Analisis pendapatan usahatani dan pemasaran komoditi jahe

0053

ANALISIS PENDAP.4TAN USAHATANI DAN PENIASARAN
KOMODITI JAI-IE
(Kasus di Desa Kalapa~iotiggal.Kecamntali Kalapa~itinggnl,Kabupateli Sukabunii,
Propilisi Jawa Barat)

Olcl1 :

AHMAD .4SSARY
A07496127

,JI_IRUS/-\NII,R,IU-ILRIU SOSIAL EKONOR'II PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2001

RINGKASAN
AEMAD ASSARY. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Komoditi Jahe
(Kasus di Desa Kalapanunggal, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi,
Jawa Barat). Dibawah Bimbingan: 1. OTTO A.S BROTOSUNARYO; 2. TANTI

NOVIANTI.
Jahe (Zingiber Oficinael) merupakan jenis rernpah-rempah yang sangat ramai
diperdagangkan beberapa tahun belakangan ini. Hai ini disebabkan ekspor jahe
terutama jahe besar terus meningkat setiap tahunnya. Di Indonesia terdapat beberapa
sentra produksi jahe seperti Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Timur, Jawa Tengah
dan Jawa Barat. Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu sentra produksi jahe
terbesar ke-2 di Jawa Barat setelah Majalengka.
Peluang untuk mengembangkan komoditi jahe sangat besar. Namun, dilihat
dari produksi dan produktivitas oleh petani masih belum optimal, karena berbagai
alasan salah satunya adalah cara pengusahaa*

!she

oleh petani masih bersifat

I

tradisional. Sistem pemasaran yang ada juga belum memberi keuntungan yang adil
kepada lembaga-lernbaga pemasaran yang terlibat. Penelitian ini bertujuan untuk
!

mengetahui bagaimana pendapatan usahatani jahb, rasio penerimaan dan pengeluaran
atau R/C, saluran pemasaran, pelaksanaan fi&$-fungsi

pemasaran dan rnarjin

pemasaran.
Metode yang digunakan dalam penelit& ini adalah studi kasus. Pemilihan
1

desa ditentukan secara sengaja (Purposive), jeiis data yang digunakan merupakan
I

data primer yang diperoleh melalui wawancara dengan responden petani sebanyak 30
orang dengan batasan bahwa petani tersebut dengalami musim panen pada tahun
I

1999. Responden petani diambil secara acak dari jurnlah petani jahe yang ada di desa

penelitian. Jumlah pedagang yang dipilih ditentukan dengan cara mengikuti arus
komoditi jahe dari petani sampai konsumen. Responden pedagang terdiri dari 4

pedagang pengumpul desa, 3 pedagang pengumpul kecamatan dan 3 pedagang besar.
Hasil penelitian petani jahe di Desa Kalapanunggal menunjukkan bahwa
sebagian besar petani (73%) menanam jahe secara tumpang sari dengan tanaman
jagung dan kacang merah. Jenis jahe yang ditanam seluruhnya adalah varietas jahe
besar dan dipanen saat umur 8 - I0 bulan. Hasil analisis pendapatan diperoleh bahwa
nilai biaya tunai yang dikeluarkan petani untuk menanam jahe per hektar sebesar Rp
9.821.343. Sedangkan biaya tidak tunai adalah sebesar Rp 1.357.093, sehingga total
biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk menanam 1 hektar jahe adalah Rp
11.178.436. Hasil produksi diperoleh sebanyak 8.560 kg dan dijual dengan harga
rata-rata sebesar Rp 2.000lkg. Sehingga pendapatan atas biaya tunai sebesar Rp
7.298.657, dar! pendapatan atas biaya total sebesar Rp 5.941.564. Hasil analisis R/C

diperoleh bahwa R/C atas biaya tunai sebesar 1,74 dan RIC atas biaya total sebesar
1,53.
Saluran pemasaran komoditi jahe di desa penelitian memiliki 3 saluran dalam
menyalurkan jahe dari petani sampai ke konsumen. Saluran 1, Petani - Pedagang
pengumpul desa

-


Pedagang besar

-

Eksportir. Saluran 2, Petani - Pedagang -

Pedagang besar - Ekspotir. Saluran 3, Petani

-

Pedagang pengumpul desa -

Pedagang pengumpul kecamatan - Bandar Pasar. Saluran-saluran tersebut meliputi
beberapa lembaga pemasaran yaitu petani, pedagang pengumpul desa, pedagang
pengumpul kecamatan, pedagang besar, eksportir dan bandar pasar.

Saluran yang paling banyak dipilih oleh petani adalah saluran I, dan saluran

111 (63%), yaitu saluran yang melalui pedagang pengumpul desa sebagai perantara.
Pedagang pengumpul desa akan melakukan penyortiran, jahe berkualitas yang baik

akan dijual ke pedagang besar, sisanya akan ditawarkan ke pedagang pengumpul
kecamatan.
Pada umumnya setiap iembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi
pemasaran yang sama seperti fungsi pertukaran berupa pembelian dan penjualan,
fungsi fisik berupa pengangkutan dan menyimpanan dan fungsi fasilitas berupa
penanggung resiko dan sortasi.
Majin pemasaran yang terbentuk didasarkan pada saluran yang ada. Saluran
I dan I1 memiliki marjin pemasaran yang sama besar yaitu Rp 1.494kg. Saluran I,
memiliki marjin pemasaran sebesar Rp 1.4941kg atau 53,36% dari harga jual yang
terdiri dari marjin keuntungan sebesar Rp 994kg dan marjin biaya pemasaran Rp
500kg. Saluran I1 mempunyai marjin keuntungan sebesar Rp 1.014fkg dan marjin
biaya pemasaran Rp 4801kg. Saluran 111 majin pemasarannya adalah Rp 1.0941kg
yang terdiri dari majin biaya sebesar Rp 400lkg dan marjin keuntungan sebesar Rp
694kg.
Dari ketiga pedagang di atas, pedagang besar mengeluarkan biaya pemasaran
yang paling besar yaitu Rp 3001kg karena komponen biaya pengangkutan yang besar.
Pada saluran 2 petani mendapat keuntungan tambahan sebesar Rp 20/kg, ha1 ini
disebabkan menjual jahe ke pedagang besar harganya lebih tinggi dibandingkan
dengan menjual ke pedagang pengumpul desa sebanyak Rp 200kg. Tetapi petani
juga hams mengeluarkan tambahan biaya pemasaran sebesar Rp 1801kg untuk


\

mendapatkan tambahan keuntungan sebesar Rp 20kg. Dari ketiga jalur pemasaran di
atas, jalur 2 adalah jalur yang paling efisien dibandingkan dengan jalur 1 dan 3. Pada
jalur 2 k r m e r slzure sebesar 78,57persen
Dengan melihat hasil di atas, maka untuk meningkatkan produktivitas dan
keuntungan usahatani jahe, petani perlu mengurangi pemakaian pupuk yang
berlebihan, memilih jalur kmasaran yang paling efisien yaitu jalur 2 dan petani juga
perlu menggunakan bibit yang berkualitas. Untuk meningkatkan posisi tawarmenawar petani, perlu ada keterlibatan peranan koperasi dalam jalur pemasaran, ha1
ini dapat dilakukan melalui bantuan pinjarnan dari pemerintah.

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI DAN PEMASARAN
KOMODITI JAFlE
(Kasus di Desa Kelapanunggal, Kecamatan Kelapanunggal, Kabupaten
Sukabumi, Propinsi Jawa Barat)

Oleh :
AHMAD ASSARY
A07496127


SKRZPSI
Sebagai Salah Satu Syzrzt z~?tt~l<
Memp~m!eh G!ar
SARJANA PERTANIAN
Pada Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2001

JURUSAN ILMU-ILMU SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini kami menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh :


Nama

:Ahmad Assary

N ~ P
Program Studi

:A07496127

Judul

: Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Komoditi

:Agribisnis

Jahe

(Kasus


di

Desa

Kalapanunggal,

Kecamatan

Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, Propinsi Jawa
Barat)
Dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sajana Pertanian
pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Tanggal Kelulusan

PERNYATAAN
DENGAN IN1 SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI IN1 BENAR-BENAR
HASIL KARYA SENDW YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI
KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN


Bogor, Febmari 2001

AHMAD ASSARY
A07496127

RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Phum Soai, Angiang - Vietnam pada tanggal 27
April 1972, putra pertama dari tujuh bersaudara pasangan orang tua Bapak Salayman
dan Ibu Mariyah.
Penulis menyelesaikan sekolah dasar di SD Negara " A Chau Phong dan lulus
pada tahun 1985, melanjutkan ke SMP (Secondary School) "A" Chau Phong dan
lulus pada tahun 1989. Pendidikan lanjutan atas (High School) di Thu Khoa Nghia Kota Madya Chau Doc pada dua tahun ajaran yaitu 89/90 dan 90191. Kemudian
melanjutkan kelas akhir SMA di Pre-University of Ho Chi Minh city dan lulus pada
tahun 1992.
Pada tahun yang sama penulis diterima di Fakultas Pertanian Universitas
Nasional Ho Chi Minh City. Pada tahun 94 dengan berbagai alasan penulis berhenti
kuliah untuk bekerja.
Berkat Anugrah Allah SWT penulis mendapat beasiswa dari Islamic
Development Bank (IDB) dan diterima di Institut Petanian Bogor pada tahun 1996,
pada program studi agribisnis jurusan ilmu-ilmu sosial ekonomi pertanian, fakultas

pertanian.

KATA PENGANTAR
Bismiiiahhirrahrnanirhahim
Segala puji hanyalah bagi Allah SWT, Zat yang telah melimpahkan berbagai
nikmat, terutama nikmat Islam dan nikmat Ilmu Pengetahuan. Shalawat dan salam
semoga terlimpah dan tercurah kepada Nabi dan Rasul akhr zaman, Muhammad
Saw, kepada Keluarga dan Sahabat-Nya, serta orang-orang yang mengikuti sunnahNya sampai akhir zaman.
Tulisan ini merupakan suatu penelitian kasus yang dilakukan di Desa
Kalapanunggal, Kecamatan Kalapanunggal, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yang
berjudul "Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Komoditi Jahe". Penelitian
ini berusaha mengungkapkan bagaimana pendapatan usahatani dan saluran
pemasaran di lokasi penelitian.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi yang
berkepentingan dan memberi inspirasi pada peneliti lainnya untuk menelaah lebih
jauh tentang sistem usahatani dan pemasaran yang lebih baik.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Otto A.S Brotosuna~yo,dan Ibu Tanti Novianti, SP selaku
dosen Pembimbing skripsi atas segala kesabaran dan curah waktu, bimbingan,
arahan dan bantuannya selama penulisan.

2. Ibu Ir. Anita Ristianingrum, MS yang telah bersedia menjadi moderator pada
saat seminar hasil skripsi penulis.

3. Bapak Dr. Ir. Ma'mun Sarma, MS. MEc yang bersedia menjadi dosen penguji
utama skripsi penulis.
4. Bapak Ir. Idqan Fahmi, MEc yang bersedia menjadi dosen penguji komdik.

5. Yah dan Mak, serta adik-adikku yang telah memberi kasih kayang, do'a dan
semangatnya.
6 . Bapak Kepala Desa Kalapanunggal serta keluarganya telah banyak membantu

selama penulis di lapangan.

7. Kang Jamal, yang telah bersedia membantu dan menjadi translator selama

pengambilan data di lapangan.
8. Asep, teman seperjuangan dalam penelitian dan pembahas pada saat seminar.

9. Arnaliah, atas persahabatan dan perhatiannya serta bantuannya selama ini.
10. Bapak H. Yunus Dali beserta staf atas perhatian dan bantuan selaina ini.
11. Gofo, atas pinjaman komputer dan do'anya
12. Aysah, Mbak Nina, Widi, dan rekan-rekan di Prime Time atas bantuan dan

do'anya.
13. Daud, Sour, Soh, Thanh, dan teman-temanku yang di UGM, atas support dan
do'anya.
14. Agus, Arief, dan rekan-rekan AGB 33 atas persahabatan dan kebersamaan
selama ini.
15. Sokry, Ahmath, Saron, Claudius dan Teman-teman seperjuangan yang berasal
dari Cambodia dan Malaysia, atas support dan persahabatannya selama ini.

Bogor, Januari 200 1

Penulis

DAFTAR IS1
Halaman
DAFTAR IS1... ... ... ... .. . ... . . . ... ... ... . . . ... ... ... ... . . . ... ... ... .. . .....

i

DAFTAR TABEL.. . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . . . ... .....

iv

DAFTAR LAMPIRAN.....................
.
......................................... .

v

DAFTAR GAMBAR... . .. ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... . . . ... ....

vi

1.1. Latar Beiakang... ... ... . . . ... ... ... . . . ... ... . . . .. . ... . . . .. . ...
1.2. Perumusan Masalah.. . ... ... ..
1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.. . ... ... ... . . . . .. ... ... ...
11. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Keragaan Budidaya Jahe.
2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya... . . . ... ... . . . ... . . . . . . ... . ....
111. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Pendapatan Usahatani ... ... ... ... ... ... ... ... ... ....
3.2. Pemasaran . . . ... ... ... .. . ... .. . ... . . . .. . ... . . . ... .....
3.2.1. Lembaga dan Saluran Pemasaran..
3.2.2. Fungsi-fungsi Pemasaran... . . . ... . . . . . . .. . .
3.2.3. Marjin Pemasaran ... . . . ... . . . . . . ... . . . . . . . . .
1V. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian. .. . .. ... . . . . .. .. . . . . ... ... ... ..
4.2. Metode Pengumpulan Data.. . ... ... . . . ... . . . . . . . . . . . . .. . . . . .
4.4. Metode Analisis Data.. . ... . . . ... . . . ... ... . . . .. . ... . . . ... ... ..

4.4.1. Analisis Pendapatan Petani .......................

26

4.4.2. Analisis R/C ........................................

27

4.4.3. Analisis Saluran Pemasaran ......................

28

4.4.4. Analisis Marjin Pemasaran...............................

28

V . GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Keadaan Alam dan Geografis.............................

31

5.2. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian..............

32

5.3. Sarana dan Prasarana....................................

34

5.4. Lembaga Penunjang.....................................

34

5.5. Karateristik Petani Jahe di Desa Kalapanunggal.........

35

VI. HASIL ANALISIS PENDAPATAN USAIWTANI DAN PEMASARAN JAHE!
6.1. Analisis Pendapatan Usahatani
6.1.1. Keragaan Usahatani Jahe
6.1.1.1 Input Benih ...............................................
6.1.1.2. Input Pupuk dan Obat-obatan........................
6.1.1.3. Penggunaan Tenaga Kerja ...........................
6.1.1.4. Penggunaan Alat-alat Pertanian.....................
6.1.2. Hasil Analisis Pendapatan Usahatani ....................
6.2. Analisis Pemasaran Jahe

.-'

6.2.1. Analisis Saluran Pemasaran
6.2.2. Analisis Lembaga dan Fungsi-fungsi Pemasaran ........
6.2.2.1. Petani .........................................
6.2.2.2. Pedagang Pengu~npulDesa ..................... \

6.2.2.3. Pedagang Pengumpul Kecarnatan.............
6.2.2.4. Pedagang Besar..................................
6.2.3. Analisis Margin Pemasaran................................
6.2.3.1. Jalur 1.............................................
6.2.3.2. Jalur 2 .............................................
6.2.3.3. Jalur3 .............................................

V11. KESLMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan ......................................................
7.2. Saran...................................................................
DAFTAR PUSTAKA ..............................................
LAMPIRAN.................................................................

DAFTAR TABEL
Teks

Halaman

1. Perkembangan Ekspor Jahe Indonesia Dalam Berbagai Bentuk Tahun 90-99......... 2
2. Perkembangan Ekspor Jahe Indonesia pada Semester I. 2000................................

3

3. Perkembangan Produksi Jahe di Indonesia, Tahun 1990-1999................................. 4
4 . Produksi clan Produktivitas Jahe Tahun 1997-1999.............................................. 6

5. Metode Perhitungan Pendapatan Usahatani Jahe

29

6. Areal Desa Kalapanunggal Menurut Penggunaannya, Tahun 1999........................31
7. Jumlah Penduduk Desa Kalapanunggal Menurut Golongan Umur.........................32

8. Jumlah Penduduk Desa Kalapanunggal Menumt Tingkat Pendidikan...................33
9. Jumlah Responden Usahatani Jahe Berdasarkan Kelompok Umur.........................35

..

!O . :i;iz!di Kcsp~ndcii?ckni Jzhe 3e:dasarkan Tingka?Pendldlkzn......................... 36

11. Nilai Input, Bibit dan Obat-obatan untuk Usahatani Jahe per Ha........................ 40

12. Nilai Penysutan Peralatan Usahatani Jahe Per Ha Pada Lokasi Penelitian...........42
13. Analisis Pendapatan Usahatani Jahe di Desa Kalanunggal.................................. 44
14. Analisis Margin Pemasaran Jahe Desa Kalapanunggal......................................... 54

Lampiran

1. Penggunaan Bibit. Hasil Produksi dan Harga jual petani Contoh Per Hektar.........62
2. Penggunaan Tenaga Kerja (HOK) Per Hektar......................................................... 63

3 . Penggunaan Pupuk Petani Contoh Per Hektar.........................................................64

4 . Umur Petani Petani. Lahan Ditanam Jahe dan Pengalaman Penanaman Jahe.......65
5 . Daftar Komoditas Unggulan Sub-sektor Perkebunan Kabupaten Sukabumi..........66

6 . Luas Perkebunan Jahe Rakyat menurut Kecamatan Tahun 1995-1999.................. 67
7. Perincian Analisis Marjin Pemasaran......................................................................

68

8. Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Tanaman Jahe Kab . Sukabumi................. 69

DAFTAR GAMBAR

Teks

Halaman

1. Jalur Pemasaran Jahe di Daerah Sentra Produksi...................................................

12

2. Pola Umum Saluran Pemasaran Produk-produk Pertanian di Indonesia................. 18

3 . Hubungan Antara Fungsi-Fungsi Pertama dan Turunan Terhadap Margn .......... 22
4. Bagan Alur Pemikiran Penelitian............................................................................ 24
5. Jalur Pemasaran Jahe di Desa Kalapanunggal......................................................... 47

L

1.1 Latar Belakang
Sektor pertanian menempati
-

posisi

yang strateg

dalam struktur

perekonomian Indonesia. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian dianggap
mampu menyediakan pangan, menyediakan bahan baku industri, meningkatkan
penerimaan devisa, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan
masyarakat.

,

Salah satu tanarnan yang banyak menghasilkan devisa bagi negara adalah
tanaman Jahe (Zingiber Oflnule), yang merupakan tanaman rempah-rempah yang
berpotensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi
Nilai ekonomi komoditi ini terletak pada akar tongkatnya yang disebut rimpang, yang
biasa dikonsumsi sebagai penghangat, bumbu dapur, penambah, rasa dan sebagai
bahan baku obat tradisional dan jamu.
Hasil produksi Jahe dapat dipasarkan dalam bentuk Jahe segar, Jahe kering,
Jahe yang diawetkan, minyak atsiri, dan oleoresin. Pemasaran Jahe Indonesia ke luar
negeri sebagian besar dalam bentuk kemasan Jahe segar, yang umumnya berasal dari
jenis Jahe besar. Rimpang tanaman ini menjadi komoditas ekspor yang sangat
penting, dsn telah diekspor ke berbagai negara seperti Jepang, negara-negara timur
tengah, Amerika, dan ~ r o ~ a ,' .
Berdasarkan data dari BPS, perkembangan ekspor Jahe Indonesia dari tahun
1990 sampai tahun 1999 cenderung meningkat (Tabel. I), yaitu rata-rata sebesar 4,36

' Syah Angkasa, "Ekspor jahe terbentur musim", Tmbus No. 355 Juni 1999

persen per tahun, dengan nilai ekspomya yang meningkat rata-rata 7,86 persen per
tahun. Sedangkan ekspor Jahe dalam bentuk olahan meningkat sangat besar yaitu
rata-rata 103,29 persen per tahun
Dengan perkembangan ekspor tersebut produksi dalam negeri juga ikut
meningkat dengan peningkatan rata-rata 5,36 persen tiap tahun (Tabel. 3). Khususnya
pada dua tahun terakhir ini, yaitu tahun 1998 dan 1999, produksi meningkat sangat
besar hampir mencapai 50 persen, ha1 ini disebabkan karena pada tahun-tahun
tersebut pennintaan Jahe dari mancanegara sangat besar terutama Jahe besar '. 1' ;,,L
Tabel .1 Perkembangan Ekspor Jahe Indonesia Dalam Berbagai Bentuk
Tahun 1990-1999

JAHE SEGAR
Tahun Volume I Perubahan I FOB Value

JAHE OLAHAN DAN LAINLAIN
Volume / Perubah- 1 FOB Value

Sumber BPS, 2000
Ekspor Jahe Indonesia pada Semester I tahun 2000 ini juga meningkat sangat
besar setiap bulannya (Tabel 2). Misalnya pada Jahe segar peningkatannya rata-rata

2

Widodo, "Pasar jahe gajah makin cerah, Komoditas, No. 17 Maret 2000

sebesar 9,58 persen dan pada bentuk olahan dan lain-lain peningkatan setiap bulan
rata-rata sebesar 10,98 persen.
Di Indonesia terdapat beberapa sentra produksi Jahe yaitu Sumatera Utara,
Bengkulu, Lampung, Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat. Perusahaan Jahe di
propinsi Jawa Barat masih didominasi oleh perkebunan rakyat, hanya sebagian kecil
saja yang sudah diusahakan oleh pihak swasta (Seomarsono,l997). Propinsi Jawa
Barat memiliki beberapa sentra produksi, antara lain berada di Kabupaten Sukabumi
dan Majalengka,
,Kabupaten Sukabumi mempunyai lahan yang sangat potensial, agroklimat
yang sangat mendukung, juga surnberdaya manusia yang ada cukup untuk

I

. ~tu,Sukabumi juga merupakan
mengembangkan berbagai komoditas pertanian. Selam

daerah yang sangat strategis yang dapat memasok berbagai komoditas pertanian
termasuk Jahe ke pasar Jakarta dan kerperluan ekspor dibandingkan dengan wilayah
lain di Jawa Barat. Hal ini disebabkan karena jarak yang relatif dekat sehingga dapat
menjamin kesegaran dan ongkos pengangkutan yang relatif murah.
Tabel. 2. Perkembangan Ekspor Jahe Indonesia Pada Semester I, 2000

JAEE SEGAR
Bulan Volume I Perubahan I FOB Value

JAHE OLAHAN DAN LAINLAIN
Volume I Perubah- I FOB Value

Menurut Dinas Perkebunan Sukabumi (Lampiran 5), Jahe termasuk salah satu
komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan selain teh, karet, cengkeh dan kelapa.
Sentra produksi Jahe di Kabupaten Sukabumi terdapat di beberapa kecamatan seperti
Kecamatan Lengkong, Jampang tengah, Kalapanunggal dan Sukaraja.
Kecamatan yang mengalami perkembangan areal luas lahan Jahe terbesar
terdapat di Kecamatan Kalapanunggal dengan laju peningkatan sebesar 368,7 persen
per tahun, dan Kecamatan Pelabuhan Ratu dengan perkembangan rata-rata
126,9ipersen per tahun. seperti terlihat pada Lampiran 6. Sebagian besar sentra
produksi Jahe di kecamatan tersebut berada di empat desa yaitu Desa Kalapanunggal,
Makasari, Palasari dan Kedununggal.
Tabel 3. Perkembangan Produksi Jahe di Indonesia, Tahun 1990 - 1999

I

Tahun
1990

I

Produksi
( Ton )
79.891

I

Perubahan

/

(%)

-

Sumber BPS dan Ditjen Perkebunan, 2000
Pada Desa Kalapanunggal Jahe baru ditanam secara besar-besaran oleh petani
sekitar dua tahun yang lalu (1997), karena menerima bantuan dari Pemerintah daerah

Tk. 11 Sukabumi lewat program KUT untuk tanaman Jahe yang disalurkan melalui
Koperasi-Koperasi yang ada di desa tersebut.
Dari
-

uraian di atas terlihat jelas terdapat peluang untuk mengembangkan

tanaman Jahe di Indonesia masih terbuka lebar. Hal ini disebabkan oleh lahan yang
ada masih Luas, tenaga kerja yang mencukupi, iklim mendukung dan petani sudah
banyak mengenal tanaman ini.

1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan sebelumnya terlihat bahwa volumer ekspor, nilai
ekspor komoditi jahe baik dalam bentuk Jahe segar maupun olahan, dan tingkat
permintaan luar negeri cenderung meningkat. Keadaan ini memberi indikasi bahwa
.-

peluang untuk mengembangkan komoditi jahe sangat potensial, dan akan menjadi
insentif bagi petani untuk menanam terus jahe.
Namun, kalau dilihat dari rata-rata produktivitas jahe yang telah dicapai oleh
petani sampai saat ini masih rendah dibandingkan dengan rata-rata tingkat nasional,
dapat dilihat pada Tabel 4. Rendahnya produktivitas tersebut antara lain disebabkan
karena cara pengusahaan petani masih bersifat tradisional. Di antaranya masih banyak
~

petani yang menggunakan benih lokal yang kualitasnya kurang baik, pengolahan
tanah belum sempuma, dan pemupukan belum sesuai dengan anjuran.
Pertumbuhan hasil produksi jahe yang tinggi dipengaruhi juga oleh pemasaran
yang baik. Pemasaran merupakan salah satu unsur penting dalam sistem komoditas
dan merupakan media bagi perkembangan usahatani jahe. Dengan adanya kondisi
pemasaran yang efisien dan adil akan memberikan insentif bagi petani produsen

untuk rneningkatkan produksi rnelalui peningkatan produktivitas dan intensitas
pertanaman jahe.
Tabel 4. Produksi dan Produktivitas Jahe Tahun 1997-1999
Tahun
Luas Lahan (Ha)
1997
3.962
4.996
1998
7.772
1999
Sumber BPS, 2000

Produksi (Ton)
81.176
92.968
120.851

Produktivitas (Tonlha)'
20
19
16

Aspek pemasaran semakin lebih banyak ditentukan oleh peranan lembaga
pemasaran. Beberapa lernbaga pemasaran yang berperan tersebut diantaranya adalah
produsen dalarn ha1 ini petani, Pedagang pengumpul, Pedagang besar dan pengecer.
Lembaga pemasaran yang berfungsi sebagai penghubung akan menentukan
mekanisme pasar dan rnembentuk jalur distribusi atau saluran pemasaran.
Dari permasalahan yang diuraikan di atas dapat dirumuskan beberapa masalah
penelitian sebagai berikut :

I. Bagairnana pendapatan usahatani Jahe yang tejadi di daerah penelitian ?
2. Bagaimanakah saluran pemasaran dan fungsi-fungsi pemasaran yang
dilakukan setiap lernbaga pemasaran yang terlibat ?
3. Berapakah marjin pernasaran Jahe yang diterima masing-masing lembaga

pernasaran yang terlibat ?

1.3. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Berdasarkan perurnusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
/;

1. Menganalisis pendapatan usahatani Jahe di daerah penelitian.
2. Menganalisis pola saluran dan kelembagaan pemasaran yang terjadi.
3. Menganalisis sebaran marjin pemasaran komoditi Jahe pada setiap
lembaga pemasaran.
Sehubungan dengan tujuan yang ditetapkan maka penelitian ini diharapkan

dapat berguna sebagai :

1. Bahan informasi bagi petani Jahe, dan pemerintah daerah sebagai
bahan pertimhangan dalarn mengambil keputusan.
2. Sebagai bahan masukan b a penelitian
~
berikutnya, khususnya yang

berkait dengan usahatani Jahe dan pemasaran.

11.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Keragaan Budidaya Jahe
Jahe (Zingiber Of$cinale) termasuk dalam famili Zingiberaceae atau temutemuan. Jahe dapat dibedakan jenisnya berdasarkan : Aroma, warna, bentuk dan
besarnya rimpang. Atas dasar tersebut Jahe dibedakan menjadi 3 jenis jahe komersial
yaitu :jahe Gajah (Badak), jahe kecil (Emprit), dan jahe merah.
Jahe paling cocok bila ditanam pada tanah yang subur, gembur dan banyak
mengandung bahan organik (humus). Pengembangan Jahe umumnya dilakukan pada
tanah

-

tanah Latosol merah coklat atau Andosol. Tanaman Jahe ini tidak dapat

tumbuh baik pada tanah yang memiliki banyak genangan air atau drainase buruk,
tanah rawa dan tanah berat yang banyak mengandung fraksi liat, serta pada tanah
yang didominasi oleh kandungan pasir kasar (Santoso, 1999).
Salah
-".
satu kelebihan tanaman Jahe adalah mudah beradaptasi dengan
lingkungan sekitar, namun untuk memperoleh hasil produksi yang optimal perlu juga
diperhatikan persyaratan ikiimnya. Jahe selalu membutuhkan sinar matahari yang
cukup, karena itu bila tanaman Jahe ditanam pada lahan terlindung akan
menyebabkan daunnya menjadi besar, tetapi rimpangnya kecil. Jahe juga
membutuhkan 7

-

9 bulan basah, di Indonesia Jahe umumnya ditanam pada

ketinggian sekitar 200 - 600 m di atas permukaan laut dengan curah hujan rata - rata
berkisar 2500 - 4000 mm per tahun (Santoso, 1995).
Secara umum terdapat dua jenis Jahe, yaitu Jahe kecil dan Jahe besar. Jahe
kecil umumnya diusahakan untuk memperoleh Jahe kering atau untuk minyak Atsiri.

Jenis Jahe ini dipanen pada umur 9 - 10 bulan setelah tanam, dengan hasil produksi
sekitar 6 - 20 ton per hektar. Jenis Jahe besar dapat dibedakan menjadi dua cara
panen yaitu panen tua (8 - 10 bulan setelah tanam) dan panen muda (sekitar 4 bulan
setelah tanam). Perbedaan waktu panen inilah yang menyebabkan hasil produkasi
Jahe besar lebih bervariasi yaitu mencapai 10 - 30 ton per hektar (Januwati,)
Soemarsono (1997).
Beberapa ha1 yang hams diperhatikan petani untuk mendapatkan hasil Jahe
yang optimal tersebut, selain pembibitan yang baik adalah cara penanaman yang
benar dan pemeliharaan, yang meliputi penyulaman, penyiangan, pembumbunan,
pemberian serasah, serta pemupukan. Selain itu juga dibutuhkan pengendalian hama
yang efektif yang dapat mengganggu hasil produksi Jahe.

2.2 Penelitian Sebelumnya

2.2.1. Penelitian Usahatani Jahe
Pada penelitian Soemarsono,(l997) tentang Usahatani Jahe sebagai usaha
sampingan di Desa Cilangkap Sukabumi. Hasil penelitian menyebutkan bahwa
pengusahaan Jahe di lokasi penelitian ini menguntungkan karena R/C di kedua jenis
panen tua dan muda lebih dari satu. Walaupun dengan R/C yang lebih kecil, namun
panen muda banyak dilakukan petani karena usahatani Jahe ini hanya merupakan
usaha sampingan untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari.
Hasil analisis pendapatan petani diperoleh tingkat pendapatan atas biaya total
dan atas biaya tunai, yaitu pada panen muda, petani memperoleh pendapatan atas
biaya total sebesar Rp 243.890,- dan Rp 416.890,- atas biaya tunai. Sedangkan untuk

panen tua, petani memperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp 1.598.390,- dan
Rp 1.801.890,- atas biaya tunai.
Selanjutnya Rosmeilisa, & Yani (1996) dalam penelitiannya tentang
usaha tani dan pengolahan jahe mengatakan bahwa keuntungan petani akan lebih
tinggi bila menjual jahe dalam bentuk jahe segar baik untuk jahe besar maupun jahe
kecil. Keuntungan penjualan jahe kecil basah dan jahe kecil kering masing-masing
sebesar Rp 2.790.000,- dan Rp 1.340.000,- per musim tanam, sedangkan keuntungan
dari jahe besar basah dan jahe besar kering masing-masing sebesar Rp. 4.700.000,dan Rp. 250.000,- per panen tua.

Tetapi bila produksi berlebihan dan jahe segar

tidak dapat disimpan lama, maka pembuatan jahe kering adalah altematif yang paling
mudah dilaksanakan.

2.2.2. Penelitian Pemasaran Jahe
Pada penelitian Yuhono,(l991) tentang pemasaran Jahe di daerah sentra
produksi Propinsi Bengkulu dan Jawa Barat, dikemukakan bahwa sistem penjualan
Jahe hasil produksi di kedua sentra produksi tersebut adalah sistem penjualan sesudah
panen dan sistem tebasan.
Penjualan sesudah panen berarti petani melaksanakan pemanenan sendiri
kemudian baru dijual ke pedagang pengumpul atau eksportir. Penjualan secara
tebasan adalah cara penjualan dimana sebelum tanaman jahe dipanen sudah dilakukan
transaksi antara petani dengan pembeli atas dasar perincian produksi oleh pembeli,
dan pembelilah yang melaksanakan pemanenan sendiri.

Di daerah sentra produksi Bengkulu dan Jawa Barat terdapat beberapa jalur
pemasaran jahe sebagai berikut :

1. Petani ---- Pedagang pengumpul ---- Eksportir
2. Petani ---- Pedagang pengumpul ---- Pedagang antar daerah ---- Eksportir
3. Petani ---- Pedagang pengumpul ---- Pedagang antar daerah ---- pedagang
pasar KecamatanKabupaten ---- Konsurnsi dalam negeri

4. Petani ---- Eksportir
5. Petani ---- Pedagang pengumpul ---- Pedagang antar daerah ---- Industri

pengolahan

Pada penelitian Soemarsono,(l997) tentang Usahatani Jahe sebagai usaha
sampingan di Desa Cilangkap Sukabumi. Terdapat dua saluran pemasaran yaitu :
1. Jalur I : petani

-+ pedagang pengumpul I + pedagang pengumpul I1 -+ pasar

induk
2. Jalur I1 : petani -+ pedagang pengumpul II + pasar induk

Pada dasamya petani memiliki kebebasan untuk menentukan jalur pemasaran
yang mana ingin ditempuh. Tetapi jalur I lebih banyak dilakukan petani karena dalam
kehidupan sehari-hari petani selalu membutuhkan uang tunai untuk memenuhi
kebutuhan hidup keluarganya, ditambah dengan pedagang pengumpul I yang rajin
mendatangkan petani untuk membeli jahe petani.

12

Secara skematisjalur -jalur pemasaran tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
Petani

4

.c

1

Industri Pengolahan

1
Konsumsi dalam Negeri

Gambar 1. Jalur Pemasaran Jahe di Daerah Sentra Produksi
Sumber : Yuhono, dkk (1991).

Cara penjualan yang dilakukan petani kepada pedagang adalah cara jual
iangsung dengan sistem tawar-menawar, biasanya harga jual lebih sering ditentukan
oleh pedagang pengumpul satu, namun harga tersebut akan diterima petani asalkan
harga tersebut juga diterima oleh petani yang lain. Cara tawar-menawar seperti ini
membuat kekuatan tawar-menawar petani menjadi kurang kuat, ditambah lagi dengan
kebutuhan uang tunai yang mendesak petani untuk menjual jahenya.
Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa margin biaya pemasaran untuk
kedua jalur pemasaran sama besar. Margin pemasaran jalur I lebih besar daripada
jalur 11, ha1 ini dikarenakanjalur I lebih panjang. Pada jalur I pedagang pengurnpul I

mendapat keuntungan sebesar Rp. 43,90 per Kg dan pedagang pengumpul I1
mendapat Rp. 70,25 per Kg. Pada jalur II pedagang pengumpul I1 mendapatkan
keuntungan yang lebih besar lagi yaitu Rp. 89,15 per Kg, namun demikian petani
mendapatkan nilai tambah sebesar Rp 25,OO per Kg dibanding jalur I. Nilai tambah
ini membuat farmer's share pada jalur I1 lebih besar (80,80 %) dibandingkan dengan
farmer's share pada jalur I (76,90 %), artinya bagian yang diterima petani dari harga
yang dibayarkan konsumen lebih baik bila menggunakan jalur 11.

111. KERANGKA PEMIKIRAN
3.1. Pendapatan Usahatani

Definisi usahatani adalah setiap organisasi dari alam, tenaga kej a dan modal
yang ditujukan kepada produksi di lapangan pertanian. Ketatalaksanaan organisasi itu
sendiri dapat diusahakan oleh seseorang atau sekumpulan orang. Dalam ha1 ini istilah
usahatani mencakup pengertian luas muiai dari bentuk sederhana yaitu hanya untuk
memenuhi kebutuhan keluarga sampai pada bentuk paling modem yaitu mencari
keuntungan atau laba (Tjakrawilaksana, dalam Nova, 1996_).
Menurut Tjakrawilaksana (1983) unsur - unsur dalam usahatani yang penting
untuk diperhatikan adalah karakteristik petani pengelola, teknik budidaya,
ketersediaan saran, produksi, modal, serta pendapatan dan tingkat penerimaan. Unsur
- unsur

ini mempunyai kedudukan yang sama pentingnya.
Faktor - faktor yang mempengaruhi pendapatan rumah tangga usahatani

digoiongkan dalam faktor intem dan faktor ekstem. Faktor intem adalah faktor

-

faktor yang terdapat dalam usahatani atau masih berada dalam jangkauan petani
pengelola. Sedangkan, faktor ekstem adalah faktor

-

fakor diluar usahatani dan

banyak ditentukan oleh pihak luar (Swasta dan Pemerintah).
Pennasalahan yang terjadi di atas dianalisa menggunakan analisa usahatani
dan pemasaran. Variabel - variabel yang digunakan untuk menganalisa usahatani
adalah karakteristik petani pengelola, teknik budidaya, ketersediaan sarana produksi,
modal serta pendapatan dan penerimaan.

Pendapatan usahatani yang dimaksudkan di atas adalah pendapatan tunai
usahatani (Form Net cash Flow). Dalam perhitungamya, Soekartawi (1986)
menyatakan bahwa pendapatan usahatani tersebut diperoleh dari selisih penerimaan
tunai usahatani dan pengeluaran usahatani. Penerimaan tunai usahatani adalah nilai
uang yang diterima dari penjualan produk usahatani. Pengeluaran usahatani adalah
jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani. Dalam
ha1 ini penerimaan tunai usahatani tidak mencakup pinjaman uang untuk keperluan
usahatani, demikinan pula halnya dengan pengeluaran tunai usahatani. Selain itu nilai
keja yang dibayar dengan benda akan dikeluarkan dari perhitungan pengeluaran
tunai usahatani. Pendapatan tunai usahatani itu sendiri merupakan ukuran
kemampuan usahatani untuk manghasilkan uang tunai.
Perhitungan pendapatan usahatani harus memperhitungkan pula biaya-biaya
dalam usahatani tersebut. Menurut Soekartawi (1986) biaya yang hams dikeluarkan
dalam suatu usahatani dapat meliputi biaya tetap (fixed cosl) dan biaya variabel
(variable cost). Tjakrawilaksana (1983) mendefinisikan biaya tetap sebagai jenis

biaya yang besamya tidak langsung mempengaruhi tingkat produksi pada jangka
pendek atau sering disebut biaya tidak langsung (indirect cost). Dalam jenis biaya ini
termasuk biaya umum (overlzeud cost). Biaya variabel adalah jenis biaya yang besar
kecilnya mempengaruhi produksi dan tingkat operasinya, karena sifatnya yang
mempengaruhi produksi tersebut maka biaya ini disebut biaya langsung (direct cost).
Penjumlahan dua biaya ini disebut biaya total produksi.
Suatu usahatani dikatakan layak atau berhasil apabila usahatani tersebut dapat
menutupi pengeluaran-pengeluarannya, dapat meinberikan balas jasa yang sesuai

(berdasarkan prinsip biaya yang diluangkan atau opportunity cost) kepada
sumberdaya usahatani yang dipakai, mampu memberikan sisa penerimaan atau
pendapatan yang diperlukan bagi pencukupan kebutuhan hidup keluarga petani,
beroperasi secara berkesinambungan dari waktu ke waktu dan dapat meningkatkan
atau mengembangkan usaha (membesarkan skala usaha) dari waktu ke waktu
(Soeharjo dkk, 1973).
Pendapatan selain diukur dengan nilai mutlak, juga dinilai efisiensinya. Salah
satu ukuran efisiensi pendapatan adalah penerimaan untuk setiap biaya yang
dikeluarkan atau rasio IUC. Nilai R/C akan menunjukan besamya penerimaan yang
diperoleh dengan pengeluaran satu satuan biaya. Jika nilai IUC > 1 berarti
penerimaan yang diperoleh akan lebih besar daripada setiap unit biaya yang
dikeluarkan untuk memperoleh penerimaan tersebut. Sebaliknya, jika nilai IUC < 1
maka setiap unit biaya yang dikeluarkan lebih besar daripada penenmaan yang
diperoleh.

3.2. Pemasaran

Kotler (1996) mendefinisikan pemasaran sebagai suatu proses sosial dan
manajerial dimana individual dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan
mereka dengan menciptakan, menawarkan dan bertukar sesuatu yang bemilai satu
sama lain. Definisi pemasaran pertanian menurut Limbong dan Sitorus (1987)
mencakup segala kegiatan dan usaha yang berhubungan dengan perpindahan hak
milik dan fisik dari hasil pertanian dan kebutuhan usaha pertanian dari produsen ke
tangan konsumen, termasuk di dalainnya kegiatan-kegiatan tertentu yang

menghasilkan perubahan bentuk dari barang yang dimaksud untuk lebih
memudahkan penyaluramya dan memberikan kepuasan yang lebih tinggi kepada
konsumen. Dalam analisis pemasaran ini yang akan dilihat adalah lembaga
pemasaran, saluran pemasaran dan marjin pemasaran.
Sedangkan menurut Dahl, Hammond, Kohl dan Downey (&

Pertiwi

2000), pemasaran merupakan serangkaian aktivitas bisnis dari lembaga pemasaran
yang meliputi penyaluran ( Distribusi) dan pelayanan barang-barang yang dibutuhkan
untuk menggerakkan produk atau input dari titik produksi sampai ke konsumen akhir.
Menurut Mendoza (1991)m*

Enung (1999), pemasaran dapat dipelajari

dari berbagai sudut pandang dan pendekatan yang berbeda. Seperti pendekatan
fungsional atau fungsi pemasam, pendekatan organisasional atau kelembagaan yang
meliputi seluruh partisipan yang terlibat dan pendekatan subsistem komoditas yang
menggabungkan kedua pendekatan sebelumnya. Dalam pendekatan subsistem
komoditas, analisis kelembagaan didasarkan pada indentifikasi saluran pemasaran
utama. Dimana, analisis mengenai saluran tersebut menyediakan pengetahuan yang
sistematis bagaimana arus barang dan jasa mengalir dari titik asal (produsen) sampai
titik akhir (konsumen). Pendekatan ini meliputi analisis mengenai margin dan biaya
pemasaran.

3.2.1 Lembaga dan Saluran Pemasaran

Lembaga dan saluran pemasaran komoditi Jahe mengikuti arus penyaluran
dari petani sampai konsunen. Dalam pemasaran barang atau jasa terlibat beberapa
badan mulai dari produsen, lembaga-lembaga perantara dan konsumen. Karena Jarak

antara produsen dengan konsumen sering berjauhan, maka fungsi badan perantara
sangat diharapkan untuk menggerakkan barang-barang dan jasa-jasa tersebut dari titik
produsen ke titik konsumen.
Menurut Limbong dan Sitorus (1987) pola umum saluran pemasaran produk
pertanian di Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut :
Tengkulak

).

Pedagang

---+besarperantara

vm
L

Pabrik /
Eksportir

-----4

Produsen

Llpr'y,

Pengecer

Gambar 2. Pola umum saluran pemasaran vroduk-produk pertanian di Indonesia
Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987

Lembaga perantara dapat dikelompokkan atas : ( 1 ) Pedagang perantara
(Merchant middlemen) yang terdiri dari pengecer (Retailers) dan grosir
(w/2olesalers),(2) Agen perantara (Agent middlemen) yang terdiri dari Brokers dan

komisi, (3) Pedagang spekulatif (Spekulative middlemen) dan ( 5 ) Organisasi fasilitas
(Facilitative organisalion).

Dalam menyalurkan produk yang dihasilkan, para produsen tidak dapat
melakukan penyaluran produknya ke setiap pasar yang dikehendaki maupun pada

setiap waktu yang dikehendaki produsen. Ada beberapa faktor penting yang hams
dipertimbangkan bila hendak memilih saluran pemasaran.

1. Pertimbangan pasar, yang meliputi konsumen sasaran akhir, potensi
pembeli, geografi pasar, kebiasaan pembeli dan volume pasar.
2. Pertimbangan barang meliputi nilai barang per unit, besar dan berat

barang, kemsakan, sifat teknik barang dan apakah barang tersebut untuk
memenuhi pesanan atau pasar.

3. Pertimbangan

intern

perusahaan

meliputi

sumber

permodalan,

kemampuan dan pengalaman manajemen, pengawasan penyaluran dan
pelaya~an.

4. Pertimbangan terhadap lembaga perantara meliputi segi kemampuan
lembaga perantara dan kesesuaian lembaga perantara dengan kebijakan
perusahaan
Timbulnya lembaga pemasaran ini disebabkan oleh a&nya keinginan
konsumen untuk mendapatkan barang yang diinginkan secara mudah. Tugas lembaga
pemasaran ialah melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan
konsumen semaksimal mungkin dan pihak konsumen akan memberikan jasa bempa
margin kepada lembaga pemasaran.
Setiap macam hasil pertanian berbeda mempunyai saluran pemasaran yang
berlainan. Saluran pemasaran suatu hasil pertanian dapat berbeda dan bembah-ubah
tergantung kepada keadaan daerah, waktu dan kemajuan teknologi. Sering pula
skema saluran memperlihatkan besaran-besaran yang relatif dari benda itu yang
disalurkan melalui masing-masing badan perantara di dalam saluran pemasaran.

Saluran pemasaran adalah serangkaian organisasi yang saling tergantung serta
terlibat dalam proses untuk menjadikan produk atau jasa siap digunakan atau
dikonsumsi. Sebuah saluran pemasaran melaksanakan tugas memindahkan barang
dari produsen ke konsumen. Hal itu mengatasi kesenjangan waktu, tempat dan
kepemilikan yang memisahkan barang dan jasa dari orang-orang yang membutuhkan
atau menginginkannya (Kotler, 1987).
Saluran pemasaran dikarakteristikkan dengan jumlah tingkat saluran
pemasaran. Setiap perantara yang menjalankan pekejaan tertentu untuk mengalihkan
produk dan kepemilikannya agar lebih mendekati pembeli akhir bisa disebut sebagai
tingkat saluran. Karena produsen dan pelanggan akhir melakukan kejasama, maka
keduanya merupakan bagian dari saluran pemasaran.

3.2.2. Fungsi-fungsi Pemasaran
Proses penyampaian barang dari titik produsen ke titik konsumen memerlukan
berbagai kegiatan atau tindakan. Kegiatan-kegiatan tersebut dinamakan sebagai
fungsi pemasaran atau tataniaga. Menurut Limbong dan Sitoms (1987), fungsi
pemasaran merupakan kegiatan yang dapat memperlancar proses penyampaian
barang atau jasa dari titik produsen ke titik konsumen. Fungsi-fungsi terebut
dikelompokkan menjadi 3 fungsi, yaitu :
1). Fungsi pertukaran

Merupakan k e ~ a t a n yang memperlancar perpindahan hak milik dari
barangljasa yang dipasarkan. Fungsi ini terdiri dari fungsi pembelian dan
penjualan.

2). FungsiJisik

Adalah semua kegiatan yang langsung berhubungan dengan barangljasa
sehingga menimbulkan kegunaan tempat, bentuk dan waktu. Kegiatan yang
termasuk didalam fungsi fisik seperti kegiatan penyimpanan, pengolahan dan
pengangkutan.

3). Fungsifasililas
Adalah semua kegiatan yang bertujuan untuk memperiancar kegiatan
perukaran yang tejadi antara produsen dan konsumen. Fungsi ini terdiri dari
(1) Fungsi standarisasi dan grading, (2) Fungsi penanggungan resiko, (3)

Fungsi pembiayaan dan (4) Fungsi informasi pasar.

3.2.3. Marjin Pemasaran
Marjin pemasaran didefinisikan sebagai perbedaan h a r p 2tau se!isih h ~ r g a
yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen, dan dapat pula
dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari
tingkat produsen sampai tingkat konsumen akhir. Kegiatan untuk memindahkan
barang dari titik produsen ke konsumen membutuhkan pengeluaran baik fisik maupun
materi. Pengeluaran yang hams yang hams dilakukan untuk menyalurkan komoditi
dari produsen ke konsumen pada waktu, bentuk, dan tempat yang diminta disebut
biaya pemasaran.
Biaya-hiaya yang dikeluarkan lembaga pemasaran dalam proses penyaluran
suatu komoditi tergantung dari fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan. Perbedaan
fungsi yang dilakukan setiap lembaga pemasaran menyebabkan perbedaan harga jual

dari lembaga yang satu dengan lembaga yang lain sampai konsumen terakhir. Konsep
maj i n pemasaran dapat dilihat pada Gambar 2. di bawah ini:

Qr, f

Jumlah

Gambar 3. Hubungan antara fungsi-fungsi pertama dan turunan terhadap marjin
tataniaga dan nilai marjin pemasaran.
Sumber : Limbong dan Sitorus, 1987
Keterangan : Pr

= Harga

tingkat pengecer

Pf

= Harga tingkat

petani

Sr

= Penawaran tingkat pengecer

Sf

= Penawaran tingkat petani

Dr

= Permintaan

tingkat pengecer

Df

= Permintaan

tingkat petani

Qr,f

= Jumlah

keseiinbangan di tingkat petani dan pengecer

Berdasarkan Gambar.3, besar majin pemasaran merupakan perkalian dari
perbedaan harga yang diterima petani dan harga yang dibayar oleh konsumen dengan
jumlah produk yang dipasarkan. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :
M=(Pr-Pf)xQr,f
Besaran (Pr - Pf) menunjukan besarnya nilai marjin pemasaran suatu
komoditi per unit (Limbong dan Sitorus, 1987). Selanjutnya, Limbong dan Sitorus
(1987) menyatakan bahwa marjin pemasaran terdiri dari dua komponen yaitu biaya
dan keuntungan pemasaran. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
Mi = Ci + xi
Dimana : Mi

= Marjin tataniaga pada

Ci

= Biaya tataniaga pada

xi

= Keuntungan

lembaga ke-i

lembaga ke-i

tataniaga pada lembaga ke-i

Besar marjin pemasaran pada suatu saluran pemasaran tertentu dapat
dinyatakan sebagai penjumlahan dari majin pada masing-masing lembaga tataniaga
yang terlibat. Secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :
M=CM~
Rendahnya majin

pemasaran

suatu

komoditi

belum

tentu

dapat

mencerminkan efisiensi yang tinggi. Salah satu indikator yang berguna dalam melihat
efisiensi kegiatan tataniaga adalah dengan membandngkan bagian yang diterima
petani (Farmer share) terhadap harga yang dibayar konsumen akhir. Farmer's share
merupakan perbandingan harga yang diterima petani dengan harga yang di tingkat
akhir konsumen. Bagian yang diterima lembaga tataniaga sering dinyatakan dalam

bentuk persentase (Limbong dan Sitorus, 1987). Bagan pemikiran penelitian ini dapat
dilihat pada Gambar.4 berikut :

USAHATANI JAHE

- Analisis Pendapatan

Produsen/ Petani

Lembaga Perantara

Fungsi Pemasaran
Pemasaran

1

Konsumen

I

Gambar. 4 . Bagan Alur Pemikiran Penelitian

IV. METODE PENELITIAN
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Desa Kalapanunggal, Kecamatan Kalapanunggal,
Kebupaten Sukabumi, Jawa Barat. Pemilihan Lokasi ditentukan secara sengaja

@urposive) dengan pertimbangan bahwa daerah Sukabumi merupakan salah satu
sentra produksi jahe di Jawa Barat. Sedangkan pemilihan Kecamatan Kalapanunggal
sebagai-kecamatan contoh disebabkan karena Kecamatan Kalapanunggal merupakan
daerah dengan laju perkembangan luas tanaman jahe paling besar (Lampiran 6). Dari
kecamatan tersebut dipilih Desa Kalapanunggal, karena desa ini merupakan desa
yang memiliki jumlah petani jahe terbanyak. Waktu penelitian dilaksanakan pada
Oktober - November 2000.

4.2. ivietocie r"engumpulan Data dan Penarikan sampel

Pemilihan responden petani dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik
acak sederhana (Simple Random Sample) dari jumlah petani Jahe yang ada di desa
penelitian. Jumlah petani yang dijadikan responden sebanyak 30 orang. Sedangkan
penentuan responden pedagang dan lembaga perantara dilakukan dengan cara
mengikuti arus komoditi Jahe dari petani sampai konsumen akhir. Jumlah total
responden pedagang adalah 10 orang yang terdiri dari 4 pedagang pengumpul desa, 3
pedagang pengumpul kecamatan dan 3 orang pedagang besar.
Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan melakukan wawancara langsung kepada petani dan

pedagang contoh, dan pengamatan langsung di lapangan. Sedangkan data sekunder
diperoleh dari instansi-instansi terkait, seperti Biro Pusat Statistik, Kantor statistik
Wilayah Sukabumi, Dinas Perkebunan Sukabumi dan Pemda Sukabumi.

4.3. Metode Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif
dan kuantitatif Analisis dilakukan dengan memasukan data primer yang telah diolah
ke dalam tabel-tabel yang telah disiapkan. Dalam penelitian ini analisis data meliputi
analisis pendapatan usahatani, analisis imbangan penerimaan dan biaya, analisis
saluran dan fingsi-fungsi pemasaran dengan analisis marjin pemasaran.

4.3.1. Analisis Pendapatan Petani

Pendapatan usahatani dibedakan menjadi pendapatan atas biaya tunai dan
pendapatan atas biaya total. Pendapatan atas biaya tunai adalah biaya yang benarbenar dikeluarkan oleh petani, pendapatan atas biaya total adalah semua input milik
keluarga juga diperhitungkan sebagai biaya.
Secara urnurn pendapatan dianggap sebagai penerimaan dikurangi dengan
biaya yang telah dikeluarkan. Penerimaan usahatani Jahe merupakan nilai dari
penjualan produksi total Jahe yang dihasilkan. Pendapatan dirumuskan secara
matematik sebagai berikut :

n tunai = Tr - Bt
n total

= Tr - (Bt + Bd)

Dimana : n

= Pendapatan (Rupiah)

Tr

= Nilai

Bt

= Biaya total (Rupiah)

produksi (Hasil kali jumlah fisik dengan harga)

Bd = Biaya yang diperhitungkan (Rupiah)
Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan petani secara tunai termasuk bunga
kredit. Adapun bentuk perhitungan analisis pendapatan tersebut dapat dilihat pada
Tabel 6. Sedangkan biaya yang diperhitungkan adalah biaya yang dibebankan kepada
usahatani untuk penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat-alat
pertanian dan imbangan sewa lahan dan biaya imbangan bibit.
Biaya yang diperhitungkan untuk menghitung berapa sebenarmya pendapatan
kerja petani jika modal, sewa lahan dan tenaga kerja dalam keluarga dan biaya bibit
milik sendiri diperhitungkan. Modal yang dipergunakan petani dihitung sebagai
modal pinjaman, meskipun modal tersebut milik petani sendiri. Tenaga kerja keluarga
dinilai berdasarkan upah yang berlaku pada waktu anggota keluarga menyumbang
kerja pada usahatani tersebut. Lahan yang digunakan petani diperhitungkan sebagai
lahan sewa yang besarnya berdasarkan rata-rata biaya sewa lahan per hektar di daerah
tersebut.

4.3.2 Analisis lmbangan Penerimaan dan Biaya (R/C Ratio)

Return Cost Ratio atau imbangan penerimaan dan biaya adalah perbandingan
antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan daiam satu proses
produksi usahatani. Dalam ha1 ini apabila R/C > 1 maka berarti usahatani yang

dilakukan menguntungkan atau layak dilaksanakan. Sebaliknya, apabila R/C < 1
berarti usahatani tersebut tidak menguntungkan atau tidak layak dilakukan.

4.3.3. Analisis Saluran Pemasaran dan Kelembagaan Pemasaran

Analisis ini dilakukan secara kualitatif untuk melihat saluran pemasaran yang
ada di desa penelitian dan lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam
menyalurkan komoditi Jahe dari produsen sampai konsumen.

4.3.4. Analisis Marjin Pemasaran

Perhitungan marjin pemasaran dilakukan untuk mengetahui perbedaan harga
per satuan di tingkat petani dengan tingkat konsumen atau pada tiap rantai
pemasaran. Secara matematik dapat