Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan

Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan

A pakah yang dimaksud dengan “syarat”?

Syarat adalah sesuatu yang harus dipenuhi sebelum menjalankan ibadah dan keberadaannya harus kontinyu (terus menerus) sampai selesainya ibadah tersebut.

Dalam pembahasan syarat puasa, para ulama kita membaginya dalam beberapa rincian, yakni: syarat wajib puasa, syarat wajib penunaian puasa dan syarat sahnya puasa. Berikut penjelasannya:

1. Syarat Wajib Puasa 100

Syarat wajibnya puasa yaitu: (1) Islam, (2) berakal, (3) sudah baligh 101 , dan (4) mengetahui akan wajibnya puasa. 102

Syarat Wajibnya Penunaian Puasa 103 Syarat wajib penunaian puasa, artinya ketika ia mendapati waktu

tertentu, maka ia dikenakan kewajiban puasa. Syarat yang dimaksud adalah sebagai berikut:

(1) Sehat, tidak dalam keadaan sakit.

100 Disebut dengan syarat Wujub Shaum. 101 Tanda baligh adalah: (1) Ihtilam, yaitu keluarnya mani dalam keadaan sadar atau

saat mimpi; (2) Tumbuhnya bulu kemaluan; atau (3) Dua tanda yang khusus pada wanita adalah haid dan hamil; (4) Jumhur ulama memilih umur 15 tahun adalah awal baligh bagi seseorang (Lihat Al-Mawsua’ah Al-Fiqhiyah, 2/3005-3008). Namun demikian sebagian fuqaha’ menyatakan bahwa diperintahkan bagi anak yang sudah menginjak usia tujuh tahun untuk berpuasa jika ia mampu sebagaimana mereka diperintahkan untuk shalat. Jika ia sudah berusia 10 tahun dan meninggalkannya –padahal mampu-, maka hendaklah ia dipukul. (Lihat Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9916).

102 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9916 103 Disebut dengan syarat Wujubul Adaa’ Shaum

Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan |45

(2) Menetap, tidak dalam keadaan bersafar. Dalil kedua syarat ini adalah firman Allah , artinya: “Dan barangsiapa yang dalam keadaan sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa),

َنَُّح َضُح َمََْي َح ْضَلأاَو sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain” َنوُرِطْفُت َمََْي ُر ْطِفْلاَو َنَُمَ ُصَح َمََْي ُمَْ َّصلا (Qs Al-

Baqarah 185). Kedua syarat ini termasuk dalam syarat wajib penunaian puasa dan

bukan syarat sahnya puasa dan bukan syarat wajibnya qadha’ puasa. ًُْه ُصَيْلَف َرٍْ َّشلا ُمُسْيِن َدٍَِش ْوَهَذ

Karena syarat wajib penunaian puasa di sini gugur pada orang yang sakit

dan orang yang bersafar. Ketika mereka tidak berpuasa saat itu, barulah َْ mereka qadha’ berdasarkan kesepakatan para ulama. Namun jika mereka ِساَّيلِل ُجيِراَََم َ ِه ْلُق ِثَّلٌِ لأا ِو َغ َكَىَُلَأْسَي

tetap berpuasa dalam keadaan demikian, puasa mereka tetap sah. (3) Suci dari haid dan nifas. Dalilnya adalah hadits dari Mu’adzah َ , dia berkata, “Saya bertanya kepada Aisyah seraya berkata, “Mengapa ًِِخَيْؤُرِل اوُرِطْف أَو ًِِخَيْؤُرِل اَُمَ ُص gerangan wanita yang haid mengqadha’ puasa dan tidak mengqadha’ shalat?” Maka Aisyah َ  menjawab, “Apakah kamu dari golongan Haruriyah?.” Aku menjawab, “Aku bukan Haruriyah, akan tetapi

aku hanya bertanya.” Dia menjawab, “Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan untuk mengqadha’ puasa dan tidak

diperintahkan untuk mengqadha’ shalat” . Berdasarkan kesepakatan para ulama pula, wanita yang dalam keadaan

haid dan nifas tidak wajib puasa dan wajib mengqadha’ puasanya 105 .

Syarat sahnya puasa ada dua, yaitu َ 106 : َ (1) Dalam keadaan suci dari haid dan nifas. Syarat ini adalah syarat ك َرا ُنَت ْي م ظ َغِ ر َشٍْ ْم ُس َّل أَظ َقْد ُسا َّلنا ا ٍَ أُّح

2. Syarat Sahnya Puasa

terkena kewajiban puasa dan sekaligus syarat sahnya puasa. (2) Berniat. Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah

sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana كَراَتُن رٍَْش ُنا َضَمَر ْمُزاَحَأ

ibadah yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi :

"Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya. 107 ” Niat puasa ini akan dijelaskan lebih rinci pada bab selanjutnya.

104 HR Muslim no. 335 105 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9916-9917 106 Lihat Shahih Fiqh Sunnah, 2/ 97 dan Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/ 9917 107 HR Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907, dari ‘Umar bin Al-Khattab 

46 | Tutorial Ramadhan

3. Rukun Puasa Ramadhan

Apa pula yang dimaksud dengan “rukun”? Rukun adalah sesuatu yang harus ada di dalam ibadah karena ia bagian

darinya dan tidak harus kontinyu menjalani sesuatu tersebut sampai selesainya suatu ibadah.

Berdasarkan kesepakatan para ulama, rukun puasa adalah menahan diri dari berbagai pembatal puasa mulai dari terbit fajar (fajar shadiq) hingga terbenamnya matahari 108 .

Hal ini berdasarkan firman Allah : َر ر

"Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam” (Qs Al- Baqarah 187) 109 .

108 Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyah, 2/9915 109 Yang dimaksud dari ayat adalah terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan

yang dimaksud benang secara hakiki. Pembahasan tentang fajar secara rinci akan dijelaskan pada Bab selanjutnya.

Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan |47

“Nabi  lebih banyak lagi

melakukan kebaikan di bulan Ramadhan. Beliau memperbanyak sedekah, berbuat baik, membaca Al-Qur’an, shalat, zikir dan i’tikaf”

Ibnul Qayyim  __________________________________________________________

48 | Tutorial Ramadhan