Pengembangan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS untuk Siswa Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional

PENGEMBANGAN MODUL MATERI EKOSISTEM
BERBASIS SETS UNTUK SISWA
RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS
BERTARAF INTERNASIONAL
skripsi
disusun sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Biologi

oleh
Lutfia Nur Hadiyanti
4401407075

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
1

ii

iii


ABSTRAK
Hadiyanti, Lutfia Nur. 2011. Pengembangan Modul Materi Ekosistem
Berbasis SETS untuk Siswa Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf
Internasional. Skripsi, Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.
Ir. Tyas Agung Pribadi, M. Sc. ST dan Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M. Si.
Modul merupakan salah satu komponen yang berperan penting dalam proses
pembelajaran sebagai sumber belajar. Need assessment yang dilakukan di SMA
Negeri 1 Kebumen menunjukkan bahwa guru di RSMABI belum
mengembangkan modul yang sesuai dengan karakteristik sekolah sebagai
konsekuensi Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Penelitian ini bertujuan untuk
mendeskripsikan bahan ajar yang sudah digunakan dalam pembelajaran di
RSMABI, menghasilkan modul materi Ekosistem berbasis SETS yang valid dan
dapat diterapkan dalam pembelajaran di RSMABI, dan mengevaluasi efektivitas
penerapan modul materi Ekosistem berbasis SETS.
Penelitian dilakukan dengan metode Research and Development (R&D).
Keefektifan modul diuji menggunakan quasi experimental design dengan bentuk
nonequivalent control group design yang dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran.
Subyek uji coba ditentukan dengan convenience purposive sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru telah menggunakan buku teks,

LKS, dan komputer sebagai bahan ajar, namun belum mengembangkan modul.
Hasil validasi modul materi Ekosistem berbasis SETS adalah 99,14% yang
memenuhi kriteria sangat layak. Tingkat keterbacaaan modul yang diuji cobakan
di SMA Negeri 1 Kebumen mencapai 81,75% termasuk kriteria sangat tinggi.
Berdasarkan analisis t-test, kelas eksperimen mempunyai selisih nilai pre-test dan
post-test yang secara signifikan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Tingkat
keterterapan modul adalah 70,48% dengan kriteria tinggi.
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa modul materi Ekosistem berbasis
SETS yang dikembangkan efektif diterapkan dalam pembelajaran di RSMABI.
Kata Kunci: Modul materi Ekosistem, SETS, RSMABI

iv

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Skripsi ini adalah laporan penelitian yang mengambil judul Pengembangan
Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS untuk Siswa Rintisan Sekolah Menengah
Atas Bertaraf Internasional. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
bahan ajar yang sudah digunakan dalam pembelajaran Biologi di RSMABI,

menghasilkan suatu produk berupa modul pembelajaran untuk pembelajaran di
RSMABI, dan mengevaluasi efektivitas penerapan modul sebagai bahan ajar.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
skripsi ini tidak akan berjalan lancar. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada:
1.

Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini,

2.

Dekan FMIPA yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi,

3.

Ketua jurusan Biologi FMIPA Unnes yang telah mendukung penelitian ini,

4.


Ir. Tyas Agung Pribadi, M.Sc.ST. selaku pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan motivasi yang luar biasa pada penulis,

5.

Dr. Enni Suwarsi Rahayu, M.Si. selaku pembimbing II yang telah
membimbing dengan penuh kesabaran dan ketelitian selama penyusunan
skripsi,

6.

Dr. Andreas Priyono Budi Prasetyo, M.Ed. selaku dosen penguji yang telah
memberikan banyak ilmu dan saran yang bermanfaat untuk penyempurnaan
skripsi,

7.

Seluruh dosen Biologi FMIPA Unnes yang telah memberikan dan
membagikan semua ilmunya,


8.

Kepala SMA Negeri 1 Kebumen dan SMA Negeri 1 Ungaran yang telah
memberikan ijin penelitian,

v

9.

Nani Hartati, S. Pd selaku guru Biologi SMA Negeri 1 Ungaran, Reni
Purnomosari, S.Pd. (Almh) dan Latih Andrasari, S. Pd selaku guru Biologi
SMA Negeri 1 Kebumen yang telah banyak memberikan bantuan dalam
proses penelitian,

10. Bapak, Ibu, dan adik-adikku tercinta yang telah memberikan dukungan moral
dan spiritual dalam penyelesaian skripsi,
11. Mbak Sis dan Perpustakaan Jurusan Biologi Unnes yang telah memberikan
pelayanan dan kesempatan dalam penulisan skripsi ini,
12. Rekan-rekan mahasiswa Biologi Unnes angkatan 2007 yang telah membantu

baik secara langsung maupun tidak langsung,
13. Teman-teman Putri Malu sebagai motivator dan keluarga di Semarang,
14. Keluarga besar Jasmina Study Center (JSC), PPL SMP Negeri 13 Magelang
tahun 2010 dan KKN Lokasi Desa Tirtomulyo, Kendal yang telah
memberikan banyak inspirasi tentang kehidupan dan mewarnai skripsi ini,
15. Semua pihak yang terkait dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat
penulis sebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca
dan pihak-pihak yang terkait. Saran dan kritik sangat penulis harapkan sebagai
koreksi dan penyempurnaan penelitian yang sejenis.

Semarang, Oktober 2011

Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI……………………………………..


ii

PENGESAHAN………………………………………………………………

iii

ABSTRAK........................................................................................................

iv

KATA PENGANTAR………………………………………………………..

v

DAFTAR ISI…………………………………………………………………

vii

DAFTAR TABEL……………………………………………………………


viii

DAFTAR GAMBAR........................................................................................

ix

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………

x

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah ..…………………………………….
B. Rumusan masalah……...……………………………..............
C. Penegasan istilah……………………………………………..
D. Tujuan penelitian……………………………………………..
E. Manfaat penelitian……………………………………………


1
3
3
4
4

TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS
A. Tinjauan pustaka……………………………………………...
B. Kerangka berpikir……………………………………………
C. Hipotesis……………………………………………………...

5
16
16

METODE PENELITIAN
A. Tempat dan waktu penelitian………........................................
B. Subyek penelitian…………….………………………………
C. Variabel penelitian…...…………………………………........
D. Prosedur penelitian…………………………………………...

E. Jenis, teknik dan instrumen pengumpulan data...…………
F. Metode analisis data………………………………………...

17
17
18
18
31
31

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ……………………..…………….................
B. Pembahasan…………………………………………………..

34
38

SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan……………………………………………………..
B. Saran………………………………………………………….


44
44

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………..

45

BAB II

BAB III

BAB IV

BAB V

LAMPIRAN-LAMPIRAN

vii

DAFTAR TABEL
Tabel

Halaman

1. Langkah-langkah pengembangan dan validasi produk ……………….

19

2. Hasil validasi modul materi Ekosistem berbasis SETS………………

22

3. Tingkat keterbacaan modul bagi siswa ………………………………

27

4. Skor aspek tingkat keterbacaan ………………………………………

27

5. Soal yang digunakan dan hasil analisisnya …………………..............

28

6. Jenis data yang diambil dalam penelitian ……………………………

31

7. Kriteria deskriptif persentase ………….…………………………..…

32

8 Tabel kriteria tingkat keterbacaan dan tingkat keterterapan modul …

32

9. Hasil need assessment pada siswa ……..………………………..……

34

10. Hasil need assessment pada guru ……………………………………...

35

11. Hasil belajar kelas kontrol dan eksperimen ……………………………

35

12. Hasil analisis data dengan SPSS 16 dengan taraf signifikansi 1% ….……

35

13. Tingkat keterterapan modul materi Ekosistem berbasis SETS bagi siswa ... 36

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Saling keterkaitan unsur SETS …………………….…………………….

8

2. Kerangka berpikir pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS
untuk siswa Rintisan SMA Bertaraf Internasional ………………………

16

3. Langkah-langkah metode Research and Development (R&D) …….…….

18

4.

Desain sampul depan dan pendahuluan modul materi Ekosistem berbasis
SETS ……………………………………………………………………… 20

5. Desain content dan evaluasi modul materi Ekosistem berbasis SETS …..

21

6. Revisi gambar konsep pembagian zona air tawar ………………………..

24

7. Revisi konsep hukum Thermodinamika ………………………………….

24

8 Revisi SETS Corner dalam modul materi Ekosistem berbasis SETS ……

25

9. Cover modul dan revisinya ….……………………………………………

26

10.Efek gambar sebelum dan sesudah revisi …………..………….…….…..… 29

ix

DAFTAR LAMPIRAN
1. Syllabus ………………………………………………………………..

51

2. Lesson Plan ……………………………………………………………

54

3. Kisi-kisi soal uji coba ………………………………………………….

70

4. Question of pre-test and post-test ………………………………………

73

5. Answer sheet …………………………………………………………….

83

6. Kisi-kisi Instrumen Ketersediaan Bahan Ajar …………………………..

84

7. Angket Ketersediaan bahan ajar ………………………………………… 85
8. Instrumen Penilaian Modul …………………………………………….

87

9. Kisi-kisi Angket Keterbacaan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS .. 105
10. Angket Keterbacaan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS …………

106

11. Kisi-kisi Angket Tingkat Keterterapan Modul dalam Pembelajaran ……. 108
12. Angket Tingkat Keterterapan Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS … 109
13.Skor Aspek Tingkat Keterterapan Modul Materi Ekosistem Berbasis
SETS ……………………………………………………………………… 111
14. Analisis Validitas, Daya pembeda, Tingkat Kesukaran, dan Reliabilitas Soal
Ujicoba …………………………………………………………………… 112
15. Skor Pre-Test Dan Post-Test Materi Ekosistem ………………………… 114
16. Output SPSS ……………………………………………………………… 115
17. Hasil Pre-Test Kelas Eksperimen ………………………………………… 116
18. Hasil Post-Test Kelas Eksperimen ………………………………………. 117
19. Permendiknas RI Nomor 41 tahun 2007 ………………………………….. 118
20. PP RI Nomor 19 tahun 2005 ……………………………………………… 119
21. Dokumentasi ……………………………………………………………… 120
22.Peta Lokasi Penelitian …………………………………………………… 122
23. Modul Materi Ekosistem Berbasis SETS …………………...…………

x

123

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah
Modul merupakan salah satu komponen yang mempunyai peranan penting
dalam proses pembelajaran sebagai salah satu sumber materi yang akan
disampaikan. Pengembangan modul yang sesuai dengan kurikulum sebagai salah
satu bahan ajar merupakan konsekuensi dari Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19
tahun 2005 Pasal 20 yang dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) nomor 41 tahun 2007. Ketersediaan bahan yang sesuai
tuntutan kurikulum, karakteristik sekolah sasaran dan tuntutan pemecahan
masalah merupakan alasan lain yang mendukung perlunya keberadaan modul
dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada SMA Negeri 1 Ungaran, dan SMA Negeri 1
Kebumen yang merupakan contoh Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional
(RSBI), guru belum mengembangkan modul sendiri untuk digunakan dalam
pembelajaran RSBI yang sesuai kurikulum dan karakteristik sekolah masingmasing seperti yang dimuat dalam PP no 17 tahun 2010. Guru menggunakan buku
teks yang telah beredar dan masih harus menyesuaikan materi dengan indikator
yang akan dicapai oleh sekolah masing-masing. Need assessment yang diberikan
kepada siswa di SMA Negeri 1 Kebumen menunjukkan bahwa pembelajaran telah
menggunakan LKS dan media komputer di samping buku teks. Kendala bahasa
juga masih dirasakan oleh guru dan siswa dalam pembelajaran Biologi dengan
bahasa pengantar bahasa Inggris karena struktur materi yang seharusnya
disampaikan berbeda dengan buku yang digunakan.
Hasil analisis Supriadi (2001) menyatakan bahwa buku Biologi di
Indonesia untuk materi lingkungan tertinggal 50 tahun. Pengembangan modul
Biologi untuk RSBI dengan berbagai pendekatan dan materi yang sebelumnya
dilakukan mampu memberikan sumbangan ketersediaan modul dan memberi
pengaruh positif terhadap hasil belajar serta kemampuan berbahasa asing siswa
RSBI (Narulita 2009, Putri 2009, Bestari 2010, Radzuan 2010).
1

2

Materi Ekosistem sebagai salah satu pokok bahasan Biologi kelas X SMA
yang mencakup hubungan organisme dengan lingkungannya. Interaksi organisme
termasuk manusia dengan lingkungan tersebut terwujud dalam kehidupan sosial
dan budaya. Teknologi muncul sebagai hasil kebudayaan manusia. Beberapa
penelitian telah membuktikan efektivitas pembelajaran Biologi berpendekatan
SETS (Science, Environment, Technology, Society) untuk meningkatkan hasil
belajar siswa dan mengaitkan konsep sains dengan lingkungan, teknologi serta
masyarakat (Andini 2006, Paramita 2007, Nani 2008, Trisnasari 2008, Puspitasari
2010, Suryani 2010). SETS merupakan salah satu pendekatan dalam pengajaran
yang sangat berhubungan dengan lingkungan dan kehidupan sekitar kita.
Pendekatan ini menekankan pada pengajaran sains dan perkembangan teknologi
dalam hubungannya dengan lingkungan dan masyarakat setempat. Pendekatan
SETS diperlukan dalam pembelajaran materi Ekosistem berdasarkan keterkaitan
materi yang erat dengan lingkungan dan hasil positif penelitian sebelumnya.
Teori-teori tentang modul sebagai bahan ajar, pendekatan SETS dalam
pengajaran materi Ekosistem, dan kenyataan di lapangan mendorong peneliti
untuk mengembangkan dan meneliti bahan ajar modul materi Ekosistem yang
disusun berdasarkan pendekatan SETS dan ditulis dalam bahasa pengantar bahasa
Inggris untuk RSBI. Pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS
dilakukan sesuai konsep materi Ekosistem yang termuat dalam standar
kompetensi dan kompetensi dasar untuk kelas X.
Keefektifan produk diuji melalui uji t antara selisih nilai pre-test dan posttest kelas kontrol serta eksperimen setelah pembelajaran materi Ekosistem dengan
menggunakan quasi experimental design dengan bentuk nonequivalent control
group design. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan modul yang
dapat digunakan sebagai alternatif bahan ajar bagi guru sehingga memudahkan
kegiatan pembelajaran, memberikan sumber belajar materi Ekosistem yang
sistematis bagi siswa, sehingga sekolah dapat mensosialisasikan penggunaan
modul dan menggandakannya untuk melengkapi fasilitas untuk menunjang
kegiatan belajar mengajar pada Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf
Internasional (RSMABI)

3

B. Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah.
1. Apa saja bahan ajar Biologi yang telah diterapkan dalam pembelajaran
Biologi materi Ekosistem di RSMABI?
2. Bagaimana mengembangkan modul materi Ekosistem berbasis SETS untuk
pembelajaran RSMABI?
3. Bagaimana efektivitas modul materi Ekosistem berbasis SETS yang
dikembangkan?
C. Penegasan istilah
Dalam penelitian ini perlu dijelaskan istilah yang digunakan untuk
mengetahui batasan dalam penelitian ini. Adapun istilah yang perlu dijelaskan
adalah sebagai berikut.
1. Modul materi Ekosistem berbasis SETS
Modul adalah buku yang ditulis, disusun, dan disajikan sedemikian rupa
sehingga pembacanya diharapkan dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan
bimbingan guru (Supriyanto 2006, Depdiknas 2008b). SETS merupakan
singkatan dari Science, Environment, Technology, dan Society. SETS sebagai
salah satu pendekatan pembelajaran, sangat dianjurkan dalam pengajaran sains
karena memberikan peluang yang lebih bagi siswa untuk memperoleh
pengetahuan sekaligus kemampuan berpikir analisis sintesis, memberi wadah
kepada pendidik dan siswa untuk berkreasi dan berinovasi, serta memberikan
kesempatan bagi pendidik dan siswa untuk mengaktualisasikan diri ( Binadja
2010).
Modul materi Ekosistem berbasis SETS yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah bahan pembelajaran mandiri berbahasa Inggris pada materi Ekosistem
yang disusun secara sistematis berdasarkan ciri khas pendekatan SETS.
Penggunaan

bahasa

Inggris

didasarkan

pada

salah

satu

karakteristik

pembelajaran dalam RSBI untuk mata pelajaran Matematika dan IPA
(Dispendikkabprob 2008). Pengembangan modul materi Ekosistem berbasis

4

SETS dalam penelitian ini didefinisikan sebagai tingkat keterterapan modul
materi Ekosistem berbasis SETS dalam pembelajaran.
2. Efektivitas modul materi Ekosistem berbasis SETS
Efektivitas merupakan derajat kegunaan atau keefektifan sesuatu. Sesuatu
dikatakan efektif bila dapat membawa hasil (KBBI 2010). Efektivitas modul
dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan hasil belajar siswa. Hasil belajar
dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif setelah seluruh kegiatan
pembelajaran materi Ekosistem menggunakan modul selesai dilakukan. Hasil
belajar dalam penelitian ini didefinisikan sebagai selisih nilai pre-test dan posttest materi Ekosistem. Modul yang dikembangkan efektif jika selisih nilai pretest dan post-test kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol serta
dibuktikan dengan uji-t.
D. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. mendeskripsikan bahan ajar yang sudah digunakan dalam pembelajaran
Biologi di RSMABI,
2. menghasilkan modul materi Ekosistem berbasis SETS yang valid dan dapat
diterapkan dalam pembelajaran di RSMABI,
3. mengevaluasi efektivitas penerapan modul materi Ekosistem berbasis SETS
sebagai bahan ajar.
E. Manfaat penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihakpihak terkait, yaitu:
1.

modul yang dihasilkan dapat memberikan alternatif bahan ajar bagi guru
sehingga memudahkan kegiatan pembelajaran,

2.

memberikan sumber belajar materi Ekosistem yang sistematis bagi siswa,

3.

sekolah dapat mensosialisasikan penggunaan modul dan menggandakannya
untuk melengkapi fasilitas dan menunjang kegiatan belajar mengajar pada
RSMABI.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

1. Hasil penelitian pendukung
Penggunaan modul dalam pembelajaran dilaporkan dapat membantu siswa
dalam meningkatkan pemahaman, mencapai kriteria ketuntasan minimal,
mampu membawa siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, membiasakan
siswa untuk menemukan konsep dalam kegiatan pembelajaran mandiri dan
keterampilan bahasa asing (Mak & Arthur 1997, Bestari 2009, Iramawati 2009,
Narulita 2009, Sahara 2009, Radzuan 2010). Penerapan pendekatan SETS dalam
pembelajaran dilaporkan dapat meningkatkan aktivitas, hasil belajar dan
keterampilan mengelola lingkungan (Nani 2008, Khulaiyah 2010, Puspitasari
2010). Penelitian pengembangan modul berbasis SETS dalam bahasa Indonesia
untuk materi pencemaran lingkungan dalam telah dilakukan dan dapat
membantu pemahaman siswa (Erviana 2010). Hasil-hasil positif penelitian
tersebut mendukung adanya pengaruh penerapan modul berbasis SETS terhadap
aktivitas, hasil belajar, keterampilan pengelolaan lingkungan dan bahasa.

2. Modul berbasis Science, Environment, Technology dan Society sebagai
bahan ajar
Bahan ajar merupakan seperangkat informasi secara tertulis maupun tidak
tertulis yang harus diserap siswa dan digunakan untuk membantu guru dalam
proses pembelajaran yang menyenangkan (Iskandarwassid 2008, Depdiknas
2006). Sifat bahan ajar dapat dibedakan ke dalam beberapa kategori yaitu fakta,
konsep, prinsip dan keterampilan. Menurut Iskandarwassid (2008) bahan ajar
yang disampaikan pada siswa harus memenuhi kriteria sebagai berikut.
a. Relevan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar.
b. Bahan ajar merupakah isi pembelajaran dan penjabaran dari standar
kompetensi dan kompetensi dasar tersebut.
c. Memberikan motivasi siswa untuk belajar lebih jauh.

5

6

d. Berkaitan dengan bahan sebelumnya.
e. Bahan disusun secara sistematis dari yang sederhana menuju kompleks.
f. Praktis.
g. Bermanfaat bagi peserta didik.
h. Sesuai dengan perkembangan zaman.
i. Dapat diperoleh dengan mudah.
j. Menarik minat peserta didik.
k. Memuat ilustrasi yang menarik hati peserta didik.
l. Mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan
peserta didik.
m. Berhubungan erat dengan pelajaran-pelajaran lainnya.
n. Menstimulasi aktivitas pribadi siswa yang menggunakannya.
o. Menghindari konsep yang samar agar tidak membingungkan peserta didik.
p. Mempunyai sudut panjang yang jelas dan tegas.
q. Membedakan bahan ajar untuk anak dan untuk orang dewasa.
r. Menghargai perbedaan pribadi pemakainya.
Bahan ajar dalam pembelajaran juga mempunyai peranan sebagai berikut.
a. Mencerminkan sudut panjang yang tajam dan inovatif mengenai pengajaran,
serta mendemonstrasikan aplikasinya dalam bahan ajar yang disajikan.
b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah yang kaya, mudah dibaca dan
bervariasi, sesuai dengan minat dan kebutuhan para peserta didik.
c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap.
d. Menyajikan metode dan sarana pengajaran untuk memotivasi peserta didik.
e. Menjadi penunjang bagi latihan-latihan dan tugas-tugas praktis.
f. Menyajikan bahan evaluasi dan remedial yang serasi dan tepat guna.
Berdasarkan teknologi yang digunakan, bahan ajar dikelompokkan menjadi
empat kategori yaitu:
a. bahan ajar cetak (printed) yang meliputi handout, buku, modul, lembar kerja
siswa, brosur, leaflet, wallchart, gambar, dan maket,
b. bahan ajar dengar (audio) seperti kaset, radio, piringan hitam dan compact
disk audio,
c. bahan ajar audio visual seperti video, film, video compact disk (VCD),

7

d. bahan ajar multimedia interaktif (interactive teaching material) seperti CAI
(Computer Assisted Instruction), compact disk (CD) multimedia interaktif,
dan bahan ajar berbasis web (web based learning materials).
Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun secara
sistematis, menarik, dan berisi materi tertentu untuk dapat digunakan sebagai
bahan belajar mandiri pembacanya (Russel 1974, Supriyatno 2006). Modul yang
disusun merupakan bahan ajar yang akan digunakan dalam proses belajar
mengajar pada RSBI sehingga ditulis dengan menggunakan bahasa Inggris.
Modul sebagai bahan pembelajaran menurut sub bagian direktur jenderal
pembelajaran Sekolah Menengah Kejuruan (2010) mempunyai karakteristik
sebagai berikut.
a. Self instructional, siswamampu membelajarkan diri sendiri tidak tergantung
pihak lain.
b. Self contained, seluruh materi pembelajaran dari satu standar kompetensi
atau kompetensi dasar yang dipelajari terdapat dalam satu modul secara
utuh.
c. Stand alone, modul tidak tergantung pada media lain atau tidak harus
digunakan bersama-sama dengan media lain.
d. Adaptif, modul memiliki daya daptasi yang tinggi terhadap perkembangan
ilmu dan teknologi.
e. User friendly, modul memenuhi kaidah bersahabat atau akrab dengan
pemakainya.
Modul sebagai bahan belajar mandiri tanpa bimbingan guru dikemukakan
oleh Anonim (2006) paling tidak berisi tentang petunjuk belajar (petunjuk siswa
dan guru), kompetensi yang akan dicapai, content atau isi materi, informasi
pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja, evaluasi,
dan balikan terhadap hasil evaluasi. Modul dengan karakteristik tertentu menurut
Richardson (2008) juga disusun dengan susunan tertentu pula antara lain seperti
disebutkan di bawah ini.
a. Bagian sampul dengan judulnya.
b. Daftar isi.

8

c. Bagian yang berpusat pada satu komponen isi, setiap bagian dilengkapi
pemisah.
d. Foto yang sesuai pada setiap bagian untuk menvisualisasikan sesuatu.
e. Lembar mengenai fakta yang terjadi, pamflet pada setiap bagian.
f. Kaset audio bila diperlukan dan sesuai, untuk menjelaskan setiap bagian.
Modul berbasis Science, Environment, Technology dan Society (SETS)
merupakan bahan ajar cetak yang disusun berdasarkan karakteristik pendekatan
SETS. Penyusunan modul dengan karakteristik SETS diharapkan dapat
merangsang siswa untuk berpikir logis, analitis, dan sintesis dengan
menghubungkan sains yang mereka pelajari dengan teknologi, lingkungan dan
sosio kultural yang ada di sekitar mereka (Binadja 2002, Pedretti 2003).
Modul berbasis SETS mengaitkan komponen sains dalam materi dengan
komponen SETS lainnya. Keterkaitan unsur sains dalam modul dengan
komponen-komponen SETS divisualisasikan pada Gambar 1.
Masyarakat

Sains

Lingkungan

Teknologi

Gambar 1 Saling keterkaitan unsur SETS

Binadja (2002) mengungkapkan beberapa karakteristik yang perlu
ditampilkan dalam pembelajaran Biologi berpendekatan SETS, yaitu:
a. tetap memberi pembelajaran konsep biologi yang diinginkan dalam modul,
b. siswa dibawa ke situasi untuk melihat teknologi yang berkaitan dengan
materi dalam modul atau memanfaatkan konsep materi dalam modul ke
bentuk teknologi untuk kepentingan masyarakat,

9

c. siswa diminta untuk berpikir mengenai berbagai kemungkinan akibat positif
dan negatif yang terjadi dalam proses pentransferan konsep materi ke dalam
bentuk teknologi,
d. siswa diminta menjelaskan keterkaitan antara materi dalam modul (unsur
sains) dengan unsur-unsur lain dalam SETS,
e. siswa dibawa untuk mempertimbangkan manfaat dan kerugian menggunakan
materi dalam modul yang diterapkan ke dalam bentuk teknologi,
f. siswa diajak untuk mencari jalan alternatif untuk mengatasi kerugian
penerapan teknologi tersebut terhadap masyarakat dengan mencari atau
menemukan teknologi yang lebih baik,
g. dalam konteks konstruktivisme, siswa diajak untuk berbicara mengenai
keterkaitan materi dalam modul dengan unsur yang dalam SETS melalui
berbagai macam arah sesuai dengan pengetahuan awalnya.
Konsep materi dalam modul disesuaikan dengan perkembangan dan kondisi
yang ada saat ini dan diperoleh dari berbagai sumber seperti televisi, internet,
surat kabar, majalah dan kejadian nyata yang terjadi di sekitar siswa.
Pengintegrasian wawasan SETS dalam bacaan dalam hal ini adalah modul akan
menjadikan produk tulisan yang lebih kaya nuansa yang mendorong
kekritisan,kreativitas, dan keinovatifan pembaca (Binadja 2000).
Langkah–langkah yang ditempuh dalam pengembangan modul menurut
Supriyatno (2006) meliputi empat langkah di bawah ini.
a. Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, disusun Garis–Garis Besar Isi Modul (GBIM)
yang selanjutnya dijadikan pedoman penulisan modul bahan ajar. Identifikasi
aspek yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar
(KD) serta identifikasi jenis materi bahan ajar akan membantu proses
pemilihan bahan ajar yang sesuai untuk dijadikan sebagai sumber bahan ajar
(Depdiknas 2006).
Faktor yang perlu diperhatikan dan dijadikan landasan dalam
penyusunan modul setelah identifikasi aspek dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Siswa yang akan memanfaatkan modul yang akan disusun.
2) Tujuan umum dan tujuan khusus yang akan dicapai dalam pembelajaran.

10

3) Materi yang akan disampaikan dalam modul.
4) Sistematika atau urutan penyajian materi pelajaran.
5) Metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran.
6) Penilaian terhadap siswa yang akan dilakukan.
7) Alokasi waktu pada setiap materi pelajaran yang disajikan.
8) Cara menilai dan merevisi modul tersebut.
b. Penulisan modul
Penulisan modul adalah proses menuangkan materi yang disusun dalam
GBIM. Persiapan outline penulisan yang meliputi penentuan topik bahasan
yang akan disajikan serta mengatur urutan materi sesuai dengan urutan tujuan
dalam modul perlu dilakukan sebelum penulisan modul.
c. Review modul
Review dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disusun
berdasarkan kriteria tertentu. Hasil penilaian tersebut akan digunakan sebagai
dasar perbaikan terhadap kriteria yang ditemukan kekurangannya.
d. Tahap uji coba modul
Modul diuji cobakan terhadap beberapa sampel sasaran belajar untuk
mengetahui efektivitasnya. Uji coba dapat dilakukan secara terbatas namun uji
coba secara empirik realistik di lapangan masih diperlukan untuk memberikan
informasi dalam rangka penyempurnaan modul.
Modul pembelajaran pada dasarnya mudah untuk dikembangkan, tetapi
dibutuhkan perencanaan yang matang dalam proses penyusunannya agar sesuai
dengan kurikulum, dapat memenuhi kebutuhan siswa dan evaluasi dalam
pengembangannya

(Hand

2001,

Packham

2001).

Sistem

pengajaran

menggunakan modul mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan
Kelebihan penggunaan modul menurut e library UT (2008) adalah a) dapat
menghemat waktu guru dalam mengajar dan mengubah peran guru menjadi
fasilitator sehingga proses pembelajaran lebih efektif, b) siswa dapat belajar
lebih mandiri, c) mudah dipelajari dimanapun dan kapanpun, dan d) dapat
mempelajari tidak menggunakan alat. Sedangkan kekurangan penggunaan
modul adalah a) tidak mampu mempresentasikan gerakan, b) pemaparan materi
cenderung linier, dan c) pembuatan modul cenderung memerlukan biaya
mahal.

11

3. Materi Ekosistem
Ekosistem merupakan salah satu materi untuk siswa SMA kelas X pada
semester genap. Materi ini merupakan standar kompetensi (SK) ke empat yaitu
menganalisis hubungan antara komponen Ekosistem, perubahan materi dan
energi serta peranan manusia dalam keseimbangan Ekosistem. Materi ini
membahas komponen Ekosistem, aliran energi, daur biogeokimia, kegiatan
manusia dan masalah lingkungan, pencemaran lingkungan, pelestarian
lingkungan, limbah dan daur ulang. Pokok bahasan Ekosistem terangkum dalam
empat kompetensi dasar (KD) dalam BSNP (2006) yang harus dimiliki oleh
siswa yaitu meliputi:
a. mendeskripsikan peran komponen Ekosistem dalam aliran energi dan daur
biogeokimia serta pemanfaatan komponen Ekosistem dalam kehidupan,
b. menjelaskan keterkaitan antara kegiatan manusia dengan masalah
perusakan/pencemaran lingkungan dan pelestarian lingkungan,
c. menganalisis jenis-jenis limbah dan daur ulang,
d. membuat produk daur ulang limbah.
4. Belajar, pembelajaran dan hasil belajar
Belajar diartikan sebagai

proses rekonstruksi makna,

perubahan

pengetahuan atau perilaku yang permanen sebagai hasil dari pengalaman
interaksi antara individu dengan lingkungannya dan bisa melaksanakannya pada
pengetahuan lain serta dapat mengkomunikasikannya kepada orang lain (Anni
2001, Pidarta 2007, Sardiman 2008, Woolfolk 2001). Sardiman (2008)
mengungkapkan terdapat beberapa prinsip yang berkaitan dengan makna belajar,
yaitu:
a. belajar pada hakikatnya menyangkut potensi manusiawi dan kelakuannya,
b. belajar memerlukan proses dan penahapan serta kematangan diri para
siswa,
c. belajar akan lebih mantap dan efektif, bila didorong dengan motivasi,
terutama motivasi dari diri pembelajar,
d. dalam banyak hal, belajar merupakan proses percobaan dan pembiasaan,
e. kemampuan

belajar

seorang

menentukan isi pelajaran,

siswa

harus

diperhitungkan

dalam

12

f. belajar dapat dilakukan dengan pengajaran secara langsung, pengalaman,
dan pengenalan atau peniruan,
g. belajar melalui praktik akan lebih efektif membina sikap, keterampilan,
cara berpikir kritis dibanding belajar hafalan,
h. perkembangan pengalaman anak didik akan mempengaruhi kemampuan
belajar,
i. bahan pelajaran yang bermakna akan lebih mudah dan menarik untuk
dipelajari,
j. informasi tentang kelakuan baik, pengetahuan, kesalahan, serta
keberhasilan siswa banyak membantu kelancaran dan gairah belajar,
k. belajar sedapat mungkin diubah ke dalam bentuk aneka ragam tugas,
sehingga siswa dapat mengalaminya sendiri.
Staton dalam Sardiman (2008) mengemukakan beberapa faktor psikologis
dapat mempengaruhi belajar seseorang. Faktor-faktor tersebut yaitu a) motivasi
yang tergantung dari faktor pengalaman, b) konsentrasi untuk membuat materi
cenderung lebih berkesan, c) reaksi yang diwujudkan sebagai keterlibatan unsur
fisik maupun mental, d) pengorganisasian stimulus, e) pemahaman yang kreatif,
dan f) ulangan.
Pembelajaran merupakan proses pencocokan antara struktur kognitif
seseorang dengan lingkungan fisiknya (asimilasi) dan proses modifikasi struktur
kognitif (akomodasi) untuk menciptakan hubungan harmonis antara dirinya
dengan lingkungan (ekuilibrasi) (Piaget dalam Olson 2008). Belajar dan
pembelajaran saling berkaitan satu sama lain, karena belajar merupakan sebuah
sistem. Prinsip-prinsip dalam belajar dikemukakan oleh Pidarta (2007) sebagai
berikut.
a. Kontiguitas, memberikan situasi atau materi yang mirip dengan harapan
pendidik tentang respons yang diharapkan, beberapa kali dan berturut-turut.
b. Pengulangan, situasi dan respons anak diulang-ulang atau dipraktikan agar
belajar lebih sempurna dan lebih lama diingat.
c. Penguatan,

respons

yang

benar

misalnya

mempertahankan dan menguatkan respons itu.
d. Motivasi positif dan percaya diri dalam belajar.

diberi

hadiah

untuk

13

e. Tersedia materi yang lengkap untuk memancing aktivitas anak.
f. Ada upaya untuk membangkitkan keterampilan intelektual untuk belajar,
seperti apersepsi dalam mengajar.
g. Ada strategi yang tepat untuk mengaktifkan anak-anak dalam belajar.
h. Aspek-aspek jiwa anak harus dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor dalam
pengajaran.
Proses belajar yang begitu kompleks dan sulit diketahui dengan pasti
terjadinya memunculkan beberapa macam teori. Pertama, teori belajar menurut
ilmu jiwa daya yang menganggap dalam diri manusia terdapat bermacammacam daya yang dapat dilatih untuk memfungsikannya. Contoh pelatihan
dalam teori ini misalnya untuk melatih daya ingat dalam belajar dilakukan
dengan menghafal kata-kata, angka-angka, dan istilah. Keberhasilan belajar
dalam teori ini bukan penguasaan bahan atau materinya, melainkan hasil
pembentukan daya-daya tersebut. Kedua, teori belajar menurut ilmu jiwa Gestalt
yang berpandangan bahwa keseluruhan lebih penting dari unsur-unsurnya
sehingga kegiatan belajar selalu dimulai dengan pengamatan menyeluruh.
Menurut aliran teori ini, seseorang dikatakan belajar jika telah mampu melihat
hubungan-hubungan tertentu antara berbagai unsur dalam situasi tertentu
(insight) yang kemunculannya tergantung pada kesanggupan, pengalaman, taraf
kompleksitas situasi, latihan serta trial and error. Ketiga, teori belajar menurut
ilmu jiwa asosiasi yang meliputi teori konektionisme dari Thorndike dan teori
conditioning dari Pavlov. Menurut Thorndike, belajar adalah asosiasi antara
kesan panca indera (sense impression) dengan impuls untuk bertindak (impuls to
action). Asosiasi antara stimulus dan respon ini akan menjadi terbiasa dan
otomatis

berkat

latihan yang terus

menerus.

Sementara itu,

Pavlov

mengungkapkan perubahan perilaku pada seseorang lebih diakibatkan oleh
sesuatu yang telah dipelajari sebelumnya dan menjadi kebiasaan. Keempat, teori
konstruktivisme yang menekankan bahwa pengetahuan seseorang adalah
konstruksi (bentukan) orang itu sendiri. Teori ini menyatakan pengetahuan
selalu merupakan akibat dari suatu konstruksi kognitif kenyataan melalui
kegiatan aktif seseorang (Sardiman 2008). Teori ini didasarkan pada pendapat

14

Piaget yang mengemukakan bahwa pengalaman pendidikan selama proses
belajar harus dibangun di seputar struktur kognitif pembelajar ( Olson 2008)
Terdapat empat asumsi utama pada pendidikan konstruktivisme yang
meliputi a) informasi baru yang diperoleh diubah dan diinterpretasikan
berdasarkan pengetahuan sebelumnya, b) proses asimilasi dan akomodasi
mengarahkan ke konstruksi baru, c) kemampuan siswa membuat hipotesis,
memprediksi, memanipulasi dan mengkonstruksikan pengetahuan merupakan
pembelajaran yang lebih bermakna daripada mengingat sebuah fakta, dan d)
pembelajaran bermakna terjadi melalui refleksi dan dengan menghubungkan
pengetahuan baru menjadi konsep pengetahuan (Muirhead dalam Brandon &
Anita 2010). Peran guru dalam pendidikan berbasis konstruktuvisme adalah
sebagai fasilitator dan pelatih yang mengarahkan siswa untuk melakukan
percobaan, menyelesaikan suatu masalah, refleksi diri, membuat peta konsep
dan berdiskusi untuk menambah pengetahuan dan pemahaman (Brandon &
Anita 2010).
Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan pengetahuan yang
diperoleh setelah mengalami proses belajar (Anni 2001, Depdiknas 2008a,
Sardiman 2008). Hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang
kognitif, afektif, dan psikomotoris. Unsur penting yang dijadikan sebagai dasar
penilaian adalah rumusan kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan
dikuasai siswa (kompetensi). Hasil belajar yang dicapai siswa merupakan akibat
dari proses pembelajaran yang ditempuh atau pengalaman belajarnya
(Depdiknas 2008a). Suparno dalam Sardiman (2006) mengungkapkan bahwa
hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman subyek belajar dengan dunia fisik dan
lingkungannya. Hasil belajar juga tergantung pada apa yang telah diketahui
subyek belajar, tujuan, motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan
bahan yang sedang dipelajari.
5. Rintisan SMA Bertaraf Internasional
Rintisan SMA Bertaraf Internasional (RSBI) adalah sekolah nasional
yang menyiapkan diri menjadi Sekolah Bertaraf Internasional (SBI) untuk
menghasilkan siswa berbasis Standar Nasional Pendidikan (SNP) Indonesia

15

berkualitas dan

berdaya saing internasional. Sekolah ini mempunyai

karakteristik a) menerapkan KTSP yang dikembangkan dari standart isi, standart
kompetensi kelulusan dan kompetensi dasar yang diperkaya dengan muatan
internasional, b) menerapkan proses pembelajaran dalam bahasa Inggris,
minimal untuk mata pelajaran MIPA dan bahasa Inggris, c) mengadopsi buku
teks yang dipakai SBI negara maju, d) menerapkan standar kelulusan yang lebih
tinggi dari standar kompetensi lulusan (SKL) yang ada dalam SNP, e) pendidik
dan tenaga kependidikan memenuhi standart kompetensi yang ditentukan dalam
SNP, f) sarana prasarana memenuhi SNP, dan g) penilaian memenuhi standar
nasional

dan

internasional

(Dispendikabprob

2008,

Kustulasari

2009,

Kemendiknas 2010). Dasar hukum penyelenggaraan RSBI ini adalah UndangUndang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Visi RSBI juga dirancang agar memenuhi tiga indikator, yaitu:
mencirikan wawasan kebangsaan, memberdayakan seluruh potensi kecerdasan
(multiple intelegencies), dan meningkatkan daya saing global. Penjabaran visi
berupa misi dirancang untuk dijadikan referensi dalam menyusun serta
mengembangkan rencana program kegiatan dengan indikator pada akronim
SMART yang berarti spesifik (Specific), dapat diukur (Measurable), dapat
dicapai (Achievable), realistik (Realistic), dan memiliki kurun waktu jangkauan
yang jelas (Time Bound). Misi ini direalisasikan melalui kebijakan, rencana,
rencana, program, dan kegiatan SMA bertaraf internasional yang disusun secara
cermat, tepat, futuristik, dan berbasis demand-driven (Depdiknas 2008c)
Pengembangan RSMABI berdasarkan Pedoman Penjaminan Mutu
Sekolah atau Madrasah Bertaraf Internasional yang dikeluarkan oleh Mendiknas
terdiri dari dua fase. Pertama, fase rintisan yang meliputi tahap pengembangan
yang berlangsung selama tiga tahun dan tahap konsolidasi yang berlangsung
selama dua tahun. Pada fase ini sekolah diharapkan telah menemukan praktekpraktek yang baik, inovasi serta kreasi keunggulan yang mendukung
perkembangan tahap selanjutnya. Kedua, fase kemandirian yang dimulai pada
tahun keenam. Pada fase ini RSMABI diharapkan telah mampu bersaing secara

16

internasional yang ditunjukkan dengan kemampuan yang tangguh dalam
kurikulum, PBM, penilaian, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
prasarana, pembiayaan, pengelolaan dan kepemimpinan (Depdiknas 2008c)
B. Kerangka berpikir
Kerangka berpikir pengembangan modul materi Ekosistem berbasis SETS
dalam penelitian ini dijelaskan melalui Gambar 2.
Penggunaan modul meningkatkan pengetahuan, dan
pendekatan SETS meningkatkan pemahaman serta hasil
belajar siswa (Nani 2008, Bestari 2009, Khulaiyah 2010)

 guru belum mengembangkan modul
berbahasa Inggris untuk digunakan dalam
pembelajaran RSBI,
 pendekatan SETS belum digunakan dalam
materi Ekosistem yang mencakup interaksi
manusia dengan lingkungan
 lingkungan yang merupakan bidang kajian
materi Ekosistem berubah seiring dengan
perkembangan zaman, sehingga diperlukan
pengembangan bahan ajar yang sesuai dengan
kondisi saat ini.

 Modul mudah dipelajari dimanapun
dan kapanpun secara mandiri
 SETS menunjukkan interaksi
manusia dengan lingkungan seperti
pada materi Ekosistem
 Kegiatan SETS memberikan
pengalaman lebih
 Pengalaman memicu timbulnya
insight sehingga belajar lebih
bermakna
 Belajar yang bermakna
mempengaruhi hasil belajar

Pengembangan modul materi Ekosistem
berbasis SETS sebagai bahan ajar siswa
RSMABI
Modul materi Ekosistem berbasis SETS
efektif diterapkan dalam pembelajaran
RSMABI
Gambar 2 Kerangka berpikir pengembangan modul materi Ekosistem berbasis
SETS untuk siswa RSMABI
C. Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah tingkat keterterapan modul materi
Ekosistem berbasis SETS berpengaruh terhadap hasil belajar siswa RSMABI.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Tempat dan waktu penelitian
Tahap identifikasi masalah dan uji coba tingkat keterbacaan modul yang
dikembangkan dilakukan di SMA Negeri 1 Kebumen yang beralamat di jalan
Mayjen Sutoyo nomor 7 Kebumen pada bulan April 2010 dan Mei 2011. Tahap
uji coba pemakaian melalui eksperimen dilakukan di SMA Negeri 1 Ungaran
yang beralamat di jalan Diponegoro nomor 42 Ungaran pada bulan Juni 2011.
Kedua tahap tersebut dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2010/2011.
Peta lokasi penelitian selengkapnya terdapat pada Lampiran 25.

B. Subyek penelitian
Subyek dalam uji coba keterbacaan modul adalah sepuluh siswa kelas X
SMA Negeri 1 Kebumen dan untuk uji pemakaian modul adalah 61 siswa kelas X
SMA Negeri 1 Ungaran dengan satu kelas kontrol dan eksperimen. Isaac dan
Michel dalam Sugiyono (2008) memberikan rumus untuk menentukan sampel
dalam penelitian agar dapat dilakukan penggeneralisasian sebagai berikut.
s=

. . .
( − 1) +

. .
keterangan:
s = jumlah sampel
N = Jumlah populasi
= nilai tabel chisquare dengan dk=1, taraf kesalahan bias 1%, 5% &, 10%
P = proporsi sebagai dasar asumsi pembuatan tabel, = = 0,5
d = derajat ketepatan yang direfleksikan oleh kesalahan yang dapat ditoleransi
dalam fluktuasi proporsi sampel P, d diambil 0,01
Berdasarkan rumus di atas diperoleh perhitungan sebagai berikut.
3,84.53.0,5.0,5
s
2
0,05 (53  1)  3,84.0,5.0,5
50,88
1,09
= 47


17

18

Subyek uji coba dalam penelitian ini diambil dengan metode convenience
purposive sampling. Subyek uji coba ini diambil berdasarkan ketentuan surat
keputusan kepala sekolah SMA Negeri 1 Kebumen dan SMA Negeri 1 Ungaran
yang menentukan kelas yang dapat digunakan untuk penelitian, di samping saran
guru, pertimbangan waktu dan sumber daya. Kelas kontrol dan eksperimen dalam
penelitian ini diasumsikan memiliki kondisi psikologis dan kondisi sosial yang
sama.

C. Variabel penelitian
Variabel penelitian merupakan suatu atribut, sifat, nilai dari orang, obyek,
kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono 2008). Variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah:
1.

variabel bebas: tingkat keterterapan modul materi ekosistem berbasis SETS,

2.

variabel terikat: hasil belajar, yaitu selisih nilai pretest dan posttest materi
ekosistem.

D. Prosedur penelitian
Penelitian ini mengembangkan sebuah modul pembelajaran materi
Ekosistem berbasis SETS dengan bahasa pengantar bahasa Inggris. Rancangan
penelitian dapat dijelaskan dengan Gambar 3.
Identifikasi
potensi dan
masalah

Uji coba
pemakaian
modul

Revisi modul

Pengumpulan
data

Desain modul

Validasi desain
modul

Draf 1

Revisi modul
Draf 3

Uji keterbacaan
modul

Revisi desain
modul
Draf 2

Produk final modul
berbasis SETS

Gambar 3 Langkah-langkah metode Research and Development (R&D)
(Sugiyono 2008:298)

19

Kegiatan research pada metode Research and Development (R&D) tidak
hanya dilakukan pada tahap need assessment, tetapi juga pada proses
pengembangan modul yang memerlukan kegiatan pengumpulan dan analisis
data yaitu pada tahap proses validasi ahli dan pada tahap validasi empiris atau
uji coba (Latief 2009). Untuk mempermudah langkah-langkah pengembangan
dan validasi, perlu diidentifikasi instrumen dan subyek uji coba untuk setiap
langkah yang disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Langkah-langkah pengembangan dan validasi produk
Langkah
pengembangan
Identifikasi potensi
dan masalah
Desain Produk
(Draf 1)
Analisis dan revisi 1
Uji coba Produk
(Draf 2)
Analisis dan revisi 2
Uji coba
Pemakaian
(Draf 3)
Analisis dan Revisi 3
Produk final

Instrumen
Angket ketersedian bahan ajar
Wawancara
Instrumen penilaian modul
materi Ekosistem berbasis SETS

Responden uji
coba
10 orang siswa
2 orang guru
Dosen ahli bahasa
ahli substansi
materi, pakar SETS

Angket keterbacaan modul

10 orang siswa

Tes hasil belajar,
Angket tingkat keterterapan
modul bagi siswa

61 orang siswa
(30 kontrol, 31
eksperimen)

Metode R&D diawali dengan pelaksanaan penelitian (research) dan
pengembangan (development). Prosedur R&D dalam penelitian ini mengacu pada
tahap R&D Sugiyono (2008) dan dapat dijabarkan sebagai berikut.
1. Persiapan penelitian
a. Identifikasi potensi dan masalah
Tahap ini dilakukan di SMA Negeri 1 Kebumen sebagai salah satu
RSBI. Peta lokasi penelitian selengkapnya pada Lampiran 25. Identifikasi
diperoleh dari angket yang diberikan kepada sepuluh orang siswa untuk
menganalisis bahan ajar apa saja yang telah digunakan oleh guru dan
dimanfaatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran Biologi materi
Ekosistem. Wawancara dilakukan kepada guru Biologi di kedua sekolah.
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data meliputi data hasil observasi dan angket need
assessment berupa angket ketersediaan bahan ajar Biologi materi Ekosistem.

20

Proses selanjutnya
njutnya pada tahap ini adalah pengkajian materi Ekosistem yang
meliputi analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator
pencapaian materi Ekosistem. Materi Ekosistem yang sesuai dengan SK dan
KD

dalam silabus BSNP serta fenomena di sekitar yang berkaitan juga

dikumpulkan untuk mendukung dan memudahkan penyusunan materi. Contoh
pembelajaran dengan pendekatan SETS digunakan sebagai acuan dalam
mendesain menyusun modul, mengaitkan materi dengan komponen SETS
lainnya dan instrumen validasi modul. Instrumen pembelajaran yang meliputi
silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) disusun berdasarkan acuan
contoh perangkat
rangkat pembe
pembelajaran dari Binadja (2010)
c. Desain produk
Dalam tahap ini produk berupa modul materi Ekosistem berbasis SETS
dirancang dan disesuaikan
disesuaika dengan instrumen penilaian modul.. Desain modul
dijelaskan
kan pada Gamba
Gambar 4 dan Gambar 5.
Identitas dasar
pengembangan modul
Identitas materi
Gambar yang korelatif
dengan materi

Fenomena yang
berkaitan dengan
Ekosistem
Pertanyaan untuk
merangsang keingintahuan
peserta didik
Kompetensi dasar
d
yang harus dicapai
dicapa
Gambar 4 Desain sampul depan dan pendahuluan modul materi Ekosistem
berbasis SETS

21

Petunjuk kegiatan siswa
yang berkarakteristik
teristik SETS

Ciri khas modul
Permainan agar
peserta didik tidak
bosan

Setiap kompetensi
dasar tersaji dalam
topik
Kata kuncii pada setiap topik
Informasi yang
mengejutkan terjadi
di sekitar siswa

Evaluasi untuk mengukur
keterpahaman
pahaman peserta didik

Gambar 5 Desain content dan evaluasi modul materi Ekosistem berbasis SETS

22

2. Pelaksanaan pengembangan
Produk awal berupa draf modul yang telah dibuat selanjutnya
dikembangkan melalui beberapa tahap yang meliputi.
a. Validasi desain
Modul yang telah dibuat divalidasi oleh pakar. Pakar yang menilai
meliputi pakar bahasa dan kegrafikan, pakar materi, dan pakar pendekatan
SETS. Pakar bahasa dan kegrafikan dalam penelitian ini adalah Ir.Tyas Agung
Pribadi,M.Sc.ST yang merupakan dosen jurusan Biologi Unnes. Pakar materi
Ekosistem adalah Drs. F. Putut Martin HB, M.Si. yang mengampu mata kuliah
Ekologi di jurusan Biologi Unnes. Pakar SETS adalah Parmin, S.Pd., M.Pd.
yang merupakan dosen program studi Ilmu Pengetahuan Alam Unnes yang
mendalami SETS.
Hasil validasi dari pakar materi yang meliputi aspek kelayakan isi dan
penyajian, diperoleh skor validasi maksimal yaitu 44 untuk 22 aspek yang
diajukan, pakar bahasa dan kegrafikan memberikan skor validasi 53 dari skor
maksimal 54 untuk 27 aspek yang diajukan, dan pakar SETS memberikan skor
validasi maksimal yaitu 18 untuk sembilan aspek yang diajukan. Total
persentase dari instrumen validasi adalah 99,14% dan memenuhi kriteria sangat
layak dari tabel kriteria kelayakan modul. Hasil validasi ini menunjukkan
bahwa komponen-komponen dari masing-masing aspek yang diharapkan telah
terpenuhi, kecuali pada aspek kegrafikan. Hasil validasi secara garis besar
ditunjukkan dengan Tabel 2.
Tabel 2 Hasil validasi modul materi Ekosistem berbasis SETS
No

Aspek yang dinilai

Aspek kelayakan isi
A
Aspek kelayakan penyajian
B
Aspek kelayakan bahasa
C
Aspek k

Dokumen yang terkait

Implikasi Hukum Dihapusnya Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional Dan Sekolah Bertaraf Internasional Oleh Mahkamah Konstitusi

0 4 7

Modul Mata Pelajaran Dasar Dasar Teknik Elektronika Di Sekolah Menengah Kejuruan Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional

0 17 219

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Sumber Daya Manusia Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional Majlis Tafsir Al-Qur’an Surakarta.

0 2 16

PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA RINTISAN SEKOLAH MENENGAH ATAS BERTARAF INTERNASIONAL Pengelolaan Sumber Daya Manusia Rintisan Sekolah Menengah Atas Bertaraf Internasional Majlis Tafsir Al-Qur’an Surakarta.

0 2 16

PERBEDAAN KREATIVITAS SISWA SMP PADA SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (SBI) DAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) DI SURAKARTA.

0 1 12

PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF PENGELOLAAN RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL ( Studi Pelaksanaan Rintisan SBI SMA Negeri 1 Boyolali).

0 1 11

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 3 16

PENDAHULUAN Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 4 7

BUDAYA BELAJAR MATEMATIKA SISWA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL Budaya Belajar Matematika Siswa Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (Studi Etnografi Di SMPN2 Rintisan Sekolah Bertaraf Internasioanl Demak).

0 1 16

EFEKTIVITAS KINERJA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL DI KOTA YOGYAKARTA.

2 16 300