21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Kepailitan
Istilah “pailit” berasal dari bahasa Belanda “failliet”
, yang mempunyai arti rangkap, yaitu sebagai kata benda dan sebagai kata sifat. Kata
“failliet” sendiri berasal dari bahasa Perancis
“faillite” , yang berarti pemogokan atau
kemacetan pembayaran, sedangkan orang yang mogok atau berhenti membayar dalam bahasa Perancis disebut
“le faili” . Kata kerja
“faillir” berarti gagal.
15
Juga dalam bahasa Inggris kita kenal kata “to fail”
dengan arti yang sama.
16
Menurut Siti Soemarti Hartono, kepailitan merupakan suatu lembaga hukum perdata Eropa. Kepailitan lahir sebagai realisasi dua asas hukum
yang terkandung dalam Pasal 1131 dan Pasal 1132 KUHPerdata.
17
Disebutkan dalam Pasal 1131 KUH Perdata bahwa “Segala kebendaan si berhutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang
sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan”.
Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 1132 KUH Perdata bahwa “Benda-benda itu dimaksudkan sebagai jaminan bagi para kreditornya
15
Siti Soemarti Hartono, Op.cit
, Halaman 53
16
Ibid .,Halaman 54
17
Ibid ., Halaman 53
22
bersama-sama dan hasil penjualan benda-benda itu akan dibagi di antara mereka secara seimbang, menurut imbangan perbandingan tagihan-
tagihan mereka kecuali bilamana di antara para kreditor terdapat alasan- alasan pendahulu yang sah”
Pengertian kepailitan menurut Henry C. Black diartikan sebagai kondisi seorang pedagang yang bersembunyi atau melakukan tindakan
tertentu yang cenderung untuk mengelabui pihak kreditornya
18
. Sedangkan menurut Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, pailit adalah
seseorang yang oleh suatu pengadilan dinyatakan bangkrut dan yang aktivanya atau warisannya telah diperuntukkan untuk membayar hutang-
hutangnya
19
. Pailit, di dalam khasanah ilmu pengetahuan hukum diartikan sebagai
keadaan debitor yang berhenti membayar tidak membayar utang- utangnya.
20
Pernyataan kepailitan tidak perlu ditunjukkan bahwa debitor tidak mampu untuk membayar utangnya, dan tidak dipedulikan, apakah
berhenti membayar itu sebagai akibat dari tidak dapat atau tidak mau membayar.
21
Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang Debitor yang mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan
18
Munir Fuady ,”Hukum Pailit dalam Teori dan Praktek”,
Bandung : Citra Aditya Bahti, 2005, Halaman 8
19
Ibid.
20
Zainal Asikin, Hukum Kepailitan dan Penundaan Pembayaran Utang
, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2001, Halaman 27
21
Siti Soemarti Hartono, Op. cit
, Halaman 55
23
pailit oleh Pengadilan dikarenakan Debitor tersebut tidak dapat membayar utangnya. Harta Debitor dapat dibagikan kepada para Kreditor sesuai
dengan peraturan Pemerintah.
22
Pengertian kepailitan menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 37 tahun 2004 adalah sita umum atas semua kekayaan Debitor Pailit yang
pengurusan dan pemberesannya dilakukan oleh Kurator di bawah pengawasan Hakim Pengawas sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang ini. Berdasarkan uraian di atas dapat dijelaskan bahwa kepailitan adalah
suatu kondisi debitor yang dianggap sudah tidak mampu membayar hutang kreditornya yang telah jatuh tempo.
B. Prinsip-Prinsip Kepailitan