2.2 Metode Analytic Hierarcy Process AHP
Metode AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty tahun 1970 an ialah metode yang dapat memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, dimana kriteria
yang diambil cukup banyak, struktur masalah yang belum jelas, ketidakpastian persepsi pembuat keputusan serta ketidakpastian tersedianya data statistik yang akurat
Sandy Kosasi,2002. Adakalanya timbul masalah keputusan yang sulit untuk diukur secara kuantitatif dan perlu diputuskan secepatnya dan sering disertai dengan variasi
yang beragam dan rumit sehingga data tersebut tidak mungkin dapat dicatat secara numerik karena kualitatif saja yang dapat di ukur yaitu berdasarkan pada persepsi,
preferensi, pengalaman dan intuisi.
2.2.1 Prinsip-Prinsip Dasar Analytic Hierarchy Process AHP Dalam AHP ada beberapa prinsip penting yaitu :
1. Decomposition Penyusunan Hirarki Memecahkan masalah yang utuh menjadi unsur-unsurnya kebentuk hirarki
proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur saling berhubungan. Struktur decomposition adalahtujuan keputusan goal, kriteria-kriteria, dan
alternatif-alternatif seperti gambar 3.
Gambar 2.3 Hirarki 3 level AHP
2. Comparative Judgement Penilaian perbandingan berpasangan
Menentukan Operator Seluler Terbaik
Kriteria 1
Alternatif n Kriteria 2
Alternatif 3 Kriteria 3
Kriteria n
Alternatif 1 Alternatif 2
Universitas Sumatera Utara
Penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkatan diatasnya. Penilaian ini merupakan inti dari
penggunaan metode AHP, karena AHP akan berpengaruh terhadap penentuan prioritas elemen-elemen yang dibandingkan.
Tabel 2.1. Skala Urutan Kepentingan
Intensitas Kepentingan
Definisi
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting dari pada elemen yang lainnya
9 Satu elemen mutlak penting dari pada elemen yang lainnya
2,4,6,8 Nilai – nilai antara 2 nilai pertimbangan yang berdekatan
Kebalikan Jika aktifitas i mendapat satu angka dibanding aktifitas j, maka j
mempunyai nilai kebalikkannya dibanding dengan i.
3. Synthesis of Priority Penentuan Prioritas Menggunakan eigen vector method untuk mendapatkan bobot relatif bagi
unsur-unsur pengambilan keputusan.
4. Logical Consistency Mengagresikan seluruh eigen vector yang diperoleh dari berbagai tigkatan
hirarki dan selanjutnya di peroleh suatu vector composite tertimbang yang menghasilkan urutan pengambilan keputusan
.
2.2.2 Langkah-Langkah dalam Metode AHP
Universitas Sumatera Utara
Pada dasarnya terdapat beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode AHP, antara lain Suryadi Ramadhani 1998:
1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang di inginkan 2. Membuat struktur hirarki yang di awali dengan tujuan umum dilanjutkan
dengan subtujuan-subtujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah.
3. Membuat matriks perbandingan berpasangan yang menggambarkan konstribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan
atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu
elemen dibandingkan elemen lainnya.
Tabel 2.2. Matrix Perbandingan Berpasangan
C A1
A2 A3
A4 A5
A1 1
A2 1
A3 1
A4 1
A5 1
4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh nilai judgement seluruhnya yaitu sebanyak n x
[ �−1 ]
2
buah dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan.
5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi.
6. Mengulangi langkah 3, 4 dan 5 untuk seluruh tingkat hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matriks perbandingan berpasangan.
Nilai vektor eigen merupakan bobot setiap elemen. Langkah ini untuk mensintesis judgement dalam penentuan prioritas elemen-elemen pada tingkat
hirarki terendah sampai pencapaian tujuan.
Universitas Sumatera Utara
8. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilainya lebih dari 10 persen atau 0,1 maka penilaian data harus di perbaiki.
Tabel 2.3. Random Index
Ukuran Matriks Nilai RI
1,2 0,00
3 0,58
4 0,90
5 1,12
6 1,24
7 1,32
8 1,41
9 1,45
10 1,49
11 1,51
12 1,48
13 1,56
14 1,57
15 1,59
Jika CR 0,1 maka nilai perbandingan berpasangan pada matriks kriteria yang diberikan konsistensi. Jika CR 0,1, maka nilai perbandingan berpasangan pada
matriks kriteria yang diberikan tidak konsisten, sehingga pengisian nilai-nilai pada matriks berpasangan pada unsur kriteria maupun alternatif harus diulang.
2.2.3 Kelebihan Metode AHP Adapun yang menjadi kelebihan dengan menggunakan Metode AHP adalah Suryadi
Ramdhani, 1998: 1. Struktur yang berbentuk hirarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada sub-sub kriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi
berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambilan keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahan keluaran analisis sensitifitas
pembuat keputusan. Selain itu metode AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yan
multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki.
Universitas Sumatera Utara
Mulai Mendefinisikan Masalah
Membuat struktur hirarki
Membuat matriks perbandingan untuk memperoleh judgement n x [n-12] buah
Hitung nilai eigen
Konsistensi nilai matriks
Seluruh tingkat hirarki di proses
Hitung vector eigen tiap matriks perbandingan berpasangan
Konsistensi hirarki 10
Total Nilai Selesai
Tidak Tidak
Tidak
Ya Ya
Ya
Gambar 2.4. Flowchart Metode AHP
Universitas Sumatera Utara
2.3 Metode Simple Additive Weighting SAW