Studi deskriptif: body image pada remaja penderita skoliosis.

(1)

i

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Florentina Nanda Rasty Oktaviana NIM: 079114067

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

STI'I}I DESKRIPTTF ., BODY IMAGE PADA RBM.{'A PUTRI PEIYDERITA SKOLIOSIS

Skripsi

Diajukan untuk Mernennhi Salah Satu'Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

MlW, Nimac Eki

Yosrakarta,zfl FEB

?013

)

OIeh:

"\"- '+ t -d:". '1,

olehqi b "t"u a*

?i *!f


(3)

IIALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

STI]I}I DESKRIPTT . BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS

Dipersiapkan dan ditulis oleh : Florentina Nanda Rasty Oktaviana

II{IM: 079114M7

Telah dipertahankan didepan Panitia Penguji

padatanggal

lTDtC

?0it Pada hari dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguj i

Nama Lengkap

Penguji

I

: M1VL Nimas Eki Suprawah, M. Si., Psi

Tanda

t**/

I

,',f,Ylh|

. .... ..t!... ...

-4*

S.=k

Penguji 2

Penguji 3

: Y. Heri Widodo, M.Psi.

: Dra. L. Pratidarmanastiti, MS.

Yogyakarta

:_ i_:

'i_.: Fakultas Psikologi

)


(4)

iv

MOTTO


(5)

v

PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk:

Yesus Kristus Bunda Maria

Ayah Ibu Tercinta Suami dan Anakku Tersayang

Kawan-kawan Penderita Skoliosis


(6)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

ILMIAH

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan bahwa sesungguhnya skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah saya sebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknyakarya ilmiah.

Y ogyakarta. 1 9 Febuari 20 13

Florentina Nanda Rasty Oktaviana


(7)

vii

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI PENDERITA SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan body image berdasarkan aspek-aspek pada remaja putri penderita skoliosis dengan jumlah subjek sebanyak 35 remaja putri penderita skoliosis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image remaja putri penderita skoliosis adalah skala body image yang dirancang berdasarkan teori dari Thompson, Menzel dan Krawczyk (dalam Smolack & Cash 2011). Pembuatan skala berdasarkan 4 aspek yaitu: global subjektif, afektif, kognitif, dan behavioral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Keseluruhan aitem penelitian berjumlah 60 item. Skala tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,966. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean empirik yang lebih besar daripada nilai mean teoritik (Empirik > Teoritik = 140 >135). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki body image yang tergolong positive.


(8)

viii

DESCRIPTIVE STUDY: BODY IMAGE OF A GIRL WHO SUFFERS SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRACT

The objective of this study is to describe the body image based on some aspects of a girl who suffers skoliosis with the numbers of participants are 35 a girl who suffers skoliosis. The instrument that is used to measure the body image of a girl who suffers skoliosis is the scale of body image that is designed based on the theory of Thompson, Menzel, and Krawczyk (Smolack & Cash 2011). The scale is made based on 4 aspects, namely: global subjective, affective, cognitive, and behavioral. The method which is used in this study is quantitative descriptive. The numbers of the whole items used in this study are 60 items. The reliability of the scale is 0.966. The research findings shows that the value of the empirical mean is greater than the value of theoretical mean (Empirical > theoretical = 140>135). Based on the result, the writer can conclude that the subjects of this study can be classified of having positive-body image.


(9)

LEMBAR PER]\IYATAAN PERSE TUJUAN

PUBLIKASI KARYA

ILML{H

UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma.

: Florentina Nanda Rurty Oktaviana .079114067

Nama

Nomor mahasiswa

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah sayayang berjudul:

STUDI DESKRTPTIF : BODY

IMAG' PADA REMAJA PUTRI

PENDERITA SKOLIOSIS

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

ijin

dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selamatetap mencantumkannama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 19 Febuari 2013

Yang menyatakan

ix Flor lina Nanda Rasty Oktaviana


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang selalumenyertai dan memberi kasih yang sempurna kepada penulis, sehingga skripsi yang berjudul “Studi Deskriptif : Body Image Pada Remaja Putri Penderita Skoliosis” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberikan informasi, waktu, tenaga, pikiran dan nasehat serta dukungan yang tiada henti dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada:

1. Tuhan Yesus dan Ibu Maria yang sudah memberikan berkat dan kuasanya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Orang tuaku, terima kasih atas segala, nasehat, pengertian, dorongan, dan doa yang selalu diberikan kepada penulis.

3. Dr. Christina Siwi Handayani selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyusun skripsi ini dan memberikan dukungan kepada penulis.

4. Ratri Sunar Astuti, M.Si. selaku Kaprodi Fakultas Psikologi yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini.

5. MM. Nimas Eki Suprawati, M.Si., Psi. selaku dosen pembimbing skripsi

dan dosen pembimbing akademik, yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik yang sangat bermanfaat bagi penulis. Terima kasih juga atas kesabaran dan ketulusannya selama membimbing penulis.


(11)

xi

6. Buat suamiku R.B Bagus P.H terima kasih telah setia menemani,

mendampingi, memberikan dorongan dan semangat sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Untuk buah hatiku tercinta Melody Chaprisa Hamuluhur, terima kasih telah memberi semangat dan kegembiraan.

8. Sahabat-sahabatku: Krisna, Gallo, Ira, Rosa, Aan terimakasih buat bantuan

dan semangatnya.

9. Terima kasih untuk tante Rahayu, om Yadi dan adikku Bagas yang sudah

meluangkan waktunya untuk mengantar ke kampus.

10. Terima kasih juga kepada teman-teman skoliosis yang bersedia membantu

mengisi skala yang telah dibuat oleh penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11. Terima kasih pula bagi semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah membantu kelancaran studi penulis.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ini jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat terbuka terhadap saran dan kritik terhadap karya tulis ini sehingga di masa yang akan dating karya-karya penulis dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan dunia Psikologi pada khususnya.

Penulis


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING...

HALAMAN PENGESAHAN...

HALAMAN MOTTO...

HALAMAN PERSEMBAHAN...

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA...

ABSTRAK... ABSTRACT...

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI...

KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI...

DAFTAR TABEL...

DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I. PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

1. Manfaat Teoritis...

2. Manfaat Praktis……….

BAB II. LANDASAN TEORI...

A. Body Image...

i ii iii vi v vi vii viii ix x xii xv xvi 1 1 6 6 7 7 7 8 8


(13)

xiii

1. Pengertian Body Image...

2. Aspek Body Image...

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image...

B. Skoliosis...

1. Definisi Skoliosis...

2. Penyebab Skoliosis...

3. Gejala Skoliosis………

4. Dampak Skoliosis………

C. Remaja Putri Penderita Skoliosis...

1. Batasan Remaja Putri……….

2. Ciri Remaja Penderita Skoliosis...

D. Body Image Pada Remaja Putri Penderita Skoliosis...

E. Skema Body Image Pada Remaja Putri penderita Skoliosis..

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN...

A. Jenis Penelitian...

B. Variabel Penelitian...

C. Definisi Operasional...

D. Sampel Penelitian...

E. Metode Pengumpulan Data...

F. Validitas dan Reliabilitas...

1. Validitas...

2. Seleksi Item...

3. Reliabilitas...

8 9 10 14 14 15 16 17 19 19 19 23 29 30 30 30 30 31 31 33 33 34 36


(14)

xiv

G. Metode Analisis Data……….

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...

A. Pelaksanaan Penelitian...

B. Hasil Penelitian...

1. Uji Normalitas...

2. Deskripsi Data Penelitian Secara umum...

3. Sumbangan Tiap Aspek Body Image………

C. Pembahasan………

BAB V. PENUTUP...

A. Kesimpulan...

B. Saran...

DAFTAR PUSTAKA……….

LAMPIRAN……….

36 38 38 38 38 39 40 41 43 43 43 44 47


(15)

xv DAFTAR TABEL

Tabel 1. Skor Item Favorabel dan Unfavorabel...

Tabel 2. Blue Print Skala Try Out...

Tabel 3. Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi...

Tabel 4. Hasil Uji Reliabilitas Skala Body Image...

Tabel 5. Deskripsi Data Teoritik………

Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian Secara Umum...

Tabel 7. Sumbangan Tiap Aspek Dalam Body Image... 32 33 35 36 37 39 40


(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Skala Try Out...

Lampiran B: Data Try Out...

Lampiran C : Data Penelitian...

Lampiran D : Analisis Reliabilitas...

Lampiran E : Data Penelitian Per Aspek...

Lampiran F : Uji Normalitas...

Lampiran G : Statistik Diskriptif Body Image...

Lampiran H : One Sample t-test………

Lampiran I :Statistik Deskriptif Per Aspek... 48 59 66 68 80 82 84 86 88


(17)

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Skoliosis kebanyakan dialami oleh wanita. Skoliosis adalah kelainan tulang belakang yang melencong dan melintir ke salah satu sisi baik kekiri maupun kanan. Mengapa skoliosis kebanyakan dialami oleh wanita, dikarenakan fisik wanita lebih lemah dari pada pria (Ali, 2010). Skoliosis memiliki dampak yang cukup besar bagi penderitanya, terutama bagi wanita. Hal ini disebabkan karena mereka memiliki risiko peningkatan besar sudut kelengkungan tulang belakang 10 kali lebih tinggi dibandingkan laki-laki (Gatham, 2000).

Skoliosis terlihat pada masa anak-anak dan makin tampak ketika penderita beranjak remaja. Hal ini dikarenakan pada masa remaja perubahan fisik yang semakin berkembang, dikarenakan remaja memasuki masa pubertas,sehingga bengkoknya tulang belakang akan semakin terlihat.

Remaja pada umumnya merasa kawatir terhadap ketidaksempurnaan tubuhnya yaitu bentuk badan yang terlalu gemuk, terlalu kurus, terlalu pendek, terlalu tinggi, wajah yang kurang cantik, jerawat dan sebagainya (Mappiare, 1982). Para remaja menyadari bahwa mereka menarik biasanya diperlakukan lebih baik dari pada mereka yang kurang menarik. Akibatnya jika mereka merasa bahwa dirinya tidak seideal yang diharapkan. Selama masa pertumbuhan belum berakhir, mereka akan mencari cara untuk memperbaiki penampilannya (Hurlock, 1994)


(18)

Pada remaja putri yang menderita skoliosis, perkembangan fisiknya tidak sama dengan remaja putri yang memiliki perkembangan fisik yang normal. Perkembangan fisik yang normal dapat terlihat dari postur tubuh. Remaja skoliosis memiliki postur tubuh yang tidak seperti remaja normal dengan tubuh tegap dan bahu sejajar namun mereka memiliki postur dengan bahu yang miring ke kiri atau ke kanan yang diakibatkan pembengkokan pada tulang belakang (Devier,2007)

Penderita skoliosis memiliki kriteria ideal yang mereka ketahui seperti kebanyakan orang normal lainnya, yaitu memiliki bentuk tubuh proporsional dengan badan yang kurus, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang (Grogan, 1999) Namun, semua itu sulit untuk diwujudkan karena penbengkokan pada tulang belakang mempengaruhi bentuk fisik mereka. Pada penderita skoliosis tulang belakang membentuk lengkungan dalam huruf “S” atau “C” (Akoso, 2009). Hal ini mengakibatkan cara berjalan penderita skoliosis tidak normal (Davies, 2007). Serta dapat mempengaruhi fisik bagi penderita skoliosis.

Remaja putri skoliosis tidak mengalami tahap perkembangan fisik secara maksimal (Rahayusalim, 2007). Hal ini akan mempengaruhi aktifitas remaja putri penderita skoliosis karena skoliosis dapat mempengaruhi cara berjalan bagi penderitanya. Hal ini juga mempengaruhi aktifitas fisik bagi remaja putri penderita skoliosis. Hal ini sama dengan apa yang dialami Mita seorang remaja putri penderita skoliosis yang merasa kesulitan untuk mengikuti pelajaran olahraga yang harus diikuti di sekolah formal. Hal ini


(19)

menjadi suatu permasalahan dikarenakan Mita merasa memiliki fisik yang berbeda dari remaja normal lainnya. Hal ini mengakibatkan Mita yang menderita skoliosis memiliki keterbatasan untuk mengikuti aktifitas olahraga berat seperti, lompat galah, lompat matras, lari marathon, angkat beban. Apabila mereka melakukan aktifitas olehraga berat tersebut,maka kemungkinan menderita cidera tulang punggung sangat besar.

Skoliosis membuat sebagian remaja putri penderita skoliosis merasa malu dengan fisiknya, dikarenakan pembengkokan tulang belakang yang mempengaruhi penampilan fisiknya. Meskipun remaja putri penderita skoliosis mengalami kemiringan tulang belakang baru sekitar 30 derajat. Perasaan malu sering muncul pada penderita skoliosis dapat dikarenakan pengaruh teman sebaya. Hal ini dikarenakan teman sebaya membawa pengaruh besar bagi remaja (Hurlock, 1999). Teman sebaya memberikan umpan balik pada remaja penderita skoliosis dengan memberikan persepsi mengenai tubuh yang ideal. Hal ini dapat dicontohkan dengan pendapat teman sebaya yang memberikan gambaran tubuh yang ideal, bahwa tubuh yang ideal itu memiliki postur tubuh tegap, kaki jenjang dan bahu yang sejajar. Namun criteria tersebut tidak dimiliki oleh remaja penderita skoliosis, sehingga remaja putri penderita skoliosis yang merasa kurang menarik dan memiliki keadaan fisik yang kurang sempurna akan menimbulkan persepsi negative terhadap body image seseorang(Thompson,Heinberg,Altabe, & Tantlett Dunn, 1999) dalam Cash 2011. Persepsi negative tersebut dapat terlihat dari kurangnya rasa penerimaan terhadap fisiknya(Thompson,


(20)

Heinberg, Altabe, & Tantlett Dunn, 1999) dalam Cash 2011. Persepsi negative terhadap keadaan kondisi fisik ini yang membentuk perasaan malu. Hal ini juga membuat penderita skoliosis memiliki perasaan segan untuk bersosialisasi dengan orang lain..Perasaan malu ini sama halnya dengan yang dialami Mita. Perasaan malu akan keadaan fisiknya membuat Mita sebagai penderita skoliosis berusaha menutupi bengkoknya tulang belakang dengan baju yang longgar, melakukan operasi dan terapi untuk penyembuhan dan memakai brace untuk menompang tulang belakang. Usaha ini untuk membentuk fisiknya terlihat seperti remaja normal lainnya. Hal ini juga membuat rasa takut muncul sehingga membuat Mita mengisolasi diri dan mengalami stress karena perbedaan kondisi fisik yang dialami.

Dampak yang paling besar dari permasalahan tersebut adalah stress dengan keadaan fisiknya yang berbeda sehingga remaja putri penderita skoliosis akan semakin terpuruk dengan penyakit yang diderita. Seperti apa yang dikatakan oleh (Hurlock, 1999) bahwa remaja memiliki tingkat kecemasan terhadap keadaan fisiknya.Keadaan fisik yang berbeda, seperti apa yang dialami Mita ini membuat Mita merasa menanggunng penyakitnya sendiri tanpa orang lain yang memberikan semangat atau menjadi teman untuk berkeluh kesah akan apa yang dialami dan diderita.

Salah satu ciri bahwa seseorang memasuki usia remaja dalam perkembangan hidupnya adalah perubahan fisik. Al-Mighwar (2006) menyatakan bahwa masa remaja merupakan masa pesatnya pertumbuhan dan mencoloknya perubahan dalam ukuran dan proporsi tubuh. Perubahan yang


(21)

terjadi ini akibat dari perubahan hormonal yang terjadi dalam diri seseorang yang juga menandai bahwa orang tersebut telah memasuki pubertas. Pertumbuhan tersebut antara lain seperti bertambahnya berat badan dan tinggi badan secara pesat, juga melebarnya pinggul pada anak perempuan dan bahu pada anak laki-laki (Santrocks, 2007). Pada penderita skoliosis, mereka juga sama mengalami perkembangan fisik seperti remaja lainnya namun, mereka memiliki perbedaan yaitu penyandang skoliosis memiliki perkembangan tulang belakang yang kurang sempurna yaitu membengkoknya tulang belakang. (Suratun, 2006)

Skoliosis membawa pengaruh besar bagi pembentukan body image pada remaja putri penderita skoliosis. Tidak semua orang dapat menerima bahwa dirinya mengalami skoliosis. Hal ini dikarenakan skoliosis dapat mempengaruhi kondisi fisik secara keseluruhan, seperti bahu yang tidak sejajar, pinggul yang melencong. Seseorang yang menerima keadaan kondisi fisiknya akan membentuk body image yang positive, begitu pula sebaliknya.

Body image yang negatife tampaknya menimbulkan dampak bagi penderita skoliosis. Persepsi negative terhadap keadaan fisik dan perbedaan fisik yang dialami remaja putri penderita skoliosis, terbentuk dari kurangnya penerimaan diri terhadap kondisi fisik. Hal ini akan memunculkan dampak body image negative bagi remaja putri penderita skoliosis. dampak yang muncul adalah timbulnya perasaan malu dikarenakan fisik mereka yang berbeda. Perasaan malu ini akan mengakibatkan remaja penderita skoliosis tidak bisa bersosialisasi dengan orang lain. Hal ini akan mengakibatkan


(22)

remaja cenderung mengisolasi diri (merasa tersisihkan dari orang lain, kesepian, menyalahkan diri sendiri) Erickson (dalam Monks, Knoers & Haditono, 2001).

Itulah mengapa penting bagi peneliti untuk mengangkat tema body image pada remaja putri penderita skoliosis. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh salah satu mahasiswa Sanata Dharma yang bernama Santa(2012) dengan judul “Kualitas Hidup Penyandang Skoliosis Pada Wanita Dewasa Muda”.Hasil penelitian ini memperoleh hasil yang positif sedangkan beberapa ahli seperti (Hurlock, 1999) mengungkapkan bahwa seseorang yang mengalami kecacatan itu pasti memiliki pandangan yang negative terhadap dirinya sendiri. Perbedaan antara hasil penelitian dan teori ini yang membuat peneliti merasa perlu untuk meneliti kembali dengan mengangkat subyek yang sama yaitu penderita skoliosis. Penelitian ini dilakukan untuk membuktikan apakah hasil dari penelitian sesuai dengan teori yang mengatakan bahwa seseorang yang mengalami kecacatan tubuh memiliki pandangan negative terhadap dirinya (Hurlock, 1999).

B. Rumusan Masalah

Permasalahan yang hendak diteliti yaitu “body image pada remaja putri penderita skoliosis”.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan body image pada remaja putri penderita skoliosis.


(23)

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan sumbangan kepada ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang ilmu psikologi yang berhubungan dengan gambaran body image yang dialami oleh remaja putri penderita skoliosis.

b. Penelitian ini diharapkan menjadi acuan bagi penelitian body image selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber informasi tentang body image pada remaja putri penderita skoliosis.


(24)

8

BAB II

LANDASAN TEORI A. Body Image

1. Pengertian Body Image

Istilah body image pertama kali diperkenalkan oleh Paul schilder pada tahun 1920. Definisi body image menurut Schilder (dalam Grogan, 1999) adalah gambaran mental yang dimiliki oleh individu tentang penampilan tubuhriya. Dengan kata lain, body image adalah pandangan individu, pikiran dan perasaannya tentang tubuh mereka sendiri. Definisi tersebut merupakan gabungan dari unsur-unsur body image yang dijelaskan oleh Schilder yang terdiri dari pandangan tentang bentuk tubuh (persepsi), penilaian tentang ketertarikan tubuh (pikiran), emosi dan perasaan yang dibentuk oleh bentuk tubuh (dalam Grogan, 1999).

Lebih lanjut, Rudd dan Lennon (2000) menyatakan bahwa body image adalah gambaran mental yang kita miliki tentang tubuh kita. Sedangkan Cash dan Pruzinsky (2002) menyatakan bahwa body image merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya berupa penilaian positif atau negatif.

Teori-teori diatas menyimpulkan bahwa body image adalah pandangan seseorang terhadap penampilan fisiknya secara keseluruhan berdasar pada persepsi, pikiran dan perasaan yang dimilikinya.


(25)

Hal ini berbeda dengan Cash, Marrow, Hrabosky & Perry (2004) yang menyatakan bahwa body image adalah pandangan yang bersifat multidimensional yang meliputi persepsi diri (self perception) dan sikap perilaku (attitude) seseorang terhadap penampilan dirinya. Teori ini menjelaskan bahwa body image tidak hanya melihat sebatas pada persepsi semata, namun juga sikap perilaku seseorang terhadap penampilan fisiknya yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan behavioral.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka disimpulkan bahwa body image adalah gambaran mental, persepsi,pikiran, dan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap ukuran tubuh, bentuk tubuh yang mengarah pada penampilan fisik. Gambaran mental tersebut berbicara tentang keakuratan dalam persepsi ukuran tubuh, evaluasi tentang apa yang dirasakan individu seperti kepuasan terhadap tubuh dan sikap berupa penilaian positif atau negative terhadap tubuh.

2. Aspek Body Image

Pengukuran body image menggunakan aspek-aspek menurut Thompson,Manzel dan Krawczyk (dalam Cash 2011 & Smolack ) yang terdiri dari:

a. Global subjective yaitu evaluasi menyeluruh terhadap kepuasan tubuh individu


(26)

b. Aspek Afektif yaitu adanya emosi atau perubahan terhadap tubuhnya seperti kesal, kecewa, tidak puas, tidak suka, tertekan dan cemas.

c. Aspek kognitif yaitu ditandai adanya keinginan atau harapan untuk memiliki tubuh dan berpenampilan lebih baik.

d. Behavioral yaitu tindakan yang berkaitan dengan kebiasaan penilaian tehadap tubuh individu yang umumnya berupa upaya menghindarkan diri dari situasi atau benda yang mengingatkan individu terhadap kondisi tubuhnya

3. Faktor yang Mempengaruhi Body Image

Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan body image menurut Cash dan Pruzinsky (2002) adalah:

a. Media Massa

Dalam media massa tayangan sangat mempengaruhi perkembangan body image remaja putri.Tayangan media sering menggambarkan standar kecantikan wanita yang memiliki tubuh yang ideal seperti bertubuh tegap dan berkaki jenjang. Sehingga banyak wanita yang membandingkan tubuhnya dengan tubuh model yang ada di media massa. Body image negatife jika remaja terpengaruh dengan apa yang ditawarkan sehingga membuat remaja terobsesi untuk merubah keadaan fisiknya yang sebenarnya susah untuk dirubah dan mengakibatkan stress yang


(27)

berlebilhan karena tidak bisa merubah fisiknya seperti yang ditampilkan di media massa.

b. Jenis Kelamin

Jenis kelamin merupakan factor penting dalam perkembangan cirta tubuh seseorang. Menurut beberapa pengamatan wanita lebih negative memandang citra tubuh. Wanita cenderung ingin memiliki tubuh ramping dan tegap menyerupai ideal yang digunakan untuk memperhatikan pasangannya.

c. Relasi Interpersonal

Menurut teori pembelajaran sosial orang tua merupakan model yang penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi body image anak-anaknya melalui umpan balik dan informasi. Body image yang negatife jika orang tua memberikan pesan kepada anak penderita skoliosis bahwa mengkhawatirkan keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain yang memiliki fisik yang normal adalah sesuatu yang wajar. Sehingga timbul kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain dan dapat mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian fisik. Hubungan


(28)

interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. (Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh.Menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain.

d. Usia

Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi penting. Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat menyebabkan


(29)

remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003)

e. Kebudayaan

Berkembangnya pemikiran seseorang mengenai body image dipengaruhi oleh kebudayaan dan perkembangan jaman.Berawal dari tubuh gemuk yang mencerminkan bahwa seorang wanita itu dapat dikatakan ideal, hingga berubah menjadi seseorang yang memiliki tubuh tegap dan semampai menjadi criteria ideal wanita. Perubahan ini muncul dikarenakan semakin berkembangnya media massa dan munculnya artis-artis Holywod yang memiliki tubuh yang tegap, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang. Hal ini yang merubah persepsi seseorang mengenai fisik dan criteria ideal.

f. Kelas Sosial

Ketidakpuasan terhadap tubuh biasanya dialami oleh perempuan dari kalangan menengah keatas. Semakin tinggi kelas sosial akan semakin tidak puas dengan tubuh mereka (Striegel & Moore, 1986). Ketidakpuasan ini muncul dikarenakan relasi yang memperhatikan bentuk fisik. Keadaan kondisi fisik yang tidak sesuai dengan pandangan ideal mereka, akan menjadi


(30)

perbincangan bagi kalangan yang memiliki kondisi fisik yang ideal. Hal ini akan semakin membuat seseorang yang memiliki kondisi fisik kurang sempurna merasa dikucilkan.

Peneliti menduga dari beberapa factor yang mempengaruhi body image terdapat tiga factor yang lebih sesuai yaitu factor media massa relasi interpersonal dan jenis kelamin.

B. Skoliosis

1. Definisi Skoliosis

Skoliosis adalah kelengkungan tulang belakang yang abnormal kearah samping, yang dapat terjadi pada segmen servikal, toraka maupun lumbal (Apotik online dan media informasi, 2006)

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang ke arah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sangat sederhana. Namun apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luar biasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007).

Skoliosis adalah suatu kelainan bentuk pada tulang belakang dimana terjadi pembengkokan tulang belakang kea rah samping kiri atau kanan. Kelainan skoliosis ini sepintas terlihat sederhana. Namun


(31)

apabila diamati lebih jauh sesungguhnya terjadi perubahan yang luarbiasa pada tulang belakang akibat perubahan bentuk tulang belakang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak sekitarnya dan struktur lainnya (Rahayussalim, 2007)

Pembengkakan pada tulang belakang kea rah kiri atau kanan adalah kelainan bentuk pada tulang belakang yang sering disebut skoliosis. Perubahan pada tulang belakang terjadi akibat perubahan bentuk pada tulang secara tiga dimensi, yaitu perubahan struktur penyongkong tulang belakang seperti jaringan lunak dan struktur lainnya. (Rahayussalim, 2007).

2. Penyebab Skoliosis

Pada penderita skoliosis, tulang belakang terpuntir secara tidak normal kekanan atau kekiri dan dapat mengakibatkan penderita berjalan tidak normal atau nyeri punggung (Davier, 2007)

Skoliosis merupakan curvatur tulang belakang yang terjadi pada satu atau lebih pada bagian vertebrata.Kondisi ini merupakan dampak dari adanya suatu masalah pada perkembangan fisik (Martini & Nath, 2009).Pada skoliosis, tulang belakang terpuntir secara tidak normal ke kanan atau ke kiri.Penderita mungkin berjalan dengan tidak normal dan mengalami nyeri punggung (Davier, 2007).

Menurut Porthy dan Matfin (2009), skoliosis merupakan kelainan postur dimana sekilas penderita tidak mengeluh sakit, tetapi


(32)

suatu saat dalam posisi yang dibutuhkan suatu kesiapan tubuh membawa beban tubuh misalnya berdiri, duduk dalam waktu yang lama, maka akan membuat kerja otot tidak pernah seimbang. Hal ini dikarenakan akibat suatu mekanisme proteksi dari otot-otot tulang belakang yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan tubuh justru bekerja berlebihan dikarenakan pada salah satu sisi otot yang tidak sempurna, sehingga yang terjadi dalam waktu terus menerus adalah ketidakseimbangan postur tubuh ke salah satu sisi tubuh

3. Gejala Skoliosis

Gejala awal tidak di tunjukan oleh penderita skoliosis. Pembengkakan tulang belakang merupakan kesan yang dapat dilihat. Tulang rusuk menonjol yang disebabkan karena keadaan bertambah buruk pada penderita skoliosis dan penderita mungkin mengalami sakit punggung belakang serta sukar bernafas.Suratun (2006)

Tinggi bahu yang tidak sama atau bahu tinggi sebelah, selain itu juga terlihat adanya scapula atau tonjolan vertebrata dan tulang rusuk menekan sehingga menyebabkan nyeri pada daerah torakal ( Porth & Matfin, 2009)

Corwin (2008), menyatakan bahwa manifestasi gejala skoliosis dapat terlihat melalui beberapa hal, yaitu :

a. Abnormalitas penampilan vertebrata yang biasa yaitu cekung- cembung yang terlihat menurun dari bahu sampai bokong.


(33)

c. Tinggi krista iliaka yang tidak sama yang dapat menyebabkan satu tungkai lebih pendek daripada tungkai lainnya.

d. Asimetri selubung torak dan ketidaksejajaran vetebra spinalis akan tampak apabila individu membungkuk.

4. Dampak Skoliosis

McCance(2008).Mengungkapkan bahwa komplikasi dapat ditimbulkan dikarenakan skoliosis. Hal tersebut, sebagai dampak dari deformitas tulang belakang. Komplikasi yang ditimbulkan antara lain, adalah:

a. System pernafasan

Pada skoliosis berat, paru-paru akan ditekan oleh iga, dimana lengkungan lebih dari 70 derajat, sehingga menimbulkan kesulitan bernafas. Volume pada paru-paru ataupun rongga dada akan berkurang karena bengkoknya tulang belakang. Hal tersebut dikarenakan sebagian bengkokan tulang mengambil ruang untuk tempat paru-paru.

b. System kardiovaskuler

Kerusakan bukan hanya pada paru-paru namun juga pada jantung, dikarenakan lengkungan yang lebih besar dari 100 derajat. Pada keadaan demikian, infeksi paru terutama radang paruakan mudah terjadi. Penderita akan lebih mudah mengalami penyakit paru-paru dan pneumonia. Dikarenakan jantung mengalami kerusakan memompa darah.


(34)

c. System musculoskeletal

Pada beberapa penelitian, disebutkan bahwa skoliosis depan menimbulkan risiko kehilangan densitas tulang (osteopenia), terutama pada wanita yang menderita skoliosis sejak remaja dan risiko menderita osteoporosis akan meningkat bersamaan dengan bertambahnya usia. Selain postur tubuh yang jelek, skoliosis tingkat ringandan sedang baru menimbulkan keluhan bila sudah berusia di atas 35 tahun.Keluhan yang mereka derita biasanya sakit kronis di daerah pinggang yang lebih dini, dibandingkan orang yang normal seusianya.

d. System pencernaan

Kerja peristaltic usus kian menurun karena system pencernaan terganggu karena ruang perut terdesak tulang.

e. System neuromuskuler

Komplikasi pada system ini, berdampak tidak baik pada struktur disekitarnya, salah satunya adalah menekan saraf yang berseliweran di tulang belakang, gejalanya dapat berupa pegal, kesemutan, sulit bernafas (karena fungsi paru-paru dan jantung terganggu), cepat merasa lelah, susahuntuk fokus, dan lain sebagainya.


(35)

C. Remaja Putri Penderita Skoliosis 1. Batasan Remaja Putri

Remaja berasal dari kata latin adolescence yang artinya tumbuh menjadi dewasa. Santrock (2001) mengatakan bahwa remaja merupakan suatu periode dalam perkembangan yang merupakan transisi masa kanak-kanak dan masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, kognitif, dan psikososial.

Remaja (adolescent) secara implisit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Menurut Papalia, Olds, dan Feldman (2001), masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang berlangsung sejak usia sekitar 10 atau 11, atau mungkin lebih awal sampai masa remaja akhir atau usia dua puluhan awal .

Batasan usia remaja yang diungkapkan oleh beberapa ahli, seperti Hurlock (1990) yang mengatakan bahwa remaja dibagi menjadi masa remaja awal (13 hingga 16 atau 17 tahun) dan masa remaja akhir ( 16 atau 17 tahun hingga 18 tahun ). Monks, dkk(2006) mengungkapkan bahwa remaja memiliki tiga fase. Fase yang pertama adalah remaja awal ( 12 hingga 15 tahun ), fase yang kedua adalah sremaja tengah (15 hingga 18 tahun), dan fase yang terakhir adalah remaja akhir (18 hingga 21 tahun).

2. Ciri Remaja Penderita Skoliosis

Pada remaja penderita skoliosis juga melewati fase yang sama dengan remaja normal lainnya. Remaja penderita skoliosis juga


(36)

melewati masa transisi dari masa kanak-kanak, remaja dan menjadi dewasa. Serta remaja penderita skoliosis juga memiliki batasan-batasan usia yang sama pula.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa remaja juga melewati suatu periode perkembangan individu dimana terjadi transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang matang meliputi kematangan fisik, kognitif, dan sosio-emosional (Hurlock, 1999). Hal ini juga dialami oleh remaja penderita skoliosis. Selain itu, mengikuti pembagian rentang usia remaja dari Monks, dkk. (2006) bahwa batasan usia remaja awal adalah 12 sampai 15 tahun, batasan usia remaja tengah adalah 15 sampai 18 tahun, dan batasan usia remaja akhir adalah 18 sampai 21 tahun.

Hurlock (1997) menyatakan bahwa usia remaja adalah periode perkembangan yang sedang berproses dalam kematangan mental, emosional, sosial dan fisik. Ia memaparkan ciri-ciri usia dini sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

Disebut sebagai periode penting dalam kehidupan karena pada masa ini terjadi perubahan-perubahan fisik dan psikis yang akan sangat mempengaruhi jiwa dan karakter dari remaja. Perubahan dan perkembangan ini menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.


(37)

Hal ini juga merupakan periode penting bagi penderita skoliosis. Perubahan fisik yang terjadi pada penderita skoliosis juga mempengaruhi perubahan psikisnya. Perubahan fisik yang dapat terlihat adalah berkembangnya payudara,sehingga remaja putri penderita skoliosis harus pintar dalam memilih bra.Meskipun terdengar sepele, psikis remaja penderita skoliosis dapat terpengaruh. Hal ini disebabkan banyak bra yang tidak sesuai dengan penderita skoliosis, dikarenakan payudara penderita skoliosis yang berbeda ukuran antara payudara kiri dan kanan serta payudara yang tidak sejajar atau miring yang disebabkan karena bengkoknya tulang belakang. Hal ini mengakibatkan remaja skoliosis merasa bahwa menjadi penderita skoliosis adalah hal yang menyusahkan dan membuat mereka merasa tidak diperhatikan sebagai penderita skoliosis.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

Terjadinya peralihan pola psikologis dan karakter dari seorang anak-anak tetapi belum sampai pada tahapan dewasa, maka dalam tahap ini sering menjadi kebingunggan dari remaja akibat pencarian dan pematangan jati dirinya. Remaja skoliosis juga sama halnya dengan remaja normal lainnya. Mereka juga sedang mencari jati diri. Peran besar terhadap pembantukan jati diri remaja yaitu peran teman sebaya dan lingkungannya (Hurlock, 1999). Hal ini juga dialami oleh remaja penderita skoliosis yang bersekolah di


(38)

sekolah formal, bahwa teman sebaya yang lebih sering mereka temui diluar rumah berperan besar bagi pembentukan jati diri remaja penderita skoliosis.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

Terjadinya masa perubahan yang bersamaan baik fisik, psikis, dan perilaku.Perubahan tersebut mempunyai hubungan yang sangat erat, apabila fisiknya berkembang dengan baik dan pesat, maka perilaku dan pikirannya pun mengalami peningkatan begitu juga sebaliknya. Namun bagi penderita skoliosis yang fisiknya berkembang tidak baik maka perilaku dan pikirannya akan berkembang sesuai dengan karakternya, apakah orang yang selalu berpandangan negative atau positive.

d. Masa remaja sebagai pencari masa identitas

Remaja adalah manusia biasa yang merupakan makhluk sosial maka mereka akan berusaha untuk mencari identitas dirinya apakah dalam kelompok, lingkungan atau mengidolakan seseorang. Sama halnya dengan yang dialami Mita sebagai penderita skoliosis, mereka juga berusaha mencari identitas dan bersosialisasi, dalam komunitasnya ataupun diluar komunitas penderita skoliosis.

e. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik

Pada masa remaja mereka memandang, melihat dan

memutuskan segala sesuatu berdasarkan “kacamata” mereka saja.


(39)

dari kelompoknya. Pada penderita skoliosis seperti yang dialami Mita dan komunitasnya, mereka juga sulit menerima informasi dari orang lain dikarenakan kecenderungan mereka malu dan menutup diri dari orang lain yang memiliki fisik normal dikarenakan kekurangan yang mereka miliki.

f. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa:

Dengan semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk meningkatkan “image” sehingga mereka akan berusaha menempatkan dirinya sebagai orang dewasa maka mereka akan mengikuti perilaku keseharian orang dewasa.Hal ini juga dialami oleh penderita skoliosis. Meskipun perkembangan fisik mereka berbeda dari orang normal, namun perkembangan kedewasaan mereka sama halnya dengan orang normal lainnya.

D. Body Image pada Remaja Putri Penderita Skoliosis

Menurut (Hurlock 1997) mengatakan bahwa masa remaja adalah masa dimana seseorang mengalami masa pubertas. Pada masa ini seseorang akan cenderung melihat orang lain yang sebagai figure untuk dijadikan acuan. Seperti para model (Luna Maya) , bintang iklan( Dian Sasto) dan bintang film (Nikita Willy). Pandangan ini yang akhirnya membentuk pemikiran remaja mengenai gambaran diri mereka, bahwa seseorang yang dikatakan sempurna itu seperti figure yang sering tampil di media massa. Figure yang ada di media massa juga menjadi acuan bagi


(40)

penderita skoliosis dalam membentuk sebuah persepsi mengenai kondisi fisik mereka, bahwa orang yang terlihat sempurna itu seperti actris atau bintang iklan yang ada di media massa. Pada sebagian penderita skoliosis yang memiliki ketidakpuasan pada keadaan fisiknya yang mengalami pembengkokan pada tulang belakang maka pandangan ini yang akan membuat pembentukan body image negative dikarenakan menimbulkan perasaan minder dan malu karena keadaan fisik penderita skoliosis yang berbeda dari orang lain pada umumnya yang memiliki tubuh tegap, kaki yang jenjang dan bahu yang sejajar

Salah satu penyebab timbulnya penilaian tentang fisik yang kurang menarik ini lebih disebabkan oleh adanya konsep tentang body image yang berbeda-beda pada tiap individu. Body image adalah suatu konsep yang bersifat subyektif dan mudah berubah melalui pengaruh sosial. Biasanya hal tersebut berkaitan dengan bentuk tubuh, ukuran serta tinggi badan. Misalnya: beberapa wanita muda yang mempunyai pengalaman menganggap bahwa mereka mempunyai berat badan yang berlebih padahal berat badan mereka rata-rata dengan tinggi badan mereka.Hal ini dapat dicontohkan dari beberapa artis yang sudah memiliki tubuh yang ideal dengan postur tubuh yang tegap, pinggang yang ramping dan kaki yang jenjang, tetapi mereka masih meminum obat-obatan pelangsing dan tidak jarang juga artis yang melakukan bulimia seperti Mulan Jamela. Namun satu hal yang mempercepat terjadinya perubahan konsep tentang body image adalah adanya usaha


(41)

dari media massa baik elektronik maupun nonelektronik untuk menampilkan citra tubuh pada remaja yang ideal yang dapat diterima oleh masyarakat.

Lingkungan yang memiliki persepsi mengenai bentuk tubuh ideal maka akan mempengaruhi individu yang tinggal di dalam lingkup lingkungan tersebut. Hal ini mempengaruhi persepsi remaja yang tinggal di lingkungan yang berpendapat bahwa tubuh yang langsing, kaki jenjang dan badan yang tegap adalah karakter tubuh yang ideal. Lingkungan juga dipengaruhi oleh kebudayaan yang dap at membentuk persepsi body image seseorang. Menurut Gunarsa (1986), berbagai macam penampilan fisik yang dianggap menarik dan tidak menarik banyak ditentukan oleh budaya.Lingkungan yang tidak menghiraukan mengenai bentuk tubuh seseorang apakah berkaki jenjang, langsing ataupun gemuk, maka akan membentuk persepsi seseorang yang tinggal di lingkungan tersebut. Penderita skoliosis yang tinggal di lingkungan dan kebudayaan yang tidak menghiraukan mengenai seperti apa bentuk tubuh seseorang maka akan membentuk persepsi positif pula bagi penderita skoliosis. Hal ini yang membentuk kepercayaan diri pada penderita skoliosis untuk tetap bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

Wanita memiliki dampak lebih besar untuk menderita skoliosis dibandingkan pria, dikarenakan wanita memiliki resiko peningkatan besar sudut kelengkungan tulang belakang 10 kali lebih tinggi


(42)

dibandingkan laki-laki (Gatham,2000). Remaja wanita memiliki ketakutan lebih terhadap perubahan fisiknya(Thompson, 1999). Perubahan fisik yang tidak normal seperti yang dialami penderita skoliosis, akan semakin memperkuat persepsi negative terhadap perubahan fisik, dikarenakan keadaan fisik yang berbeda dengan orang lain yang normal. Pada remaja yang sedang mengalami masa perkembangan fisik akan mempengaruhi perkembangan tulang belakang. Seseorang yang sejak remaja menderita skoliosis dan risiko menderita osteoporosis tingkat kemiringan bengkoknya tulang, akan semakin bertambah kemiringannya bersamaan dengan bertambahnya usia (McCance, 2008). Remaja putri penderita skoliosis cenderrung memiliki body image yang negative dibandingkan remaja pria yang menderita skoliosis.

Semakin tinggi kelas sosial akan semakin tidak puas dengan tubuh mereka (Striegel & Moore, 1986). Ketidakpuasan ini muncul dikarenakan relasi yang memperhatikan bentuk fisik. Keadaan kondisi fisik yang tidak sesuai dengan pandangan ideal mereka, akan menjadi perbincangan bagi kalangan yang memiliki kondisi fisik yang ideal. Penderita skoliosis yang tinggal di kelas sosial yang tinggal di lingkungan kelas atas maka mereka akan semakin merasa tidak puas terhadap kondisi fisiknya. Hal ini dikarenaka kecacatan fisik yang dialami oleh remaja putri penderita skoliosis yang akan membuat mereka merasa semakin dikucilkan. Berbeda dengan penderita skoliosi


(43)

yang tinggal di kelas sosial menengah kebawah, mereka cenderung untuk lebih menghargai dan tidak mempermasalahkan bentuk tubuh.

Relasi interpersonal menjadi factor penting dalam pembentukan body image seseorang. Remaja skoliosis juga bersosialisasi dengan lingkungan disekitarnya sama halnya dengan remaja normal lainnya. Lingkungan yang paling sering dijumpai selain teman sebaya adalah lingkungan keluarga. Orang tua merupakan model yang penting dalam proses bersosialisasi. Hal ini dapat mempengaruhi pembentukan body image anak-anaknya. Informasi dari lingkungan sekitar dan umpan balik juga dapat mempengaruhi pandangan orang tua mengenai body image. Umpan balik ini muncul apabila orang tua yang memiliki relasi dengan pendapat berbeda mengenai body image. Hal ini dapat dicontohkan, misalnya orang tua yang memiliki anak yang menderita skoliosis berpendapat bahwa anaknya baik-baik saja dan tidak perlu diobati atau dioperasi, namun rekannya berpendapat bahwa skoliosis dapat mempengaruhi bentuk fisiknya dan membuat anak tersebut terlihat kurang menarik, lalu orang tua dari anak penderita skoliosis itu terpengaruh rekannya sehingga merubah pandangan dari orang tua tersebut. Hal ini termasuk pemberian umpan balik yang negative dan dapat membentuk pandangan body image yang negative. Hal ini akan membuat orang tua merubah pandangan positivenya dan memberikan pesan kepada anaknya bahwa menderita skoliosis adalah hal yang harus dikawatirkan karena memiliki kondisi fisik yang berbeda dari orang lain.


(44)

Komplikasi yang ditimbulkan bagi skoliosis mempengaruhi body image remaja. Body image penyandang skoliosis pada usia remaja adalah persepsi subyektif pada penyandang skoliosis usia remaja yang digunakan untuk menilai keunggulan yang dimiliki berdasarkan aspek-aspek kehidupan yang penting bagi mereka.


(45)

E. Skema Body Image Pada Remaja Putri penderita Skoliosis Informasi mengenai dampak negative skoliosis Media Massa Jenis kelamin Relasi Interpersona l Kebudayaan Kelas sosial usia Kecemasan terhadap kondisi fisik Orang terdekat yang membentuk persepsi negative Remaj a Menderita

skoliosis Body

image negative Persepsi negative mengenai Keadaan fisik ditentukan oleh budaya Tingkatan kelas sosial yang mempengaruhi persepsi negative

Remaja yang lebih cenderung

mementingkan keadaan fisik


(46)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mendeskripsikan atau niemberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2008).

B. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah body image pada remaja penderita skoliosis

C. Definisi Operasional

Body image adalah pandangan seseorang terhadap bagian-bagian tubuhnya maupun penampilan fisik secara keseluruhan. Hal ini meliputi pandangan tentang tubuh, penilaian tentang tubuh, serta emosi yang dibentuk oleh gambaran tentang tingkat kepuasan individu terhadap bentuk dan ukuran tubuhnya yang dapat mempengaruhi perubahan tingkah laku individu tersebut.

Pengukuran body image menggunakan aspek-aspek menurut Mazel, Krawczyk, dan Thompson (2011) yang terdiri dari: aspek global subjective, aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek behavioral. Skala body image akan diukur menggunakan model Summated Rating Method,


(47)

dimana semakin banyak skor yang diperoleh subjek dari hasil skala akan mewakili keunggulan-keunggulan yang dimiliki oleh subjek (Simamora, 2002). Semakin tinggi skor yang diperoleh subjek menunjukkan bahwa subjek mempunyai body image positif, sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, menunjukkan bahwa body image negatif.

D. Sampel Penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah remaja putri yang menderita skoliosis dengan rentang usia 13-18 tahun. Teknik pengambilan sampel yang digunaka pada penelitian ini menggunakan incidental sampling yang merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan ,yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono, 2009).

E. Metode Pengumpulan Data

Alat untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala. Skala merupakan alat untuk mengukur tanggapan responden melalui sekumpulan pertanyaan yang diberikan (Soegoto, 2008).

Body image dalam penelitian ini diukur dengan skala body image yang mengacu pada aspek milik Mazel, Krawczyk, dan Thompson (2011). Aspek tersebut terdiri dari, aspek global subjective, aspek afektif, aspek kognitif, dan aspek behavioral. Skala kualitas body image terdiri dari 60 butir aitem pertanyaan, yang terdiri dari 30 pertanyaan favorable dan 30 pertanyaan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang


(48)

sifat kalimatnya mendukung atau memihak pada aspek body image, sedangkan pernyataan unfavorable adalah pernyataan yang sifat kalimatnya tidak mendukung atau tidak memihak pada aspek body image.

Metode penyusunan skala yang digunakan adalah Summated ratings atau skala Likert. Metode ini menggunakan respon subjek penelitian sebagai dasar penentuan skalanya. Skala Likert disusun dari pernyataan favorabel dan unfavorabel serta menggunakan empat alternatif jawaban yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai(TS), Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk item yang bersifat favorabel diberi skor 4-1 sesuai dengan alternatif jawaban, sedangkan untuk item yang bersifat unfavorabel diberi skor dari 1-4 sesuai dengan alternative jawaban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 1

Skor untuk Item Favorable dan Unfavorable

Alternatif jawaban Skor

Favorable Unfavorable Sangat Setuju

Setuju Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju

4 3 2 1

1 2 3 4


(49)

Tabel 2

Blue Print Skala Try Out

Aspek

Item Jumlah

Item

Unfavorable Favorable

Global

Subjective

15, 19, 32, 33, 41, 55, 56 16, 17, 18, 25, 26, 30, 31, 34 15

Afektif 9, 20, 28, 46, 47, 48, 49, 57 1, 2, 8, 24, 35, 39, 40 15

Kognitif 10, 12, 14, 22, 38, 50, 58 4, 6, 23, 27, 42, 44, 45, 52 15

Behavioral 13, 21, 36, 37, 53, 54, 59, 60 3, 5, 7, 11, 29, 43, 51 15

Jumlah Item 30 30 60

Kelompok subjek yang dipakai dalam uji coba kali ini adalah remaja putri penderita skoliosis dengan rentang usia 13-18 tahun. Uji coba penelitian dilaksanakan pada tanggal 28 September 2012. Subjek uji coba dalam penelitian ini sebanyak 35 orang. Karena keterbatasan jumlah subjek dan waktu dalam penilitian ini, maka peniliti menggunakan jenis uji coba yaitu try out terpakai, dimana hanya dilakukan satu kali saja dalam menyebarkan skala kemudian dianalisis secara statistik (Azwar, 2005)

F. Validitas dan Reliabilitas 1. Validitas

Validitas ditegakan berdasarkan pendapat professional (Professional Judgment) para penelaah (Suryabrata, 2003). Metode


(50)

professional judgment, yaitu penilaian validitas terhadap suatu alat ukur yang diberikan oleh orang-orang yang dianggap ahli dan profesional di bidangnya, dalam hal ini adalah dosen pembimbing, sehingga item-itemnya dipandang sudah mencakup keseluruhan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2005).

2. Seleksi item

Seleksi item dilakukan sebelum skala digunakan untuk memperoleh item-item yang berkualitas dan sesuai dengan fungsi skala. Item yang baik adalah item yang memiliki daya beda tinggi yaitu mempunyai kemampuan untuk memberikan indikasi apakah seseorang mempunyai sikap positif atau tidak. Teknik yang dipakai dalam menyeleksi item dalam penelitian ini adalah penggunaan koefisien korelasi dengan mengkorelasikan skor item dengan skor item total. Pengkorelasian antara skor item dengan skor item total akan menghasilkan koefisien korelasi item total (rix). Koefisien korelasi yang

baik adalah ≥ 0,30 karena memiliki daya pembeda yang memuaskan. Sedangkan item dengan nilai rix dibawah 0,30 dianggap buruk karena

dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item yang digunakan dalam penelitian atau dinyatakan gugur (Nurgiyantoro, dkk, 2002). Penyeleksian item dilakukan dengan komputer menggunakan program SPSS for windows 16.


(51)

Hasil analisis seleksi item skala body image remaja penderita skoliosis menunjukkan bahwa terdapat 6 item yang berada di bawah batas 0,30 sehingga dinyatakan gugur. Item-item tersebut adalah item nomer 3, 7, 11, 29 yang merupakan aspek behavioral serta item nomor 12 dan 14 yang merupakan aspek kognitif. Berdasarkan hasil seleksi item body image remaja penderita scoliosis, aspek global subjective terdiri dari 7 item unfavorable dan 8 item favorable, aspek afektif terdiri dari 8 item unfavorable dan 7 item favorable, aspek kognitif terdiri dari 5 item unfavorable dan 8 item favorable, serta aspek behavioral terdiri dari 8 item unfavorable dan 3 item favorable. Secara keseluruhan terdapat 54 item yang selanjutnya digunakan dalam penelitian.

Tabel 3

Distribusi Item Skala Body Image Setelah Seleksi

Aspek Unfavorable Favorable Jumlah

Item

Nomor Item n Nomor Item n

Global Subjective Afektif Kognitif

15, 19, 32, 33, 41, 55, 56

7 16, 17, 18, 25, 26, 30, 31, 34

8 15

9, 20, 28, 46, 47, 48, 49, 57

50,10,38,58,22

8 5

1, 2, 8, 24, 35, 39, 40 4,42,23,6,52,27,45,44

7 8

15 13

Behavioral 13, 21, 36, 37, 53, 54, 59, 60

8 51,5,43 3 11

Jumlah Item


(52)

3. Reliabilitas

Reliabilitas dalam penelitian ini diukur dengan pendekatan konsistensi, yaitu pengujian akan konsistensi antar bagian atau konsistensi antar aitem dalam tes. Suatu tes dinyatakan reliabel jika memiliki konsistensi yang tinggi di antara komponen-komponen yang membentuk tes secara keseluruhan (Azwar, 2005).

Reliabilitas skala yang memiliki nilai di atas 0,500, maka skala tersebut dianggap memiliki reliabilitas yang memuaskan (Azwar, 2004). Pengukuran koefisien reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik Alpha Cronbach program SPSS for windows 16.

Tabel 4

Hasil Uji Reliabilitas Skala Body Image

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa reliabilitas skala memiliki nilai di atas 0,500 sehingga dianggap memiliki reliabilitas yang memuaskan.

G. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis dari penelitian ini digunakan untuk memberikan gambaran mengenai variabel yang akan diteliti (Hadi, 1997).

Koefisien Alpha Cronbach N Item N Subjek


(53)

Tabel 5

Deskripsi Data Teoritik

N Item Skor Range Standar

Deviasi

Mean

Teoritik

Minimum Maksimum

54 54 216 162 27 135

Skor minimum : skor paling rendah subjek pada skala yaitu 1. Skor maksimum : skor paling tinggi subjek pada skala yaitu 4.

Range : luas jarak sebaran skor maksimum dan minimum.

Standar Deviasi : luas jarak sebaran.


(54)

38

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 28 September 2012 pada remaja putri penderita skoliosis. Pengambilan data penelitian dilakukan dengan cara membagikan skala penelitian, yaitu Skala body image kepada remaja putri penderita skoliosis yang berusia antara 13 sampai 18 tahun.

Peneliti menggunakan sistem try out terpakai dalam penelitian ini dengan skala Body Image. Penelitian ini dilakukan pada 35 remaja putri yang menderita skoliosis. Peneliti menyebarkan skala penelitian sebanyak 35 eksemplar sesuai dengan jumlah subjek penelitian.

B. Hasil Penelitian 1. Uji Normalitas

Data yang telah diperoleh terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yaitu uji normalitas untuk mengetahui apakah sampel yang diambil berasal dari distribusi normal. Uji normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test yang menyatakan jika nilai signifikasi lebih besar dari 0,05 (p > 0,05) maka data dalam distribusi normal. Jika nilai signifikasi lebih kecil dari 0,05 (p < 0,05) maka data dalam distribusi tidak normal. Berdasarkan hasil analisis dengan uji One Sample Kolmogorov-Smirnov Test SPSS for Windows 16 diperoleh nilai signifikasi sebesar 0,579 (> 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa sampel yang diambil berasal dari sebuah distribusi normal.


(55)

2.Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Berikut ini adalah tabel yang berisi data penelitian berdasarkan perhitungan komputerisasi dengan SPSS for Windows 16.

Tabel 6.

Deskripsi Data Penelitian Secara Umum

Deskripsi Data Penelitian

N subjek Xmin Xmaks µ SD

Teoritik= 35 54 216 135 23.409

Empirik= 35 91 193 140 23.409

Catatan. Xmin= skor paling rendah subjek pada skala yaitu 1; Xmaks= skor

paling tinggi subjek pada skala yaitu 4; SD (Standar Deviasi)= luas jarak sebaran; µ= rata-rata skor maksimum dan minimum.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean empiric (140) lebih besar dari mean teoritik (135). Hal ini menunjukkan bahwa nilai rata-rata subjek penelitian kelompok data, lebih tinggi dari nilai rata-rata teoritik yang berarti bahwa subyek penelitian secara umum memiliki body image yang positif. Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar dari mean teoritik di uji lagi dengan uji statistik one sample


(56)

t-test dengan bantuan program SPSS for Windows 16. Hal ini bertujuan untuk membuktikan bahwa body image subjek tinggi secara signifikan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji statistik one sample test diketahui, signifikasinya adalah 0,225 (p=0,225) > taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada remaja putri penderita skoliosis signifikan tidak berbeda.

3. Sumbangan Tiap Aspek Body Image

Tabel 7

Sumbangan tiap aspek dalam body image

Toritik Empirik

N subjek

Xmin Xmaks µ Xmin Xmaks µ SD s2

Global Subjective

35 15 60 37,5 23 52 38,171 6,947 48,264

Afektif Kognitif Behavioral 35 35 35 15 13 11 60 52 44 37,5 32,5 27,5

27 55 39,800 7,737 59,871 22 46 33,457 5,606 31,432 10 41 28,457 4,507 20,314

Catatan. Xmin= skor paling rendah subyekpada skala yaitu 1; Xmaks= skor

paling tinggi subyek pada skala yaitu 4; μ= rata-rata skor maksimum dan minimum; SD (Standar Deviasi)= luas jarak sebaran; s2= varian; N=


(57)

Dapat dilihat pada aspek global subjective, nilai mean empiric (38,171) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (37,5). Berikutnya pada aspek afektif, nilai mean empirik (39,800) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (37,5). Pada aspek kognitif nilai mean empirik (33,457) lebih tinggi daripada nilai mean teoritik (32,5).Sedangkan yang terakhir yaitu aspek behavioral, nilai mean empirik (28,457) lebih rendah daripada nilai mean teoritik (27,5).

C. Pembahasan

Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan keadaan

body image remaja putri penderita skoliosis . Berdasarkan hasil analisis

deskriptif data yang diperoleh, diketahui bahwa nilai mean empirik (133) lebih besar daripada mean teoritik (130), dan uji t yang telah dilakukan menunjukan nilai t hitung sebesar 1.235 dengan p=0,225 > 0,05. Namun setelah dilakukan perhitungan uji statistik one sample test diketahui, signifikasinya adalah 0,225 (p=0,225) > taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada remaja putri penderita skoliosis secara signifikan tidak berbeda.

Subyek yang masih duduk di bangku sekolah menengah pertama hingga sekolah menengah atas dapat mempengaruhi persepsi mereka terhadap kondisi fisik mereka. Hal ini dikarenakan factor pendidikan dapat merubah pola fikir mereka terhadap persepsi-persepsi negative body image. Seperti yang diungkapkan oleh (Van der Linden & Roeders, 1983)dalam Monks,


(58)

positive terhadap perkembangan remaja. Pengaruh positive yang diberikan di sekolah tidak langsung membentuk persepsi yang positive kepada remaja penderita skoliosis yang bersekolah di sekolah formal. Hal ini yang membuat body image yang sedang pada remaja putri penderita skoliosis.

Faktor hubungan interpersonal memberikan pengaruh terhadap body image pada remaja putri penderita skoliosis.(Striegel-Moore & Marcus dalaThompon,1996)Faktor interpersonal pada penelitian ini memberikan sumbangan yang sedang terhadap body image terhadap para remaja penderita skoliosis. Menurut Chas, dkk 2002 umpan balik pada kenampakan fisik juga menjadi cara orang untuk membangun persepsi tentang bagaimana orang lain melihat dan menilai diri mereka. Umpan balik dapat berasal dari, orangtua, saudara/ kerabat, pasangan, rekan sebaya, dan bahkan orang asing. Perbandingan sosial juga menjadi salah satu cara untuk mengukur body image dengan jalan membandingkan diri individu terhadap individu atau kelompok individu di lingkungan/ lingkup sosial di mana individu tersebut bersosialisasi. Subjek penelitian yang mayoritas berada di lingkungan desa serta kebanyakan dari mereka hanya bersosialisasi pada lingkup yang kecil. Hal ini akan membuat body image mereka sedang.


(59)

43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mean empirik lebih besar

dari mean teoritik (μEmpirik > μTeoritik = 140 > 135), dan uji t yang telah dilakukan menunjukan nilai t hitung sebesar 1.235dengan p=0,225 > 0,05. Namun setelah dilakukan perhitungan uji statistik one sample test diketahui, signifikasinya adalah 0,225 (p=0,225) > taraf signifikansinya sebesar 0,05, artinya body image pada wanita dewasa dini pasca melahirkan anak pertama secara signifikan tidak berbeda.

B. Saran

1. Bagi Remaja Putri Penderita Skoliosis

Melalui hasil yang diperoleh pada penelitian ini yang menyatakan bahwa rata-rata body image pada remaja putri penderita skoliosis sedang atau rata-rata. Maka diharapkan agar remaja putri penderita skoliosis dapat meningkatkan body image mereka yang saat ini sedang, menjadi lebih baik atau positif.

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Menyadari penelitian ini masih jauh dari sempurna. Penelitian ini masih memiliki keterbatasan dalam pengambilan data subjek karena tidak adanya pertanyaan tentang apakah subyek yang akan mengisi skala memang menderita skoliosis atau tidak.


(60)

44

DAFTAR PUSTAKA

Akoso, T. Budi. (2009). Bebas Sakit Punggung. Yogyakarta: Kanisius.

Ali, Iskandar. (2010). Dahsyatnya Bioquantum untuk Kesehatan. Jakarta: Argo Media Pustaka

Azwar, S. (2005). Dasar-dasar psikometri. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Cash , F. Thomas & Smolak, Linda. (2011). Body image: A Handbook of Science,Practice, and Prevention, 2nd edn. New York: The Guilford Press.

Cash, F.Thomas & Pruzinsky, Thomas. (2002). Body Image A Handbook of Theory,Research, and Clinical Pratice.New York: The Guilford Press Cash, F.Thomas., Morrow A. Jennifer., Hrabosky I. Joshua & Perry

A.April.2004.How Has Body Image Changed? A Cross- Sectional Investigation of College Women and Men From (1983 to 2001). Journal of Consulting and Clinical Psychology 2004, Vol. 72, No. 6, 1081–1089

Corwin, Elisabeth. J. (2008). Patofisiologis. Jakarta: ECG

Davies, Kim. (2007). Nyeri Tulang dan Otot. Jakarta: Erlangga. Elseiver, Inc. Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi

Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Ghatam, Luthfi. (2006, September XIX). Nyeri Punggung. Tabloid Nova, 968, 11-17.


(61)

Grogan, Sarah. (1999). Body image: Understanding Body Dissatisfaction in Men,Women, and Children. London: Roudledge.

Gunarsa, Y.S.D. dan Gunarsa, S.D. (1986) Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

Hadi, S. (2000). Metodologi Research. Yogyakarta : Andi Offset.

Hadi, Sutrisno. (2002). Metodologi penelitian. Yogyakarta: Andi Offset. Humanika.

Hurlock, E.B. (1997). Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta L Penerbit Erlangga.

Mappiere, A. (1982). Psikologi Remaja. Surabaya: Usaha Nasional.

Mc Cance. (2008). Undestanding Pathopysiologis. An Affiliation of Elseiver, Inc. Monks,F.J., Knoers,A.M.P & Hadinoto S.R. (2001). Psikologi Perkembangan: Pengantar dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Mighwar. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Gramedia.

Mita (2009). Diary mayaku. Dipungut http://mitashere.blogspot.com/2009/02/2-skoliosis-danaku.html 07.56.

Nurgiyantoro, dan Fatah. (2002). Metode penelitian bisnis. Bandung: Alfa Beta. Porth, Mattson. (2009). Patofisiologis Concepts. New York: School of Medicine.

Papalia, E. Diane., Olds, W. Sally.,&Feldman, R. Duskin. (2009). HumanDevelopment: Perkembangan Manusia. Edisi ke 2.Jakarta: Salemba


(62)

Rahayusyalim. (2007, April30). Definisi Skoliosis. Diunduh dari http://rahayusyallim.multiply.com/ journal.

Santa, Brigita. (2012). Kualitas Hidup Penyandang Skoliosis pada Wanita Usia Dewasa Muda. Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Santrock, J. W. (2002). Life Span Development Jilid & 2, Edisi Kelima.

Jakarta:Erlangga

Santrock, J. W. (2007). Perkembangan Anak, Edisi Kesebelas. Jakarta: Erlangga

Santrock, J.B. (2003) Adolescence: Perkembangan masa remaja.(Jilid6.) Alih Bahasa: Achmad Chusairi dan Juda Damanik. Jakarta : Erlangga.

Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitatif dan R & D, Alfabeta : Bandung.

Sugiyono. (2009). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta: Bandung.

Suratun. (2006). Klien gangguan system musculoskeletal. Jakarta: ECG. Suryabrata, Sumardi. (2003). Metodologi Penelitian. Jakarta: Grafindo Persada.


(63)

47


(64)

48

LAMPIRAN A

SKALA TRY OUT


(65)

SKALA PENELITIAN

Disusun oleh :

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(66)

Kepada : Yth. Saudari Di tempat

Dengan Hormat,

Di tengah kesibukan saudari saat ini, perkenankanlah saya memohon bantuan saudari untuk meluangkan waktu sejenak untuk mengisi kuesioner berikut ini. Kuesioner ini disusun dalam rangka mencari data untuk menyelesaikan skripsi sarjana. Oleh karena itu, sangat diharapkan saudari mengisi kuesioner ini sesuai dengan keadaan, perasaan, dan pikiran saudari.

Dalam mengisi kuesioner ini tidak ada jawaban yang salah dan semua jawaban akan dijamin kerahasiaannya. Sebelum dan sesudahnya, saya mengucapkan terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya.

Peneliti,


(67)

Identitas Diri

Nama :

Umur :

Pekerjaan :

PETUNJUK

1.

Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban benar atau salah dan semua jawaban yang Anda berikan akan dijamin kerahasiaannya.

2.

Skala ini terdiri dari 60 pernyataan. Nyatakanlah pendapat Anda dengan memberi tanda ( ) pada kolom yang tersedia

Kolom 1 (SS) adalah jika Anda ”Sangat Sesuai” dengan penyataan tersebut

Kolom 2 (S)adalah jika Anda ”Sesuai” dengan pernyataan tersebut

Kolom 3 (TS) adalah jika Anda ”Tidak Sesuai” dengan pernyataan

tersebut

Kolom 4 (STS) adalah jika Anda ”Sangat Tidak Sesuai dengan pernyataan tersebut

Contoh :

No Pernyataan SS S TS STS

1. Saya puas dengan bentuk badan saya saat ini

3.

Setelah mengisi skala ini harap periksa kembali jawaban Anda jangan sampai ada pernyataan yang terlewati. Harap semua pernyataan diberi jawaban.

4.

Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan terima kasih. -Selamat mengerjakan –


(68)

No. Pernyataan SS S TS STS

1. Saya bangga dengan bentuk bahu saya

2. Saya senang dengan bentuk kaki saya yang ideal

3. Saya selalu bersolek di depan cermin

4. Bentuk tubuh saya menurut saya sudah sesuai keinginan saya 5. Bentuk pinggul saya terlihat

indah saat mengenakan celana ketat

6. Saya tidak ingin merubah bentuk bahu saya karena sudah sesuai keinginan saya

7. Saya sering memakai baju yang dapat memperlihatkan bentuk bahu saya

8. Saya nyaman dengan

penampiilan saya secara keseluruhan karena tampak


(69)

menarik

9. Saya merasa kecewa dengan bentuk dada saya yang kurang proporsional

10. Saya ingin mengubah bentuk pinggul saya

11. Celana yang ketat sering saya pakai karena dapat memperlihatkan bentuk pinggul saya yang ramping

12. Aktris film membuat saya terinspirasi untuk memiliki bentuk tubuh yang ideal

No. Pernyataan SS S TS STS

13. Saya tidak pernah bercermin karena saya malu bentuk tubuh saya yang tidak proporsional 14. Saya ingin badan yang terlihat

tegap seperti model fashion

15. Saya tidak puas dengan perut saya yang buncit

16. Bentuk dada saya yang indah membuat saya puas dan percaya diri

17. Saya puas dengan berat badan saya yang ideal


(70)

18. Proporsi bahu, pinggul dan keseluruhan bentuk tubuh saya membuat saya puas

19 Saya tidak puas dengan bentuk dada saya yang kurang menarik

No. Pernyataan SS S TS STS

20. Bentuk bahu saya yang kurang menarik membuat saya malu 21. Saya tidak memakai baju yang

ketat karena membuat saya tidak

nyaman dan dapat

memperlihatkan bentuk tubuh saya yang kurang menarik

22. Seandainya saya bisa berjalan tegap dan anggun seperti model fashion

23. Saya tidak ingin melakukan operasi karena tubuh saya sudah sesuai keinginan saya

24. Saya merasa bangga dengan perut saya yang ramping

25. Saya puas dengan bentuk bahu saya membuat saya terlihat menarik

26. Bentuk paha saya yang indah membuat saya puas


(71)

27. Saya memang memiliki bahu yang yang seperti yang saya miliki sekarang

28. Saya merasa kecewa dengan bentuk pinggul saya yang kurang menarik

29. Saya selalu memakai pakaian yang ketat untuk memperlihatkan bentuk tubuh saya yang indah

30. Saya puas dengan perut saya yang ramping

31. Bentuk pinggul saya yang indah membuat saya puas

32. Pinggang saya yang kurang proporsional membuat saya tidak puas

33. Saya tidak puas dengan bentuk kaki saya yang kurang menarik 34. Bentuk pinggul saya membuat

saya merasa puas

35. Saya merasa senang dengan kaki saya yang jenjang

36. Saya menggunakan sepatu berhak tinggi untuk menunjang tinggi badan saya yang kurang ideal

37 Saya tidak pernah berkumpul dengan teman-teman saya karena bentuk tubuh saya yang kurang


(72)

proporsional

38 Saya berharap bentuk bahu saya proporsional dengan bentuk tubuh saya

39 Saya senang dengan bentuk pinggul saya

40. Saya senang dengan bentuk dada saya yang membuat saya terlihat menarik

41 Menurut saya bentuk tubuh saya tidak ideal

42. Saya tidak ingin merubah bentuk pinggul saya karena sudah sesuai dengan keinginan saya

43. Saya tidak perlu menggunakan sepatu berhak tinggi karena

tinggi badan saya

sudahproporsional

44. Saya idak ingin menutupi setiap lekuan tubuh saya karena bentuk tubuh saya sudah sesuai keinginan saya

45 Saya tidak ingin bentuk tubuh saya seperti orang lain

46. Saya merasa tertekan dengan bentuk tubuh saya

47. Saya merasa malu dengan bentuk pinggul saya

48. Perut saya yang buncit membuat saya kecewa


(73)

49. Saya merasa malu dengan pinggang saya yang membuat saya kurang proporsionalu 50. Saya berharap mampu mengubah

bentuk tubuh saya supaya terlihat menarik

51. Setiap saat saya selalu memperlihatkan bentuk pinggul saya yang menawan saat berkaca 52. Bentuk kaki saya sudah sesuai dengan keinginan saya karena membuat saya terlihat anggun saat berjalan

53. Saya menghindari berada di lingkungan sosial karena saya malu dengan bentuk tubuh saya yang kurang proporsional

54. Saya sering menggunakan celana panjang agar kaki saya tidak terlihat

55. Tinggi badan saya yang tidak ideal membuat saya tidak puas 56. Bentuk bahu saya membuat saya

terlihat tidak menarik

57. Bentuk kaki saya yang tidak jenjang membuat saya merasa tidak nyaman

58. Saya berharap bentuk pinggul saya proporsional dengan bentuk tubuh saya


(74)

59. Saya menghindari pakaian yang dapat memperlihatkan bentuk bahu saya yang kurang proporsional

60. Saya menghindari memakai celana ketat yang dapat memperlihatkan bentuk pinggul saya yang kurang proporsional


(75)

59

LAMPIRAN B

DATA TRY OUT


(1)

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 35 100.0 Excludeda 0 .0 Total 35 100.0 a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items .966 54

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted VAR00001 137.0000 524.824 .650 .965 VAR00002 137.0571 524.761 .573 .966


(2)

98

VAR00004 137.2286 522.887 .701 .965 VAR00005 137.2857 531.798 .568 .966 VAR00006 137.1714 524.617 .664 .965 VAR00008 137.1429 521.361 .696 .965 VAR00009 137.2000 530.753 .579 .966 VAR00010 137.2000 531.459 .554 .966 VAR00013 136.8857 536.987 .387 .966 VAR00015 137.6571 536.467 .324 .967 VAR00016 137.3143 534.104 .445 .966 VAR00017 137.2000 522.635 .648 .965 VAR00018 137.2571 520.961 .752 .965 VAR00019 137.3714 530.534 .561 .966 VAR00020 137.4000 528.424 .591 .966 VAR00021 137.5714 528.487 .515 .966 VAR00022 137.6286 529.064 .486 .966 VAR00023 137.1714 528.617 .493 .966 VAR00024 137.4000 524.188 .648 .965 VAR00025 137.3429 527.291 .671 .965 VAR00026 137.2000 529.518 .622 .966 VAR00027 137.0857 533.375 .486 .966 VAR00028 137.3143 526.810 .745 .965 VAR00030 137.4571 524.844 .552 .966


(3)

VAR00031 137.2571 525.373 .700 .965 VAR00032 137.2857 529.563 .650 .966 VAR00033 137.2571 526.432 .713 .965 VAR00034 137.3429 522.703 .827 .965 VAR00035 137.1143 522.222 .715 .965 VAR00036 137.3143 529.634 .496 .966 VAR00037 137.1429 526.597 .528 .966 VAR00038 137.4857 532.963 .526 .966 VAR00039 137.2286 520.593 .812 .965 VAR00040 137.2857 533.975 .396 .966 VAR00041 137.3714 525.358 .615 .966 VAR00042 137.1714 525.205 .684 .965 VAR00043 137.2000 528.282 .619 .966 VAR00044 137.3714 529.652 .552 .966 VAR00045 137.2857 533.445 .470 .966 VAR00046 137.1429 521.361 .696 .965 VAR00047 137.2000 522.047 .664 .965 VAR00048 137.3714 521.887 .651 .965 VAR00049 137.3714 529.123 .462 .966 VAR00050 137.4286 528.193 .509 .966 VAR00051 137.6857 537.869 .361 .966 VAR00052 137.2286 526.240 .603 .966


(4)

100

VAR00053 136.9429 527.644 .633 .966 VAR00054 137.2857 537.269 .370 .966 VAR00055 137.3714 528.887 .616 .966 VAR00056 137.4286 529.429 .528 .966 VAR00057 137.2571 528.785 .633 .966 VAR00058 137.6000 540.129 .315 .966 VAR00059 137.4286 530.899 .550 .966 VAR00060 137.5429 527.020 .580 .966


(5)

vii

STUDI DESKRIPTIF : BODY IMAGE PADA REMAJA PUTRI

PENDERITA SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan body image berdasarkan aspek-aspek pada

remaja putri penderita skoliosis dengan jumlah subjek sebanyak 35 remaja putri penderita skoliosis. Alat ukur yang digunakan untuk mengukur body image remaja putri penderita skoliosis

adalah skala body image yang dirancang berdasarkan teori dari Thompson, Menzel dan Krawczyk

(dalam Smolack & Cash 2011). Pembuatan skala berdasarkan 4 aspek yaitu: global subjektif, afektif, kognitif, dan behavioral. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Keseluruhan aitem penelitian berjumlah 60 item. Skala tersebut memiliki reliabilitas sebesar 0,966. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai mean empirik yang lebih besar daripada nilai mean teoritik (Empirik > Teoritik = 140 >135). Berdasarkan hasil tersebut, disimpulkan bahwa subjek penelitian memiliki body image yang tergolong positive.


(6)

viii

DESCRIPTIVE STUDY: BODY IMAGE OF A GIRL WHO SUFFERS

SKOLIOSIS

Florentina Nanda Rasty Oktaviana

ABSTRACT

The objective of this study is to describe the body image based on some aspects of a girl who suffers skoliosis with the numbers of participants are 35 a girl who suffers skoliosis. The instrument that is used to measure the body image of a girl who suffers skoliosis is the scale of body image that is designed based on the theory of Thompson, Menzel, and Krawczyk (Smolack & Cash 2011). The scale is made based on 4 aspects, namely: global subjective, affective, cognitive, and behavioral. The method which is used in this study is quantitative descriptive. The numbers of the whole items used in this study are 60 items. The reliability of the scale is 0.966. The research findings shows that the value of the empirical mean is greater than the value of theoretical mean (Empirical > theoretical = 140>135). Based on the result, the writer can conclude that the subjects of this study can be classified of having positive-body image.

Key words: Body image,a girl , suffers skoliosis