Latar Belakang Perancangan Pengenal QR (Quick Response) Code Dengan Jaringan Syaraf Tiruan Metode Perceptron

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Saat ini, teknologi komunikasi dan informasi berkembang dengan pesat dan memberikan pengaruh besar bagi kehidupan manusia. Salah satu contoh perkembangan ini adalah penggunaan kode dua dimensi dalam penyimpanan data, seperti Pdf147, Datamatrix, Maxicode, dan QR Code. QR Code sangat banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. QR Code cukup membantu para konsumen untuk mendapatkan informasi atas produk yang mereka konsumsi. Hal ini menjadi celah baru bagi cyber crime untuk melakukan aksinya melalui QR Code. Para pelaku kejahatan mulai menggunakan teknologi QR Code untuk menarik perhatian pengguna, agar mereka mengunduh malware Android. Aplikasi yang diinstal oleh pengguna tersebut dapat merugikan dirinya dengan pasti apabila konsumen tidak mengerti maksud atau informasi yang tersimpan dalam QR Code tersebut. [13] QR Code adalah simbol matriks yang terdiri dari sebuah untaian kotak persegi yang disusun dalam sebuah pola persegi yang lebih besar. Kotak persegi ini kemudian disebut sebagai modul. Luasnya pola persegi ini akan menentukan versi dari QR Code. QR Code diciptakan pada tahun 1994 oleh Denso, salah satu grup perusahaan Toyota. Mulanya QR Code dibuat untuk menandai hasil produksi perusahaan otomotif. Namun sekarang telah disetujui sebagai sebuah standar internasional ISOIEC18004 pada bulan Juni 2000. Pada saat ini, penggunaan QR Code telah meluas dalam banyak bidang dan telah mengalami peningkatan yang signifikan. Contoh penggunaan QR Code adalah : a. Badan transportasi udara internasional IATA menggunakan kode dua dimensi untuk tanda masuk penumpang pesawat mulai tahun 2010. b. Penggunaan QR Code untuk identifikasi pasien di rumah sakit terkemuka di Singapura dan seluruh rumah sakit di Hongkong. c. Penggunaan kode 2 dimensi berukuran mikro untuk sektor pembuatan chip. d. Telepon seluler yang menggunakan QR Code di Jepang dan Korea dan berbagai macam kegunaan lainnya di berbagai negara maju. [4] Penggunaannya secara luas pada telepon seluler yang dapat memindai QR Code untuk mengambil informasi di dalamnya, seperti : alamat perusahaan, website perusahaan dan lain sebagainya juga tak lepas dari sorotan. Sedangkan QR Code pada pengemasan buah dan sayuran sehingga dengan memindai kode tersebut kita dapat mengetahui lokasi penanaman, pupuk dan insektisida yang digunakan. Di jepang QR Code ditempatkan pada peta stasiun bawah tanah dan pusat stasiun bus sehingga penumpang dengan telepon seluler mereka dapat menemukan waktu tiba bus berikutnya. E-Payment menggunakan telepon seluler dan QR Code dicetak pada kertas tagihan. QR Code untuk mengetahui program televisi dengan membacanya di telepon seluler. Ada beberapa kelebihan QR Code yang tidak dimiliki oleh kode dua dimensi sejenis, yaitu : a. Dapat menampung data lebih besar dari kode 2 dimensi lain. b. Dapat mengkodekan huruf Kanji Jepang c. Denso telah mengeluarkan hak patennya untuk masyarakat luas. d. Aplikasi pembaca QR Code telah banyak ditanam di telepon seluler Dalam masyarakat modern sekarang ini, banyak sekali hal yang membutuhkan adanya identifikasi atau pembuktian. QR Code mengandung informasi yang hanya bisa dibaca jika kita memiliki scanner untuk membaca QR Code. Bagi orang yang tidak mengerti cara penggunaannya, QR Code dapat dijadikan sebagai alat penipuan oleh orang-orang yang berniat jahat, misalnya melakukan penyedotan pulsa, dan sebagainya. QR Code perlu diidentifikasi untuk mengetahui informasi yang terdapat di dalamnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi QR Code adalah dengan melakukan pencocokan pola. Pencocokan pola QR Code tidak bisa dilakukan hanya dengan memperhatikannya saja karena apabila dilihat dengan mata, semua bentuk QR Code terlihat hampir sama. Oleh karena itu, diperlukan sebuah sistem yang mampu menganalisis karakteristik QR Code sehingga mempermudah dalam mengenali informasi yang terkandung di dalamnya. [13] Jaringan syaraf tiruan merupakan sebuah sistem pemroses informasi yang memiliki performa karakteristik tertentu seperti jaringan saraf biologi. Jaringan syaraf tiruan memiliki beberapa metode seperti perceptron, hopfield diskrit, adaline, propagasi balik back propagation, dan kohonen. Jaringan syaraf tiruan dapat digunakan sebagai salah satu solusi untuk mengenali pola QR Code. Salah satu implementasi jaringan syaraf tiruan metode perceptron yang ditulis oleh [10], dimuat dalam jurnal ilmiah Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2007, Yogyakarta, 16 Juni 2007 yang berjudul Pengenalan Pola Bahan Terkorosi menggunakan metode pembelajaran perceptron pada Sistem Jaringan Syaraf, Pemodelan dan Simulasi terhadap kondisi bahan dalam bidang industri merupakan salah satu cara untuk mengurangi tingkat korosi. Pengenalan pola bahan terkorosi berbasis kecerdasan buatan diharapkan dapat membantu sebagian usaha pengendalian untuk para ahli yang menekuni masalah korosi. Mikrostruktur dari bahan dapat digambarkan dan struktur polanya dapat dikonversi dengan pengolahan citra. Untuk menentukan karakteristik dari pola tersebut, dianalisis dengan prinsipal komponen. Pemodelan menggunakan sistem jaringan syaraf merupakan pembelajaran dan adaptasi dari suatu obyek. Metode perceptron merupakan salah satu pembelajaran dengan pengawasan pada sistem jaringan syaraf. Diperlukan rancangan jaringan syaraf dengan sejumlah spesifikasi untuk identifikasi yang terdiri dari sejumlah neuron dan sejumlah input. Sejumlah neuron digunakan untuk membedakan klasifikasi pada pengenalan pola dari bahan terkorosi atau tidak terkorosi. Analisis QR Code juga diimplementasikan oleh [2], dalam skripsinya yang berjudul Analisis dan Perancangan Kode Matriks Dua Dimensi Quick Response QR Code, QR Code adalah kode matriks dua dimensi yang terdiri atas kumpulan kotak persegi yang lazim berwarna hitam dan putih yang disusun menjadi sebuah persegi yang lebih besar. Pada QR Code, jumlah data yang dapat disimpan sampai dengan 7089 untuk karakter numerik, atau 4296 untuk karakter alfanumerik. QR Code memiliki kelebihan yang terdapat seperti daerah pencetakan yang kecil dan kemampuan pembacaan data yang tinggi dan ketahanan akibat kerusakan. Hasil dari penelitian ini antara lain : QR Code memiliki kemampuan penyimpanan lebih besar dan ukuran cetak lebih kecil dengan besar data yang sama. Selain itu, semakin besar data yang tersimpan akan meningkatkan versi QR Code yang dibangkitkan. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis berniat untuk melakukan penelitian tentang perancangan pengenal QR Code dengan jaringan syaraf tiruan metode perceptron.

1.2 Rumusan Masalah