mengubah penampilannya. Individu yang tingkat orientasi penampilannya rendah menunjukkan bahwa individu tidak berusaha untuk terlihat menarik
dan penampilan bukan merupakan hal yang terlalu penting. c.
Body area satisfaction
kepuasan terhadap bagian tubuh tertentu, merupakan kepuasan individu terhadap bagian tubuh tertentu, seperti wajah, rambut,
tubuh bagian atas bahu, lengan, dada, tubuh bagian tengah punggung, pinggang, perut, tubuh bagian bawah pinggul, bokong, paha, kaki, dan
keseluruhan penampilan. d.
Overweight preoccupation
kekhawatiran berkaitan dengan berat badan berlebih, merupakan kekhawatiran memiliki berat badan berlebih,
kewaspadaan terhadap berat badannya, cenderung melakukan diet untuk mengurangi berat badan, dan membatasi pola makan.
e.
Self-classified weight
pengkategorian berat badan, merupakan bagaimana individu mengklasifikasikan dan mempersepsikan berat badannya dari rentang
sangat kurus hingga sangat gemuk.
3. Faktor Yang Mempengaruhi
Body Image
Levine Smolak dalam Cash Pruzinsky, 2002 mengungkapkan beberapa faktor yang mempengaruhi
body image
antara lain: a.
Orangtua Beberapa penelitian menemukan bahwa ada hubungan antara sikap dan
perilaku orangtua dalam menghargai
body image
mereka sendiri dengan penghargaan
body image
anak mereka. Orangtua dapat mempengaruhi perkembangan
body image
anaknya dengan cara memilih dan mengkomentari
Universitas Sumatera Utara
pakaian dan penampilan anak, atau menganjurkan anak untuk berpenampilan dengan cara tertentu dan menghindari makanan tertentu.
b. Teman Sebaya
Individu cenderung menilai dirinya dengan membandingkan dirinya dengan teman-teman sebayanya. Jika individu terlihat berbeda dengan teman
sebayanya maka individu dapat merasa ada yang salah dengan dirinya atau ada yang kurang pada dirinya.
c. Media massa
Media massa berperan sangat besar dalam menyebarkan informasi mengenai standar tubuh yang ideal. Media tidak hanya memberikan informasi mengenai
bentuk tubuh yang ideal tapi juga memberitahukan cara mencapainya melalui artikel-artikel mengenai diet dan olahraga.
d. Tahap perkembangan
Perubahan fisik yang terjadi pada masa remaja akan berdampak pada kepuasan
body image
mereka karena belum tentu perubahan yang terjadi sesuai dengan keinginan mereka yang bahkan bisa menimbulkan rasa malu.
B.
Self-Esteem
1. Definisi
Self-Esteem
Maslow dalam Schultz Schultz, 1994 menjelaskan
self-esteem
sebagai bagian dari kebutuhan penghargaan
esteem needs
yang terdapat dalam hirarki kebutuhannya.
Esteem needs
terdiri dari 2 dua, yaitu kebutuhan untuk menghargai diri sendiri
self-esteem
dan dihargai oleh orang lain. Dengan adanya
Universitas Sumatera Utara
self-esteem
, maka individu akan merasa lebih percaya diri pada kelebihannya dan merasa lebih berharga. Ketika kebutuhan individu akan
self-esteem
masih belum cukup terpenuhi, maka individu akan merasa
inferior, helpless,
kehilangan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi masalah-masalah dalam
hidupnya. Branden 2001 menekankan
self-esteem
sebagai apa yang dipikirkan dan dirasakan oleh individu tentang diri mereka sendiri, bukan mengenai apa yang
dipikirkan dan dirasakan oleh orang lain tentang diri kita. Branden 2001 menambahkan bahwa
self-esteem
merupakan gabungan antara kepercayaan diri
self-confidence
dan penghormatan diri
self-respect
. Coopersmith 1967, dalam Emler 2001 mendefinisikan
self-esteem
sebagai sejauhmana individu mempercayai bahwa dirinya mampu, penting, berhasil, dan berharga. Definisi ini lebih menekankan kepada evaluasi yang
dilakukan oleh individu sendiri yang mencakup sejumlah penilaian terhadap diri sendiri berdasarkan kriteria tertentu. Secara ringkas,
self-esteem
merupakan penilaian individu mengenai seberapa berharga dirinya yang diungkapkan dalam
bentuk sikap
attitude
individu terhadap dirinya sendiri. Menurut Plotnik 2005,
self-esteem
adalah sejauhmana kita menyukai dan menghargai diri sendiri, kepentingan diri sendiri, daya tarik
diri sendiri dan kompetensi sosial diri sendiri. Sedangkan Santrock 2009 memberikan definisi
self-esteem
yang lebih luas, yaitu sebagai evaluasi terhadap diri sendiri secara keseluruhan. Larsen Buss 2010 menjelaskan
self-esteem
sebagai reaksi negatif atau positif terhadap
self-concept.
Universitas Sumatera Utara
2. Komponen