Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di RSU H. Adam Malik Medan

(1)

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA

PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Oleh: ADRIANSYAH

071524001

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA

PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara OLEH:

ADRIANSYAH NIM 071524001

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETIDAKPATUHAN PASIEN PENDERITA HIPERTENSI PADA

PASIEN RAWAT JALAN DI RSU H. ADAM MALIK MEDAN OLEH:

ADRIANSYAH 071524001

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Pada Tanggal: September 2010 Pembimbing I, Panitia Penguji,

Dr. Edy Suwarso, SU., Apt Prof. Dr. Urip Harahap., Apt NIP 130 935 857 NIP 19530101198303 1 004

Pembimbing II,

Dr. Edy Suwarso, SU., Apt NIP 130 935 857

Drs. Wiryanto, M. S., Apt Dra.Julia Reveny, M. Si,P.hd., Apt NIP 19511025198002 1 001 NIP 19580710198601 2 001

Dra. Juanita Tanuwijaya, M. Si., Apt NIP 130 672 239

Medan, Agustus 2010 Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra., Apt NIP 19531128198303 1 002


(4)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “ Analisis Faktor yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Tulisan ini selesai berkat dukungan dan bantuan dari banyak pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Edy Suwarso, SU., Apt., dan Bapak Drs. Wiryanto, M.S., Apt., yang telah memberi motivasi dan membimbing dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., serta seluruh staf Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama masa pendidikan.

Penulis juga tidak lupa menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang tulus kepada Ayahanda Buchari T. B dan Ibunda Nurhalina, serta adik-adikku tercinta, Rika beserta suami, Yudi, Hari, Yuni, dan untuk adik-adik dan kakak terbaikku, Dedes, Mella, kak Edrida, yang selama ini telah memberikan doa, dukungan, motivasi dan perhatian yang tiada hentinya kepada penulis. Ucapan terima kasih khusus penulis sampaikan kepada Adinda Pebri Warita Pulungan.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan ini, maka kritik dan saran yang dapat membangun sangat penulis harapkan dari seluruh pembaca. Semoga tulisan ini bermanfaat bagi seluruh pihak yang membutuhkan.

Medan, September 2010 Penulis


(5)

ABSTRAK

Hipertensi berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup, peningkatan resiko stroke, penyakit jantung koroner dan penyakit organ target lainnya (misalnya retinopati, gagal ginjal). Berdasarkan beberapa hasil survei yang telah dilakukan menyebutkan bahwa banyak pasien penderita hipertensi yang tidak melaksanakan kontrol dengan baik terhadap penyakitnya sehingga masalah ini sangat berpotensi untuk meningkatkan angka morbiditas dan motilitas akibat komplikasi penyakit hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pasien penderita hipertensi menjadi tidak patuh dalam melaksanakan terapi obat.

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit umum H. Adam Malik Medan, Sumatera Utara, pada bulan Juni-Juli 2009. Design penelitian ini adalah cross-sectional dengan sampel pasien rawat jalan penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi, pengambilan sampel dilakukan secara purposif sampling.

Data penelitian diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung terhadap pasien. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda metode Backward Wald pada pogram SPSS Version 13.0.

Hasil penelitian ini menginformasikan kepada kita bahwa faktor-faktor ketidakpatuhan pasien rawat jalan penderita hipertensi adalah tidak cukupnya pasien mendapatkan informasi(Wald = 6,978;OR = 15,298; Cl 95% = 2,02 - 115,77), adanya pengobatan lain yang dijalani oleh pasien (Wald = 6,043;OR = 0,091; Cl 95% = 0,013 – 0,615), faktor usia (Wald = 5,282 ;OR = 9,334 ; Cl 95% = 1,389 – 62,712), pendidikan (Wald = 5,016 ;OR = 0,050 ;Cl 95% = 0,004 – 0,688), lamanya telah menderita penyakit (Wald = 4,235 ;OR = 0,173 ;Cl 95% =0,033 – 0,920), tingkat kesembuhan yang telah dicapai (Wald = 4,199 ;OR = 21,189 ; Cl 95% = 1,142 – 393,056), rutinnya melakukan pemeriksaan ulang (Check Up) (Wald = 3,975 ;OR =10,283 ;Cl 95% = 1,040 -101,655), adanya reaksi obat yang merugikan (Wald = 3,899 ;OR= 0,176 ;Cl 95% = 0,013 – 0,615), mahalnya biaya pengobatan (Wald = 4,094 ;OR = 0,026 ;Cl 95% = 0,001 – 0,892).

Kata kunci : faktor ketidakpatuhan, hipertensi, uji regresi logistik berganda, uji chi-square.


(6)

ABSTRACT

Hypertension related to reduction of age for life expectation, stroke risk improvement, coronary heart disease and the other organ target disease (example, retinophaty, kidney failure). Based on several research survey, many patients not in good control condition with their treatment, so this problem be potential to increase the value of morbidity and mortility from hypertension disease. This research is objective to study non-compliance factors which influence patients of hypertension disease not obedient to carry out their drug therapy.

This research conducted in H. Adam Malik Hospital Center, in North Sumatera, on June-July 2009. This research’s design is cross-sectional and all of the patients who had hypertension disease are used as sample. It is fulfill inclusion criteria and it is not fufill exclusion criteria. Samples are taken by purposive sampling.

Data are obtained through quisionere and direct interview with patients. Data are analized step by step including univariate analysis, bivariate analysis by using Chi-Square Test, and multivariate analysis by using Backward Wald method on binary logistic regression at SPSS Version 13.0 programme.

The result of this research showed that the factors which related to non-compliance with patients of hypertension disease are perceived lack of information (Wald = 6.978;OR = 15.298; Cl 95% = 2.02 – 115.77), patients carry out the other treatment (Wald = 6.043;OR = 0.091; Cl 95% = 0.013 – 0.615), age factor (Wald = 5.282 ;OR = 9.334 ; Cl 95% = 1.389 – 62.712), education (Wald = 5.016 ;OR = 0.050 ;Cl 95% = 0.004 – 0.688), duration of hypertension (Wald = 4.235 ;OR = 0.173 ;Cl 95% =0.033 – 0.920), status of cure (Wald = 4.199 ;OR = 21.189 ; Cl 95% = 1.142 – 393.056), carry out check up (Wald = 3.975 ;OR =10.283 ;Cl 95% = 1.040 -101.655), adverse drug effects (Wald = 3.899 ;OR= 0.176 ;Cl 95% = 0.013 – 0.615), perceived economic problems (Wald = 4.094 ;OR = 0.026 ;Cl 95% = 0.001 – 0.892).

Key Words : noncompliance factors, hypertension disease, binary logistic regresi-on test, chi-square test.


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... ... ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... ... iii

ABSTRAK ... ... v

ABSTRACT ... ... vi

DAFTAR ISI ... ... vii

DAFTAR TABEL ... ... xii

DAFTAR GAMBAR ... ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN . ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Kerangka Konsep Penelitian ... ... 3

1.3 Perumusan Masalah ... ... 4

1.4 Hipotesis ... ... 4

1.5 Tujuan Penelitian ... 4

1.6 Manfaat Penelitian ... ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Ketidakpatuhan Pasien ... ... 5

2.2 Defenisi Hipertensi ... ... 9

2.2.1 Penyesuaian Jantung Terhadap Hipertensi ... 9

2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah ... 11

2.3 Patofisiologi ... 11

2.3.1 Tekanan Darah Arteri ... 11

2.4 Etiologi Hipertensi ... 12

2.4.1 Hipertensi Primer (Essensial) ... 13

2.4.2 Hipertensi Sekunder ... 13

2.5 Diagnosis Hipertensi dan Gejala Klinis ... 15


(8)

2.5.2 Gejala Klinis ... 16

2.6 Kemungkinan Penyakit Komplikasi Akibat Hipertensi ... 16

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi ... 17

2.7.1 Terapi Nonfarmakologi ... 17

2.7.1.1 Pembatasan Garam Dalam Makanan ... 18

2.7.1.2 Mengurangi Berat Badan ... 19

2.7.1.3 Pembatasan Alkohol ... 19

2.7.2 Terapi Farmakologi ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 22

3.1 Jenis Penelitian ... 22

3.2 Populasi dan Sampel ... 22

3.2.1 Populasi ... 22

3.2.2 Sampel ... 22

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

3.4 Defenisi Operasional ... 23

3.5 Instrumen Penelitian ... 25

3.5.1 Sumber Data ... 25

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 2

3.6 Teknik Analisis Data ... 25

3.7 Rancangan Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 27

4.1 Karakteristik Umum Subjek ... 27

4.2 Analisis Bivariat ... 28

4.2.1 Faktor Usia ... 29

4.2.2 Faktor Pendidikan ... 29

4.2.3 Faktor Lamanya Menderita ... 30

4.2.4 Faktor Kesembuhan Pasien ... 30

4.2.5 Faktor Banyaknya Jenis Obat ... 31

4.2.6 Faktor Pemeriksaan Ulang ... 31


(9)

4.2.8 Faktor Pengobatan Lain ... 32

4.2.9 Faktor Pelayanan Kesehatan ... 32

4.2.10 Faktor Pelayanan Dokter ... 33

4.2.11 Faktor Informasi Penyakit ... 33

4.2.12 Faktor Mahalnya Biaya Pengobatan ... 33

4.2.13 Faktor Kemudahan Mendapatkan Obat ... 34

4.2.14 Faktor Pelayanan Apotik ... 34

4.3 Analisis Multivariat ... 35

4.4 Pembahasan ... 37

4.4.1 Hubungan Usia dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 37

4.4.2 Hubungan Pendidikan dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 38

4.4.3 Hubungan Lamanya Menderita dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 38

4.4.4 Hubungan Tingkat Kesembuhan yang Telah dicapai dengan Ketidakpatuhan pasien ... 39

4.4.5 Hubungan Melakukan Pemeriksaan Ulang (Check Up) dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 40

4.4.6 Reaksi Obat yang Merugikan dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 41

4.4.7 Hubungan Adanya Pengobatan Lain dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 42

4.4.8 Hubungan Mahalnya Biaya Pengobatan dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 43

4.4.9 Hubungan Informasi Mengenai Penyakit dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 44

4.4.10 Hubungan Jumlah Obat yang Diminum dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 45

4.4.11 Hubungan Pelayanan Dokter dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 46

4.4.12 Hubungan Pelayanan Kesehatan dengan Ketidakpatuhan Pasien ... 47 4.4.13 Hubungan Mudahnya Mendapatkan Obat dengan


(10)

Ketidakpatuhan Pasien ... 48

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

5.1 Kesimpulan ... 50

5.2 Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 51


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 2.1 Klasifikasi tekanan darah untuk usia ≥ 18 tahun ... 10 4. 1 Karakteristik umum subjek penelitian ... 27 4. 2 Hubungan antara beberapa variabel dengan

ketidapatuhan pasien ... 33 4. 3 Hasil uji regresi logistik ganda metode Backward Wald

Beberapa variabel yang berhubungan dengan ketidakpatuhan Pasien hipertensi dalam melaksanakan terapi obat ... 35


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. 1 Skema Hubungan Variabel Bebas dan Variabel Terikat ... 3 3. 1 Skema Rancangan Penelitian ... 25


(13)

DAFTAR SINGKATAN 1. S.E = Standar Error = Nilai Tingkat Kesalahan 2. OR = Odds Ratio = Perbedaan Perbandingan 3. B = Koefisien Regresi Logistik

4. Wald = Digunakan Untuk Menguji Apakah Masing-Masing Koefisien Regresi Logistik Signifikan

5. C.I = Confidence Interval = Interval Kepercayaan 6. Sig = Significant = Nilai Kebermaknaan


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman 1. Hasil Analisis Bivariat Beberapa Variabel Bebas terhadap

Ketidakpatuhan Pasien Dalam Melaksanakan Pengobatan Secara Maksimal Menggunakan Uji Chi-Square Pada

Program SPSS ... 53 2. Hasil Analisis Multivariat Beberapa Variabel yang Berhubungan Dengan Ketidakpatuhan Pasien Dalam Melaksanakan

Pengobatan Secara Maksimal Menggunakan Regresi Logistik

Berganda Metode Backward Wald Pada Program SPSS ... 66 3. Kuesioner Penelitian ... 69 4. Surat Permohonan izin penelitian dari Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara Untuk Pengambilan Data di

RSU H. Adam Malik Medan ... 74 5. Surat izin Penelitian untuk Pengambilan Data dari bagian Litbang Ke Bagian Kardiologi RSU H. Adam Malik Medan ... 75 6. Surat izin Penelitian untuk Pengambilan Data dari bagian Litbang Ke Bagian Penyakit Dalam RSU H. Adam Malik Medan ... 76 7. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di Bagian


(15)

ABSTRAK

Hipertensi berkaitan dengan penurunan usia harapan hidup, peningkatan resiko stroke, penyakit jantung koroner dan penyakit organ target lainnya (misalnya retinopati, gagal ginjal). Berdasarkan beberapa hasil survei yang telah dilakukan menyebutkan bahwa banyak pasien penderita hipertensi yang tidak melaksanakan kontrol dengan baik terhadap penyakitnya sehingga masalah ini sangat berpotensi untuk meningkatkan angka morbiditas dan motilitas akibat komplikasi penyakit hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pasien penderita hipertensi menjadi tidak patuh dalam melaksanakan terapi obat.

Penelitian ini dilakukan di rumah sakit umum H. Adam Malik Medan, Sumatera Utara, pada bulan Juni-Juli 2009. Design penelitian ini adalah cross-sectional dengan sampel pasien rawat jalan penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi, pengambilan sampel dilakukan secara purposif sampling.

Data penelitian diperoleh melalui kuisioner dan wawancara langsung terhadap pasien. Analisis data dilakukan secara bertahap mencakup analisis univariat, analisis bivariat menggunakan uji chi-square, dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik berganda metode Backward Wald pada pogram SPSS Version 13.0.

Hasil penelitian ini menginformasikan kepada kita bahwa faktor-faktor ketidakpatuhan pasien rawat jalan penderita hipertensi adalah tidak cukupnya pasien mendapatkan informasi(Wald = 6,978;OR = 15,298; Cl 95% = 2,02 - 115,77), adanya pengobatan lain yang dijalani oleh pasien (Wald = 6,043;OR = 0,091; Cl 95% = 0,013 – 0,615), faktor usia (Wald = 5,282 ;OR = 9,334 ; Cl 95% = 1,389 – 62,712), pendidikan (Wald = 5,016 ;OR = 0,050 ;Cl 95% = 0,004 – 0,688), lamanya telah menderita penyakit (Wald = 4,235 ;OR = 0,173 ;Cl 95% =0,033 – 0,920), tingkat kesembuhan yang telah dicapai (Wald = 4,199 ;OR = 21,189 ; Cl 95% = 1,142 – 393,056), rutinnya melakukan pemeriksaan ulang (Check Up) (Wald = 3,975 ;OR =10,283 ;Cl 95% = 1,040 -101,655), adanya reaksi obat yang merugikan (Wald = 3,899 ;OR= 0,176 ;Cl 95% = 0,013 – 0,615), mahalnya biaya pengobatan (Wald = 4,094 ;OR = 0,026 ;Cl 95% = 0,001 – 0,892).

Kata kunci : faktor ketidakpatuhan, hipertensi, uji regresi logistik berganda, uji chi-square.


(16)

ABSTRACT

Hypertension related to reduction of age for life expectation, stroke risk improvement, coronary heart disease and the other organ target disease (example, retinophaty, kidney failure). Based on several research survey, many patients not in good control condition with their treatment, so this problem be potential to increase the value of morbidity and mortility from hypertension disease. This research is objective to study non-compliance factors which influence patients of hypertension disease not obedient to carry out their drug therapy.

This research conducted in H. Adam Malik Hospital Center, in North Sumatera, on June-July 2009. This research’s design is cross-sectional and all of the patients who had hypertension disease are used as sample. It is fulfill inclusion criteria and it is not fufill exclusion criteria. Samples are taken by purposive sampling.

Data are obtained through quisionere and direct interview with patients. Data are analized step by step including univariate analysis, bivariate analysis by using Chi-Square Test, and multivariate analysis by using Backward Wald method on binary logistic regression at SPSS Version 13.0 programme.

The result of this research showed that the factors which related to non-compliance with patients of hypertension disease are perceived lack of information (Wald = 6.978;OR = 15.298; Cl 95% = 2.02 – 115.77), patients carry out the other treatment (Wald = 6.043;OR = 0.091; Cl 95% = 0.013 – 0.615), age factor (Wald = 5.282 ;OR = 9.334 ; Cl 95% = 1.389 – 62.712), education (Wald = 5.016 ;OR = 0.050 ;Cl 95% = 0.004 – 0.688), duration of hypertension (Wald = 4.235 ;OR = 0.173 ;Cl 95% =0.033 – 0.920), status of cure (Wald = 4.199 ;OR = 21.189 ; Cl 95% = 1.142 – 393.056), carry out check up (Wald = 3.975 ;OR =10.283 ;Cl 95% = 1.040 -101.655), adverse drug effects (Wald = 3.899 ;OR= 0.176 ;Cl 95% = 0.013 – 0.615), perceived economic problems (Wald = 4.094 ;OR = 0.026 ;Cl 95% = 0.001 – 0.892).

Key Words : noncompliance factors, hypertension disease, binary logistic regresi-on test, chi-square test.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penyakit darah tinggi yang disebut sebagai hipertensi merupakan penyakit yang mendapat perhatian dari semua kalangan masyarakat, mengingat dampak yang ditimbulkannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang sehingga membutuhkan penanggulangan jangka panjang yang menyeluruh dan terpadu. Penyakit hipertensi menimbulkan angka morbiditas (kesakitan) dan mortalitasnya (kematian) yang tinggi.

Hipertensi dikenal secara luas sebagai bagian dari penyakit kardiovaskular. Diperkirakan telah menyebabkan 4,5% dari beban penyakit secara global, dan prevalensinya hampir sama besar di negara berkembang maupun di negara maju. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama gangguan jantung. Selain mengakibatkan gagal jantung, hipertensi dapat berakibat terjadinya gagal ginjal maupun penyakit serebrovaskular. Oleh karena itu, penyakit hipertensi dapat menyebabkan biaya pengobatan yang mahal karena alasan tingginya angka kunjungan ke dokter, perawatan di rumah sakit dan / atau penggunaan obat jangka panjang (Anonima, 2006).

Pada kebanyakan kasus, hipertensi terdeteksi saat pemeriksaan fisik karena alasan penyakit tertentu, sehingga sering disebut sebagai silent killer. Tanpa disadari penderita mengalami komplikasi pada organ-organ vital seperti jantung, otak ataupun ginjal (Anonima, 2006).

Walaupun demikian kenyataan menunjukkan di Amerika Serikat sekalipun hanya menunjukkan sekitar 51-73% yang menyadari hipertensi, dari jumalah tersebut hanya sekitar 31-55% yang diobati, dan hanya sekitar 10-29% yang tekanan darahnya terkontrol (Prodjosudjadi, 2000).

Ketidakpatuhan merupakan penyebab paling sering untuk kegagalan terapi antihipertensi. Pasien hipertensi biasanya tidak menunjukkan gejala dan baru terdiagnosis setelah menjalani check up sebelum adanya tanda-tanda kerusakan organ yang parah. Jadi, terapi ditujukan untuk menghindari akibat sisa dari penyakit (yang biasa terjadi kemudian), bukan mengobati kelainan pada pasien


(18)

waktu itu. Efek samping obat yang ada hubungan dengan terapi antihipertensi dapat mempengaruhi pasien untuk keadaan dibelakang hari. Misalnya, penyekat-ß menurunkan libido dan impoten pada pria terutama pada umur menengah dan lansia. Gangguan fungsi seksual akibat obat ini dapat menimbulkan penghentian terapi dari pasien. Jadi, perlu peningkatan kepatuhan dengan meneliti obat-obat atau dosis, baik pengurangan efek samping atau efek sampingnya (Mycek, 2001).

Salah satu studi menyatakan pasien yang menghentikan terapi anti hipertensi maka lima kali lebih besar kemungkinannya terkena stroke (Anonima, 2006).

Diperlukan berbagai upaya untuk meningkatkan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Paling sedikit 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak meminum obat sesuai yang direkomendasikan. Strategi yang paling efektif adalah dengan kombinasi strategi seperti edukasi, modifikasi sikap dan sistem yang mendukung. Dengan membantu pasien memodifikasi pola hidupnya juga dapat membantu pasien mencapai tujuan terapi (Anonima, 2006).

Rumah sakit umum pusat H. Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai dengan SK Menkes No. 502/Menkes/SK/IX/1991.

Rumah sakit umum H. Adam Malik juga sebagai pusat rujukan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat dan Riau.

Rumah sakit umum H. Adam Malik mulai berfungsi sejak tanggal 17 Juni 1991 dengan palayanan rawat jalan sedangkan untuk pelayanan rawat inap baru dimulai tanggal 2 Mei 1992.

Pada tanggal 11 Januari 1993 secara resmi pusat pendidikan fakultas kedokteran USU Medan dipindahkan ke RSU H. Adam Malik sebagai tanda dimulainya Soft Opening. Kemudian diresmikan oleh bapak presiden RI pada tanggal 21 Juli 1993.

Adapun latar belakang didirikannya rumah sakit ini adalah untuk mengemban fungsi dalam :

- Menyelenggarakan pelayanan medis


(19)

- Menyelenggarakan pelayanan asuhan keperawatan - Menyelenggarakan pelayanan rujukan

- Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan - Menyelenggarakan penelitian dan pengembangan

- Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan (Anonimb, 2000).

1.2 Kerangka Konsep Penelitian

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat ditunjukkan pada gambar 1.1 berikut :

VARIABEL BEBAS

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah faktor ketidakpatuhan apa saja yang mempengaruhi pasien rawat jalan penyakit hipertensi di RSU H. Adam Malik untuk tidak melakukan pola pengobatan yang maksimal (sesuai anjuran dokter)?

- Usia Pasien

- Pendidikan

- Lamanya Menderita

Hipertensi

- Kesembuhan pasien

- Banyaknya Jenis

Obat

- Pemeriksaan Ulang

(Check Up)

- Reaksi Obat yang

Merugikan

- Pengobatan Lain

- Pelayanan

Kesehatan

- Pelayanan Dokter

- Informasi Penyakit

- Mahalnya Biaya

Pengobatan

- Kemudahan

Mendapatkan Obat

- Pelayanan Apotik

KEPATUHAN MELAKSANAKAN

TERAPI OBAT FAKTOR

KETIDAKPATUHAN

VARIABEL TERIKAT


(20)

1.4 Hipotesis

Terdapat beberapa faktor-faktor ketidakpatuhan pasien rawat jalan hipertensi di RSU H. Adam Malik dalam melakukan pola pengobatan secara maksimal, yaitu usia pasien, pendidikan, lamanya menderita hipertensi, kesembuhan pasien, banyaknya jenis obat, pemeriksaan ulang (Check Up), reaksi obat yang merugikan, pengobatan lain, pelayanan kesehatan, pelayanan dokter, informasi penyakit, mahalnya biaya pengobatan, kemudahan mendapatkan obat, dan pelayanan apotik.

1.5 Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan pengobatan yang maksimal.

1.6 Manfaat Penelitian

Penelitian ini dapat bermanfaat sebagai gambaran untuk kajian kedepan bagi praktisi kesehatan dalam mengurangi terjadinya ketidakpatuhan tersebut sehingga tujuan pengobatan yang maksimal pada pasien yang bersangkutan dapat tercapai.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ketidakpatuhan Pasien

Ketidakpatuhan merupakan suatu sikap dimana pasien tidak disiplin atau tidak maksimal dalam melaksanakan pengobatan yang telah diinstruksikan oleh dokter kepadanya. Berdasarkan hasil dari suatu survei yang telah dilakukan menyebutkan bahwa lima puluh juta orang amerika mempunyai tekanan darah tinggi, 68% dari ini mengetahui diagnosisnya, 53% mendapat terapi dan hanya 27% terkontrol. Penyebab kontrol yang tidak baik ini antara lain karena banyak pasien yang tidak meminum obat yang diresepkan. Pada kebanyakan survei, kira-kira 25-50% pasien-pasien yang mulai meminum obat antihipertensi kemudian menghentikannya dalam 1 tahun (Irmalita, 2003). Oleh karena itu, sangat penting memberikan edukasi akan manfaat pengontrolan penyakit dalam jangka panjang yang pada akhirnya akan sangat berguna untuk mencapai terapi yang diinginkan (Kaplan, 2001).

Banyak faktor yang mendorong pasien penderita hipertensi untuk tidak patuh dan disiplin dalam meminum obatnya sehingga penyakit pasien tersebut tidak terkontrol dengan baik. Faktor tersebut antara lain :

1). Pengalaman pengguna obat terhadap efek samping dan kenyamanan obat. Beberapa efek samping terkadang dirasa cukup mengganggu sehingga mengakibatkan keengganan mengkonsumsi obat tersebut. Efek samping yang biasanya dirasakan oleh penderita hipertensi disaat setelah meminum obatnya seperti hidung mampat dan mulut kering, jantung berdebar-debar, rasa letih dan lesu, gangguan lambung dan usus (mual, diare), gangguan penglihatan, kadang impotensi. Sedangkan kenyamanan menggunakan obat berhubungan dengan bentuk, rasa, dan kemudahan memakainya.

2). Pengalaman pasien terhadap kemanjuran obat atau tingkat kesembuhan yang telah dicapai. Semua konsumen obat berharap bahwa obat yang digunakan akan secepatnya dapat dirasakan manfaat dan kemanjurannya. Obat-obat yang dirasakan lambat atau tidak memberikan efek, akan mendorong mereka tidak lagi merasakan membutuhkan obat tersebut.


(22)

3). Komunikasi antara pasien dengan dokter atau apoteker. Komunikasi yang baik bisa memperjelas informasi mengenai penyakit maupun obatnya dan sekaligus memberikan motivasi untuk menaati penggunaan obat yang benar, dan akan terjadi sebaliknya jika komunikasi berjalan buruk.

4). Pengaruh teman atau keluarga akan memberikan sikap yang positif atau negatif bagi pengguna obat. Sikap orang yang dekat ini akan memiliki arti yang besar terhadap kepatuhannya dalam menggunakan obat.

5). Faktor ekonomi. Kepatuhan menggunakan obat kadang dirasakan sebagai sebuah pemborosan atau sangat membebani secara ekonomi, sehingga pasien hanya membeli sebahagian obat saja dari yang seharusnya.

6). Kepercayaan/persepsi pasien terhadap penyakit dan pengobatannya. Yaitu besarnya harapan untuk sembuh dari sakit dan kepercayaan bahwa obat yang digunakannya akan memberikan kesembuhan. Orang-orang yang telah putus asa terhadap kesembuhan penyakitnya atau terhadap obat yang ia gunakan, akan lebih sulit bersikap patuh, begitu pula sebaliknya.

7). Faktor kebosanan dalam menggunakan obat terus-menerus akibat lamanya pasien tersebut telah menderita penyakit hipertensi. Pengobatan jangka panjang yang berlangsung bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup, mungkin akan membuat pasien merasa bosan sehingga tidak mempedulikan lagi aturan yang benar.

Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obatnya akan mengakibatkan kesalahan-kesalahan dalam melaksanakan aturan yang benar. Kesalahan-kesalahan tersebut antara lain :

1). Kelebihan dosis (Overdosis)

a. Menggunakan obat lebih dari dosis yang dianjurkan untuk satu kali pakai. b. Menggunakan obat lebih dari aturan yang telah dianjurkan untuk satu hari

pakai.

c. Menggunakan obat tidak mengikuti aturan waktu yang telah ditetapkan. 2). Kurangnya dosis (underdosis)

a. Menggunakan obat kurang dari jumlah yang dianjurkan untuk sekali pakai. b. Mengabaikan satu/lebih dosis.


(23)

d. Tidak menggunakan obat sama sekali dalam satu hari. 3). Lain-lain

a. Menggunakan obat tidak pada waktunya seperti yang telah dianjurkan. b. Salah cara menggunakan obat.

c. Tidak mengambil/menebus obat. d. salah dalam teknik penggunaan obat..

Akibat dari ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat dapat menyebabkan:

a. Kegagalan pengobatan, dimana obat sama sekali atau kurang berarti bagi penanganan penyakitnya.

b. Meningkatkan biaya perawatan. Hal ini bisa disebabkan karena penyakit tidak membaik atau justru semakin bertambah parah, mungkin juga karena keracunan (toksik) dan efek samping obat lainnya. Ini dapat memperlama perawatan dan menaikkan biaya.

c. Memerlukan perawatan tambahan. Tidak efektifnya obat bisa menaikkan tingkat keparahan penyakit yang akan memerlukan perawatan tambahan. d. Resiko terhadap keracunan obat. Terutama bila takaran obatnya berlebih

atau overdosis (Widodo, 2004).

Suatu hasil penelitian lain menyebutkan bahwa sukarnya sarana transportasi dapat menyebabkan pasien tidak teratur melakukan pengobatan ke tempat pelayanan kesehatan. Penelitian tersebut memaparkan, dengan adanya sarana transportasi yang mudah didapatkan maka seorang pasien mempunyai kemungkinan 3 kali untuk teratur dan patuh melakukan pengobatan dibandingkan pasien yang menyatakan sukar mendapatkan sarana transportasi (Senewe, 2002).

Oleh karena itu faktor ketidakpatuhan ini sangat penting untuk ditekan seminimal mungkin untuk tidak terjadi sehingga tujuan pengobatan yang diinginkan dapat tercapai.

2. 2 Defenisi Hipertensi

Menurut The Seventh Report of the Joint National Committee on detection, education, and treatment of high blood pressure (JNC VII), hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah sistolik lebih dari atau sama dengan 140


(24)

mmHg dan tekanan diastolik lebih dari atau sama dengan 90 mmHg (Rahmawati, 2006).

Hipertensi merupakan faktor resiko untuk banyak kasus koroner. Dari kelompok penyakit kardiovaskuler, hipertensi paling banyak ditemui. Antara 10-15% orang dewasa menderita kelainan ini. Penting sekali untuk dokter mencoba mengenali dan mengobati penderita-penderita hipertensi pada masyarakat (Tagor, 1996).

Namun demikian, tekanan darah dapat diturunkan melalui terapi yang tepat, sehingga menurunkan resiko stroke, kejadian koroner, gagal jantung dan ginjal. Patogenesis hipertensi melibatkan banyak faktor. Termasuk diantaranya peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer, vasokonstriksi dan penurunan vasodilatasi. Ginjal juga berperan pada regulasi tekanan darah melalui kontrol sodium dan ekskresi air, dan sekresi renin, yang mempengaruhi tekanan vaskular dan ketidakseimbangan elektrolit. Mekanisme neuronal seperti sistem saraf simpatis dan sistem endokrin juga terlibat pada regulasi tekanan darah. Oleh karena itu, system-sistem tersebut merupakan target untuk terapi obat untuk menurunkan tekanan darah (Gormer, 2007).

2.2.1 Penyesuaian jantung terhadap hipertensi

Jantung harus menyesuaikan diri untuk dapat memompakan darah melawan tahanan pembuluh yang meningkat dengan jalan hipertrofi. Tujuan penyesuaian adalah untuk mengurangi regangan (stress) dinding. Hipertrofi menyebabkan penebalan dinding akibat penambahan dalam ukuran sel-sel miokard dan bukan karena hiperplasia sel-sel otot miokard.

Terdapat beberapa persoalan dengan hipertrofi ini :

a. Penambahan dalam sintesis kolagen sehingga jantung mempunyai potensi untuk menjadi alat yang kurang efesien sesuai dengan ukurannya.

b. Mempertahankan penyediaan oksigen yang cukup. Dengan adanya perfusi yang berat di subendokard dapat berkurang

c. Hipertensi dapat mempercepat pengkapuran pembuluh koroner dan ini dapat mengurangi aliran darah miokardium dan penyediaan oksigen.


(25)

Para peneliti menemukan bukti-bukti secara ekokardiografi, bahwa adanya penambahan masa ventrikel kiri 23-28% pada penderita hipertensi. Gangguan fungsi jantung pertama kali terjadi pada penyakit jantung hipertensi timbul pada saat diastolik. Sejak bertahun-tahun telah diketahui bahwa EKG (Ekokardiogram) dapat menunjukkan bukti-bukti kelainan atrium sebagai salah satu tanda gangguan fungsi jantung. Akan tetapi ekokardiogram telah dengan jelas melukiskan kelainan-kelainan ini.

Bila jantung mulai hipertrofi, penyesuaian menurun dan pengisian ventrikel kiri menjadi lebih sukar. Gambaran klinik EKG menunjukkan adanya hipertrofi atrium kiri. Dari ekokardiogram dapat kita ketahui beberapa kelainan yang berhubungan dengan penyesuaian yang menurun ini, yaitu : relaksasi isovolemik, pengisian ventrikel yang lambat, tergangunya indeks pengosongan atrium kiri (Tagor, 1996).

2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah

Menurut Rahmawati, 2006, JNC VIII mengklasifikasi hipertensi untuk usia >

Tabel 2.1. klasifikasi Hipertensi untuk usia ≥ 18 Tahun

18 tahun , klasifikasi hipertensi tersebut dapat kita lihat pada tabel 2.1. berikut:

Klasifikasi Tekanan Sistolik ( mmHg )

Tekanan Diastolik ( mmHg )

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120-139 80-89

Stadium I 140-159 90-99

Stadium II ≥160 ≥100

2.3.Patofisiologi

2.3.1 Tekanan darah arteri

Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam millimetermerkuri(mmHg). Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi. Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara


(26)

potensial dalam terbentuknya hipertensi, faktor-faktor tersebut adalah (Anonima, 2006).

Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan meningkatnya respon terhadap stress psikososial, produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan vasokonstriktor, asupan natrium (garam) berlebihan, tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium, meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya produksi angiotensin II dan aldosteron, defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrogen oksida (NO), dan peptide natriuretik, abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada pembuluh darah kecil di ginjal, diabetes mellitus,resistensi insulin, obesitas, perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung, karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vaskular, dan berubahnya transpor ion dalam sel.

2.4 Etiologi Hipertensi

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam. Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologinya tidak diketahui (essensial atau hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat dikontrol. kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai penyebab khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder dapat diidentiikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapat disembuhkan secara potensial (Anonima, 2006).

2.4.1 Hipertensi Primer ( Essensial)

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang mempengaruhinya seperti genetik, lingkungan, hiperaktivasi susunan saraf simpatis, sistem renin-angiotensin, efek dalam ekskresi Na, peningkatan Na dan Cl intraseluler, dan faktor-faktor yang meningkatkan resiko, seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia.


(27)

2.4.2 Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder dapat diketahui penyebab spesifiknya, dan digolongkan dalam 4 kategori :

a. Hipertensi Kardiovaskuler biasanya berkaitan dengan peningkata kronik resistensi perifer total yang disebabkan oleh ateroslerosis.

b. Hipertensi renal (ginjal) dapat terjadi akibat dua defek ginjal : oklusi parsial arteri renalis atau penyakit jaringan ginjal itu sendiri.

1). Lesi aterosklerotik yang menonjol ke dalam lumen arteri renalis atau kompresi eksternal pembuluh oleh suatu tumor dapat mengurangi aliran darah ke ginjal. Ginjal berespons dengan mengaktifkan jalur hormonal yang melibatkan angiotensin II. Jalur ini meningkatkan retensi garam dan air selama pembentukan urin, sehingga volume darah meningkat untuk mengkompensasi penurunan aliran darah ginjal. Ingatlah bahwa angiotensin II juga merupakan vasokontriktor kuat. Walaupun kedua efek tersebut (peningkatan volume darah dan vasokontriksi akibat angiotensin) merupakan mekanisme kompensasi untuk memperbaiki aliran darah ke arteri renalis yang menyempit, keduanya juga menyebabkan peningkatan tekanan darah arteri keseluruhan.

2). Hipertensi renal juga terjadi jika ginjal sakit dan tidak mampu mengeleminasi beban garam normal. Terjadi retensi garam yang menginduks i retensi air, sehingga volume plasma bertambah dan timbul hipertensi.

c. Hipertensi endokrin terjadi akibat sedikitnya dua gangguan endokrin dan sindrom cronn

1). Feokromositoma adalah suatu tumor medula adrenal yang mengeluarkan epinefrin dan norepinefrin dalam jumlah yang berlebihan. Peningkatan abnormal kadar kedua hormon ini mencetuskan peningkatan curah jantung dan vasokontriksi umum, keduanya menimbulkan hipertensi yang khas untuk penyakit ini.

2). Sindrom conn berkaitan dengan peningkatan pembentukan oleh korteks adrenal. Hormon ini adalah bagian dari jalur hormonal yang menyebabkan retensi garam dan air oleh ginjal. beban garam dan air yang berlebihan di dalam tubuh akibat peningkatan kadar aldosteron menyebabkan tekanan darah meningkat.


(28)

1). Masalahnya mungkin adalah kesalahan kontrol tekanan darah akibat defek di pusat kontrol kardiovaskuler atau di baroreseptor.

2). Hipertensi neurogenik juga dapat terjadi sebagai respon kompensasi terhadap penurunan aliran darah otak. Sebagai respon terhadap ganguan ini, muncullah suatu refleks yang meningkatkan tekanan darah sebagai usaha untuk mengalirkan darah kaya oksigen ke jaringan otak secara adekuat (Sherwood, 2001).

2.5 Diagnosis Hipertensi dan Gejala Klinis 2.5.1 Diagnosis Hipertensi

Diagnosis yang akurat merupakan langkah awal dalam penatalaksanaan hipertensi. Akurasi cara pengukuran tekanan arah dan alat ukur yang digunakan, serta ketepatan waktu pengukuran . pengukuran tekanan darah dianjurkan dilakukan pada posisi duduk setelah beristirahat 5 menit dan 30 menit bebas rokok dan kafein (Prodjosudjadi, 2000).

Pengukuran tekanan darah posisi berdiri atau berbaring dapat dilakukan pada keadaan tertentu. Sebaiknya alat ukur yang dipilih adalah sfigmamonometer air raksa dengan ukuran cuff yang sesuai. Balon di pompa sampai 20-30 mmHg diatas tekanan sistolik yaitu saat pulsasi nadi tidak teraba lagi, kemudian dibuka secara perlahan-lahan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari auscultatory gap yaitu hilangnya bunyi setelah bunyi pertama terdengar yang disebabkan oleh kekakuan arteri (Prodjosudjadi, 2000).

Pengukuran ulang hampir selalu diperlukan untuk menilai apakah peninggian tekanan darah menetap sehingga memerlukan intervensi segera atau kembali ke normal sehingga hanya memelukan kontrol yang periodik. Selain itu diperlukan pemeriksaan penunjang untuk menilai faktor resiko kardiovaskuler lain seperti hiperglikemi atau hiperlipidemi yang dapat dimodifikasi dan menemukan kerusakan organ target akibat tingginya tekanan darah seperti hipertrofi ventrikel kiri atau retinopati hipertensi pada funduskopi. Tentu saja sebelum melakukan pemeriksaan fisik diperlukan anamnesis yang baik untuk menilai riwayat hipertensi dalam keluarga, riwayat penggunaan obat antihipertensi atau obat lain,


(29)

gejala yang berhubungan dengan gangguan organ target, kebiasaan dan gaya hidup serta factor psikososial (Prodjosudjadi, 2000).

2.5.2 Gejala Klinis

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menunjukkan gejala sampai bertahun-tahun. Oleh karena itulah hipertensi dikenal sebagai silent killer. Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti pendarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat akan mengalami edema pupil.

Corwin, (2000), menyebutkan bahwa sebahagian besar gejala klinis timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun (Rohaendi, 2008) :

a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial

b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.

c. Ayunan langkah yang tidak mantap akibat susunan saraf pusat telah rusak d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus e. Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler Gejala lainnya yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluarnya darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain.

2.6 Kemungkinan Penyakit Komplikasi Akibat Hipertensi 1). Penyakit jantung dan pembuluh darah

Dua bentuk utama penyakit jantung yang timbul pada penderita hipertensi yaitu penyakit jantung koroner (PJK) dan penyakit jantung hipertensi. Hipertensi merupakan penyebab paling umum dari hipertrofi ventrikel kiri. Waktu yang lama dan naiknya tekanan darah tidak mutlak sebagai timbulnya hipertrofi ventrikel kiri, karena adanya faktor-faktor lain selain peninggian tekanan darah yang penting untuk perkembangannya.


(30)

Hipertensi adalah faktor resiko paling penting untuk timbulnya stroke karena pendarahan atau eteroemboli.

3). Ensefalopati hipertensi

Ensefalopati hipertensi yaitu sindroma yang ditandai dengan perubahan-perubahan neurologis mendadak atau sub akut yang timbul sebagai akibat tekanan arteri yang meningkat, dan kembali normal bila tekanan darah kembali diturunkan.

Enselofati hipertensi biasanya ditandai oleh rasa sakit kepala hebat, bingung, lamban dan sering disertai dengan muntah-muntah, mual dan gangguan penglihatan.

2.7 Penatalaksanaan Hipertensi 2.7.1 Terapi Nonfarmakologi

Menerapkan gaya hidup sehat bagi setiap orang sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang penting dalam penanganan hipertensi. Semua pasien dengan prehipertensi dan hipertensi harus melakukan perubahan gaya hidup Disamping menurunkan tekanan darah pada pasien-pasien dengan hipertensi, modifikasi gaya hidup juga dapat mengurangi berlanjutnya tekanan darah ke hipertensi pada pasien-pasien dengan tekanan darah prehipertensi (Anonima, 2006).

Pengobatan non-farmakologik yang utama terhadap hipertensi adalah pembatasan garam dalam makanan, pengawasan berat badan, dan membatasi minuman alkohol. Intervensi terhadap faktor di atas dapat digunakan sendiri-sendiri atau dalam kombinasi. Pengobatan ini mungkin benar-benar berguna bila tekanan darah diastolik antara 90-95 pada penderita dengan usia <50 tahun yang tidak mempunyai faktor – faktor resiko kardiovaskuler lkainnya seperti : hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, laki-laki, kulit hitam, riwayat keluarga, atau bukti-bukti adanya kerusakan organ target. Pengobatan non-farmakologi diberikan sebagai tambahan pada penderita-penderita yang mendapat terapi dengan obat-obat (Tagor, 1996).


(31)

2.7.1.1 Pembatasan Garam Dalam Makanan

Pada beberapa orang dengan hipertensi ada yang peka terhadap garam ( salt-sensitive ) dan ada yang resisten terhadap garam. Penderita – penderita yang peka terhadap garam cenderung menahan natrium, barat badan bertambah dan menimbulkan hipertensi pada diet yang tinggi garam. Sebaliknya, penderita yang resisten terhadap garam cenderung tidak ada perubahan dalam berat badan atau tekanan darah pada diet garam rendah atau tinggi. Reaksi terhadap garam ini menerangkan mengapa beberapa orang yang mempunyai panurunan tekanan darah yang tidak sesuai pembatasan garam dalam makanan, sedang pada orang lain tekanan darah tetap tidak berubah.

Dari penelitian diketahui bahwa diet yang mengandung 1600-2300 mg natrium/ hari, dapat menurunkan rata-rata tekanan darah sistolik sebesar 9-15 mmHg dan tekanan diastolik sebesar 7-16 mmHg. Pembatasan garam sekitar 2000 mg natrium/ hari dianjurkan untuk pengelolaan diet pada kebanyakan penderita hipertensi.

2.7.1.2 Mengurangi Berat Badan

Insiden hipertensi meningkat 54 sampai 142 % pada penderita-penderita yang gemuk. Penerunun berat badan dalam waktu yang pendek dalam jumlah yang cukup besar biasanya disertai dengan penurunan tekanan darah. Beberapa peneliti menghitung rata-rata penurunan tekanan darah sebesar 20,7 sampai 12,7 mmHg dapat mencapai penurunan berat badan rata-rata sebesar 11,7 Kg. terdadapat hubungan yang erat antara perubahan berat badan dan perubahan tekanan darah dengan ramalan tekanan darah sebesar 25/15 mmHg setiap kilogram penurunan berat badan.

2.7.1.3 Pembatasan Alkohol

Orang-orang yang minum 3 atau lebih minuman alkohol per hari mempunyai tingkat tekanan darah yang tinggi. Sekarang diperkirakan bahwa hipertensi yang berhubungan dengan alkohol mungkin merupakan salah satu penyebab sekunder paling banyak dari hipertensi, kira-kira sebanayak 5-12% dari


(32)

kasus mengurangi minum alkohol dapat menurunkan tekanan darah ( Tagor, 1996).

Fakta-fakta berikut dapat diberitahu kepada pasien supaya pasien mengerti rasionalitas intervensi diet (Anonima, 2006):

a. Hipertensi 2 – 3 kali lebih sering pada orang gemuk dibanding orang dengan berat badan ideal

b. Lebih dari 60 % pasien dengan hipertensi adalah gemuk (overweight) c. Penurunan berat badan, hanya dengan 10 pound (4.5 kg) dapat

menurunkan tekanan darah secara bermakna pada orang gemuk

d. Obesitas abdomen dikaitkan dengan sindroma metabolik, yang juga prekursor dari hipertensi dan sindroma resisten insulin yang dapat berlanjut ke DM tipe 2.

e. Diet kaya dengan buah dan sayuran dan rendah lemak jenuh dapat menurunkan tekanan darah pada individu dengan hipertensi.

f. Walaupun ada pasien hipertensi yang tidak sensitif terhadap garam, kebanyakan pasien mengalami penurunaan tekanan darah sistolik dengan pembatasan natrium.

JNC VII menyarankan pola makan dengan diet yang kaya dengan buah,sayur, dan produk susu redah lemak dengan kadar total lemak dan lemak jenuh berkurang. Natrium yang direkomendasikan < 2.4 g (100 mEq)/hari. Aktifitas fisik dapat menurunkan tekanan darah. Olah raga aerobik secara teratur paling tidak 30 menit/hari beberapa hari per minggu ideal untuk kebanyakan pasien. Studi menunjukkan kalau olah raga aerobik, seperti jogging, berenang, jalan kaki, dan menggunakan sepeda, dapat menurunkan tekanan darah. Keuntungan ini dapat terjadi walaupun tanpa disertai penurunan berat badan. Pasien harus konsultasi dengan dokter untuk mengetahui jenis olah-raga mana yang terbaik terutama untuk pasien dengan kerusakan organ target. Merokok merupakan faktor resiko utama independen untuk penyakit kardiovaskular. Pasien hipertensi yang merokok harus dikonseling berhubungan dengan resiko lain yang dapat diakibatkan oleh merokok.


(33)

2.7.2 Terapi Farmakologi

Ada 9 kelas obat antihipertensi . Diuretik, penyekat beta, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), dan antagonis kalsium dianggap sebagai obat antihipertensi utama . Obat-obat ini baik sendiri atau dikombinasi, harus digunakan untuk mengobati mayoritas pasien dengan hipertensi karena bukti menunjukkan keuntungan dengan kelas obat ini. Beberapa dari kelas obat ini (misalnya diuretik dan antagonis kalsium) mempunyai subkelas dimana perbedaan yang bermakna dari studi terlihat dalam mekanisme kerja, penggunaan klinis atau efek samping. Penyekat alfa, , penghambat adrenergik, dan vasodilator digunakan sebagai obat alternatif pada pasien-pasien tertentu disamping obat utama.

Evidence-based medicine adalah pengobatan yang didasarkan atas bukti terbaik yang ada dalam mengambil keputusan saat memilih obat secara sadar, jelas, dan bijak terhadap masing-masing pasien dan/atau penyakit. Praktek evidence-based untuk hipertensi termasuk memilih obat tertentu berdasarkan data yang menunjukkan penurunan mortalitas dan morbiditas kardiovaskular atau kerusakan target organ akibat hipertensi. Bukti ilmiah menunjukkan kalau sekadar menurunkan tekanan darah, tolerabilitas, dan biaya saja tidak dapat dipakai dalam seleksi obat hipertensi. Dengan mempertimbangkan faktor-faktor ini, obat-obat yang paling berguna adalah diuretik, penghambat enzim konversi angiotensin (ACEI), penghambat reseptor angiotensin (ARB), penyekat beta, dan antagonis kalsium (CCB).


(34)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional-diskriptif dengan rancangan cross-sectional. Penelitian cross-sectional adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui prevalensi suatu efek atau penyakit pada suatu waktu, oleh karena itu disebut juga dengan studi prevalensi (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan data dilakukan dengan pembagian quisioner kepada para responden dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi ketidakpatuhan pasien penderita hipertensi.

3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi

Subjek penelitian ini adalah pasien rawat jalan penderita hipertensi bagian kardiologi dan penyakit dalam di RSU H. Adam Malik Medan. Subjek penelitian yang dipilih adalah semua populasi yang memenuhi kriteria inklusi dan kriteria eksklusi. Kriteria inklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah diatas normal dengan atau tanpa penyakit komplikasi, sedangkan kriteria eksklusi adalah pasien yang mempunyai tekanan darah normal.

3.2.2 Sampel

Sampel diambil dengan cara purposive sampling dengan objek penelitian seluruh pasien rawat jalan penderita hipertensi di RSU H. Adam Malik Medan. Pengambilan sampel metode purposive sampling merupakan suatu metode dimana sebahagian dari anggota populasi menjadi sampel penelitian sehingga sampel yang diikutsertakan dalam penelitian tersebut berdasarkan pada pertimbangan peneliti sendiri yang mana pada awalnya telah diidentifikasi berdasarkan karakteristik populasi secara keseluruhan (Notoatmodjo, 2005). Pengambilan besar sampel dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan rumus (Lemeshow, 1997):


(35)

n = Z 21-a/2 p(1-P)

d2

Keterangan : n = Jumlah Sampel Minimal Z1-a/2 = Derajat Kemaknaan

P = Proporsi Pasien

D = Tingkat presisi / deviasi

Dengan persen kepercayaan yang diinginkan 95%; Z1-a/2 = 1,960; P = 0,5: d =

0,1

Maka diperoleh besar sampel minimal : n = 1,9602 x 0,5(1 – 0,5) = 96,04 orang 0,12

Jadi, jumlah sampel minimal adalah 96 orang. Namun demikian, pasien yang ikut serta dalam penelitian ini berjumlah 110 orang.

3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di RSU H. Adam Malik Medan tepatnya di bagian kardiologi dan penyakit dalam pada bulan Juni-Juli 2009.

3.4 Defenisi Operasional

Pembatasan operasional penelitian dijelaskan melalui defenisi operasional berikut:

a. Hipertensi : suatu peningkatan kronis tekanan darah arteri sistolik dan diastolik yang bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Hipertensi didefenisikan oleh Joint National Committee on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC) VII sebagai tekanan darah yang lebih tinggi dari 140/90 mmHg. Dalam penelitian ini, penetapan subjek yang positif hipertensi didasarkan pada defenisi JNC VII. Penelitian ini tidak mengelompokkan subjek ke dalam tingkatan hipertensi serta tidak membedakan hipertensi primer dan hipertensi sekunder.

b. Faktor Ketidakpatuhan : merupakan suatu kondisi yang berpotensi bagi pasien untuk tidak melaksanakan terapi obat sesuai yang telah diinstruksikan kepadanya. Faktor ketidakpatuhan yang diukur dalam


(36)

penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, masalah yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan, masalah yang berhubungan dengan pasien yang bersangkutan, reaksi obat yang merugikan, pendidikan, jumlah obat yang diminum, lamanya menderita hipertensi.

Sedangkan defenisi operasional variabel penelitian adalah sebagai berikut :

a. Jenis Kelamin : penderita hipertensi tersebut berjenis kelamin pria atau wanita

b. Usia pasien: pada penelitian ini, peneliti mengklasifikasi usia tersebut menjadi 4 kelompok, yaitu: <55 Tahun, 55-64 Tahun, 65-74 Tahun, ≥75 Tahun. Usia subjek dihitung sejak tahun lahir sampai dengan ulang tahun terakhir.

c. Pendidikan : Berhubungan dengan pendidikan akhir yang sudah dijalani pasien

d. Jumlah obat yang diminum : untuk mengetahui berapa banyak kombinasi obat yang digunakan oleh dokter untuk diminum oleh pasien yang bersangkutan.

e. Lamanya menderita hipertensi : sudah berapa lama pasien tersebut menderita hipertensi dihitung sejak pertama kali mengalami tekanan darah diatas normal

f. Kesembuhan pasien: untuk menilai keberhasilan dari pengobatan yang dijalani pasien.

g. Pemeriksaan ulang (check up): menyangkut perilaku pasien untuk mengontrol perkembangan penyakitnya.

h. Pengobatan lain : berhubungan dengan pengobatan alternatif yang dijalani oleh pasien.

i. iPelayanan kesehatan : menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan rumah sakit.

j. Pelayanan dokter: menilai kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter. k. Informasi yang berhubungan dengan penyakit: meliputi pengguan obat,

penyakit hipertensi dan komplikasi yang mungkin timbul serta modifikasi pola hidup.


(37)

l. Mahalnya biaya pengobatan: berhubungan dengan kemampuan ekonomi pasien untuk membiayai pengobatan penyakitnya.

m. Kemudahan mendapatkan obat: berhubungan dengan kemudahan pasien untuk memperoleh obat di tempat pelayanan kesehatan, seperti apotek. n. Pelayanan apotek: meliputi keramahtamahan petugas apotik dan

kecepatan pengerjaan obat.

3.5 Instrumen Penelitian 3.5.1 Sumber Data

Sumber data dalam penelitian yaitu data primer berupa kuisioner dan wawancara singkat yang dilakukan secara langsung pada subjek penelitian untuk menguatkan data yang diperoleh dan mendapatkan informasi tambahan.

3.5.2 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pembagian kuisioner yang akan diisi oleh responden penderita hipertensi disertai dengan wawancara singkat. Responden tersebut diketahui menderita hipertensi setelah dilakukan pengukuran tekanan darah oleh perawat yang bertugas pada saat itu dan pemeriksaan tekanan darah ini wajib dilakukan bagi setiap responden untuk setiap kali melakukan kunjungan pengobatan. Jawaban kuisioner yang telah diisi oleh responden ditabulasikan hasilnya dan setiap faktor ketidakpatuhan dianalisis hingga diperoleh prevalensi setiap faktor ketidakpatuhan tersebut dengan kepatuhan responden dalam melaksanakan terapi obat.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini dilakukan secara bertahap meliputi analisis univariat untuk menghitung distribusi frekuensi, analisis bivariat untuk melihat apakah ada hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen dengan menggunakan Chi-Square, serta analisis multivariat untuk mengetahui faktor ketidakpatuhan yang mana yang paling berpengaruh terhadap ketidakpatuhan responden itu sendiri dalam melaksanakan terapi obat. Analisis multivariat dihitung dengan menggunakan uji regresi logistik berganda metode


(38)

Backward Wald. Regresi logistik berganda merupakan jenis analisis statistik yang lazim digunakan pada studi cross-sectional untuk mengetahui hubungan antara beberapa variabel independen, baik yang bersifat numerik maupun yang nominal, dengan satu variabel dependen yang bersifat dikotom seperti iya-tidak atau hidup-mati (Uyanto, 2009). Keistimewaan analisis regresi ganda logistik dibanding dengan analisis ganda linier adalah kemampuannya mengkonversi koefisien regresi (bi) menjadi Odds Ratio (OR) (Murti, 2003).

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi dengan menggunakan program SPSS Version 13.0. sehingga diperoleh informasi tentang faktor utama yang menyebabkan pasien tidak patuh dalam melaksanakan terapi obat.

3.7 Rancangan Penelitian

Adapun gambaran dari pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1 berikut :

Gambar 3.1 Skema Rancangan Penelitian

Subjek Penelitian

- Pembagian Quisioner - Wawancara Singkat

Analisis Faktor yang Berhubungan


(39)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Umum Subjek

Berdasarkan kuisioner yang telah dibagikan kepada 110 orang subjek penelitian, diperoleh gambaran umum karakteristik subjek antara lain ; 62,73 % yang berusia 56-80 Tahun, 50 % berjenis kelamin wanita, dan 58,18% yang sejauh ini telah menyelesaikan pendidikan lanjutan. Karakteristik umum subjek yang diteliti ini secara garis besar ditunjukkan pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik Umum Subjek Penelitian No Karateristik Subjek Jumlah

( n = 110) %

1

Kelompok Usia

32-55 Tahun 41 37,27

56-80 Tahun 69 62,73

2

Jenis Kelamin

Pria 55 50

Wanita 55 50

3

Pendidikan Terakhir

Pendidikan Dasar 46 41,82

Pendidikan Lanjutan 64 58,18

4.2 Analisis Bivariat

Tabel 4.2 Hubungan antara beberapa variabel dengan ketidakpatuhan pasien

No (A)

Variabel yang berhubungan (B)

Jumlah (C)

% (D)

Signifikansi (Nilai p) (E) 1 Usia

0,000

32-55 tahun 41 37.27

56-80 tahun 69 62,73

2 Pendidikan

0,000


(40)

Pend. Lanjutan 64 58,18 3 Lamanya Menderita

0,002

<5 tahun 52 47,27

>5 tahun 56 52,72

4 Kesembuhan Pasien

0,000

Ada 90 81,81

Tidak Ada 20 18,19

5 Banyaknya Jenis Obat

0,009

1 jenis 36 32,72

2 jenis 48 43,63

3-5 jenis 26 23,63

6 Pemeriksaan Ulang (Check Up)

0,001

Ada 77 70

Tidak 33 30

7 Reaksi Obat yang Merugikan

0,003

Ada 41 37,27

Tidak Ada 69 62,73

8 Pengobatan Lain

0,002

Ada 38 34,54

Tidak Ada 72 65,46

9 Pelayanan Kesehatan

0,046

Puas 96 87,27

Tidak Puas 14 12,73

10 Pelayanan Dokter

0,010

Puas 98 89,09

Tidak Puas 12 10,91

11 Informasi Penyakit

0,000

Ada 84 76,36

Tidak Ada 26 23,64

12 Mahalnya Biaya Pengobatan

0,009

Ya 14 12,73

Tidak 96 87,27

13 Kemudahan Mendapatkan Obat

0,010

Mudah 102 92,73

Tidak Mudah 8 7,27

14 Pelayanan Apotek

0,158


(41)

Tidak puas 1 0,90

4.2.1 Faktor Usia

Berdasarkan tabel hasil uji chi-square pada kelompok umur dapat terlihat bahwa yang berumur 32-55 tahun ada sebanyak 41 orang (37,27%) dan yang berumur 56-80 tahun sebanyak 69 orang (62,73%). Dari hasil ini, terlihat jelas bahwa selama penelitian dilakukan pasien dengan kelompok umur 56-80 tahun lebih banyak jika dibandingkan dengan kelompok umur 32-55 tahun.

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel usia dengan kepatuhan dalam melaksanakan terapi obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan nilai p<0,05 sehingga faktor usia berhubungan dengan kepatuhan dalam meminum obat. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.2 Faktor Pendidikan

Pada umumnya subjek dalam penelitian ini adalah yang telah mengecam pendidikan tingkat lanjutan (58,18%) atau sebanyak 64 orang, sedangkan yang telah menyelesaikan pendidikan tingkat dasar sebanyak 46 orang (41,82%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pendidikan dengan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat menunjukkan hubungan yang sangat bermakna (nilai p<0,05) sehingga faktor pendidikan berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.3 Faktor Lamanya Menderita

Berdasarkan hasil penelitian, bahwa banyaknya pasien yang telah menderita hipertensi selama <5 tahun menunjukkan porsi yang tidak jauh berbeda dengan pasien yang telah menderita selama >5 tahun, yaitu masing-masing sebanyak 52 orang (47,27%) dan 58 orang (52,72%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel lamanya telah menderita hipertensi dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.


(42)

4.2.4 Faktor Kesembuhan Pasien

Jumlah pasien yang telah merasakan kesembuhan dalam jangka yang agak lama (tidak terlalu sering lagi menderita tekanan darah diatas batas normal) sebanyak 90 orang (81,81%) sedangkan yang masih terlalu sering merasakan tekanan darah diatas batas normal sebanyak 20 orang (18,18%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel tingkat kesembuhan pasien dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.5 Faktor Banyaknya Jenis Obat

Jumlah pasien yang mengkonsumsi hanya 1 jenis obat anti hipertensi adalah sebanyak 36 orang (32,72%), yang berjumlah 2 jenis adalah sebanyak 48 orang (43,63%) serta 26 orang (23,63%) untuk pasien yang telah mengkonsumsi jenis obat sebanyak 3-5 jenis.

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel banyaknya jenis obat yang dikonsumsi oleh pasien dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.6 Faktor Pemeriksaan Ulang (Check Up)

Jumlah pasien yang melakukan pemeriksaan ulang rutin sesuai yang telah diinstruksikan dokter kepadanya adalah sebanyak 77 orang (70%), sedangkan jumlah pasien yang jarang melakukan pemeriksaan ulang rutin pada waktunya sebanyak 33 orang (30%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pemeriksaan ulang dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.


(43)

4.2.7 Faktor Reaksi Obat yang Merugikan

Berdasarkan hasil penelitian, banyaknya pasien yang merasakan reaksi obat yang merugikan sebanyak 41 orang ( 37,27%), sedangkan pasien yang tidak merasakan efek terapi yang merugikan ini adalah sebanyak 69 orang(62,72%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel reaksi obat yang merugikan dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.8 Faktor Pengobatan Lain

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah pasien yang melakukan pengobatan lain diluar pengobatan yang sedang dijalaninya saat ini adalah berjumlah 38 orang (34,54%), sedangkan jumlah pasien yang tidak melaksanakan alternatif pengobatan lain sebanyak 72 orang (65,45%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pegobatan lain dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.9 Faktor Pelayanan Kesehatan

Jumlah pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan di RSU H. Adam Malik medan sebanyak 96 orang (87,27%), sedangkan yang menyatakan tidak puas terhadap pelayanan kesehatan dirumah sakit tersebut sebanyak 14 orang (12,73%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pelayanan kesehatan dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.10 Faktor Pelayanan Dokter

Berdasarkan hasil penelitian, pasien yang menyatakan puas terhadap pelayanan dokter selama pasien tersebut menjalani pengobatan adalah sebanyak


(44)

98 orang (89,09%), sedangkan pasien yang menyatakan tidak puas terhadap dokter yang menanganinya ada sebanyak 12 orang (10,91%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pelayanan dokter yang menanganinya dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.11 Faktor Informasi Penyakit

Pasien yang menyatakan cukup mendapatkan informasi dari tenaga kesehatan ketika berkunjung melakukan pengobatan berjumlah 84 orang (76,36%), sedangkan jumlah pasien yang menyatakan tidak cukup mendapatkan informasi adalah 26 orang (23,64%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel informasi penyakit dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.12 Faktor Mahalnya Biaya Pengobatan

Setelah dihitung, ternyata banyaknya pasien yang menyatakan bahwa biaya untuk pengobatan penyakit hipertensi tidak mahal berjumlah 96 orang (87,27%), sedangkan yang menyatakan bahwa biaya pengobatan tersebut masih tergolong mahal berjumlah 14 orang (12,73%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel mahalnya biaya pengobatan dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.13 Faktor Kemudahan Mendapatkan Obat

Pasien yang mengaku cukup mudah mendapatkan obat yang telah diresepkan kepadanya adalah sebanyak 102 orang (92,73%), sedangkan pasien yang mengaku sulit mendapatkan obat sebanyak 8 orang (7,27%).


(45)

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel kemudahan mendapatkan obat dengan kepatuhan minum obat menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik (nilai p<0,05) sehingga faktor ini berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.2.14 Faktor Pelayanan Apotik

Berdasarkan hasil penelitian, jumlah pasien yang mengaku puas terhadap pelayanan apotik adalah sebanyak 109 orang (99,10%), sedangkan yang menyatakan tidak puas berjumlah 1 orang (0,9%).

Hasil analisis bivariat dengan chi-square test antara variabel pelayanan apotik dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik dengan nilai 0,158 (p>0,05) sehingga faktor ini tidak berhubungan dengan kepatuhan pasien dalam meminum obatnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.2.

4.3 Analisis Multivariat

Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada 13 variabel independen yang berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi obat, sedangkan hanya 1 variabel yang tidak menunjukkan hubungan yang bermakna secara statistik. Selanjutnya, untuk mengetahui bentuk hubungan antara variabel tersebut dan untuk mengetahui variabel mana yang paling berpengaruh, maka dilakukan analisis multivariate terhadap seluruh variabel independen dengan regresi logistik ganda, menggunakan metode Backward Wald pada program SPSS Version 13.0.

Hasil analisis regresi logistik ganda variabel independen yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi obat dengan menggunakan metode Backward Wald ditunjukkan pada Tabel 4.3.


(46)

Tabel 4.3 Hasil uji regresi logistik ganda metode Backward Wald

Beberapa variabel yang berhubungan dengan ketidakpatuhan pasien hipertensi dalam melaksanakan terapi obat

B S.E. Wald df Sig.

Exp(B )

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Step

1(a)

Umur

2.234 .972 5.28

2 1

0.02

2 9.334 1.389 62.712 Pendidik

an -2.991

1.33 5

5.01

6 1

0.02

5 .050 .004 .688 Lama

menderit a

-1.754 .852 4.23

5 1

0.04

0 .173 .033 .920 kesembu

han pasien

3.053 1.49 0

4.19

9 1

0.04

0 21.189 1.142 393.056 Banyakn

ya jenis obat

-.215 .605 .127 1 0.72

2 .806 .246 2.637 Check

Up 2.330

1.16 9

3.97

5 1

0.04

6 10.283 1.040 101.655 reaksi

obat merugika n

-1.739 .881 3.89

9 1

0.04

8 .176 .031 .987 pengobat

an lain -2.400 .976 6.04

3 1

0.01

4 .091 .013 .615 pelayana

n kesehata n

-1.855 1.63 0

1.29

4 1

0.25

5 .156 .006 3.821


(47)

n dokter 9 6 informasi

penyakit 2.728

1.03 3

6.97

8 1

0.00

8 15.298 2.022 115.765 mahalnya

pengobat an

-3.637 1.79 8

4.09

4 1

0.04

3 .026 .001 .892 kemudah

an mendapat kan obat

2.165 1.80 3

1.44

1 1

0.23

0 8.711 .254 298.397

Constant -15.328 401 92.9 74

.000 1 1.00

0 .000

Sumber : Hasil Pengolahan Data

Berdasarkan Tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa variabel usia, pendidikan, lamanya menderita hipertensi, tingkat kesembuhan yang telah dicapai pasien, rutinnya pasien melakukan Check Up, adanya reaksi obat merugikan yang dirasakan oleh pasien, pasien menjalani pengobatan lain serta mahalnya biaya pengobatan ternyata berpengaruh terhadap ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan terapi obat. model persamaan statistik yang diperoleh dari hasil analisis tersebut adalah :

ln p = -15,328 + 2,234 usia + (-2,991) Pendidikan + (-1,754) Lamanya Menderita 1- p + 3,053 Kesembuhan Pasien + 2,330 Check Up + (-1,739) Reaksi Obat yang merugikan + (-2,400) Pengobatan Lain + 2,728 Informasi + (-3,637) Mahalnya Biaya Pengobatan


(48)

4.4 Pembahasan

4.4.1 Hubungan Usia dengan Ketidakpatuhan Pasien

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ditunjukkan bahwa faktor usia menunjukkan hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan pola pengobatan yang telah diinstruksikan kepadanya, hal ini dapat dilihat dai nilai kebermaknaannya yaitu sebesar 0,022 (p<0,05). Informasi lain yang dapat kita peroleh bahwa pasien dengan usia 56-80 tahun, 9 kali cenderung untuk tidak patuh daripada pasien yang berusia 32-55 tahun. Dari wawancara yang telah dilakukan, pada umumnya pasien dengan umur yang sudah lanjut ditambah lagi dengan sudah lamanya menderita hipertensi, mengaku sering lupa atau enggan untuk meminum obatnya. Ada beberapa alasan yang diutarakan pasien tersebut diantaranya sudah jenuh meminum obat (karena penyakit yang dideritanya sudah cukup lama), sedangkan penyakitnya tidak kunjung sembuh sepenuhnya. Hal sebaliknya terjadi pada pasien kelompok umur 32-55 tahun, mereka mengaku takut meninggalkan pengobatan yang telah diinstruksikan oleh dokter yang menanganinya, hal ini mungkin dikarenakan penyakit tersebut baru diderita oleh pasien tersebut sehingga motivasinya untuk sembuh masih cukup besar.

Faktor usia yang sangat berkaitan dengan kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obatnya patut diwaspadai, terutama terhadap alasan lupa dalam meminum obatnya. Untuk menyikapinya, ada baiknya dokter memberikan obat dengan masa kerja panjang (long-acting drugs) sehingga pasien tidak perlu berulang-ulang meminum obatnya, obat dengan pola kerja seperti ini sangat efektif bagi pasien yang berusia lanjut.

4.4.2 Hubungan Pendidikan dengan Ketidakpatuhan Pasien

Dari hasil penelitian yang telah diperoleh menyiratkan informasi bahwa dengan semakin tingginya pendidikan, ada kemungkinan pasien tersebut tidak patuh dalam menjalani pengobatannya. Faktor pendidikan menunjukkan hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pasien dalam melaksanakan pengobatannya yang ditunjukkan dengan nilai kebermaknaan sebesar 0,025 (p<0,05). Hal ini dapat disebabkan oleh adanya sedikit pengetahuan yang dimiliki


(49)

pasien tersebut mengenai penyakitnya, akibat pengetahuan yang tidak menyeluruh, pasien sering mengabaikan instruksi yang telah diberikan oleh dokter kepadanya dan sering menganggap penyakit hipertensi tidak begitu fatal bagi kesehatannya padahal komplikasi yang timbul dari penyakit tersebut sangat membahayakan seiring tidak segera mengobatinya.

Hal sebaliknya terjadi pada pasien yang hanya mengenyam pendidikan sampai sebatas tingkat dasar (SD-SMP), pada umumnya mereka patuh terhadap instruksi yang diberikan oleh dokter yang menangani penyakitnya, rasa takut akan semakin parahnya penyakit mereka jika tidak diobati secara intensif mendasari mereka untuk tetap patuh terhadap terapi yang sedang mereka jalani.

4.4.3 Hubungan Lamanya Menderita dengan Ketidakpatuhan Pasien

Dari tabel 4.3 dapat kita lihat bahwa semakin lama pasien tersebut mengidap penyakit hipertensi maka prevalensinya untuk tidak patuh menjadi semakin tinggi hal tersebut dapat kita amati dari nilai kebermaknaan yang telah diperoleh dari penelitian ini yaitu sebesar 0,040 (p<0,05). Hal ini mungkin dikarenakan pasien yang bersangkutan telah jenuh menjalani pengobatan atau meminum obatnya sedangkan tingkat kesembuhan yang telah dicapai tidak sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini juga terkait dengan jumlah obat yang diminum, pada umumnya pasien yang telah lama menderita hipertensi tapi belum kumjung mencapai kesembuhan, maka dokter yang menangani pasien tersebut biasanya akan menambah jenis obat ataupun akan meningkatkan sedikit dosisnya karena mungkin saja akibat lamanya menderita penyakit ini maka penyakit komplikasi lainnya sudah muncul. Akibatnya pasien tersebut cenderung untuk tidak patuh. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh.

4.4.4 Hubungan Tingkat Kesembuhan yang Telah dicapai dengan Ketidakpatuhan pasien.

Pasien yang telah merasakan kesembuhan dari penyakit sebelumnya dalam jangka waktu yang agak lama 21 kali lebih patuh untuk terus menjalani terapi obat yang diinstruksikan oleh dokter kepadanya daripada pasien yang merasakan tekanan darahnya tidak kunjung berada dalam batas normal sekalipun terapi obat


(50)

tersebut telah dijalaninya selama ini. Hubungan antara faktor tingkat kesembuhan dengan ketidakpatuhuhan pasien ditunjukkan dengan nilai kebermaknaan yaitu sebesar 0,040 (p<0,05).

Kesembuhan pasien, selain merupakan harapan pasien yang bersangkutan juga merupakan harapan semua tenaga kesehatan yang telah menanganinya. Kesembuhan tidak akan dicapai jika kerjasama atau interaksi antara pasien dengan tenaga kesehatan tidak terjalin dengan baik. Pasien yang patuh terhadap pola pengobatannya dan intensifnya seorang dokter menangani pasiennya akan meningkatkan probabilitas pasien untuk sembuh. Pasien yang merasakan kesembuhan atau sedikit merasa lebih baik dari penyakit yang sebelumnya telah ia rasakan akan meningkatkan motivasi pasien tersebut untuk patuh. Pengalaman yang baik antara pasien dengan dokter yang menanganinya juga dapat mengurangi kemungkinan pasien untuk berpindah-pindah tempat dalam melakukan pengobatan sehingga pasien tersebut tetap fokus kepada satu pengobatan. Kegagalan terapi atau tidak tercapainya kesembuhan yang diinginkan terkadang tidak sepenuhnya berasal dari ketidakpatuhan pasien, dalam suatu survey yang telah dilakukan, banyak dokter yang tidak meresepkan cukup obat untuk mengontrol tekanan darah tinggi pasiennya., tetapi pada kenyataannya terlihat pasiennya mau, tetapi dokternya tidak meresepkan (Irmalita, 2003).

4.4.5 Hubungan Melakukan Pemeriksaan Ulang (Check Up) dengan Ketidakpatuhan Pasien.

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh faktor ini menunjukkan hubungan yang bermakna dengan ketidakpatuhan pasien yaitu dengan diperolehnya nilai kebermaknaan sebesar 0,046 (p<0,05), hasil tabulasi pada Tabel 4.3 juga menginformasikan bahwa pasien yang rutin melakukan pemeriksaan ulang kepada dokter yang menanganinya 10 kali lebih patuh melaksanakan terapi yang telah diinstruksikan oleh dokter kepadanya daripada pasien yang jarang melakukan pemeriksaan ulang tersebut

Pemeriksaan ulang yang dilakukan secara berkala oleh pasien yang bersangkutan dapat menjadi suatu indikasi bahwa pasien tersebut mempunyai motivasi untuk sembuh dan ingin merasakan kondisi yang lebih baik dari


(51)

sebelumnya. Faktor ini dapat dijadikan sebagai suatu acuan apakah pasien tersebut patuh atau tidak terhadap pola pengobatannya. Pasien yang mengabaikan instruksi dokter untuk melakukan pemeriksaan kembali secara rutin tidak akan mendapat terapi yang maksimal karena perkembangan penyakitnya tidak di monitor dengan baik oleh dokter yang menanganinya atau akibat yang lebih berbahaya lagi, pasien tidak menyadari bahwa penyakit hipertensi yang sedang dideritanya telah menyebabkan timbulnya penyakit komplikasi lainnya akibat tidak pernah melakukan pemeriksaan ulang.

Ketidakpatuhan pasien dalam melakukan pemeriksaan ulang pada dasarnya dapat diminimalisir dengan adanya atensi yang penuh dari semua perangkat kesehatan dengan menekan faktor ketidakpatuhan tersebut. Terlebih lagi, motivasi untuk melakukan pemeriksaan ulang dapat meningkat jika pasien yang bersangkutan mempunyai pengalaman yang baik dengan dokter yang menanganinya dan mempercayainya (Irmalita, 2003).

4.4.6 Reaksi Obat yang Merugikan dengan Ketidakpatuhan Pasien.

Kita dapat melihat hasil dari data penelitian ini bahwa adanya keterkaitan atau hubungan antara ketidakpatuhan pasien dan pengalamannya terhadap reaksi obat yang merugikan, hal ini dapat dilihat dari nilai kebermaknaan yang diperoleh yaitu sebesar 0,048 (p<0,05). Tingkat kepatuhan pasien dalam meminum obat akan menurun jika faktor ini tidak ditekan, dan sangat memungkinkan pasien akan melakukan tindakan pindah pengobatan akibat tidak mengetahui efek merugikan ini serta tidak menyampaikan keluhan ini kepada dokter yang menanganinya. Dari wawancara singkat yang telah dilakukan peneliti terhadap pasien yang ikut berperan sebagai responden dalam penelitian ini, bahwa ada sejumlah obat, misalnya kaptopril yang menimbulkan efek samping yang merugikan yaitu pasien mengalami batuk-batuk setelah mengkonsumsi obat tersebut. Sangat disayangkan, ternyata dari beberapa pasien yang merasakan gejala ini, pasien yang bersangkutan tidak menyampaikan keluhan tersebut kepada dokter yang menanganinya dengan alasan batuk tersebut tidak terlalu kuat walaupun sebenarnya pasien tersebut mengaku sedikit terganggu dengan keadaan yang demikian. Jadi, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan adanya efek samping ini,


(52)

pasien terkadang enggan untuk meminum obatnya karena merasa terganggu akibat efek tersebut.

4.4.7 Hubungan Adanya Pengobatan Lain dengan Ketidakpatuhan Pasien. Berdasarkan Tabel 4.3, dengan hasil nilai kebermaknaan sebesar 0,014 (p<0,05) menunjukkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara variabel adanya pengobatan lain yang sedang dijalani oleh seorang pasien dengan ketidakpatuhan pasien dalam menjalani terapi obat. Berpindah-pindahnya seorang pasien dalam melakukan pengobatan dapat menjadi suatu indikasi bahwa pasien tersebut tidak patuh. Kesembuhan akan sulit dicapai jika pasien menggunakan pengobatan alternatif lain diluar pengobatan medis yang sedang dijalaninya. Hal ini disebabkan, jika pasien mencoba pengobatan alternatif lain, maka secara otomatis pengobatannya yang sekarang akan dihentikannya yang akibatnya terapi pada obat pertama tadi tidak akan dicapai karena instruksi dokter untuk meminum obat yang diresepkan tidak dijalani sepenuhnya. Tukar-menukar pengobatan atau tidak fokusnya pasien menjalani pengobatan akan berdampak buruk bagi pasien yang bersangkutan, lebih berbahaya lagi jika pasien tersebut mengkombinasikan semua obat-obatan dari semua tempat pelayanan kesehatan yang dikunjunginya.

Disini peran seluruh tenaga kesehatan sangat berguna untuk mencegah tindakan pasien tersebut terjadi. Edukasi tentang penggunaan obat atau menjalani pengobatan yang seharusnya sangat penting diketahui oleh pasien dengan tujuan meminimalisir efek samping yang merugikan akibat salahnya penggunaan obat atau lebih jauh lagi dapat menimbulkan komplikasi penyakit yang pada akhirnya berdampak sangat buruk bagi pasien. Selain pasien yang bersangkutan, keluarga pasien juga hendaknya dilibatkan dalam proses edukasi tersebut sehingga kemungkinan untuk terjadinya tukar-menukar pengobatan akan semakin berkurang akibat adanya pengawasan dari keluarga.

4.4.8 Hubungan Mahalnya Biaya Pengobatan dengan Ketidakpatuhan Pasien.

Faktor ini menjadi permasalahan yang sangat kuat untuk mendorong pasien tidak patuh terhadap terapi obat yang dijalaninya. Berdasarkan nilai


(1)

Value

Asymp. Std. Error(a)

Approx. T(b)

Approx. Sig. Interval by

Interval

Pearson's R

.135 .067 1.411 .161(c) Ordinal by

Ordinal

Spearman

Correlation .135 .067 1.411 .161(c)

N of Valid Cases 110

a Not assuming the null hypothesis.

b Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis. c Based on normal approximation.


(2)

Lampiran 2. Hasil Analisis Multivariat Beberapa Variabel yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien Dalam Melaksanakan Pengobatan Secara Maksimal Menggunakan Regresi Logistik Berganda Metode Backward Wald pada Program SPSS

Logistic Regression

Case Processing Summary

Unweighted Cases(a) N Percent

Selected Cases Included in

Analysis 110 100.0

Missing Cases 0 .0

Total 110 100.0

Unselected Cases 0 .0

Total 110 100.0

a If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

Dependent Variable Encoding

Original Value

Internal Value

tidak 0

ya 1

Block 0: Beginning Block Classification Table(a,b)

Observed

Predicted


(3)

obat Correct tidak ya

Step 0 Kepatuhan mnm tidak 0 37 0

obat ya 0 73 100

Overall Percentage 66.363636

a. Constant is included in the model. b. The cut value is .500

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 0

Constan

t .680 .202 11.339 1 .001 1.973

Variables not in the Equation

Score df Sig.

Step 0

Variables Umur 13.461 1 .000

Gender 1.018 1 .313

Pendidikan 15.020 1 .000 Lama

menderita 9.168 1 .002

Kesembuhan

Pasien 23.539 1 .000

Jenis Obat 9.469 1 .002

Pemeriksaan

ulang 12.103 1 .001

Reaksi obat


(4)

pengobatan

lain 9.384 1 .002

Pelayanan

kesehatan 3.971 1 .046

Pelayanan

dokter 6.583 1 .010

Informasi

penyakit 23.726 1 .000

Mahalnya

pengobatan 6.751 1 .009

Kemudahan mendapatkan obat

6.613 1 .010

Pelayanan

apotik 1.991 1 .158

Overall Statistics 68.516 15 .000

Block 1: Method = Enter

Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square df Sig. Step

1

Step

93.725 15 .000

Block 93.725 15 .000 Mode

l 93.725 15 .000


(5)

Step

-2 Log likelihoo d

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square 1 46.766(a) .573 .795

a Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.

Classification Table(a)

Observed

Predicted

Kepatuhan mnm obat

Percentage Correct tidak ya

Step 1

Kepatuhan mnm obat

tidak

32 5 86.5

ya 3 70 95.9

Overall Percentage 92.7

a The cut value is .500 Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

95.0% C.I.for EXP(B)

Lower Upper Step

1(a)

Umur

2.234 .972 5.282 1 .022 9.334 1.389 62.712

Gender .347 .850 .166 1 .683 1.415 .267 7.484

Pendidika


(6)

Lama

menderita -1.754 .852 4.235 1 .040 .173 .033 .920 kesembuh

an pasien 3.053 1.490 4.199 1 .040 21.189 1.142 393.056 jenis obat -.215 .605 .127 1 .722 .806 .246 2.637 pemeriksa

an ulang 2.330 1.169 3.975 1 .046 10.283 1.040 101.655 reaksi obat

merugikan -1.739 .881 3.899 1 .048 .176 .031 .987 pengobata

n lain -2.400 .976 6.043 1 .014 .091 .013 .615 pelayanan

kesehatan -1.855 1.630 1.294 1 .255 .156 .006 3.821 pelayanan

dokter -.813 1.619 .252 1 .616 .444 .019 10.603 informasi

penyakit 2.728 1.033 6.978 1 .008 15.298 2.022 115.765 mahalnya

pengobata n

-3.637 1.798 4.094 1 .043 .026 .001 .892 kemudaha

n

mendapatk an obat

2.165 1.803 1.441 1 .230 8.711 .254 298.397

pelayanan

apotik 17.418

40192.9

74 .000 1 1.000

3670464

7.014 .000 . Constant

-15.328

40192.9

74 .000 1 1.000 .000

a Variable(s) entered on step 1: Umur, Gender, Pendidikan, Lama menderita, kesembuhan pasien, jenis obat, pemeriksaan ulang, reaksi obat merugikan, pengobatan lain, pelayanan kesehatan, pelayanan dokter, informasi penyakit, mahalnya pengobatan, kemudahan mendapatkan obat, pelayanan apotik.


Dokumen yang terkait

Hubungan Psoriasis Dengan Profil Lipid Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit Dan Kelamin RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2012-2013

1 58 86

Profil Peresepan Obat Pada Pasien Rawat Jalan Jamkesmas Dari Poli Kardiovaskular Di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Periode Januari–Maret 2011

3 101 74

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

6 32 74

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA HIPERTENSI PADA PASIEN RAWAT JALAN Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Terjadinya Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsud Kabupate N Karanganyar.

0 3 16

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

0 0 13

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

0 0 2

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

0 0 6

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

0 0 13

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

0 0 2

Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Pasien Penderita Hipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rsu Sundari Medan

0 0 15