6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kerangka Teori 2.1.1. Pengertian Rekam Medis
Rekam medis merupakan keterangan baik yng tertulis maupun yang terekam tentang identitas, anamnese penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala
pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang bmendapatkan pelayanan gawat
darurat. Menurut Permenkes No.269MENKESPERIII2008 rekam medis adalah berkas yang berikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Sedangkan menurut Edna. K. Huffman, 1999 rekam medis adalah fakta
yang berkaitan dengan keadaan pasien, riwayat penyakit dan pengobatan masa lalu serta saat ini yang ditulis oleh profesi kesehatan yang memberikan pelayanan
kepada pasien tersebut. Dengan melihat kedua pengertian diatas dapat dikatakan bahwa suatu berkas
rekam medis mempunyai arti yang lebih luas daripada hanya sekedar catatan biasa, karena di dalam catatan tersebut sudah memuat segala informasi meyangkut
seorang pasien yang akan dijadikan dasar untuk menentukan tindakan lebih lanjut kepada pasien.
2.1.2. Tujuan Rekam Medis
Tujuan dibuatnya rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administari dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tanpa dukugan suatu sistem pengelolaan rekam medis baik dan benar tertib
administarasi dirumah sakit tidak akan berhasil sebangainya yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu faktor yang menentukan
upaya pelayanan kesehatan dirumah sakit. Pembuatan rekam medis dirumah sakit bertujuan untuk mendapatkan
catatan atau dokumen yang akurat dan adekuat dari pasien, mengenai kehidupan dan riwayat kesehatan, riwayat penyakit dimasa lalu dan sekarang, juga
pengobatan yang telah diberikan sebagai upaya meningkatkan pelayanan kesehatan.
Rekam medis dibuat untuk tertib administrasi di rumah sakit yang merupakan salah satu faktor penentuan dalam rangka upaya penigkatan pelayanan
kesehatan. Menurut Hatta 2009 Tujuan rekam medis dibagi dalam dua kelompok
besar yaitu tujuan primer dan tujuan sekunder : 1.
Tujuan Primer Tujuan primer ditunjukan kedapa hal yang paling berhubungan langsung
dengan pelayana pasien. Tujuan primer terbagi dalam beberapa kepentingan yaitu: 1.
Untuk kepentingan pasien, rekam medis merupakan alat bukti utama yang mampu membenarkan adanya pasein dengan identitas yang jelas dan telah
mendapatkan berbagai pemeriksaan dan pengobatan di sarana pelayanan kesehatan dengan segala hasil serta konsekuensi biasanya.
2. Untuk kepentingan pelayanan pasien, rekam medis mendokumentasi
pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan, penunjang medis dan tenaga lain yang bekerja dalam berbagai fasilitas pelayanan kesehatan.
3. Untuk kepentingan manejemen pelayanan, rekam medis yang lengkap
memuat segala aktivitas yang terjadi dalam manejemen pelayanan sehingga digunakan dalam menganalisa berbagai penyakit, meyusun
pedoman praktik, serta untuk mengevaluasi mutu pelayanan yang diberikan.
4. Untuk kepentingan menunjang pelayanan,rekam medis yang rinci akan
mampu menjelaskan aktivitas yang berkaitan dengan penanganan sumber- sumber.
2. Tujuan Sekunder
Tujuan sekunder rekam medis ditujukan kepada hal yang berkaitan dengan lingkungan seputar pelayanan pasien namun tidak berhubugan langsung secara
spesifik, yaitu untuk kepentingan edukasi, riset, peraturan dan pembuatan kebijakan
Tata kerja rekam medis bertujuan untuk terlaksanakannya peraturan kegiatan rekam medis dengan cepat dan benar. Untuk terlaksanya tujuan tersebut
tujuan perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut Depkes RI, 1991 : 1.
Setiap pasien yang datang berobat baik rawat jalan maupun rawat inap, harus mempunyai rekam medis yang lengkap dan akurat.
2. Pada unit-unit pelayanan harus tersedia buku register yang diisi setiap saat
kunjungan diterimanya seorang pasien. 3.
Setiap petugas rumah sakit yang melayanimelakuakan tindakan kepada pasien diharuskan mencatat semua yang diberikan kepada pasien ke dalam
lembaran-lembaran rekam medis, sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya.
2.1.3. Kegunaan Rekam Medis
Kengunaan rekam medis mempunyai kengunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan saja. Dibawah
ini beberapa kegunaan rekam medis menurut Depkes RI, 1997 : 1.
Sebagai alat komunikasi antar dokter dengan ahlinya yag ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan pengobatan, perawatan kepada
pasien. 2.
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang harus diberikan kepada seorang pasien.
3. Sebagai bukti tertulis atas semua tindakan pelayanan, pertimbangan
penyakit dan pengobatan selama pasien berkunjung dirawat di rumah sakit.
4. Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi
terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien. 5.
Melindungi kepentingan hukum pada pasien, rumah sakit maupun dokter dan tenaga kesehatan lainnya.
6. Sumber informasi dari pasien yang berobat ke rumah sakit untuk
keperluan pengobatan dan pemiliharaan kesehatan pasien. 7.
Menyediakan data-data khususnya yang sangat berguna untuk penelitian dan pendidikan.
8. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien. 9.
Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan, serta sebagai bahan pertanggung jawaban dan laporan.
Kengunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain Depkes RI, 1997 :
1. Aspek Administrasi
Di dalam berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga
medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan tehnologi khususnya dalam bidang tehnologi
informasi yang sudah memasuki bidang kesehatan, maka penggunaannya di dalam rekam medis saat ini diperlukan karena kita melihat proses pengobatan dan
tindakan yang diberikan atas diri seorang pasien dapat di akses secara langsung oleh bagian yang berwenang atas pemeriksaan tersebut. Pengolahan data-data
medis secara komputerisasi juga akan memudahkan semua pihak yang berwenang. Dalam hal ini petugas administrasi disuatu instansi pelayanan
kesehatan dapat segera megetahui rincihan biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien selam pasien menjalani pengobatan di rumah sakit.
2. Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medis, karena catatan tersebut dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan atau perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien dan dalam rangka mempertahankan serat meningkat mutu pelayanan melalui kegiatan audit medis, manejemen risiko klinis
serta keamanan pasien dan kendali biaya. 3.
Aspek Hukum Suatu berkas rekam medis mempuyai nilai hukum, karena isinaya
menyangkut masalah adanya jaminan hukum atas dasa keadilsn, dalam rangka
usaha menegakkan keadilan, rekam medis adalah milik dokter dan rumah sakit sedangkan isinya yang terdiri dari identitas pasien, pemeriksaa, pengobatan,
tindakan dan pelayanan lain yang telah di berikan kepada pasien adalah sebagai informasi yang dapat dimiliki oleh pasien sesuai dengan peraturan dan perundang-
undangan yang berlaku UU praktik kedokteran RI No. 29 tahun 2004 4.
Aspek Keuangan Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai uang, isinya mengandung data
atau informasi yang dipergunakan sebagai aspek keuangan. Kaitannya rekam medis dengan aspek keuangan sangat keungan sangat erat sekali dalam hal
pengobatan, terapi serta tindakan – tindakan apa saja yang diberikan kepada seorang pasien selama menjalani perawatan dirumah sakit, oleh karena itu
pengguna sistem teknologi komputer didalam proses penyelenggaraan rekam medis sangat diharuskan sekali untuk di terapkan pada setiap instansi kesehatan.
5. Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medis mempuyai nilai penelitian, karena isinya menyangkut data atau informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek
penalitian dan pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan. 6.
Aspek Pendidikan Suatu berkas rekam medis mempunayai nilai pendidikan, karena isinya
menyagkut data atau informasi tentang perkembangan kronolgi dan kegiatan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat dipergunakan
sebagai bahan atau referensi pengajaran di bidang profesi pendidikan kesehatan.
7. Aspek Dokumentasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menyangkut sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai
bahan untuk pertanggung jawaban dan laporan rumah sakit Depkes RI, 1997 . Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis
mempuyai kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan pemberi pelayanan kesehatan saja, maka kegunaan rekam medis
secara umum adalah : 1.
Sebagai alat komunikasi antara dokter antara tenaga ahli lainnya yang ikut ambil bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan
kepada pasien. 2.
Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan, perawatan yang harus di berikan kepada pasien.
3. Sebagai bukti atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit dan
pengobatan selama pasien berkunjung di rawat di rumah sakit 4.
Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian dan evaluasi terhadap kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
5. Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakit maupun dokter
dan tenaga kerja lainnya. 6.
Menyediakan data – data khusus yang sangt berguna untuk keperluan penelitian dan pendidikan.
7. Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medis
pasien.
8. Menjadi sumber ingtan yang harus didokumentasiksn, serta sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan. pedoman penyelenggaraan dan prosedur rekam medis rumah sakit, 2006
2.1.4. Fungsi Rekam Medis
Fungsi rekam medis adalah untuk menyimpan data dan informasi pelayanan pasien. Agar fungsi itu tercapai, beragam metode dikembangkan
secara efektif seperti dengan melaksanakan ataupun mengembangkan sejumlah sistem sejumlah sistem kebijakan, dan proses pengumpulan termasuk dengan
penyimpanan secara mudah diakses disertai dengan keamanan yang baik Hatta, 2009 .
2.1.5 Sistem Penyimpanan Rekan Medis
Sebelum menentukan suatu sistem yang akan dipakai prlu terlebih dahulu mengetahui bentuk penyusunan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan Rekam
Medis. Ada dua cara pengurusan penyimpanan dalam penyelenggaraan Rekam Medis, yaitu Dirjen Yankes, 1993
2.1.5.1 Sistem Sentralisasi
Sebelum menetukan suatu sistem yang akan dipakai perlu terlebih dahulu mengetahui bentuk peyusunan penyimpanan yang ada dalam pengelolaan Rekam
Medis. Ada dua cara pegurusan penyimpanan dalam peyelenggaraan Rekam Medis, yaitu Dirjen Yankes, 1993.
1 Kebaikannya :
1. Mengurangi terjadinya penggunaan dalam pemeliharaan dan
penyimpanan rekam medis.
2. Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan
ruangan 3.
Tata kerja dan peraturan mengenai kegiatan pencatatan medis mudah distandarisasikan.
4. Memungkinkan peningkatan efisiensi kerja petugas penyimpanan
mudah menerapkan sistem unit record. 2
Kekurangan : 1.
Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani Unit Rawat Jalan dan Unit Rawat Inap.
2. Tempat penerimaan pasien harus bertugas selama 4 jam.
2.1.5.2 Sistem Desentralisasi
Dengan cara desentralisasi terjadi permisahan antara rekam medis poliklinik dengan rekam medis pederita dirawat. Rekam medis poliklinik disimpan disatu
tempat penyimpanan, sedangkan reka medis penderita dirawat disimpan dibagian pencatatan rekam medis Depkes RI, 1991:20 .
1. Kebaikannya :
1. Efisiensi waktu, sehingga pasien mendapatkan pelayanan lebih
cepat. 2.
Beban kerja yang dilaksanakan petugas lebih ringan. 2.
Kekurangan : 1.
Terjadi duplikasi dalam pembuatan rekam medis 2.
Biaya yang diperlukan untuk perawatan dan ruangan lebih banyak.
Secara teori sistem sentralisasi lebih baik dari pada cara sistem desentalirasi, tetapi pada pelaksananya sangat tergantung pada situasi ada kondisi masing-
masing rumah sakit.
2.1.6 Penyimpanan Dokumen Rekan Medis 2.1.6.1 Rak Penyimpanan Rekam Medis
Untuk menyimpan rekam medis diperlukan rak – rak sebagai tempat penyimpanan rekam medis. Ukuran rak tersebut diatur sedemikian rupa petugas
tidak perlu memanjat bila akan mencari rekam medis.
2.1.6.2 Kapasitas Rak Rekam Medis
Kapasitas rak adalah banyaknya dokumen rekam medis yang dapat tersimpan dalam rak file. Untuk menentukan kapasitas rak yang digunakan untuk
proses perhutungan kebutuhan rak maka diperlukan panjamg rak, panjang pengarsipan, dan tebal dokumen rekam medis sistem penyimpanan di filing hasue
disesailan antara dokumen rekam medis dengan ukuran rak filing. Jika ukuran rak filing terlalu sempit atau terlalu besar akan berpengaruh pada penyimpanan
dokumen rekam medis.
Tabel 2.1 Ukuran Rak File
NO Desain rak Ukuran Desain
sarana Antropometri
Penilaian antropometri ukuran
sarana 1
Lebar 40 cm
- Jangkauan tangan
kedepan Lebar pada rak file 40cm
sudah ergonomis, karena lebih panjang dari lebar
DRM 37cm sehingga memudahkan petugas dalam
pencarian DRM
2 Tinggi
30 cm -
Panjang dokumen : 22 cm
Tinggi pada rak file 30 cm sudah ergonomis karena
lebih panjang dari panjang DRM 22 cm
3 Tinggi Rak 206 cm
- Jangkauan tangan
ke atas Tinggi rak file 206cm
suadah ergonomis, karena lebih pendek dari
antropometri jangkaun tangan keatas 193,6 cm
persentil 5
4 Panjang rak 200 cm
-
Panjang depan Panjang rak file 108 cm
sudah ergonomis karena lebih pendek dari
antropometri panjang depan 159,4 cm
5 Jarak antar
Rak 76 cm
- 2 X lebar bahu
Jarak antara rak file 76 cm sudah ergonomis, karena
lebih besar dari antropometri 2x lebar bahu
kelompok
6 Permukaan
- Rata
- Permukaan rak file rata
sudah ergonomis, sehingga memudahkan dalam
pengambilan DRM
7 Sudut
- lancip
- Sudut rak file lancip belum
ergonomis, karena dapat menyebabkan cedera pada
petugas
2.1.6.3 Rak Lemari Terbuka
Untuk menyimpan rekam medsi ada 2 jenis alat yang dipergunakan, yakini terbuka rak dan tertutup filing kabinet, penggunaan rak lebuih murah
dibandingkan menggunakan filling kabinet selain itu untuk mencari dokumen rekam medis juga lebih mudah, karena tidak perlu membuka lagi sebagaimana
pada filing kabinet. Dengan rak terbuka dapat dimungkinkan dapat lebih dari seorang untuk
mencari dokumen rekam medis tanpa harus berdesak-desakan. Jika menggunakan Quide dam folder berwarna kode warna, penggunaan rak terbuka telah
menguntungkan, dan salah penempatan dokumen rekam medis kecil kemungkinannya.
Kelemahan pada rak terbuka adalah kurang aman, baik dari unsur pencurian, debu dan bahaya kebakaran. Jika kurang pengawasan, setiap orang
yang lewat dapat dengan cepat dan mudah mengambil atau memindahkan dokumen rekm medis.
2.1.6.4 Aspek Ruangan Penyimpanan Rekam Medis
Ruang penyimpanan rekam medis harus tempak bersih, rapi dan teratur. Faktor ini akan mempengaruhi efisiensi kerja staf kearsipan dan akan
menimbulkan respon bagi para pengguna. Kantor yang tidak teratur tampak ceroboh akan memberikan kesan bahwa sistem penyimpanannya ceroboh pula.
Meja harus bersih, semua folder dan kertas-kertas termaksud rekam medis harus ditempatkan pada tempat yang dekat dengan pekerjaan sehari-hari
khususnya mengenai rekam medis yang masih berguna untuk keperluan pekerjaan maupun yang tidak berguna lagi disimpan secara khusus. Terutama bagi rekam
medis yang kegunaanya cukup penting, hal ini untuk menghindari penyahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Rekam medis yang tidak berguna
lagi segera dimusnahkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.1.6.5 Penyimpanan Arsip
Penyimpanan arsip harusya dilakukan dengan mempergunakan suatu sistem tertentu yang memungkinkan :
1. Penentuan kembali dengan mudah dan cepat apabila sewaktu-waktu
diperlukan 2.
Mengambil arsip dari tempat penyimpanan dapat dilakukan dengan mudah
3. Pengembalikan arsip ketempat penyimpanan dapat dilakukan dengan
mudah
2.1.7. Aspek Ergonomi
Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari penerapan penyesuaian pekerjaan dan lingkungan pada manusia dan sebaliknya yang bertujuan mencapai
produktifitas dan efesien yag setinggi-tingginya melalui pemanfaatan faktor manusia sebaik mungkin. Dengan demikian kenyamanan kerja petugas dapat
terwujud. Aspek ergonomi adalah suatu bidang studi yang menangani perancangan
kegiatan dan tugas yang cocok dengan kapabilitas manusia dan limitnya faktor kenyamanan kerja seperti kenyamanan dari segi anatomi, psikologi, manajemen,
tata letak ruang dan peralatan yang mudah dijangkau bagi manusia dalam melaksanakan aktivitasnya.
2.1.7.1 Prinsip – prinsip Ergonomi
1. Prinsip Fiskal :
1. Jadikanlah segala sesuatu mudah dijangkau
2. Bekerja dengan tinggi yang sesuai
3. Bekerja dengan postur yang sesuaai
4. Mengurangi pengeluaran tenaga yang berlebihan
5. Meminimalkan keletihan atau kepenatan
6. Mengurangi pengulangan yang berlabihan
7. Memberikan jarak ruang dan akses
8. Meminialkan kontak atau hubungan stress
9. Memberikan mobilitas dan merubah posisi
10. Menciptakan lingkunga yang menyenangkan
2. Prinsip Kognitif :
1. Adanya standarisasi
2. Membuat stereotipe
3. Menghubungkan aksi dengan persepsi
4. Mempermudah pemaparan suatu informasi
5. Menyajikan informasi pada level yang tepat secara detail
6. Memberikan image atau gambaran yang jelas
7. Membuat redundansi, misalnya warna yang berbeda, cetak
tebal, miring 8.
Membuat pola atau patterns 9.
Mrmberikan stimulan yang bervariasi sesuai dengan keadaan 10.
Memberikan umpan baik secara cepatseketika
2.1.7.2 Hubungan Ergonomi Dengan Rekam Medis
Dalam pengelolaan rekam medis perlu memperhatikan ergonomi karena untuk mempermudah tata kerja dalam mencapai efisieansi dan efektifitas kerja.
Ergonomi juga berpengaruh terhadap kesalahan kerja yaitu jika sikap dan cara kerja seseorang diantaranya posisi duduk pada saat bekerja di dukung dengan
peralatan dan tata letak tidak yag dirancang secara ergonomi akan lebih nyaman utuk melakukan suatu pekerjaan serta dapat meningkatkan produktifitas kerja.
Ergonomi juga dapat mengurangi beban kerja yang berperan untuk memaksimalkan keamanan,kenyamanan dan efesiensi kerja.
2.1.7.3 Fisik – fisik Ergonomi
1. Pencahayaan
Tujuan perancangan pencahayaan : 1.
Menghindari user dari cahaya terang yang datang langsung dari pantulan cahaya terang tersebut.
2. Memperoleh keseimbangan antara kecerahan layar tampilan
dengan kecerahan pencahayaan yang ada di depan user. 3.
Menghindari cahaya langsung atau pantulan yang langsung mengenai layar tampilan.
4. Memberikan keyakinan bahwa ada pencahayaan yang cukup untuk
pekerjaan yang tidak menggunakan layar tampilan. 2.
Sumber Cahaya Sumber cahaya dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1. Cahaya langsung yaitu cahaya yang berasal dari matahari dan
lampu yang langsung menerobos ke ruang pekerjaan melalui jendela.
2. Cahaya tidak langsung yang dipantulkan oleh tembok atau partisi
platfon lantai, bahan yang di sekitar monitor, permukaan meje dan pakaian yang digunakan oleh operator
Panas yang berlebihan dari suhu kompurter, untuk mengatasi hal tersebut maka diperlukan tata ruang yang dapat meredam dan menstabilkan cahaya dan
suhu ruangan yang nyaman untuk menjaga keawetan peralatan.
3. Pengendalian Cahaya Dapat Dilakukan Dengan Cara
1. Memasang penutup jendela
2. Meletakkan lampu penerangan ruangan sedemikian rupa sehingga
tidak menyilaukan mata 3.
Meletakkan monitor ditempat yang cukup penerangannya dan tidak menyilaukan mata pengguna
4. Gunakan sumber cahaya yang tidak menyilaukan mata tetapi juga
tidak terlalu redup sehingga aktivitas membaca tetap dapat dilakukan dengan baik walau tidak sedang didepan layar monitor.
4. Gangguan Suara
Gangguan suara adalah suara yang dapat mengganggu konsentrasi user atau pengguna dalam melaksakan aktifitasnya. Gangguan suara tersebut dapat
berasal dari Air Conditiner, suara manusia, suara speker yang terlalu keras, dan peralatan lainnya. Cara mengatasinya adalah dengan menutup telinga dengan
rapat, memasang peredam suara, atau kita melakukan pekerjaan tersebut di tempat yang lebih kondusif.
5. Ergonomik
1. Kenyamanan dalam menjalankan aktifitas
2. Keseimbangan dari semua aspek
3. Aspek menggambarkan suasana kerja yang familiar
4. Ruangan yang artistik
5. Lingkungan yang meningkatkan hasil kerja
6. Suhu dan Kualitas Udara
Komputer yang dihidupkan dalam jangka waktu yang lama akan menghasilkan panas sehingga akan mempengaruhui suhu ruangan dimana
komputer tersebut digunakan. Bertambah panasnya suhu udara adalah hal yang penting untuk diperhatikan, karena perubahan suhu udara yang sedikit saja akan
mempengaruhi kinerja operator dan komputer. Cara mengatasanya adalah diperlukan peralatan lain untuk menetralisir suhu yang tinggi tersebut, diantaranya
adalah penggunaan kipas angin, AC. 7.
Kesehatan dan Keamanan Kerja Aspek keamanan dan kenyamanan kerja ketika menggunakan stasiun kerja
dapat dipengaruhi oleh kondisi umum kesehatan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa kondisi kesehatan yang bervriasi secara signifikan dapat
mempertinggi resiko ketidak nyamanan, kelelehan otot dan persedian, bahkan cedera, serta sejumlah resiko kesehatan yang lain. Kehamilan, menopouse dan
kondisi lain yang mempengaruhi tingkat hormon umur yang semakin bertambah kondisi fisik yang tidak bagus.
8. Kebiasaan Dalam Bekerja
Selain kondisi kesehatan yang prima, penempatan mebel, peralatan kantor dan penempatan sumber cahaya, kebiasaan bekerja pun dapat mempengaruhui
kinerja user selama user bekerja menggunakan layar tampilan. Agar user selalu merasa nyaman dalam bekerja, biasakan untuk sealalu bekerja dalam keadaan
sesantai mungkin dan dalam posisi yang benar. Hindari posisi yang dapat mengakibatkan ketidaknyamanan.
Berdiri dan mengambil beberapa menit untuk mengendorkan ketegangan otot dan lakukan olahraga ringan beberapa kali sehari. Mengusahakan untuk tidak
mengetik dalam jangka waktu yang lama yang memberikan tekanan fisik yang berat.
Mengambil istirahat sejenak secara periodis. Anda akan mendapat pengalaman bahwa istirahat dalam waktu singkat dan sering jauh lebih bermanfaat
dibanding dengan istirahat yang lama tetapi jarang. Memeriksa kebiasaan kerja anda dan file pekerjaa yang hendak user
lakukan. Bagilah waktu anda untuk bekerja secara bergantian sehingga user tidak duduk dalam selang waktu yang lama atau melakukan satu aktifitas yang sama
terus menerus hal ini selain untuk menghindari kelelahan juga untuk mencegah dari kejenuhan.
2.1.8 Manfaat Ergonomi
Guna mendapat manfaat dari ergonomi perlu dibuat suatu program meliputi kegiatan pokok :
1 Kegiatan penyuluhann kepada kelompok yang penerapan ergonominya dilakukan secara khusus.penyuluhan dilakukan secara khusus dalam jangka
pendek dengan keberhasilan yang diukur dari sejauh mana teknik ergonomi diterapkan.contoh penyebarluasan brosur,poster,slide dan audio visual serta alat
peraga lainnya. 2 Evaluasi dan koreksi keadaan ergonomi ditempat kerja melalui kunjungan
ke perusahaan,rumah sakit,poliklinik,puskesmas dan klinik swasta oleh suatu timdan melakukan :
1. Penilaian
2. Menganalisis keadaan ergonomi
3. Mencari alternatif penerapan yang disesuaikan dengan kebutuhan
3 Melakukan standarisasi dalam ergonomic atas dasar data yang diperoleh khususnya dari evaluasi dan perbaikan :
1. Melakukan kegiatan pengumpulan analisis data secara statistik
2. Standar selanjutnya dapat dituangkan sebagai kelengkapan standar
kesehatan kerja dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja. Dari segi efisiensi ergonomi berperan terhadap hal-hal :
1. Mengadakan perhatian terhadap kondisi tenaga kerja
2. Menciptakan sikap tubuh yang ergonomik
3. Pembebanan kerja sesuai dengan kemampuan pegawai
4. Mengatur lingkungan kerja yang tepat
5. Menilai dan mengatur organisasi kerja
6. Meningkatkan kesehatan keselamatan kerja
7. Memperbaiki kualitas produksi
2.1.9 Kecepatan Pelayanan
Kecepatan yaitu suatu kemampuan untuk pelayanan yang cepat responsive. Pelayanan adalah suatu bagian atau urutan yang terjadi dalam
interaksi langsung antara seseorang dengan orang lai atau mesin secara fisik dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam kamus besar bahasa Indonesia
pelayanan adalah usaha melanyani kebutuhan orang lain, sedangkan malayani adalah membantu menyiapkan mengurus apa yang diperlukan seseorang.
Pelayanan cepat menentukan pasien. Berapa lama pasien harus menunggu di loket pendaftaran hingga dia mendapatkan kartu, demikian hal ketika
menunggu untuk diperiksa dokter, di apotik dan di laboratorium. Kecepatan Pelayanan yaitu terget waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang
telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan. Kecepatan pelayaan dalam hal ini adalah pelaksaan tindakan atau
pemeriksaan oleh dokter dan perawat dalam waktu kurang dari 5 menit dari pertama kedatangan pasien di Inatalasi Rawat Darurat, Waktu tanggap pada
sisitem realtime, didefesiansikan sebagai waktu dari saat kejadian internal atau eksternal sampai intruksi pertama rutin layanan yang dimaksud dieksekusi,
disebut dengan event response time. Sasaran dari penjadwalan ini adalah meminimaliskan waktu tanggap Angka keterlambatan pelayanan gawat darurat
emergency response time rate WHO-Depkes;1998 Pelayanan pertama gawat darurat dikatakan terlambat apabila pelayanan
terdapat penderitaan gawat darurat atau darurat yang dilayani dengan tindakan life saving oleh petugas gawat darurat lebih dari 15menit : waktu yang diperlukan
pasien sejak masuk rumah sakit sampai dilakukan alih rawat, rawat jalan, operasi emergency di Instalasi Rawat Darurat, menggunakan waktu 2 jam sebagai batas
toleransi lama penanganan di Instalasi Rawat Darurat, walaupun waktu penanganan 2 jam bila penyebabnya tindakan atau resusitasi maka dinyatakan
tidak termasuk keterlambatan Sedangkan untuk Kriteria Sabiston pasien-pasien menggunakan metode
penanganan berdasarkan prioritas sebagai berikut :
1. Exigent : Most life theratening condisitions, dibutuhkan intervensi
seketika mis; tension pneumothorak, fraktur laryng 2.
Emergency : kondisi yang membutuhkan intervensi segera, dalam jam pertama.
3. Urgent : kondisi yang membutuhkan intervensi dalam beberapa jam
pertama. 4.
Deferrable : kondisi yang tidak membutuhkan tindakan segera Pasien-pasien yang memerlukan pertolongan segera untuk mencegah
kematian atau kecacatan. Dari pernyataan tersebut berkembang doktrin time saving is live saving waktu adalah nyawa .
Penjabaran dokrin itu menekankan indikator mutu yang berupa respon time waktu tanggap sebagai indicator proses untuk mencapai indicator hasil
yang berupa survei rate angka kelangsungan hidup . Hal tersebut dipengaruhi oleh keberhasilan pelayanan instalasi Rawat Darurat yang merupakan perpaduan
dari pendekatan sistem pelayanan yang terdiri dari pendekatan sistem pelayanan yang terdiri atas komponen sebagai berikut :
a Pra rumah sakit
b Intra rumah sakit
c Antar rumah sakit
d Penunjang
e Komunikasi
f Transformasi
g Sumber daya manusia bidang medis dan nonmedis
h Sektor terkait kesehatan dan non kesehatan
Komponen Keilmuan yang Mendasari Ergonomi 1.
Antropometri Berkaitan dengan ukuran bentuk tubuh manusia dalam menggunakan segenap
organ fisiknya,baik dalam keadaan diam maupun melakukan suatu pekerjaan. 2.
Biometri Berkaitan dengan kekuatan manusia,baik daya tahan atau kemampuan fisik
maupun berat badan manusia 3.
Faal Kerja Berkaitan dengan tingkah laku kerja baik secara anatomi maupun secara
prosedur operasional. 2.2.
Kerangka Konsep
Berdasakan masalah dan tujuan penelitian yang diterapkan serta didukung kerangka teori maka dapat dikatakan bahwa sistem penyimpanan rekam medis
dalam mencapai tujuan harus jelas untuk mendapatkan atau memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat.
Variabel Dependent Variabel Independent
penyimpanan
Skema 2.1. kerangka Konsep Faktor-faktor yang
mempengaruhi :
1. Kecepatan petugas RM 2. Rak penyimpanan
Aspek ergonomi : 1. luas
2. pencahayaan 3. sirkulasi udara
4.kebisingan
Dalam uraian kajian teori kedua variabel penelitian yakni pengaruh aspek ergonomi ruang penyimpanan maka kerangka konsep yang digunakan dalam
penelitian ini bahwa kecepatan penyediaan pelayanan dokumen rekam medis sangat berpengaruh terhadap kemampuan seseorang melaksanakan tugas yang
menjadi tanggung jawabnya.
29
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian