Evaluasi Terhadap Petani Peserta Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu)(Kasus : Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

(1)

EVALUASI TERHADAP PETANI PESERTA PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN SLPHT (SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA

TERPADU)

(Kasus : Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

SKRIPSI

Oleh:

RUDI H. HUTAGALUNG 060309001

PKP

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

EVALUASI TERHADAP PETANI PESERTA PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN SLPHT (SEKOLAH LAPANGAN PENGENDALIAN HAMA

TERPADU)

(Kasus : Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir)

SKRIPSI

OLEH :

RUDI H. HUTAGALUNG 060309001

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan

Disetujui Oleh, Komisi Pembimbing :

Ketua Anggota

(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si) NIP. 19541111 198103 1 001 NIP.19650926 199303 1 002

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

ABSTRAK

RUDI H. HUTAGALUNG (060309001), dengan judul skripsi “Evaluasi Terhadap Petani Peserta Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ( Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu)”, studi kasus Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indera Kesuma, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Perbedaan produksi tanaman padi sawah hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP) sebelum dan sesudah pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah, keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian SLPHT, hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi) terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian SLPHT, masalah masalah dan upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian SLPHT.

Untuk menganalisis hipotesis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di desa Hutagaol Peatalun, kecamatan Balige, kabupaten Toba samosir, Penentuan sampel secara sensus, yaitu dimana seluruh sampel digunakan dalam penelitian. Sampel penelitian sebanyak 25 KK, metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung.

Dari penelitian diperoleh hasil : Karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT yang mempunyai hubungan yang signifikan adalah tingkat pendidikan, luas lahan dan produksi. Sedangkan umur, lama berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian di Desa Hutagaol Peatalun.

Kata Kunci : Evaluasi, Program Penyuluhan Pertanian, SLPHT, Karakteristik Sosial Ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi)


(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Parmonangan pada tanggal 25 november 1988, sebagai anak ketiga dari 6 (enam) bersaudara, dari keluarga Bapak E. Hutagalung, S.Pd dan Ibu R. Napitupulu.

Adapun Riwayat Pendidikan yang pernah ditempuh penulis yaitu:

1. Tamat dari SDN 173525 Balige Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir pada tahun 2000.

2. Tamat dari SLTP Negeri 4 Balige pada tahun 2003. 3. Tamat dari SMA N 1 Balige pada tahun 2006.

4. Tahun 2006 diterima di Departemen Sosial Ekonomi, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur SPMB.

5. Bulan Juni 2010 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Lae Luhung, Kecamatan Siempat Nempu Hilir Kabupaten Dairi.

6. Bulan Juli - Agustus 2011 melaksanakan penelitian Skripsi di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.


(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya penulis diberi kesempatan untuk menyelesaikan usulan penelitian yang berjudul “Evaluasi Terhadap Petani Peserta Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu)”, studi kasus Desa Hutagaol Patalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat pada Program studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan untuk mendapatkan gelar Sarjana.

Pada Kesempatan ini dengan segala ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama penyelesaian Skripsi ini.

2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma, M.Si., selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak membantu dalam penyelesaian Skripsi ini dengan memberikan bimbingan dan arahan.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah MS, selaku Ketua Program studi Agribisnis beserta semua staff dan pegawai yang telah membantu hingga penulisan skripsi ini selesai.

4. Keluarga penulis teristimewa ayahanda tersayang E. Hutagalung, S.Pd dan Ibunda tercinta R.Napitupulu, dan abang saya Freddy S Hutagalung, S,Hut , Andar M Hutagalung, S.Pd , adik saya Suhunan M Hutagalung , Rumiris M Hutagalung dan Pitta Putri Wati Hutagalung


(6)

yang telah memberi dukungan baik materi maupun do’a semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini.

5. Terima kasih kepada Cristine Jelita Siahaan,SE yang telah banyak memberikan perhatian, motivasi dan kasih sayang serta kepada teman teman stambuk 2006, 2005, 2007 SEP/PKP, Fair Play FC ( Jan kittoch Pekapers, Yosep Togar, Riwan Mang Naga, Candra BC, Gede Buaya, Fredione batman si Bojak Man, NeoN’s si Jason, Gibson Gigi, Rio Ginting, Rikki Brimob, Jungguk, William Bartal, RI 1_2, Maruli Tumpal, Daniel sirait), 7 bidadari minus 1 ( Ira M S, Martha S, Nora C R, Mika J M, Agustina M, Desy S S, minus Meta J S) atas segala bantuan, dukungan, do’a, semangat dan motivasi dalam penulisan skripsi ini sampai dengan selesai.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima Kasih.

Medan, November 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

PENDAHULUAN Latar Belakang……… ... 1

Identifikasi Masalah……… ... 4

Tujuan Penelitian……….... ... 5

Kegunaan Penelitian………... ... 6

Hipotesis Penelitian……… ... 6

TINJAUAN PUSTAKA Penyuluhan Pertanian………. ... 7

Program Penyuluhan Pertanian……….. ... 7

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)………... ... 9

Teori Evaluasi ……….. ... 13

Kerangka Pemikiran………... ... 18

METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian……… ... 21

Metode Penentuan Sampel Penelitian……… ... 23

Metode Pengumpulan Data……… ... 23

Metode Analisis Data ……… ... 24

Defenisi dan Batasan Operasional………. ... 30

Defenisi………... ... 30

Batasan Operasional……… ... 31

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis……….. ... 32

Kondisi Demografis……….. ... 33

Sarana dan Prasarana……… ... 36

Sarana……… ... 36

Prasarana ... 37

Perbedaan produksi tanaman padi sawah hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP) dalam pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah……….. ... 38

Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT………... 39

Karakteristik Petani Sampel ... 50

Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT di Daerah Penelitian……… ... 51


(8)

Hubungan antara umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan

Program Penyuluhan Pertanian SLPHT……….. ... 51 Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan SLPHT………. ... 52 Hubungan antara Lama Berusahatani dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan SLPHT………. ... 53 Hubungan antara Luas Lahan dengan Keberhasilan Pelaksanaan

Program Penyuluhan SLPHT………... ... 54 Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT………... ... 55 Hubungan antara Produksi dengan Keberhasilan Pelaksanaan

Program Penyuluhan Pertanian SLPHT………... ... 56 Masalah masalah yang dihadapi petani dalam pelaksanaan Program

Penyuluhan Pertanian SLPHT di Desa Hutagaol Peatalun……….. ... 57 Upaya upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah dalam

pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT……….. ... 57 KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan……….. ... 58 Saran………. ... 59 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah

menurut Kecamatan Tahun 2010 ... 4 2.Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi menurut

Desa/Kelurahan Tahun 2010 ... 21 3.Metode Pengumpulan Data ... 24 4.Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Pada Petani Padi Sawah di Desa Hutagaol Peatalun,

Kecamatan Balige Kabupaten Toba ... 25 5.Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin

di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 ... 33 6.Distribusi Penduduk menurut Umur

di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 ... 33 7.Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian

di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 ... 34 8.Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut

di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 ... 35 9.Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan

di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 ... 35 10.Sarana di Desa Hutagaol PeatalunTahun 2010………..36 11.Prasarana di Desa Hutagaol PeatalunTahun 2010……….37 12.Perbedaan produksi tanaman padi sawah

hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP)

dalam pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah ... 38 13.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan

Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran. ... 39 14.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan

Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran ... 40 15.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan

Penanaman Sesuai dengan Anjuran. ... 41 16.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan

Pemupukan Sesuai dengan Anjuran ... 41 17.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan

Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran ... 42 18.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan

Panen Sesuai dengan Anjuran... 43 19.Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan


(10)

20.Persentase Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah

di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige

Kabupaten Toba Samosir ... 44 21.Kriteria Penilaian Keberhasilan Pelaksanaan Program SLPHT

Berdasarkan Skor Jumlah Sampel yang Melaksanakan Anjuran .... 48 22.Skor Tingkat Pelaksanan Program Penyuluhan Pertanian

SLPHT Sesuai dengan Anjuran Tahun 2010 ... 49 23.Karakteristik Sosial Ekonomi Petani

di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 ... 50 24.Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ... 51 25.Hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ... 52 26.Hubungan antara Lama Berusahatani dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ... 53 27.Hubungan antara Luas Lahan dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ... 54 28.Hubungan antara Jumlah Tanggungan dengan Keberhasilan

Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ... 55 29.Hubungan antara Produksi dengan Keberhasilan


(11)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi

Terhadap Tingkat Keberhasilan ... 19 2. Skema Kerangka Pemikiran………20


(12)

ABSTRAK

RUDI H. HUTAGALUNG (060309001), dengan judul skripsi “Evaluasi Terhadap Petani Peserta Program Penyuluhan Pertanian SLPHT ( Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu)”, studi kasus Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indera Kesuma, M.Si.

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui Perbedaan produksi tanaman padi sawah hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP) sebelum dan sesudah pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah, keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian SLPHT, hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi) terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian SLPHT, masalah masalah dan upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian SLPHT.

Untuk menganalisis hipotesis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman.

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di desa Hutagaol Peatalun, kecamatan Balige, kabupaten Toba samosir, Penentuan sampel secara sensus, yaitu dimana seluruh sampel digunakan dalam penelitian. Sampel penelitian sebanyak 25 KK, metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung.

Dari penelitian diperoleh hasil : Karakteristik sosial ekonomi petani dengan keberhasilan pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT yang mempunyai hubungan yang signifikan adalah tingkat pendidikan, luas lahan dan produksi. Sedangkan umur, lama berusahatani dan jumlah tanggungan keluarga tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian di Desa Hutagaol Peatalun.

Kata Kunci : Evaluasi, Program Penyuluhan Pertanian, SLPHT, Karakteristik Sosial Ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi)


(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang peranan penting dari seluruh perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk dan tenaga kerja yang hidup atau bekerja pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian (Mubyarto, 1994).

Dari beberapa sub sektor yang ada, pertumbuhan sub sektor pertanian tanaman pangan paling kecil yaitu sekitar 2,10% per tahun. Selain karena faktor alam seperti iklim dan cuaca, kekeringan, serangan hama dan penyakit serius, dengan sistem manajemen seperti yang ada sekarang, sektor pertanian mengalami gejala kejenuhan. Artinya, sektor pertanian sedang mengalami gejala penerimaan output yang semakin berkurang (diminishing returns) karena produktifitas faktor produksi pertanian semakin menurun (Arifin, 2001 ).

Penyuluhan pertanian merupakan pendidikan nonformal bagi petani beserta keluarganya agar mereka mau dan mampu untuk meningkatkan kersejahteraan mereka. Sebagai pendidikan nonformal, penyuluhan pertanian mempunyai potensi yang besar untuk memperluas jangkauan pendidikan bagi masyarakat pedesaan karena pendidikan nonformal yang ada pada waktu yang sama yang dapat meningkatkan produktivitas serta kualitas usahatani dalam meningkatkan standard hidup mereka (Suhardiyono, 1992).

Penyuluhan dapat diartikan sebagai proses perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) di kalangan masyarakat agar mereka tahu, mau dan mampu melaksanakan perubahan-perubahan demi tercapainya peningkatan produksi, pendapatan atau keuntungan dan perbaikan kesejahteraan


(14)

keluarga atau masyarakat yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian (Huda, 2002).

Pentingnya penyuluhan pembangunan juga diawali oleh kesadaran akan adanya kebutuhan manusia untuk mengembangkan dirinya agar lebih mampu meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Karena itu, kegiatan penyuluhan pembangunan terus menerus dikembangkan dalam rangka menggerakkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan agar mereka memiliki kemampuan menolong dirinya sendiri untuk mencapai tujuan perbaikan mutu hidup dan kesejahteraan yang dicita-citakan (Mardikanto, 1992).

Peranan penyuluh yang sangat besar untuk merubah perilaku petani. Pola yang mantap dibidang pelayanan penyuluhan maka senantiasa dilakukan pemantapan pola melalui lima segi tentang :

1. Stuktur organisasi 2. Personalia

3. Materi penyuluhan

4. Metode sistem kerja penyuluhan

5. Sarana dan fasilitas (Kartasapoetra, 1991).

Indonesia juga mengalami dampak negatif karena penggunaan pestisida yang sangat berlebihan dalam program intensifikasi massal, mendorong para pakarnya untuk mengkaji ulang dan mencari alternatif jawaban yang lebih baik dalam mengatasi masalah-masalah hama padi tanaman. Konsep yang paling tepat ialah PHT (Pengendalian Hama Terpadu) itu yang penerapannya disesuaikan dengan kondisi lingkungan dan sosial budaya setempat (Oka, 1993).


(15)

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) diartikan sebagai suatu strategi pengendalian hama dengan memadukan berbagai taktik pengendalian yang terpilih dan sesuai dengan memperhatikan segi ekonomis, sosial dan ekologi yang menitikberatkan faktor mortalitas alam sebagai populasi hama tetap berada pada tingkat yang secara ekonomik tidak merugikan (Rukmana dkk, 1997).

“Untuk menjalankan peningkatan produksi secara aman, maka dijalankan usaha khusus dengan melaksanakan pola tanam yang berlaku diseluruh daerah Sumatera Utara sebagai salah satu strategi pengendalian hama dan penyakit secara terpadu”. Kemudian pola tertib tanam ini dimaksudkan mengendalikan tingkat populasi hama dan penyakit pada ambang ekonomi yang aman dengan cara memotong siklus hama dan penyakit dari tanaman (Dinas Pertanian Sumatera Utara, 1984).

Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu terbukti berhasil dalam menurunkan biaya pestisida, meningkatkan hasil panen dan membuat pertanian lebih berkelanjutan sehingga Departemen Pertanian RI sekarang menerapkan pendekatan serupa pada berbagai masalah lain. Keberhasilan hanya akan tercapai melalui pelatihan kembali seluruh staf yang sebelumnya menggunakan pendekatan dari atas ke bawah (Van den Ban dan Hawkins, 1999) .

Dibawah ini kita dapat melihat Tabel luas panen, produksi, dan produktivitas padi sawah Menurut Kecamatan Tahun 2010, dimana Kecamatan Balige adalah Kecamatan yang memiliki Luas panen dan Produksi lebih besar ( Luas) dari Kecamatan lain yang ada di Kabupaten Toba Samosir.


(16)

Table 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Padi Sawah Menurut Kecamatan Tahun 2010

No Desa/Kelurahan Luas

Panen (ha)

Jumlah Produksi

(ton)

Rata-rata Produksi (kw/ha)

01. Balige 3855 19227 49,88

02. Tampahan 689 3481 50,52

03. Laguboti 1781 9347 52,48

04. Habinsaran 1398 7401 52,94

05. Borbor 382 2082 54,50

06. Nassau 1336 6797 50,88

07. Silaen 2155 11745 54,50

08. Sigumpar 763 4158 54,50

09. Porsea 2284 12448 54,50

10. Pintu Pohan Meranti 479 2575 53,76 11. Siantar Narumonda 691 3765 54,49

12. Lumban Julu 1888 10272 54,41

13. Uluan 1642 8670 52,80

14. Ajibata 462 2500 54,11

15. Parmaksian* - - -

16. Bonatua Lunasi* - - -

Sumber : Badan Puat Statistik Kabupaten Toba Samosir (Toba Samosir Dalam Angka 2010)

*catatan : Masih bergabung dengan Kecamatan induk (Porsea dan Lumban Julu) Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang maka di buat identifikasi masalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan produksi tanaman padi sawah hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP) dalam pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah, bagaimana keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), apakah terdapat hubungan karakteristik sosial petani (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi) terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian, dan masalah masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan


(17)

Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian, serta upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian ?

Tujuan Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan dari penelitian ini adalah : Untuk mengetahui perbedaan produksi tanaman padi sawah hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP) sebelum dan sesudah pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah, untuk mengetahui keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian, untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi) terhadap keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian, dan untuk mengetahui masalah masalah apa saja yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian, serta untuk mengetahui upaya upaya apa saja yang dilakukan untuk mengatasi masalah masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) daerah penelitian.


(18)

Kegunaan Penelitian

Memberi masukan bagi pihak pihak yang membutuhkan baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis, sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya yang berhubungan dengan evaluasi program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka pemikiran maka hipotesis penelitian ini adalah: Terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi) petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di daerah penelitian.


(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah kegiatan non formal yang mencakup masalah masalah pertanian, mulai dari teknis agronomis sampai pada aspek sosial ekonominya. Tenaga penyuluhan dalam bidang agronomi diharapkan mempunyai dan mampu menularkan ilmu pengetahuan praktisnya, seperti tentang cara usaha tani, pasca panen dan sebagainya, sedangkan dalam aspek sosial ekonominya para penyuluh pertanian sangat diharapkan mampu memberikan bimbingan tentang suasana pasar, suasana permintaan dan penawaran, suasana teknologi dan informasi serta hal lain yang erat hubungannya dengan pasar dan bidang agronomis sehingga suatu saat nanti petani akan dapat merasakan kehidupan yang lebih baik (Sastraatmadja, 1993).

Program Penyuluhan Pertanian

Program adalah pernyataan tertulis tentang keadaan, masalah, tujuan dan cara mencapai tujuan yang disusun dalam bentuk dan sistematika yang teratur. Program dapat dihasilkan melalui proses perencanaan program yang diorganisasikan secara sadar dan terus menerus, untuk memilih alternatif yang terbaik dalam mencapai tujuan (Priyono, 2009).

Program penyuluhan pertanian seringkali tidak dilaksanakan sesuai dengan rencana, mungkin terbentur karena masalah pengangkutan, kerusakan peralatan, keterlambatan penyerahan bahan bahan penyuluhan, atau akibat sistem penghargaan yang mendorong penyuluhan berperilaku tidak selayaknya. Manajemen penyuluhan seharusnya memperoleh informasi mengenai masalah ini


(20)

agar mereka tanggap dengan cepat, dengan cara memecahkan masalahnya begitu masalah timbul, atau melakukan penyesuaian rencana agar lebih realistis sesuai dengan kenyataan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Manfaat dari disusunnya program dan rencana kerja penyuluhan adalah sebagai berikut:

1. Menjamin adanya pertimbangan yang mantap tentang apa dan mengapa hal itu harus dilakukan.

2. Adanya pernyataan tertulis (dokumen) yang dapat digunakan setiap saat sebagai pedoman kerja bagi pelaksana penyuluhan, sehingga dapat mencegah terjadinya salah pengertian, serta memberikan pedoman bagi evaluator dalam pelaksanaan evaluasi penyuluhan.

3. Memberikan pedoman dalam pengambilan keputusan terhadap adanya usul atau saran penyempurnaan. Dengan adanya tujuan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur untuk mengukur kemajuan, maka dapat dikaji seberapa jauh saran penyempurnaan dapat diterima atau ditolak agar tujuan yang diinginkan tetap dapat tercapai.

4. Memantapkan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dan harus dicapai yang perkembangannya dapat diukur dan dievaluasi.

5. Memberikan jaminan kelangsungan pelaksanaan program meskipun ada pergantian personalia.

6. Ikut sertanya petani dalam kegiatan perencanaan akan membantu meningkatkan kepercayaan diri petani dan kepemimpinannya.

7. Ikut sertanya petani dalam kegiatan perencanaan penyuluhan merupakan pengalaman yang bersifat pendidikan


(21)

8. Membantu mengembangkan kepemimpinan, yaitu dalam menggerakkan semua pihak yang terlibat untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

9. Meningkatkan efisiensi pelaksanaan penyuluhan secara keseluruhan, seperti sumber daya, waktu dan tenaga (Priyono, 2009).

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian pada dasarnya mempunyai tujuan langsung yang berbeda pada berbagai tingkat daerah (lapangan/kecamatan/kabupaten/propinsi/pusat) maupun untuk berbagai tingkat kategori petani. Penyelenggaraan kegiatan penyuluhan menuju pada suatu fokus, yaitu menolong petani dalam mengidentifikasi, menganalisa dan memecahkan berbagai masalah yang menyangkut usahanya sebagai bagian dari sistem agribisnis (Balai Informasi Pertanian Sumatera Utara, 1994).

Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Program PHT tersusun atas enam unsur dasar yaitu : 1. Manusia sebagai perencana sistem dengan pengelola hama.

2. Ilmu pengetahuan dan informasi yang dibutuhkan untuk merencanakan sistem dan membuat keputusan pengendalian.

3. Program pemantauan jumlah dan keadaan dan unsur-unsur ekosistem seperti SDA, hama dan musuh alami.

4. Pemantauan keputusan tingkat kepadatan hama dimana metode pengendalian mulai diterapkan.

5. Metode PHT yaitu teknik-teknik yang digunakan untuk memanipulasi hama.


(22)

Pengendalian PHT merupakan kombinasi dari berbagai metode digunakan untuk memperoleh pengendalian terbaik dengan gangguan minimum terhadap lingkungan. Metode pengontrolan budaya, fisik dan biologis dikerjakan pada sepertiga pertama abad ke-20 dilaksanakan, PHT tidak seperti yang mungkin diperkirakan beberapa orang (Flint dan Van Den Bosch, 1990).

SLPHT merupakan kegiatan pelatihan bagi petani, yang didasarkan pada pemahaman dan ketrampilan menerapkan prinsip-prinsip PHT dalam budidaya tanaman padi. Sasaran akhir dari peningkatan pemahaman dan ketrampilan adalah tercapainya tujuan dari PHT yaitu :

1. Budidaya tanaman sehat, 2. Melestarikan musuh alami, dan 3. Petani sebagai ahli PHT.

Sasaran pelatihan tersebut dapat dicapai melalui upaya belajar dari pengalaman dengan mengamati, memahami, menganalisa dan menentukan secara bersamaan terhadap perkembangan kondisi lahan belajar, serta diperkaya melalui sejumlah studi lapangan dan pendalaman topik khusus (Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan Departemen Pertanian, 2007).

Untuk meningkatkan efektifitas dari kegiatan penyuluhan dan guna menumbuhkan serta mengembangkan peran serta petani dalam pembangunan pertanian, maka perlu dilakukan pembinaan terhadap kelompok tani yang telah terbentuk sehingga nantinya kelompok tani tersebut akan mampu untuk berkembang menjadi kekuatan ekonomi yang memadai dan selanjutnya akan mampu menopang kesejahteraan anggotanya (Suhardiyono, 1992).


(23)

Pengenalan sistem Pengendalian Hama Terpadu pada tanaman padi di Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu, petani belajar dari observasi mereka sendiri, serangga mana yang merusak tanaman mereka, serangga mana yang merupakan predator dari hama itu dan bagaimana pengaruhnya terhadap populasi hama yang ada di sawah mereka. Sebisa mungkin fasilitator tidak menjawab pertanyaan petani, tetapi membantu mereka untuk belajar dari proses-proses lapangan (Van Den Ban dan Hawkins, 1999).

Pada dasarnya usaha pengendalian hama dan penyakit pada usahatani adalah tugas dan tanggung jawab petani. Dengan demikian faktor manusia (pertani) merupakan subjek keberhasilannya. Oleh sebab itu subjek yang menentukan, maka kepada mereka pula diberi pengertian untuk dapat membangkitkan kesadaran dan tanggung jawab agar pelaksanaan SLPHT dapat berjalan sukses yang ditempuh ialah dengan sistem kampanye, dimana dari tujuan PHT adalah sebagai berikut :

1. Memutuskan siklus hama wereng dalam rangka pelaksanaan konsep PHT.

2. Mendinamisasikan serta mengembangkan pola tertib tanam untuk mencapai efisiensi dan produktifitas sebesar-besarnya.

3. Menghindarkan benturan yang terjadi karena dapat terjadi miskomunikasi dilapangan.

4. Menggerakkan peran serta masyarakat untuk menghasilkan usaha peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat tani.


(24)

5. Mengajak dan mendidik masyarakat untuk dapat memahami tujuan Pemerintah dalam membenahi Pola Tertib Tanam di Sumatera Utara (Balai Informasi Pertanian Sumatera, 1994).

Ada empat prinsip manajemen yang mendasari Program Pengendalian Hama Terpadu (PHT) yaitu :

1. Budidaya tanaman sehat yang meliputi : a) Pengolahan tanah yang baik b) Pemilihan benih/bibit unggul c) Pengairan yang teratur d) Pemupukan berimbang e) Pengendalian gulma.

2. Melestarikan dan mendayagunakan musuh alami. 3. Pengamatan mingguan.

4. Petani menjadi ahli PHT (Rukmana dkk, 1997).

Pengendalian hama terpadu tanaman dilakukan secara terpadu dengan komponen sebagai berikut :

1. Peraturan pola tanam dan tertib tanam (P2T3) 2. Menanam varietas unggul tahan wereng 3. Melakukan eradikasi dan sanitasi

4. Menggunakan pestisida secara tepat, dan bijaksana

5. Pengamatan yang intensif, cermat dan berkesinambungan oleh kelompok tani


(25)

6. Penanganan secara terkoordinasi terpadu, melalui dari pengumpanan, pencegahan, penyemprotan sampai kepada gerakan dan pemberantasan (Kepala Dinas Pertanian Sumut, 1995).

Teori Evaluasi

Penyuluhan merupakan kegiatan yang melakukan proses perubahan perilaku manusia dalam hal ini adalah petani, yang dilakukan melalui suatu sistem pendidikan. Perubahan perilaku ini dapat kita lihat pada :

1. Perubahan perubahan pelaksanaan kegiatan bertani yang mencakup macam dan jumlah sarana produksi serta peralatan/mesin yang digunakan, maupun cara cara atau teknik bertaninya.

2. Perubahan perubahan tingkat produktivitas dan pendapatannya.

3. Perubahan perubahan dalam pengelolaan usahatani (perorangan, kelompok, koperasi), serta pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari usahataninya.

Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan salah satu dari sekian banyak variabel yang menyebabkan terjadinya perubahan perilaku pada petani dan perubahan yang terjadi menjadi tujuan akhir dari penyuluhan pertanian (Mardikanto, 1993).

Latar belakang sosial ekonomi dan budaya ataupun politik mempengaruhi cepat atau lambatnya suatu inovasi diterima oleh sasaran seperti : umur, tingkat pendidikan, keberanian mengambil resiko, pola hubungan masyarakat dengan dunia luar dan sikap terhadap perubahan. Pemahaman sistem sosial budaya juga bermanfaat untuk mengetahui nilai hidup, norma sosial, serta pandangan hidup


(26)

masyarakat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pengambilan keputusan oleh petani untuk mengadopsi suatu inovasi (Mosher, 1997).

Karakteristik sosial ekonomi petani : 1. Umur

Petani yang berusia lanjut berumur sekitar 50 tahun keatas, biasanya fanatik terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian pengertian yang dapat mengubah cara berpikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap adanya teknologi baru. Kondisi seperti ini dipandang sangat menghambat proses pengambilan keputusan atas inovasi yang ditawarkan (Kartasapoetra, 1991).

Makin muda petani biasanya lebih semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi (Negara, 2000).

Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja dimana dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan manusia umumnya menunjukkan daya kreativitas manusia dalam berpikir dan bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan berkurangnya pengetahuan dalam memanfaatkan sumber sumber daya alam yang tersedia. Usaha usaha penduduk berakibat hanya mampu menghasilkan pendapatan rendah (Kartasapoetra, 2001).


(27)

Tingkat pendidikan petani sering disebut sebagai faktor penyebab rendahnya tingkat produktivitas usahatani. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka petani akan lambat mengadopsi inovasi baru dan mempertahankan kebiasaan kebiasaan lama, sedangkan seorang yang berpendidikan tinggi tergolong lebih cepat dalam mengadopsi inovasi baru (Soekartawi, 2002).

Tingkat pendidikan petani cenderung mempengaruhi tingkat penghasilan secara positif, makin tinggi tingkat pendidikan maka penghasilannya cenderung makin meningkat. Hal ini didukung oleh keinginan petani muda untuk melanjutkan sekolah terutama dengan sistem pembelajaran jarak jauh sehingga tidak meninggalkan usahatani, tidak mengganggu waktu kerja dapat mengatur jadwal sendiri, lebih terjangkau dan dapat bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga sambil sekolah (Azhari, 2002).

Tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya (Hasyim, 2006).

3. Lamanya Berusahatani

Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, karena pengalaman yang lebih banyak sehingga dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan yang tepat dan benar (Soekartawi, dkk.1986).

Petani yang sudah lebih lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan teknologi daripada petani pemula karena pengalaman yang lebih banyak sehingga dapat membuat perbandingan dalam mengambil keputusan (Lubis, 2000).


(28)

Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu waktu berikutnya (Hasyim, 2006).

4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan

Petani yang aktif atau sering melakukan kunjungan aktivitas penyuluhan akan semakin tanggap untuk dapat menerapkan suatu inovasi terhadap lahan pertaniannya (Soekartawi, 1986).

Semakin tinggi frekuensi mengikuti penyuluhan maka keberhasilan penyuluhan pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar benar bermanfaat bagi petani untuk usahataninya (Hasyim, 2003).

5. Jumlah Tanggungan Keluarga

Petani yang memiliki jumlah tanggungan keluarga yang banyak akan lebih sulit dalam menerapkan teknologi baru karena biaya untuk mencukupi kebutuhan keluarga sangat tinggi, sehingga mereka sulit menerima resiko yang besar jika nantinya inovasi tersebut tidak berhasil (Soekartawi, 2002).

Jumlah tanggungan keluarga semakin banyak (anggota keluarga) akan semakin meningkat pula beban hidup yang harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani. Keluarga yang memiliki sebidang lahan tetap saja jumlahnya semakin sempit dengan bertambahnya anggota keluarga sementara kebutuhan akan produksi terutama pangan semakin bertambah (Daniel, 2002).


(29)

Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor ekonomi yang perlu perhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya.

6. Luas lahan

Kedudukan lahan dalam usahatani adalah khusus. Selain merupakan unsur produksi yang berdiri sendiri, ia dapat juga digolongkan kedalam unsur modal. Jelas kiranya untuk memperoleh lahan pertanian biasanya diperlukan pengorbanan, baik dalam bentuk jasa maupun keuangan yang merupakan investasi modal. Namun demikian dalam menganggap unsur lahan sebagai modal, pengertiannya harus dibedakan dari jenis jenis modal lainnya, seperti bangunan dan alat alat (Tjakrawiralaksana dan Soeriatmadja, 1983).

Petani yang mempunyai luas lahan yang lebih luas akan lebih mudah menerapkan inovasi dibandingkan dengan petani berlahan sempit. Hal ini dikarenakan keefektifan dan efisiensi dalam penggunaan sarana produksi. Besarnya luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, dengan semakin luasnya lahan sehingga semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima (Soekartawi, 2002).

7. Produksi

Produksi yang rendah umumnya disebabkan oleh karakteristik sosial ekonomi misalnya tingkat pendidikan, umur, luas garapan, modal yang dimiliki dalam mengelola usahatani, jumlah tanggungan keluarga dan dukungan dari keluarga dalam berusahatani (Soekartawi, 1986).

Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan


(30)

efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan output yang melebihi input. Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar besarnya (Soekartawi, 2002).

8. Produktivitas

Clayton (1964) berpendapat bahwa produktivitas dan hasil pertanian yang lebih tinggi dapat dicapai melalui cara yaitu: memperbaiki alokasi sumber daya yang dimiliki petani, termasuk penggunaan tanah dan tenaga kerja serta penyempurnaan kombinasi cabang usahatani dan memperkenalkan sumber daya baru dalam bentuk modal, tenaga kerja dan teknologi cara cara baru.

Menurut soekartawi (1986) produktivitas petani umumnya masih rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan produksinya rendah.

Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini program penyuluhan pertanian di daerah penelitian berhasil terdapat hubungan yang signifikan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) yang dianalisis dengan model Rank Spearman dan digunakan program SPSS.


(31)

Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini :

Gambar 1. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Tingkat Keberhasilan

Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) merupakan program penyuluhan pertanian dari Departemen Pertanian yang diberikan kepada petani. Program tersebut diharapkan dapat memberikan manfaat bagi petani seperti dapat menurunkan biaya pestisida dan meningkatkan hasil panen petani padi sawah.

SLPHT melibatkan seluruh petani yang mengikuti program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT). Setiap petani yang ikut dalam program SLPHT mempunyai karakteristik (umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, luas lahan, jumlah tanggungan, dan produksi) yang berbeda-beda. Karakteristik petani tersebut dapat berpengaruh kepada sikap mereka terhadap Program Penyuluhan Pertanian SLPHT.

Karakteristik Sosial Ekonomi

Produksi Tingkat Pendidikan

Luas Lahan Lama Berusahatani

Jumlah T

Umur

Tingkat b h il


(32)

Sikap petani terhadap Program Penyuluhan Pertanian SLPHT mungkin berbeda-beda. Ada petani yang langsung mau mengadopsi dan menerima program tersebut dan ada juga yang masih sangat tertutup dengan hal-hal yang baru.

Petani menghadapi berbagai masalah dalam pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian. Lingkungan tentu dapat mempengaruhi pelaksanaan program tersebut baik alam, masyarakat maupun penyuluh. Permasalahan yang dihadapi juga cukup banyak termasuk dari petaninya sendiri dan petani lain yang mempengaruhi peserta dengan melakukan tekanan bahwa program SLPHT tersebut tidak bermanfaat.

Dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) terdapat berbagai masalah yang dihadapi oleh petani sehingga diperlukan upaya upaya untuk menyelesaikan masalah masalah yang dihadapi oleh petani tersebut.

Untuk melihat apakah sebuah program yang telah disusun tersebut masih efektif dilakukan dan sesuai dengan kondisi daerah, maka diperlukan kegiatan evaluasi terhadap suatu program tersebut. Evaluasi ini sangat diperlukan untuk menilai apakah program tersebut perlu penambahan, sehingga program yang disusun selanjutnya benar benar efektif dan dapat mencapai tujuan yang diinginkan dengan baik. Evaluasi juga diperlukan untuk menentukan apakah pelaksanaan program penyuluhan pertanian berhasil atau tidak berhasil.


(33)

Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

Gambar 2 : Skema Kerangka Pemikiran Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Tanaman Padi Sawah

Penyuluhan Pertanian

Pelaksanaan Program SLPHT

Petani Karakteristik sosial

ekonomi petani 1. Umur 2. Tingkat

Pendidikan 3. Lama

Berusahatan 4. Luas Lahan 5. Jumlah

tanggungan 6. Produksi

Evaluasi Masalah

Upaya

Program Penyuluhan Pertanian SLPHT 1. Budi daya

tanaman sehat 2. Melestarikan

musuh alami 3. Petani sebagai

ahli PHT

Tidak Berhasil Berhasil


(34)

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive artinya dengan sengaja yaitu di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba samosir dengan pertimbangan bahwa daerah tersebut merupakan salah satu daerah produksi padi sawah terbesar di Kecamatan Balige mendapatkan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu).

Table 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010

No Desa/Kelurahan

Luas Sawah (ha) Luas dua kali Panen (ha) Jumlah Produksi (ton) Rata-rata Produksi (ton/ha)

01. Aek Bolon Julu 60 90 405 4,5

02. Aek Bolon Jae 70 105 577,5 5,5

03. Siboruan 20 30 153 5,1

04. Hutagaol Peatalun 220 380 2090 5,5

05. Bonan Dolok II 55 95 522,5 5,5

06. Hutanamora 95 165 907,5 5,5

07. Hutadame 100 175 962,5 5,5

08. Bonan Dolok I 55 95 522,5 5,5

09. Bonan Dolok III 65 115 632,5 5,5

10. Sibuntuon 70 105 577,5 5,5

11. Lumban Gorat 70 105 451,5 4,3

12. Sianipar Sihailhail 100 150 765 5,1

13. Silalahi Pagar Batu 146 292 1460 5

14. Hinalang Bagasan 155 232 1044 4,5

15. Sangkar Nihuta 39 72 367,2 5,1

16. Pardede Onan 39 68 346,8 5,1

17. Napitupulu Bagasan 29 55 275 5

18. Balige III 39 58,5 304,2 5,2

19. Balige II 40 78 405,6 5,2

20. Paindoan 74 144 878 6,1

21. Parsuratan 50 100 600 6,0

22. Huta Bulu Mejan 90 150 825 5,5

23. Saribu Raja Janji Maria 60 90 504 5,6


(35)

Table 2. Luas Panen, Produksi dan Rata-rata Produksi Padi Menurut Desa/Kelurahan Tahun 2010, lanjutan

No Desa/Kelurahan

Luas Sawah

(ha)

Luas dua kali Panen

(ha)

Jumlah Produksi

(ton)

Rata-rata Produksi (ton/ha)

25. Matio 130 260 1560 6,0

26. Lumban Pea 160 256 1484 5,8

27. Lumban Gaol 100 150 855 5,7

28. Sibola Hotang SAS 109 163 850 5,2

29. Lumban Bulbul 30 54 297 5,5

30. Balige I 50 96 489,6 5,1

31. Lumban Dolok 40 70 364 5,2

32. Longat 80 160 800 5

33. Lumban Silintong 100 150 675 4,5

34. Lumban Pea Timur 88 149 804 5,4

35. Tambunan Sunge 60 108 615 5,7

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Toba Samosir (Kecamatan Balige Dalam Angka 2010)

Metode Penentuan Sampel Penelitian

Penentuan sampel secara sensus, yaitu dimana seluruh sampel digunakan dalam penelitian. Sampel penelitian sebanyak 25 KK, yaitu petani yang mengikuti program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) tanaman padi sawah di Desa Hutagaol Peatalun.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah metode survey dan observasi langsung, dengan menggunakan daftar pertanyaan dan pedoman wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari keterangan petani anggota kelompok tani selaku responden dan PPL yang bertugas pada kelompok tani tersebut. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi terkait dan beberapa buku-buku pendukung penelitian.


(36)

Tabel 3. Metode Pengumpulan Data

Jenis Data Sumber Data

Primer :

Sampel Petani wawancara dengan petani

Sekunder :

Kondisi Geografis dan Kondisi Demografis BPS, Kantor Kepala Desa, Kelompok tani

Data kelompok tani PPL Desa Hutagaol Peatalun Metode Analisis Data

Keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan tersebut ditentukan melalui skor dan persentase. Salah satu kriteria untuk mengukur keberhasilan penyuluhan pertanian yaitu ada penerimaan (adopsi) petani terhadap hal hal yang dianjurkan PPL, hal ini dapat dilihat dari reaksi petani yang bersedia menerapkan anjuran yang di berikan PPL.


(37)

Tabel 4. Skor Ketercapaian Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Pada Petani Padi Sawah di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige Kabupaten Toba No Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT

Anjuran Pengukuran Skor

1 Pemahaman dan keterampilan aspek metode

PHT

- Mendefenisikan

beberapak aspek ; hama, musuh alami, siklus hidup dan penyakit.

- Menunjukkan cara pencegahan yang sangat penting, terutama untuk pengendalian tikus serangga dan penyakit. - Dapat mengambil sampel

di lahan yang terserang tikus, serangga hama dan kerusakan tanaman dengan menggunakan cara sebenarnya dan secara pendugaan.

- Mendemonstrasikan gejala keracunan, menghitung dosis pestisida, pemeliharaan alat penyemprot dan cara penyemprotan.

- Mensimulasi perubahan populasi serangga atau patogen yangdisebabkan varietas yang resisten dan pestisida.

1. Melakukan sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

sesuai dengan anjuran

2

1

2 Pemilihan Benih

- Memilih benih yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit, dan serangga hama.

- Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan atau bibit (varietas) yang seragam.

1. Melakukan pemilhan benih sesuai dengan anjuran

2. Tidak melakukan inovasi pemilhan benih sesuai dengan anjuran

2


(38)

Lanjutan . . .

3 Penanaman - Bibit ditanam pada kedalaman 3-5 cm - Penanaman bibit 3-4

batang/lubang

- Tanam bibit muda umur 15-20 hari

- Tanam sistem legowo

1. Melakukan inovasi penanaman sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

inovasi penanaman sesuai dengan anjuran

2

1

4 Pemupukan - Pemakaian pupuk berimbang yaitu : a) Urea = 200 Kg/Ha b) SP36 = 150 Kg/Ha c) KCl = 100 Kg/Ha d) ZA = 75 Kg/Ha Jumlah = 525 Kg/Ha - Pemakaian pupuk tersebut

dapat dicampurkan bersamaan.

- Pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah.

- Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC)

1. Melakukan inovasi pemupukan sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

inovasi pemupukan sesuai dengan anjuran

2


(39)

Lanjutan . . . 5 Pengendalian

Hama dan Penyakit

- Pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu

- Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin.

- Menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas diatas 25%.

- Pengendalian dan

pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, cara dan waktu yang tepat.

1. Melakukan inovasi Pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

inovasi

pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran

2


(40)

Lanjutan . . .

6 Panen - Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah

menunduk - Pemanenan dapat

dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya

- Menggunakan sabit pemotong

- Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.

1. Melakukan inovasi panen sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

inovasi panen sesuai dengan anjuran

2

1

7 Pasca Panen - Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.

- Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling

- Penyimpanan beras dilakukan setelah

pengemasan dalam karung plastik.

1. Melakukan inovasi pasca panen sesuai dengan anjuran 2. Tidak melakukan

inovasi pasca panen sesuai dengan anjuran

2

1

Sumber : BPP Kecamatan Balige

skor dalam mengevaluasi pelaksanaan inovasi program SLPHT adalah : ≤ 7 dapat disimpulkan bahwa program SLPHT tidak berhasil (gagal) 8 - 14 dapat disimpulkan bahwa program SLPHT berhasil.


(41)

Untuk menganalisis hipotesis hubungan antara karakteristik sosial ekonomi petani dengan tingkat keberhasilan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) didaerah penelitian dianalisis dengan menggunakan metode Korelasi Rank Spearman dengan rumus: Rs = 1 –

dimana range Rs = -1≤0≥1 Keterangan:

Rs = koefisien korelasi Rank Spearman

di = selisih antara peringkat faktor sosial ekonomi dengan keberhasilan penyuluhan

N = jumlah sampel α = tingkat kepercayaan db = derajat bebas

dan diuji dengan uji signifikansi sebagai berikut : Th = Rs

tα = α : db

Dengan kriteria uji sebagai berikut :

Jika t hitung ≤ t tabel maka Ho diterima dan H1 tidak diterima

Yaitu tidak ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan produksi) petani dengan keberhasilan penyuluhan.


(42)

Jika t hitung > t tabel maka Ho tidak diterima dan H1 diterima

Yaitu ada hubungan antara karakteristik sosial ekonomi (umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan produksi) petani dengan keberhasilan penyuluhan (Sudjana,1992).

Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini, maka dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi

1. Evaluasi adalah penilaian terhadap pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT (Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu) di daerah penelitian.

2. Evaluasi program adalah evaluasi yang dilakukan mengkaji kembali draft atau usulan program yang sudah direncanakan dan dilaksanakan apakah berhasil atau tidak untuk keberlanjutan program tersebut.

3. Perkembangan penyuluhan pertanian adalah perubahan atau kemajuan penyuluhan pertanian kearah yang lebih baik dari sebelumnya di daerah penelitian.

4. Penilaian petani adalah tanggapan petani terhadap pelaksanaan program penyuluhan pertanian.

5. Petani padi sawah adalah petani di daerah penelitian yang mengusahakan padi sawah sebagai tanaman utama.


(43)

6. Karakteristik sosial ekonomi petani yang diteliti adalah umur, tingkat pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, produksi dan produktivitas.

7. Umur (X1) adalah lama waktu hidup responden (tahun) dari lahir hingga ketika dilakukan penelitian.

8. Tingkat pendidikan (X2) adalah tingkat jenjang pendidikan yang telah ditempuh oleh responden untuk memperoleh pengajaran dibangku sekolah (pendidikan formal).

9. Lama berusahatani (X3) adalah lamanya (tahun) responden bekerja sebagai petani padi sawah.

10..Luas lahan (X4) adalah luasnya (ha) areal pertanaman padi sawah yang diusahakan oleh responden.

11.Jumlah tanggungan keluarga (X5) adalah jumlah seluruh anggota keluarga yang belum berpenghasilan dan menjadi tanggungjawab responden.

12.Produksi (X6) adalah hasil panen yang diperoleh petani dari usahataninya (ton).

Batasan Operasional

1. Penelitian dilakukan di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir.

2. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan juli - agustus tahun 2011.

3. Sampel adalah petani padi sawah yang mengikuti program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, kabupaten Toba Samosir.


(44)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Geografis

Desa Hutagaol Peatalun berada di Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Tofografi daerah umumnya pegunungan, ketinggian tempat berkisar 905 - 1200 m dari permukaan laut dan desa Hutagaol Peatalun mempunyai luas wilayah 1032 ha. Secara geografis desa Hutagaol Peatalun terdiri dari wilayah dataran tinggi dengan suhu 27-31 °C, curah hujan tinggi pada bulan September sampai Desember sedangkan musim kemarau pada bulan Januari sampai Agustus dan sebagai daerah pertanian tanaman pangan yang cukup subur ditanami padi sepanjang tahun.

Secara administratif, batas batas daerah penelitian ini adalah sebagai berikut :

- Sebelah Utara berbatasan dengan : Desa Huta Bulu Mejan - Sebelah Selatan berbatasan dengan : Kabupaten Tapanuli Utara - Sebelah Barat bertasan dengan : Desa Parsuratan

- Sebelah Timur berbatasan dengan : Desa Matio

Desa Hutagaol Peatalun yang memiliki luas wiayah 1302 ha dimana penggunaan lahan adalah persawahan yaitu 220 ha, ladang 438 ha, perkebunan rakyat 298 ha dan 40 ha untuk pemukiman dan prasarana lainnya.


(45)

Kondisi Demografis

Desa Hutagaol Peatalun memiliki penduduk sebanyak 1710 Jiwa dengan jumlah kepala keluarga 344 KK. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Jenis Kelamin di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010

No. Jenis Kelamin Jumlah (jiwa) Persentase (%)

1 Laki laki 751 43,9

2 Perempuan 959 56,1

Jumlah 1710 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki sebanyak 751 jiwa (43,9%) dan perempuan sebanyak 959 jiwa (56,1%).

Dari data yang diperoleh keadaan penduduk menurut umur di Desa Hutagaol Peatalundapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Distribusi Penduduk menurut Umur di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010 No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)

1 0-4 60 3,5

2 5-9 103 6,0

3 10-14 106 6,2

4 15-19 115 6,7

5 20-24 109 6,4

6 25-29 128 7,5

7 30-34 133 7,8

8 35-39 147 8,6

9 40-44 137 8,0

10 45-49 130 7,6

11 50-54 152 8,9

12 55-59 147 8,6

13 60-64 140 8,2

14 >65 103 6,0


(46)

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Pada Tabel 6, dapat diketahui bahwa jumlah penduduk menurut umur yang terbesar adalah 50 - 54 tahun yaitu sebanyak 152 jiwa (8,9%) dan yang terkecil adalah kelompok umur 0 - 4 tahun yaitu 60 jiwa (3,5%). Usia produktif antara 25 - 54 tahun.

Keadaan penduduk menurut mata pencaharian di Desa Hutagaol Peatalun dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010

No. Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Petani 674 87,53

2 PNS 32 4,15

3 Konstruksi 5 0,65

4 Angkutan dan Komunikasi 26 3,38

5 Nelayan - -

6 Buruh 2 0,26

7 Karyawan 4 0,52

8 Jasa 12 1,56

9 Pedagang 15 1,95

Jumlah 770 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Berdasarkan Tabel 7, bahwa sebagian besar penduduk Desa Hutagaol Peatalun bermata pencaharian petani yaitu 674 jiwa (87,53%), PNS 32 jiwa (4,15%), konstruksi 5 jiwa (0,65%), angkutan dan komunikasi 26 jiwa (3,38%), buruh 2 jiwa (0,26%), karyawan 4 jiwa (0,52%), jasa 12 jiwa (1,56%), dan pedagang 15 jiwa (1,95%). Keadaan penduduk menurut agama yang dianut di Desa Hutagaol Peatalun dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Distribusi Penduduk menurut Agama yang Dianut di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010.

No Agama yang dianut Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Kristen Protestan 1638 95,79

2 Kristen Katolik - -

3 Islam 72 4,21

4 Hindu - -

5 Budha - -


(47)

Jumlah 1710 100 Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Berdasarkan Tabel 8, diketahui bahwa penduduk Desa Hutagaol Peatalun mayoritas menganut agama Kristen Protestan yaitu sebanyak 1638 jiwa (95,79%) dan Islam 72 jiwa (4,21%).

Keadaan penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Hutagaol Peatalun dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010.

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

1 Belum/Tidak Sekolah 682 39,88

2 TK/PAUD 232 13,57

3 SD 248 14,50

4 SMP 138 8,07

5 SMA 163 9,53

6 D1 92 5,38

8 D3 85 4,98

9 S1 70 4,09

Jumlah 1710 100

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Berdasarkan Tabel 9, bahwa pendidikan di Desa Hutagaol Peatalun bervariasi dan dapat digolongkan baik hal ini dapat dilihat dari jumlah penduduk yang sudah banyak lulus perguruan tinggi yaitu S1 70 jiwa (4,09%), D3 85 jiwa (4,98%), D1 92 jiwa (5,38%), SMA 163 jiwa (9,53%), SMP 138 jiwa (8,07%), SD 248 jiwa (14,50%), TK/PAUD 232 jiwa (13,57%), belum/tidak sekolah 682 jiwa (39,88%).

Sarana dan Prasarana Sarana

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Sarana adalah segala sesuatu yang dapat dipakai sebagai alat dalam mencapai maksud atau tujuan atau lebih ditujukan kepada benda benda yang bergerak seperti komputer dan mesin mesin.


(48)

Sarana yang tersedia di Desa Hutagaol Peatalun sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat. Semakin baik sarana maka semakin mudah desa tersebut dijangkau dan semakin cepat perkembangannya.

Adapun sarana yang terdapat di Desa Hutagaol Peatalun dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Sarana di Desa Hutagaol PeatalunTahun 2010.

No Sarana Jumlah (unit)

1 Kendaraan Roda dua 42

2 Kendaraan Roda 3/Becak 12

3 Kendaraan Roda 4 15

4 Kendaraan Roda ≥6 7

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Berdasarkan Tabel 10 sarana yang terdapat di Desa Hutagaol Peatalun terdiri dari : kendaraan roda dua, Kendaraan Roda 3/Becak, Kendaraan Roda 4, Kendaraan Roda ≥6. Hal ini menunjukkan bahwa sarana di Desa Hutagaol Peatalun sudah cukup memadai.

Prasarana

Pengertian Prasarana menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah segala sesuatu yang merupakan penunjang utama terselenggaranya suatu proses atau lebih ditujukan untuk benda benda yang tidak bergerak seperti gedung , ruang dan tanah.

Prasarana yang tersedia di Desa Hutagaol Peatalun akan mempengaruhi perkembangan dan kemajuan masyarakat desa. Semakin baik prasarana pendukung maka akan semakin mudah desa tersebut untu melakukan perkembangan desa.


(49)

Prasarana dapat dikatakan baik apabila dari segi ketersediaan dan pemanfaatannya sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat sehingga dapat mempermudah masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.

Adapun prasarana yang terdapat di Desa Hutagaol Peatalun dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Prasarana di Desa Hutagaol PeatalunTahun 2010.

No Prasarana Jumlah (unit)

1 Kantor kepala desa 1

2 Gereja 2

3 Musholla 1

4 PAUD 1

5 SD 3

6 Polindes 2

7 Kilang padi 2

8 Kios saprodi 2

Sumber : Kantor Kepala Desa Hutagaol Peatalun

Berdasarkan Tabel 10 diketahui bahwa prasarana yang terdapat di Desa Hutagaol Peatalun terdiri dari : Kantor kepala desa, Gereja, Mushollah, PAUD, SD, Polindes, Kilang padi, dan Kios saprodi. Hal ini menunjukkan bahwa prasarana di desa Hutagaol Peatalun sudah memadai.


(50)

Perbedaan Produksi Tanaman Padi Sawah Hasil Ubinan pada Petak Perlakuan PHT dan Petak Perlakuan Petani (PP) dalam Pelaksanaan Program Pertanian SLPHT Padi Sawah.

Pelaksanaan Program penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama terpadu (SLPHT) sangat berpengaruh terhadap produksi padi sawah di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige, Kabupaten Toba Samosir. Kegiatan ini bisa dikatakan berhasil dalam meningkatkan jumlah produksinya.

Produksi padi sawah pada musim panen Tahun 2010 di Desa Hutagaol Peatalun, mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu di Desa tersebut. Panen padi tahun 2010 ini rata-rata meningkat 0,51 ton / 0,44 ha (2 kali panen, yaitu sebelum program SLPHT dan Setelah adanya Program SLPHT). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Perbedaan Produksi Tanaman Padi Sawah Hasil Ubinan pada Petak Perlakuan PHT dan Petak Perlakuan Petani (PP) dalam Pelaksanaan Program Pertanian SLPHT Padi Sawah


(51)

Luas Lahan (ha)

Produksi Padi dengan Perlakuan

Petani (ton)

Produksi Padi dengan perlakuan

PHT (ton)

Perbedaan Produksi Padi

sawah

Total 11,05 66,54 79,30 12,76

Rataan 0,44 2,66 3,17 0,51

Sumber : Diolah dari Lampiran 2

Pada Tabel 12 menunjukkan adanya perbedaan produksi padi sawah dengan perlakuan petani dan dengan perlakuan PHT dalam pelaksanaan program penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT), yaitu sebesar 0,51 ton / 0,44 ha.

Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT

Keberhasilan program penyuluhan pertanian dapat diketahui dari petani bersedia melaksanakan anjuran yang diberikan PPL dan tercapainya target yang telah ditetapkan yaitu peningkatan produksi, pengetahuan petani bertambah, penurunan hama dan penyakit serta terkoordinirnya tanaman.

Suatu inovasi yang dianjurkan PPL dalam Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) adalah sebagai berikut :

1. Pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT

Petani padi sawah di Desa Hutagaol Peatalun hampir setengah tidak menerapkan anjuran yang diberikan PPL mengenai pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT, hal ini dikarenakan anjuran yang diberikan dianggap sudah hal yang biasa oleh petani dan tidak terlalu dipikirkan lagi karena setiap musim tanam petani selalu mengalami serangan hama tikus dan serangga serta penyakit pada padinya. Dari data


(52)

yang dikumpulkan maka diperoleh hasil bahwa keberhasilan petani dalam melaksanakan pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT sesuai dengan anjuran adalah 52% (13 KK), sedangkan petani yang melakukan pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT tidak sesuai anjuran adalah 48% (12KK).

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengolahan Tanah Sesuai dengan Anjuran.

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total

Jumlah (KK) 12 13 25

Persentase (%) 48 52 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

2. Pemilihan Benih

Pemilihan benih yang diterapkan oleh petani padi sawah di daerah penelitian pada umumnya menggunakan benih unggul bersertifikat yang diberikan pihak pemerintah kepada para petani tetapi masih banyak juga petani yang menggunakan benih sendiri yang dihasilkan dari hasil panen sebelumnya, karena mereka beranggapan bahwa bibit dari pemerintah tidak bagus dan banyak yang sudah kadaluwarsa akibat terlalu lama disimpan dalam gudang.

Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang menggunakan benih sesuai dengan anjuran yaitu 52% (13 KK) dan yang menggunakan benih tidak sesuai anjuran yaitu 48% (12 KK).

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemilihan Benih Sesuai dengan Anjuran.


(53)

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total

Jumlah (KK) 12 13 25

Persentase (%) 48 52 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 3 3. Penanaman

Dari hasil wawancara yang disertai dengan pengamatan ternyata petani di daerah penelitian masih mengandalkan tradisi penanaman yang sudah dijalankan turun temurun yaitu penanaman sembarang jarak, karena mereka sangat percaya dengan sistem tanam yang sudah ada sebelumnya yaitu jarak sembarang, kedalaman penanaman kurang diperhatikan serta jumlah bibit dalam satu lubang pun tidak dihitung. mereka beranggapan bahwa anjuran yang diberikan PPL terlalu rumit dan terlalu buang buang waktu dengan menghitung jumlah bibit setiap lubang, menghitung kedalaman lubang dan jarak harus sama. Namun, setelah adanya kegiatan SLPHT banyak petani yang mengikuti anjuran yang diberikan, hal ini dikarenakan dengan adanya Program penyuluhan SLPHT dapat meningkatkan produksi padi sawah mereka. Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan penanaman sesuai dengan anjuran yaitu 64% (16 KK) dan yang tidak melakukan penanaman sesuai dengan anjuran yaitu 36% (9 KK).

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Penanaman Sesuai dengan Anjuran.

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total

Jumlah (KK) 9 16 25

Persentase (%) 36 64 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 3 4. Pemupukan

Proses pemupukan sebaiknya dilakukan dengan berpedoman pada prinsip tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat. Tepat jenis adalah jenis


(54)

pupuk yang digunakan sesuai dengan kebutuhan tanaman. Tepat jumlah berarti jumlah masing masing pupuk yang digunakan sesuai dengan dosis yang ditentukan.

Dari hasil wawancara dan observasi ternyata pemupukan tanaman padi sawah bisa dibilang sesuai dengan anjuran yang diberikan PPL. Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran yaitu 64% (16 KK) dan yang tidak melakukan pemupukan sesuai dengan anjuran yaitu 36% (9 KK)

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pemupukan Sesuai dengan Anjuran.

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total

Jumlah (KK) 9 16 25

Persentase (%) 36 64 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

5. Pengendalian Hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit yang dilakukan petani di daerah penelitian lebih dari setengah tidak melakukan sesuai dengan anjuran dikarenakan petani masih berpegang pada pengalaman, mengandalkan cara sendiri, dibatasi atas kesanggupan dalam pembelian pestisida serta pemakaian pestisida tidak sesuai waktu serta dosisnya akibatnya banyak tanaman yang terabaikan pertumbuhannya dan akhirnya berdampak pada produksi padi.

Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran yaitu 52% (13 KK) dan yang tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit sesuai dengan anjuran yaitu 48% (12 KK).

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pengendalian Hama dan Penyakit Sesuai dengan Anjuran.

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total


(55)

Persentase (%) 52 48 100 Sumber : Diolah dari Lampiran 3

6. Panen

Dalam hal pemanenan, petani tidak terlalu mempunyai kendala menerapkan anjuran asalkan cuaca yang mendukung serta tersedianya tenaga kerja pada saat akan dilakukannya pemanenan.

Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pemanenan sesuai dengan anjuran yaitu 96% (24 KK) dan yang tidak melakukan pemanenan sesuai dengan anjuran yaitu 4% (1 KK).

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Panen Sesuai dengan Anjuran.

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total

Jumlah (KK) 1 24 25

Persentase (%) 4 96 100

Sumber : Diolah dari Lampiran 3 7. Pasca Panen

Dalam hal pasca panen masih ada petani yang tidak melaksanakan anjuran dimana setelah panen hampir semua hasil panennya dijual tanpa melalui proses pengeringan dan penggilingan sehingga hanya sedikit yang di simpan sebagai stok.

Dari data yang dikumpulkan diperoleh hasil bahwa petani yang melakukan pasca panen sesuai dengan anjuran yaitu 83,33% (25 KK) dan yang tidak melakukan pasca panen sesuai dengan anjuran yaitu 16,67% (5 KK).

Tabel 19. Jumlah dan Persentase Petani yang Melaksanakan Pasca Panen Tanah Sesuai dengan Anjuran.

Uraian Tidak Sesuai

Anjuran Sesuai Anjuran Total

Jumlah (KK) 14 11 25

Persentase (%) 56 44 100


(56)

Dari uraian diatas dapat disimpulkan secara ringkas petani yang melaksanakan inovasi Program Penyuluhan Pertanian Pengaturan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) sesuai anjuran pada Tabel 20.

Tabel 20. Persentase Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Sesuai dengan Anjuran Pada Petani Padi Sawah di Desa Hutagaol Peatalun, Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

No

Pelaksanaan Program Penyuluhan

Pertanian SLPHT

Anjuran Persentase Petani yang

melakukan Anjuran Skor

1 Pemahaman dan keterampilan aspek metode

PHT

- Mendefenisikan

beberapak aspek ; hama, musuh alami, siklus hidup dan penyakit.

- Menunjukkan cara


(57)

pencegahan yang sangat penting, terutama untuk pengendalian tikus serangga dan penyakit. - Dapat mengambil sampel

di lahan yang terserang tikus, serangga hama dan kerusakan tanaman dengan menggunakan cara sebenarnya dan secara pendugaan.

- Mendemonstrasikan gejala keracunan, menghitung dosis pestisida, pemeliharaan alat penyemprot dan cara penyemprotan.

- Mensimulasi perubahan populasi serangga atau patogen yangdisebabkan varietas yang resisten dan pestisida.

Lanjutan . . . No

Pelaksanaan Program Penyuluhan

Pertanian SLPHT

Anjuran Persentase Petani yang

melakukan Anjuran Skor

2 Pemilihan Benih

- Memilih benih yang mempunyai ketahanan terhadap penyakit, dan serangga hama.

- Menggunakan satu jenis benih pada satu lahan yang diusahakan atau bibit


(58)

(varietas) yang seragam.

3

Penanaman

- Bibit ditanam pada kedalaman 3-5 cm - Penanaman bibit 3-4

batang/lubang

- Tanam bibit muda umur 15-20 hari

- Tanam sistem legowo

64% (16 KK) 41

4

Pemupukan

- Pemakaian pupuk berimbang yaitu : e) Urea = 200 Kg/Ha f) SP36 = 150 Kg/Ha g) KCl = 100 Kg/Ha h) ZA = 75 Kg/Ha Jumlah = 525 Kg/Ha - Pemakaian pupuk tersebut

dapat dicampurkan bersamaan.

- Pemakaian pupuk tersebut harus disesuaikan dengan kondisi perkembangan tanaman dan keadaan fisik tanah.

- Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh (ZPT) dan Penggunaan Pupuk Cair (PPC)

64% (16 KK) 41

Lanjutan . . . No Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT

Anjuran Persentase Petani yang

melakukan Anjuran Skor

5 Pengendalian Hama dan

Penyakit

- Pengendalian jasad pengganggu tanaman secara terpadu

- Pengendalian berbagai jenis hama dan penyakit


(59)

yang akan terjadi pada padi sawah adalah lebih mengandalkan cara pencegahan dibanding pengobatan, yaitu dengan cara pemilihan benih yang bersertifikat dengan mutu yang terjamin.

- Menggunakan pestisida dan racun lainnya apabila populasi hama dan penyakit diatas diatas 25%.

- Pengendalian dan

pemberantasan hama dan penyakit menggunakan racun harus sesuai dengan dosis, cara dan waktu yang tepat.

Lanjutan . . .

No

Pelaksanaan Program Penyuluhan

Pertanian SLPHT

Anjuran Persentase Petani yang


(60)

6

Panen

- Butir gabah menguning mencapai sekitar 80% dan tangkainya sudah

menunduk - Pemanenan dapat

dilakukan 100-115 sesuai jenis benihnya

- Menggunakan sabit pemotong

- Perontokan dilakukan dengan power thresser (alat mesin perontok) yang diberi alas berupa terpal untuk meminimalisasi gabah banyak terbuang.

96% (24 KK) 49

7

Pasca Panen

- Dilakukan pengeringan dibawah sinar matahari sekitar 1-3 hari tergantung intensitas cahaya matahari agar gabah tahan lama disimpan.

- Dilakukan penggilingan dengan mesin alat penggiling

- Penyimpanan beras dilakukan setelah

pengemasan dalam karung plastik.

44% (11 KK) 36

Pada Tabel 20 dapat dikemukakan bahwa penyuluhan pertanian SLPHT di Desa Hutagaol Peatalun berhasil dapat dilihat dari persentase tingginya petani yang melaksanakan anjuran, hal ini dikarenakan inovasi SLPHT yang diberikan PPL kepada petani mempunyai kesamaan dengan kebiasaan sehingga petani tidak terlalu mempunyai kesulitan dalam menerapkannya, petani hanya butuh penyesuaian dan penyempurnaan agar semua anjuran dapat diterapkan sehingga target yang telah ditentukan dapat tercapai.

Pada Tabel 20 diperoleh hasil bahwa keberhasilan petani yang melaksanakan anjuran yang tertinggi adalah panen 96% (24 KK), penanaman dan


(61)

pemupukan 64% (16 KK), pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT dan pemilihan benih 52% (13 KK), Pengendalian hama dan penyakit 48% (12 KK), dan yang paling rendah adalah pasca panen yaitu 44% (11 KK).

Tabel 21. Kriteria Penilaian Keberhasilan Pelaksanaan Program SLPHT Berdasarkan Skor Jumlah Sampel yang Melaksanakan Anjuran

Jumlah Skor Kategori Jumlah sampel yang melaksanakan anjuran

Persentase (%)

7 Gagal 1 4

8-14 Berhasil 24 96

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

Dari Tabel 21 dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan anjuran program SLPHT di Desa Hutagaol Peatalun dikategorikan berhasil terbukti jumlah sampel yang melaksanakan anjuran 24 Orang (96%) sedangkan yang tidak melaksanakan sesuai anjuran 1 orang (4%).

Dalam menentukan keberhasilan pelaksanaan program penyuluhan pertanian SLPHT dinilai dari sejauh mana petani malaksanakan anjuran dari 7 komponen inovasi SLPHT yang ada. Penilaian keberhasilan pelaksanaan SLPHT dilakukan dengan pemberian skor pada setiap parameter yang diukur terhadap kegiatan petani padi sawah dengan rentang skor 0-14. Inovasi SLPHT yang diberikan kepada petani yaitu Pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT, pemilihan benih, penanaman, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan pasca panen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Skor Tingkat Pelaksanan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT Sesuai dengan Anjuran Tahun 2010

No Inovasi Skor Harapan Skor Rerata yang Tercapai

Persentase Ketercapaian 1 Pemahaman dan

keterampilan aspek metode PHT

2 1,52 76

2 Pemilihan Benih 2 1,52 76


(62)

4 Pengendalian Hama dan Penyakit

2 1,64 82

5 Pemupukan 2 1,48 74

6 Panen 2 1,96 98

7 Pasca Panen 2 1,44 72

Jumlah 14 11,20 560

Rataan 2 1,60 80

Sumber : Diolah dari Lampiran 3

Dari Tabel 22 diketahui bahwa belum semua anjuran inovasi SLPHT dapat dilaksanakan petani, persentase ketercapaian yang tertinggi yaitu panen (98%), penanaman dan pengendalian hama terpadu (82%), pemahaman dan keterampilan aspek metode PHT dan pemilihan benih (76%), pemupukan (74%) dan pasca panen (72%) sedangkan dari rataan keseluruhan yaitu 80% yang dapat dikategorikan bahwa pelaksanaan program SLPHT di Desa Hutagaol Peatalun Kecamatan Balige adalah berhasil.

Karakteristik Petani Sampel

Petani sampel yang dimaksud yaitu petani yang mengusahakan padi sawahnya dan telah mengetahui adanya sosialisasi penyuluhan pertanian Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) di Desa Hutagaol Peatalun, dan yang menjadi subjek karakteristik petani yang menjadi sampel dalam penelitian meliputi umur, tingkat pendidikan, lamanya berusaha tani, jumlah tanggungan keluarga, luas lahan, dan produksi.

Tabel 23. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani di Desa Hutagaol Peatalun Tahun 2010. No Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Satuan Range Rerata

1 Umur tahun 38-60 48

2 Tingkat Pendidikan tahun 9-12 10

3 Lama Berusahatani tahun 7-32 20

4 Luas lahan ha 0.10-1.00 0.44

5 Jumlah Tanggungan jiwa 2-8 4


(63)

Sumber : Diolah dari Lampiran 1

Pada Tabel 23 diketahui bahwa umur petani sampel di Desa Hutagaol Peatalun berkisar antara 38-60 tahun dengan rata rata 48 tahun, tingkat pendidikan petani sampel berkisar antara 9-12 tahun dengan rata rata 10 tahun, lamanya berusaha tani petani sampel berkisar antara 7-32 tahun dengan rata rata 20 tahun, luas lahan petani sampel berkisar antara 0,10-1,00 ha dengan rata rata 0,44 ha jumlah tanggungan keluarga petani sampel berkisar antara 2-8 jiwa dengan rata rata 4 orang, produksi petani sampel berkisar antara 0.82-6.50 ton dengan rata rata 2.66 ton.

Hubungan antara Karakteristik Sosial Ekonomi Petani dengan Keberhasilan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT di Daerah Penelitian

Adapun Karakteristik sosial ekonomi petani yang dibahas dalam penelitian ini adalah umur, tingkat pendidikan, lama berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan dan produksi.

Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT.

Pada penelitian ini di duga bahwa ada hubungan antara umur dengan keberhasilan pelaksanaan suatu penyuluhan pertanian dengan asumsi bahwa semakin tinggi umur petani maka respon petani untuk melaksanakan anjuran dari penyuluh pertanian lapangan semakin berkurang. Dari hasil analisis diperoleh hasil bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan keberhasilan pelaksanaan program SLPHT, lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24.

Tabel 24. Hubungan antara Umur dengan Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian SLPHT.

Uraian Umur Keberhasilan Pelaksanaan

Program Penyuluhan Pertanian SLPHT

Range 38-60 7-14

Rerata 48 11,20

Rs 0,157


(1)

Lampiran 1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Sampel Desa Hutagaol Peatalun Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir

No Sampel

Luas Lahan (ha)

Umur (Tahun)

Lama Pendidikan

Lama Berusahatani

(tahun)

Jumlah Tanggungan

(jiwa)

Produksi (ton)

1 0.50 48 12 20 6 2.75

2 0.40 45 12 20 6 2.20

3 0.70 46 12 20 6 3.91

4 0.20 38 12 15 5 1.20

5 0.20 50 12 20 2 1.15

6 1.00 48 9 20 2 6.00

7 0.15 50 9 20 2 0.90

8 0.15 52 9 20 3 1.00

9 0.15 39 9 10 4 0.82

10 0.15 60 9 20 3 0.85

11 0.15 58 12 22 3 0.95

12 1.00 40 12 7 3 6.50

13 0.20 45 9 20 5 1.30

14 1.00 52 9 30 5 5.90

15 1.00 50 9 20 3 6.00

16 1.00 55 9 30 4 6.34

17 0.20 60 9 32 4 1.10

18 0.10 50 9 30 4 0.60

19 1.00 42 12 10 8 6.40

20 0.15 42 12 15 5 1.10

21 0.15 53 9 25 6 1.00

22 0.15 39 12 15 4 0.95

23 0.15 52 9 20 3 0.90

24 0.20 50 9 20 3 0.92

25 1.00 47 12 10 8 5.80

Total 11.05 1,211 258 491 107 66.54


(2)

Lampiran 2. Perbedaan produksi tanaman padi sawah hasil ubinan pada petak perlakuan PHT dan petak perlakuan petani (PP) dalam pelaksanaan program pertanian SLPHT padi sawah

No Sampel

Luas Lahan (ha)

Produksi padi dengan perlakuan

Petani (ton)

Produksi Padi dengan Perlakuan PHT (ton)

1 0.50 2.75 3.40

2 0.40 2.20 2.80

3 0.70 3.91 4.50

4 0.20 1.20 1.70

5 0.20 1.15 1.79

6 1.00 6.00 6.64

7 0.15 0.90 1.45

8 0.15 1.00 1.60

9 0.15 0.82 0.89

10 0.15 0.85 1.40

11 0.15 0.95 1.45

12 1.00 6.50 7.14

13 0.20 1.30 1.80

14 1.00 5.90 6.50

15 1.00 6.00 6.55

16 1.00 6.34 6.72

17 0.20 1.10 1.74

18 0.10 0.60 0.71

19 1.00 6.40 7.04

20 0.15 1.10 1.60

21 0.15 1.00 1.57

22 0.15 0.95 1.20

23 0.15 0.90 1.20

24 0.20 0.92 1.56

25 1.00 5.80 6.35

Total 11.05 66.54 79.30


(3)

Lampiran 3. Skor Keberhasilan Pelaksanaan Program Penyuluhan Pertanian Sesuai dengan Anjuran

No. Sampel

Pemahaman dan keterampilan aspek

metode PHT

Pemilihan

Benih Penanaman Pemupukan

Pengendalian Hama dan

Penyakit

Panen Pasca

Panen Total Kategori

1 2 1 2 2 2 2 1 12 Berhasil

2 2 2 1 1 2 2 1 11 Berhasil

3 2 1 2 2 1 2 1 11 Berhasil

4 1 2 1 2 2 2 2 12 Berhasil

5 2 2 2 1 1 2 2 12 Berhasil

6 1 2 2 1 2 2 1 11 Berhasil

7 2 2 2 1 2 2 1 12 Berhasil

8 2 1 1 2 1 2 2 11 Berhasil

9 1 1 1 1 1 1 1 7 Gagal

10 1 1 1 2 1 2 1 9 Berhasil

11 2 2 2 2 2 2 1 13 Berhasil

12 2 2 2 2 2 2 2 14 Berhasil

13 1 1 2 2 1 2 2 11 Berhasil

14 2 1 1 2 1 2 2 11 Berhasil

15 1 2 1 2 2 2 2 12 Berhasil

16 2 2 2 1 1 2 1 11 Berhasil

17 1 1 2 1 2 2 2 11 Berhasil

18 1 1 1 2 1 2 2 10 Berhasil

19 2 2 2 2 2 2 1 13 Berhasil

20 2 1 2 2 2 2 1 12 Berhasil

21 1 2 2 2 1 2 1 11 Berhasil

22 1 1 1 1 1 2 2 9 Berhasil


(4)

Lampiran 4. Korelasi Rank Spearman Keberhasilan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian SLPHT Sesuai Anjuran dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani

Umur Correlations

umur

keberhasilanprog ram

Spearman's rho Umur Correlation Coefficient 1.000 -.157

Sig. (2-tailed) . .455

N 25 25

Keberhasilan Program Correlation Coefficient -.157 1.000

Sig. (2-tailed) .455 .

N 25 25

Pendidikan

Correlations

pendidikan

keberhasilanprog ram Spearman's rho Pendidikan Correlation Coefficient 1.000 .513**

Sig. (2-tailed) . .009

N 25 25

Keberhasilan Program Correlation Coefficient .513** 1.000

Sig. (2-tailed) .009 .

N 25 25


(5)

Lampiran 5. Korelasi Rank Spearman Keberhasilan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian SLPHT Sesuai Anjuran dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani

Lama Berusahatani

Correlations

lamaberusahatan i

keberhasilanprog ram Spearman's rho Lama Berusahatani Correlation Coefficient 1.000 -.275

Sig. (2-tailed) . .184

N 25 25

Keberhasilan Program Correlation Coefficient -.275 1.000

Sig. (2-tailed) .184 .

N 25 25

Luas Lahan Correlations

luaslahan

keberhasilanprogr am Spearman's rho Luas Lahan Correlation Coefficient 1.000 .419*

Sig. (2-tailed) . .037

N 25 25

Keberhasilan Program Correlation Coefficient .419* 1.000

Sig. (2-tailed) .037 .

N 25 25


(6)

Lampiran 6. Korelasi Rank Spearman Keberhasilan Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian SLPHT Sesuai Anjuran dengan Faktor Sosial Ekonomi Petani

Jumlah Tanggungan

Correlations

jumlahtanggunga n

keberhasilanprog ram Spearman's rho Jumlah Tanggungan Correlation Coefficient 1.000 .016

Sig. (2-tailed) . .939

N 25 25

Keberhasilan Program Correlation Coefficient .016 1.000

Sig. (2-tailed) .939 .

N 25 25

Produksi

Correlations

Produksi

keberhasilanprog ram Spearman's rho Produksi Correlation Coefficient 1.000 .484*

Sig. (2-tailed) . .014

N 25 25

Keberhasilan Program Correlation Coefficient .484* 1.000

Sig. (2-tailed) .014 .

N 25 25


Dokumen yang terkait

Dampak Sebelum dan Setelah Penerapan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT) Terhadap Biaya Produksi, Produksi dan Pendapatan Petani Padi Sawah Di Kabupaten SerdangBedagai

0 30 90

Evaluasi Petani Terhadap Program Penyuluhan Pertanian Sl Ptt (Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu): Hama Terpadu (Kasus : Petani Padi Sawah, Desa Paya Bakung, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

3 67 67

Kajian Penerapan Pengendalian Hama Terpadu (PHT) pada Petani Padi di Kabupaten Tapanuli Selatan

0 40 117

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI PESERTA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN INFORMASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN PADI

0 5 13

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR KARAKTERISTIK PETANI PESERTA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP TINGKAT PENERIMAAN INFORMASI PENGENDALIAN HAMA TERPADU (PHT) TANAMAN PADI

1 28 13

HUBUNGAN SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP PERILAKU PETANI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN JERUK SIAM

0 3 13

HUBUNGAN SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) TERHADAP PERILAKU PETANI DAN PRODUKTIVITAS TANAMAN JERUK SIAM

0 25 13

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi Petani Dalam Program Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu (SLPHT)

0 8 152

Keragaan Petani Dalam Mengikuti Penyuluhan Sekolah Lapangan Pengendalian Hama Terpadu (Slpht) (Kasus Di Kelompok Tanl Mekaraarl, Desa Purwasarl, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat)

0 2 97

ANALISA USAHA TANI PADI PETANI PESERTA SEKOLAH LAPANG PENGENDALIAN HAMA TERPADU (SLPHT) DAN PERMASALAHANNYA.

0 0 11