Masyarakat Sunda

5. Masyarakat Sunda

Masyarakat Sunda merupakan masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Jawa Barat dan secara turun temurun menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan sehari- hari. Kehidupan ekonomi masyarakat Sunda sudah terlalu kompleks, tetapi sebagian besar

masyarakatnya masih bekerja dalam bidang pertanian, peternakan, industri, perdagangan, dan jasa lainnya.

Sistem kekerabatan pada masyarakat Sunda dipengaruhi oleh adat yang diteruskan secara turun temurun dan kemudian diperkaya dengan pengaruh ajaran Islam. Antara adat dan ajaran Islam telah menyatu dalam kehidupan masyarakat Sunda. Misalnya dalam hal perkawinan, masyarakat Sunda menyelenggarakannya menurut adat istiadat dan sekaligus menurut ajaran agama Islam.

Pada masyarakat pedesaan yang masih berpegang teguh pada ajaran agama, berkem- bang moralitas perkawinan yang mantap, seperti yang terungkap dalam kata-kata: “Lamun nyiar jodo kudu kakupuna” artinya: kalau mencari jodoh harus kepada orang yang sesuai dengan segalanya, baik rupa, kekayaan, maupun keturunannya. Adalagi kata-kata lainnya seperti: “Lamun nyian jodo kudu kanu sawaja sabeusi” artinya: kalau mencari jodoh itu harus mencari yang sesuai dan cocok dalam segala hal.

Dalam upaya mencari jodoh tersebut dilakukan oleh kedua belah pihak, baik pihak laki-laki maupun pihak perempuan. Dimulai dengan cara-cara yang tidak serius, sambil bergurau antara kedua belah pihak yang bertempat di mana saja. Jika ada kecocokan, maka pembicaraan diteruskan dengan acara neundeun omong, yang berarti menaruh perkataan. Kemudian antara kedua belah pihak saling melakukan pengamatan dan penyelidikan se- cara maksimal. Jika kedua belah pihak terdapat kesepakatan acara akan diteruskan dengan pinangan atau pelamaran dengan menggunakan tata cara khusus. Segera setelah itu terjadi persiapan-persiapan untuk upacara pernikahan.

Dalam kehidupan masyarakat Sunda, keluarga yang terpenting adalah keluarga batih, yakni keluarga inti. Selain keluarga batih terdapat juga sekelompok kerabat sekitar ke- luarganya yang menjalin hubungan kekerabatan. Kelompok ini dikenal dengan istilah

golongan. Golongan inilah yang akan diudang dalam upacara-upacara penting seperti khi- tanan, perkawinan, dan sebagainya.

Prinsip garis keturunan dalam kehidupan masyarakat Sunda adalah bersifat bilateral, yakni garis keturunan yang memperhitungkan hubungan kekerabatan melalui garis laki-laki maupun perempuan. Masyarakat Sunda mengenal istilah-istilah untuk tujuh generasi ke atas dan tujuh generasi ke bawah. Tujuh generasi ke atas adalah: kolot, embah, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg , dan gantung siwur. Sedangkan tujuh generasi ke bawah adalah: anak, incu, buyut, bao, janggawareng, udeg-udeg, dan gantung siwur.

76 Sosiologi SMA dan MA Kelas XI IPS

Bahasa Sunda mengandung kesusastraan yang kaya. Bentuk sastra Sunda yang tertua adalah pantun, yakni berisi tentang cerita kepahlawanan nenek moyang masyarakat Sun-

da dalam bentuk puisi yang diselingi dengan prosa. Selain itu berkembang juga kesenian wayang, dan wawacan. Cerita-cerita wayang pada umumnya berasal dari epos Ramayana dan Mahabarata. Sedangkan cerita wawacan banyak diambil dari cerita-cerita Islam.

(6) Masyarakat Bali

Masyarakat Bali merupakan masyarakat yang mendiami pulau Bali dan beberapa pulau kecil yang ada di sekitarnya. Sebagian besar di antara mereka beragama Hindu-Bali, sedangkan sebagian kecil lainnya beragama Islam, Kristen, dan Budha.

Dalam kehidupan masyarakat Bali, perkawinan dianggap merupakan peristiwa yang sangat penting. Pada saat perkawinanah seseorang dianggap telah menjadi warga masyarakat secara penuh. Dengan menjadi warga masyarakat secara penuh berarti akan memperoleh hak-hak dan kewajiban-kewajiban sebagai warga dari kelompok kerabat. Pada masyarakat Bali yang berpegang teguh pada adat istiadat, di antaranya adalah sistem klen (dadia) dan sistem kasta (wangsa), maka perkawinan sedapat mungkin dilakukan di antara mereja yang sederajat, baik dalam klen maupun dalam kasta. Perkawinan adat Bali bersifat

endogamy klen . Perkawinan yang paling dikehendaki oleh masyarakat Bali tradisional adalah perkawinan anak-anak dari dua saudara laki-laki.

Salah satu tarian Bali Sumber: www.travelblog.org

Selain memiliki keindahan alam yang luar biasa, masyarakat Bali juga mengembangkan seni budaya yang tinggi dan beraneka macam. Oleh karena itu, banyak wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan asing, yang berkunjung untuk menikmati

keindahannya. Demikian juga, banyak pelajar yang menjadikan fenomena Bali sebagai objek penelitiannya. Beberapa contoh seni budaya masyarakat Bali adalah wayang, barong,

tari jangerm, tari legong, dan lain-lain. Ditinjau dari segi mata pencaharian, sebagian besar masyarakat Bali bekerja di sector

pertanian. Dalam mengembangkan pertanian, masyarakat Bali memiliki sistem pengairan yang sangat khas yang disebut dengan istilah subak. Subak memiliki pengurus yang