18
4 Dakwaan Kumulatif
Bentuk surat dakwaan ini terdapat beberapa tindak pidana masing-masing berdiri sendiri artinya tidak ada hubungan antara tindak
pidana yang satu tehadap yang lain dan didakwakan secara serempak. Dalam hal ini didakwakan beberapa tindak pidana sekaligus dari
kesemua dakwaan harus dibuktikan satu demi satu. Tindak pidana yang didakwakan masing-masing berdiri sendiri, tetapi didakwakan secara
serempak asal saja pelaku dari tindak pidana itu adalah sama. Dakwaan yang tidak terbukti harus dinyatakan secara tegas dan dituntut
pembebasan dari dakwaan tersebut. Dakwaan ini dipergunakan dalam hal terdakwa melakukan beberapa tindak pidana yang masing-masing
merupakan tindak pidana yang berdiri sendiri. 5
Dakwaan Kombinasi atau Gabungan Dakwaan kombinasi adalah merupakan kombinasi dari dakwaan
yang berbentuk alternatif dengan dakwaan subsidair atau antara dakwaan komulatif dengan dakwaan subsidair atau antara dakwaan komulatif
dengan dakwaan alternatif, dan sebagainya. Dakwaan ini harus diperhatikan secara teliti mengenai bentuk-bentuk dari kumulasinya, dan
jangan sampai upaya untuk mencegah terdakwa lepas dari dakwaan. Timbulnya bentuk ini seiring dengan perkembangan di bidang
kriminalitas yang semakin variatif baik dalam bentuk atau jenisnya maupun dalam modus operandi yang dipergunakan.
2. Tinjauan Tentang Penuntut Umum dan Penuntutan
a. Pengertian Penuntut Umum dan Penuntutan
KUHAP memberikan uraian pengertian jaksa dan penuntut umum pada Pasal 1 butir 6a dan b. Ditegaskan bahwa jaksa adalah pejabat yang
diberi wewenang oleh undang-undang ini untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap Pasal 1 butir 6a KUHAP.
19
Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang- undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan
hakim Pasal 1 butir 6a jo Pasal 13 KUHAP. Berdasarkan Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia, yang dimaksud jaksa adalah pejabat fungsional yang diberi wewenang oleh
undang-undang untuk bertindak sebagai penuntut umum dan pelaksana putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuasaan hukum tetap serta
wewenang lain berdasarkan undang-undang. Sedangkan penuntut umum menurut Pasal 1 angka 2 adalah jaksa yang diberi wewenang oleh undang-
undang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan putusan hakim. Dengan adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004
tentang Kejaksaan Republik Indonesia tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian jaksa adalah menyangkut jabatan, sedangkan
penuntut umum menyangkut fungsi. Penuntutan adalah tindakan penuntut umum untuk melimpahkan
perkara pidana ke Pengadilan Negeri yang berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini dengan permintaan
supaya diperiksa dan diputus oleh hakim di sidang pengadilan Pasal 1 butir 7 KUHAP.
b. Tugas dan Wewenang Penuntut Umum dalam Proses Perkara Pidana
Seiring perkembangan jaman, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 1961 tentang Ketentuan Pokok Kejaksaan Republik
Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 1961 tentang pembentukan Kejaksaan Tinggi, dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 5 tahun 1991 tentang Ketentuan Pokok Kejaksaan Republik Indonesia sudah tidak sesuai dengan perkembangan jaman dan
kebutuhan hukum masyarakat dan kehidupan ketatanegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945.
Kejaksaan termasuk salah satu badan yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakiman menurut Undang-Undang Dasar 1945. Untuk
20
lebih memantapkan kedudukan dan peran Kejaksaan Republik Indonesia sebagai lembaga pemerintahan yang melaksanakan kekuasaan negara di
bidang penuntutan harus bebas dari pengaruh kekuasaan pihak manapun, yakni yang dilaksanakan secara merdeka terlepas dari pengaruh kekuasaan
pihak manapun. Maka dari itulah pembaharuan undang-undang tentang Kejaksaan Republik Indonesia perlu dilakukan dengan membentuk Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia.
Di dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia disebutkan
tugas dan wewenang kejaksaan bidang pidana adalah: 1
Melakukan penuntutan. 2
Melaksanakan penetapan hakim dan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
3 Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan putusan pidana bersyarat,
putusan pidana pengawasan, dan keputusan lepas bersyarat. 4
Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan pemeriksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam
pelaksanaannya dikoordinasikan dengan penyidik. 5
Melakukan penyidikan terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang-undang.
Sedangkan dalam Pasal 14 KUHAP disebutkan bahwa penuntut umum mempunyai wewenang :
1 Menerima dan memeriksa berkas perkara penyidikan dari penyidik atau
penyidik pembantu. 2
Mengadakan prapenuntutan apabila ada kekurangan pada penyidikan dengan memperhatikan ketentuan Pasal 110 ayat 3 dan ayat 4, dengan
memberi petunjuk dalam rangka penyempurnaan penyidikan dari penyidik.
21
3 Memberikan perpanjangan penahanan, melakukan penahanan atau
penahanan lanjutan dan atau mengubah status tahanan setelah perkaranya dilimpahkan oleh penyidik
4 Membuat surat dakwaan.
5 Melimpahkan perkara ke pengadilan.
6 Menyampaikan pemberitahuan kepada terdakwa tentang ketentuan hari
dan waktu perkara disidangkan yang disertai surat panggilan, baik kepada terdakwa maupun kepada saksi, untuk datang pada sidang yang
telah ditentukan. 7
Melakukan penuntutan. 8
Menutup perkara demi kepentingan hukum. 9
Mengadakan “tindakan lain” dalam lingkup tugas dan tanggung jawab sebagai penuntut umum menurut ketentuan undang-undang ini.
10 Melaksanakan penetapan hakim.
Di dalam penjelasan pasal tersebut dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “tindakan lain” antara lain ialah meneliti identitas tersangka, barang
bukti dengan memperhatikan secara tegas batas wewenang dan fungsi antara penyidik, penuntut umumdan pengadilan.
Disamping tugas dan wewenang kejaksaan di bidang pidana yang tersebut dalam Pasal 30 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia diatas, pada Pasal 32 juga disebutkan bahwa kejaksaan dapat diserahi tugas dan
wewenang lain berdasarkan undang-undang. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, kejaksaan membina hubungan kerjasama dengan badan
penegak hukum dan keadilan serta badan negara atau instansi lainnya. Selain itu kejaksaan dapat memberikan pertimbangan dalam bidang hukum
kepada instansi pemerintah lainnya, sesuai dengan bunyi Pasal 33 dan Pasal 34 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2004 tentang
Kejaksaan Republik Indonesia.
22
3. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Aborsi