BAB III PUSTAKAWAN PROFESSIONAL
Pustakawan adalah sebutan bagi orang yang bekrja di perpustakaan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pustakawan adalah orang yang bergerak di bidang
perpustakaan atau ahli perpustakaan. Kemudian menurut Kode Etik Ikatan Pustakawan Indonesia, dikatakan bahwa yang dikatakan pustakawan adalah orang
yang bergerak di bidang perpustakaan atau ahli perpustakaan. Pustakawan adalah tenaga profesi yang salah satu kriterianya memiliki ijazah
di bidang perpustakaan atau telah mengikuti pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang kepustakawanan dan memperoleh sertifikat.
Menurut Panji Amoragan seorang professional harus mempunyai ciri sebagai berikut :
1. Mengejar kesempurnaan hasil sehingga dituntut selalu mencari peningkatan
mutu 2.
Meneliti kesungguhan atau ketelitian kerja yang hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan
3. Memiliki ketekunan dan kesibukan seperti tidak mudah puas atau putus asa
sampil hasil tercapai 4.
Mempunyai integritas tinggi yang tidak tergoyahkan oleh keadaan terpaksa atau godaan iman seperti harta atau kenikmatan hidup
5. Memiliki kebulatan fikiran dan perbuatan sehingga mewujudkan efektifitas
kerja Menurut Hermandono, untuk menjadi perpustakaan yang berkelas dunia,
Perpustakaan Nasional harus ditunjang oleh 2 pilar, yaitu : 1.
Kemampuan pustakawan yang menjadi sumber daya manusia 2.
Koleksi perpustakaan yang memadai, terutama yang berkaitan dengan Indonesia
Universitas Sumatera Utara
Pustakawan utama merupakan jenjang profesi tertinggi yang masih langka diraih oleh para pustakawan Indonesia. Oleh karena itu para pustakawan Indonesia
harus lebih banyak lagi untuk meraih prestasi dibidang yang sangat spesifik yaitu tentang pekerjaan kepustakawanan. Hal ini pernah diungkapkan oleh kepala
perpustakaan Republik Indonesia Bapak Hermandono dalam acara pengukuhan Pustakawan Utama, yaitu bapak Drs.John Pieter Rompas, MA di Jakarta. Adapun 2
pustakawan utama sebelum bapak John Pieter adalah : 1.
Bapak DR. H. Sukarman Kanto Soedono, Mh.S 2.
Bapak DR. H. Prabowo Tjiptopranoto Dalam jabatan fungsional pustakawan dapat dikenal dengan Pustakawan
Tingkat Terampil dan Pustakawan Tingkat Ahli. Yang dimaksud dengan ahli adalah orang yang mahir, paham sekali dalam sesuatu atau kepandaian. Dan yang dimaksud
dengan terampil adalah cakap dalam menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan keterampilan cekatan Supriyanto 2003 : 3. Jabatan fungsional keahlian adalah
jabatan fungsional kualifikasi profesional yang pelaksanaan tugas dan fungsinya mensyaratkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang keahlian
Keputusan Presiden no. 87 tahun 1999. Sebagai pustakawan yang professional diharapkan mempunyai beberapa
kegiatan seperti peningkatan : 1.
Mengadakan pendidikan dan pelatihan 2.
Melaksanakan pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka sumber informasi
3. Melaksanakan pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi
4. Meneliti pengkajian dan pengembangan perpustakaan dokumentasi dan
informasi 5.
Melaksanakan pengembangan profesi 6.
Mengadakan kegiatan penunjang lainnya, seperti mengajar, melatih, membimbing seminar, dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya sebagai pustakawan tingkat terampil diharapkan juga mempunyai beberapa kegiatan keterampilan seperti peningkatan pustakawan professional seperti
: 1.
Melaksanakan kegiatan unsur pendidikan dan pelatihan 2.
Melaksanakan pengorganisasian dan pendayagunaan koleksi bahan pustaka atau sumber informasi
3. Melaksanakan pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi
4. Meneliti pengembangan profesi
5. Menyamakan persepsi dengan unsur kegiatan penunjang kepustakawanan
nasional Sebaiknya sebagai pustakawan professional maka profesi yang sudah dimiliki
oleh Pegawai Negeri Sipil yang bekerja di bidang perpustakaan dokumentasi dan informasi yang apabila dilakukan dengan penuh pengabdian atas dasar keikhlasan
dan modal iman, dan ilmu pengetahuan sesuai dengan profesinya baik sebagai abdi negara maupun abdi masyarakat, maka pekerjaan pustakawan tersebut akan bernilai
ibadah yang baik.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN