Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

BAGIAN KEPERAWATAN MATERNITAS

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PENGKAJIAN IBU NIFAS

Nama/NIM Mahasiswa : ………

Nama RS/Ruangan : ………

Hari/Tanggal/Waktu : ………

Pembimbing : ………

Nama/Umur Ibu : ……….…../ ……thn G….P….A…

Pekerjaan : ……… Nifas hari ke-………...

Agama :………. No.Med.Rec………….

PENGKAJIAN AWAL RIWAYAT PERSALINAN

(Tipe persalinan, waktu, lama kala I, II, & III, perdarahan kala III, intervensi-intervensi selama kala I s.d kala IV, kelainan/gangguan)

……….... ……….... ……… ………

KEADAAN UMUM

(Kesadaran, keadaan fisik, fatique, warna kulit, dll)

……… ……… ………

Keluhan:

……… ………

Vital sign:


(8)

KEPALA

……… ……… ………

THORAKS DAN DADA

(Keadaan umum jantung dan paru, kondisi payudara, keadaan dan sekresi putting) ……… ……… ………

Keluhan:

……… ………

ABDOMEN

(Tinggi, lokasi, dan tenderness fundus; pelebaran diasiasis rektus abdominalis; ada/tidaknya luka operasi dan keadaan luka. Kondisi kandung kemih)

……… ……… ………

Keluhan:

……… ………

EKSTREMITAS BAWAH

(Ada/tidaknya varises, edema, tanda-tanda homand, refleks dan nadi perifer) ……… ……… ………

Keluhan:

……… ……… ……… ………


(9)

PERINEUM

(Ada/tidaknya robekan, tipe dan penyembuhan episiotomi, serta kebersihannya, ada/tidaknya edema, hemorrhoid, dll)

……… ……… ………

Lokea (jumlah, warna, konsistensi, dan bau)

……… ………

Keluhan:

……… ………

PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI Mobilisasi Fisik:

……… ………

Istirahat dan Tidur:

……… ……… Asupan Nutrisi:

……… ………

ELIMINASI BOWEL DAN URINE

(Waktu pengosongan pertama, spontan atau bantuan, jumlah dan frekuensi pengosongan selanjutnya)

……… ……… Keluhan:

……… ………

ADAPTASI PSIKOLOGIS

(Bonding and attachment, fase adaptasi psikologis, tanda-tanda “blues”)

……… ……… ………


(10)

KESIMPULAN ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ……… ………

PENGKAJIAN LANJUTAN IBU MASA NIFAS

Penilaian Tanggal dan Waktu

Kulit

Warna:

Normal,pucat,sianosis kemerahan Suhu:

Hangat, panas, dingin Kelembaban:

Kering, basah, lembab, berkeringat Kondisi tempat IV:

Paten, macet, tanda infeksi

Mamae

Kondisi:

Lembut, berisi, penuh, bengkak, merah, nyeri

Putting:

Normal,datar,masuk kedalam, merah,nyeri,pecah,lecet

Uterus

Tinggi:

U/U = pd umbilikus

J/U = … jari di atas umbilikus U/J = … jari bawah umbilikus Posisi:

Midline, kanan umbilikus, kiri umbilikus Konsistensi:

Kenyal, lembut, kenyal dengan massage

Lochia

Warna:

Rubra,serosa,alba Jumlah:

Waktu ganti duk, Luas duk yang basah Bau:

+ = ada

0 = tidak berbau/normal Perineum Kondisi:


(11)

Utuh/menyatu, bengkak, edema, haematom, bersih, kotor

Episiotomi:

N= bersih,kering,menyatu,edema, kemerahan,pengeluaran

Hemorrhoid: + = ada 0 = tidak ada

Edema,lembut,nyeri Seksio Sesarea Abdomen: Lembut, distensi Bising usus/peristaltic: Normal,heperaktif,hipoaktiv 0=tidak ada,flatus Insisi: Normal (menyatu,kering,bersih), edema,kemerahan,nyeri,

tidak bisa dilihat, drainage Balutan:

Kering dan terbalut, basah, tidak terbalut Pengangkatan jahitan = √

Suara nafas:

Bersih, rales,ronchi,wheezing pada inspirasi, wheezing pada ekspirasi

Posisi:

Miring ke kanan dan kiri, supine,semi fowler,fowler

Kardiovaskular

Edema:

+1 edema minimal pada area Pedal & pretibial

+2 edema ditandai pada eks tremitas bawah dan tangan +3 edema terdapat pada wa jah, dinding abdomen ba eah dan sacrum

+4 edema anasarca (edema Massiv general & ascites) Homan’s sign, kiri dan kanan: 0 = negatif

+ = positif

Hipotensi orthostatic: √ = +


(12)

Vital Sign

TD Nadi RR Suhu Status

Emosional

Tenang,cemas,gelisah,takut,bermusuhan Depresi,labil,afek datar

Aktivitas

Di tempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi

Hygiene

Mandi dgn waslap di tempat tidur Mandi guyur Pericare Foley care

Diet

Nafsu makan:

Puasa,baik,cukup,tidak ada Tipe:

Cairan jernih,MI, MII, MB

Eliminasi

Feses: Konsistensi

Waktu BAB/frekuensi Urine:

Waktu pengosongan,jumlah, + = spontan

0 = tindakan (kateter) Foley:

Patent,irigasi,pelepasan Enema, suppositoria

Terapi Medis


(13)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MOBILISASI DINI

DISUSUN OLEH :

Nama : Widyastuti Sitanggang Nim : 101101031

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(14)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) MOBILISASI DINI

Topik : MOBILISASI DINI

Hari / Tanggal : Jumat, 10 Juli 2015

Waktu : 17.00 WIB (30 menit)

Penyaji : Widyastuti Sitanggang

Tempat : Ruang Tanjung II RSUD DR PIRNGADI MEDAN

B. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu pasca sectio caesarea diharapkan ibu dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya mobilisasi dini 2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah dilakukan penyuluhan pada ibu pasca sectio caesarea diharapkan ibu mampu : menjelaskan tentang pengertian, manfaat, kerugian serta tahapan pelaksanaan mobilisasi dini.

C. MANFAAT

Penyuluhan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya mobilisasi dini pada ibu pasca sectio caesarea.

D. POKOK BAHASAN

MOBILISASI DINI


(15)

E. SUB POKOK BAHASAN

1. Defenisi mobilisasi dini 2. Manfaat mobilisasi dini

3. Kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini 4. Waktu yang tepat untuk melakukan mobilisasi dini 5. Tahapan Pelaksanaan mobilisasi dini

F. SASARAN

Ibu pasca sectio caesarea yang berada di Ruang Tanjung II RSUD DR Pirngadi Medan

G. METODE

1. Ceramah 2. Diskusi

H. MEDIA

1. Leaflet 2. Poster I. SETTING

Peserta penyuluhan berhadapan dengan penyaji

Keterangan :

: Penyaji (Widyastuti Sitanggang) : Fasilitator


(16)

J. PELAKSANAAN PENYULUHAN NO KEGIATAN A. PENYULUH

AN

PESERTA MEDIA WAKTU

1 Pembukaan 1. Memberi salam 2. Menjelaskan

tujuan, manfaat dan cakupan materi

1. Menjawab salam 2. Mendengarkan dan

memperhatikan

- 3 Menit

2 Kegiatan inti 1. Menjelaskan Defenisi mobilisasi dini 2. Menjelaskan manfaat mobilisasi dini 3. Menjelaskan kerugian tidak melakukan mobilisasi dini

4. Menjelaskan waktu yang tepat melakukan mobilisasi dini

5. Menjelaskan dan mendemons- trasikan tahapan pelaksanaan mobilisasi dini

1. Mendengarkan dan memperhatikan 2. Mendengarkan dan memperhatikan 3. Mendengarkan dan memperhatikan 4. Mendengarkan dan memperhatikan 5. Mendengarkan dan mendemontrasika n Leaflet Poster 20 menit

3 Penutup 1. Melakukan tanya jawab

2. Menyimpulkan materi

penyuluhan 3. Memberi salam

1. Bertanya dan menjawab

2. Mendengarkan dan

memperhatikan 3. Menjawab salam


(17)

K. EVALUASI

1. Evaluasi Struktur

- Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan - Media dan alat memadai

- Waktu dan tempat penyuluhan sesuai dengan rencana kegiatan 2. Evaluasi Proses

- Pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan alokasi waktu - Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif

- Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi

3. Evaluasi Hasil

Peserta mampu menjawab 80% pertanyaan yang diajukan

oleh penyaji saat evaluasi.


(18)

MATERI PENYULUHAN KESEHATAN MOBILISASI DINI

A. Defenisi

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000). Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

.

B. Manfaat Mobilisasi dini

a. Meningkatkan kelancaran peredaran darah b. Mempercepat pengeluaran ASI

c. Otot-otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit

d. Mengurangi infeksi setelah melahirkan


(19)

C. Kerugian Tidak Melaksanakan Mobilisasi dini

Peningkatan suhu tubuh karena adanya involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan dan menyebabkan infeksi dan salah satu dari tanda infeksi adalah peningkatan suhu tubuh.

Perdarahan yang abnormal. Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.

Involusi uterus yang tidak baik, Tidak dilakukan mobilisasi secara dini akan menghambat pengeluaran darah dan sisa plasenta sehingga menyebabkan terganggunya kontraksi uterus. Menurut (Fundamental,2006) Seorang ibu jika tidak melakukan mobilisasi dapat mengganggu fungsi metabolik normal, yaitu: laju metabolik, metabolisme karbahidrat, lemak protein, ketidak seimbangan dan elaktrolit, ketidak seimbangan kalsium,dan gangguan pencernaan.keberadaan proses infeksius pada pasien yang tidak melakukan mobilisasi mengalami peningkatan BMR (Basal Metabolik Rate) diakibatkan karena demam atau penyembuhan luka. Demam dan penyembuhan luka meningkatkatkan kebutuhan oksigen seluler. Pada ibu yang tidak melakukan mobilisasi juga terjadi penurunan sirkulasi volume cairan, penggumpalan darah pada ekstermitas bawah, dan penurunan respon otonom. Faktor-faktor tersebut mengakibatkan penurunan aliran balik vena, diikuti oleh penurunan curah jantung yang terlihat pada tekanan darah.

Seorang ibu juga beresiko terjadi pembentukan trombus, trombus adalah akumulasi trombosit, fibrin, faktor- faktor pembekuan darah dan elemen sel- sel darah yang menempel pada bagian anterior vena atau arteri, kadang- kadamg menutup lumen pembuluh darah.


(20)

D. Tahapan Pelaksanaan Mobilisasi dini

Mobilisasi dini dilakukannya secara bertahap berikut ini akan dijelaskan tahap mobilisasi dini pada ibu pasca seksio sesarea :

Setelah operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bias dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelanggan kaki, mengangkat tumit, menenangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki.

Setelah 6-10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring kekiri dan kekanan mencegah thrombosis dan trombo emboli.

Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan (Kasdu, 2003).

Hal- hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam mobilisasi dini :

a. Janganlah terlalu cepat untuk melakukan mobilisasi dini sebab bisa menyebabkan ibu terjatuh terutama bila kondisi ibu masih lemah atau memiliki penyakit jantung. Apabila mobilisasinya terlambat juga dapat menyebabkan terganggunya fungsi organ tubuh, aliran darah, serta terganggunya fungsi otot.

b. Ibu post partum harus melakukan mobilisasi secara bertahap

c. Kondisi ibu post partum akan segera pulih dengan cepat bila melakukan mobilisasi dengan benar dan tepat, dimana sistem sirkulasi dalam tubuh bisa berfungsi normal.

d. Jangan melakukan mobilisasi secara berlebihan karena akan membebani jantung.


(21)

(22)

(23)

(24)

(25)

(26)

(27)

(28)

(29)

JADWAL TENTATIF PRAKTIKA SENIOR DI RUANG TANJUNG II RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

NO KEGIATAN

JUNI 2015 JULI 2015 AGT 2015

1 2 3 4 1 2 3 4 1

1. Mengajukan judul praktika senior

2. BAB I : PENDAHULUAN (Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, dan Manfaat

Penulisan)

3. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA (Penjelasan Teoritis dan Evidence Based Practice yang akan

Diaplikasikan)

4. Pengurusan Surat Izin Melakukan Studi Kasus

5. BAB III: APLIKASI METODE/ IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

a) Pengkajian Keperawatan b) Diagnosa Keperawatan c) Perencanaan Keperawatan

6. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Profil Ruangan/ Lokasi

b) Hasil Aplikasi Metode/ Implementasi Asuhan Keperawatan c) Analisis/ Pembahasan

7. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

8. Finalisasi Laporan (termasuk abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris)

9. Persetujuan dan Penilaian dari Pembimbing

10. B. Persetujuan Pembantu Dekan 1


(30)

CURRICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Widyastuti Sitanggang

Tempat, Tanggal Lahir : Medan, 17 Februari 1993 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen

Alamat : Jl. Pipit V No. 444, P.Mandala - Medan Kewarganegaraan : Indonesia

Telepon : 081375564389

Email : liem_widya@yahoo.com

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN 1999-2004 : SD Parulian 2 Medan 2004-2007 : SMP Advent 1 Medan 2007-2010 : SMA Parulian 2 Medan

2010-2014 : S1 Ilmu Keperawatan Fakultas Keperawatan USU 2014 s/d saat ini : Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan USU


(31)

DAFTAR PUSTAKA

Bahiyatun. (2009). Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta : EGC Buhari, Hutagaol, Kundre .(2015). Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan

Mobilisasi Dini pada Ibu Nifas di Puskesmas Likupang Timur Kecamatan Likupang Timur. ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 3. Nomor 1. Februari 2015

Carpenito, L.J. (2000). Nursing Diagnosis: Application to linical Practice. Philadelphia: lippinchot

Chapman, Vicky. (2006). Asuhan Kebidanan Persalinan & Kelahiran, Jakarta: EGC

Dewi, Sunarsih. (2011). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta Selatan: Salemba Medika

Hamilton. (2010). Mobilisasi Dini. Jakarta: Salemba Medika

Handayani, Wulandari. (2011). Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas. Yogyakarta : Gosyen Publishing

Hincliff, S .(1999). Kamus Keperawatan. Jakarta: EGC.

Kasdu, D .(2003). Operasi Caesar Masalah dan Solusinya. Puspa Swara: Jakarta.. Manuaba, Gde. (2002). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga

Berencana. Jakarta :EGC.

Mubarak, Chayatin. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori. Jakarta : Salemba Medika

Notoatmodjo, S. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

_____________ (2005). Promosi Kesehatan : Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta.


(32)

____________ (2007). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

____________(2012). Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta

Prawirohardjo, S. (2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina pustaka sarwono prawirohardjo.

Rambey, R. (2008). Tetap Sehat Setelah Bersalin. http:// nursingwear/wordpress. Saleha, Siti. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta: Salemba

Medika

Wilkinson, J.M. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan Diagnosa NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC


(33)

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Studi kasus klien pertama 3.1.1.Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab a. Identitas Klien

Nama : Ny. N

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Sengon no.4

Diagnosa Medik : Post SC a/i panggul sempit + NH0 Tanggal operasi : 10 Juli 2015, Jam : 10.00 wib Tanggal Pengkajian : 10 Juli 2015, Jam : 16.00 wib

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. D

Umur : 35 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA


(34)

2. Pengkajian Awal a. Riwayat Persalinan

Hamil ini, dengan diagnosa PG + KDR (39 minggu) +PK+AH+inpartu. Klien datang ke RSUD DR Pirngadi pada tanggal 9 Juli 2015 pukul 22.00 wib dengan keluhan mulas – mulas ingin melahirkan. Klien melahirkan secara sectio caesarea pada tanggal 10 juli pukul 10.00 wib atas indikasi panggul sempit. Klien melahirkan bayi secara caesar, bayi segera menangis, apgar score 8/9, jenis kelamin laki - laki, BB: 3100 gram, TB: 48 cm, anus (+), tidak ada kelainan.

b. Keadaan Umum

Keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis (CM), ekspresi wajah klien meringis bila bergerak, warna kulit klien kuning langsat dan tidak terdapat fatique. Tanda-tanda vital: TD: 130/70 mmHg, RR: 80 x / i, RR : 20 x / i, dan T: 36,7 oC.

c. Kepala

Tidak ada lesi, distribusi rambut merata, konjungtiva merah muda. Bentuk kepala simetris, keadaan rambut bersih, hitam, ikal. Pada mata: tidak terdapat ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor. Pada hidung: bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping


(35)

hidung. Pada telinga: bersih, tidak ada sekret dan : tidak terdapat karies gigi(-), dan tidak terdapat keluhan.

d. Thoraks dan dada

Simetris, TAK. Keadaan jantung dan paru baik dan simetris, payudara simetris kiri dan kanan

e. Abdomen

Soepel, peristaltik (+), TFU = 1 jari dibawah pusat, L/O tertutup, verban kering.

f. Ekstremitas bawah

Tidak ada edema, tidak terdapat varises, simetris kiri dan kanan, nadi perifer teraba, akral hangat.

g. Perineum

Tidak ada nanah, hemoroid tidak ada, tidak ada perdarahan. Klien ganti duk satu hari 2-3 x ganti duk. Tidak terdapat keluhan.

h. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Klien dibantu oleh perawat dan keluarga dalam memenuhi kebutuhan makan maupun personal hygiene. Klien masih berbaring dengan posisi supinasi.


(36)

i. Adaptasi psikologis

Klien merasa sangat senang karena sudah melahirkan bayi yang sehat. Klien merasa senang saat melihat bayinya dan mendengar suara tangisannya.

3. Pengkajian Lanjutan

Penilaian

Tanggal dan Waktu

10-7-15 11-7-15 12-7-15

Sore Pagi Pagi

Kulit Warna (normal,pucat,sianosis kemerahan) Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,70C,

keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,50C,

keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,80C, keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi Suhu

Hangat, panas, dingin Kelembaban

Paten, macet, tanda infeksi

Mamae

Kondisi

Lembut, berisi, penuh, bengkak, merah, nyeri

Kondisi mamae nyeri ketika tersentuh Kondisi mamae nyeri ketika tersentuh Kondisi mamae lembut, berisi, nyeri ketika dipegang, keras seperti ditarik, ASI (+) merembes Putting

Normal, datar, masuk kedalam

Merah, nyeri, pecah, lecet Putting susu menonjol, areola kehitaman, lecet (-) Putting susu menonjol, areola kehitaman, lecet (-) Putting susu menonjol, areola kehitaman, lecet (-) Uterus

Tinggi 1 jari dibawah

umbilikus

2 jari dibawah umbilikus

2 jari dibawah umbilikus Posisi

Midline, kanan umbilikus, kiri umbilikus


(37)

konsistensi

Kenyal dengan masase

Kenyal dengan

masase kenyal

Lochea

Warna

Rubra, serosa, alba Rubra Rubra Rubra

Jumlah

Waktu ganti duk Luas duk yang basah

± 40 -50 cc 3-4 x ganti seperempat

± 40 -50 cc 2-3x ganti seperempat

± 20-30 cc Bau

+ = ada 0 = tidak ada

0 0 0

Perineum

Kondisi

Utuh, bengkak, edema, hematom, bersih, kotor

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada.

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Hemoroid + = ada 0 = tidak ada

Edema, lembut, nyeri

0 0 0

Kardiovas kular

Edema

+1: edema minimal pada area pedal & pretibial

+2: edema ditandai pada ekstremitas bawah dan tangan

+3: edema terdapat pada wajah, dinding abdomen baeah dan sacrum

+4: edema anasarka

Tidak ada edema Tidak ada edema Tidak ada edema

Homan’s sign kiri dan kanan

0 = negatif + = positif

Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Hipotensi ortostatik

√ = + 0 = -

Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Vital sign TD: RR: 130/70 20x/i 130/70 22x/i 120/80 20x/i


(38)

P: T:

80x/i 36,7 oC

80x/i 36,5 oC

75x/i 36,8 oC Status

Emosional

Tenang, cemas, gelisah, takut, bermusuhan, depresi, labil, afek datar

Tenang Tenang Tenang

Aktifitas

Ditempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi

Klien berbaring dengan posisi supinasi dan belum dapat bergerak Klien sudah mampu untuk mengubah posisi miring kiri dan miring kanan

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu Hygiene

Mandi dengan waslap di tempat tidur

Mandi guyur Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi guyur Diet Nafsu makan Puasa, baik, cukup, tidak ada

puasa Baik Baik

Tipe

Cairan jernih, MI, MII, MB

- MII MB

Eliminasi

Feses Konsistensi

Waktu BAB/frekuensi

Belum BAB Belum BAB

Sedikit keras Pagi hari 1x Urin Waktu pengosongan, jumlah

+ = spontan

0 = tindakan (kateter)

Klien menggunakan kateter Klien menggunakan kateter Pengosongan spontan Terapi medis

Inj. Transamin 1 amp / 8 jam

Inj. Ketorolac 1 amp Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam

Synto 10 – 10 – 5 – 5 unit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


(39)

3.1.2. Analisa Data

No Data Objektif/Subjektif Etiologi Masalah

1 Data Subjektif:

- Klien mengatakan belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka

- Klien menanyakan kapan baru bisa berjalan ke kamar mandi sendiri Data Objektif:

- Wajah klien tampak pucat

- Klien tampak

melindungi area yang sakit

- Klien tampak antusias bertanya – tanya kapan dia mulai bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.

Persalinan dengan sectio caesarea

Kelahiran anak pertama

Kurang terpapar informasi tentang

mobilisasi dini

Kurang pengetahuan tentang mobilisasi dini

Defisit pengetahuan tentang

mobilisasi dini

3.1.3. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan berdasarkan data diatas adalah:

“Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini ditandai dengan klien mengatakan belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka dan menyebabkan perdarahan, klien menanyakan kapan baru bisa berjalan ke kamar mandi sendiri, wajah klien tampak pucat, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya kapan dia mulai bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.”


(40)

3.1.4. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

1 “Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini ditandai

dengan klien

mengatakan belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka, klien menanyakan kapan baru bisa berjalan ke kamar mandi sendiri, wajah klien tampak pucat,

klien tampak

melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya kapan dia mulai bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.”

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan klien mampu melakukan mobilisasi dengan kriteria hasil: 1. Klien dan keluarga

menyatakan

pemahaman tentang pengertian, manfaat, dan tahapan

mobilisasi dini 2. Klien mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian, manfaat dan tahapan mobilisasi dini.

1. Kaji keadaan umum klien

2. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai pelaksanaan mobilisasi dini

3. Beri pendidikan kesehatan mengenai mobilisasi dini kepada klien maupun keluarga

4. Fasilitasi klien dalam pelaksanaan mobilisasi dini

5. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan mobilisasi dini

1. Untuk mengetahui keadaan klien pasca persalinan

2. Untuk mengetahui

tingkat pengetahuan klien mengenai mobilisasi dini 3. Untuk meningkatkan

pengetahuan klien sehingga klien mau dan mampu melaksanakan mobilisasi dini

4. Untuk memudahkan klien dalam melaksanakan mobilisasi dini

5. Dukungan keluarga dapat memotivasi klien dakam melaksanakan mobilisasi dini.


(41)

6. Evaluasi pemahaman dan kemampuan klien dalam mendemonstrasikan mobilisasi dini

6. Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penerimaan klien setelah diberikan pendidikan kesehatan.


(42)

3.2. Studi kasus klien kedua 3.2.1.Pengkajian Keperawatan

1. Identitas Klien dan Penanggung Jawab a. Identitas Klien

Nama : Ny. S

Umur : 30 tahun

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : IRT

Alamat : Jl. Laksana 35d medan

Diagnosa Medis : Post Sectio a/i GGK stage IV

Tanggal operasi : 15 Juli 2015 , Jam : 09.00 wib Tanggal Pengkajian : 15 Juli 2015 , Jam : 17.00 wib

b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. R

Umur : 32 tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA


(43)

2. Pengkajian Awal a. Riwayat Persalinan

Hamil ini, dengan diagnosa MG + KDR (32-34 minggu) +PK+AH dengan komplikasi gagal ginjal stadium IV. Klien datang ke RSUD DR Pirngadi pada tanggal 7 Juli 2015 pukul 12.00 WIB diantar oleh suaminya karena klien merasakan tubuhnya semakin lemas dan nafsu makannya menurun, Berat Badan 40 KG. Klien dioperasi pada tanggal 15 Juli 2015 atas indikasi penyakit Gagal Ginjal stadium IV yang sudah dialami klien sejak usia kehamilan bayi 4 bulan yang dapat mengancam keselamatan klien dan janinnya.

b. Keadaan Umum

Keadaan umum klien lemas, terlentang di atas tempat tidur, kesadaran compos mentis (CM), ekspresi wajah klien tampak tegang, berkeringat, klien terkadang nampak kesulitan bernapas warna kulit klien kuning langsat dan tidak terdapat fatique. Tanda-tanda vital: TD: 110/70 mmHg, RR: 24 x / i, RR : 88 x / i, dan T: 36,4oC.

c. Kepala

Tidak ada lesi, distribusi rambut merata, konjungtiva pucat. Bentuk kepala simetris, keadaan rambut bersih, hitam, ikal. Pada mata: tidak terdapat ikterik, konjungtiva pucat, pupil isokor. Pada hidung: bersih, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung. Pada telinga:


(44)

bersih, tidak ada sekret dan : tidak terdapat karies gigi(-), dan tidak terdapat keluhan.

d. Thoraks dan dada

Simetris, retraksi dada tidak ada. Keadaan jantung dan paru baik dan simetris, payudara simetris kiri dan kanan

e. Abdomen

Soepel, peristaltik (+), TFU = sejajar umbilikus , L/O tertutup, verban basah.

f. Ekstremitas bawah

Tidak ada edema, tidak terdapat varises, simetris kiri dan kanan, nadi perifer teraba, akral hangat.

g. Perineum

Tidak ada nanah, hemoroid tidak ada, tidak ada perdarahan. Klien ganti duk satu hari 2-3 x ganti duk. Tidak terdapat keluhan.

h. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

Klien dibantu oleh perawat dan suaminya dalam memenuhi kebutuhan makan maupun personal hygiene.


(45)

i. Adaptasi psikologis

Klien merasa tenang dan senang karena bayinya sudah lahir dalam keadaan sehat.

3. Pengkajian Lanjutan

Penilaian

Tanggal dan Waktu

15-7-15 16-7-15 17-7-15

Sore Pagi Pagi

Kulit Warna (normal,pucat,sianosis kemerahan) Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,40C,

keadaan kulit lembab

Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,80C,

keadaan kulit lembab Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,50C, keadaan kulit lembab Suhu

Hangat, panas, dingin Kelembaban

Paten, macet, tanda infeksi

Mamae

Kondisi

Lembut, berisi, penuh, bengkak, merah, nyeri

Kondisi mamae nyeri ketika tersentuh Kondisi mamae nyeri ketika tersentuh Kondisi mamae lembut, berisi, nyeri ketika dipegang, keras seperti ditarik, ASI (+) merembes Putting

Normal, datar, masuk kedalam

Merah, nyeri, pecah, lecet Putting susu menonjol, aerola kehitaman, lecet (-) Putting susu menonjol, aerola kehitaman, lecet (-) Putting susu menonjol, aerola kehitaman, lecet (-) Uterus

Tinggi sejajar

umbilikus

1 jari dibawah umbilikus

2 jari dibawah umbilikus Posisi

Midline, kanan umbilikus, kiri umbilikus

midline midline midline

konsistensi

Kenyal dengan masase

Kenyal dengan


(46)

Lochea

Warna

Rubra, serosa, alba Rubra Rubra Rubra

Jumlah

Waktu ganti duk Luas duk yang basah

± 60 -80 cc 3-4 x ganti setengah

± 50 -60 cc 2-3x ganti setengah

± 50 cc Bau

+ = ada

0 = tidak ada 0 0 0

Perineum

Kondisi

Utuh, bengkak, edema, hematom, bersih, kotor

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada.

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Hemoroid + = ada 0 = tidak ada

Edema, lembut, nyeri

0 0 0

Kardiovas kular

Edema

+1: edema minimal pada area pedal & pretibial

+2: edema ditandai pada ekstremitas bawah dan tangan

+3: edema terdapat pada wajah, dinding abdomen baeah dan sacrum

+4: edema anasarka

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada.

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada.

Homan’s sign kiri dan kanan

0 = negatif + = positif

Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Hipotensi ortostatik

√ = + 0 = -

Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji

Vital sign TD: RR: P: 120/70 24x/i 88x/i 120/70 22x/i 78x/i 110/70 20x/i 82x/i


(47)

T: 36,4oC 36,8oC 36,5oC Status

Emosional

Tenang, cemas, gelisah, takut, bermusuhan, depresi, labil, afek datar

cemas Tenang Tenang

Aktifitas

Ditempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi

Klien berbaring dengan posisi supinasi dan belum dapat bergerak Klien sudah mampu untuk mengubah posisi miring kiri dan miring kanan

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu

Hygiene

Mandi dengan waslap di tempat tidur

Mandi guyur Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi guyur Diet Nafsu makan Puasa, baik, cukup, tidak ada

puasa Baik Baik

Tipe

Cairan jernih, MI, MII, MB

- MII MB

Eliminasi

Feses Konsistensi

Waktu BAB/frekuensi

Belum BAB Belum BAB

Sedikit keras Pagi hari 1x Urin Waktu pengosongan, jumlah

+ = spontan

0 = tindakan (kateter)

Klien menggunakan kateter Klien menggunakan kateter Pengosongan spontan Terapi medis

Inj. Transamin 1 amp / 8 jam

Inj. Ketorolac 1 amp Inj. Ranitidin 1 amp / 12 jam

Synto 10 – 10 – 5 – 5 unit √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


(48)

3.2.2. Analisa Data

No Data Objektif/Subjektif Etiologi Masalah

1 Data Subjektif:

- Klien mengatakan lukanya terasa sakit jika bergerak

- Klien mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini

Data Objektif:

- Klien tampak meringis kesakitan

- Klien tampak

melindungi area yang sakit

- Klien tampak antusias bertanya – tanya seputar mobilisasi dini.

Persalinan dengan sectio caesarea

Kurang terpapar informasi tentang

mobilisasi dini

Kurang pengetahuan tentang mobilisasi dini

Defisit pengetahuan tentang

mobilisasi dini

3.2.3. Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan berdasarkan data diatas adalah:

“Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini ditandai dengan klien mengatakan lukanya terasa sakit jika bergerak, klien mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya seputar mobilisasi dini.


(49)

3.2.4. Rencana Asuhan Keperawatan

No Diagnosa

Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

1 “Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini ditandai

dengan klien

mengatakan lukanya terasa sakit jika bergerak, klien mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya seputar mobilisasi dini.

Tujuan:

Setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam diharapkan klien mampu melakukan mobilisasi dengan kriteria hasil: 1. Klien dan keluarga

menyatakan

pemahaman tentang pengertian, manfaat, dan tahapan

mobilisasi dini 2. Klien mampu

melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar

3. Klien dan keluarga mampu menjelaskan kembali pengertian, manfaat dan tahapan mobilisasi dini.

1. Kaji keadaan umum klien

2. Kaji tingkat pengetahuan klien mengenai pelaksanaan mobilisasi dini

3. Beri pendidikan kesehatan mengenai mobilisasi dini kepada klien maupun keluarga

4. Fasilitasi klien dalam pelaksanaan mobilisasi dini

5. Libatkan keluarga dalam pelaksanaan mobilisasi dini

1. Untuk mengetahui keadaan klien pasca persalinan

2. Untuk mengetahui

tingkat pengetahuan klien mengenai mobilisasi dini 3. Untuk meningkatkan

pengetahuan klien sehingga klien mau dan mampu melaksanakan mobilisasi dini

4. Untuk memudahkan klien dalam melaksanakan mobilisasi dini

5. Dukungan keluarga dapat memotivasi klien dakam melaksanakan mobilisasi dini.


(50)

6. Evaluasi pemahaman dan kemampuan klien dalam mendemonstrasikan mobilisasi dini

6. Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penerimaan klien setelah diberikan pendidikan kesehatan.


(51)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Profil Ruangan

Penulis melaksanakan kegiatan tugas akhir tahap profesi di Ruang V Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan pada tanggal 9 Juli 2015 hingga 17 Juli 2015. Ruang V tanjung 2 merupakan salah satu ruangan yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan yang berada di jalan Prof. H.M Yamin SH No. 47 Medan, yang hanya diperuntukan pada ibu pasca salin/nifas, dengan penanggungjawab kepala ruangan yaitu Rosmawati Am.Keb. Ruang V tanjung 2 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan memiliki 1 ruangan pemeriksaan (ruang tindakan/ruang VK) dengan kapasitas tempat tidur 3 buah dan 1 ruangan rawat inap dengan kapasitas tempat tidur 12 buah. Saat ini terdapat 28 orang yang bekerja di ruang tersebut, yang terdiri dari 15 orang bidan dengan jenjang pendidikan D-3 Kebidanan, 6 orang bidan dengan jenjang pendidikan D-4 Kebidanan, 2 orang dengan jenjang pendidikan S2, 1 orang bidan dengan jenjang pendidikan D-1 Kebidanan, 1 orang dengan jenjang pendidikan SPK, 1 orang tata usaha dengan pendidikan SMA, 1 orang sebagai PRT dengan jenjang pendidikan SD.

Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala ruangan didapatkan bahwa sejak tahun 2012 ruang V tanjung 2 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan menerima pasien dalam kondisi fisiologis maupun patologis. Jumlah hari rawat pada pasien pasca salin berkisar 3 s/d 4 hari dalam masa rawatan baik persalinan normal maupun post SC. Apabila ada pasien yang ingin melahirkan bidan dan dokter


(52)

saling bekerja sama satu sama lain dalam membantu persalinan pasien. Ruang V tanjung 2 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan menerima pasien rujukan dari rumah sakit lain, menerima pasien umum, BPJS dan merupakan salah satu ruang percontohan pada sistem akreditasi nasional.

Gambar 4. 1. Denah Ruang V Tanjung 2 RSUD Dr. Pirngadi Medan Rumah warga/ Tempat umum

Jl. Prof. H.M. Yamin SH

Gedung Abu-abu RSUD Dr.Pirngadi

Medan Gedung Putih

RSUD Dr.Pirngadi

Medan Gedung Pengurusa

n BPJS Ruang IV

Tanjung 1

K o r i d o r K

O R I D O R K o r i d o r

Ruang V Tanjung 2

Ruang Neonatus


(53)

4.2.Implementasi Asuhan Keperawatan

4.2.1. Implementasi dan Evaluasi Tindakan pada Klien Pertama

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi

1. “Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini ditandai dengan klien mengatakan belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka, klien menanyakan kapan baru bisa berjalan ke kamar mandi sendiri, wajah klien tampak pucat, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya kapan dia mulai bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.”

10 Juli 2015 1. Menanyakan bagaimana keadaan klien

2. Mengukur tanda-tanda vital klien 3. Mengkaji tingkat pengetahuan klien

mengenai mobilisasi dini

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini yaitu pengertian mobilisasi dini, manfaat mobilisasi dini, kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini, waktu dan tahapan pelaksanaan mobilisasi dini,

5. Meminta ibu untu

mendemonstrasikan tahapan mobilisasi pertama yaitu menggerakkan tangan dan kakinya 6. Menanyakan perasaan klien setelah

melaksanakan tahapan mobilisasi

S: Ibu mengatakan paham tentang mobilisasi dini

Ibu mengatakan terasa sedikit sakit pada luka operasi pada saat mengangkat tangan

O: Ibu tampak antusias mendengarkan penjelasan mengenai mobilisasi dini

TTV:

TD: 130/80 mmHg RR: 22x/i

P: 80x/i T: 36,7 oC

Ibu tampak menggerakkan tangan dan kaki

A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

- Bantu ibu untuk mengubah posisi miring ke kiri dan kanan


(54)

yang pertama

7. Mengevaluasi pemahaman klien mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

- Bantu ibu untuk duduk di tempat tidur

- Bantu ibu untuk berjalan secara perlahan

11 Juli 2015 1. Menanyakan bagaimana keadaan klien

2. Mengukur tanda-tanda vital klien 3. Mengevaluasi pemahaman ibu

mengenai pendkes mobilisasi dini yang sudah disampaikan

4. Membantu klien untuk melaksanakan tahapan mobilisasi selanjutnya yaitu miring kiri dan miring kanan.

5. Mengamati respon klien saat berubah posisi

6. Mengevaluasi pemahaman klien mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

S: Ibu mengatakan saat berubah posisi terasa sakit di area luka operasi namun lama- kelamaan sakitnya berkurang

O: Ibu tampak mengerti TTV : TD: 130/70

RR :22x/i P :80x/i T :36,5 oC Ibu tampak senang

Ibu tampak menyusui anaknya dalam posisi miring kiri

A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

- Bantu ibu untuk duduk di tempat tidur

- Bantu ibu untuk berjalan secara perlahan


(55)

12 Juli 2015 1. Menanyakan bagaimana keadaan klien

2. Mengukur tanda-tanda vital klien

3. Mengevaluasi pemahaman ibu mengenai pendkes mobilisasi dini yang sudah disampaikan 4. Membantu klien untuk

melaksanakan tahapan mobilisasi selanjutnya yaitu belajar berjalan ke kamar mandi 5. Mengamati respon klien dan

menanyakan perasaan klien saat berjalan

6. Mengevaluasi pemahaman klien mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

S: Ibu mengatakan sangat senang karena sudah mulai belajar berjalan

Ibu mengatakan sudah mulai belajar berjalan sejak kemarin sore

Ibu mengatakan lebih nyaman dan nyerinya sudah mulai berkurang

O: Ibu tampak mengerti TTV:

TD: 110/70 mmHg RR: 21x/i

P: 80x/i T: 36 oC

Ibu tampak senang

Ibu mampu berjalan ke kamar mandi dengan dibantu oleh keluarga

A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan


(56)

4.2.2. Implementasi dan Evaluasi Tindakan pada Klien Kedua

No Diagnosa Tanggal Implementasi Evaluasi

1. “Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini ditandai dengan klien mengatakan lukanya terasa sakit jika bergerak, klien mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya seputar mobilisasi dini.

15 Juli 2015 1. Menanyakan bagaimana keadaan klien

2. Mengukur tanda-tanda vital klien 3. Mengkaji tingkat pengetahuan klien

mengenai mobilisasi dini

4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini yaitu pengertian mobilisasi dini, manfaat mobilisasi dini, kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini, waktu dan tahapan pelaksanaan mobilisasi dini.

5. Mengajarkan klien tahapan mobilisasi yang pertama yaitu menggerakkan kaki dan tangannya 6. Menanyakan perasaan klien setelah

melaksanakan tahapan mobilisasi yang pertama

S: - Ibu mengatakan terasa sedikit sakit pada luka operasi pada saat mengangkat tangan - Ibu mengatakan mengerti

dan mau melanjutkan mobilisasi dini

O: - Ibu tampak antusias mendemonstrasikan mobilisasi dini - TTV:

TD: 110/80 mmHg RR: 22x/i

P: 88x/i T: 36,7 oC

- Ibu tampak menggerakkan tangan dan kaki

A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

- Bantu ibu untuk mengubah posisi miring ke kiri dan kanan


(57)

7. Mengevaluasi pemahaman klien mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

tempat tidur

- Bantu ibu untuk berjalan secara perlahan

16 Juli 2015 1. Menanyakan bagaimana keadaan klien

2. Mengukur tanda-tanda vital klien 3. Mengevaluasi pemahaman ibu

mengenai pendkes mobilisasi dini yang sudah disampaikan

4. Membantu klien untuk melaksanakan tahapan mobilisasi selanjutnya yaitu miring kiri dan miring kanan.

5. Mengamati respon klien saat berubah posisi

6. Mengevaluasi pemahaman klien mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

S: - Ibu mengatakan saat berubah posisi terasa sakit di area luka operasi namun lama- kelamaan sakitnya berkurang

O: - Ibu tampak mengerti - TTV : TD: 120/70

RR :20x/i P :84x/i T :36,5 oC - Ibu tampak senang

- Ibu mampu mengubah posisi miring dengan dibantu oleh perawat

A: Masalah teratasi sebagian P: Intervensi dilanjutkan

- Bantu ibu untuk duduk di tempat tidur

- Bantu ibu untuk berjalan secara perlahan


(58)

17 Juli 2015 1. Menanyakan bagaimana keadaan klien

2. Mengukur tanda-tanda vital klien

3. Mengevaluasi pemahaman ibu mengenai pendkes mobilisasi dini yang sudah disampaikan 4. Membantu klien untuk

melaksanakan tahapan mobilisasi selanjutnya yaitu belajar berjalan ke kamar mandi 5. Mengamati respon klien dan

menanyakan perasaan klien saat berjalan

6. Mengevaluasi pemahaman klien mengenai pendidikan kesehatan yang telah diberikan.

S: Ibu mengatakan sangat senang karena sudah mulai belajar berjalan

Ibu mengatakan lebih nyaman dan nyerinya sudah mulai berkurang

O: Ibu tampak mengerti TTV:

TD: 110/70 mmHg RR: 23x/i

P: 80x/i T: 36,5 oC

Ibu tampak senang

Ibu mampu berjalan ke kamar mandi dengan dibantu oleh keluarga

A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan


(59)

4.3. Analisis / Pembahasan

4.3.1. Analisis Pengkajian dan Diagnosa

Mobilisasi dini merupakan pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian - bagian tubuh untuk peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000). Tingkat pengetahuan serta kesiapan pasien dalam menghadapi persalinan juga mempengaruhi kemauan pasien untuk melakukan mobilisasi dini post sectio caesaria. Pengetahuan pasien yang luas akan membuat pasien lebih mengerti tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini serta dapat lebih mudah memahami manfaat mobilisasi dini. Kesiapan pasien dalam menghadapi persalinan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi pasien untuk melakukan mobilisasi dini, rata rata pasien yang memiliki kesiapan dalam menghadapi persalinan adalah pasien pada usia produktif yaitu antara 26-30 tahun (Hamilton, 2010).

Penulis melakukan pengkajian secara head to toe kepada dua ibu yang bersalin secara sectio caesarea. Pada saat dilakukan pengkajian pada klien pertama pada tanggal 10 Juli 2015 ; Ny.N, Usia 30 tahun, tanggal 10 Juli 2015 Jam 10.00 wib dilakukan operasi seksio atas indikasi panggul sempit. Keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis (CM), ekspresi wajah klien meringis bila bergerak, warna kulit klien kuning langsat dan tidak terdapat fatique. Tanda-tanda vital: TD: 130/70 mmHg, RR: 80 x / i, RR : 20 x / i, dan T: 36,7 oC. Saat dikaji, klien mengatakan tidak tahu mengenai mobilisasi dini dan belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka.

Pada tanggal 15 Juli 2015, penulis melakukan pengkajian pada Ny. S. Keadaan umum klien lemas, terlentang di atas tempat tidur, kesadaran compos


(60)

mentis (CM), ekspresi wajah klien tampak tegang, berkeringat, klien terkadang nampak kesulitan bernapas warna kulit klien kuning langsat dan tidak terdapat fatique. Tanda-tanda vital: TD: 110/70 mmHg, RR: 24 x / i, RR : 88 x / i, dan T: 36,4oC. Pada saat dikaji klien mengatakan lukanya terasa sakit jika bergerak, klien mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini, klien tampak meringis kesakitan, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya seputar mobilisasi dini.

Faktor – faktor yang menghambat ibu post sectio caesarea dalam pelaksanaan mobilisasi dini biasanya adalah karena perasaan letih, nyeri dan khawatir. Ibu beranggapan bahwa melakukan pergerakan dapat menimbulkan dampak yang buruk. Oleh karena itu perlu diberikan dukungan pada ibu post sectio caesarea yang diberikan pada periode post partum (Mochtar, 1998).

Berdasarkan hasil analisa data; adapun diagnosa keperawatan yang muncul pada Ny. N dan Ny. S adalah defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini. Pengertian defisit pengetahuan adalah tidak adanya atau kurangnya informasi kognitif sehubungan dengan topik spesifik (Wilkinson, 2012). Diagnosa defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini diangkat sebagai diagnosa keperawatan pada Ny. N karena adanya data subjektif: klien mengatakan belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka, klien menanyakan kapan baru bisa berjalan ke kamar mandi sendiri dan data objektif : wajah klien tampak pucat, klien tampak melindungi area yang sakit, klien tampak antusias bertanya – tanya kapan dia mulai bisa berjalan sendiri ke kamar mandi.


(61)

Diagnosa defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini diangkat sebagai diagnosa keperawatan pada Ny. S karena klien mengatakan belum pernah diberikan penyuluhan tentang mobilisasi dini klien mengatakan lukanya terasa sakit jika bergerak .

Penulis mengangkat diagnosa defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini sebagai prioritas juga karena sesuai dengan judul yang diangkat oleh penulis yakni Pendidikan Kesehatan Tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD Dr Pirngadi Medan. Dimana pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini yang diberikan mempunyai manfaat untuk memotivasi ibu melakukan mobilisasi dini yang mendapatkan manfaat dari mobilisasi dini yaitu meningkatkan kelancaran peredaran darah, mempercepat pengeluaran ASI, menguatkan otot panggul dan otot perut, mengurangi infeksi setelah melahirkan, serta mempercepat kembalinya fungsi alat - alat perkemihan (Manuaba, 2002).

4.3.2. Analisis Perencanaan

Penulis menggunakan buku saku diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC dalam menentukan intervensi yang penulis buat untuk masalah keperawatan defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini yang dijumpai pada Ny. N dan Ny.S. Sementara itu untuk Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini penulis ambil dari Kasdu (2003) akan tetapi penulis kombinasikan dengan penelitian lain terkait mobilisasi dini.

Intervensi yang direncanakan oleh penulis ada enam, yang pertama adalah kaji keadaan umum klien dengan rasional untuk mengetahui keadaan klien setelah


(62)

pasca salin seperti tanda-tanda vital. Perubahan tanda vital dapat terjadi bila tubuh dalam kondisi beraktivitas atau dalam keadaan sakit dan perubahan tersebut merupakan indikator adanya gangguan sistem tubuh (Hidayat, 2005 dalam Handayani, 2014).

Intervensi kedua yaitu kaji tingkat pengetahuan klien mengenai pelaksanaan mobilisasi dini dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien mengenai mobilisasi dini. Potter (1993) dalam Notoadmodjo (2003), mengemukakan pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu: (1) Tahu (know), tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari keseluruhan bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, (2) Memahami (comprehension), memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar, (3) Aplikasi (application), aplikasi merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya, (4) Analisa (analysis), analisa adalah suatu kemampuan untuk memahami hubungan antara bagian dalam suatu pengorganisasian. Hal ini membantu seseorang membedakan antara sesuatu yang penting dan yang tidak penting, (5) Sintesis (synthesis), Sintesis merupakan suatu kemampuan untuk meletakkan atau menggabungkan bagian–bagian informasi sebagai suatu bentuk keseluruhan yang baru, (6) Evaluasi (evaluation), evaluasi adalah suatu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu objek atau materi berdasarkan kriteria tertentu.


(63)

Intervensi ketiga yaitu beri pendidikan kesehatan mengenai mobilisasi dini kepada klien maupun keluarga. Pengetahuan pasien yang luas akan membuat pasien lebih mengerti tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini serta dapat lebih mudah memahami manfaat mobilisasi dini (Hamilton, 2010).

Intervensi keempat adalah Fasilitasi klien dalam pelaksanaan mobilisasi dini dengan harapan untuk memudahkan klien dalam melaksanakan mobilisasi dini. Intervensi kelima yaitu libatkan keluarga dalam pelaksanaan mobilisasi dini.

Intervensi keenam adalah evaluasi pemahaman dan kemampuan klien dalam mendemonstrasikan mobilisasi dini hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penerimaan klien setelah diberikan pendidikan kesehatan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan cara untuk menentukan respon klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan serta sebatas mana tujuan atau kriteria hasil sudah tercapai (Ekasari, dkk, 2008 dalam Handayani, 2014).

4.3.3. Analisis Implementasi dan Evaluasi

Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh perawat yang pertama adalah menanyakan kondisi klien sehingga terbina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.

Tindakan keperawatan selanjutnya yang dilakukan adalah mengkaji keadaan umum klien dengan rasional untuk mengetahui keadaan klien setelah pasca salin seperti tanda-tanda vital. Selain mengkaji tanda-tanda vital klien, sebelum melakukan pendidikan kesehatan maka terlebih dahulu mengkaji tingkat pengetahuan klien mengenai pelaksanaan mobilisasi dini dengan tujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien mengenai mobilisasi dini. Setelah


(64)

mengetahui tingkat pengetahuan klien, maka tindakan keperawatan yang dilakukan adalah memberi pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini yaitu pengertian mobilisasi dini, manfaat mobilisasi dini, kerugian bila tidak melakukan mobilisasi dini, waktu dan tahapan pelaksanaan mobilisasi dini. Pengetahuan pasien yang luas akan membuat pasien lebih mengerti tentang pentingnya melakukan mobilisasi dini serta dapat lebih mudah memahami manfaat mobilisasi dini (Hamilton, 2010).

Apabila klien sudah diberikan informasi selanjutnya adalah meminta klien untuk mendemonstrasikan tahapan mobilisasi dini.

Setelah meminta klien untuk melaksanakan mobilisasi dini selanjutnya melakukan evaluasi pemahaman , respon serta kemampuan klien dalam mendemonstrasikan mobilisasi dini hal ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan penerimaan klien setelah diberikan pendidikan kesehatan. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan dan merupakan cara untuk menentukan respon klien terhadap intervensi keperawatan yang diberikan serta sebatas mana tujuan atau kriteria hasil sudah tercapai (Ekasari, dkk, 2008 dalam Handayani, 2014).

Evaluasi yang didapat setelah menjalani perawatan selama 3 hari didapatkan kemajuan pada klien. Respon yang positif didapatkan, terkait pemberian pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini kepada Ny. N dan Ny. S. Kedua klien mampu menerima informasi tentang pelaksanaan mobilisasi dini. Walaupun pada hari pertama Ny.N tampak takut untuk menggerakkan kaki dan tangannya namun pada tanggal 12 Juli 2015 sudah mampu berjalan dengan


(65)

bantuan perawat maupun keluarga. Klien mengatakan bahwa dirinya sudah mulai belajar berjalan pada sore hari tanggal 11 Juli 2015. Tanda vital Ny. N menunjukan batas yang normal saat setelah dilakukan mobilisasi dini. Luka bekas operasi tampak kering dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.

Respon klien kedua yaitu Ny. S sedikit berbeda dengan Ny. N. Pada hari pertama Ny. S mampu menggerakkan kaki dan tangannya. Pada hari kedua Ny. S mulai belajar miring kiri dan miring kanan, namun karena kondisi patologis yang dialami Ny. S untuk menghindari terjadinya kelelahan maka Ny. S baru belajar duduk dan berjalan pada hari ketiga.


(66)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan yang menjawab tujuan pelaksanaan yang telah dirumuskan, selanjutnya dikemukakan saran praktis yang berhubungan dengan masalah keperawatan.

5.1. Kesimpulan

5.1.1. Dari pengkajian hari I masa nifas didapat hasil kedua klien mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini, Klien pertama belum mau untuk bergerak ataupun berubah posisi karena takut jahitannya akan terbuka, sementara klien kedua belum melakukan mobilisasi dini karena lukanya terasa sakit jika bergerak.

5.1.2. Masalah keperawatan yang muncul pada kedua klien adalah Defisit pengetahuan tentang mobilisasi dini berhubungan dengan kurang terpapar informasi tentang mobilisasi dini

5.1.3. Implementasi yang dilakukan terkait masalah keperawatan yang dialami oleh klien adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini pada pasien post operasi seksio.

5.1.4. Evaluasi yang didapat setelah diberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini adalah kedua klien mampu menerima informasi tentang pelaksanaan mobilisasi dini. Klien pertama tampak takut untuk menggerakkan kaki dan tangannya namun pada hari kedua sudah mampu berjalan dengan bantuan perawat maupun keluarga.


(67)

5.1.5. Respon klien kedua sedikit berbeda dengan klien pertama. Pada hari pertama klien mampu menggerakkan kaki dan tangannya. Pada hari kedua mulai belajar miring kiri dan miring kanan, namun karena kondisi patologis yang dialami oleh klien untuk menghindari terjadinya kelelahan maka klien kedua baru belajar duduk dan berjalan pada hari ketiga.

5.2. Saran

5.2.1. Pelayanan Keperawatan

Perawat diharapkan dapat meningkatkan mutu kualitas pelayanan kesehatan pada ibu pasca operasi seksio dengan memberikan pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini sehingga dapat mempercepat proses pemulihan ibu.

5.2.2. Pendidikan Keperawatan

Bagi mahasiswa saat melakukan praktik klinik di rumah sakit khususnya pendidikan kesehatan tentang mobilisasi dini diharapakan dapat melakukan pengembangan dan modifikasi alat/ media yang digunakan sehingga memudahkan pasien untuk mengerti dan melakukan mobilisasi dini.


(68)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Pendidikan Kesehatan

2.1.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah proses untuk meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan. Secara operasional, pendidikan kesehatan merupakan suatu kegiatan untuk memberikan dan atau meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktek masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka sendiri (Notoatmodjo, 2003). Dalam keperawatan, pendidikan kesehatan merupakan satu bentuk intervensi keperawatan yang mandiri untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan pembelajaran, yang didalamnya perawat berperan sebagai perawat pendidik. Hasil yang diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan (Notoadmojo, 2012).

2.1.2. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Secara umum, tujuan dari pendidikan kesehatan ialah meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan, baik fisik, mental dan sosialnya sehingga produktif secara ekonomi maupun sosial (Notoatmodjo, 2003). Menurut Undang-undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992, tujuan pendidikan kesehatan adalah meningkatkan kemampuan masyarakat


(69)

untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan; baik secara fisik, mental dan sosialnya, sehingga produktif secara ekonomi maupun social, pendidikan kesehatan disemua program kesehatan; baik pemberantasan penyakit menular, sanitasi lingkungan, gizi masyarakat, pelayanan kesehatan, maupun program kesehatan lainnya (Mubarak, 2009).

2.1.3. Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003 ) ruang lingkup pendidikan kesehatan dapat dilihat dari berbagai dimensi, antara lain: dimensi aspek kesehatan, dimensi tatanan atau tempat pelaksanaan pendidikan kesehatan,dan dimensi tingkat pelayanan kesehatan.

a. Aspek Kesehatan

Kesehatan masyarakat mencakup empat aspek pokok yaitu: 1. Promosi ( promotif )

2. Pencegahan ( preventif )

3. Penyembuhan ( kuratif )

4. Pemulihan ( rehabilitatif )

b. Tempat Pelaksanaan Pendidikan Kesehatan

Menurut dimensi pelaksanaannya, pendidikan kesehatan dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu:

1. Pendidikan kesehatan pada tatanan keluarga (rumah tangga)

2. Pendidikan kesehatan pada tatanan sekolah, dilakukan di sekolah dengan sasaran murid.


(70)

3. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat kerja dengan sasaran buruh atau karyawan yang bersangkutan.

4. Pendidikan kesehatan di tempat-tempat umum, yang mencakup terminal bus, stasiun, bandar udara, tempat-tempat olahraga, dan sebagainya.

5. Pendidikan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas, Poliklinik rumah bersalin, dan sebagainya. c. Tingkat Pelayanan Kesehatan

Dimensi tingkat pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan berdasarkan 5 tingkat pencegahan dari leavel and clark, sebagai berikut;

1. Promosi kesehatan seperti peningkatan gizi, kebiasaan hidup dan perbaikan sanitasi lingkungan.

2. Perlindungan khusus seperti adanya program imunisasi. 3. Diagnosis Dini dan Pengobatan Segera.

d. Pembatasan Cacat yaitu seperti kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit seringkali mengakibatkan masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas, sedang pengobatan yang tidak sempurna dapat mengakibatkan orang yang ber sangkutan menjadi cacat.


(71)

2.1.4. Metode dalam Pendidikan Kesehatan

Metode pendidikan kesehatan pada hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha untuk menyampaikan pesan kesehatan kepada masyarakat, kelompok atau individu. Dengan harapan bahwa dengan adanya pesan tersebut masyarakat, kelompok atau individu dapat memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik ( Notoatmodjo, 2003). Untuk mengoptimalkan hasil dari pendidikan kesehatan yang dilakukan dibutuhkan metode yang tepat. Apabila sasaran pendidikan kesehatan adalah kelompok, metodenya harus berbeda dengan sasaran massa dan sasaran individual. Untuk sasaran massa pun harus berbeda dengan sasaran individual dan sebagainya.

Metode pembelajaran dalam pendidikan kesehatan dapat berupa: a. Metode Pendidikan Individual

1. Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counseling), Dengan cara ini

kontak antara klien dengan petugas lebih intensif, setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek, dan dibantu penyelesaiannya.

2. Interview (wawancara), Wawancara antara petugas kesehatan dengan

klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, untuk mengetahui apakah perilaku yang sudah atau yang akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat. Apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode Pendidikan Kelompok

1. Kelompok besar : penyuluhan lebih dari 15 orang, dengan metode antara lain Ceramah: metode yang baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi


(72)

maupun rendah. Seminar : metode ini sangat cocok untuk sasaran kelompok besar dengan pendidikan menengah keatas. Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari satu ahli dari beberapa ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan biasanya dianggap hangat di masyarakat.

2. Kelompok kecil : apabila peserta kegiatan itu kurang dari 15 orang. Metode-metode yang cocok yaitu diskusi kelompok, curah pendapat (brain storming), bola salju (snow balling), kelompok kecil-kecil (bruzz group), role play (memainkan peranan) dan permainan simulasi (simulation game)

c. Metode Pendidikan Massa

Metode pendidikan massa bertujuan untuk menyampaikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau public, maka cara yang paling tepat adalah pendekatan massa. Metode pendidikan massa tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status social, tingkat pendidikan dan sebagainya. Biasanya menggunakan atau melalui media massa. Beberapa contoh metode antara lain ceramah umum (public spesking), pidato-pidato diskusi tentang kesehatan melalui media elektronik baik tv maupun radio, simulasi, tulisan-tulisan di majalah atau Koran dan bill board yang di pasang di pnggir jalan, spanduk poster dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).


(73)

2.1.5. Alat Bantu Pendidikan Kesehatan

Alat bantu pendidikan kesehatan adalah alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam penyampaian bahan pendidikan yang biasa dikenal sebagai alat peraga pengajaran yang berfungsi untuk membantu dan memperagakan sesuatu di dalam proses pendidikan, yang kemudian dapat memperoleh pengalaman atau pengetahuan melalui berbagai macam alat bantu tersebut.

Ada tiga macam alat bantu pendidikan (alat peraga), antara lain:

a. Alat bantu melihat (visual aids) yang berguna dalam membantu menstimulasi indera mata (penglihatan) pada waktu terjadinya pendidikan. Alat ini ada 2 bentuk. (1) Alat yang diproyeksikan, misalnya slide, film, film strip dan sebagainya. (2) Alat-alat yang tidak diproyeksikan: (a) Dua dimensi, gambar peta, bagan dan sebagainya. (b) Tiga dimensi, misalnya bola dunia, boneka dan sebagainya.

b. Alat-alat bantu dengar (audio aids), yaitu alat dapat membantu untuk menstimulasikan indera pendengar pada waktu proses penyampaian bahan pendidikan/pengajaran. Misalnya : piring hitam, radio, pita suara dan sebagainya.

c. Alat bantu lihat-dengar, seperti televise dan video cassette. Alat-alat bantu pendidikan ini lebih dikenal dengan Audio Visual Aids (AVA) (Notoatmodjo, 2003).

Media / alat bantu pendidikan kesehatan mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012) :


(74)

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan yang diterima orang lain

e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik

h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh

2.2. Mobilisasi Dini

2.2.1. Pengertian Mobilisasi Dini

Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999).

Mobilisasi dini adalah pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian–bagian tubuh untuk melakukan peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000). Mobilisasi dini merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian (Carpenito, 2000). Dari Kedua definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.


(75)

2.2.2. Manfaat Mobilisasi Dini

Mobilisasi dini memiliki manfaat yang sangat penting bagi ibu post partum. Rambey (2008) menyatakan bahwa mobilisasi dini dapat memperlancar sirkulasi darah, membantu proses pemulihan dan mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga perdarahan lebih lanjut. Sedangkan menurut Manuaba (2002), mobilisasi dini mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium b. Mempercepat involusi alat kandungan

c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan

d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Menurut Dewi dan Sunarsih (2011) keuntungan dari mobilisasi dini adalah:

a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.

b. Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

c. Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara anaknya. d. Tidak menyebabkan perdarahan yang abnormal.

e. Tidak memengaruhi penyembuhan luka episiotomy atau luka di perut. f. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio.

2.2.3. Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini


(76)

pelaksanaan mobilisasi pasca persalinan adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan

Tingkat pengetahuan merupakan faktor yang berperan penting dalam mewujudkan pelaksanaan mobilisasi dini pasca persalinan. Jika tingkat pengetahuan seseorang rendah terhadap manfaat dari mobilisasi maka hal itu akan sangat mempengaruhi pada tingkat pelaksanaannya. Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini adalah dasar bagaimana ibu postpartum tersebut akan mengambil sikap dalam pelaksanaan mobilisasi.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa ada kecenderungan apabila pengetahuan seseorang baik terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai sikap positif terhadap masalah yang dihadapinya, dan sebaliknya apabila pengetahuan seseorang itu kurang terhadap masalah yang dihadapinya maka seseorang itu akan mempunyai sikap negatif.

Tingginya pengetahuan seseorang akan berpengaruh terhadap respon dan tanggapan terhadap suatu obyek atau situasi baru. Tanggapan tersebut akan menimbulkan gambaran dari seseorang untuk menerima atau menolak hal baru yang diterimanya. Pengetahuan yang dimiliki ibu hamil tentang manfaat mobilisasi dini tentu saja akan mempengaruhi sikap dalam pelaksanaan mobilisasi dini post partum.

b. Ketidakmampuan atau kelemahan fisik dan mental


(77)

mengerahkan seluruh tenaganya untuk melewati proses yang persalinan yang panjang. Tidak jarang setelah melahirkan ibu lebih sering memilih tidur dari pada melakukan pergerakan secara bertahap (Chapman, 2006).

c. Depresi

Besar kemungkinan setelah melahirkan ibu akan mengalami depresi. Biasanya depresi berlangsung sekitar satu sampai dua hari, hal ini dapat terjadi karena perubahan mendadak dari hormon. Gejalanya berupa mudah tersinggung , menangis, tanpa sebab, gelisah, takut pada hal yang sepele (Chapman, 2006).

d. Nyeri atau rasa tidak nyaman

Rasa nyeri setelah melahirkan membuat ibu enggan untuk mulai belajar mclakukan pergerakan, dimana seluruh alat reproduksi mengalami perubahan, rasa nyeri saat buang air kecil, buang air besar. Hal ini membuat ibu menjadi lebih takut dan tidak nyaman, besar kemungkinan ibu akan lebih memilih berbaring terus, diatas tempat tidur, dan pelaksanaan mobilisasi tentu saja akan terhambat (Chapman, 2006).

e. Kecemasan

Kecemasan ibu terhadap ketidakmampuan dalam melakukan mobilisasi sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan saat melakukan pergerakan, ibu harus mempunyai keyakinan untuk dapat melakukan mobilisasi dengan cepat dan tepat. Mobilisasi yang dilakukan sesegera mungkin dengan cara yang benar dan


(78)

bertahap dapat mempercepat proses pemulihan kondisi tubuh secara umum (Chapman, 2006).

2.2.4. Tahapan Mobilisasi Dini

Menurut Carpenito (2000), tahap-tahap dalam mobilisasi dini terdapat tiga rentang gerak yaitu :

a. Rentang gerak pasif

Rentang gerak pasif berguna untuk menjaga kelenturan otot-otot dan persendian dengan menggerakkan otot orang lain secara pasif, misalnya perawat mengangkat dan menggerakkan kaki pasien

b. Rentang gerak aktif

Hal ini untuk melatih kelenturan dan kekuatan otot serta sendi dengan menggunakan otot-ototnya secara aktif misalnya, berbaring pasien menggerakkan kakinya.

c. Rentang gerak fungsional

Berguna untuk memperkuat otot-otot dan sendi dengan melakukan aktivitas yang diperlukan.

Pelaksanaan mobilisasi dini terdiri dari tahap-tahap sebagai berikut tidur terlentang dulu selama 8 jam, kemudian boleh miring-miring, duduk, berdiri dan bejalan-jalan. Sebelum melakukan mobilisasi terlebih dahulu melakukan nafas dalam dan latihan kaki sederhana. Tahapan mobilisasi dapat membantu tubuh melakukan adaptasi dengan baik sehingga tidak menimbulkan keluhan lain yang


(79)

tidak di harapkan.Gerakan mobilisasi ini diawali dengan gerakan ringan seperti : a. Miring ke kiri-kanan

Memiringkan badan kekiri dan kekanan merupakan mobilisasi paling ringan dan yang paling baik dilakukan pertama kali. Disamping dapat mempercepat proses penyembuhan, gerakan ini juga mempercepat proses kembalinya fungsi usus dan kandung kemih secara normal.

b. Menggerakkan kaki

Setelah mengembalikan badan ke kanan dan ke kiri, mulai gerakan kedua belah kaki. Mitos yang menyatakan bahwa hal ini tidak boleh dilakukan karena dapat menyebabkan timbulnya varices adalah salah total. Justru bila kaki tidak digerakkan dan terlalu lama diatas tempat tidur dapat menyebabkan terjadinya pembekuan pembuluh darah batik yang dapat menyebabkan varices ataupun infeksi.

c. Duduk

Setelah merasa lebih ringan cobalah untuk duduk di tempat tidur. Bila merasa tidak nyaman jangan dipaksakan lakukan perlahan-lahan sampai terasa nyaman.

d. Berdiri atau turun dari tempat tidur

Jika duduk tidak menyebabkan rasa pusing, teruskanlah dengan mencoba turun dari tempat tidur dan berdiri. Bila tersa sakit atau ada keluhan, sebaiknya hentikan dulu dan dicoba lagi setelah kondisi terasa lebih nyaman. e. Ke kamar mandi

Hal ini harus dicoba setelah memastikan bahwa keadaan ibu benar - benar baik dan tidak ada keluhan. Hal ini bermanfaat untuk melatih mental karena


(80)

adanya rasa takut pasca persalinan.

2.2.5. Indikator Pelaksanaan Mobilisasi Dini

Pelaksanaan mobilisasi dini menurut NANDA perlu dilakukan apabila ditemukan adanya tanda dan gejala :

a. Penurunan waktu reaksi b. Kesulitan merubah posisi

c. Perubahan gerakan (penurunan untuk berjalan, kecepatan, kesulitan memulai langkah pendek)

d. Keterbatasan motorik kasar dan halus e. Keterbatasan ROM

f. Gerakan disertai nafas pendek atau tremor g. Ketidakstabilan posisi selama melakukan ADL h. Gerakan sangat lambat dan tidak terkoordinasi

Hasil yang diharapkan dari pelaksanaan mobilisasi dini adalah klien meningkat dalam aktivitas fisik, mengerti tujuan dari peningkatan mobilitas, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah dan dapat mendemonstrasikan mobilisasi baik dengan penggunaan alat bantu untuk mobilisasi ataupun mobilisasi secara mandiri.

2.3.Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pasca Sectio Caesarea

Menurut Kasdu (2003), mobilisasi dini dilakukan secara bertahap. Tahapan mobilisasi dini pada ibu post operasi seksio sesarea, yaitu setelah


(81)

operasi, pada 6 jam pertama ibu pasca operasi seksio sesarea harus tirah baring dulu. Mobilisasi dini yang bisa dilakukan adalah menggerakkan lengan, tangan, menggerakkan ujung jari kaki dan memutar pergelangan kaki, mengangkat tumit, menegangkan otot betis serta menekuk dan menggeser kaki. Setelah 6 – 10 jam, ibu diharuskan untuk dapat miring ke kiri dan ke kanan mencegah thrombosis dan trombo emboli. Setelah 24 jam ibu dianjurkan untuk dapat mulai belajar untuk duduk. Setelah ibu dapat duduk, dianjurkan ibu belajar berjalan .


(82)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masa nifas adalah masa yang dimulai setelah pengeluaran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadan sebelum hamil. Masa nifas ini berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Saleha, 2009). Pemberian asuhan keperawatan pada masa nifas harus benar – benar diperhatikan karena pada masa ini merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 69% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa nifas terjadi dalam 24 jam pertama (Prawihardjo , 2002).

Salah satu bentuk asuhan keperawatan pada masa nifas yang wajib dilakukan oleh ibu adalah mobilisasi dini. Mobilisasi dini merupakan pergerakan yang dilakukan sedini mungkin di tempat tidur dengan melatih bagian - bagian tubuh untuk peregangan atau belajar berjalan (Soelaiman, 2000). Mobilisasi dini pada ibu post partum bertujuan untuk membantu melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi puerperium, mempercepat involusi alat kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, melancarkan peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme.

Pelaksanaan mobilisasi dini pada ibu pasca sectio caesarea seringkali terhambat karena beberapa faktor seperti nyeri, kecemasan, rasa takut akan terbukanya jahitan operasi, maupun kurangnya pengetahuan ibu tentang


(1)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan”.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian Tugas Akhir ini:

1. dr. Dedi Ardinata M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Erniyati, SKp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

3. Salbiah, S.Kp., M.Kep Selaku Ketua bidang Profesi Keperawatan

4. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah membantu selama proses pendidikan.

5. Direktur RSUD Dr.Pirngadi yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di RSUD Dr.Pirngadi Medan.


(2)

6. Kepala ruangan Tanjung II Hj. Rosmawati, S.ST yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan masukan selama proses penelitian.

7. Teristimewa kepada kedua orang tua saya P. Sitanggang dan H. br Siahaan dan kakak saya Kristina Sitanggang dan adik-adik saya Okta, Theresia, Erika serta keluarga besarku yang telah memberikan dukungan moril maupun materil dan senantiasa memberikan doa yang tulus untuk saya.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Keperawatan angkatan 2010 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak melalui suka duka dalam pendidikan profesi keperawatan dan memberikan bantuan, motivasi, partisipasi dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

9. Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari bahwasannya dalam penulisan Tugas Akhir ini masih banyak terdapat kekurangan, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca, demi kebaikan dan kesempurnaan Tugas Akhir ini.

Medan, Juli 2015


(3)

DAFTAR ISI

Halaman Pernyataan Orisinalitas Lembar Pengesahan

Abstrak

Kata Pengantar ...………..………... i

Daftar Isi……….….. iii

Daftar Gambar... v

Daftar Lampiran……….. vi

Bab 1. Pendahuluan……… 1

1.1.Latar Belakang……… 1

1.2.Rumusan Masalah………...……….... 2

1.3.Tujuan Penelitian……….... 3

1.4.Manfaat Penelitian……….. 3

Bab 2. Tinjauan Pustaka……… 5

2.1.Pendidikan Kesehatan .………... 5

2.1.1.Pengertian Pendidikan Kesehatan .………... 5

2.1.2.Tujuan Pendidikan Kesehatan ……….. 5

2.1.3.Ruang Lingkup Pendidikan Kesehatan.……… 6

2.1.4.Metode dalam Pendidikan Kesehatan ... 8

2.1.5.Alat Bantu Pendidikan Kesehatan ... 10

2.2.Mobilisasi Dini ………... 11

2.2.1.Pengertian Mobilisasi Dini ...………... 11

2.2.2.Manfaat Mobilisasi Dini………... 12

2.2.3.Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi Dini ………….. 13

2.2.4.Tahapan Mobilisasi Dini ... 15

2.2.5.Indikator Pelaksanaan Mobilisasi Dini ... 17

2.3.Pelaksanaan Mobilisasi Dini pada Ibu Pasca Sectio ...... 17

Bab 3. Asuhan Keperawatan.……… 19

3.1.Studi Kasus Klien Pertama...………... 19

3.1.1.Pengkajian Keperawatan...………... 19

3.1.2.Analisa Data... ……….. 25

3.1.3.Diagnosa Keperawatan...……… 25


(4)

3.2.Studi Kasus Klien Kedua...………... 28

3.2.1.Pengkajian Keperawatan.... ...………... 28

3.2.2.Analisa Data...………... 34

3.2.3.Diagnosa Keperawatan... ………….. 34

3.2.4.Rencana Asuhan Keperawatan... 35

Bab 4. Hasil dan Pembahasan...…..……… 37

4.1.Profil Ruangan...………... 37

4.2.Implementasi Asuhan Keperawatan... 39

4.2.1.Implementasi dan Evaluasi Tindakan pada Klien Pertama 39 4.2.2.Implementasi dan Evaluasi Tindakan pada Klien Kedua.. 42

4.3.Analisis / Pembahasan... 45

4.3.1.Analisis Pengkajian dan Diagnosa... 45

4.3.2.Analisis Perencanaan... 47

4.3.3.Analisis Implementasi dan Evaluasi... 49

Bab 5. Kesimpulan dan Saran...…..……… 52

5.1.Kesimpulan...………... 52

5.2.Saran... 53

Daftar Pustaka………. 54 Lampiran


(5)

DAFTAR GAMBAR


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Pelaksanaan Praktika Senior dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2 Surat Selesai Pelaksanaan Praktika Senior di RSUD Dr. Pirngadi

Lampiran 3 Surat ethical clereance

Lampiran 4 Surat Pernyataan Keaslian Terjemahan Lampiran 5 Format Pengkajian Ibu Nifas

Lampiran 5 Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Mobilisasi Dini Lampiran 6 Media Penyuluhan

Lampiran 7 Jadwal Tentatif Praktika Senior di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi


Dokumen yang terkait

Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

2 79 97

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

16 140 136

Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

8 119 106

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 13

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 1

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 4

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 32

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 0 2

Program Discharge Planning Dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea Di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

0 1 38

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pendidikan Kesehatan 2.1.1. Pengertian Pendidikan Kesehatan - Pendidikan Kesehatan tentang Mobilisasi Dini dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Pasca Operasi Seksio di Ruang Tanjung II RSUD dr Pirngadi Medan

0 0 14