Kanker Paru Hubungan Cadmium dan kanker paru 8

7 diekskresikan setiap hari dalam urin sangat rendah, sekitar 0,005- 0.01 total beban tubuh. Fraksi ekskresi yang rendah ini berkaitan dengan waktu paruh biologis lebih dari 20 tahun. Pada individu dengan disfungsi tubulus waktu paruh eliminasi kurang dari 10 tahun 1 . 2. 2. Kanker Paru Setiap tahun, kanker primer paru mempengaruhi 93.000 laki-laki dan 80.000 perempuan di Amerika Serikat, 86 meninggal dalam 5 tahun diagnosa, membuatnya menjadi kanker penyebab kematian pada laki-laki dan perempuan. Puncak insiden kanker paru antara 55-65 tahun. Kematian akibat kanker paru 28 dari semua kematian akibat kanker 32 pada laki-laki dan 25 pada perempuan 4 . Istilah kanker paru digunakan terhadap kejadian tumor yang berasal dari epitel pernafasan bronkus, bronkiolus, dan alveoli. Empat jenis kanker paru menurut World Health Organization WHO adalah squamous atau epidermoid carcinoma, small cell oat cell carcinoma, adenocarcinoma termasuk bronchoalveolar dan large cell juga disebut large cell anaplastic carcinoma 4 . Penyebab kanker terbanyak karsinogen dan promoter tumor yang diperoleh melalui asap rokok. Prevalensi rokok di Amerika Serikat 28 laki-laki dan 25 perempuan, usia 18 tahun atau lebih. Resiko relatif perkembangan kanker paru meningkat sekitar 13 kali lipat akibat merokok aktif dan sekitar 1,5 kali lipat oleh perokok pasif. Penyakit paru obstruktif kronis yang juga berhubugan dengan rokok, meningkatkan resiko kanker paru. Tingkat kematian kanker paru berhubugan dengan jumlah rokok yang dihisap, resiko meningkat 60-70 kali lipat terhadap laki-laki yang merokok 2 bungkus per hari selama 20 tahun dibandingkan tidak perokok 4 . Universitas Sumatera Utara 8 Penelitian genetika memperlihatkan perolehan sel kanker paru diakibatkan sejumlah lesi genetik, termasuk aktivasi onkogen dominan dan inaktivasi supresor tumor atau oncogen resesif. Kenyataan memperlihatkan kanker paru mempunyai akumulasi lesi tersebut dengan jumlah banyak 4 . Indentifikasi kanker paru 5-15 bersifat asimtomatik, biasanya diketahui dari hasil foto rontgen dada rutin, skebanyakan dengan beberapa tanda atau gejala. Pertumbuhan tumor primer di sentral atau endobronkial menyebabkan batuk, batuk darah, mengi dan stridor, sesak nafas, dan post obstruktif pneumonitis demam dan batuk produktif. Pertumbuhan perifer tumor primer menyebabkan nyeri dari pleura atau dinding dada, batuk, sesak nafas, dan gejala abses paru karena kavitasi tumor. Penyebaran regional tumor dalam rongga dada melalui pertumbuhan yang berdekatan atau metastasis ke kelenjar limfe regional menyebabkan obstruksi trakea, penekanan esophagus dengan gejala disfagia, paralisa saraf recurrent laryngeal dengan suara serak, paralisa saraf frenikus dengan elevasi hemidiafrgama dan sesak nafas dan paralisa saraf saraf simpatis dengan sindroma Horner enoftalmus, ptosis, miosis, dan tidak berkeringat ipsilateral. Efusi pleura maligna sering menimbulkan sesak nafas. Sindroma Pancoast’s atau superior sulcus tumor berasal dari ekstensi local dari tumor yang tumbuh di apeks paru dengan melibatkan C8, dan Th1 dan Th2, dengan nyeri bahu yang menjalar distribusi ulnar lengan, sering dengan gambaran radiologi destruksi iga satu dan dua. Sering sindroma Horner dan Pancoast’s muncul bersama. Masalah lain penyebaran regional melibatkan sindroma vena cava superior dari obstruksi vascular, ekstensi pericardial dan jantung menimbulkan tamponade, aritmia atau gagal jantung, obstuksi limfe denga efusi pleura, dan penyebaran limfangitis melalu paru dengan hipoksemia dan sesak nafas. Bronchoalveolar carcinoma dapat menyebar transbronkial, Universitas Sumatera Utara 9 menghasilkan pertumbuhan tumor multiple di permukaan alveoli dengan gangguan pertukaran gas, insufisiensi gas, sesak nafas, hipoksemia dan produksi sputum 4 . Alat utama untuk mendiagnosis kanker paru-paru adalah radiologi, bronkoskopi dan sitologi. Nodula soliter terbatas yang disebut coin lesion pada radiogram dada sangat penting dan mungkin merupakan petunjuk dini untuk mendeteksi karsinoma bronkogenik, meskipun dapat juga ditemukan pada banyak keadaan lainnya. CT scan mungkin dapat memberikan bantuan lebih lanjut dalam membedakan lesi-lesi yang dicurigai. Bronkoskopi yang disertai biopsy adalah teknik yang paling baik dalam mendiagnosis karsinoma sel skuamosa, yang biasanya terletak sentral. Biopsi kelenjar skalenus adalah cara terbaik untuk mendiagnosis kanker-kanker yang tidak terjangkau bronkoskopi. Pemeriksaan sitologi sputum, bilasan bronkus, dan pemeriksaan cairan pleura juga memainkan peranan penting dalam diagnosis kanker paru-paru 5 . Baik histologi maupun stadium penyakit sangat penting untuk menentukan diagnosis dan rencana pengobatan. Membedakan antara Squamous Cell Lung Cancer SCLC dan Non Squamous Cell Lung Cancer NSCLC sangat penting. Penentuan stadium kanker paru-paru terbagi dua : 1 pembagian stadium menurut anatomi untuk menentukan luasnya penyebaran tumor dan kemungkinannya untuk sioperasi dan 2 stadium fisiologi untuk menentukan kemampuan pasien untuk bertahan terhadap berbagai pengobatan anti tumor 5 . Pembagian stadium tumor berdasarkan TNM sistem untuk kanker paru-paru dilakukan oleh American Joint Committee on Cancer merupakan metode yang diterima secara luas untuk menentukan perluasan kanker jenis NSCLC. Berbagai T ukuran tumor, N metastasis ke kelenjar limfe regional, dan M ada atau tidaknya metastasis ke distal digabung untuk menentukan kelompok stadium yang berbeda. Ukuran tumor Universitas Sumatera Utara 10 dan histologi ditentukan secara radiologi dan pemeriksaan bahan jaringan. Sebagai tambahan, mediastinokopi sering kali berguna untuk menentukan diagnosis dan untuk memisahkan tumor-tumor yang dapat atau tidak dapat dioperasi. Uji-uji untuk mendeteksi metastasis ke distal termasuk sidik tulang, sidik otak, pemeriksaan fungsi hati, dan sidik hati, limpa dan tulang dengan gallium 5 . Saat sistem TNM dikembangkan untuk karsinoma bronkogenik, pengobatan terhadap SCLC memberikan hasil yang buruk, sehingga tampaknya tidak berguna untuk menerapkan sistem TNM pada jenis kanker paru-paru yang satu ini. Jadi untuk SCLC digunakan suatu sistem pembagian dua stadium yang sederhana. Stadium penyakit yang masih terbatas didefinisikan sebagai SCLC yang masih terbatas pada satu hemitoraks dan kelenjar limfe regional, dan stadium penyakit yang sudah meluas yaitu dimana penyakit sudah meluas lebih dari batasan di atas. Pada sebagian kasus, stadium penyakit yang masih terbatas berhubungan dengan apakah tumor tersebut dapat diberi terapi radiasi 5 . Setelah selesai dilakukan diagnosis histologik dan prosedur penentuan stadium anatomis dan fisiologis, maka dibuat rencana pengobatan keseluruhan. Rejimen pengobatan yang paling sering adalah kombinasi dari pembedahan, radiasi dan terapi 5 . Prognosis secara keseluruhan bagi pasien dengan karsinoma bronkogenik adalah buruk dan hanya sedikit meningkat dalam beberapa tahun terakhir ini, meskipun telah diperkenalkan berbagai agen-agen kemoterapi yang baru. Dengan demikian, penekanan harus diberikan pada pencegahan. Tenaga-tenaga kesehatan harus menganjurkan masyarakat untuk tidak merokok atau hidup dalam lingkungan yang tercemar polusi industri. Tindakan-tindakan protektif harus dilakukan bagi mereka yang bekerja dengan asbes, uranium, kromium, dan materi karsinogenik lainnya 5 . Universitas Sumatera Utara 11

2. 3. Hubungan Cadmium dan Kanker Paru

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KEJADIAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI RS PARU JEMBER

0 20 16

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 15

HUBUNGAN ANTARA KONDISI RUMAH DENGAN KEJADIAN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS KISMANTORO Hubungan Antara Kondisi Rumah Dengan Kejadian Tuberkulosis Paru Di Puskesmas Kismantoro Kabupaten Wonogiri.

0 3 20

HUBUNGAN ANTARA PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DAN OBESITAS DENGAN KEJADIAN KANKER LEHER RAHIM Hubungan Antara Penggunaan Kontrasepsi Hormonal Dan Obesitas Dengan Kejadian Kanker Leher Rahim Di RSUD Kabupaten Sukoharjo.

0 1 16

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pencegahan Dengan Kejadian Kanker Payudara Di Rsud Dr. Moewardi.

0 1 15

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENCEGAHAN DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA Hubungan Antara Pengetahuan, Sikap Dan Perilaku Pencegahan Dengan Kejadian Kanker Payudara Di Rsud Dr. Moewardi.

0 1 16

Referat Hubungan Terapi Hiperbarik Oksigen dengan Kejadian Barotrauma Paru

1 7 27

REFERAT HUBUNGAN ANTARA TERAPI HIPERBARIK OKSIGEN DENGAN KEJADIAN BAROTRAUMA PARU

3 17 8

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYA

0 1 7

HUBUNGAN ANTARA PARITAS DENGAN KEJADIAN KANKER SERVIKS DI YAYASAN KANKER WISNUWARDHANA SURABAYA

0 3 7