9 mutasi-mutasi genetik yang merubah ekskresi kallikrein urine, pelepasan nitric
oxide, ekskresi aldosteron, steroid adrenal dan angiotensinogen Depkes, R.I., 2006.
2.2.2 Hipertensi sekunder
Kurang dari 10 penderita hipertensi merupakan sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obat tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada
kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau penyakit renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu,
baik secara langsung ataupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah. Apabila penyebab
sekunder dapat diidentifikasi, maka dengan menghentikan obat yang bersangkutan atau mengobatimengoreksi kondisi komorbid yang menyertainya sudah
merupakan tahap pertama dalam penanganan hipertensi sekunder Depkes, R.I., 2006.
2.3 Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi esensial adalah penyakit multifaktorial yang timbul terutama karena interaksi faktor-faktor risiko tertentu. Faktor-faktor risiko yang mendorong
timbulnya kenaikan tekanan darah tersebut adalah faktor risiko seperti diet dan asupan garam, stres, ras, obesitas, merokok, genetis, sistem saraf simpatis tonus
simpatis dan variasi diurnal, keseimbangan modulator vasodilatasi dan vasokontriksi, serta pengaruh sistem otokrin setempat yang berperan pada sistem
renin, angiotensin dan aldosteron. Pasien prehipertensi beresiko mengalami peningkatan tekanan darah menjadi hipertensi, mereka yang tekanan darahnya
berkisar antara 130-13980-89 mmHg dalam sepanjang hidupnya akan memiliki
10 dua kali risiko menjadi hipertensi dan mengalami penyakit kardiovaskular
daripada yang tekanan darahnya lebih rendah. Pada orang yang berumur lebih dari 50 tahun, tekanan darah sistolik 140 mmHg yang merupakan faktor risiko yang
lebih penting untuk terjadinya penyakit kardiovaskular dari pada tekanan darah diastolik. Risiko penyakit kardiovaskular dimulai pada tekanan darah 11575
mmHg, meningkat dua kali dengan tiap kenaikan 2010 mmHg. Risiko penyakit kardiovaskular ini bersifat kontinyu, konsisten, dan independen dari faktor risiko
lainnya, serta individu berumur 55 tahun memiliki 90 risiko untuk mengalami hipertensi Yogiantoro, 2009.
2.4 Patofisiologi Hipertensi 2.4.1 Tekanan darah arteri
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik TDS dan tekanan darah diastolik TDD. TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung
diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah:
a. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik tonus simpatis dan atau variasi
diurnal, mungkin berhubungan dengan meningkatnya respons terhadap stress psikososial
b. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor
c. Asupan natrium garam berlebihan
d. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
11 e.
Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron
f. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida NO, dan peptide
natriuretik g.
Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
h. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh
darah kecil di ginjal i.
Diabetes mellitus j.
Resistensi insulin k.
Obesitas l.
Meningkatnya aktivitas vascular growth factors m.
Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung dan tonus vaskular Depkes, R.I., 2006.
2.5 Gejala Klinis dan Diagnosis Hipertensi 2.5.1 Gejala Klinis Hipertensi