Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

(1)

SENAM NIFAS DALAM PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU NIFAS DI RUANG TANJUNG II RSUD DR. PIRNGADI

MEDAN

Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Mata Ajaran Praktika Senior

PRAKTIKA SENIOR Oleh

Marsella br Ginting, S.Kep 101101110

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN TAHAP PROFESI FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

(3)

(4)

Judul : Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Marsella Br Ginting,S.Kep

NIM : 101101110

Program : Pendidikan Profesi Ners

Tahun : 2015

Abstrak

Senam nifas adalah olahraga pemulihan pada masa nifas yang berfungsi untuk meminimalkan komplikasi pascapartum, meningkatkan kenyamanan dan menguatkan otot dasar pelvis, mengembalikan rahim pada posisi semula, memperbaiki elastisitas otot yang telah mulur, meningkatkan sirkulasi, serta membantu proses involusio uteri dan juga dapat membantu mengurangi depresi. Tujuan praktika senior ini adalah untuk melakukan aplikasi senam nifas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jumlah klien kelolaan 3 orang, yakni Ny. S (35 tahun) dan Ny. N (30 tahun) yang melahirkan secara seksio sesarea dan Ny. M (20 tahun) yang melahirkan secara spontan. Hasil yang didapatkan berdasarkan aplikasi senam nifas pada klien kelolaan adalah klien kelolaan mengatakan setelah melakukan senam nifas klien merasa lebih rileks dan nyaman, pinggang dan punggung terasa ringan, otot perut dan otot-otot disekitar kemaluan terasa lebih kencang, nyeri berkurang, dan rasa pegal di tangan dan kaki juga berkurang. Tinggi fundus uteri dan lokhea klien sesuai dengan hari nifas. Klien menjadi tahu tentang senam nifas dan dapat melakukan senam nifas dengan baik. Respon klien berbeda-beda setelah melakukan senam nifas namun tetap mendapat manfaat dari senam nifas. Disarankan kepada perawat di rumah sakit untuk mengajarkan senam nifas pada ibu nifas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada ibu nifas karena senam nifas bermanfaat dalam proses nifas dan setelah masa nifas.


(5)

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan Praktika Senior dengan Judul “Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan” dengan baik.

Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian Praktika Senior ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Erniyati S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan USU. 3. Evi Karota Bukit S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keperawatan USU.

4. Ikhsanuddin Ahmad Harahap S.Kp, MNS, Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan USU.

5. Erniyati S.Kp, MNS selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan maupun saran serta dukungan yang sangat berharga dalam pembuatan Praktika Senior ini.

6. Salbiah, S.Kp, M.Kep selaku Koodinator Program Studi Pendidikan Ners yang telah memberikan bimbingan dalam penyelesaian Pendidikan Ners. 7. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Keperawatan USU yang telah

memberikan bekal ilmu dan bimbingan selama peneliti dalam pendidikan. 8. Dr. H. Edwin Effendi, M.Sc, selaku Direktur RSUD Dr. Pirngadi Medan.


(7)

9. SMF Instalasi Rawat Inap yang telah memberikan bimbingan dan saran, serta membantu dalam memperoleh izin pengambilan data.

10. Pihak RSUD Dr. Pirngadi Medan yang telah membantu dalam memperoleh izin pengambilan data.

11. Teristimewa kepada kedua orang tua saya A. Ginting dan R. br Tarigan dan abang saya Hery C. Ginting dan adikku Hema E. K. Ginting serta keluarga besarku yang telah memberikan kasih sayang tanpa batas, dukungan moril maupun materil dan senantiasa memberikan doa yang tulus untuk saya. 12. Feri Setyadi Sitepu, Amd yang telah membantu, memotivasi serta memberi

masukan dalam penyelesaian Praktika Senior ini.

13. Teman- teman Profesi Ners USU angkatan 2014 yang telah memberikan semangat dan masukan kepada saya untuk menyelesaikan Praktika Senior ini.

Menyadari Praktika Senior ini masih banyak kekurangan, maka dengan kerendahan hati penulis mengharapkan saran, kritik, dan masukan dari semua pihak demi kesempurnaan Praktika Senior ini. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih. Semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juli 2015


(8)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pernyataan Orisinalitas... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Abstrak... iv

Kata Pengantar ... vi

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... x

Daftar Gambar ... xi

Daftar Lampiran ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1. Latar Belakang ... 1

2. Rumusan Masalah ... 5

3. Tujuan Penulisan ... 6

3.1 Tujuan umum ... 6

3.2 Tujuan khusus ... 6

4. Manfaat ... 6

4.1 Bidang keperawatan ... 6

4.2 Bagi ibu nifas ... 6

4.3 Bagi institusi rumah sakit ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

1. Nifas... 8

1.1 Pengertian ... 8

1.2 Tahapan masa nifas ... 8

1.3 Perubahan fisiologis pada masa nifas ... 9

2. Senam Nifas ... 16

2.1 Defenisi ... 16

2.2 Tujuan senam nifas ... 18

2.3.Manfaat senam nifas ... 19

2.4 Kontra indikasi senam nifas ... 20

2.5 Kerugian tidak melakukan senam nifas ... 20

2.6.Tata cara melakukan senam nifas ... 20

BAB 3 APLIKASI METODA/ IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN ... 21

1. Studi Kasus Klien Pertama (1) ... 21

1.1Pengkajian keperawatan ... 21

1.1.1 Identitas klien dan penanggung jawab... 21

1.1.2 Pengkajian awal ... 22

1.1.3 Pengkajian lanjutan... 25

1.2 Diagnosis keperawatan ... 28


(9)

2. Studi Kasus Klien kedua (2) ... 30

2.1Pengkajian ... 30

2.1.1 Identitas klien dan penanggung jawab... 30

2.1.2 Pengkajian awal ... 30

2.1.3 Pengkajian lanjutan... 34

2.2Diagnosis keperawatan ... 37

2.3 Perencanaan keperawatan ... 38

3. Studi Kasus Klien Ketiga (3) ... 39

3.1Pengkajian ... 39

3.1.1 Identitas klien dan penanggung jawab... 39

3.1.2 Pengkajian awal ... 39

3.1.3 Pengkajian lanjutan... 42

3.2Diagnosis keperawatan ... 45

3.3 Perencanaan keperawatan ... 46

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 47

1. Profil Ruangan/ Lokasi ... 47

2. Hasil Aplikasi Metode/ Implementasi Asuhan Keperawatan ... 48

2.1Hasil aplikasi metode/ implementasi asuhan keperawatan klien 1 ... 48

2.2Hasil aplikasi metode/ implementasi asuhan keperawatan klien 2 ... 50

2.3Hasil aplikasi metode/ implementasi asuhan keperawatan klien 3 ... 54

3. Analisis/ Pembahasan ... 59

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

1. Kesimpulan ... 67

2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 Lampiran-Lampiran


(10)

DAFTAR TABEL


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Gerakan senam hari pertama ... 21

Gambar 2.2 Gerakan senam hari kedua ... 22

Gambar 2.3 Gerakan senam hari ketiga ... 23

Gambar 2.4 Gerakan senam hari keempat ... 23

Gambar 2.5 Gerakan senam hari kelima ... 24

Gambar 2.6 Gerakan senam hari keenam ... 25


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pengambilan Data untuk Penyusunan Tugas

Akhir dari Fakultas Keperawatan USU ... 72

Lampiran 2. Surat Rekomendasi Pengambilan Data dari RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan ... 74

Lampiran 3. Surat Selesai Pengambilan Data ... 75

Lampiran 4. Surat Persetujuan Komisi Etik Penelitian Kesehatan Fakultas Keperawatan USU ... 76

Lampiran 5. Surat Pernyataan Keaslian Terjemahan ... 77

Lampiran 6. Format Pengkajian Ibu Nifas ... 78

Lampiran 7. Leafleat Senam Nifas ... 79

Lampiran 8. Jadwal Tentatif Praktika Senior ... 81


(13)

Judul : Senam Nifas dalam Pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada Ibu Nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan

Nama Mahasiswa : Marsella Br Ginting,S.Kep

NIM : 101101110

Program : Pendidikan Profesi Ners

Tahun : 2015

Abstrak

Senam nifas adalah olahraga pemulihan pada masa nifas yang berfungsi untuk meminimalkan komplikasi pascapartum, meningkatkan kenyamanan dan menguatkan otot dasar pelvis, mengembalikan rahim pada posisi semula, memperbaiki elastisitas otot yang telah mulur, meningkatkan sirkulasi, serta membantu proses involusio uteri dan juga dapat membantu mengurangi depresi. Tujuan praktika senior ini adalah untuk melakukan aplikasi senam nifas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan. Jumlah klien kelolaan 3 orang, yakni Ny. S (35 tahun) dan Ny. N (30 tahun) yang melahirkan secara seksio sesarea dan Ny. M (20 tahun) yang melahirkan secara spontan. Hasil yang didapatkan berdasarkan aplikasi senam nifas pada klien kelolaan adalah klien kelolaan mengatakan setelah melakukan senam nifas klien merasa lebih rileks dan nyaman, pinggang dan punggung terasa ringan, otot perut dan otot-otot disekitar kemaluan terasa lebih kencang, nyeri berkurang, dan rasa pegal di tangan dan kaki juga berkurang. Tinggi fundus uteri dan lokhea klien sesuai dengan hari nifas. Klien menjadi tahu tentang senam nifas dan dapat melakukan senam nifas dengan baik. Respon klien berbeda-beda setelah melakukan senam nifas namun tetap mendapat manfaat dari senam nifas. Disarankan kepada perawat di rumah sakit untuk mengajarkan senam nifas pada ibu nifas sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan kesehatan pada ibu nifas karena senam nifas bermanfaat dalam proses nifas dan setelah masa nifas.


(14)

BAB 1 PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Millineum Development Goals (MDGs) adalah delapan tujuan yang

disepakati oleh 189 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) termasuk Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) pada bulan September tahun 2000. Seperti yang dicanangkan Dalam MDGs nomor empat dan nomor lima diharapkan setiap negara anggota mampu menurunkan angka kematian ibu dan balitanya (Manuaba, 2013).

Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan Angka Kematian Ibu (AKI) semakin meningkat yaitu 359 per 100 ribu kelahiran hidup (JPNN, 2013 dalam Yarsih, 2014). Hal ini sangat jauh dari gagasan MDGs yang diharapkan setiap negara dapat menurunkan AKI hingga tiga per empat dalam kurun waktu 1990-2015 yaitu mencapai sekitar 102 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2015 (Bappenas, 2010 dalam Yarsih, 2014).

Sesuai dengan pernyataan Dirjen Bina Gizi dan KIA Kemenkes RI dalam acara Launching Program Expanding Maternal and Newborn Survival (EMAS) kerja sama antara USAID (United States Agency for International Development) dan Pemerintah Indonesia di Jakarta pada tanggal 26 Januari 2012, menyatakan bahwa Sumatera Utara adalah provinsi yang menyumbang 25% kematian ibu. Dari data distribusi frekuensi penyebab kematian ibu melahirkan oleh Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007, terdapat tiga faktor penyebab utama kematian ibu diantaranya adalah perdarahan (28%), eklampsia (24%) dan disusul infeksi (11%) (Yarsih, 2014).


(15)

Perdarahan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian ibu pada masa nifas, dimana 50%-60% karena kegagalan uterus berkontraksi secara sempurna. Salah satu asuhan untuk memaksimalkan kontraksi uterus pada masa nifas adalah dengan melaksanakan senam nifas. Senam nifas adalah latihan gerak yang dilakukan setelah melahirkan, supaya otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan dan persalinan dapat kembali pada kondisi normal seperti semula, dimana fungsinya untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung, dasar panggul, dan perut. Umumnya yang menjadi perhatian ibu selama masa nifas adalah bagaimana memulihkan bentuk tubuh dan dinding perut seperti sediakala (Mochtar, 1999).

Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa ini terjadi perubahan- perubahan fisiologis maupun psikologis seperti perubahan laktasi/ pengeluaran air susu ibu, perubahan sistem tubuh dan perubahan psikis lainnya. Pada masa ini ibu-ibu yang baru melahirkan mengalami berbagai kejadian yang sangat kompleks baik fisiologis maupun psikologis sehingga perawat berperan penting dalam membantu ibu sebagai orang tua baru. Perawat juga harus memberikan support kepada ibu serta keluarga untuk menghadapi kehadiran buah hati yang sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang sehingga dapat memulai kehidupan sebagai keluarga baru (Maryunani, 2009).

Asuhan keperawatan pada masa nifas diperlukan dalam periode ini karena merupakan masa kritis baik ibu ataupun bayi. Diperkirakan bahwa 60% kematian akibat kehamilan terjadi setelah persalinan dan 50% kematian akibat nifas terjadi


(16)

dalam 24 jam pertama. Setelah proses persalinan selesai bukan berarti tugas dan tanggung jawab perawat terhenti, karena asuhan kepada ibu harus dilakukan secara komprehensif dan terus menerus dalam arti selama masa kurun waktu reproduksi seorang wanita harus mendapatkan asuhan yang berkualitas dan sesuai standar (Maryunani, 2009).

Manfaat senam nifas diantaranya adalah membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan, serta mencegah perlemahan dan peregangan lebih lanjut (Danuatmaja & Meilisari, 2003).

Senam nifas dapat dilakukan oleh semua ibu yang telah melahirkan secara normal tanpa ada komplikasi. Jika ada tindakan atau komplikasi senam nifas masih tetap dapat dijalankan, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi dan komplikasi yang terjadi. Senam nifas dapat dilakukan setelah enam jam persalinan normal (Mellyna, 2003). Pada mereka yang melahirkan secara caesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi dapat dilatih pernapasan yang sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka. Latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah ditungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur (Widianti, 2010).

Dalam penelitian Larson dan kawan-kawan pada tahun 2002 yang melakukan survey secara acak tentang efek senam nifas bagi ibu nifas pada 1003 wanita Amerika mengaku setelah mengikuti program senam nifas dengan latihan yang teratur mengalami pengerutan pada rahim yang lebih kuat, selain itu juga mengalami penurunan pada berat badan selama enam minggu setelah melahirkan.


(17)

Dan dalam studi dari 1432 ibu nifas di Swedia yang melakukan senam nifas ditemukan bahwa mayoritas (71 %) wanita tersebut mengalami metabolisme tubuh yang lancar, dan pemulihan fisik yang lebih cepat (Larson, 2002).

Penelitian Emily (2010) menyatakan bahwa senam nifas sangat efektif dalam meningkatkan kesejahteraan ibu dan dapat mengurangi masalah jangka panjang pada masa nifas

Hammer (2000) juga menyatakan bahwa dengan adanya program latihan selama post partum dapat memperkuat pemulihan otot yang terbebani selama hamil dan persalinan, serta meningkatkan kesehatan dan kebugaran ibu post partum. Kesimpulan dari analisis yang dilakukan Hammer menggambarkan bahwa program latihan yang dilaksanakan pada masa nifas akan memulihkan hampir seluruh organ tubuh dan proses involusi sangat jelas terlihat pada alat-alat kandungan.

Penelitian Surtiati dan Nawati (2010) dalam Rullynil, Ermawati, dan Evareny (2014) menyebutkan senam nifas yang dilakukan pada ibu post partum berpengaruh terhadap pemulihan fisik sembilan kali lebih baik pada ibu yang diberi intervensi senam nifas dibandingkan dengan ibu yang tidak diberikan intervensi senam nifas. Latihan fisik berupa senam nifas pada masa post partum berpengaruh terhadap pemulihan fisik ibu post partum lebih cepat.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwaningrum (2011) tentang Pengaruh Senam Nifas Kecepatan Penurunan Tinggi Fundus Uteri pada Ibu Post Partuni Primipara Hari 1-5 di Puskesmas Mergangsan Malang didapatkan hasil pada kelompok intervensi sebelum dilakukan senam nifas rata-rata TFU adalah 11,75 cm dengan standar deviasi 0,67 cm. setelah dilakukan senam nifas diperoleh


(18)

rata-rata TFU adalah 7,35 cm dengan standar deviasi 0,67 cm. Nilai rata-rata perbedaan antara pengukuran pertama dan pengukuran kedua adalah 4,4 cm dengan standar, deviasi 10,67 cm. Maka dapat disimpulkan ada pengaruh senam nifas terhadap invulusi uterus, yaitu perbedaan yang signifikan pada TFU sebelum dan setelah dilakukan senam nifas.

Penelitian Nisa (2014) juga mengatakan bahwa setelah dilakukan senam nifas pada 10 ibu nifas diperoleh hasil yang signifikan, hasil uji pengaruh dengan

wilcoxon dapat diperoleh nilai p=0,003 dengan p<0,05 maka dapat disimpulkan

ada pengaruh yang signifikan pemberian senam nifas terhadap kekuatan otot perut pada ibu yang melahirkan secara sectio caesaria.

Berdasarkan survei peneliti saat dinas di ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan yakni mulai tanggal 12 Januari sampai dengan 18 januari 2015 belum ada dilakukan senam nifas pada ibu-ibu nifas di ruangan tersebut, sehingga aplikasi asuhan keperawatan yang diberikan kurang efektif untuk mencegah komplikasi yang mungkin terjadi.

Berdasarkan fenomena-fenomena di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat masalah ini dalam membuat praktika senior dengan judul “Senam nifas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu nifas di Ruang Tanjung II

RSUD Dr. Pirngadi Medan”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penulisan praktika senior ini adalah mengaplikasikan senam nifas dalam


(19)

pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan praktika senior ini adalah :

3.1 Tujuan umum

Untuk melakukan aplikasi senam nifas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan.

3.2 Tujuan khusus

a. Menerapkan senam nifas di Ruang Tanjung II RSUD Dr. Pirngadi Medan. b. Menganalisis respon ibu nifas terhadap senam nifas yang diberikan.

4. Manfaat

Hasil praktika senior ini diharapkan bermanfaat bagi:

4.1Bidang keperawatan

Meningkatkan asuhan keperawatan pada ibu nifas. Memberikan pelayanan kesehatan berupa asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan keperawatan.

4.2Bagi ibu nifas

Sebagai sumber informasi dan menambah wawasan kepada ibu nifas yaitu agar ibu nifas mengetahui manfaat dan tata cara melakukan senam nifas.


(20)

4.3Bagi institusi rumah sakit

Untuk lebih meningkatkan promosi kesehatan kepada ibu nifas seperti mengupayakan pengaplikasian senam nifas pada ibu nifas karena bermanfaat dalam proses nifas dan setelah masa nifas.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Nifas

1.1Pengertian

Masa nifas disebut juga masa postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dalam rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2008).

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati & Wulandari, 2009).

Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Proses pemulihan kesehatan pada masa nifas merupakan hal yang sangat penting bagi ibu setelah melahirkan, sebab selama masa kehamilan dan persalinan terjadi perubahan fisik, terutama organ reproduksi (Bobak, 2004).

1.2 Tahapan masa nifas

Menurut Sulistiawati (2009) ada 3 tahapan masa nifas yaitu: 1) Periode immediate postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu perawat dan bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah dan suhu.


(22)

2) Periode early postpartum (24 jam-1 minggu)

Pada fase ini perawat dan bidan memastikan involusi uteri dalam keadaan normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan cairan dan makanan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

3) Periode late postpartum (1 minggu-5 minggu)

Pada periode ini perawat dan bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta konseling KB.

1.3 Perubahan fisiologis pada masa nifas

Pada masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologi, meliputi :

1) Uterus

Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya mengecil lebih dari setengahnya. Uterus akan tetap sama ukurannya sampai sekitar dua hari, kemudian berkurang dan turun sekitar 1 cm per hari (Stright, 2005). Pada akhir tahap ke tiga persalinan, uterus berada di garis tengah, kira-kira 2 cm di bawah umbilikus dengan bagian fundus bersandar pada promontorium sakralis. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus uteri mencapai kurang lebih 1 cm di atas umbilikus. Beberapa hari kemudian, perubahan involusio berlangsung dengan cepat, fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari ke enam fundus normal akan berada di pertengahan antara umbilikus dan simfisis pubis, dan di hari ke 9 abdomen tidak dapat dipalpasi (Bobak, et al. 2005). Dalam 10 hari hingga 2 minggu letak uterus akan kembali ke rongga pelvis. Otot tetap


(23)

berkontraksi untuk menjepit pembuluh darah pada bagian perlekatan plasenta, untuk mencegah perdarahan (Ladewing, London, Olds, 2006).

Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana uterus kembali ke bentuk sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos uterus.

Tabel 2.1 : Tinggi fundus uterus dan berat uterus menurut masa

Involusi Tinggi fundus uterus Berat uterus

Bayi lahir Uri Lahir 1 Minggu 2 Minggu 6 Minggu 8 Minggu

Setinggi pusat 2 jari di bawah pusat Pertengahan pusat simpisis Tidak teraba diatas simfisis Bertambah kecil

Sebesar normal

1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram

Sumber: Mochtar (1999)

Faktor-faktor yang mempengaruhi involusio uteri adalah kontraksi uterus. Pada ibu yang menyusui involusio uteri terjadi lebih cepat, karena inisiasi menyusui dan pengisapan puting pada payudara oleh bayi pada awal masa nifas memperkuat stimulasi pengeluaran oksitosin, sehingga hormon oksitosin merangsang kontraksi miometrium, dan juga membantu pengosongan rongga uterus. Sedangkan pada ibu yang menjalani persalinan seksio sesarea mengalami involusi uteri yang lebih lambat karena pengaruh dari anastesi (Bobak, et al., 2005).

Pemeriksaan uterus meliputi mencatat lokasi, ukuran, dan konsistensi antara lain:

a) Penentuan lokasi uterus, dilakukan dengan mencatat apakah fundus berada diatas atau dibawah umbilikus dan apakah fundus berada digaris tengah abdomen /bergeser ke salah satu sisi.


(24)

b) Penentuan ukuran uterus, dilakukan melalui palpasi dan mengukur TFU pada puncak fundus dengan jumlah lebar jari dari umbilikus atas atau bawah.

c) Penentuan konsistensi uterus, ada 2 ciri konsistensi uterus yaitu uterus keras teraba sekeras batu dan uterus lunak dapat dilakukan, terasa mengeras dibawah jari-jari ketika tangan melakukan masasse pada uterus (Varney, 2002).

2) Serviks

Setelah persalinan bentuk serviks akan menganga seperti corong. Hal ini disebabkan oleh korpus uteri yang berkontraksi sedangkan serviks tidak berkontraksi. Warna serviks berubah menjadi merah kehitaman karena mengandung banyak pembuluh darah dengan konsistensi lunak. Perubahan pada serviks adalah menjadi sangat lembek, kendur dan terkulai. Segera setelah janin dilahirkan, serviks masih dapat dilewati oleh tangan pemeriksa. Setelah 2 jam persalinan serviks hanya dapat dilewati oleh 2 – 3 jari dan setelah 1 minggu persalinan hanya dapat dilewati oleh 1 jari. Dan pada minggu keenam persalinan serviks menutup (Ambarwati & Wulandari, 2009).

3) Vulva dan Vagina

Menurut Maryunani (2009) pada sekitar minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae. Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap seperti ukuran sebelum hamil pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah melahirkan. Hormon estrogen sangat berperan setelah melahirkan dalam penebalan mukosa vagina dan pembentukan rugae kembali. Seperti halnya dengan vagina seberapa hari pertama sesudah proses melahirkan vulva tetap dalam


(25)

keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva akan kembali kepada keadaan tidak hamil dan labia menjadi menonjol.

4) Lokhea

Menurut Maryunani (2009) lokhea adalah darah atau cairan yang keluar dari vagina selama masa nifas.

a) Lokhea Rubra,

Merupakan cairan bercampur darah, sisa-sisa penebalan dinding rahim (desidua), dan sisa-sisa penanaman plasenta (selaput ketuban). Lokhea rubra berwarna kemerah-merahan dan keluar sampai hari ke-3 atau ke-4.

b) Lokhea serosa

lokhea ini mengandung cairan darah dengan jumlah darah yang lebih sedikit dan lebih banyak mengandung serum dan lekosit, serta robekan plasenta. Lokhea serosa berwarna kecoklatan atau kekuning-kuningan dan keluar dari hari ke-5 sampai ke-9.

d) Lokhea alba

lokhea alba terdiri dari leukosit, lender serviks, dan jaringan-jaringan mati yang lepas dalam proses penyembuhan. Lokhea alba berwarna lebih pucat, putih kekuning-kuningan dan keluar selama 2-3 mingu.

Jika terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah dan berbau busuk, lokhea ini disebut lokhea purulenta (Mochtar, 1999)

5) Payudara

Selama hamil, payudara disiapkan untuk laktasi (hormon estrogen dan progesteron), kolostrum, cairan payudara yang keluar sebelum produksi susu terjadi pada trimester III dan minggu I postpartum. Pembesaran mammae terjadi


(26)

dengan adanya penambahan sistem vaskuler dan limfatik sekitar mammae. Mammae menjadi besar, mengeras, dan sakit bila disentuh. Sementara itu, konsentrasi hormon (estrogen, progesteron, human chorionic gonadotropin, prolaktin, kortisol, dan insulin) yang menstimulasi perkembangan payudara selama hamil menurun dengan cepat setelah bayi lahir. Waktu yang dibutuhkan hormon-hormon ini untuk kembali ke kadar sebelum hamil sebagian ditentukan oleh apakah ibu menyusui atau tidak (Bobak, 1995 dalam Maryunani, 2009). 6) Tanda – tanda Vital (TTV)

Menurut Ambarwati & Wulandari (2009) perubahan fisiologis yang terjadi pada tanda-tanda vital selama masa nifas adalah sebagai berikut: (a) Suhu Tubuh, setelah proses persalinan, suhu tubuh dapat meningkat sekitar 0,5° Celcius dari keadaan normal (36°C – 37,5°C) namun tidak lebih dari 38°C. Hal ini disebabkan karena meningkatnya metabolisme tubuh pada saat proses persalinan. Setelah 12 jam post partum, suhu tubuh yang meningkat tadi akan kembali seperti keadaan semula. Bila suhu tubuh tidak kembali normal atau semakin meningkat, maka perlu dicurigai terhadap terjadinya infeksi. Pada hari ketiga suhu badan akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau sistem lain. (b) Nadi, denyut nadi normal bekisar 60 – 80 kali/menit. Pada saat proses persalinan denyut nadi akan mengalami sedikit peningkatan. Setelah proses persalinan selesai frekwensi denyut nadi dapat sedikit lambat. Pada masa nifas biasanya denyut nadi akan kembali normal. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.


(27)

(c) Tekanan Darah, tekanan darah untuk systole berkisar antara 110 – 140 mmHg dan untuk diastole antara 60 – 80 mmHg. Setelah partus, tekanan darah dapat sedikit lebih rendah dibandingkan pada saat hamil karena terjadinya perdarahan pada proses persalinan. Bila tekanan darah mengalami peningkatan lebih dari 30 mmHg pada systole atau lebih dari 15 mmHg pada diastole perlu dicurigai timbulnya hipertensi atau preeklamsi post partum. (d) Pernafasan, frekwensi pernafasan normal berkisar antara 18 – 24 kali/menit. Pada saat partus frekwensi pernafasan akan meningkat karena kebutuhan oksigen yang tinggi untuk tenaga ibu meneran/mengejan dan mempertahankan agar persediaan oksigen ke janin tetap terpenuhi. Setelah proses persalinan, frekwensi pernafasan akan kembali normal. Keadaan pernafasan biasanya berhubungan dengan suhu dan denyut nadi. 7) Hormon

Sekitar 1 – 2 minggu sebelum partus dimulai, hormon estrogen dan progesteron akan menurun dan terjadi peningkatan hormon prolaktin dan prostaglandin. Hormon prolaktin akan merangsang pembentukan air susu pada kelenjar mamae sedangkan hormon prostaglandin memicu sekresi oksitosin yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus.

8) Sistem Peredaran Darah (Kardiovaskuler)

Setelah janin dilahirkan, hubungan sirkulasi darah ibu dengan sirkulasi darah janin akan terputus sehingga volume darah ibu relatif akan meningkat. Keadaan ini terjadi secara cepat dan mengakibatkan beban kerja jantung sedikit meningkat. Namun hal tersebut segera diatasi oleh sistem homeostatis tubuh dengan mekanisme kompensasi berupa timbulnya hemokonsentrasi sehingga


(28)

volume darah akan kembali normal. Umumnya hal ini terjadi pada hari ketiga sampai lima hari post partum (Ambarwati & Wulandari, 2009).

9) Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan colon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu persalinan, kurang makan, haemorroid, laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang mengandung serat, dan pemberian cairan yang cukup. Apabila tidak berhasil dalam waktu 2-3 hari dapat ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau diberikan obat laksatif yang lain (Ambarwati & Wulandari, 2009).

10)Sistem Perkemihan

Menurut Ambarwati & Wulandari (2009) hendaknya buang air kecil dapat dilakukan sendiri secepatnya. Kadang-kadang puerperium mengalami sulit buang air kecil karena spingter uretra ditekan oleh kepala janin dan spasme oleh iritasi musculus spingter ani selama persalinan, juga oleh karena adanya oedema kandung kemih yang terjadi selama persalinan.kadang- kadang oedema dari trigonium menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga sering terjadi distensi kandung kemih. Adanya distensi kandung kemih yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik.

11)Sistem Integumen.

Penurunan melanin setelah persalinan menyebabkan berkurangnya hiperpigmentasi kulit. hiperpigmentasi pada areola mammae dan linea nigra


(29)

mungkin menghilang sempurna setelah melahirkan (Maryunani & Sukaryati, 2011)

12)Sistem Muskuloskeletal

Setelah proses persalinan selesai, dinding perut akan menjadi lembek, lemah, dan kendor selama beberapa minggu akibat peregangan yang begitu lama selama hamil. Ambulasi dini dan senam nifas sangat dianjurkan untuk mengatasi hal tersebut (Maryunani dan Sukaryati, 2011)

2. Senam Nifas 2.1 Defenisi

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu setelah melahirkan yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan sirkulasi ibu pada masa nifas, serta membantu proses involusio uteri (Brayshaw, 2008).

Senam nifas adalah senam yang dilakukan ibu nifas secara mandiri yaitu berupa latihan kegel panggul untuk memperkuat tonus otot yang hilang karena jaringan panggul meregang selama ibu hamil dan melahirkan (Bobak, et al.2005). Senam nifas adalah suatu latihan yang sederhana di rumah sakit, dan melanjutkan di rumah yang bertujuan menolong dalam meningkatkan tonus otot, mengurangi berat badan pada masa nifas, dan membantu mencegah konstipasi (Ladewing, London, Olds, 2006).

Senam nifas adalah senam kesegaran jasmani setelah persalinan yang bertujuan untuk mengecilkan dan megencangkan otot perut, serta mengembalikan ukuran liang senggama (Manuaba, 1999).


(30)

Senam nifas adalah olahraga pemulihan pada masa nifas yang berfungsi untuk menguatkan otot dasar pelvis dan juga dapat membantu mengurangi depresi (Varney, 2002).

Senam nifas dapat dilakukan oleh semua ibu yang telah melahirkan secara normal tanpa ada komplikasi. Jika ada tindakan atau komplikasi senam nifas masih tetap dapat dijalankan, tetapi perlu disesuaikan dengan kondisi dan komplikasi yang terjadi. Senam nifas dapat dilakukan setelah enam jam persalinan normal (Mellyna, 2003). Pada mereka yang melahirkan secara caesar, beberapa jam setelah keluar dari kamar operasi dapat dilatih pernapasan yang sehingga dapat mempercepat penyembuhan luka. Latihan untuk mengencangkan otot perut dan melancarkan sirkulasi darah ditungkai baru dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat bangun dari tempat tidur (Widianti, 2010).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kehamilan aterm (bukan prematur atau postmatur), mempunyai omset yang spontan (tidak di induksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam sejak saat awitannya (bukan partus presipitatus atau partus lama), mempunyai janin (tunggal) dengan persentasi verteks (puncak kepala) dan oksiput pada bagian anterior pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forseps), tidak mencakup komplikasi (seperti perdarahan hebat), mencakup kelahiran plasenta yang normal (Forrer, 2001).

Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut atau vagina atau seksio sesarea adalah suatu histerektomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim;


(31)

seksio adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan dinding uterus (Liewellyn, 2001).

Ibu yang mengalami seksio sesarea dengan adanya luka di perut sehingga harus dirawat dengan baik untuk mencegah kemungkinan timbulnya infeksi. Ibu juga akan membatasi pergerakan tubuhnya karena adanya luka operasi sehingga proses penyembuhan luka dan pengeluaran cairan atau bekuan darah kotor dari rahim ibu ikut terpengaruh (Bobak, 2004).

Dewasa ini semakin banyak dokter dan tenaga medis yang menganjurkan pasien yang baru melahirkan dengan operasi agar segera menggerakkan tubuhnya. Dokter kandungan menganjurkan pasien yang mengalami operasi sesarea untuk tidak berdiam diri di tempat tidur tetapi harus menggerakkan badan. (Kasdu, 2003).

Pada persalinan secio caesarea otot perut akan dipisahkan. Anda perlu membuat otot itu bekerja kembali jika Anda ingin mempunyai perut yang langsing. Ketika Anda mulai melakukan senam, perut Anda akan terasa tegang dan tampaknya mungkin Anda seperti menarik luka parut Anda. Ini normal tetapi Anda harus menghentikan senam tersebut jika Anda mulai merasa sakit. Coba lakukan senam yang lebih lembut lain waktu. Makin cepat Anda menggunakan otot-otot ini makin baik, sepanjang Anda melakukannya secara bertahap (Duffett & Smith, 1995)

2.2 Tujuan senam nifas

Tujuan senam nifas antara lain untuk mencegah atau meminimalkan komplikasi pascapartum, meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvic, jaringan perineal, dan perineal, membantu pemulihan fungsi tubuh normal,


(32)

meningkatkan pemahaman terhadap perubahan-perubahan fisiologis dan psikologi, melancarkan sirkulasi darah sehingga dapat terhindar dari infeksi masa nifas (Mochtar, 1999).

Maryuni dan Sukaryati (2011) mengatakan tujuan dari senam nifas adalah mengembalikan rahim pada posisi semula, memperbaiki elastisitas otot yang telah mulur, meningkatkan gairah hidup, mencegah kesulitan buang air besar atau buang air kecil, memperlancar keluarnya ASI, memperlancar sirkulasi darah, mengembalikan kerampingan, dan mencegah varises.

2.3. Manfaat senam nifas

Beberapa manfaat senam nifas secara umum adalah membantu penyembuhan rahim, perut, dan otot pinggul yang mengalami trauma serta mempercepat kembalinya bagian-bagian tersebut ke bentuk normal, membantu menormalkan sendi-sendi yang menjadi longgar akibat kehamilan dan persalinan serta mencegah pelemahan dan peregangan lebih lanjut, mengahasilkan manfaat psikologis, menambah kemampuan menghadapi stress dan bersantai sehingga mengurangi depresi masa nifas.

Selain itu manfaat khusus latihan perineal pada senam nifas adalah mampu menghindari terjadinya mengompol akibat stress, mencegah turunnya organ-organ pinggul, mengatasi masalah seksual. Dan manfaat khusus latihan perut pada senam nifas adalah mengurangi resiko sakit punggung dan pinggang, mengurangi varises vena, mengurangi edema (pembengkakan akibat tertahannya air) di kaki, mengatasi kram kaki, mencegah pembentukan gumpalan darah dalam vena (thrombi), memperlancar peredaran darah (Danuatmaja & Meilisari, 2003).


(33)

2.4 Kontra indikasi senam nifas

Ibu yang menderita anemia tidak diperbolehkan untuk melakukan senam nifas. Demikian juga ibu yang mempunyai kelainan seperti jantung dan paru-paru (Maryunani & Sukaryati, 2011).

2.5 Kerugian tidak melakukan senam nifas

Menurut Maryunani dan Sukaryati (2011) kerugian bila tidak dilakukan senam nifas antara lain: infeksi karena involusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah tidak dapat dikeluarkan, terjadi perdarahan yang abnormal karena kontraksi uterus yang tidak baik, trombosis vena (sumbatan vena oleh bekuan darah), dan timbul varises.

2.6. Tata cara melakukan senam nifas

Maryunani dan Sukaryati (2011) mengatakan sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya petugas kesehatan mengajarkan kepada ibu untuk melakukan pemanasan terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak - gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot selama melakukan gerakan senam nifas.

Persiapan senam nifas

Sebelum melakukan senam nifas ada hal-hal yang perlu dipersiapkan yaitu sebagai berikut:

1) Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga. 2) Persiapkan minum, sebaiknya air putih.


(34)

4) Ibu yang melakukan senam nifas di rumah sebaiknya mengecek denyut nadinya dengan memegang pergelangan tangan dan merasakan adanya denyut nadi kemudian hitung selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60 - 90 kali per menit.

5) Boleh diiringi dengan musik yang menyenangkan jika ibu menginginkan. 6) Petunjuk untuk bidan/tenaga kesehatan yang mendampingi ibu untuk

melakukan senam nifas: perhatikan keadaan umum ibu dan keluhan – keluhan yang dirasakan, pastikan tidak ada kontra indikasi dan periksa tanda vital secara lengkap untuk memastikan pulihnya kondisi ibu yaitu tekanan darah, suhu pernafasan, dan nadi. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam. Tidak perlu memaksakan ibu, jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan.

Berikut adalah gerakan senam nifas secara bertahap: (Nurjanah, 2013 dalam Saraswati, 2014 )

Hari pertama

Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di bawah area iga – iga. Tarik napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali hitungan pada pagi dan sore hari.


(35)

Rasional :

Latihan pernafasan ini ditujukan untuk memperlancar peredaran darah dan pernafasan. Seluruh organ-organ tubuh akan teroksigenasi dengan baik sehingga hal ini juga akan membantu proses pemulihan tubuh.

Hari kedua

Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Gambar 2.2 : Gerakan Senam Hari Kedua

Rasional :

Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan kembali otot-otot lengan.

Hari ketiga

Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6 kali dalam latihan pagi dan sore.


(36)

Gambar 2.3 : Gerakan Senam Hari Ketiga

Rasional :

Latihan ini di tujukan untuk menguatkan kembali otot - otot dasar panggul yang sebelumnya otot-otot ini bekerja dengan keras selama kehamilan dan persalinan.

Hari keempat

Berbaring lutut ditekuk. Kontraksikan/ kencangkan otot – otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot – otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Gambar 2.4 : Gerakan Senam Hari Keempat

Rasional :

Latihan ini di tujukan untuk memulihakan dan menguatkan kembali otot-otot punggung.


(37)

Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Gambar 2.5 : Gerakan Senam Hari Kelima

Rasional :

Latihan ini bertujuan untuk melatih sekaligus otot-otot tubuh diantaranya otot-otot punggung, otot-otot bagian perut, dan otot-otot paha.

Hari keenam

Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi dan sore hari.


(38)

Gambar 2.6 : Gerakan Senam Hari Keenam

Rasional :

Latihan ini ditujukan untuk menguatkan otot-otot di kaki yang selama kehamilan menyangga beban yang berat. Selain itu untuk memperlancar sirkulasi di daerah kaki sehingga mengurangi resiko edema kaki.

Hari ketujuh

Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan meregangkan, selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji. Lakukan gerakan ini masing – masing selama setengah menit dengan 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.


(39)

Gambar 2.7 : Gerakan Senam Hari Ketujuh

Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang ditekuk ke belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksa.

Rasional :

Menguatkan otot-otot di kaki dan memperlancar sirkulasi sehingga mengurangi resiko edema kaki.


(40)

BAB 3

APLIKASI METODA/ IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini penulis akan menguraikan pengkajian, diagnosis, dan perencanaan keperawatan dengan pengelolaan studi kasus pengaplikasian senam nifas dalam pelaksanaan asuhan keperawatan pada ibu nifas di ruang Tanjung 2 RSUD dr. Pirngadi Medan.

1. Studi Kasus Klien Pertama (1) 1.1 Pengkajian keperawatan

1.1.1 Identitas klien dan penanggung jawab a. Identitas klien

Nama : Ny. S

Umur : 35 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Alamat : Pasar X, Tembung

Diagnosis Medik : Post SC a/i previous SC dan hipertensi + NH4

Tanggal Masuk : 05 Juli 2015, Jam : 16.00 WIB Tanggal Pengkajian : 09 Juli 2015, Jam : 09.00 WIB b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. E

Umur : 47 Tahun


(41)

Pendidikan : SMA Hubungan dengan klien : Suami 1.1.2 Pengkajian Awal

a. Riwayat Persalinan

Persalinan anak pertama dilakukan secara normal dan ditolong oleh seorang bidan di klinik persalinan. Anak pertama klien adalah laki-laki (15 tahun). Persalinan anak kedua dilakukan secara operasi sectio caesarea karena letak janin sungsang, anak kedua adalah perempuan (12 tahun). Pada kehamilan yang ketiga ini, ketika klien memeriksakan kehamilannya ke rumah sakit, klien telah hamil 36 minggu, G3 P2 A0. Ternyata air ketuban sudah menyusut namun belum ada tanda-tanda melahirkan, sehingga pada hari minggu sore klien masuk ke IGD rumah sakit Pirngadi Medan. Pada malam hari tepatnya pukul 22.00 Wib dilakukan proses operasi sectio caesarea pada klien dengan pertimbangan riwayat operasi sectio caesarea sebelumnya, air ketuban yang sudah menyusut, dan peningkatan tekanan darah klien (160/100 mmHg). Klien melahirkan bayinya pada pukul 22.30 Wib, dengan jenis kelamin bayi laki-laki, BB 3000 gram dan TB 42 cm. Klien dipindahkan keruangan rawat Tanjung II pada pukul 04.00 Wib. b. Keadaan Umum

Keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis (CM), ekspresi wajah klien juga ceria terutama saat menyusui bayinya, warna kulit klien kuning langsat dan tidak terlihat tanda-tanda


(42)

kelelahan. Tanda-tanda vital: TD: 130/100 mmHg, RR: 20x/menit, HR: 80x/menit, dan T: 36,7 oC.

c. Kepala

Bentuk kepala klien simetris, kulit kepala terlihat berminyak, tidak ada lesi/luka dikepala, rambut berwarna hitam lurus, dan bersih. Mata: kedua mata simetris, konjungtiva mata berwarna pink (tidak anemis), dan tidak terdapat ikterik, pupil isokor. Hidung: bersih, septum nasi berada ditengah, tidak ada sekret, tidak ada pernafasan cuping hidung. Telinga: bersih, tidak ada sekret/serumen, mulut: mukosa mulut lembab, berwarna pink (tidak pucat).

d. Thoraks dan Dada

Dada simetris, tidak ada bekas luka/lesi ditemukan pada dada. Payudara simetris kiri dan kanan, payudara keras, aerola berpigmentasi, hangat, dan putting susu menonjol. Klien mengatakan ASI banyak dan melimpah pada kedua payudara. ASI keluar pada hari kedua setelah persalinan.

e. Abdomen

Pada abdomen didapat bekas luka operasi section dengan jenis sayatan longitudinal linea mediana (memanjang di garis tengah tubuh)

f. Ekstremitas Bawah

Ekstremitas bawah simetris kiri dan kanan, tidak terdapat edema, tidak terdapat varises. Ibu sudah mampu melakukan


(43)

ambulasi seperti duduk dan berjalan kekamar mandi dengan mandiri.

g. Perineum

Pada daerah perineum tidak terdapat kelainan. Klien mengatakan mengganti duk/pembalut 2-3 x setiap hari. Lokhea yang dikeluarkan sudah sedikit-sedikit dan berwarna merah muda. h. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Klien mengatakan sudah mampu melakukan mobilisasi duduk di tempat tidur pada hari kedua setelah operasi, dan mampu berjalan kekamar mandi mulai hari ketiga, rasa sakit bekas luka operasi tidak dirasakan lagi oleh klien, hanya terasa nyeri jika klien batuk. Klien tidak mengalami kesulitan saat istirahat atau menyusui bayinya. Klien juga mengatakan tidak ada masalah dengan nafsu makan, klien makan tiga kali sehari dan selalu habis. Klien mengatakan BAB pertama kali pada hari kedua setelah operasi, dan tidak ada masalah seperti konstipasi.

i. Adaptasi Psikologis

Klien mengatakan sangat bahagia atas kelahiran anak ketiganya dengan selamat dan sehat, klien juga mengatakan akan memberikan ASI ekslusif pada bayinya.


(44)

1.1.3 Pengkajian lanjutan

Penilaian Tanggal dan Waktu

09-07-15 10-07-15

Pagi Sore

Kulit Warna

(normal, pucat, sianosis, kemerahan)

Warna kulit normal kuning langsat, tidak ada sianosis, suhu hangat, T:36, 7, keadaan kulit lembab dan kondisi luka bekas operasi sedikit basah

Warna kulit normal kuning langsat, tidak ada sianosis, suhu hangat, T:36, 5, keadaan kulit lembab dan kondisi luka bekas operasi baik, luka kering

Suhu

Hangat, panas, dingin Kelembaban

Kering, basah, lembab, berkeringat Kondisi tempat IV

Paten, macet, tanda infeksi

Mamae Kondisi lembut, berisi, penuh, bengkak, merah, nyeri

Kondisi payudara ibu lembut, tidak ada kemerahan, tampak berisi ASI, tidak ada nyeri, ASI banyak

Kondisi payudara ibu lembut, berisi, produksi ASI lancar

Puting normal, datar, masuk ke dalam Merah, nyeri, pecah, lecet

Putting susu ibu menonjol, aerola berwarna kehitaman, dan tidak ada lecet, nyeri, atau kemerahan

Putting susu ibu menonjol, areola berwarna kehitaman, tidak ditemukan adanya lecet, nyeri, atau kemerahan

Uterus Tinggi Tidak dikaji Tidak dikaji

Posisi

Midline, kanan umbilikus, kiri umbilikus

Tidak dikaji Tidak dikaji

Konsistensi

Kenyal, lembut, kenyal dengan massage

Tidak dikaji Tidak dikaji

Lokhea Warna

Rubra, serosa, alba

Rubra Serosa

Jumlah

Waktu ganti duk

± 20 -40 cc 2-3x ganti

± 10-30 cc 1-2x ganti

Luas duk yang basah Seperempat Seperempat

Bau + = ada 0 = tidak ada

0 0


(45)

Utuh, bengkak, edema, hematom, bersih, kotor

ada luka episiotomi. Hemoroid tidak ada (0) Tidak ada luka episiotomi. Hemoroid tidak ada (0)

Episiotomi

N= bersih, kering, menyatu, edema, pengeluaran, kemerahan

Hemoroid + = ada 0 = tidak ada

Edema, lembut, nyeri

Kardio vakular

Edema

+1: edema minimal pada area pedal & pretibial

+2: edema ditandai pada ekstremitas bawah dan tangan

+3: edema terdapat pada wajah, dinding abdomen bawah dan sacrum

+4: edema anasarka

Tidak ada edema Tidak ada edema

Homan’s sign kiri dan kanan

0 = negatif + = positif

Tidak dikaji Tidak dikaji

Hipotensi ortostatik

√ = +

0 = -

Tidak ada hipotensi ortostatik (0) Tidak ada hipotensi ortostatik (0)

Vital sign TD: RR: HR: T: 130/100 mmhg 20x/i 80x/i 36,7 oc

120/90 mmhg 20x/i

80x/i 36, 5oc

Status Emosional

Tenang, cemas, gelisah, takut, bermusuhan, depresi, labil, afek datar

Ibu tampak tenang, santai, dan bersikap positif jika diajak berbicara

Ibu tampak tenang dan bersikap kooperatif dan antusias saat diajak berbicara

Aktifitas Ditempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu

Hygiene Mandi dengan waslap di tempat tidur Mandi guyur

Mandi guyur dan sedikit di lap dengan kain basah dengan tetap menjaga bekas luka operasi

Mandi guyur dan sedikit di lap dengan kain basah dengan tetap menjaga bekas luka


(46)

agar tidak basah operasi agar tidak basah

Diet Nafsu makan

Puasa, baik, cukup, tidak ada

Nafsu makan ibu baik, tidak ada pembatasan makanan

Nafsu makan ibu baik, tidak ada pembatasan makanan

Tipe

Cairan jernih, MI, MII, MB

MB MB

Eliminasi Feses Konsistensi

Waktu BAB/frekuensi

Sudah BAB sejak hari kedua post SC BAB lancar 1x pada pagi hari

Urin

Waktu pengosongan, jumlah + = spontan

0 = tindakan kateter

BAK normal dan spontan, Kateter dilepas pada hari kedua post SC

BAK normal tidak ada kateter dan spontan

Terapi medis Amoxillin Tab 500mg (3x1)

Asam Mefenamat Tab 500mg (3x1) B.Com Tab (2x1)

Amoxillin Tab 500mg (3x1) Asam Mefenamat Tab 500mg (3x1) B.Com Tab (2x1)


(47)

Analisis Data

No Data Objektif/Subjektif Etiologi Masalah

1. Data Subjektif:

- Klien mengatakan belum pernah diajarkan senam nifas padahal ini adalah ketiga kalinya ia melahirkan

- Klien mengatakan biasanya klien

meminum jamu untuk

mengecilkan perutnya dan

mempercepat proses pemulihannya saat nifas bukan melakukan senam - Klien mengatakan ingin diajarkan

senam nifas agar tubuhnya cepat pulih

Data objektif: - K.U: Baik - Nyeri (-)

- TTV: TD: 130/100 mmhg, RR: 20x/I, HR: 80x/I, T: 36,7 oc - Lokhea: Rubra

- TFU: tidak dikaji karena jenis sayatan sc: longitudinal linea mediana (memanjang di garis tengah tubuh)

Persalinan dengan section caesarea

Kelahiran anak ke-3 (G3P3A0) Masa nifas hari ke-4 Kurangnya sumber-sumber informasi tentang senam nifas

Defisit Pengetahuan: Senam Nifas

1.2 Diagnosis Keperawatan

Adapun diagnosis keperawatan berdasarkan data diatas adalah:

‘’Defisit pengetahuan: senam nifas berhubungan dengan kurangnya sumber -sumber informasi tentang senam nifas ditandai dengan klien mengatakan belum pernah diajarkan senam nifas padahal ini adalah ketiga kalinya ia melahirkan, klien mengatakan biasanya klien meminum jamu untuk mengecilkan perutnya dan mempercepat proses pemulihannya saat nifas bukan melakukan senam, klien mengatakan ingin diajarkan senam nifas agar tubuhnya cepat pulih, klien mengatakan tidak lagi merasakan nyeri pada luka bekas operasinya, K.U klien: baik, TTV: TD: 130/100 mmHg, RR: 20x/I, HR: 80x/I, T: 36,7 oC, lokhea: rubra, TFU: tidak dikaji karena jenis sayatan sc: longitudinal linea mediana (memanjang di garis tengah tubuh)’’


(48)

1.3 Perencanaan Keperawatan

Diagnosis Keperawatan Tujuan/Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan Rasional

Defisit pengetahuan: senam nifas berhubungan dengan kurangnya sumber-sumber informasi tentang senam nifas

ditandai dengan klien

mengatakan belum pernah

diajarkan senam nifas

padahal ini adalah ketiga kalinya ia melahirkan, klien mengatakan biasanya klien

meminum jamu untuk

mengecilkan perutnya dan

mempercepat proses

pemulihannya saat nifas bukan melakukan senam, klien mengatakan ingin diajarkan senam nifas agar tubuhnya cepat pulih, klien

mengatakan tidak lagi

merasakan nyeri pada luka bekas operasinya, K.U klien: baik, TTV: TD: 130/100 mmHg, RR: 20x/I, HR: 80x/I, T: 36,7 oC, lokhea: rubra, TFU: tidak dikaji karena jenis sayatan sc: longitudinal linea mediana (memanjang di garis tengah tubuh)

Tujuan:

Setelah dilakukan aplikasi senam nifas diharapkan

pengetahuan klien tentang senam nifas

bertambah dengan

kriteria hasil:

- klien akan

mengatakan sudah memahami tentang senam nifas - klien akan mampu

melakukan senam

nifas sesuai

dengan yang

diajarkan

- klien akan

mengatakan merasa rileks dan nyaman

- nyeri tidak terjadi - TTV dalam batas

normal

- jenis lokhea sesuai dengan hari nifas

- TFU sesuai

dengan hari nifas

1. Kaji keadaan umum klien

2. Kaji ada/ tidak komplikasi persalinan 3. Kaji ada/ tidak nyeri

4. Kaji jenis lokhea dan TFU sesuai dengan hari nifas

5. Ukur tanda-tanda vital klien

6. Ajarkan gerakan-gerakan senam nifas pada klien dan keluarga

7. Kaji pengetahuan dan kemampuan klien tentang senam nifas yang sudah diajarkan

8. Anjurkan keluarga membantu klien untuk melakukan senam nifas setiap pagi dan sore hari

9. Ajarkan klien dan keluarga cara menghitung denyut nadi dan mengukur suhu tubuh

10. Ingatkan klien dan keluarga bahwa tidak perlu memaksakan klien senam, jika tampak berat dan kelelahan, anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan 11. Anjurkan klien untuk menghentikan

melakukan senam nifas untuk beberapa waktu jika terjadi kelelahan, pusing, kelemahan, nyeri, demam, sesak, atau perasaan tidak nyaman lainnya

1. Untuk mengetahui keadaan umum klien pasca bersalin

2. Senam nifas tidak dapat dilakukan pada ibu nifas yang mengalami komplikasi persalinan

3. Senam nifas tidak dianjurkan dilakukan saat nyeri

4. Untuk mengetahui kemungkinan terjadinya

komplikasi, seperti infeksi atau perdarahan

5. Senam nifas dapat dilakukan saat TTV dalam batas normal

6. Agar klien paham dan mendapat manfaat senam nifas 7. Menggali ketepatan pengetahuan dan pemahaman

yang diterima klien

8. Agar manfaat senam nifas yang didapatkan klien maksimal

9. Agar klien dapat secara mandiri mengetahui kesiapan kondisi tubuhnya sebelum melakukan senam nifas saat sudah berada di rumah

10. Kelelahan dapat membuat kondisi kesehatan menurun dan tidak mampu melakukan senam dengan baik

11. Untuk menghindari dampak yang tidak diinginkan seperti terjadinya komplikasi


(49)

2. Studi Kasus Klien kedua (2) 2.1Pengkajian

2.1.1 Identitas Klien dan Penanggung Jawab a. Identitas klien

Nama : Ny. M

Umur : 20 Tahun

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat : Jl. Pukat I No. 5 Medan

Diagnosis Medik : Post PSP a/i PBK + NH1 Tanggal Masuk : 09 Juli 2015, Jam : 10.00 WIB Tanggal Pengkajian : 10 Juli 2015, Jam : 13.30 WIB b. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. F

Umur : 22 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

Pendidikan : SMA

Hubungan dengan klien: Suami 2.1.2 Pengkajian Awal

a. Riwayat Persalinan

Pasien hamil 43 minggu, G1 P0 A0, klien pergi ke rumah bidan pada tanggal 09 Juli 2015 pukul 08.30 WIB dan memeriksakannya, namun didapatkan hasil belum ada tanda-tanda akan melahirkan, karena kehamilan klien sudah lewat bulan maka


(50)

bidan mengeluarkan surat rujukan untuk melakukan pemerikasaan USG ke RSUD dr. Pirngadi kota Medan. Dari hasil USG dokter menyimpulkan bahwa klien harus segera melahirkan. Kemudian klien diarahkan keruang VK pukul 10.30 WIB untuk menjalani proses persalinan. Bidan melakukan Vaginal Toucher (VT) didapat hasil masih belum ada pembukaan sehingga dirangsang dengan pemberian oksitosin, denyut jantung janin (DJJ) 140x/menit, dan persentase kepala. Klien terus diobservasi dan pada pukul 11.30 WIB klien sudah pembukaan satu, klien terus dipantau pada pukul 15.45 WIB diinjeksikan ampisilin 1 ampul (IV) dan pada pukul 16.00 WIB dipasang balon kateter selama 2 jam untuk mempercepat persalinan. Pada pukul 22.10 WIB klien melahirkan bayi secara spontan, segera menangis, apgar score 8/9, jenis kelamin: perempuan, BB: 3840 gram, TB: 48 cm, anus (+), kelainan tidak ada.

b. Keadaan Umum

Keadaan umum klien baik, kesadaran compos mentis (CM), ekspresi wajah klien senang bayinya telah lahir, warna kulit klien kuning langsat dan tidak terdapat fatique. Tanda-tanda vital: TD: 120/70 mmHg, RR: 78 x / i, RR : 20 x / i, dan T: 36,5 oC.

c. Kepala

Bentuk kepala simetris, keadaan rambut bersih, hitam,panjan, dan ikal. Pada mata: tidak terdapat ikterik, konjungtiva tidak anemis, pupil isokor. Pada hidung: bersih, tidak ada sekret, tidak


(51)

ada pernafasan cuping hidung. Pada telinga: bersih, tidak ada sekret. mulut: mukosa mulut lembab, berwarna pink (tidak pucat). Gigi lengkap. Tidak terdapat keluhan.

d. Thoraks dan Dada

Keadaan jantung dan paru baik dan simetris, payudara simetris kiri dan kanan, payudara keras, aerola berpigmentasi, hangat, dan putting susu menonjol. Klien mengatakan terasa sakit pada payudara/nyeri tekan. ASI belum keluar.

e. Abdomen

Pada abdomen didapat banyak striae, tidak ada massa pada abdomen, bising usus (+) 18x/menit, tinggi fundus uteri: ± 2cm dibawah umbilikus dan tidak terdapat keluhan.

f. Ekstremitas Bawah

Tidak terdapat varises, simetris kiri dan kanan, tidak ada

edema, Homan’s sign tidak dikaji, nadi perifer teraba, akral hangat,

ibu melakukan ambulasi di tempat tidur dan sudah mampu berjalan perlahan ke kamar mandi, dan tidak ada keluhan.

g. Perineum

Pada daerah perineum terdapat luka episiotomi, keluar darah sedikit ± 50-60 cc (seperempat bagian duk terisi darah) terutama ketika banyak bergerak, warna kemerahan, tidak ada oedema, tidak ada nanah, hemoroid tidak ada, tidak ada perdarahan abnirmal, jenis jahitan jelujur, jumlah jahitan 3. Klien ganti duk satu hari 3x ganti duk. Tidak terdapat keluhan.


(52)

h. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

Klien sulit duduk/bergerak di tempat tidur hari I post partum akibat jahitan episiotomi dan masih merasa lemas. Pada hari ke-II post partum klien sudah mampu duduk, berdiri, dan berjalan sendiri secara perlahan ke kamar mandi. Klien tidak mengalami kesulitan saat istirahat atau tidur pada malam hari karena ruang rawat bayi terpisah dengan ruang rawat klien.

Asupan nutrisi klien terpenuhi dimana klien mengkonsumsi diet yang diberikan dengan porsi 1 piring habis. Klien makan tiga kali sehari dengan jenis diet MB.

Waktu pengosongan urine pertama ± 5 jam setelah melahirkan dan dibantu, klien buang air kecil (BAK) ± 4-5 x/hari, BAB (-).

i. Adaptasi Psikologis

Klien merasa bahagia karena bisa melahirkan bayi dengan sehat dan secara spontan. Kecemasan klien sebelumnya karena kehamilanya yang lewat bulan telah menghilang. Klien senang ketika diajak bercerita tentang bayinya. Klien mengatakan masih takut-takut untuk menggendong bayinya karena belum paham betul bagaimana cara menggendong bayi karena ini merupakan kelahiran anak pertamanya. Namun klien mengatakan dengan antusias akan mempelajari cara merawat bayi dengan benar baik dari petugas kesehatan maupun dari keluarga.


(53)

2.1.3 Pengkajian Lanjutan

Penilaian Tanggal dan waktu

10-07-15 11-07-15 12-07-15 13-07-15

Sore Pagi Pagi Pagi

Kulit Warna

(normal, pucat, sianosis, kemerahan)

Warna kulit normal kuning langsat, suhu hangat, T: 36,50C, keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,40C, keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Warna kulit kuning langsat, suhu hangat, T: 36,20C, keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Warna kulit kuning

langsat, suhu hangat, T: 36,40C, keadaan kulit lembab dan tidak ada tanda-tanda infeksi

Suhu

Hangat, panas, dingin Kelembaban

Kering, basah, lembab, berkeringat

Kondisi tempat IV Paten, macet, tanda infeksi

Mamae Kondisi lembut, berisi, penuh, bengkak, merah, nyeri

Kondisi mammae lembut, tidak ada kemerahan, tampak berisi ASI, ASI (-)

Kondisi mamae lembut, berisi, ASI (+) merembes

Kondisi payudara ibu lembut, berisi, produksi ASI lancar

Kondisi payudara ibu lembut, berisi, produksi ASI lancer

Puting normal, datar, masuk ke dalam

Merah, nyeri, pecah, lecet

Putting susu ibu menonjol,

aerola berwarna

kehitaman, dan tidak ada

lecet, nyeri, atau

kemerahan.

Putting susu ibu menonjol, areola berwarna kehitaman, tidak ditemukan adanya lecet, nyeri, atau kemerahan

Putting susu ibu menonjol, areola kehitaman,

Tidak ada nyeri

Putting susu ibu menonjol,

areola berwarna

kehitaman, tidak

ditemukan adanya lecet, nyeri, atau kemerahan

Uterus Tinggi 2 jari dibawah umbilicus 2 jari dibawah umbilicus 2 jari dibawah umbilicus 3 jari di bawah umbilicus Posisi

Midline, kanan umbilikus, kiri umbilicus

Midline midline Midline Midline

Konsistensi

Kenyal, lembut, kenyal dengan massage

Kenyal dengan massage Kenyal Kenyal Kenyal

Lokhea Warna

Rubra, serosa, alba


(54)

Jumlah

Waktu ganti duk

± 50 -60 cc 3x ganti

± 30-40 cc 3x ganti

± 20 -30 cc 2-3x ganti

± 10-20 cc 1x ganti

Luas duk yang basah Seperempat Seperempat Seperempat Sedikit saja

Bau + = ada 0 = tidak ada

0 0 0 0

Perineum Kondisi

Utuh, bengkak, edema, hematom, bersih, kotor

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Luka episiotomi masih sedikit basah, bersih, hemoroid tidak ada (0)

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Luka episiotomi masih sedikit basah, bersih, hemoroid tidak ada (0)

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Luka episiotomi kering, jahitan menyatu, bersih, hemoroid tidak ada (0)

Utuh, tidak ada bengkak, edema tidak ada. Luka episiotomi kering, jahitan menyatu, bersih, hemoroid tidak ada (0)

Episiotomi

N= bersih, kering, menyatu,

edema, pengeluaran,

kemerahan Hemoroid + = ada 0 = tidak ada

Edema, lembut, nyeri

Kardiovak ular

Edema

+1: edema minimal pada area pedal & pretibial +2: edema ditandai pada ekstremitas bawah dan tangan

+3: edema terdapat pada wajah, dinding abdomen baeah dan sacrum

+4: edema anasarka

Tidak ada edema Tidak ada edema Tidak ada edema Tidak ada edema

Homan’s sign kiri dan

kanan 0 = negatif + = positif

Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji Tidak dikaji

Hipotensi ortostatik

√ = +

0 = -

Tidak ada hipotensi

ortostatik (0)

Tidak ada hipotensi

ortostatik (0)

Tidak ada hipotensi

ortostatik (0)

Tidak ada hipotensi


(55)

Vital sign TD: RR: HR: T: 120/70 20x/i 78x/i 36,5 oC

120/80 21x/i 80x/i 36,4 oC

110/80 20x/i 75x/i 36,2 oC

120/80 18x/i 72x/i 36,4 oC

Status Emosional

Tenang, cemas, gelisah, takut, bermusuhan, depresi, labil, afek datar

Ibu tampak tenang, santai, dan bersikap positif jika diajak berbicara.

Ibu tampak tenang, antusias saat diajak komunikasi, bersikap kooperatif saat diajak berbicara

Ibu tampak tenang dan bersikap kooperatif dan antusias saat diajak berbicara

Ibu tampak tenang dan bersikap kooperatif dan antusias saat diajak berbicara

Aktifitas Ditempat tidur Ambulasi Ke kamar mandi

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu.

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu.

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu

Klien sudah bisa ke kamar mandi tanpa dibantu

Hygiene Mandi dengan waslap di tempat tidur

Mandi guyur

Mandi guyur dengan

bantuan keluarga

Mandi guyur dengan

bantuan keluarga

Mandi guyur dengan

bantuan keluarga

Mandi guyur

Diet Nafsu makan

Puasa, baik, cukup, tidak ada

Nafsu makan ibu baik, tidak ada pembatasan makanan

Nafsu makan ibu baik, tidak ada pembatasan makanan

Nafsu makan ibu baik, tidak ada pembatasan makanan

Nafsu makan ibu baik, tidak ada pembatasan makanan

Tipe

Cairan jernih, MI, MII, MB

MB MB MB MB

Eliminasi Feses Konsistensi

Waktu BAB/frekuensi

Belum ada BAB Belum ada BAB Sudah BAB, 1x pada pagi

hari

BAB lancar 1x pada pagi hari

Urin

Waktu pengosongan, jumlah + = spontan

0 = tindakan (kateter

5 jam setelah melahirkan ± 100-200 cc

Spontan

5 jam setelah melahirkan ± 100-200 cc

Spontan

± 400-500 cc Spontan ± 300-400 cc Spontan

Terapi medis

Amoxillin Tab 500mg (3x1)

Asam Mefenamat Tab

500mg (3x1) B.Com Tab (2x1)

Amoxillin Tab 500mg (3x1)

Asam Mefenamat Tab

500mg (3x1) B.Com Tab (2x1)

Amoxillin Tab 500mg (3x1)

Asam Mefenamat Tab

500mg (3x1) B.Com Tab (2x1)

Amoxillin Tab 500mg (3x1)

Asam Mefenamat Tab

500mg (3x1) B.Com Tab (2x1)


(56)

Analisis Data

No Data Objektif/Subjektif Etiologi Masalah

1. Data Subjektif:

- Klien mengatakan tidak tahu apa itu senam nifas

- Klien mengatakan ingin mengetahui gerakan-gerakan senam nifas agar tubuhnya kembali ke bentuk semula seperti sebelum hamil secepat mungkin

- Klien mengeluhkan pinggangnya terasa berat Data objektif:

- K.U klien: Baik

- TTV: TD: 120/70 mmHg, RR: 20x/I, HR: 78x/I, T: 36,5 oC

- Lokhea: Rubra

- TFU: 2 jari dibawah umbilicus

- Klien tampak senang dan antusias melakukan senam nifas

Persalinan spontan Kelahiran anak pertama (G1P1A0) Masa nifas hari ke-1

Kurang informasi tentang senam nifas

Defisit Pengetahuan: Senam Nifas

2.2 Diagnosis Keperawatan

Adapun diagnosis keperawatan berdasarkan data diatas adalah:

‘’Defisit pengetahuan: senam nifas berhubungan dengan kurangnya informasi

tentang senam nifas ditandai dengan klien mengatakan tidak tahu apa itu senam nifas, klien mengatakan ingin mengetahui gerakan-gerakan senam nifas agar tubuhnya kembali ke bentuk semula seperti sebelum hamil secepat mungkin, klien mengeluhkan pinggangnya terasa berat, K.U klien: baik, TTV: TD: 120/70 mmHg, RR: 20x/I, HR: 78x/I, T: 36,5 oC, lokhea: rubra, TFU: 2 jari dibawah umbilicus, klien tampak senang dan antusias melakukan senam nifas, klien


(1)

fowler,fowler

Kardiovaskular

Edema:

+1 edema minimal pada area

Pedal & pretibial

+2 edema ditandai pada eks

tremitas bawah dan tangan

+3 edema terdapat pada wa

jah, dinding abdomen ba

eah dan sacrum

+4 edema anasarca (edema

Massiv general & ascites)

Homan’s sign, kiri dan kanan:

0 = negatif

+ = positif

Hipotensi orthostatic:

√ =

+

0 = -

Vital Sign

TD

Nadi

RR

Suhu

Status

Emosional

Tenang,cemas,gelisah,takut,bermusuh

an

Depresi,labil,afek datar

Aktivitas

Di tempat tidur

Ambulasi

Ke kamar mandi

Hygiene

Mandi dgn waslap

di tempat tidur

Mandi guyur

Pericare

Foley care

Diet

Nafsu makan:

Puasa,baik,cukup,tidak ada

Tipe:

Cairan jernih,MI, MII, MB

Eliminasi

Feses:

Konsistensi

Waktu BAB/frekuensi

Urine:

Waktu pengosongan,jumlah,

+ = spontan


(2)

Foley:

Patent,irigasi,pelepasan

Enema, suppositoria

Terapi Medis


(3)

S

SE

EN

NA

A

M

M

N

NI

IF

F

A

A

S

S

D

D

I

I

S

S

U

U

S

S

U

U

N

N

O

O

L

L

E

E

H

H

M

M

A

A

R

R

S

S

E

E

L

L

L

L

A

A

B

B

R

R

G

G

I

I

N

N

T

T

I

I

N

N

G

G

,

,

S

S

.

.

K

K

e

e

p

p

P

P

R

R

O

O

G

G

R

R

A

A

M

M

P

P

E

E

N

N

D

D

I

I

D

D

I

I

K

K

A

A

N

N

N

N

E

E

R

R

S

S

F

F

A

A

K

K

U

U

L

L

T

T

A

A

S

S

K

K

E

E

P

P

E

E

R

R

A

A

W

W

A

A

T

T

A

A

N

N

U

U

N

N

I

I

V

V

E

E

R

R

S

S

I

I

T

T

A

A

S

S

S

S

U

U

M

M

A

A

T

T

E

E

R

R

A

A

U

U

T

T

A

A

R

R

A

A

M

M

E

E

D

D

A

A

N

N

-

-

2

2

0

0

1

1

5

5

Senam nifas dapat dilakukan setelah enam jam persalinan normal (Mellyna, 2003). Pada persalinan secio caesarea otot perut akan dipisahkan. Anda perlu membuat otot itu bekerja kembali jika Anda ingin mempunyai perut yang langsing. Ketika Anda mulai melakukan senam, perut Anda akan terasa tegang dan tampaknya mungkin Anda seperti menarik luka parut Anda. Ini normal tetapi Anda harus menghentikan senam tersebut jika Anda mulai merasa sakit. Coba lakukan senam yang lebih lembut lain waktu. Makin cepat Anda menggunakan otot-otot ini makin baik, sepanjang Anda melakukannya secara bertahap (Duffett & Smith, 1995)

Tata Cara Melakukan Senam Nifas.

Sebelum melakukan senam nifas, lakukan pemanasan dengan melakukan latihan pernapasan dengan cara menggerak - gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini bertujuan untuk menghindari kejang otot selama melakukan gerakan senam nifas. (Maryunani & Sukaryati, 2011)

Persiapan senam nifas

1) Memakai baju yang nyaman untuk berolahraga.

2) Persiapkan minum, sebaiknya air putih. 3) Lakukan di matras atau tempat tidur. 4) Hitung denyut nadi selama satu menit penuh. Frekuensi nadi yang normal adalah 60 - 90 kali per menit dan ukur suhu badan ibu,

dan pastikan ibu tidak sesak, demam atau pusing

5) Dapat diiringi musik.

6) Pastikan tidak ada kontra indikasi. Perhatikan pula kondisi ibu selama senam.

Tidak perlu memaksakan ibu, jika tampak berat dan kelelahan. Anjurkan untuk minum air putih jika diperlukan.

Berikut adalah gerakan senam nifas secara bertahap: (Maryunani & Sukaryati, 2011)

Hari pertama

Berbaring dengan lutut ditekuk. Tempatkan tangan di atas perut di bawah area iga – iga. Tarik napas dalam dan lambat melalui hidung tahan hingga hitungan ke-5 atau ke-8 dan kemudian keluarkan melalui mulut. Lakukan dalam waktu 5 – 10 kali hitungan pada pagi dan sore hari

Hari kedua

Berbaring terlentang, lengan dikeataskan diatas kepala, telapak terbuka keatas. Kendurkan lengan kiri sedikit dan renggangkan lengan kanan. Pada waktu yang bersamaan rilekskan kaki kiri dan renggangkan kaki kanan sehingga ada regangan penuh pada seluruh bagian kanan


(4)

tubuh. Lakukan 15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Hari ketiga

Berbaring terlentang. Kedua kaki diregangkan. Tarik dasar panggul, tahan selama 3 detik dan kemudian rileks. Lakukan 5-6 kali dalam latihan pagi dan sore.

Hari keempat

Berbaring lutut ditekuk. Kontraksikan/ kencangkan otot – otot perut sampai tulang punggung mendatar dan kencangkan otot – otot bokong tahan 3 detik kemudian rileks. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Hari kelima

Berbaring terlentang, lutut ditekuk, lengan dijulurkan ke lutut. Angkat kepala dan bahu kira – kira 45°, tahan 3 detik dan rileks dengan perlahan. Lakukan dalam 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore

Hari keenam

Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut 90° secara bergantian antara kaki kiri dan kaki kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki, lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan sebanyak 8 kali pada pagi dan sore hari.

.

Hari ketujuh

Tidur telentang dengan kaki terangkat keatas, badan agak melengkung dengan letak pada kaki bawah lebih atas. Lakukan gerakan pada jari – jari kaki seperti mencakar dan meregangkan, selanjutnya diikuti dengan gerakan ujung kaki secara teratur seperti lingkaran dari luar ke dalam, kemudian gerakkan telapak kaki kiri dan kanan ke atas dan ke bawah seperti menggergaji. Lakukan gerakan ini masing – masing selama setengah menit dengan 10-15 kali gerakan pada pagi dan sore.

Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan menggunakan kedua tangan yang ditekuk ke belakang kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan, tidak menghentak dan memaksa.


(5)

JADWAL TENTATIF PRAKTIKA SENIOR DI RUANG TANJUNG II RSUD DR. PIRNGADI MEDAN

NO

KEGIATAN

JUNI 2015

JULI 2015

AGT 2015

1

2

3

4

1

2

3

4

1

1. Mengajukan judul praktika senior

2. BAB I : PENDAHULUAN (Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penulisan, dan Manfaat Penulisan)

3. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA (Penjelasan Teoritis dan Evidence Based Practice yang akan Diaplikasikan)

4. Pengurusan Surat Izin Melakukan Studi Kasus

5. BAB III: APLIKASI METODE/ IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

a) Pengkajian Keperawatan b) Diagnosa Keperawatan c) Perencanaan Keperawatan

6. BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

a) Profil Ruangan/ Lokasi

b) Hasil Aplikasi Metode/ Implementasi Asuhan Keperawatan c) Analisis/ Pembahasan

7. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

8. Finalisasi Laporan (termasuk abstrak dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris) 9. Persetujuan dan Penilaian dari Pembimbing

10. Persetujuan Pembantu Dekan 1


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama

: Marsella br Ginting

Tempat/Tanggal Lahir

: Tigapanah/18 Maret 1991

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Kabanjahe

Riwayat Pendidikan

1.

TK Wijayanta Tigapanah

: Tahun 1996-1997

2.

SD Methodist Kabanjahe

: Tahun 1997-2003

3.

SMP Negeri 1 Kabanjahe

: Tahun 2003-2006

4.

SMA Negeri 1 Kabanjahe

: Tahun 2006-2009

5.

S1 Fakultas Keperawatan USU

: Tahun 2010-2014

6.

Profesi Ners

: Tahun 2014-sekarang

Pengalaman Lainnya

1. Panitia PMB keperawatan tahun 2012/2013

2. Anggota KMK USU

3.

Peserta seminar kesehatan perawatan luka “Aplikasi Modern Wound Care”

tahun 2012

4. Peserta talkshow International Nursing Day USU tahun 2013

5. Peserta se

minar sehari keperawatan jiwa “

Pemberdayaan Keluarga dalam

Perawatan Pasien Gangguan Jiwa di Masyarakat” tahun 2014

6. Peserta seminar nasional keperawatan “Menilik Profesionalisme Perawat dalam

Undang-

Undang RI No. 38 Tahun 2014 tentang Keperawatan” tahun 2015