Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usaha (1)

LAPORAN STUDI LAPANG
Analisis Pendapatan Dan Efisiensi Usaha Pengolah Dan Pemasar Santan
Kelapa Di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu

Oleh :

Nama

: Romauliyana Br Silalahi

NPM

: E1D012051

Jurusan

: Agribisnis

Dosen pembimbing

: Ir. Agus Purwoko, M.Sc


LABORATORIUM SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS BENGKULU
2015

DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan …………………………………………………………..…. i
Kata Pengantar ………………………………………………………………........ ii
Daftar Isi ………………………………………………………………………….. iii
Isi
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………... 3
1.3 Tujuan………………………………………………………………….. 3
1.4 Manfaat ………………………………………………………………... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA …………………………………………….. 4
2.1 Kelapa …………………………………………………………………. 4
2.2 Pengolahan Kelapa ……………………………………………………. 5

2.3 Konsep Pendapatan ……………………………………………………. 6
2.4 Konsep R/C Ratio ……………………………………………………... 8
2.5 Kerangka Pemikiran …………………………………………………… 9
BAB III METODOLOGI PENELITIAN …………………………………... 10
3.1 Metode Penentuan Lokasi ……………………………………………... 10
3.2 Metode Penentuan Responden ………………………………………… 10
3.3 Sumber Data …………………………………………………………… 10
3.4 Metode Analisis Data ………………………………………………….. 10
3.4.1 Analisis Pendapatan …………………………………………….... 10
3.4.2 Efisiensi Usaha …………………………………………………... 11
3.5 Konsep dan Pengukuran Variabel ……………………………………... 12
BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI …………………………………... 13
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ……………………………………… 14
5.1 Identitas Responden…………………………………………………… 14
5.2 Biaya Produksi ………………………………………………………… 14
5.3 Total Biaya …………………………………………………………….. 18
5.4 Produksi ……………………………………………………………….. 19
5.5 Pendapatan dan Efisiensi Usaha ………..……………………………... 20
BAB VI PENUTUP………………………………………………………..… 22
6.1 Kesimpulan ……………………………………………………………. 22

6.2 Saran …………………………………………………………………... 22
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………….. 23
LAMPIRAN ………………………………………………………………..... 25

iii

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian memiliki lima sub sektor yang dapat dikembangkan seperti, tanaman pangan,
tanaman hortikultura, peternakan, perikanan dan perkebunan (Tanti, 2009). Dalam sektor
perkebunan ada banyak jenis macam yang dikembangkan sepeti perkebunan karet, sawit kopi
dan juga perkebunan kelapa. Departemen Perindustrian (2009) mencatat bahwa Indonesia
merupakan negara yang memiliki lahan tanaman kelapa terbesar di dunia dengan luas areal 3,88
juta hektar (97% merupakan perkebunan rakyat), dan memproduksi kelapa 3,2 juta ton setara
kopra. Itu berarti perkebunan kelapa yang ada di Indonesia tidak dibudidayakan secara
komersial dan tidak berada dinaungan perusahaan seperti perkebunan sawit, kopi atau pun karet
yang berada dinaungan perusahaan milik Negara atau BUMN ataupun milik swasta, tetapi
dibudidayakan secara tradisional oleh kalangan masyarakat.
Kelapa merupakan tanaman yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Indonesia.

Kelapa dibutuhkan masyarakat umumnya sebagai kelapa butiran dan minyak goreng. Diluar
Pulau Jawa kelapa pada umunya diolah menjadi kopra (Purdiyaningsih, 2013). Menurut
Wikipedia (2014), Kopra adalah daging buah kelapa yang dikeringkan. Kopra merupakan salah
satu produk turunan kelapa yang sangat penting, karena merupakan bahan baku pembuatan
minyak kelapa dan turunannya.
Pohon kelapa dapat dimanfaatkan menjadi berbagai macam produk, mulai dari daun
sampai batangnya dapat dimanfaatkan. Inilah sebabnya kelapa sering juga disebut Pohon
Kehidupan karena semua yang ada dipohon kelapa dapat dimanfaatkan. Daun kelapa muda

biasanya digunakan untuk membungkus makanan seperti ketupat. Batang daun kelapa yang
biasa disebut lidi dapat dimanfaatkan sebagai sapu. Batang pohon kelapa juga dapat
dimanfaatkan sebagai kayu untuk membuat perabotan rumah tangga seperti kursi kayu atau
lemari kayu.
Buah kelapa juga dapat dimanfaatkan mulai dari luar hingga bagian dalam kelapa. Kulit
luar kelapa yang disebut seraput biasanya dimanfaatkan menjadi keset kaki. Batok kelapa juga
biasanya dapat digunakan seperti manjadi hiasan atau pernak pernik atau menjdai arang batok
kelapa. Air buah kelapa muda sangat baik bagi tubuh karena mengandung ion-ion yang baik
untuk tubuh dan dapat menyegarkan tenggorokan saat cuaca yang terik dan dimanfaatkan juga
1


sebagai bahan baku pembuatan nata decoco dengan cara fermentasi dengan bantuan
Acetobacter xylinum (Misgiyarta, tanpa tahun). Daging kelapa biasanya diolah menjadi santan

sebagai campuran untuk berbagai makan yang mencirikan masakan khas Indonesia.
Masyarakat di Indonesia sangat sering sekali menyajikan makanan di rumah ataupun
ditempat-tempat makan dengan olahan mengunakan santan yang berasal dari kelapa. Karena
seringnya, dahulu untuk mendapatkan santan kelapa biasanya Ibu rumah tangga harus rela
memberikan waktu yang ekstra saat memasak karena harus mengolahnya sendiri karena belum
adanya teknologi pada saat itu. Mulai dari mengupas kelapa dengan alat parang ataupun benda
tajam yang dapat membantu melepaskan kelapa dari serabutnya, lalu membelah kelapa dan
mulai mengkukur (memarut dengan alat tradisional), lalu setelah diparut barulah kelapa
dicampurkan air dan diperas dengan menggunakan saringan. Hasil akhir dari serangkaian
tahapan tadi didapatlah santan yang diinginkan. Tetapi seiring berjalannya waktu
berkembanglah teknologi yang ada seperti mesin untuk memarut dengan menggunakan tenaga
listrik, sehingga para konsumen khususnya Ibu rumah tangga tidak perlu bersusah payah karena
sudah diperjual belikan kelapa yang sudah diparut sehingga konsumen hanya perlu memeras
kelapanya saja jika ingin mengambil air santannya. Semakin hari perkembangan teknologi
semakin canggih, tidak cukup hanya dengan mesin pemarut kelapa, sekarang ini sudah ada
mesin yang langsung memisahkan ampas kelapa dengan santannya. Untuk skala industri
menengah hingga besar seperti rumah makan, teknologi ini sangat membantu, karena santan

yang diperlukan lebih cepat didapat dan lebih mudah untuk langsung diolah dan dicampur
kebahan makanan.
Para pengolah santan di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu melihat bahwa
permintaan akan santan kelapa untuk didaerah kota Bengkulu cukup banyak, apalagi untuk
skala industri rumah makan yang ada disekitar Kota Bengkulu ditambah dengan permintaanpermintaan rumah tangga lainnya. Selain karena permintaan akan santan kelapa di Kota
Bengkulu dan sekitarnya dapat dikatakan banyak, pengolahan kelapa menjadi santan kelapa
tidaklah begitu sulit, para pengolah hanya membelah kelapa dan memisahkan daging kelapa
dari batoknya saja, lalu setelah itu daging kelapa dapat langsung dimasukkan kedalam mesin,
mesinlah yang nantinya akan memisahkan ampas kelapa dengan santannya. Inilah yang pada
dasarnya membuat para produsen pedagang/pengolah santan kelapa untuk melirik usaha dagang

2

santan kelapa ini berbasis teknologi mesin selain permintaannya yang banyak, cara
pengolahanya juga cukup cepat.
Bahan baku yang didapat oleh para pengolah dan pemasar berasal dari berbagai macam
daerah sehingga persediaan bahan baku santan kelapa tidak perlu dikhawatirkan karena bukan
merupakan masalah yang besar dan rumit. Kendala yang dihadapi dalam usaha ini biasanya
adalah kendala terhadap modal karena mesin yang digunakan juga cukup mahal, sifat santan
kelapa yang mudah rusak jika didiamkan selama beberapa jam, serta pengetahuan tentang

pengolahan santan agar tidak cepat rusak.
Analisis pendapatan dan efisiensi usaha sangat penting dilakukan untuk mengetahui
apakah manfaat dari kegiatan yang ditimbulkan dari usaha pengolahan dan memasarkan santan
kelapa, serta dalam hal efisiensi, agar dapat mengetahui tingkat efisien (tepat guna) dalam
penggunaan faktor produksi dalam pengolahan kelapa menjadi santan kelapa.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dijelaskan adapun rumusan masalah yang akan
dikaji adalah sebgai berikut:
1. Berapakah pendapatan dari mengolah dan memasarkan santan kelapa yang ada di Pasar
Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu?
2. Bagaimanakah tingkat efisiensi dari usaha mengolah dan memasarkan santan kelapa
yang ada di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian yang akan diadakan ini adalah sebagai berikut:
1. Menghitung berapa besar rata-rata pendapatan dari usaha mengolah dan memasarkan
santan kelapa yang ada di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu.
2. Menganalisis efisiensi usaha mengolah dan memasarkan santan kelapa yang ada di Pasar
Tradisional Modern (PTM) Kota Bengkulu.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini dilakukan agar dapat memberi manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai acuan untuk memulai usaha dengan mengetahui berapa besar modal yang harus
disediakan.
2. Sebagai pengetahuan bagi kalangan masyarakat yang ingin membuka wirausaha santan
kelapa.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera) adalah anggota tunggal dalam marga Cocos dari suku arenarenan atau Arecaceae. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua bagiannya oleh manusia
sehingga dianggap sebagai tumbuhan serbaguna, terutama bagi masyarakat pesisir (Wikipedia,
2015). Pohon kelapa termasuk salah satu tanaman Palmae berumah satu (monokotil). Dalam
sistematika (taksonomi) tanaman kelapa (Cocos nucifera) dimasukkan dalam klasifikasi sebagai
berikut:
Kingdom

: Plantae (Tumbuh-tumbuhan)

Divisio


: Spermathopyta (Tumbuhan berbiji)

Sub-Divisio

: Angiospermae (Berbiji tertutup)

Kelas

: Monocotyledonae (Biji berkeping satu)

Ordo

: Palmales

Familia

: Palmae

Genus


: Cocos

Spesies

: Cocos nucifera L (Anonim).
Di Indonesia ternyata kelapa sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Bangsa Belanda

memanfaatkan kelapa karena kelapa memiliki manfaat yang cukup banyak. Pada abad ke-19
kelapa sudah diperdagangkan dari Asia ke Eropa. Tahun 1886 perkebunan kelapa di Indonesia
dibuka oleh orang Belanda di Pulau Tallise dan Kikabohutan. Sebanarnya perkebunan kelapa
rakyat sudah lama dimiliki sekitar tahun 1880, karena kopra sudah ada diperdagangkan ke
Eropa dari Minahasa. Kelapa tidak hanya dimanfaatkan dalam bentuk kopra saja, tetapi juga
dalam berbagai macam hal, mulai dari airnya, tempurungnya, daunnya sampai batang pohon
kelapa pun dapat dimnfaatkan. Sebelum perang Dunia kedua pada tahun 1939, eksport kopra
menduduki pringkat ke-4 setelah minyak bumi, gula dan karet. Sesudah perang dunia kedua,
ternyata ekspor kopra Indonesia semakin meningkat dan termasuk urutan ketiga dari enam
komoditas eksport utama. Dengan demikian, tanaman kelapa memberikan sumbangan yang
cukup besar bagi perekonomian rakyat dan sumber devisa bagi negara (Warisno, 2003 dikutip
oleh Scribd).


4

Produksi kelapa yang ada di Indonesia cukup tersebar merata sampai ke ujung
Indonesia, dan hasil produksi kelapa yang didapat di Indonesia juga cukup banyak dari setiap
daerah.
2.2 Pengolahan Kelapa
Pohon kelapa terdiri berbagai jenis yaitu kelapa Genjah, Dalam, dan Hibrida. Jenis
Kelapa Dalam lebih kuat, jumlah buah sedikit – sedang dan kandungan kopra lumayan banyak.
Kelapa Gnejah cepat berbuah, jumlah buah lebat, kadar kopra sedikkit dan ukuran buah cukup
kecil. Sedangkan jenis kelapa hibrida juga cepat berbuah sekitar umur 4-5 tahun, kadar kopra
tinggi dan dan ukuran buah relatif sedang.
Buah kelapa tumbuh setelah bunga betina dibuahi dan berumur 3-4 minggu. Buah dari
seluruh yang tercipta sebesar 1/2 - 3/4 lama kelamaan akan rontok karena pohon tidak sanggup
membesarkan seluruh buah. Setelah bunga telah dibuahi butuh waktu sebesar 11-12 bulan untuk
memanan. Menurut Warisno (2003) dikutip oleh Scribd, Bagian-bagian buah kelapa meliputi:
1. Epicarp atau kulit luar merupakan lapisan yang tipis, licin dan memiliki warna hijau,
cokelat,kuning atau kemerahan.
2. Mesocarp atau sabut merupakan lapisan yang terdiri atas serabut dan daging buah.
Serabutterdiri atas jaringan yang keras dan diantaranya ada jaringan lunak yang disebut
sabut denganketebalan 3-5 cm.
3. Endocarp atau tempurung merupakan lapisan yang sangat keras karena banyak
mengandungsilikat. Pada bagian pangkal tempurung terdapat ovule yang menjadi lubang
tumbuhnyakecambah. Kecambah kelapa akan muncul dari lubang yang paling besar dengan
permukaanyang lunak.
4. Kulit luar biji yaitu semua yang ada di bagian tempurung.
5. Putih lembaga (endosperm) yaitu bagian kelapa yang biasa diambil santannya. Biasanya
memiliki ketebalan sekitar 8–10 mm, merupakan jaringan yang berasal dari inti lembaga
yangdibuahi sel sperma dan membelah diri. Jaringan ini menyimpan cadangan makanan
bagilembaga.
6. Air kelapa terdiri atas 4% mineral dan 2% gula dalam bentuk glukosa, fruktosa dan
sukrosa.Volume air dan kandungan gula ini tinggi ketika umur buah masih muda dan akan
menurunseiring dengan peningkatan umur buah.

5

7. Lembaga atau embrio yaitu titik tumbuh yang akan menjadi calon tanaman kelapa. Lembaga
ini ketika masih kecil biasa disebut kentos yang menyerap makanan dari endosperm
sehingga makin lama endosperm akan semakin lunak dan tipis.
Pengolahan kelapa menjadi santan kelapa menggunakan daging kelapa yang disebut
putih lembaga (endosperm). Putih lembaga (endosperm) ini diambil dengan cara
memisahkannya dengan tempurung (endocarp). Setelah endosperm terlepas dengan endocarp
barulah setelah itu dimasukkan kedalam mesin yang akan memisahkan langsung antara santan
kelapa dengan ampas kelapa. Dengan adanya mesin ini sangat menghemat waktu dalam
pengolahan kelapa menjadi santan kelapa.
2.3 Konsep Pendapatan
Definisi pendapatan menurut Niswonger (1999)

dalam Anonim, memberikan

penekanan pada konsep pengaruh terhadap ekuitas pemilik, yaitu “pendapatan (revenue) adalah
peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang dan jasa kepada
pembeli. Konsep pendapatan menurut ilmu ekonomi dikemukakan oleh Wild (2003) dalam
Anonim , “economic income is typically measured as cash flow plus the change in the fair value
of net assets. Under this definition, income includes both realized (cash flow) and unrealized
(holding gain or loss) components”. Menurut Wild, pendapatan secara khusus diukur sebagai
aliran kas ditambah perubahan dalam nilai bersih aktiva. Wild memasukkan pendapatan yang
dapat direalisasi sebagai komponen pendapatan.
Pendapatan merupakan salah satu unsur yang paling utama dari pembentukan laporan
laba rugi dalam suatu perusahaan (Anonim). Menurut Rahim dan Hastuti (2007), pendapatan
usahatani merupakan selisih dari penerimaan dengan semua biaya, atau dengan kata lain
pendapatan xx meliputi pendapatan kotor atau penerimaan total dan pendapatan bersih.
Pendapatan kotor/penerimaan total adalah nilai produksi komoditas pertanian secara
keseluruhan sebelum dikurangi biaya produksi. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam
rumus sebagai berikut:
Pd= TR – TC
TR= Y x Py
TC= FC + VC
Dimana: Pd
TR

= Pendapatan usahatani
= Total Penerimaan (Total Revenue)
6

TC

= Total Biaya (Total Cost)

FC

= Biaya Tetap (Fixed Cost)

VC

= Biaya Variabel (Variabel Cost)

Y

= Produksi yang diterima selama satu kali produksi

Py

= Harga Y, (Rahim dan Hastuti, 2007).

Pendapatan usahatani terdiri dari total penerimaan dikurang dengan total biaya selama
dalam kegiatan usaha tersebut. Selisih antara total penerimaan dengan total pengeluaran itulah
yang dimaksud dengan pendapatan bersih. Pangemanan, dkk (2011) mengutip bahwa menurut
Soekertawi (1995), biaya usahatani dapat di klasifikasikan menjadi dua yaitu:
1. Biaya tetap (Fixed Cost) adalah Biaya yang relatif tetap jumlahnya dan harus dikeluarkan
walaupun produk yang dihasilkan banyak atau sedikit, misalnya PBB, biaya sewa gedung
dan lain sebagainya.
2. Biaya tidak tetap (Variable Cost) adalah Biaya tidak tetap yang sifatnya berubah-ubah
tergantung dari besar kecilnya produksi yang dihasilkan, misalnya dalam hal ini adalah
produk kelapa yang akan dijadikan santan, pembungkus kelapa dan lainnya.
TC= FC + VC
Dimana: TC

= Total Biaya (Total Cost)

FC = Biaya Tetap (Fixed Cost)
VC = Biaya Variabel (Variabel Cost), (Rahim dan Hastuti, 2007).
Biaya dalam pengertian ekonomi adalah semua beban yang harus ditanggung untuk
menyediakan barang yang siap dipakai konsumen. Biaya terdiri dari beberapa unsur-unsur
pokok yaitu:
1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi
2. Diukur dalam satuan uang
3. Terjadi atau secara potensial akan terjadi
4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu (Sudarsono, (1998) dikutip dalam Pangemanan,
dkk (2011)).
Total penerimaan adalah perkalian antar jumlah produksi yang diperoleh dengan harga
jual. Pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
TR= Y x Py
Dimana: TR

= Total Penerimaan
7

Y

= Produksi yang diterima selama satu kali produksi

Py = Harga Y, (Rahim dan Hastuti, 2007).
Total penerimaan juga dapat didefinisikan sebagai nilai uang yang diterima dari
penjualan. Barang yang dihasil dari produksi (Y) yang dilakukan dijual dengan harga pasar
yang ada (Py). Hasil perkalian tersebut adalah total penerimaan yang diterima atau biasa disebut
pendapatan kotor.
2.4 Konsep R/C Ratio
Untuk mengetahui tingkat efisiesi usaha pengolahan dan pemasaran santan kelapa, maka
dalam hal ini digunakan analisis Return Cost (R/C) ratio yaitu merupakan perbandingan
(ratio/nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Pernyataan tersebut dapat
dinyatakan dalam rumus sebagai berikut:
a= R/C
Dimana: R
C
Hasil

= Penerimaan (Revenue)
= Biaya (Cost), (Rahim dan Hastuti, 2007).
dari

perbandingan

antara

penerimaan

dengan

biaya

tersebuta

dapat

diinterpretasikan dalam melihat bahwa apakah usaha pengolahan dan pemasaran tersebut layak
atau tidak. Kriteria keputusannya adalah sebagai berikut:






R/C Ratio > 1, Usaha dagang santan kelapa dinyatakan layak.
R/C Ratio = 1, Usaha dagang santan kelapa dinyatakan berada pada titik impas.
R/C Ratio < 1, Usaha dagang santan kelapa tidak layak (Rahim dan Hastuti, 2007).

8

2.5 Kerangka Pemikiran
Dasar kerangka pemikiran penelitian ini dapat dilihat dari bagan berikut ini:
Produksi Santan

Harga (P)

Biaya Tetap (FC)

Produksi (Q)

Penerimaan (QxP)

Biaya Variabel (VC)

Biaya Produksi (TC+VC)

Pendapatan (TR-TC)

Efisiensi Usaha
R/C Ratio

9

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Lokasi
Penelitian Studi Lapang ini dilakukan di Pasar Tradisional Modern (PTM) yang ada di
Kota Bengkulu. Penentuan lokasi penelitian ini dipilih secara purposive (sengaja) dengan
beberapa pertimbangan bahwa Pasar tersebut berada dipusat keramaian kota Bengkulu serta
terdapat pedagang usaha santan kelapa. Menurut Frey, et al (2000) dikutip oleh Sukiyono (tanpa
tahun), Sampling Purposive adalah memilih sampel berdasarkan pengetahuan peneliti sendiri
terhadap populasi, unsur-unsurnya, dan sifat dari tujuan penelitian yang akan dilakukan dimana
pemilihan sample dilakukan secara tidak acak berdasarkan karakteristik tertentu.
3.2 Metode Penentuan Responden
Penentuan responden dilakukan dengan cara sensus karena setiap elemen populasi
diambil sebagai responden dan hanya menjual santan kelapa saja, selanjutnya setiap responden
akan dibedakan berdasarkan skala usahanya. Pengukuran skala usaha dibagi menjadi dua
bagian, yaitu skala usaha besar dan skala usaha kecil yang dilihat dari kriteria jumlah input
kelapa yang diolah dan jumlah produksi yang dihasilkan selama satu bulan produksi.
3.3 Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data primer. Data primer didapat
dengan cara melakukan wawancara kepada pedagang santan kelapa yang ada di Pasar Modern
Tradisional (PTM) Kota Bengkulu dengan panduan pertanyaan yang sudah disiapkan, biasanya
disebut dengan kuisioner.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Analisis Pendapatan
Melakukan kegiatan usaha agroindustri ada biaya yang dikeluarkan yaitu biaya tetap
(FC) dan biaya variabel (VC). Sehingga didapatkanlah rumus sebagai berikut:
TC = FC + VC
Keterangan : TC = Total Cost (Rp/Bulan)
FC = Fix Cost (Rp/Bulan)
VC = Variabel Cost (Rp/bulan)
Pendekatan pengeluaran atau biaya yang dilakukan selama satu kali produksi dalam
sebulan adalah dengan mengakumulasikan pengeluaran selama satu kali produksi selama 30
10

hari. Asumsinya adalah pengeluaran yang dilakukan selama satu kali produksi selalu sama
selama satu bulan.
Penerimaan usaha agroindustri adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh
dengan harga yang berlaku dipasar (Soekartawi, 1998). Jadi, penerimaan yang didapat pedagang
santan kelapa adalah merupakan perkalian antara jumlah produksi santan kelapa dikali dengan
harga yang berlaku dipasaran. Secara matematis rumusnya adalah sebagai berikut:
TR = Q . P
Keterangan : TR

= Total Revenue (Rp/Bulan)

Q

= Quantity (Kg/Bulan)

P

= Price (Rp/Kg)

Dengan rumus diatas maka hasil dari penjualan santan kelapa yang didapat merupakan
fungsi dari jumlah produksi santan kelapa yang terjual dengan harga yang berlaku dipasar.
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan wawancara
selama 2-3 kali dalam seminggu. Asumsinya adalah pendapatan selama 2-3 kali wawancara
diakumulasikan dalam 30 hari kerja atau sebulan kerja. Asumsi ini diambil karena selama
penelitian hal-hal yang memicu lonjakan permintaan santan diabaikan (misal hari besar
keagamaan), karena peneliti hanya ingin melihat pendapatan dalam permintaan harian.
Laba atau keuntungan adalah hasil yang didapat dari selisih antara Total Revenue
dengan Total Cost. Dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
I = TR – TC

Keterangan : I

= Income (Rp/Bulan)

TR

= Total Revenue (penerimaan usaha) (Rp/Bulan)

TC

= Total Cost (Biaya usaha) (Rp/Bulan), (Pangemanan T, dkk 2011).

3.4.2 Efisiensi Usaha
Menurut Soekartawi (2002), analisis Return Cost (R/C) ratio merupakan perbandingan
(ratio atau nisbah) antara penerimaan (revenue) dan biaya (cost). yang dikeluarkan dalam satu
kali produksi. Secara sistematis berikut rumus yang dapat dituliskan:
R/C =





�� �� �
�� �



Keterangan : TR = Penerimaan total usaha dagang (Rp/Bulan)
TC = Total biaya yang dikeluarkan (Rp/Bulan)
Dengan kriteria sebagai berikut:
11







R/C Ratio > 1, Usaha dagang santan kelapa dinyatakan layak.
R/C Ratio = 1, Usaha dagang santan kelapa dinyatakan berada pada titik impas.
R/C Ratio < 1, Usaha dagang santan kelapa tidak layak.

3.5 Konsep dan Pengukuran Variabel
1.

Usaha dagang santan kelapa yang dilakukan di Pasar Modern Tradisional (PTM) Kota
Bengkulu adalah suatu usaha pengolahan kelapa dengan cara mengubah bentuk menjadi
lebih sederhana sehingga mempermudah penggunaan.

2.

Produksi adalah Jumlah atau kuantitas yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi
(Kg/bulan).

3.

Harga adalah nilai per satuan barang pada suatu periode (Rp/Kg).

4.

Total Penerimaan adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga
yang berlaku (Rp/bulan).

5.

Biaya Tetap adalah biaya yang tidak berubah walaupun produksi yang dihasilkan
berubah (Rp/bulan).

6.

Biaya Variabel adalah biaya yang akan berubah dengan produksi yang dihasilkan juga
berubah (Rp/bulan).

7.

Total biaya adalah hasil dari penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel
(Rp/bulan).

8.

Pendapatan adalah selisih dari total penerimaan dikurangi dengan total biaya (Rp/bulan).

9.

Efisiensi adalah ukuran tingkat penggunaan sumber daya dalam suatu proses.

12

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI
Lokasi tempat dilakukannya penelitian adalah di Pasar Tradisional Modern (PTM) Kota
Bengkulu. Pasar ini berada dikawasan jalan Suprapto, diambil dari nama Gubernur pertama
yang memimpin Bengkulu. Kawasan pasar Minggu dan kawasan sepanjang Jalan Soeprapto
merupakan pusat perbelanjaan utama di Kota Bengkulu. Kawasan ini selalu ramai dengan
pengunjung karena berada di Pusat Kota Bengkulu. Pasar ini sangat luas dan barang-barang
yang dijual cukup lengkap, mulai dari barang makanan sampai barang non makanan. Terdapat
pasar subuh yang buka hanya sampai pada jam 8 pagi. Pasar ini terdiri dari 3 lantai, lantai dasar
diisi oleh penjual bahan makanan, seperti sayur-mayur, daging-dagingan, telur dan bahan
pangan lainnya. Lantai ke 2 dan ke 3 diisi lebih banyak oleh pedagang non makanan, seperti
pedagang tas, sepatu, pakaian dan lain sebagainya, sedangkan pedagang yang menjual makanan
hanya beberapa saja.
Lokasi yang strategis membuat pasar ini tidak sepi oleh pengunjung, selain akses jalan
yang mudah dilalui, berbagai macam angkot ada tersedia dan selalu hilir mudik melintasi pasar
ini. Pasar ini berdampingan langsung dengan pusat perbelanjaan modern (Mall) yang paling
besar di Kota Bengkulu, yaitu Mega Mall, walaupun begitu pedagang dipasar ini tidak perlu
kuatir akan berebut pembeli karena pasar tersebut menyediakan barang yang dibutuhkan
masyarakat. Disamping Mall tersebut juga ada pasar yang biasa disebut Pasar Minggu. Dipasar
ini selain menjual bahan makanan dan non makanan juga menjual jenis-jenis burung dan hewan
peliharaan lainnya seperti marmut, kelinci dan lain sebagainya. Disekitar kedua pasar ini dan
juga Mall banyak toko-toko yang juga menyediakan barang-barang sesuai kebutuhan, misalnya
alat tulis kantor, kasur, alat elektronik, sepeda dan banyak lainnya.

13

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Identitas Responden
Identitas responden dalam pengamatan ini dilihat dari umur, jenis kelamin, pendidikan
formal dan non formal, pekerjaan pokok dan sampingan serta jumlah tanggungan keluarga.
Menurut Wikipedia (2015), usia produktif tenaga kerja mulai dari usia 15-64 tahun. Para
pengolah dan pemasar santan kelapa di PTM berusia produktif, rata-rata usia meraka sekitar 41
tahun. Penjual santan kelapa dua orang berjenis kelamin perempuan dan tiga berjenis kelamin
wanita. Pendidikan formal yang dijalanani para pengolah dan pemasar santan rata-rata tamatan
SLTA (Sekolah Lanjut Tingkat Atas). Menjadi pengolah dan pemasar santan kelapa sangat
memakan banyak waktu, mulai dari pagi jam 4 atau 5 pagi sampai sore jam 5 atau 6 sore, jadi
membuat para pedagang tidak memiliki banyak waktu untuk memiliki pekerjaan sampingan,
jadi para pedagang rata-rata hanya memiliki pekerjaan pokok saja, tidak ada pekerjaan
sampingan. Untuk lebih jelasnya berikut tabel identitas responden:
Tabel 1. Identitas Responden Pengolah dan Pemasar Santan Kelapa di PTM Kota Bengkulu.
Pendidikan
Jumlah
Jenis
Non
Pekerjaan Anggota
No Nama
Umur (th)
Kelamin
Formal
Formal
Pokok
Keluarga
1
Haris
25
Laki-laki
SLTA
0
Pengolah
2
Ajo
54
Laki-laki
SLTA
5
dan
Pemasar
3
Ros
51
Perempuan
SD
2
Santan
4
Dev
30
Laki-laki
SLTA
2
kelapa
5
Nur
48
Perempuan SLTA
7
Sumber: Data primer diolah, (2015)
5.2 Biaya Produksi
Biaya adalah sesuatu yang dikeluarkan dalam melakukan dan memproduksi suatu
barang ataupun jasa. Menurut Soekartawi (1995) dalam Hoddi dkk (2011), biaya terdiri dari
dua, yaitu: biaya tetap (Fixed cost) dan biaya tidak tetap (Variabel cost). Biaya tetap itu
merupakan biaya yang relatif tetap jumlahnya dan akan terus dikeluarkan meskipun produksi
yang diperoleh banyak atau sedikit. Sedangkan biaya variabel itu dipengaruhi oleh besar
kecilnya produksi.
Dalam penelitiaan ini dilakukan pengelompokan dalam dua skala usaha, jadi dari kelima
responden ini dikelompokan menjadi 2 kelompok berdasakan skala usaha, yaitu skala usaha
kecil dan skala usaha besar. Responden yang termasuk dalam skala usaha kecil adalah
14

responden nomor 1, 2, 3 dan 4, sedangkan responden 5 berada pada skala usaha besar. Skala
usaha ini ditentukan berdasarkan besar input yang dikeluarkan serta jumlah produksi yang
dihasilkan.
Biaya Bahan Baku
Bahan baku dalam pengolahan dan pemsaran santan kelapa ini adalah buah kelapa. Buah
kelapa didapat dari pengepul yang sudah menjadi langganan para pedagang kelapa yang ada di
Pasar Tradisional Modern kota Bengkulu. Kelapa yang ada kebanyakan berasala dari daerah
Bengkulu Selatan. Rata-rata jumlah kelapa yang dibeli para pedagang kecil dalam satu bulan
produksi sebanyak 17.017,5 butir/bulan dan pedagang besar sebanyak 90.000 butir/bulan. Harga
kelapa per butirnya adalah sebesar Rp.2.000,00. Dilihat dari biaya bahan baku ada selisih yang
cukup jauh antara pedagang kelapa usaha kecil dengan pedagang kelapa dengan skala usaha
besar sekitar 5 kali lipat. Untuk lebih jelasnya dibawah adalah tabel rata-rata bahan baku.
Tabel 2 . Rata-rata Bahan Baku Kelapa Pengolah dan Pemasar Santan Kelapa di PTM Kota
Bengkulu.
Rata-rata Bahan Baku Kelapa
Skala Usaha
Harga
Nilai
Jmlh/Bulan
(butir/bln)
(Rp/butir)
(Rp/bln)
Kecil
17.017,5
2.000
34.035.000
Besar
90.000
2.000
180.000.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Bahan Penolong
Bahan penolong yang digunakan pengolah dan pemasar santan kelapa di PTM Kota
Bengkulu sebagai pendukung dalam usaha dagang yang mereka lakukan. Setiap bahan penolong
yang mereka gunakan berasal dari pasar tempat dimana mereka melakukan usaha pengolahan
dan pemasar santan yaitu dibeli di PTM kota Bengkulu. Adapun bahan penolongnya terdiri dari
plastik pembungkus santan yang terbagi beberapa ukuran yaitu mulai dari ukuran ¼ kg, ½ kg,
dan 1 kg, selanjutnya kantong asoy yang berkuran kecil, sedang, dan besar, serta karet gelang.
Adapun perbedaan besar biaya penolong yang dikeluarkan pada masing-masing skala usaha
adalah sebagai berikut:

15

Tabel 3. Rata-rata biaya bahan penolong dalam skala Usaha
Skala Usaha
Jenis Biaya
Kecil (Rp./Bln)
Besar (Rp./Bln)
Plastik
1.102.500
3.600.000
Karet Gelang
99.000
540.000
Asoy kecil
312.000
1.704.000
Asoy Sedang
267.750
1.491.000
Asoy Besar
459.000
2.556.000
Total
2.240.250
9.891.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Jika dibandingkan pada masing-masing bahan penolong, ada perbedaan hingga 5 kali
lipat penggunaan bahan penolong dari masing-masing skala usaha. Ini disebabkan karena dalam
suatu usaha jika ingin menambah produksi yang dihasilkan maka input yang digunakan juga
harus lebih banyak. Adapun rata-rata jumlah biaya bahan penolong pada skala usaha kecil
sebesar Rp. 2.240.250,00/bulan dan pada skala usaha besar lebih besar 4 kali lipat lebih dari
skala usaha kecil yaitu sebesar Rp. 9.891.000,00/bulan.
Tenaga kerja (TK)
Para pengolah dan pemasar santan kelapa di PTM juga memerlukan tenaga kerja (TK)
dalam melakukan usahanya. Dengan adanya TK usaha yang dilakukan akan semakin lebih
efisien waktu dan dapat menambah pendapatan bagi pemilik usaha. Sumber tenaga kerja yang
ada di PTM berasal dari dua jenis yaitu dalam keluarga dan luar keluarga. Kebanyakan para
responden mempekerjakan tenaga kerja dari luar keluarga. Upah harian buruh TK yang ada di
pasar tersebut berkisar antara Rp.60.000-Rp.90.000. Dalam pengambilan keputusan tentang
tingkatan upah, pendekatan yang dilakukan adalah mengambil rata-rata tingkat upah tersebut
yaitu didapat hasilnya sebesar Rp.75.000 untuk 1 karyawan dalam waktu kerja mulai dari jam 4
pagi sampai jam 5 sore.
Responden yang menggunakan tenaga kerja paling banyak adalah responden 5
berjumlah 12 orang, 2 orang berasal dari dalam keluarga dan 10 berasal dari luar keluarga. Latar
belakang yang menyebabkan penggunaan tenaga kerja sebanyak 10 orang karena responden 5
adalah usaha pengolahan yang cukup besar maka dari itu menggunakan tenaga kerja yang
paling banyak dibandingkan responden lainnya. sedangkan responden yang menggunakan
tenaga kerja paling sedikit adalah responden 2, yang terdiri hanya dari dalam keluarga saja yaitu
2 orang saja, sepasang pasutri (pasangan suami-istri). Rata-rata jam kerja pengolah dan pemasar
16

santan kelapa adalah mulai dari jam 4 pagi sampai jam 5 sore. Tetapi pada responden 4
pemiliknya bekerja mulai dari jam 3 pagi, sampai jam 12 saing, pulang kerumah untuk istirahat,
dan kembali lagi jam 2 atau 3 sore dan tutup jam 5 sore. Jadi pendekatan upah yang dilakukan
untuk TK tersebut diberi upah sebesar Rp.50.000 karena tidak penuh satu hari bekerja, dipotong
waktu beristirahat beberapa jam dirumah, tetapi pada TK luar keluarga tetap bekerja mengolah
kelapa, tidak ada waktu istirahat pulang kerumah. Berikut tabel yang menjelaskan tentang ratarata biaya TK:
Tabel 4. Rata-rata Biaya Tenaga Kerja Pengolah dan Pemasar Santan Kelapa di
PTM Kota Bengkulu.
Total Upah
Skala Usaha
(Rp./bln)
Kecil
6.750.000
Besar
27.000.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Adapun rata-rata biaya tenaga kerja yang didapat pada masing-masing skala usaha kecil
dan besar adalah sebesar Rp. 6.750.000,00/bulan dan Rp.27.000.000,00/bulan. Sangat besar
selisih biaya TK yang digunakan untuk masing-masing skala usaha, ini sesuai karena semakin
besar suatu usaha maka diperlukan TK yang cukup banyak agar produksi yang dihasilkan juga
besar. Tetapi jangan sampai TK yang ada tidak fullemployment. Dalam arti kata pekerjaan yang
hanya membutuhkan 3 TK, tetapi diberikan 6 TK ini menjadikan TK tidak efisien karena dapat
memboroskan biaya TK.
Biaya Penyusutan
Biaya penyusutan yang dimaksud disini adalah penyusutan alat-alat yang digunakan
dalam pengolahan santan kelapa, terdiri dari mesin, parang, teko, listrik, sewa kios, ember,
baskom, toples, lainnya (saringan, pisau, dan pencungkil). Biaya penyusutan yang dihitung pada
usaha ini dihitung dalam periode per bulan. Ada pun rata-rata biaya penyusutan yang didapat
adalah sebagai berikut:
Tabel 5. Rata-rata Biaya Penyusutan Alat Pengolah dan Pemasar Santan
Kelapa di PTM Kota Bengkulu.
Rata-rata Biaya Penyusutan
Skala Usaha
(Rp./bln)
Kecil
395.991
Besar
1.087.333
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.

17

Pada tabel 5 berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan rata-rata biaya
penyusutan pada skala usaha kecil Rp.395.991,00 dan skala usaha besar sebesar
Rp.1.087.333,00. Adapun perbedaanya mencapai 3 kali lipat lebih, sesuai dalam penggunaan
seberapa banyak alat yang digunakan serta modal awal.
Sewa Kios dan Listrik
PTM adalah sebuah pasar yang dimiliki oleh sebuah Perusahaan Terbuka milik swasta,
jadi para pedagang menyewa tempat di PTM tersebut secara perbulan. Dari penelitian yang
telah dilakukan ada beberapa responden yang dalam penyewaan kiosnya sudah termasuk
kedalam biaya listrik yaitu responden nomor 1 dan 4, tetapi responden selebihnya 2,3 dan 5
sewa kios dan listriknya berbeda. Berikut tabel 6 menjelaskan Rata-rata biaya listrik dan biaya
sewa kios:
Tabel 6 . Rata-rata Biaya Listrik dan Sewa Pengolah dan
Pemasar Santan Kelapa di PTM Kota Bengkulu.
Skala Usaha
Biaya Listrik dan Sewa (Rp./bln)
Kecil
1.275.000
Besar
3.200.000
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Pada tabel 6 rata-rata biaya sewa listrik dan sewa kios dalam skala usaha kecil sebesar
Rp.1.275.000,00/bulan dan pada skala usaha besar sebesar Rp.3.200.000,00/bulan. Sesuai skala
usaha, jika skala usahanya besar, maka memerlukan listrik yang besar juga, termasuk juga dala
penyewaan tempat, juga harus menyewa tempat yang cukup besar agar usaha yang dijalankan
lancar tidak terhalangi luasan kios.
5.3 Total Biaya
Total biaya merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha, yang terdiri
dari biaya tetap dan biaya tidak tetap atau variabel. Biaya tetap adalah biaya sarana produksi
dan dapat digunakan berkali-kali (Siregar, 2008 dalam Hoddi, dkk 2011).
Total biaya merupakan sejumlah biaya yang dikeluarkan dalam suatu usaha. Diawal tadi
sudah dijelaskan bahwa biaya ini terdiri dari biaya bahan baku, biaya penolong, biaya tenaga
kerja, biaya penyusutan dan biaya listrik dan sewa kios.
Total biaya adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan selama produksi berlangsung,
mulai dari biaya tetap dan juga biaya tidak tetap. Adapun rata-rata total biaya yang didapat pada
masing-masing skala usaha adalah sebagai berikut:
18

Tabel 7. Rata-rata Total Biaya Pengolah dan Pemasar
Santan Kelapa di PTM Kota Bengkulu.
Skala Usaha
Rata-rata Total Biaya (Rp./bln)
Kecil
44.696.241,3
Besar
221.178.333,3
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Pada tabel 7 terlihat rata-rata biaya yang dikeluarkan pada skala usaha kecil adalah
sebesar Rp. 44.696.241,00 dan pada skala usaha besar biaya yang dikeluarkan adalah sebesar
Rp.221.178.333,00. Perbedaan ini karena skala usaha yang dilakukan pada masing-masing
responden. Semakin besar usaha yang dilakukan maka biaya yang dikeluarkan juga akan
semakin besar, begitu juga pada usaha pengolah dan pemasar santan tersebut. Untuk
menghasilkan produk yang besar maka biaya yang dikelurkan juga besar seperti pada usaha
santan kelapa di PTM Kota Bengkulu ini.
5.4 Produksi
Hasil olahan pada usaha pengolahan dan pemasaran santan kelapa tidak hanya santan
kelapa saja, tetapi juga ampas dan batok kelapa. Harga jual 1kg santan kelapa berbeda-beda
mulai dari Rp.10.000,00 -Rp.11.000,00. Hasil akhir dari kelapa adalah ampas kelapa. Kelapa
parut yang sudah dipress biasa disebut ampas kelapa. Ampas ini dapat digunakan untuk
tambahan pakan ternak, seperti bebek dan unggas-unggas lainnya.
Biasanya dijual dalam satuan karung, 1 karung dijual sebesar Rp.15.000,00 jika
dikonversikan kedalam kilogram 1 karung beratnya sekitar 70 kg, jika Rp.15.000 dibagi 70 kg,
maka harga untuk 1 kg ampas kelapa berkisar Rp.142,00. Batok kelapa dijual dengan satuan
keranjang dengan harga Rp.5.000,00. Berat 1 keranjang sekitar 15kg, jika Rp.5.000,00 dibagi
15kg, maka 1 kg batok harganya bekisar Rp.333,00, untuk lebih jelas dapat melihat tabel
berikut ini:
Tabel 8. Rata-rata Produksi Santan Kelapa Pengolah dan Pemasar Santan Kelapa di PTM Kota
Bengkulu.
Rata-rata
Santan
Ampas Kelapa
Batok Kelapa
Skala
Total
Usaha
Hasil
Nilai
Hasil
Nilai
Hasil
Nilai
Produksi
(Rp/bln)
(Kg/bln)
(Rp./bln)
(Kg/bln) (Rp./bln) (Kg/bln) (Rp./bln)
Kecil
5.550
58.222.500
1.350 192.861 2.812,5
936.562 59.207.277,75
Besar
30.000 330.000.000
6.300 900.018
13.500 4.495.500
335.395.518
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
19

Pada skala usaha kecil penerimaan dari hasil produksi santan kelapa yang didapat
selama satu bulan produksi sebesar 5.550 kg/bulan dan bernilai sekitar Rp.58.222.500,00/bulan
sedangkan pada skala usaha besar seberat 30.000 kg/bulan santan kental dan nilainya
Rp.330.000.000,00/bulan. Konsumen dari skala usaha besar ini biasanya adalah para
wirausahawan yang memerlukan santan dalam melakukan usahanya, seperti warung-warung
makan dan sebagainya.
Pada skala usaha kecil penerimaan dari ampas kelapa sebesar 1.350 kg/bulan dan
bernilai Rp.192.861,00 dan pada skala besar penerimaan dari ampas kelapa per bulannya 6.300
kg dan nilainya Rp.900.018,00/bulan. Hanya 2 responden saja yang melakukan penjualan
terhadap hasil produksi yang berupa ampas kelapa, yaitu reponden 1 dan responden 5.
Selebihnya mereka memberikan ampas itu secara free kepada orang yang mengingininya.
Biasanya yang para peternak yang memanfaatkan ampas kelapa ini sebagai tambahan pakan
ternak.
Penerimaan yang berasal dari batok kelapa skala usaha kecil sebanyak 2812.5 kg/bulan
dan bernilai Rp.936562,00/bulan dan pada skala usaha besar mendapat 13500 kg/bulan dan
bernilai Rp. 4.495.500/bulan. Batok kelapa ini setiap responden menjualnya kepada pembuat
arang yang menggunakan batok sebagai bahan baku. Para pembuat arang ini biasanya datang
langsung kepasar untuk membeli batok yang sudah dikemas kedalam keranjang.
Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual produk
tersebut. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya yang
dikeluarkan dalam suatu usaha. Pendapatan dalam pengertian teknisnya dikatakan sebagai
selisih antara penerimaan dengan pengeluaran dalam produksi yang dihitung dalam jangka
waktu tertentu (Pangemanan dkk, 2011).
Keseluruhan dari rata-rata penerimaan yang didapat dari santan kelapa, ampas kelapa
dan batok kelapa pada skala usaha kecil rata-rata sebesar Rp.59.207.277,75/bulan dan pada
skala usaha besar sebesar Rp.335.395.518,00. Penerimaan yang jauh berbeda ini karena
produksi yang dihasilkan juga berbeda. Jika produksi yang dilakukan besar sesuai dengan
permintaan yang ada dipasaran maka pendapatan dari setiap skala usaha juga akan semakin
besar, tidak hanya produksi saja yang harus besar, tetapi permintaan juga harus besar.

20

5.5 Pendapatan dan Efisiensi Usaha
Pendapatan adalah hasil dari usaha yang telah dilakukan dengan cara mengurangkan
penerimaan dengan total biaya selama satu bulan produksi berlangsung. Adapun pendapatan
dari pengolah dan pemasar santan kelapa di PTM Kota Bengkulu dalam skala usaha kecil
adalah sebesar Rp.14.511.036,45/bulan dan pada skala usaha besar penerimaannya adalah
sebesar Rp.114.217.184,70/bulan.
Salah satu rumus untuk melihat layak atau tidaknya suatu usaha adalah dengan R/C
Ratio. Menurut Soekartawi (2002), analisis (R/C) ratio merupakan perbandingan (antara
penerimaan (revenue) dan biaya (cost). Jadi biaya pendapatan yang ada dibagi dengan seluruh
biaya (total biaya). Kriteria dari analisis ini adalah ada 3 yaitu:
1. R/C Ratio > 1, Usaha dagang santan kelapa dinyatakan layak.
2. R/C Ratio = 1, Usaha dagang santan kelapa dinyatakan berada pada titik impas.
3. R/C Ratio < 1, Usaha dagang santan kelapa tidak layak.
Untuk melihat hasil pendapatan dan efisiensi suatu usaha pengolah dan pemasar santan
kelapa yang ada di PTM Kota Bengkulu dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini:
Tabel 9. Rata-rata Pendapat dan Efisiensi Pengolah dan Pemasar
Santan Kelapa di PTM Kota Bengkulu.
Rata-rata Pendapatan
Efisiensi Usaha
(Rp/bln)
Skala Usaha
1.3
Kecil
14.511.036,45
Besar
114.217.184,70
1.5
Sumber : Data Primer Diolah, 2015.
Tabel 9 menunjukan dalam usaha santan kelapa yang ada di PTM Kota Bengkulu bahwa
skala kecil dan skala besar sama-sama layak dikembangkan, karena masing-masing nilai R/C
rationya diatas 1 atau lebih dari satu itu artinya usaha tersebut layak dikembangkan.

21

BAB V1
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Rata-rata pendapatan pengolah dan pemasar santan kelapa yang ada di Pasar Tradisional

Modern (PTM) Kota Bengkulu berdasarkan skala usaha kecil dan skala usaha besar masingmasing adalah sebesar Rp.14.511.036,45/bulan dan Rp.114.217.184,70.
2. Efisiensi usaha pengolah dan pemasar santan kelapa yang ada di Pasar Tradisional Modern

(PTM) Kota Bengkulu berdasarkan skala usaha kecil dan skala usaha besar yang dikatakan
layak
6.2 Saran
Adapun saran yang peneliti ingin sampaikan adalah jika ingin menambah produksi
sebaiknya harus melihat jumlah permintaan yang ada dipasar, mengingat karena santan adalah
salah satu hasil pengolahan dari produk pertanian yang mudah rusak.

22

DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Produksi Perkebunan Menurut Provinsi dan Jenis Tanaman
(ribu ton). Direktorat Jendral Perkebunan.

http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1672 (diakses 29 april 2015).
[Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia]. 2009. Road Map Industri Pengolahan Kelapa.
Departemen Perindustrian, Jakarta.

[ICN]. Indonesian Commercial Newsletter. 2011. Perkebunan Kelapa: Potensi Yang Belum
Optimal. http://www.datacon.co.id/Sawit-2011Kelapa.html (diakses 29 April 2015).

Anonim. Metodologi Penelitian. Universitas Islam Negeri, Malang.
http://lib.uinmalang.ac.id/files/thesis/chapter_iii/04110198.pdf (diakses 26 April 2015).
Anonim. Pendahuluan.Universitas Diponegoro, Semarang.
Anonim. Tinjauan Pustaka . Universitas Sumatera Utara, Medan.
http://www.damandiri.or.id/file/agustantobasmariipbbab2.pdf (diakses 5 mei 2015).
Hariyadi. 2014. Budidaya Tanaman Kelapa (Cocos nucifera L). Fakultas Pertanian:IPB
http://fkrd.lk.ipb.ac.id/files/2014/05/BUDIDAYA-TANAMAN-KELAPA-1.pdf
(diakses 29 april 2015).
Hoddi, A. H., M.B. Rombe dan Fahrul. 2011. Analisis Pendapatan Peternakan Sapi Potong di
Kecamatan Tanete Rilau, Kabupaten Barru. J. Agribisnis 9(3):102

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/506/agriX9.pdf?sequence=1
(diakses 25 April 2015).
http://eprints.undip.ac.id/14150/1/BAB_II.pdf (diakses 29 April 2015).
http://pascapanen.litbang.pertanian.go.id/assets/media/berita/misgiyarta-natadeCoco.pdf
(diakses 5 mei 2015).
Misgiyarta. Teknologi Pembuatan Nata de Coco.
P, Nanik Anggoro. 2009. Hasil Samping Tanaman Kelapa .
http://www.litbang.pertanian.go.id/artikel/one/246/pdf/Hasil+Samping+Tanaman+Kelap
a.pdf (diakses 25 April 2015).
Pangemanan T., G. Kapantow dan M. Watung. 2011. Analisis Pendapatan Usahatani Bunga
Potong (Studi Kasus Petani Bunga Kroisan Putih di Kelurahan Kakaskasen Dua
Kecamatan Tomohon Utara Kota Tomohon). ASE 7(2): 9

23

http://babel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/stories/pdf/contohuntuk_katam.pdf
(diakses 25 April 2015).
Purdyaningsih, Eko. 2013. Mengenal Kelapa Dalam Unggulan Lokal.
http://ditjenbun.pertanian.go.id/bbpptpsurabaya/tinymcpuk/gambar/file/3.%20TULISAN
%20ILMIAH%20KELAPA%20DALAM%2013.pdf (diakses 5 mei 2015).
Rahim, A dan D. R. D. Hastuti. 2007. Ekonomika Pertanian (Pengantar, teori, dan Kasus).
Penebar Swadaya, Jakarta.
Scribd. Bagian Kelapa . https://www.scribd.com/doc/92256439/Bagian-kelapa (diakses 5 Mei
2015).
Soekartawi. 1998. Analisis Usahatani. UI-Press, Jakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori Dana Aplikasinya . Raja Grafindo
Persada, Jakarta.
Sukiyono, Ketut. Tanpa tahun. Penelitian Survai Dan Teknik Sampling . Laboratorium Sosek,
Universitas Bengkulu.
Suryana. 2010. Metodologi Penelitian.
http://file.upi.edu/Direktori/FPEB/PRODI._MANAJEMEN_FPEB/196006021986011SURYANA/FILE__7.pdf (diakses 25 April 2015).
Tanti, H. D. M. S. 2009. Arahan Pengembangan Usahatani Tanaman Pangan Berbasis
Agribisnis Di Kecamatan Toroh, Kabupaten Grobogan. Universitas Diponegoro,

Semarang.
Wikipedia. 2014. Kopra . http://id.wikipedia.org/wiki/Kopra (diakses 5 mei 2015).
Wikipedia. 2015. Tenaga Kerja. https://id.wikipedia.org/wiki/Tenaga_kerja (diakses 22 juni
2015).

24

A. Identitas Responden
Umur
No
Nama
(th)
1
2
3
1
Haris
25
2
Ajo
54
3
Ros
51
4
Dev
30
5
Nur
48

Jenis
Kelamin
4
Laki-laki
Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan

Pendidikan
Formal
5
SLTA
SLTA
SD
SLTA
SLTA

Non Formal
6

Pekerjaan
Pokok
7

Pengolah dan Pemasar Santan kelapa

Jumlah Anggota
Keluarga
8
0
5
2
2
7

B. Data Usaha
2. Biaya Produksi
a. Biaya Bahan Baku
No Responden
Skala Usaha Kecil
1
1
2
3
4
Jmlh
Rata-rata
Skala Usaha Besar
5

Jmlh/Hari
(butir/hari)
2
625
500
800
344
2269
567,25
3000

Bahan Baku Kelapa
Jmlh/Bulan
Harga
(butir/bln) (Rp/butir)
3=2*30
4
18750
2000
15000
2000
24000
2000
10320
2000
68070
8000
17017,5
2000
90000

2000

Nilai
(Rp/bln)
5=3*4
37500000
30000000
48000000
20640000
136140000
34035000
180000000

b. Biaya Bahan Penolong
No Responden

Plastik Gula

Karet Gelang

Skala Usaha Kecil

jmlh/hari (kg)

jmlh/bulan (kg)

harga (Rp.)/kg

Total (Rp/bln))

jmlh/hari (kg)

jmlh/bulan (kg)

harga (Rp/kg)

Total (Rp/bln)

1

2

3=2*30 hari

4

5=3*4

6

7=6*30

8

9=7*8

1

1,3

39

30000

1170000

0,06

1,8

60000

2

1,1

33

30000

990000

0,05

1,5

60000

90000

3

1,5

45

30000

1350000

0,07

2,1

60000

126000

4

108000

1

30

30000

900000

0,04

1,2

60000

72000

Jmlh

4,9

147

120000

4410000

0,22

6,6

240000

396000

Rata-rata

1,2

36,8

30000

1102500

0,055

1,65

60000

99000

4

120

30000

3600000

0,3

9

60000

540000

Skala Usaha Besar
5

Bahan Penolong
Asoy (Kecil)

Asoy (Sedang)

Asoy (Besar)

jmlh/hari (bks)

jmlh/bulan (bks)

harga (Rp/bks)

Total (Rp/bln)

jmlh/hari (bks)

jmlh/bulan (bks)

harga (Rp/bks)

Total (Rp/bln)

jmlh/hari (bks)

jmlh/bulan (bks)

harga (Rp/bks)

Total (Rp/bln)

10

11=10*30 hari

12

13=11*12

14

15=14* 30 hari

16

17=15*16

18

19= 18*30 hari

20

21=19*20

2,8

84

4000

336000

1,4

42

7000

294000

1,4

42

12000

2,3

69

4000

276000

1,1

33

7000

231000

1,1

33

12000

504000
396000

3,7

111

4000

444000

1,8

54

7000

378000

1,8

54

12000

648000

1,6

48

4000

192000

0,8

24

7000

168000

0,8

24

12000

288000

10,4

312

16000

1248000

3,7

111

21000

1071000

3,7

111

36000

1836000

3,5

104

4000

312000

1,2

37

7000

267750

1,2

37

12000

459000

14,2

426

4000

1704000

7,1

213

7000

1491000

7,1

213

12000

2556000

Total
(Rp/Bln)
24=5+9+13+17+21
2412000
1983000
2946000
1620000
8961000
2240250
9891000

c. Penggunaan Tenaga Kerja
No Responden
Skala Usaha Kecil
1
1
2
3
4

jmlh org kerja
(jiwa)
2
1
2
1
1

Jumlah
Rata-rata
Skala Usaha Besar
5
Ket: HOK=Hari orang Kerja

2

Tenaga Kerja
Total
Dalam Keluarga
Luar Keluarga
Upah
Curahan Hari kerja HOK upah/hr upah/bln jumlah org kerja Curahan Hari kerja HOK upah/hr upah/bln upah/bln
(hari)
(Rp.)
(Rp.)
(jiwa)
(hari)
(Rp.)
(Rp.)
(Rp.)
11=6+10
3
4=2*3
5
6=4*5
7
8
9=7*8
9
10=8*9
30
30 75000
2250000
3
30
90 75000
6750000
9000000
30
60 75000
4500000
4500000
30
30 75000
2250000
3
30
90 75000
6750000
9000000
30
30 50000
1500000
2
30
60 50000
3000000
4500000
10500000
16500000 27000000
2625000
5500000
6750000
30

60

75000

4500000

10

30

300

75000

22500000

27000000

d. Biaya Penyusutan Alat
Pemarut

No Responden
Skala Usaha Kecil
1

P

Jmlh

Harga Awal

Nilai

Ue

Akumulasi Penyusutan

Akumulasi Penyusutan

Jmlh

Harga Awal

Nilai

Ue

(unit)

(Rp/Unit)

(Rp)

(th)

(per thn)

(

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

FREKWENSI PESAN PEMELIHARAAN KESEHATAN DALAM IKLAN LAYANAN MASYARAKAT Analisis Isi pada Empat Versi ILM Televisi Tanggap Flu Burung Milik Komnas FBPI

10 189 3

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65