo Jombor mempunyai luas sekitar 332 ha, yang meliputi daratan
seluas 143 ha dan situ seluas 189 ha dengan luas efektif genangan 176 ha. Tapak
berada pada ketinggian 133 meter di atas permukaan air laut clan secara geografis
terletak sekitar 7'8' LS dan 110°23' BT. Secara umum kondisi iklim Kawasan
Rowo Jombor cukup sesuai untuk melakukan aktifitas rekreasi. Bentukan
permukaan lahan pada tapak cukup bervariasi dengan kerniringan antara 0 - 40%,
dengan lahan datar yang cukup dominan memberikan potensi untuk
dikembangkan sebagai kawasan rekreasi. Sumber air situ berasal dari sungai yang
mengalir ke situ dan air hujan pada saat musim penghujan.
Rowo Jombor pada saat ini sudah dijadikan salah satu tempat rekreasi
dengan objek utama "warung apung", yaitu warung rnakan yang berada di tengah
perairan, namun fasilitas penunjang rekreasi yang lainnya belum lengkap.

Pemandangan alam sekitar masih alami sehingga memberikan nilai tambah dalam
pengembangan kawasan lebih lanjut. Pengunjung mengharapkan dalam
pengembangan kawasan ini perlu adanya penambahan atraksi kegiatan dan
fasilitas-fasilitas penunjang rekreasi agar pengunjung kawasan dapat terpenuhi
kebutuhan rekreasinya. Pemerintah dan masyarakat sekitar mengharapkan
perencanaan kawasan rekreasi berdampak bagi kemajuan daerah dan

kesejahteraan masyarakat. Perrnasalahan yang terdapat pada tapak antara lain
adanya penyempitan dan pendangkalan situ, pencemaran, dan pertumbuhan gulma
yang menutupi perairan situ. Semua pennasalahan tersebut berdampak pada
penurunan kualitas fisik dan visual situ. Adanya fluktuasi permukaan air situ pada
musim hujan dan musim kemarau juga merupakan masalah yang hams diatasi
dalam perencanaan kawasan Rowo Jombor sebagai kawasan rekreasi.
Berdasarkan potensi tapak baik fisik dan nonfisik, maka didapatkan
kegiatan rekreasi potensial dalam tapak. Selanjutnya rekreasi berdasarkan
tempatnya dibedakan menjadi dua, yaitu rekreasi daratan dan rekreasi perairan.
Ruang-ruang dibentuk berdasarkan atas intensitas aktifitas manusia dan
surnberdaya agar kegiatan rekreasi dapat berlangsung, maka ruang dibagi atas
ruang pemanfaatan sebesar 105,4 ha (3 1,7%) dan mang konservasi sebesar 226,7
ha (68,3%). Setiap ruang mempunyai beberapa fungsi yang berbeda, ruang

pemanfaatan berfungsi untuk penerimaan, pelayanan, rekreasi, dan produksi.
Sedangkan ruang konservasi berfungsi sebagai area penyangga situ. Aktifitas
rekreasi yang berada di ruang pemanfaatan berupa rekreasi perairan yaitu
berperahu, sepeda air, memancing, menikmati pemandangan; rekreasi darat
berupa piknik, olah raga, jaladjogging, bersepeda, menyaksikan perhmjukan,
menikmati pemandangan. Pada ruang konservasi aktifitas yang dilakukan hanya
untuk bermukim penduduk sekitar.
Konsep dasar perencanaan adalah mengembangkan Rowo Jombor dan
sekitarnya sebagai kawasan rekreasi yang fungsional dan estetis dengan objek dan
atraksi rekreasi diutamakan pada kawasan situ serta bukit Sidoguro melalui
pengembangan kegiatan rekreasi dan peningkatan fasilitas pendukung rekreasi.
Pengembangan kawasan rekreasi diusahakan mengakomodasikan kepentingan
masyarakat dengan tidak mengorbankan kepentingan ekologis. Konsep tersebut
dikembangkan dalam konsep ruang, rekreasi, sirkulasi, dan tata hijau, yang
menjadi pedoman pada tahap perencanaan.
Dalam pengembangan Rowo Jombor diiencanakan ruang-mang untuk
kegiatan rekreasi yaitu rekreasi perairan dan rekreasi darat. Rekreasi perairan
memanfaatkan badan air yang terdiri dari aktifitas aktif mencakup
berperahuilxrsampan, sepeda air, dan memancing, serta aktifitas pasif meliputi
bersantai foto-foto. Sedangkan rekreasi darat

menikmati ~emandangan
,
memanfaatkan Bukit Sidoguro dan areal di pinggiran situ deigan aktifitas rekreasi
mencakup piknik perorangan atau kelompok, berjalan-jalan mengelilingi situ,
foto-foto, Aah raga, berseieda, jogging, d m menikmati pemandanian. ~ e n c a n a
sirkulasi dalarn tapak meliputi sirkulasi primer bempa jalan aspal sepanjang 5983
m dengan lebar 6 m, mempakan sirkulasi mengelilingi situ yang menghubungkan
antar objek rekreasi dan sirkulasi sekunder yang terdapat pada objek rekreasi
bempa pedestrian dengan ukuran yang berbeda-beda yaitu panjang 247 m dengan
lebar 6 m pada area piknik I, panjang 1040 m dengan lebar 1,5 m pada area piknik
11, panjang 552 m dengan lebar 2 m dan panjang 1030 m dengan lebar 1,2 m pada
area piknik 111, serta pedestrian mengelilingi situ sepanjang 4800 m dengan lebar
1,s m. Rencana tata hijau dikembangkan berdasarkan fungsinya antara lain fungsi
konservasi, penyangga, estetis, pengarah, dan produksi. Vegetasi konservasi
dikembangkan pada daerah konservasi yaitu di sekitar inlet dan outlet situ dengan
luasan 5 9 ha. Vegetasi penyangga dikembangkan pada daerab penyangga dengan
luasan 43,5 ha, yaitu daerah yang membatasi tapak dengan lingkungan luar

(pemukiman, jalan, dan daerah habitat burung). Vegetasi estetika dikembangkan
di tevi-tevi ialan masukldaerah penerimaan, di sekitar situ, di areal rekreasilpiknik

dan -di sektar bangunan dengan luasan total i 1,5 ha. Vegetasi pengarah
dikembangkan di sepanjang jalur pergerakan pengunjung yang berfimgsi untuk
mengarahkan pergerakan sekaligus sebagai peneduh seluas i 1,2 ha. Sedangkan
vegetasi produksi bempa tanaman padi dan palawija dikembangkan pada lahan
pertanian (sawah, ladang) sekitar dengan luasan i 37,l ha. Rencana fasilitas yang
akan ditempatkan dalam tapak terdiri dari fasilitas penunjang rekreasi perairan,
fasilitas penunjang rekreasi darat, serta fasilitas penunjang pelayanan. Fasilitas
penunjang rekreasi darat dan perairan, meliputi : plaza, jalan setapak, taman,
lampu tarnan, shelter/gergola, gazebo, menara pandang, bangku dan meja taman,
dek kayu, gubukldek pemancingan, kolam renang, kios penjualan cindera mata
dan penyewaan alat. Untuk memberikan pelayanan terhadap pengunjung maka
diencanakan fasilitas pelayanan dalam tapak meliputi : pintu gerbangtgapura,
tempat parkir, pos jaga, loket karcis, tempat makan " W m g apung", kios-kios,
mushola, toilet, gedung pusat informasi, dan gedung pengelola.