Analisis Produksi, Pendapatan Usahatani Dan Pemasaran Manggis Di Kabupaten Sukabumi.

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN
PEMASARAN MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI

UTAMI NURANIPUTRI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul Analisis Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran Manggis di Kabupaten Sukabumi adalah benar karya
saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015
Utami Nuraniputri
NIM H453120131

RINGKASAN
UTAMI NURANIPUTRI. Analisis Produksi, Pendapatan Usahatani dan
Pemasaran Manggis di Kabupaten Sukabumi. Dibimbing oleh HENY
KUSWANTI SUWARSINAH dan KUNTJORO
Manggis merupakan salah satu komoditas hortikultura yang prospektif
untuk dikembangkan di Indonesia. Manggis telah ditetapkan sebagai komoditas
unggulan nasional dalam RUSNAS Buah (Riset Unggulan Strategis Nasional
Buah) sejak tahun 2000. Sentra produksi manggis di Indonesia berada di Jawa
Barat. Produksi manggis di Jawa Barat mencapai 41 persen dari total produksi
manggis di Indonesia. Sentra produksi manggis di Jawa Barat tersebar di lima
kabupaten, yaitu, Tasikmalaya, Subang, Sukabumi, Bogor dan Ciamis. Di antara
kelima kabupaten tersebut, Kabupaten Sukabumi merupakan Kabupaten yang
sedang aktif meningkatkan produksi manggis.
Terdapat beberapa permasalahan dalam usahatani manggis di Kabupaten
Sukabumi, diantaranya teknologi budidaya manggis yang masih tradisioanal serta
minimnya pemeliharaan tanaman manggis menyebabkan produksi dan buah

bermutu baik yang dihasilkan di Sukabumi masih rendah. Selain itu, kurangnya
penanganan dan pengolahan pasca panen serta rendahnya jumlah buah bermutu
baik yang dihasilkan dan lemahnya posisi tawar petani, menyebabkan harga jual
manggis yang diterima petani menjadi rendah. Hal tersebut berpengaruh terhadap
pendapatan yang diterima oleh petani. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengenai tingkat produksi, tingkat pendapatan usahatani, serta pola pemasaran
manggis di Kabupaten Sukabumi. Tujuan penelitian ini adalah : mempelajari
tingkat produksi manggis dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
manggis; menganalisis besarnya pendapatan usahatani manggis pada beberapa
kelompok umur tanaman manggis; dan menganalisis pemasaran manggis,
meliputi lembaga, fungsi, saluran, marjin pemasaran dan farmer’s share pada
pemasaran manggis di Kabupaten Sukabumi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat produksi manggis di
Kabupaten Sukabumi belum optimal dan belum mencapai target produksi yang
ditetapkan oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah. Hal tersebut disebabkan oleh
penerapan budidaya manggis yang belum sesuai dengan SOP yang dianjurkan
oleh Direktorat Budidaya Tanaman Buah, seperti kurangnya pemeliharaan
tanaman dan kebun, penggunaan pupuk di bawah dosis yang dianjurkan, serta
bibit yang ditanaman bukan merupakan bibit unggul. Faktor-faktor yang secara
signifikan berpengaruh terhadap produksi manggis adalah jumlah tanaman serta

umur tanaman produktif.
Selain itu, pendapatan yang diperoleh petani di lokasi penelitian belum
optimal dikarenakan tingkat produksi manggis di lokasi penelitian masih rendah
serta penjualan manggis dilakukan tanpa penanganan dan pengolahan pascapanen,
sehingga harga yang diterima petani rendah. Namun, hasil analisis R/C rasio
menunjukkan bahwa usahatani manggis menguntungkan dan layak untuk
diusahakan serta akan memberikan keuntungan yang lebih besar seiring
bertambahnya umur tanaman.

Pemasaran manggis di Kabupaten Sukabumi melibatkan empat lembaga
pemasaran, yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, dan pedagang
eceran. Petani umumnya menjual manggis kepada pedagang pengumpul dengan
pertimbangan jarak gudang pengumpul yang lebih dekat dengan kebun petani.
Harga jual manggis di tingkat petani ditentukan oleh pedagang, baik pedagang
pengumpul, pedagang besar, maupun pedagang eceran. Penentuan harga
dipengaruhi oleh harga manggis yang berlaku di pasaran. Petani tidak memiliki
kekuatan untuk menetukan harga jual manggis yang dihasilkannya. Harga jual
manggis tertinggi di tingkat petani diperoleh dari pedagang besar. Distribusi
margin yang diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran
manggis di Kabupaten Sukabumi belum merata. Marjin tertinggi dimiliki oleh

pedagang besar (eksportir). Share harga yang diterima petani untuk pasar dalam
negeri mencapai 70 persen dari harga manggis di tingkat konsumen dalam negeri,
sedangkan untuk pasar luar negeri share yang diterima petani berkisar anatara 1947 persen dari harga di tingkat importir.
Kegiatan budidaya yang dapat dilakukan petani manggis untuk meningkatkan
produksi manggis yaitu melalui penanaman bibit unggul, pemupukan sesuai
prosedur, dan pemangkasan rutin. Sedangkan peningkatan pendapatan petani,
dapat diperoleh melalui : peningkatan nilai jual produk (sortasi dan grading) dan
peningkatan nilai jual produk (pengolahan kulit manggis). Untuk mendapatkan
harga jual yang lebih tinggi petani dapat menjual langsung produk kepada
pedagang besar karena harga yang diberikan oleh pedagang besar lebih tinggi
dibandingkan harga yang diberikan pedagang lainnya. Kendala transportasi dapat
diminimalisisr melalui pengiriman secara berkelompok.
Kata Kunci : budidaya manggis, pemasaran manggis, pendapatan usahatani
manggis, produksi manggis

SUMMARY
UTAMI NURANIPUTRI. The Analysis of Production, Farming Income and
Marketing of Mangosteen In Sukabumi. Supervised by HENY KUSWANTI
SUWARSINAH and KUNTJORO.
Mangosteen is one of the prospective horticultural commodities to be

develop in Indonesia. Mangosteen has been set as national commodities in
RUSNAS Buah (Fruit of the National Strategic Research) since 2000.
Mangosteen production center in Indonesia is in West Java. It reach 41 percent of
the total production of mangosteen in Indonesia. Mangosteen production centers
in West Java scattered in five districts, there are : Tasikmalaya, Subang, Sukabumi,
Bogor and Ciamis. Among that five districts, Sukabumi is a district which
increase its mangosteen production actively.
There are several problems in mangosteen farming in Sukabumi, such as :
mangosteen cultivation technology is still traditional, poor plant maintenance, that
affect to low production and low quality mangosteen fruit in Sukabumi. Other
problems are : poor post-harvest handling and processing and the weak bargaining
position of farmer, leading mangosteen selling price received by farmers is low. It
affect the income received by farmers. Therefore it is necessary to do research on
the level of production, farm income levels, and marketing of mangosteen in
Sukabumi. The purpose of this study was to learn about level of mangosteen
production and the factors that influence the production of mangosteen; analyze
the level of farm income in several age groups of mangosteen; and analyze
marketing aspect of mangosteen, covering institutions, functions, channels,
marketing margin and the farmer's share on the marketing of mangosteen in
Sukabumi.

The results shows that the production of mangosteen in Sukabumi is still not
optimal and not yet reached of production target set by the Direktorat Tanaman
Buah. This was caused by mangosteen cultivation which is not in accordance with
the SOP that recommended by the Direktorat Tanaman Buah, such as the lack of
maintenance of plants and gardens, the usage of fertilizers which under the
recommended dose, and the seeds which planted is not superior seeds. Factors that
significantly influence the production of mangosteen are : number and age of
produktif plants.
Besides that, the farmers income is still not optimal because production of
mangosteen is still low, poor post-harvest handling and processing; affect to low
selling price received by farmers. However, the results of the analysis of R / C
ratio showed that the mangosteen farming is still profitable and will provide
greater benefits with age of the plant.
Marketing of mangosteen in Sukabumi involves four marketing agencies, ie
farmers, assembler, wholesalers, and retailers. Mangosteen farmers generally sell
to assembler because the distance of assembler warehouses closer to the farmers'
lands. The selling price of mangosteen at farm level is determined by the trader,
both assemblers, wholesalers, and retailers. Pricing is influenced by the prices
prevailing in the market. Farmers do not have the power to determine the selling
price of mangosteen. The highest selling price at the farm level is obtained from


the wholesalers. Margin distribution among that four agencies is still uneven. The
highest margin held by large traders (exporters). Farmer’s share for the domestic
market reached 70 percent of the price of mangosteen at the consumer level, while
for the foreign market, farmer’s share is between 19-47 percent of the price at
importer.
Farming activities that can increase production of mangosteen are planting
superior seeds, usage of fertilizer at recommended dosage, and and optimizing
maintenance of plants. There are some alternative to increase farming income :
increase the value of the product (sorting and grading) and increase value-added
of products (processing the mangosteen shell to produce flour mangosteen shell).
To get a higher selling price, Farmers can sell the products directly to wholesalers
because the price given by the wholesalers is higher than the price given by other
traders. Transport constraints can be minimized through delivery as a group.
Keywords: mangosteen cultivation, farm income of mangosteen, marketing of
mangosteen, mangosteen production

Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2012
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

i

ANALISIS PRODUKSI, PENDAPATAN USAHATANI DAN
PEMASARAN MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI

UTAMI NURANIPUTRI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian


SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2015

ii

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS

Penguji Program Studi : Dr Meti Ekayani, S Hut, MS

iii

Judul Tesis : Analisis Produksi, Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Manggis
di Kabupaten Sukabumi
Nama
: Utami Nuraniputri
NIM
: H453120131


Disetujui oleh
Komisi Pembimbing

Dr Ir Heny Kuswanti Suwarsinah, MEc
Ketua

Prof Dr Ir Kuntjoro
Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi
Ilmu Ekonomi Pertanian

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr


Tanggal Ujian: 21 September 2015

Tanggal Lulus:

iv

v

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis yang berjudul ‘Analisis Produksi, Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran Manggis di Kabupaten Sukabumi’ dapat
diselesaikan.Tesis ini dapat diselesaikan atas dukungan dan bantuan dari banyak
pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu, khususnya kepada:
1. Dr Ir Heny KS Daryanto, MEc selaku Ketua Komisi Pembimbing, dan
Prof Dr Ir Kuntjoro selaku Anggota Komisi Pembimbing atas segala
masukan, arahan dan bimbingan yang diberikan kepada penulis
2. Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS dosen penguji luar komisi dan Dr Meti
Ekayani, S Hut, MS selaku dosen penguji perwakilan program studi pada
ujian tesis atas masukannya untuk menyempurnakan tesis ini.
3. Prof Dr Ir Sri Hartoyo, MS selaku Ketua Program Studi Ilmu Ekonomi
Pertanian, serta staff Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian (Pak Johan,
Ibu Ina, Mas Widi, Ibu Kokom, Pak Husein) atas bantuan dan kemudahan
yang diberikan selama penulis menjalani pendidikan.
4. Kepala Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan
Kabupaten Sukabumi dan Staff Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan
dan Kehutanan Kecamatan Cikembar dan Cicantayan atas bantuan selama
penulis melakukan penelitian.
5. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi melalui Program Beasiswa
Unggulan selaku sponsor yang telah membiayai pendidikan dan penelitian
penulis.
6. Penghargaan dan Terima kasih, penulis sampaikan pada kedua orang tua,
Ir Heri Antoni, MSi dan Ir Hj Dedah Herlina, MSi serta Mertua, Bapak
Ihwan Setiawan dan Ibu Nurmilla atas bantuan, doa, dukungan moril dan
motivasi yang amat besar kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tesis ini.
7. Terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan pada suami serta
anak penulis, Aditya Asmaranala, STP dan Pragya Sahwahita atas
pengorbanan dan dukungan yang diberikan kepada penulis, sehingga
menjadi motivasi terbesar bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
8. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kakak serta Adik
penulis, Prima Amalia Putri, SE, Rizky Pratama Putra, AMd dan Widdy
Pratama Putra atas dukungan dan bantuan selama masa penelitian hingga
penulisan tesis ini.
9. Rekan-rekan seperjuangan EPN 2012 dan 2013, Dewi, Lillah, Febri, Reni,
Rina, Nursan, Budi, Afandri, Jonnes, Udin dan Ayu, khususnya kepada
Angelia atas segala bantuan yang diberikan selama masa studi.
Semoga penelitian ini memberikan manfaat.
Bogor, September 2015
Utami Nuraniputri

i

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Ruang Lingkup Penelitian

vii
viii
viii
1
1
4
6
7
7

TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Buah Tropis di Indonesia
Gambaran Umum Usahatani Manggis di Kabupaten Sukabumi
Tinjauan Studi Terdahulu

8
8
9
10

KERANGKA TEORI
Teori Fungsi Produksi
Penerimaan, Biaya dan Pendapatan Usahatani
Teori Pemasaran
Kerangka Pemikiran

17
17
20
21
24

METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi dan Waktu Penelitian
Jenis dan Sumber Data
Metode Pengambilan Sampel
Metode Analisis

26
26
26
26
27

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Gambaran Umum Kabupaten Sukabumi
Karakteristik Responden Petani
Karakteristik Responden Pedagang / Lembaga Pemasaran
Kegiatan Budidaya Manggis di Lokasi Penelitian

32
32
36
39
40

ANALISIS PRODUKSI MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI
Penggunaan Sarana Produksi dalam Usahatani Manggis
Produksi Manggis di Kabupaten Sukabumi
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Manggis di Kabupaten
Sukabumi

46
46
48
49

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI MANGGIS DI KABUPATEN
SUKABUMI
Biaya Usahatani Manggis di Kabupaten Sukabumi
Penerimaan Usahatani Manggis di Kabupaten Sukabumi
Pendapatan Usahatani Manggis di Kabupaten Sukabumi

51
51
53
55

ANALISIS PEMASARAN MANGGIS DI KABUPATEN SUKABUMI
Lembaga dan Saluran Pemasaran
Fungsi Pemasaran
Marjin Pemasaran

59
59
61
63

ii

Bagian Harga yang Diterima Petani
Rasio Keuntungan terhadap Biaya Pemasaran

67
67

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran dan Implikasi Kebijakan

69
69
69

DAFTAR PUSTAKA

71

LAMPIRAN

74

RIWAYAT HIDUP

78

iii

DAFTAR TABEL
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

Produksi manggis per kecamatan di Kabupaten Sukabumi tahun 2012
Target produksi manggis di Kabupaten Sukabumi
Jumlah penduduk, sex ratio, dan kepadatan penduduk Kabupaten
Sukabumi tahun 2009-2013
Jumlah petani responden berdasarkan kriteria usia di Kabupaten
Sukabumi tahun 2015
Jumlah petani responden berdasarkan kriteria pengalaman
berusahatani manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Jumlah petani responden berdasarkan kriteria luasan lahan manggis
yang dimiliki di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Umur dan pengalaman pedagang manggis di Kabupaten Sukabumi
tahun 2015
Jumlah responden berdasarkan jenis pupuk yang digunakan dalam
usahatani manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Penggunaan pupuk berdasarkan umur tanaman pada usahatani
manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Penggunaan tenaga kerja berdasarkan umur tanaman pada usahatani
manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Penggunaan alat petanian pada usahatani manggis di Kabupaten
Sukabumi tahun 2015
Produksi manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Hasil pendugaan parameter model fungsi produksi manggis di
Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Biaya variabel per hektar per tahun yang diperlukan pada usahatani
manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Penyusutan alat pertanian pada usahatani manggis di Kabupaten
Sukabumi tahun 2015
Biaya bibit per hektar per tahun pada usahatani manggis di
Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Penerimaan usahatani manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Analisis pendapatan usahatani manggis di Kabupaten Sukabumi
tahun 2015
Pelaksanaan fungsi-fungsi yang dilakukan lembaga pemasaran
manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Marjin pemasaran manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
(pasar dalam negeri)
Marjin pemasaran manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
(ekspor)
Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran manggis di Kabupaten
Sukabumi tahun 2015 (pasar dalam negeri)
Rasio keuntungan terhadap biaya pemasaran manggis di Kabupaten
Sukabumi tahun 2015 (Ekspor)

5
9
33
37
37
38
39
46
47
47
48
48
49
52
53
53
54
58
62
65
66
68
68

iv

DAFTAR GAMBAR
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13

Produksi manggis di Indonesia pada tahun 1997-2012 (ton)
Kurva fungsi produksi total dan hubungannya dengan produk
marjinal dan produk rata-rata
Marjin pemasaran
Kerangka pemikiran penelitian
Distribusi jumlah penduduk di Kabupaten Sukabumi berdasarkan
kelompok usia dan jenis kelamin tahun 2013
Laju pertumbuhan ekonomi Kabupaten Sukabumi tahun 2001-2013
Distribusi persentase PDRB atas dasar harga berlaku di Kabupaten
Sukabumi tahun 2013
Jumlah petani responden berdasarkan kriteria tingkat pendidikan
formal di Kabupaten Sukabumi tahun 2015
Pendidikan formal pedagang manggis di Kabupaten Sukabumi
Kegiatan pemanenan manggis
Kegaiatan sortasi dan grading
Kegiatan pengemasan manggis
Saluran pemasaran manggis di Kabupaten Sukabumi tahun 2015

2
18
23
25
33
34
35
38
40
43
44
45
60

DAFTAR LAMPIRAN
1 Nilai ekspor dan impor buah-buahan Indonesia tahun 2012
2 Karakteristik umum petani manggis di Kabupaten Sukabumi tahun
2015
3 Produksi dan faktor-faktor produksi manggis di Kabupaten Sukabumi
tahun 2015
4 Karakteristik umum pedagang manggis di Kabupaten Sukabumi
tahun 2015
5 Hasil pendugaan parameter fungsi produksi

74
75
76
77
77

1

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara dengan sumber daya hortikultura yang
melimpah yang bisa diandalkan sebagai kekuatan daya saing nasional secara
global. Saptana et al (2010), menyatakan bahwa komoditas hortikultura
merupakan komoditas potensial yang mempunyai nilai ekonomi tinggi dan
memiliki potensi untuk terus dikembangkan. Dari sisi permintaan pasar, jumlah
penduduk yang besar, kenaikan pendapatan, dan berkembangnya pusat kotaindustri-wisata, serta liberalisasi perdagangan merupakan faktor utama yang
mempengaruhi permintaan. Sementara itu, dari sisi produksi, luas wilayah
Indonesia dengan keragaman agroklimatnya memungkinkan pengembangan
berbagai jenis tanaman baik tanaman hortikultura tropis maupun hortikultura
subtropis, yang mencakup 323 jenis komoditas, yang terdiri atas 60 jenis
komoditas buah-buahan, 80 jenis komoditas sayuran, 66 jenis komoditas
biofarmaka dan 117 jenis komoditas tanaman hias.
Salah satu komoditas hortikultura yang prospektif untuk dikembangkan di
Indonesia adalah manggis. Pemerintah telah menetapkan manggis sebagai
komoditas unggulan nasional dalam RUSNAS Buah (Riset Unggulan Strategis
Nasional Buah) sejak tahun 2000. Hal tersebut dikarenakan manggis memiliki
potensi untuk terus dikembangkan. Pemerintah berusaha untuk memperbaiki
teknologi produksi di tingkat petani dan menemukan varietas unggul dengan
produktivitas yang optimal (Direktorat Budidaya Tanaman Buah 2009).
Permintaan manggis dalam negeri maupun luar negeri meningkat beberapa
tahun terakhir. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), pada tahun 2010,
nilai ekspor manggis sebesar US$ 8 754 427 dan meningkat pesat menjadi
US$ 16 622 522 pada tahun 2012 dan nilai ekspor menggis mencapai 9.64 persen
dari total ekspor buah-buahan Indonesia di tahun 2012 (Lampiran 1). Negara
tujuan ekspor manggis diantaranya adalah Hongkong, Cina, Uni Emirat Arab,
Malaysia, Belanda, Jepang, Perancis, dan beberapa negara lainnya. Menurut
Firdaus (2011), peluang ekspor manggis masih terbuka karena pasar buah-buahan
termasuk manggis belum dibatasi oleh kuota. Widodo (2013) menyatakan bahwa
pesaing ekspor manggis relatif sedikit, hanya Malaysia, Thailand, India, Filiphina
dan negara Amerika Latin.
Peningkatan permintaan manggis dipengaruhi oleh banyaknya hasil
penelitian yang menunjukkan khasiat manggis di bidang pengobatan. Bagian
manggis yang sering dimanfaatkan dalam pengobatan adalah kulit buahnya. Kulit
Manggis mempunyai kandungan senyawa xanthone yang mengandung
antioksidan yang dapat melawan radikal bebas. Beberapa penelitian menunjukkan,
senyawa ini memiliki sifat sebagai antidiabetes, antikanker, anti peradangan,
antibakteri, antifungi, antiplasmodial, dan meningkatkan kekebalan tubuh. Hasil
penelitian Permana, et al. (2012) menunjukan bahwa bubuk kulit buah manggis
instan mengandung kadar alfa-mangostin sebesar 0.59 mg/g, antosianin sebanyak
1.13mg/g, dan kadar fenolik sebesar 8.49 mg/g per satuan bobot sampel
kering,sedangkan kapasitas antioksidannya sebesar 19.72 mg/g AEAC.

2

Manfaat kulit manggis diantaranya menyembuhkan peradangan, membantu
menurunkan kadar gula dalam darah (hypoglycemia), menyeimbangkan sistem
kelenjar endokrin, menurunkan kolesterol LDL, mencegah arteriosclorosis,
meringankan penyakit inflamasi kronik (peradangan menahun) yang menyerang
struktur tulang belakang dan terutama sendi panggul (Ankylosing Spondylitis),
bahkan untuk pengobatan atau terapi penyakit HIV (Susiana 2013). Menurut
Pasaribu et al (2013), pemberian ekstrak etanol kulit buah manggis dengan dosis
100 mg/kg BB memberikan hasil yang lebih baik terhadap penurunan kadar
glukosa darah.
Peningkatan ekspor manggis didukung oleh peningkatan produksi manggis
di Indonesia. Data BPS (2014) menunjukkan bahwa produksi manggis di tahun
1997 sebesar 17 475 ton dan meningkat menjadi 190 294 ton di tahun 2012.
Gambar 1 menunjukkan perkembangan produksi manggis di Indonesia pada tahun
1997 sampai dengan 2012. Selama periode 1997-2012, produksi manggis di
Indonesia mengalami fluktuasi, lalu meningkat pesat setelah tahun 2010.
200000
180000
160000
140000
120000
100000
80000
60000
40000
20000

0

Sumber : Badan Pusat Statistik (2014)

Gambar 1 Produksi manggis di Indonesia pada tahun 1997-2012 (ton)
Menurut Setiawan et al. (2008), produksi manggis dipengaruhi oleh usia
pohon. Pohon manggis yang umurnya relatif muda (8-15 tahun) dapat
menghasilkan 3-7 kg per pohon per tahun. Sementara pohon yang berumur lebih
dari 100 tahun dapat menghasilkan lebih dari 200 kg manggis per pohon per tahun.
Rata-rata pohon manggis di Indonesia dapat menghasilkan 30-50 kg buah per
pohon, jauh lebih rendah dari pada Malaysia, Thailand dan India yang mampu
mencapai 200-300 kg buah per pohon. Berdasarkan wawancara dengan Badan
Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Sukabumi,
selain dipengaruhi oleh umur tanaman, produksi dan kualitas manggis juga
dipengaruhi oleh lama musim kemarau yang terjadi per tahun. Bila musim
kemarau pada tahun tersebut relatif pendek, maka produksi buah akan meningkat,
namun mutu buah yang dihasilkan kurang baik akibat penyakit yang menyerang
tanaman manggis, sehingga harga yang diterima petani menjadi rendah. Namun

3

apabila kemarau pada tahun tersebut relatif panjang, maka produksi buah
cenderung berkurang, namun buah yang dihasilkan yang dihasilkan bermutu baik,
sehingga harga yang diterima petani meningkat.
Namun menurut Astuti (2012), perubahan volume ekspor buah manggis
Indonesia tidak selaras dengan nilai ekspornya. Hal ini disebabkan kualitas buah
manggis hasil panen petani manggis tidak stabil sehingga harga yang diberikan
oleh pembeli juga tidak stabil. Sebagian besar tanaman manggis merupakan
tanaman pekarangan, kebun campuran, dan ditanam pada daerah perbukitan/hutan.
Budidaya tanaman manggis pada umumnya masih sangat tradisional, tanpa ada
pemeliharaan (pembersihan dan pemangkasan), dan jarang dipupuk (bahkan
pemupukan tidak pernah dilakukan). Jadi. petani memanen buahnya tanpa
teknologi budi daya optimal dan hanya menunggu pohon manggis berbuah secara
alamiah sehingga kualitas buah manggis yang dipanen tidak stabil.
Widodo (2013) juga menyatakan bahwa peningkatan ekspor manggis tidak
diikuti oleh peningkatan mutu manggis. Rendahnya mutu manggis yang
dihasilkan disebabkan karena pengolahan kebun manggis rakyat yang belum
terpelihara secara baik. Padahal menurut Jaluardi (2012), pada tahun 2011 di
Kabupaten Sukabumi Manggis dengan kualitas terbaik untuk ekspor, dihargai
sampai Rp 11 000 per kilogram. Sedangkan untuk pasar dalam negeri, harganya
sekitar Rp 3 500 hingga Rp 5 000 per kilogram.
Faktor utama yang membatasi potensi ekspor buah manggis diantaranya
yaitu penurunan mutu buah selama penyimpanan. Sunarjono (1984) menyebutkan
ciri-ciri pokok tanaman hortikultura adalah bersifat kamba sehingga
membutuhkan tempat yang lapang, produk biasa dikonsumsi dalam keadaan segar,
kualitas produk sangat mempengaruhi pasaran, tidak dapat disimpan lama secara
tradisional dan harga selalu berubah-ubah. Sistem produksi di lokasi yang
terpencar, serta skala usaha sempit dan belum efisien juga menjadi penyebab
utama bahwa produk buah nasional kurang dapat bersaing di pasar internasional.
Lemahnya keunggulan kompetitif agroindustri hortikultura menyebabkan manfaat
dari keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian global belum dapat diperoleh, yaitu
peningkatan volume permintaan, harga jual produk yang jauh lebih tinggi, harga
sarana produksi yang lebih murah, ilmu pengetahuan dan teknologi, modal
investasi, serta peningkatan efisiensi akibat realokasi sumber daya dan dorongan
persaingan.
Oleh karena itu, pengetahuan teknik penyimpanan yang tepat tentu saja
memegang peranan penting untuk dapat mempertahankan mutu manggis dalam
jangka waktu panjang hingga akhirnya buah sampai pada konsumen tetap
bertahan pada mutu yang diinginkan. Untuk mengurangi penurunan mutu buah
selama proses penyimpanan perlu diterapkan rangkaian proses pasca panen.
Alternatif penanganan pasca panen manggis diantaranya adalah perlakuan precooling, pelilinan, pengemasan, dan penyimpanan dingin 5oC. Dengan kombinasi
perlakuan tersebut, maka manggis dapat bertahan dengan baik selama 30-40hari
(Mahmudah 2008).
Sentra produksi manggis terbesar di Indonesia berada di Provinsi Jawa
Barat. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013), konstribusi produksi
manggis di Propinsi Jawa Barat terhadap produksi manggis nasional pada tahun
2012 adalah sebesar 41 persen. Data Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi
Jawa Barat (2012) menunjukkan bahwa sentra produksi manggis berasal dari

4

Kabupaten Tasikmalaya, Subang, Sukabumi, Bogor dan Ciamis. Diantara kelima
kabupaten tersebut, Kabupaten Sukabumi merupakan kabupaten yang sedang aktif
meningkatkan produksi manggis. Selain itu, sentra perkebunan manggis di
Sukabumi, tengah memasuki masa produktif dari pohon-pohon yang ditanam.
Selama musim panen berlangsung, tingkat produksi bisa mencapai satu ton per
hari. Masa paling produktif pohon manggis adalah saat berusia 20 hingga 30
tahun (Jaluardi 2012).
Menurut Astuti (2012), agroindustri buah manggis merupakan rantai
beberapa pelaku usaha (antara lain petani, pengumpul, pengepak, pengolah,
penyedia layanan penyimpanan dan transport, pedagang besar, eksportir,
distributor, dan pengecer) yang bekerja sama dalam hubungan sebagai pemasok
dan konsumen. Terdapat beberapa permasalahan pada manajemen rantai pasok
yang menyebabkan rantai pasok buah manggis belum efektif dan efisien yang
ditunjukkan oleh:
1. Rantai pasok yang masih panjang, sehingga menyebabkan risiko kerusakan
dan penurunan mutu produk karena produk pertanian bersifat mudah rusak.
Rantai pasok yang panjang juga menyebabkan biaya pemasaran dari produsen
ke konsumen menjadi cukup tinggi sehingga konsumen harus membayar
lebih mahal dari harga yang selayaknya ditawarkan
2. Nilai tambah dan risiko yang tidak terdistribusi dengan merata di antara
pelaku rantai pasok. Pada rantai pasok buah manggis, petani yang merupakan
pelaku usaha yang paling lemah karena keterbatasan modal dan informasi
pasar pada umumnya mendapatkan porsi yang sangat kecil dari keseluruhan
nilai tambah
3. Harga yang berfluktuasi, karena produk pertanian yang bersifat musiman dan
mudah rusak, menyebabkan produk tersebut akan dijual dalam bentuk segar
dengan harga yang sangat rendah untuk menghindari timbulnya biaya yang
disebabkan oleh kerusakan produk dalam jumlah yang besar pada saat puncak
musim panen.
Selain itu, masalah besar dalam pengembangan industri hortikultura adalah
sifat komoditas yang mudah rusak, khususnya buah dan sayuran hampir tidak
pernah ada yang mempunyai umur kesegaran panjang setelah dipanen. Kondisi
produk tersebut adalah produk hayati yang masih melakukan proses respirasi
setelah panen (Apandi 1984).
Perumusan Masalah
Permintaan manggis di Indonesia semakin meningkat beberapa tahun
terakhir, baik untuk konsumsi maupun bahan baku industri di pasar dalam negeri
dan pasar luar negeri. Hal ini dipacu oleh banyaknya penelitian mengenai manfaat
manggis, terutama pada bidang pengobatan. Namun, peningkatan permintaan
manggis tersebut tidak sejalan dengan peningkatan mutu dan sistem pemasaran
manggis sehingga belum terpenuhinya permintaan manggis menjadi masalah
umum yang dihadapi oleh petani manggis saat ini.
Menurut Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2012),
keragaan tanaman manggis di daerah sentra khususnya di Jawa Barat umumnya
masih ditanam pada lahan pekarangan dengan teknologi budidaya tradisional,
dipelihara turun temurun dan sudah berumur puluhan tahun serta belum tersentuh

5

oleh teknologi maju, sehingga produksi dan mutu buah manggis yang dihasilkan
masih rendah.
Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut, maka diperlukan adanya
pengelolaan kebun manggis secara baik, melalui penerapan Standar Operasional
Prosedur (SOP) sebagai acuan pedoman bagi petugas/petani dalam proses
menghasilkan buah manggis yang berkualitas baik. Potensi yang dimiliki oleh
provinsi Jawa Barat sebagai salah satu sentra produksi manggis perlu
diilustrasikan melalui profil sentra produksi yang berisikan tentang data dan
gambaran daerah sentra produksi manggis untuk dikembangkan secara agribisnis
masa mendatang.
Di Kabupaten Sukabumi, terdapat 17 kecamatan yang menghasilkan
manggis. Namun, sentra produksi manggis di Kabupaten Sukabumi berada di
Kecamatan Cikembar. Sekitar 73 persen manggis yang dihasilkan di Kabupaten
Sukabumi berasal dari kecamatan ini. Data mengenai produksi manggis di tiap
kecamatan di Kabupaten Sukabumi disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Produksi manggis per kecamatan di Kabupaten Sukabumi tahun 2012
Kecamatan
Ciemas
Surade
Kalibunder
Curug Kembar
Simpenan
Purabaya
Cikembar
Nyalindung
Gegerbitung
Kebonpedes
Cireunghas
Sukalarang
Cicantayan
Cidahu
Parungkuda
Kalapanunggal
Cisolok
Cikakak

Produksi (kuintal)
18
74
13
50
21
1 110
16 275
300
575
13
400
200
1 574
160
80
1 166
250
50

Persentase terhadap Produksi
Total Kab.Sukabumi
0.08
0.33
0.06
0.22
0.09
4.97
72.89
1.34
2.58
0.06
1.79
0.90
7.05
0.72
0.36
5.22
1.12
0.22

Sumber : BPS Kabupaten Sukabumi (2014)

Firdaus (2011), menyatakan bahwa di Kabupaten Sukabumi permasalahan
manggis di tingkat petani adalah masalah produksi dan kualitas buah. Masalah
pada kualitas buah adanya getah kuning, burik, dan ukuran buah yang kecil,
sehingga menurunkan persentase buah kualitas ekspor. Untuk itu perlu dilakukan
introduksi inovasi teknologi untuk meningkatkan produksi dan kualitas buah
manggis melalui perbaikan teknologi budidaya.
Di lihat dari aspek pemasaran, umumnya penanganan pasca panen manggis
belum sepenuhnya dilaksanakan dengan baik oleh produsen maupun perantara,
sehingga menyebabkan kualitas buah yang dihasilkan menurun. Selain itu,

6

produsen dan pedagang belum menerapkan perlakuan pra panen dan pasca panen
yang maksimal untuk mnghasilkan manggis layak ekspor (Rahmawati 1999).
Permasalahan lainnya yang dihadapi oleh petani manggis menurut
Rahmawati (1999), adalah posisi petani yang lemah dari segi modal serta
informasi pasar, sementara kebutuhan rumah tangga petani yang mendesak dan
daya beli relatif rendah, menyebabkan banyak petani menjual manggis yang
masih muda dengan harapan dapat memenuhi kebutuhan. Hal tersebut
menyebabkan harga manggis jauh lebih murah dan merugikan pihak petani sendiri.
Selain itu, belum meratanya marjin pemasaran diantara lembaga pemasaran
seringkali tidak kompetitif. Permasalahan lainnya yang dihadapi petani adalah
umumnya petani manggis menjual manggis tanpa melalui proses grading,
sehingga harga yang diterima petani rendah.
Dari segi pendapatan, pendapatan yang diterima oleh petani ditentukan oleh
produksi yang dihasilkan, biaya produksi yang dikeluarkan, mutu produk yang
dihasilkan dan harga output yang diterima pada saat panen. Namun, posisi tawar
yang lemah serta minimnya informasi mengenai harga pasar, menyebabkan petani
menghadapi permasalahan harga yang fluktuatif. Menurut Astuti (2012), hal ini
disebabkan kualitas buah manggis hasil panen petani manggis tidak stabil
sehingga harga yang diberikan oleh pembeli juga tidak stabil. Menurut Setiawan
dan Poerwanto. (2008), manggis dari Indonesia yang layak di ekspor hanya
sekitar 20-30 persen dari produksi, jauh lebih rendah dari Thailand yang mencapai
80 persen. Padahal menurut Jaluardi (2012), di Kabupaten Sukabumi Manggis
dengan kualitas terbaik untuk ekspor, dihargai sampai Rp 11 000 per kilogram.
Sedangkan untuk pasar dalam negeri, harganya sekitar Rp 3 500 hingga Rp 5 000
per kilogram. Perbedaan harga yang tinggi antara buah manggis layak ekspor
dengan buah manggis untuk pasar dalam negeri seharusnya dapat dimanfaatkan
petani untuk meningkatkan pendapatan. Berdasarkan uraian tersebut, maka
perumusan masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimana tingkat produksi manggis dan faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi produksi Manggis di Kabupaten Sukabumi?
2. Bagaimana tingkat pendapatan usahatani manggis di Kabupaten Sukabumi?
3. Bagaimana pemasaran manggis di Kabupaten Sukabumi?
Tujuan Penelitian
1
2
3

Tujuan penelitian ini adalah:
Mempelajari tingkat produksi manggis dan faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi Manggis di Kabupaten Sukabumi.
Menganalisis besarnya pendapatan usahatani manggis pada beberapa
kelompok umur tanaman manggis di Kabupaten Sukabumi.
Menganalisis pemasaran manggis, meliputi lembaga, fungsi, saluran, marjin
pemasaran dan farmer’s share pada pemasaran manggis di Kabupaten
Sukabumi.

7

Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai :
1. Bahan pertimbangan bagi petani manggis di Kabupaten Sukabumi dalam
mengelola pemasaran serta memilih saluran pemasaran manggis sehingga
mendorong peningkatan pendapatan petani .
2. Landasan dan rujukan bagi pemerintah daerah dalam membuat kebijakan
guna mendorong pengembangan usahatani manggis secara berkelanjutan,
dalam rangka memperluas kesempatan kerja, peningkatan dayasaing, serta
peningkatan pendapatan petani.
3. Sebagai bahan referensi maupun informasi bagi kalangan akademisi dan
peneliti untuk penelitian lebih lanjut secara lebih mendalam dalam
pengembangan usaha tani manggis.

Ruang Lingkup Penelitian
Fokus penelitian ini adalah aspek pemasaran dan pendapatan di tingkat
petani manggis. Pembahasan meliputi saluran pemasaran, pelaksanaan kegiatan
fungsi pemasaran oleh setiap lembaga pemasaran, serta penyebaran marjin
pemasaran dari setiap saluran pemasaran. Selain itu dibahas pula mengenai
pendapatan petani manggis pada beberapa kelompok usia tanaman, serta upayaupaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani manggis.
Pada penelitian ini, petani responden dikelompokan menjadi tiga bagian
berdasarkan umur produktif tanaman, yaitu kelompok pertama merupakan petani
yang memiliki tanaman dengan rata-rata umur tanaman di bawah 20 tahun,
kelompok kedua merupakan petani dengan tanaman rata-rata berumur 20-30 tahun,
dan yang terakhir merupakan petani yang tanamanny berusia di atas 30 tahun.

8

2 TINJAUAN PUSTAKA
Perkembangan Buah Tropis di Indonesia
Indonesia sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati
mempunyai peluang yang sangat baik untuk memposisikan diri sebagai salah satu
produsen buah-buahan. Iklim yang sedemikian rupa telah menjadikan Indonesia
sebagai salah satu tempat bagi ketersediaan berbagai jenis buah-buahan yang lebih
dikenal dengan sebutan buah-buahan tropis.
Buah tropis di Indonesia merupakan komoditas hortikultura yang
mempunyai potensi besar untuk dikembangkan sebagai usaha agroindustri.
Pengelolaan usahatani buah tropis sebagai usaha agroindustri dapat meningkatkan
pendapatan petani karena nilai ekonomi buah tropis yang tinggi. Buah tropis
sebagai komoditas hortikultura pada umumnya ditanam sebagai tanaman sela,
tanaman pekarangan, dan kebun.
Menurut Astuti (2012), saat ini pembangunan agroindustri komoditas buah
tropis pada berbagai sentra produksi hampir di seluruh propinsi Indonesia telah
mempunyai fasilitas melalui berbagai program dan kegiatan dengan dukungan
dana dari APBN, APBD (propinsi dan kabupaten/kota) atau dukungan dana dari
masyarakat (petani dan swasta). Pelaksanaan pengembangan buah tropis sebagai
produk hortikultura juga telah didukung dengan kegiatan dari berbagai institusi di
dalam lingkup dan di luar lingkup Kementrian Pertanian. Kegiatan dan pendanaan
pembangunan hortikultura telah dilakukan untuk pengembangan budidaya dan
penerapan teknologi, pemberdayaan kelembagaan petani, penguatan modal usaha,
fasilitas promosi investasi dan produk, serta fasilitasi kerjasama dan kemitraan
usaha antar produsen dan pelaku usaha di sentra produksi dan sentra pemasaran.
Hasil penelitian Mudjayani (2008) mengenai daya saing buah-buahan tropis
Indonesia menunjukan bahwa berdasarkan analisis keunggulan kompetitif
(Porter’s Diamond) dengan menganalisis kondisi eksternal serta kondisi internal,
buah-buahan tropis Indonesia (manggis. nenas, pepaya, pisang) memiliki
keunggulan kompetitif. Berdasarkan analisis keunggulan komparatif (Revealed
Comparative Analysis) dari hasil perhitungan nilai RCA, buah-buahan tropis
Indonesia memiliki keunggulan komparatif terlihat dari hasil nilai RCA (RCA >
1) buah-buahan tropis Indonesia memiliki daya saing kuat. Faktor-faktor yang
mempengaruhi daya saing buah-buahan tropis Indonesia adalah produktivitas
yang berpengaruh positif terhadap daya saing, nilai ekspor yang berpengaruh
positif terhadap daya saing, harga ekspor yang berpengaruh negatif terhadap daya
saing, dan dummy krisis yang berpengaruh negatif terhadap daya saing. Selain
variabel dummy krisis, semua variabel regresi berpengaruh signifikan pada taraf
nyata 10 persen.
Dari hasil penelitian tersebut, strategi yang dapat dilakukan untuk
peningkatan daya saing buah-buahan tropis Indonesia adalah : (1) menjaga
kualitas buah-buahan tropis Indonesia dengan memperbaiki infrastruktur yaitu
dengan pengadaan alat pendingin, pemberantasan hama penyakit, dan konsistensi
dalam hal pemasokan buah-buahan ke pasar. (2) meningkatkan kinerja ekspor
buah-buahan tropis Indonesia. (3) meningkatkan produktivitas buah-buahan tropis
Indonesia (manggis, nenas, pepaya, pisang), peningkatan produktivitas dapat

9

meningkatkan jumlah produksi yang berarti meningkatkan daya saing buahbuahan tropis Indonesia. (4) meningkatkan volume ekspor buah-buahan tropis
Indonesia yang dapat meningkatkan nilai ekspor buah-buahan tropis sehingga
dapat meningkatkan daya saing buah-buahan tropis Indonesia.
Gambaran Umum Usahatani Manggis di Kabupaten Sukabumi
Buah manggis merupakan salah satu komoditas buah unggulan Indonesia.
Menurut Firdaus (2011), tanaman manggis di Indonesia tersebar hampir di semua
pulau. Penghasil utama buah manggis untuk ekspor adalah di pusat produksi
manggis, yaitu Tasikmalaya, Purwakarta, Bogor, Sukabumi, Lampung, Purworejo,
Belitung, Lahat, Tapanuli Selatan, Limapuluh Kota, Padang Pariaman,
Trenggalek, Blitar, dan Banyuwangi. Tujuan ekspor buah manggis adalah Hong
Kong, Taiwan, RRC, Singapura, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara
Eropa. Permintaan dari Amerika Serikat juga mulai tinggi pada akhir-akhir ini.
Perubahan volume ekspor buah manggis Indonesia tidak selaras dengan
nilai ekspornya. Hal ini disebabkan kualitas buah manggis hasil panen petani
manggis tidak stabil sehingga harga yang diberikan oleh pembeli juga tidak stabil.
Sebagian besar tanaman manggis merupakan tanaman pekarangan, kebun
campuran, dan ditanam pada daerah perbukitan/hutan. Budidaya tanaman manggis
pada umumnya masih sangat tradisional, tanpa ada pemeliharaan (pembersihan
dan pemangkasan), dan jarang dipupuk (bahkan pemupukan tidak pernah
dilakukan). Jadi. petani memanen buahnya tanpa teknologi budi daya optimal dan
hanya menunggu pohon manggis berbuah secara alamiah sehingga kualitas buah
manggis yang dipanen tidak stabil.
Keragaan tanaman manggis di daerah sentra khususnya di Kabupaten
Suabumi umumnya masih ditanam pada lahan pekarangan dengan teknologi
budidaya tradisional, dipelihara turun temurun dan sudah berumur puluhan tahun
serta belum tersentuh oleh teknologi maju, sehingga produksi dan mutu buah
manggis yang dihasilkan masih rendah.
Untuk meningkatkan produksi dan mutu manggis, Direktorat Budidaya
Tanaman Buah (2009) menetapkan target peningkatan produksi dan mutu
manggis di Kabupaten Sukabumi. Target produksi manggis disajikan pada Tabel
2, sedangkan target mutu yang akan dicapai terdiri dari : buah utuh, tidak belah,
pecah, atau terkelupas; jumlah bercak, memar, atau noda hitam pada pemukaan
kulit buah berkurang; persentase buah layak ekspor meningkat 25-40 persen;
menurunnya tingkat serangan getah kuning dan burik buah, warna daging buah
putih bersih dan buah aman konsumsi.
Tabel 2 Target produksi manggis di Kabupaten Sukabumi
Umur Tanaman Produksi Saat Ini (kg/pohon)
8
1-5
10
20
15
50-70
20
100-120
25
150
>30
200
Sumber: Direktorat Tanaman Buah (2009)

Target (kg/pohon)
10-15
30
80-100
125-150
200
250

10

Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, maka diperlukan
adanya pengelolaan kebun manggis secara baik, melalui penerapan Standar
Operasional Prosedur (SOP) dari Direktorat Budidaya Tanaman Buah sebagai
acuan pedoman bagi petugas/petani dalam proses menghasilkan buah manggis
yang berkualitas baik .
Sehubungan dengan hal itu, perlu disediakan profil sentra produksi manggis
yang dapat memberikan informasi perihal: potensi pengembangan, ketersediaan
infrastruktur potensi pasar, ketersediaan SDM, kelembagaan, ekspor, impor,
permasalahan, saran dan informasi lain yang dianggap penting.
Tinjauan Studi Terdahulu
Penelitian mengenai komoditas manggis telah banyak dilakukan, baik dari
aspek budidaya, maupun aspek ekonomi. Salah satunya adalah penelitian yang
dilakukan oleh Astuti (2012) mengenai pengembangan rantai pasok buah
manggis di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Metode yang digunakan adalah
deskriptif kualitatif dengan melakukan eksplorasi pada rantai pasok buah manggis
yang menjadi objek penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Eksportir
menerima persentase nilai tambah yang terbesar dari seluruh nilai tambah yang
diperoleh dari usaha buah manggis pada rantai pasok buah manggis. Walaupun
persentase nilai tambah yang diterima oleh petani lebih kecil daripada persentase
nilai tambah yang diterima oleh eksportir, biaya yang dikeluarkan oleh petani juga
lebih kecil dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan oleh eksportir. Elemen
sistem yang penting pada rantai pasok buah manggis adalah kebutuhan, kendala
keberlanjutan, dan lembaga yang terlibat dalam rantai pasok tersebut. Model
struktural untuk rantai pasok buah manggis di Kabupaten Bogor menunjukkan
bahwa ketersediaan modal dan ketersediaan teknologi adalah kebutuhan utama
rantai pasok ini, sedangkan kendala keberlanjutan kemitraan yang harus
diperhatikan adalah ketidakpercayaan dengan mitra, ketidakcocokan karakter dan
etika dalam bekerja sama, ketidakcocokan dalam mengembangkan bisnis,
ketidaksamaan minat dan tujuan, serta sumber daya mitra yang tidak saling
mendukung yang mempunyai daya gerak yang besar untuk menimbulkan kendala
keberlanjutan yang lain.
Selain itu, dukungan finansial masih perlu diperkuat agar proses bisnis
manggis dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Agar rantai pasok buah
manggis di Kabupaten Bogor tetap berkelanjutan, maka disusun beberapa
pengembangannya, yaitu meningkatkan jumlah kebun terdaftar, mengembangkan
beberapa usaha untuk meningkatkan nilai tambah yang diperoleh anggota rantai
pasok, serta meningkatkan keterlibatan beberapa lembaga yang dapat mendukung
penguatan finansial dan kinerja rantai pasok tersebut.
Menurut Mansyah, et al. (2013), masalah yang dihadapi dalam
pengembangan dan pemasaran manggis adalah pertumbuhan yang lambat,
rendahnya kualitas buah oleh bekas luka pada kulit buah, dan gangguan gamboge
pada kulit buah dan daging. Terdapat beberapa teknologi yang dapat digunakan
untuk mendukung produksi manggis yang berkelanjutan diantaranya adalah :
manipulasi CO2 dan penggunaan jamur mikoriza untuk mempercepat
pertumbuhan bibit serta pemupukan dan irigasi teknologi untuk mengontrol bekas
luka kulit buah dan pengendalian terhadap gangguan gamboge

11

Pada tahun 2009, Suparwanti melakukan penelitian mengenai analisis
strategi pengembangan usaha manggis melalui pendekatan Participatory Action
Research (Studi Kasus Kelompok Tani Karya Mekar di Kawasan Agropolitan,
Desa Karacak, Kecamatan Leuwiliang, Kabupaten Bogor). Penelitian tersebut
bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi lingkungan internal dan eksternal yang
mempengaruhi usaha manggis pada Kelompok Tani Karya Mekar, merumuskan
strategi alternatif pengembangan usaha manggis pada Kelompok Tani Karya
Mekar, dan menentukan strategi yang paling tepat dalam mengembangkan usaha
manggis untuk digunakan oleh Kelompok Tani Karya Mekar.
Data dianalisis menggunakan matriks Internal Factor Evaluation (IFE),
matriks External Factor Evaluation (EFE), matriks Strenghts, Weaknesses,
Opportunities, and Threats (SWOT), dan Quantitative Strategic Planning Matrix
(QSPM) dengan menggunakan software microsoft excel. Berdasarkan hasil
matriks IFE, kelompok tani memiliki posisi internal yang lemah dengan nilai
2.4530. Kekuatan utamanya berupa adanya kerjasama pemasaran dengan
perusahaan mitra dan pedagang pengumpul serta luas areal tanam yang luas
dengan nilai 0.2788, sedangkan kelemahan utama berupa produktivitas manggis
belum maksimal dengan nilai 0.0697.
Sedangkan hasil matriks EFE, kelompok tani sudah cukup memanfaatkan
peluang yang ada dan menghindari ancaman terhadap usahanya dengan nilai
3.1253. Peluang utamanya berupa kondisi sumberdaya alam Desa Karacak yang
cocok untuk budidaya manggis dengan nilai 0.3358 dan ancaman utama berupa
kekuatan tawar menawar petani masih rendah dengan nilai 0.2810.
Hasil matriks SWOT memperoleh lima strategi alternatif dalam empat
kelompok strategi utama SO, WO, ST, dan WT. Hasil QSPM diperoleh prioritas
strategi yaitu peningkatan hasil produksi buah manggis segar dan hasil olahannya
dengan nilai 7.0273. Langkah yang dapat dilakukan adalah perbaikan penanganan
budidaya, panen, dan pasca panen petani, perlu pengkajian peremajaan tanaman
dengan bibit unggul vegetatif, peningkatan sarana dan prasarana, penambahan
anggota, dan diversifikasi produk olahan manggis.
Penelitian Timor (2008) mengenai strategi pengembangan ekspor manggis
pada PT Agroindo Usaha Jaya di Pasanggrahan, Jakarta Selatan bertujuan untuk
mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal yang menjadi peluang dan ancaman
perusahaan, mengidentifikasi faktor lingkungan internal yang menjadi kekuatan
dan kelemahan perusahaan, dan merumuskan strategi yang dapat dijalankan
perusahaan sesuai dengan kondisi lingkungan perusahaan. Analisis dilakukan
dengan menggunakan IFE, EFE, SWOT dan QSPM.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang menjadi kekuatan
PT Agroindo Usaha Jaya adalah menguasai daerah produksi buah manggis,
mempunyai pengalaman kerja dan berorganisasi yang baik, mempunyai ketepatan
waktu dalam pendistribusian barang, harga yang kompetitif, negara tujuan ekspor
yang sudah pasti, mempunyai modal yang kuat dan bekerjasama dengan lembaga
tentang mutu, sedangakan yang menjadi kelemahan adalah biaya transportasi yang
tinggi, informasi pasar kurang, promosi kurang, marketing kurang dan kurangnya
pelatihan karyawan.
Berdasarkan faktor eksternal yang menjadi peluang adalah segmentasi
pasar yang jelas, harga buah manggis dipasar internasional tinggi, adanya
peningkatan jumlah produksi manggis didalam negeri dan permintaan yang tinggi

12

akan buah manggis. Sedangkan ancaman dari faktor eksternal adalah kenaikan
harga BBM, nilai tukar rupiah yang tidak stabil, adanya inflasi, adanya kebijakan
tarif ekspor, kekuatan tawar menawar pemasok yang kuat dan adanya pesaing.
Analisis matriks SWOT diperoleh beberapa alternatif strategi yaitu
memperluas pangsa pasar, menekan biaya operasional, meningkatkan promosi,
meningkatkan kualitas SDM dan melakukan kerjasama dengan lembaga-lembaga
terkait untuk meningkatkan ekspor. Berdasarkan matriks QSPM diperoleh
prioritas strategi secara berturut-turut dari nilai terbesar sampai terkecil yaitu
memperluas pangsa pasar (6.611), meningkatkan promosi (5.281), melakukan
kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait untuk meningkat