Pendugaan Bobot Badan Kuda Delman Berdasarkan Berbagai Variabel Ukuran Linear Permukaan Tubuh Menggunakan Analisis Regresi Komponen

ABSTRACT
Estimation of Body Weight of Wagon Horse Based on the Linear Body Size
by Principal Component Regression
Saragih, E. I. M., R. R. Noor and R. H. Mulyono
The aim of this study is to estimate the body weight of North Sulawesi wagon
horse based on the linear size of body surface at Manado, Minahasa and Tomohon.
The size and shape of the head associated with body weight; was in order to determine
the morphometric characteristics of wagon horse. The body size variables observed
included chest circumference, width of chest, the chest, shoulder height, hip height, hip
circumference, body length, and thigh length, while the linear variables of head surface
were neck length, width head as well as the length of the head. The data were analyzed
descriptively and followed by using T2-Hotelling statistic test, Principal Component
Regression (ARKU), Pearson correlation, principal component analysis (AKU) and the
establishment of a crowd diagram analyses. Wagon horse originated from Manado,
Minahasa, and Tomohon were different from each other. Wagon horse from Tomohon
and Manado have the most significant distinction. Manado wagon horse is classified as
small horse, Minahasa wagon horse is classified as medium horse, and Tomohon
wagon horse is classified as big horse. Average elasticity of body weight against linear
size of Tomohon male and female wagon horse body surface, each of them were found
at chest circumference and body length. Average elasticity of body weight against
linear size of Minahasa male and female wagon horse body surface, both of them were

found at body length. Average elasticity of body weight against linear size of Manado
male and female wagon horse body surface, i. e. shoulder height and chest
circumference. Elasticity value indicates that every one percent increase in linear size
of the body surface will increase the body weight as many as elasticity value
percentage.
Keywords: Body weight, wagon horse, morphological traits

iv

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kuda berperanan penting secara ekonomis sebagai alat transportasi, penarik
beban atau kuda tarik dan pengangkut beban. Populasi kuda di Indonesia menurut
Badan Pusat Statistik (2009) berkisar 409 ribu ekor yang menyebar di beberapa daerah
di Indonesia seperti Jawa Tengah, Sumatera Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Sumbawa, Sulawesi Utara dan Sulawesi Selatan. Kuda tersebut merupakan kuda lokal
dan kuda hasil silangan dengan kuda unggul luar negeri yang diintroduksi ke
Indonesia, seperti kuda Arab dan Thoroughbred. Sulawesi Utara merupakan salah satu
provinsi di Indonesia dengan kepemilikan kuda delman yang tinggi yang berpotensi
untuk dikembangkan.

Kepemilikan kuda delman sebagai kuda tarik atau penarik beban di Sulawesi
Utara merupakan aset daerah setempat untuk pengembangan program pariwisata.
Karakteristik genetik pada jenis kuda delman Sulawesi Utara dan hasil silangannya
berdasarkan morfometrik tubuh meliputi bobot badan dan beberapa ukuran linear
permukaan tubuh. Kuda delman Sulawesi merupakan salah satu kekayaan alam
Indonesia yang keberadaannya memerlukan perhatian khusus. Penyebaran kuda
delman ditemukan di beberapa wilayah Sulawesi Utara. Wilayah Sulawesi Utara
memiliki keragaman topografi dan lingkungan yang tunggi. Hal tersebut merupakan
daya tarik khusus pengunjung karena keberagaman performa fisik kuda delman.
Keberagaman tersebut merupakan daya tarik tersendiri dihubungkan dengan kondisi
topografi wilayah setempat. Kuda delman dengan ukuran tubuh tertentu diperlukan
pada wilayah dengan kondisi topografi tertentu pula.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk menduga bobot badan kuda delman Sulawesi
Utara berdasarkan ukuran linear permukaan tubuh pada lokasi pengamatan Manado,
Minahasa dan Tomohon. Penelitian ini juga bertujuan untuk menentukan ukuran dan
bentuk kepala yang berkaitan dengan karakteristik kuda delman Sulawesi Utara yang
diamati.

1


TINJAUAN PUSTAKA
Kuda
Kuda diklasifikasikan ke dalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas
mammalia (menyusui anak), ordo Perissodactyla yakni (tidak memamah biak) dan
famili Equidae serta spesies Equus cabalus (kuda rekreasi) (Blakely dan Bade, 1994).
Bowling dan Ruvinsky (2000) menjelaskan bahwa kuda berkaitan dengan lokasi
geografis tempat dikembangbiakan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara
spesifik. Komunitas atau lembaga tertentu melakukan pencatatan keturunan dan buku
silsilah kuda hasil seleksi berdasar pada daerah asal, fungsi dan ciri fenotipik. Tabel 1
menyajikan kegunaan, jenis, tinggi, bobot badan dan habitat asli kuda tarik di dunia
berdasarkan Ensminger (1977).
Tabel 1. Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli Kuda Tarik
Tinggi

Bobot
Badan

--(m)--


---(kg)---

Kuda Cleveland Bay

1,45–1,65

450–650

Inggris

Kuda Frech Coach

1,45–1,65

450–650

Prancis

Kuda Jerman Coach


1,45–1,65

450–650

Jerman

Kuda Hackney

1,45–1,65

450–650

Inggris

Kuda Yorkshire Coach

1,45–1,65

450–650


Inggris

Kuda Morgan

1,45–1,55

450–600

Amerika
Serikat

Kuda Standardbreed

1,45–1,55

450–600

Amerika
Serikat


Kuda Hackney

0,90–1,45

250–450

Inggris

Kuda Shetland

0,90–1,45

250–450

Inggris

Kuda Ewish

0,90–1,45


250–450

Inggris

Kegunaan

Kuda Tipe berat

Kuda
Transportasi

Kuda Poni
untuk menarik

Jenis

Habitat Asli

Sumber: Ensminger (1977)


Parakkasi (2006) menjelaskan bahwa kuda berkaitan erat dengan manusia yang
secara ekonomis berperanan dalam transportasi (kuda delman, kuda tunggang) dan

pengangkut beban dan bahkan di beberapa tempat digunakan sebagai sumber protein
hewani (penghasil daging dan susu). Dijelaskan lebih lanjut bahwa kuda dapat
dimanfaatkan sebagai kuda perang, kuda pacu, kuda rekreasi dan dijadikan sebagai
simbol status sosial pada kebudayaan tertentu. Menurut Edwards (1994) kuda
dibedakan menjadi kuda berdarah panas (hot blood) dan kuda berdarah dingin (cold
blood). Kuda hot blood diidentifikasikan sebagai kuda tipe ringan yang memiliki sifat
agresif seperti kuda Arab, sedangkan kuda cold blood diidentifikasikan sebagai kuda
tipe berat yang sering digunakan untuk menarik beban.
Kuda Lokal Indonesia
Indonesia mempunyai beberapa jenis kelompok populasi kuda yang berasal
dari kuda jenis Thoroughbred yang digunakan sebagai kuda pacuan atau disilangkan
dengan kuda lokal. Edward (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia
digolongkan ke dalam kuda poni karena memiliki tinggi badan berkisar antara 1,151,35 m. Iklim tropis mempengaruhi fenotipik kuda lokal Indonesia. Dijelaskan lebih
lanjut bahwa kuda lokal Indonesia menyebar di beberapa daerah dengan jenis dan
karakteristik yang bervariasi, seperti yang disajikan pada Tabel 2.
Ensminger (1977) menjelaskan kuda diklasifikasikan menjadi kuda tipe ringan,
tipe berat dan kuda poni berdasarkan ukuran, bentuk tubuh dan kegunaan. Kuda tipe

ringan memiliki tinggi 1,45-1,75 m pada saat berdiri dan bobot badan 450-700 kg.
Tipe kuda ini sering digunakan sebagai kuda tunggang, kuda tarik dan kuda pacu.
Kuda tipe ringan secara umum lebih aktif dan lebih cepat dibandingkan dengan kuda
tipe berat. Kuda tipe berat mempunyai tinggi 1,45-1,75 m pada saat berdiri dan bobot
badan lebih dari 700 kg yang biasa digunakan sebagai kuda pekerja. Kuda poni
memiliki tinggi kurang dari 1,45 m pada saat berdiri dan bobot badan 250-450 kg.
Kuda Sulawesi
Rahman (2011) menjelaskan kuda Sulawesi atau sering disebut kuda Makasar
terdiri atas beberapa jenis kuda seperti kuda Makasar, kuda Bone dan kuda Bugis. Ciriciri kuda Sulawesi ialah memiliki tinggi yang dapat mencapai 1,15 m; berbentuk
bagus, berkepala kecil sehingga dapat dikatakan termasuk kuda dengan performa baik,
memiliki dahi lebar, rahang terkadang besar, tengkuk pendek, leher agak pendek,
punggung pendek dan kencang. kemudi kencang dan kuat, kaki berurat baik, sifat
cukup baik, langkah teratur, daya tahan besar dan tergolong kuda sederhana.

3

Tabel 2. Jenis dan Karakteristik Kuda Lokal Indonesia
Jenis kuda
Kuda
Sumba


Tinggi

Karakteristik

-----(m)----1,27
Bentuk kepala lebih besar dibandingkan ukuran tubuh,
leher pendek, sifat jinak dan cerdas, konformasi badan
kurang sempurna, tetapi bagian punggung kuat.

Kuda
Timor

1,22

Bentuk tubuh lurus, leher pendek, punggung lurus, bahu,
tengkuk dan ekor tinggi.

Kuda
Sandel

1,35

Ukuran tubuh kecil, kepala kecil dan bagus serta mata
bagus, bulu lembut dan berkilau, kecepatan lari tinggi
dan sangat aktif, kuku kaki kuat dan keras.

Kuda
Batak

1,32

Ekor dan tengkuk berambut bagus dengan posisi ekor
cukup tinggi sehingga baik dalam pergerakan, kaki
belakang ramping, rump tinggi, punggung panjang dan
sempit, kepala bagus, muka lurus,leher lemah dan
pendek serta kurang berkembang.

Kuda
Jawa

1,27

Stamina tubuh baik dan tahan terhadap panas, sifat
jinak, kaki dan persendian tidak berkembang baik
sehingga mempengaruhi kekuatan.

Kuda
Sulawesi

1,25

Daya tahan tubuh kuat, kaki tegap dan kuat, dan
bertempramen stabil.

Sumber : Edward (1994)

Kuda Sandel
Equine Kingdom (2007) mendefinisikan kuda Sandel atau Sandalwood sebagai
kuda keturunan Indonesia yang berkualitas dan memiliki persentase darah kuda Arab
yang cukup tinggi. Kuda Sandel merupakan kuda yang serbaguna karena dapat
digunakan sebagai kuda tunggang, pembawa barang dan pekerja. Kuda ini sangat
cepat dan gesit, sehingga sering digunakan untuk balapan lokal tanpa pelana pada jarak
tempuh lebih dari tiga km. Kuda Sandel mewariskan darah kuda poni berkualitas yang
telah banyak diekspor untuk berbagai kebutuhan. Kuda Sandel berstamina dan berdaya
tahan besar, tenang dan sangat mudah dikendalikan.
Proporsi tubuh kuda Sandel bagus dengan kepala kecil, telinga tegak dan mata
cerdas. Kuda Sandel umumnya memiliki bentuk tubuh lebar, pendek berotot, dada
dalam dan panjang, punggung lurus dan croup menonjol. Tinggi kuda Sandel berkisar
antara 122-132 cm. Kuda Sandel berpotongan tubuh serasi, tidak terlalu lincah dan
memiliki daya tahan kuat. Kuda Sandel berwarna coklat, coklat tua kemerah-merahan

4

dengan rambut ekor dan kaki bagian bawah hitam; atau warna bopong (punggung
sampai ekor bergaris hitam). Bentuk kepala kuda Sandel agak besar dengan leher lebar
dan pendek, sedangkan rambut kepala kasar dan berdiri. Kuda ini memiliki berkaki
langsing dan berbulu di bagian persendian (Equine Kingdom, 2007).
Thoroughbred
Kuda Thoroughbred dikembangkan oleh keluarga Raja Inggris sebelum
diekspor ke Amerika. Kuda ini digunakan sebagai kuda pacu dan kuda olahraga. Kuda
Thoroughbred adalah kuda yang digunakan sejak 1700-an yang berasal dari
persilangan antara kuda jantan impor dari daerah timur tengah (Arab dan Turki)
dengan kuda betina Inggris yang menghasilkan keturunan untuk kuda pacu (Bowling
dan Ruvinsky, 2000). Kuda Thoroughbred memiliki kondisi fisik yang memenuhi
syarat untuk berpacu, seperti bentuk kepala kecil dan pintar, leher panjang, badan
panjang, kaki langsing dan panjang, tulang ramping dan panjang yang seimbang serta
warna bulu halus dan terang (Kidd, 1995). Menurut Edward (1994) ciri-ciri khusus
kuda Thoroughbred adalah tinggi badan 176-178 cm, bentuk kepala dan rahang bagus,
perpaduan antara kepala dan leher bagus dan simetris dengan posisi pundak.
Kuda sebagai Alat Transportasi
Peranan kuda tidak hanya sebagai alat transportasi, rekreasi, dan olahraga tetapi
sudah mulai bergeser menjadi sumber makanan (Astari, 2011). Fungsi kuda sebagai
alat transportasi sehari-hari di kota Bogor menurut Angga (2009) sudah banyak
mengalami penurunan, karena ketersediaan alat-alat transportasi berteknologi tinggi
seperti mobil dan angkutan umum lain. Meskipun demikian, di beberapa tempat di
Indonesia kuda masih banyak digunakan sebagai alat transportasi. Variasi alat
transportasi yang menggunakan kuda adalah kereta perang, kereta kencana dan kereta
kuda atau delman (Angga, 2009).

5

Morfometrik Kuda
Sasimowski (1987) menjelaskan bahwa kepala kuda merupakan bagian tubuh
yang menunjukkan karakteristik tertentu sesuai dengan spesies, bangsa dan jenis
kelamin, habitat hidup dan kondisi kesehatan. Kuda yang hidup di daerah pegunungan
dan dataran tinggi memiliki kepala yang relatif pendek dengan dahi lebih lebar dan
kepala serta moncong pendek dibandingkan kuda di daerah dataran rendah. Menurut
Dyce et al. (2002) proporsi ukuran (size) kuda yang baik adalah sebesar 10%-11%
untuk kepala dan 89%-90% untuk tubuh yang meliputi badan dan leher. Menurut
Bowling dan Ruvinski (2000) penilaian ukuran dan bentuk tubuh kuda sudah
dilakukan berdasarkan sifat dan penilaian performa kuda. Ukuran tubuh kuda
digunakan untuk menentukan tipe kuda dengan kemampuan pacu yang cepat. Ukuran
tubuh, langkah kaki, kualitas kuku, gerak (jarak langkah, elastisitas dan keteraturan)
dan struktur gigi merupakan penciri konformasi tubuh kuda. Tinggi pundak, tinggi
panggul, panjang tubuh, lingkar dada dan lingkar kanon merupakan ukuran-ukuran
tubuh kuda pula. Lingkar dada memiliki pengaruh yang besar terhadap performa
(ukuran tubuh) ternak kuda. Harahap (2011) menjelaskan ukuran kuda delman betina
lebih besar dibandingkan dengan kuda delman jantan.
Menurut Frandson (1992) tulang berfungsi sebagai penyokong dan tempat otot
melekat. Dijelaskan bahwa semakin besar tulang penyusun kerangka maka ukuran
tubuh semakin besar atau tubuh semakin berat. Ukuran kepala amat berkorelasi dengan
ukuran tubuh. Jika bobot kepala terlalu berat untuk leher maka akan membebani kaki
dan mengganggu keseimbangan (Edward,1994). Suherman (2007) menyatakan bahwa
penciri tubuh seekor kuda adalah panjang badan, tinggi pundak dan tinggi pinggul,
sedangkan untuk bentuk tubuh seekor kuda hanya panjang badan.
Ukuran Tubuh dan Bobot Badan
Ukuran–ukuran tubuh dapat digunakan untuk mengetahui morfogenetik dari
jenis ternak tertentu dalam populasi yang tersebar luas antara wilayah atau negara,
sehingga dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran mengenai bentuk tubuh
hewan sebagai ciri khas bangsa ternak tertentu. Pengukuran tubuh dilakukan
berdasarkan ukuran yang umum pada ternak yaitu sifat kuantitatif untuk mengetahui
perbedaan-perbedaan dalam populasi ternak maupun untuk digunakan dalam seleksi
(Mulliadi, 1996). Peningkatan sedikit saja ukuran tubuh dapat menyebabkan

6

peningkatan yang proporsional pada bobot tubuh, karena bobot tubuh merupakan
fungsi dan volume ukuran-ukuran permukaan kepala dan bagian-bagian tubuh ternak
lain yang berguna untuk menaksir bobot badan serta memberi gambaran bentuk tubuh
yang merupakan ciri khas bangsa ternak tertentu (Doho, 1994).
Fourie et al. (2002) menyatakan bentuk dan ukuran tubuh sapi dapat ditentukan
dengan cara mengukur langsung ataupun secara visual. Ukuran tubuh sering digunakan
untuk mengevaluasi pertumbuhan. Ukuran merupakan indikator penting pertumbuhan,
tetapi tidak dapat digunakan untuk mengindentifikasikan komposisi tubuh ternak.
Penelitian-penelitian mengenai ukuran-ukuran tubuh ternak telah banyak dilakukan,
diantaranya oleh Otsuka et al. (1982) yang meneliti asal-usul dan hubungan
genealogikal pada beberapa tipe sapi asli Asia Timur, termasuk beberapa sapi lokal asli
Indonesia. Ukuran-ukuran tubuh ternak dapat berbeda satu sama lain secara bebas.
Korelasi diantara sifat-sifat yang diukur dapat positif apabila peningkatan satu sifat
menyebabkan peningkatan sifat lain. Menurut Hanibal (2008) terdapat korelasi positif
antara skor ukuran tubuh terhadap bobot badan.
Tulang dan Otot
Sepertiga bobot tulang terdiri atas kerangka organik berupa jaringan dan sel-sel
sehingga tulang bersifat elastis dan keras. Duapertiga bobot tulang terdiri atas
komponen anorganik, terutama garam-garam kalsium dan fosfat sehingga tulang
bersifat keras dan kaku (Frandson, 1992). Frandson (1992) menjelaskan bahwa
keseluruhan kerangka mempunyai perototan yang terdiri atas urat syaraf dengan
kejangan pelan (slow twitch fiber) yang mempengaruhi kekuatan dan daya tahan otot;
urat syaraf dengan kejang menengah (intermediate twitch fiber) yang mempengaruhi
kemampuan slow dan fast twich fiber; dan urat syaraf dengan kejangan cepat (fast
twitch fiber) yang mempengaruhi kecepatan kontraksi otot.
Kepala
Leher yang memanjang ke atas sampai batas penglihatan serta membentuk
lengkung ke garis bagian atas, secara natural memberikan posisi kepala yang nyaman
(Knowles, 1994). Ekspresi wajah kuda dan gerakan kepala serta leher memberikan
kesan menarik pada saat pertama kali melihat. Kepala memiliki ukuran proporsi besar,
kepala padat dan pendek membutuhkan leher kuat untuk menopang. Panjang leher
dapat menjelaskan panjang langkah, karena sebagian besar otot leher berperan dalam

7

pergerakan bahu dan kaki depan. Hal ini membuat keterbatasan pada kuda untuk
meletakkan kaki depan bila melewati garis hidung, saat kuda bergerak. Konformasi
yang baik dapat dilihat dari susunan kepala, panjang leher, punggung kuat dengan
ukuran yang tidak terlalu panjang atau pendek, daerah bagian pinggang kuat dan
seperempat bagian belakang kuat (Hamer, 1993).
Sifat Kuantitatif
Sifat kuantitatif dikontrol banyak gen yang bersifat aditif, dominan dan
epistatik

yang

bersama-sama

dengan

pengaruh

lingkungan

(non-genetik),

menghasilkan ekspresi fenotipik sebagai sifat kuantitatif (Martojo, 1992, Noor 2010).
Keragaman sifat kuantitatif bersifat kontinyu berkisar diantara nilai minimum dan
maksimum serta menggambarkan suatu distribusi (Martojo, 1992). Sifat kuantitatif
pada kuda diantaranya ukuran tinggi dan bobot badan, laju pertumbuhan dan kecepatan
lari. Setiap sifat kuantitatif yang diekspresikan hewan disebut fenotipe. Fenotipe (P)
merupakan hasil keseluruhan pengaruh-pengaruh genotipe (G), Lingkungan (L) dan
interaksi antara pengaruh genotipe dan lingkungan (Martojo, 1992). Fenotipe ternak
dapat diketahui melalui ukuran tubuh (Otsuka et al., 1982; Nozawa et al., 1981). Sifat
kuantitatif adalah sifat-sifat yang dapat diukur pada seekor ternak baik untuk produksi
seperti ukuran morfologi tubuh, kecepatan lari, daya tahan kerja dan tenaga tarik, juga
untuk reproduksi seperti lama kebuntingan, lama berahi dan produksi susu (Martojo,
1992).
Menurut Warwick et al. (1990), sifat kuantitatif dipengaruhi beberapa atau
banyak gen dan pengaruh interaksi dengan lingkungan. Gen tersebut terdapat dalam
sel-sel jaringan dari berbagai bagian tubuh dan organ-organ yang saling berinteraksi
dalam proses biokimia faali dalam tubuh, sehingga jumlah gen yang berperan dalam
proses tumbuh kembang dapat mencapai ratusan bahkan ribuan (Martojo, 1992).
Analisis Komponen Utama (AKU)
Analisis Komponen Utama (AKU) merupakam teknik statistik multivariat yang
sering digunakan dalam pengurangan dimensi dari kumpulan peubah acak yang tidak
terstruktur untuk analisis dan interpretasi. Metode AKU ini dapat membantu
penempatan kembali variabel dalam jumlah besar dengan variabel dalam jumlah kecil
tanpa mengurangi makna pada analisis obyektif (Gaspersz, 1992). Dijelaskan lebih

8

lanjut bahwa AKU dapat memberikan model teknik penelitian dan pengurangan data
secara substansial.
Analisis Komponen Utama (Principal Component Analysis) atau AKU
bertujuan untuk menerangkan struktur ragam-peragam melalui kombinasi linear dari
variabel-variabel. AKU juga dipakai sebagai analisis awal pada Analisis Regresi
Komponen Utama. AKU digunakan untuk mereduksi data dan mencoba untuk
diinterpretasikan (Gaspersz, 1992).
Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU)
Menurut Gaspersz (1992) Analisis Regresi Komponen Utama (Principal
Component Regression Analysis) merupakan teknik Analisis Regresi yang
dikombinasikan dengan teknik Analisis Komponen Utama. Analisis Komponen Utama
dijadikan sebagai tahap analisis antara untuk memperoleh hasil akhir dalam Analisis
Regresi. Dijelaskan lebih lanjut bahwa penggunaan Analisis Regresi Komponen
Utama

dilakukan pada studi penelitian yang melibatkan banyak variabel bebas dari

sistem konkrit dan hubungan atau saling ketergantungan diantara variabel-variabel
bebas tersebut.
Keunggulan teknik komponen utama dalam Analisis Regresi adalah mengatasi
masalah multikolinearitas diantara variabel-variabel bebas dan meningkatkan
ketepatan pendugaan parameter model regresi dengan cara meningkatkan derajat bebas
galat. Analisis Regresi Komponen Utama dapat dilakukan melalui proses komputasi
dengan aplikasi MICROSTAT, STATGRAPHICS, SAS, SPSS, BMDP, STATPRO
(Gaspersz, 1992).
Pengamatan pendugaan bobot badan berdasarkan ukuran-ukuran linear
permukaan tubuh ternak telah dilakukan oleh Hanibal (2008) dan Tirtosiwi (2011)
pada ternak domba. Hanibal (2008) melakukan pengamatan pada bobot badan, lingkar
dada, panjang badan dan lingkar skrotum, sedangkan Tirtosiwi (2011) mengamati
sepuluh variabel yaitu tinggi pundak, tinggi pinggul, panjang badan, lebar dada, dalam
dada, lebar pinggul, lebar tulang tapis, panjang panggul, lingkar dada, lingkar kanon.

9

MATERI DAN METODE
Lokasi dan Waktu
Penelitian ini menggunakan data sekunder pengamatan yang dilakukan oleh Dr.
Ir. Ben Juvarda Takaendengan, M.Si. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium
Pemuliaan dan Genetika Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi
Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor; selama empat bulan dari
Januari-April 2012.
Materi
Data sekunder yang digunakan merupakan hasil pengukuran bagian linear
permukaan tubuh kuda delman pada kondisi dewasa tubuh di Sulawesi Utara (Manado,
Tomohon, dan Minahasa). Pemilihan keempat lokasi penelitian tersebut dilakukan
secara purposive sampling berdasarkan tingkat kepemilikan kuda delman yang tinggi
di Sulawesi Utara.
Jumlah data kuda yang digunakan adalah 466 ekor dengan rincian seperti yang
disajikan pada Tabel 3. Data sekunder meliputi bobot badan, bagian linear permukaan
tubuh (lingkar dada, lebar dada, dalam dada, tinggi pundak, tinggi pinggul, lebar
pinggul, panjang badan dan panjang paha), bagian kepala (panjang leher, lebar kepala
dan panjang kepala).
Tabel 3. Jumlah Kuda Delman yang Diamati pada Masing-masing Lokasi
Lokasi

Kuda
Jantan

Betina

Jumlah

------------------------------------(ekor)----------------------------------Manado
Minahasa
Tomohon

51
221
33

6
151
4

57
372
37

Jumlah

305

161

466

Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, kamera, komputer, kalkulator, dan
perangkat lunak statistik. Perangkat lunak statistika yang digunakan yaitu MINITAB®
15.1 20. 0.

Prosedur
Data variabel-variabel yang diukur untuk menduga bobot badan meliputi bobot
badan (Y), lingkar dada (X1), lebar dada (X2), dalam dada (X3), tinggi pundak (X4),
tinggi pinggul (X5), lebar pinggul (X6), panjang badan (X7) dan panjang paha (X8)
sedangkan untuk menentukan skor ukuran dan bentuk kepala meliputi panjang leher
(Z1), lebar kepala (Z2) dan panjang kepala (Z3). Data dipasok ke dalam komputer untuk
kemudian diolah. Data dipilah menjadi tiga bagian berdasarkan data bobot badan. Data
bobot badan digolongkan besar bila memiliki nilai lebih besar dari 325 kg;
digolongkan sedang bila kisaran antara 225-325 kg dan digolongkan kecil bila nilai
lebih kecil dari 225 kg. Pemilahan data berdasarkan data bobot badan dilakukan untuk
memperoleh nilai determinasi (R2) yang memadai. Bila nilai yang diperoleh pada
masing-masing golongan bobot badan ditemukan lebih kecil dibandingkan bila
digabung, maka pemilahan data tidak dilakukan. Hasil pengolahan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel dan gambar. Berdasarkan tabel dan gambar tersebut, selanjutnya
hasil pengolahan disajikan dalam bentuk tulisan.
Rancangan dan Analisa Data
Statistik Deskriptif
Data yang diperoleh diolah secara deskriptif. Nilai rataan, simpangan baku dan
koefisien keragaman pada masing-masing variabel diolah berdasarkan rumus Mattjik
dan Sumertajaya (2006) sebagai berikut:

Keterangan:
= Rataan data contoh
= Data contoh
= Banyak data contoh
= Simpangan baku atau ragam contoh
= Koefisien keragaman

11

Statistik T2 Hotelling
Gaspersz (1992) menyatakan bahwa untuk menguji perbedaan vektor nilai ratarata diantara dua populasi, dapat menggunakan statistik T2 Hotteling. Hipotesis yang
digunakan sebagai berikut:
Ho: U1 = U2 artinya vektor nilai rata-rata ukuran-ukuran permukaan tubuh dari
kelompok kuda delman lokasi pengamatan pertama sama dengan lokasi
pengamatan kedua
H1: U1 ≠ U2

artinya kedua vektor nilai rata-rata itu berbeda

Statistik T2 Hotelling dirumuskan sebagai berikut:

(Gaspersz, 1992)
Keterangan:
= Ukuran contoh kuda delman dari lokasi pengamatan pertama
= Ukuran contoh kuda delman dari lokasi pengamatan kedua
= Invers dari matriks peragam gabungan SG
= Vektor selisih nilai rata-rata contoh dari kedua populasi
Analisis Regresi Komponen Utama (ARKU)
Model persamaan ukuran linear permukaan tubuh kuda yang diperlukan dalam
menentukan pesamaan Analisis Regresi Komponen Utama, namun sebelum dilakukan
pengolahan Analisis Regresi Komponen Utama dilakukan Analisis Komponen Utama
sebagai berikut:
Gaspersz (1992) menyatakan model matematika AKU sebagai berikut:

Keterangan:
= Komponen utama ke-p
= Peubah ke-p untuk p = 1, 2, 3, … ,8
= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1, 2, … ,8

12

Model persamaan ukuran kuda sebagai berikut:

Keterangan:
= Skor ukuran
= Variabel lingkar dada
= Variabel lebar dada
= Variabel dalam dada
= Variabel tinggi pundak
= Variabel tinggi pinggul
= Variabel lebar pinggul
= Variabel panjang badan
= Variabel panjang paha
= Vektor ciri atau vektor Eigen
Pendugaan bobot badan kuda delman dilakukan pada ukuran-ukuran linear
permukaan tubuh kuda delman pada setiap lokasi pengamatan dihitung berdasarkan
persamaan Regresi Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut:

Keterangan:
= Bobot badan
= Variabel lingkar dada
= Variabel lebar dada
= Variabel dalam dada
= Variabel tinggi pundak
= Variabel tinggi pinggul
= Variabel lebar pinggul
= Variabel panjang badan
= Variabel panjang paha
= Konstanta

13

= Koefisien regresi dari variabel bebas ke-i (i = 1, 2, …, 8)
Elastisitas rata-rata dari bobot badan terhadap setiap variabel bebas Xi dalam
model regresi dihitung dengan menggunakan rumus (Gaspersz, 1992):

Keterangan:
= Elastisitas rata-rata dari variabel tak bebas Y (bobot badan)
terhadap variabel bebas Xi (i= 1,2,…, 8)
= Koefisien regresi dari variabel bebas Xi dalam persamaan regresi
= Nilai rata-rata dari variabel bebas Xi
= Nilai rata-rata dari variabel tak bebas Y (bobot badan)
Korelasi antara Skor Ukuran Tubuh dan Bobot Badan
Korelasi antara skor ukuran tubuh dan bobot badan dihitung berdasarkan rumus
yang disarankan oleh Gaspersz (1992) sebagai berikut:

X

= Skor ukuran tubuh

Y

= Bobot badan

Analisis Komponen Utama (AKU)
Penentuan skor ukuran dan bentuk kepala dilakukan berdasarkan Analisis
Komponen Utama (AKU). Gaspersz (1992) menyatakan model matematika AKU
sebagai berikut:

Keterangan:
= Komponen utama ke-p
= Variabel ke-p untuk p = 1, 2, 3
= Vektor ciri atau vektor Eigen ke-p untuk p = 1, 2, 3
Model persamaan ukuran kepala kuda sebagai berikut:
14

Keterangan:
= Skor ukuran
Z1

= Variabel panjang leher

Z2

= Variabel lebar kepala

Z3

= Variabel panjang kepala
= Vektor ciri atau vektor Eigen

Model persamaan bentuk kepala kuda sebagai berikut:

Keterangan:
= Skor bentuk
Z1

= Variabel panjang leher

Z2

= Variabel lebar kepala

Z3

= Variabel panjang kepala
= Vektor ciri atau vektor Eigen
Korelasi skor ukuran kepala terhadap masing-masing variabel linear

permukaan kepala dihitung berdasarkan rumus menurut Gaspersz (1992)

sebagai

berikut:

Keterangan:
= Korelasi antara variabel (Xi) dan komponen utama (Y1)
= Vektor Eigen ke-1
= Nilai Eigen ke-1
= Simpangan baku dari variabel (Xi)
Korelasi skor bentuk kepala terhadap masing-masing variabel linear permukaan
kepala dihitung berdasarkan rumus menurut Gaspersz (1992) sebagai berikut:

15

Keterangan:
= Korelasi antara variabel (Xi) dan komponen utama (Y2)
= Vektor Eigen ke-2
= Nilai Eigen ke-2
= Simpangan baku dari variabel (Xi)
Pembentukan Diagram Kerumunan
Diagram kerumunan dibentuk berdasarkan skor ukuran dan bentuk kepala
masing-masing data individu kuda. Sumbu X menyatakan skor ukuran kepala
sedangkan sumbu Y menyatakan skor bentuk kepala.
Paket Aplikasi Komputer yang Digunakan
Perangkat statistika yaitu MINITAB® 15.1 20. 0 digunakan untuk menentukan
persamaan AKU dan ARKU. Pembentukan diagram kerumunan dibantu dengan
menggunakan MINITAB® 15.1 20. 0.

16

HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum Penelitian
Lokasi pengamatan penelitian di Sulawesi Utara meliputi empat lokasi yaitu
Manado, Minahasa dan Tomohon. Geografis Sulawesi Utara terletak pada 0°30'-5º35'
LU dan 123º70'-127º00' BT. Wilayah Propinsi Sulawesi Utara berbatasan dengan Laut
Sulawesi, Samudra Pasifik dan Republik Filipina di sebelah utara, Laut Maluku di
sebelah timur, Teluk Tomini di sebelah selatan dan Propinsi Gorontalo di sebelah
barat. Gambar 1 menyajikan peta lokasi pengamatan di Propinsi Sulawesi Utara.

Gambar 1. Peta Lokasi Pengamatan di Propinsi Sulawesi Utara
Sumber: google maps (2012)

Sulawesi Utara memiliki iklim tropis yang dipengaruhi angin muzon. Curah
hujan tidak merata dengan angka tahunan berkisar antara 2.000–3.000 mm. Daerah
Tomohon terletak pada ketinggian topografis dengan udara yang sejuk. Suhu udara
rata-rata 25,0 oC dengan suhu maksimum 30 oC dan minimum 22,1 oC. Kelembaban
udara sekitar 73,4 %. Daerah yang paling banyak menerima curah hujan adalah daerah
Minahasa. Daerah Manado memiliki rentang suhu yang lebih besar, dengan perbedaan
suhu malam dan siang hari yang tinggi. Suhu udara pada siang hari berkisar antara
29,4–32,2 oC; sedangkan pada malam hari berkisar antara 21,6 oC sampai 23,2 oC.
Kelembaban udara daerah Manado relatif tinggi yaitu berkisar antara 75% –92%.
Tabel 4. menyajikan kondisi topografi lokasi pengamatan yang meliputi Manado,
Minahasa dan Tomohon.

Tabel 4. Kondisi Topografi Lokasi Pengamatan Manado, Minahasa dan Tomohon
Lokasi Pengamatan
Manado
Minahasa
Tomohon

Kondisi Topografi Kondisi Pengamatan
pantai, sungai, perbukitan, bukan daerah
pertanian
pegunungan, perbukitan, danau, sungai, daerah
pertanian
pegunungan, sungai, daerah pertanian

Sumber : Dinas Pemerintahan Kota Manado (2008); Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa (2008);
dan Dinas Pemerintahan Kota Tomohon (2009), Harahap (2011)

Mayoritas masyarakat Sulawesi Utara memiliki mata pencaharian di bidang
pertanian dan perdagangan yang masih menggunakan kuda sebagai alat transportasi
dan penghasil daging. Kuda di Sulawesi Utara pernah digunakan sebagai kuda perang.
Kuda delman sebagai alat transportasi dijadikan sebagai mata pencaharian masyarakat
Sulawesi Utara. Penentuan lokasi pengamatan dilakukan berdasarkan jumlah
kepemilikan kuda delman yang dijadikan sumber penghasilan masyarakat setempat.
Kota Manado
Kota Manado yang merupakan Ibu Kota Propinsi Sulawesi Utara, secara
geografis terletak diantara 30' 88" – 1o 40' 50" LU dan 124o 40' 00" – 126o 50' 00" BT.
Luas Kota Manado sekitar 150,02 km2. Kota Manado secara administratif dibagi ke
dalam sembilan wilayah kecamatan dan 87 kelurahan atau desa. Kota Manado
berbatasan dengan Kecamatan Wori dan Teluk Manado di sebelah utara; Kecamatan
Dimember di sebelah timur dan Kecamatan Pineleng di sebelah selatan serta Teluk
Manado atau Laut Sulawesi di sebelah barat.
Suhu udara rata-rata di kota Manado pada tahun 2010 berkisar 25,8 oC ‒ 27,0
o

C. Tempat-tempat yang letaknya berdekatan dengan pantai mempunyai suhu udara

rata-rata relatif tinggi. Kelembaban udara kota Manado relatif tinggi, kisaran 80%87%. Curah hujan tertinggi tercatat 492 mm. Curah hujan terendah ditemukan pada
bulan Maret dan tertinggi pada bulan Desember sebesar 628 mm.
Kota Manado memiliki keadaan topografi yang berombak sebesar 40% dan
dataran landai sebesar 38% luas wilayah, disamping keadaan tanah berombak berbukit
dan bergunung. Sekitar 94,53% dari luasan wilayah kota Manado terletak pada
ketinggian 0 – 240 m d.p.l. Gunung di Kota Manado, ditemukan di Kecamatan
Bunaken, yaitu Gunung Manado Tua (± 655 m) dan Gunung Tumpa (± 610 m)

18

(Hardjono, 2004a). Mata pencaharian utama penduduk kota Manado adalah di bidang
jasa dan perdagangan. Menurut pemerintahan daerah Manado, jumlah populasi kuda di
kota Manado sebanyak 163 ekor (Dinas Pemerintahan Kabupaten Manado, 2008).
Kabupaten Minahasa
Ibu kota kabupaten Minahasa

adalah Tondano. Bujur lintang kabupaten

Minahasa terletak pada 01 01'00" – 01 29'00" LU dan 124o34'00" – 125o05'00" BT.
o

o

Kabupaten Minahasa memiliki luasan kurang dari setengah luasan asal setelah
pemekaran sejak tahun 2002 menjadi beberapa bagian wilayah kecamatan Kabupaten
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Tomohon. Luas Kabupaten
Minahasa kini menjadi 872,32 km2. Keadaan topografi Kabupaten Minahasa sebagian
besar mempunyai relief datar sampai berombak dan sebagian bergelombang sampai
dengan curam (Dinas Pemerintahan Kabupaten Minahasa,

2008). Kabupaten

Minahasa berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Utara di sebelah utara, Laut Maluku
dan Kota Bitung di sebelah timur, Laut Maluku dan Kabupaten Minahasa Selatan di
sebelah selatan, Laut Sulawesi dan Kota Manado di sebelah barat. Mata pencaharian
utama penduduk Minahasa adalah dibidang pertanian dengan tanaman utama adalah
padi sawah (Hardjono, 2004b).
Kota Tomohon
Kota Tomohon merupakan wilayah pemekaran dari Kabupaten Minahasa
berdasarkan Undang-Undang No. 10 Tahun 2003. Bujur Lintang Kota Tomohon
terletak pada 010 18' 51" LU dan 1240 49' 40" BT. Luasan Kota Tomohon adalah
114,20 km2, yang terdiri atas Kecamatan Tomohon Selatan, Kecamatan Tomohon
Tengah dan Kecamatan Tomohon Utara. Kota Tomohon berbatasan dengan Kabupaten
Minahasa di sebelah utara dan timur, barat dan selatan. Kota Tomohon terletak di
tengah-tengah Minahasa. Data curah hujan per tahun berkisar antara 1.422–2.364 mm.
Hujan turun sepanjang tahun, curah hujan tertinggi pada bulan Oktober-Juni. Kisaran
suhu bulanan 21,9–22,5 oC, dan kelembaban berkisar antara 85% – 91%. Kota
Tomohon terletak pada topografi dataran tinggi (Hardjono, 2004c). Kota Tomohon
memiliki gunung berapi yaitu Gunung Mahawu (1.331,0 m) dan Gunung Lokon
(1.579,6 m). Jumlah penduduk Kota Tomohon adalah 79.046 jiwa dengan mata
pencaharian utama masyarakat di bidang pertanian. Jumlah populasi kuda di kota
Tomohon sebanyak 267 ekor (Dinas Pemerintahan Kabupaten Tomohon, 2008).

19

Analisis Statistik Deskriptif dan T2-Hotelling Kuda Delman Lokasi Manado,
Minahasa dan Tomohon
Analisis statistik deskriptif kuda delman yang berasal dari lokasi Manado,
Minahasa dan Tomohon digunakan untuk mencari rataan, simpangan baku dan
koefisien keragaman dari beberapa variabel tubuh dan kepala pada kuda delman.
Ukuran variabel tubuh kuda delman jantan disajikan pada Tabel 5 dan betina pada
Tabel 6.
Keragaman ukuran linear permukaan tubuh dan kepala pada keseluruhan kuda
delman yang diamati (Tabel 5, 6, 7 dan 8) kurang dari 16% yang menurut Syahid
(2009) tergolong ke dalam keragaman sedang. Syahid (2009) menjelaskan bahwa
koefisien keragaman antara 10% - 20% digolongkan ke dalam keragaman sedang.
Seleksi lebih ketat pada kuda delman betina dibanding jantan di lokasi Manado telah
dilakukan. Hal tersebut diperlihatkan dengan koefisien keragaman yang rendah pada
seluruh ukuran linear permukaan tubuh dan panjang leher serta panjang kepala pada
kuda delman betina Manado.
Hasil T2-Hotelling menyatakan bahwa ukuran-ukuran linear permukaan tubuh
dan kepala pada kuda jantan tidak berbeda dengan kuda betina di lokasi pengamatan
Manado (P> 0,05); sehingga dapat dinyatakan bahwa seleksi lebih ketat pada kuda
delman betina dibandingkan jantan di Manado tidak berakibat pada perbedaan ukuranukuran tubuh dan kepala kuda diantara jenis kelamin (Tabel 5 dan 6). Tabel 5 dan 6
memperlihatkan koefisien keragaman ukuran linear permukaan tubuh kuda delman
betina yang lebih rendah dibandingkan jantan di setiap lokasi pengamatan. Tabel 9 dan
10 menyajikan rekapitulasi hasil T2 Hotelling ukuran-ukuran linear permukaan
tubuh dan kepala antara jantan dan betina pada kuda delman Manado. Ukuran-ukuran
linear permukaan tubuh hewan berkorelasi dengan bobot badan dengan ketelitian
cukup tinggi serta memberi gambaran bentuk tubuh ternak sebagai ciri khas suatu
bangsa (Doho, 1994; Mulliadi, 1996).

20

Tabel 5. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-ukuran Linear
Permukaan Tubuh dan Bobot Badan Kuda Delman Jantan di Manado,
Minahasa dan Tomohon
Variabel

Manado
(n=51)

Minahasa
(n=221)

Tomohon
(n=33)

----------------------------------(cm)-------------------------------Bobot Badan (Y)
Lingkar Dada (X1)
Lebar Dada (X2)
Dalam Dada (X3)
Tinggi Pundak (X4)
Tinggi Pinggul (X5)
Lebar Pinggul (X6)
Panjang Badan (X7)
Panjang Paha (X8)

201,14±41,38

242,43±45,72

269,3±64,2

(20,57%)

(18,86%)

(23,83%)

136,55±8,94

145,21±10,09

151,33±12,60

(6,55%)

(6,95%)

(8,33%)

25,39± 2,74

28,35± 3,05

30,24± 3,69

(10,80%)

(10,76%)

(12,21%)

50,65±4,01

54,20± 5,02

58,73±6,10

(7,92%)

(9,26%)

(10,39%)

116,49± 6,19

122,56± 8,73

130,33±11,97

(5,31%)

(7,12%)

(9,43%)

117,29± 6,35

123,31± 9,09

129,94±10,65

(5,41%)

(7,37%)

(8,20%)

33,49±5,20

39,96±3,53

42,24±4,04

(15,53%)

(8,82%)

(9,56%)

111,83±6,11

118,10±6,21

119,41±10,23

(5,47%)

(5,26%)

(8,57%)

36,49±2,95

39,80±3,02

41,97±4,00

(8,08%)

(7,58%)

(9,54%)

Keterangan: n= jumlah contoh; persen menunjukkan koefisien keragaman

Keragaman yang rendah pada kuda delman betina Manado mengindikasikan
bahwa secara tidak langsung ukuran-ukuran linear permukaan tubuh telah terseleksi.
Kebiasaan peternak menyeleksi kuda delman berdasarkan performa ukuran tubuh.
Kuda delman yang berukuran tubuh besar diramalkan akan memiliki bobot badan
yang besar pula. Rataan bobot badan kuda delman Manado ditemukan terendah

21

Tabel 6. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Ukuran-ukuran Linear
Permukaan Tubuh dan Bobot Badan Kuda Delman Betina di Manado,
Minahasa dan Tomohon
Variabel

Manado
(n=5)

Minahasa
(n=151)

Tomohon
(n=4)

---------------------------------(cm)-------------------------------Bobot Badan (Y)
Lingkar Dada (X1)
Lebar Dada (X2)
Dalam Dada (X3)
Tinggi Pundak (X4)
Tinggi Pinggul (X5)
Lebar Pinggul (X6)
Panjang Badan (X7)
Panjang Paha (X8)

190,60±21,29

244,33±45,72

281,3±35,8

(11,17%)

(18,75%)

(12,73%)

135,20±0,84

146,01±12,69

158,50±7,19

(0,62%)

(8,69%)

(4,53%)

25,40±1,34

28,18± 4,77

30,50±1,92

(5,28)

(16,94%)

(6,28%)

49,00± 1,00

54,48± 5,21

63,25±5,74

(2,04%

(9,57%)

(9,07%)

114,80± 2,86

121,73±8,43

134,75±12,71

(2,49%)

(6,92%)

(9,43%)

116,40± 4,51

123,73± 8,34

135,00±15,58

(3,87%)

(6,74%)

(11,54%)

36,60±2,88

40,74±3,55

43,25±2,87

(7,87%)

(8,71%)

(6,64%)

113,50±3,12

118,43±5,57

122,13±4,25

(2,75%)

(4,71%)

(3,48%)

37,00±1,73

40,00±4,05

44,25±3,69

(4,68%)

(10,12%)

(8,33%)

Keterangan: n= jumlah contoh; persen menunjukkan koefisien keragaman

dibandingkan dengan kuda delman dari lokasi pengamatan lain. Keseragaman bobot
badan kuda delman betina tidak memungkinkan untuk meningkat bila seleksi
dilakukan. Kuda delman di lokasi Manado berukuran kecil. Hal tersebut bersesuaian
dengan yang ditemukan Takaendengan (2011). Pada penelitian ini, seleksi terhadap
ukuran kecil pada kuda delman jantan lokasi Manado masih dapat dilakukan, karena
keragaman ukuran-ukuran linear tubuhnya masih tinggi. Ukuran kecil yang dimiliki
kuda delman Manado kemungkinan dihubungkan dengan kebutuhan kusir untuk
menentukan kuda delman berukuran

kecil

yang disesuaikan dengan topografi

22

Manado (Tabel 4). Daerah Manado yang bukan merupakan daerah pertanian diduga
sebagai penyebab ketersedian pakan kuda tidak mencukupi, sehingga performa kuda di
wilayah ini kecil (Dinas Pemerintahan Kota Manado, 2008).
Tabel 7. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Leher, Lebar
Kepala, Panjang Kepala Kuda Delman Jantan di Manado, Minahasa dan
Tomohon
Manado
(n=51)

Variabel

Minahasa
(n=221)

Tomohon
(n=33)

----------------------------------(cm)-------------------------------Panjang Leher (X1)
Lebar Kepala (X2)
Panjang Kepala (X3)

53,78±4,43

54,59±5,22

56,52±6,38

(8,24%)

(9,57%)

(11,29%)

19,61±1,04

20,03±0,95

20,27±1,01

(5,31%)

(4,74%)

(4,97%)

47,45±3,08

48,04±3,42

48,27±2,84

(6,49%)

(7,12%)

(5,89%)

Keterangan: n= jumlah contoh; persen menunjukkan koefisien keragaman

Hal yang hampir serupa ditemukan pada populasi kuda delman Tomohon.
Lebar dada, lingkar dada, dalam dada, lebar pinggul, panjang badan, panjang paha,
panjang leher, lebar kepala dan panjang kepala pada kuda delman betina
dibandingkan jantan di Tomohon telah terseleksi lebih ketat. Hasil T2-Hotelling
menyatakan

bahwa

ukuran-ukuran

linear

permukaan

tubuh

dan

kepala

Tabel 8. Rataan, Simpangan Baku dan Koefisien Keragaman Panjang Leher, Lebar
Kepala, Panjang Kepala Kuda Delman Betina di Manado, Minahasa dan
Tomohon
Variabel

Manado
(n=5)

Minahasa
(n=151)

Tomohon
(n=4)

----------------------------------(cm)------------------------------------Panjang Leher
(X1)

52,40±2,07

54,07±5,66

53 ,50±4,65

(3,96%)

(10,47%)

(8,70%)

Lebar Kepala
(X2)

18,60±1,52

20,13±1,10

20,75±0,50

(8,15%)

(5,48%)

(2,41%)

Panjang Kepala
(X3)

46,00±2,83

48,97±3,96

48,25±0,96

(6,15%)

(8,09%)

(1,98%)

Keterangan: n= jumlah contoh; persen menunjukkan koefisien keragaman

23

pada kuda jantan sama dengan kuda betina di lokasi pengamatan Tomohon (P> 0,05);
sehingga disimpulkan bahwa seleksi lebih ketat pada kuda delman betina Tomohon
belum memberikan perbedaan yang nyata terhadap jantan. Rekapitulasi hasil T2Hotelling ukuran-ukuran tubuh dan kepala pada populasi kuda delman jantan dan
betina di Tomohon disajikan pada Tabel 9 dan 10. Secara umum keragaman ukuran
linear permukaan tubuh kuda delman betina dibanding jantan di lokasi pengamatan
Tomohon lebih rendah. Bobot badan jantan dan betina pada kuda delman Tomohon
(Tabel 5 dan 6) ditemukan terbesar diantara kuda delman pada lokasi pengamatan lain.
Tabel 9. Rekapitulasi Hasil T2 Hotelling Ukuran Linear Permukaan Tubuh Kuda
Delman Jantan dan Betina pada Setiap Lokasi
Lokasi

Jenis
Kelamin

Statistik
T Hotelling

Nilai F

Nilai P

Kesimpulan

Manado

♂ vs ♀

0,117

0,685

0,702

tn

Minahasa

♂ vs ♀

0,105

4,785

0,000

**

Tomohon

♂ vs ♀

0,357

1,250

0,308

tn

2-

Keterangan: ** = sangat nyata (P0,05); vs = versus

Keseragaman bobot badan kuda delman betina Tomohon tidak terlalu efektif
untuk ditingkatkan bila seleksi dilakukan, tetapi masih memungkinkan seleksi terhadap
ukuran besar pada kuda delman jantan di lokasi pengamatan Tomohon. Kuda delman
di lokasi Tomohon berukuran besar. Ukuran besar yang dimiliki kuda delman
Tomohon kemungkinan dihubungkan dengan kebutuhan kusir untuk menentukan kuda
delman berukuran besar yang disesuaikan dengan topografi Tomohon (Tabel 4).
Tomohon merupakan kota yang terletak pada wilayah dengan pegunungan, sungai dan
daerah pertanian (Dinas Pemerintahan Kota Tomohon, 2009). Kuda Tomohon yang
berukuran besar diperkirakan memiliki campuran darah kuda Thoroughbred. Edward
(1994) menyatakan bahwa

kuda tipe berat merupakan kuda cold blood yang

digunakan sebagai kuda penarik beban. Takaendengan (2011) menyatakan bahwa
postur tubuh kuda delman Tomohon lebih besar dibandingkan dengan kuda delman
Manado dan Minahasa.
Hal yang berbeda ditemukan pada populasi kuda delman Minahasa. Kuda
delman betina terhadap jantan hanya terseleksi lebih ketat pada tinggi pundak, tinggi

24

pinggul, lebar pinggul dan panjang badan; dari variabel-variabel ukuran linear
permukaan tubuh yang diamati. Kuda delman jantan Minahasa terseleksi lebih ketat
dibandingkan betina pada seluruh ukuran linear permukaan kepala. Hasil T2-Hotelling
menyatakan bahwa ukuran linear permukaan tubuh dan kepala yang berbeda antara
jantan dan betina pada kuda delman Minahasa (P