38 Hasil analisis yang disajikan pada Tabel 11, selanjutnya dalam penilaian koefisien
keragaman digunakan empat penggolongan Sitorus et al., 1999 yaitu : sangat rendah KK
≤ 16 = 46.43, untuk parameter suhu, pH, COD, alkaliniti, asiditi, NO
3
, ortofosfat, sulfat, kesadahan total, timbal, besi, magnesium, koli tinja, koli group dan
rendah KK 16-33 = 14.29, untuk parameter BOD
5
, CO
2
, klorida, dan kalsium, parameter yang koefisien keragaman berada pada kategori sedang KK 33-66 =
17.86, yakni DO, NH
3
, NO
2
, fosfat total, minyak dan lemak. Parameter yang keragamannya tinggi KK 60 = 21.43 terlihat pada DHL, TSS, TDS, sulfida.
Nilai koefisien keragaman yang tertinggi seperti DHL dan TDS masing-masing sebesar 108,6, dan 111.52, dengan kandungan TDS tertinggi terdapat pada stasiun
empat dan DHL tertinggi terdapat pada stasiun enam. Pada stasiun empat terdapat pabrik kelapa sawit yang melakukan pengolahan limbah cair. Limbah cair hasil pengolahan
dibuang ke sungai Dasmiasi, diduga tingginya nilai TDS sebagai akibat pengolahan limbah tidak dilakukan dengan baik. Sedangkan tingginya nilai DHL pada stasiun enam
merupakan akumulasi bahan pencemar dari hulu sungai yang mengalir ke muara sungai Tapung Kiri, begitu juga dengan besarnya kandungan TSS dan sulfida yang terdapat pada
stasiun enam diduga merupakan akumulasi bahan pencamar yang berasal dari hulu dan bagaian tengah sungai.
4.2. Hasil Percobaan Pendahuluan Seleksi Tumbuhan Air
Hasil percobaan pendahuluan adaptasi tumbuhan terhadap limbah cair yang digunakan menunjukkan pertumbuhan yang baik. Hal ini terlihat dari masing-masing
tumbuhan air yang diseleksi 100 hidup. Hasil pengamatan pertumbuhan ini disajikan pada Gambar 14 dan Tabel 12. Dari hasil seleksi ini diambil empat jenis tumbuhan` air
yaitu wlingen, melati air, genjer, dan kiapu dengan pertimbangan bahwa wlingen, dan genjer banyak ditemukan di lokasi rawa-rawa yang berada disekitar pengambilan sampel,
sedangkan kiapu dan melati air diambil dari kolam-kolam budidaya tanaman hias dari beberapa
tempat. Tumbuhan
ini sangat
mudah untuk
dibudidayakan, dan
pertumbuhannya sangat cepat. Sedangkan enceng gondok tidak digunakan dalam percobaan ini dengan pertimbangan pertumbuhannya sangat cepat, sehingga populasinya
sangat padat dalam wadah percobaan dan tumbuhan ini sudah umum digunakan.
39
e
Gambar 14. Percobaan seleksi tumbuhan air A= Wlingen, B = Melati air, C = Genjer, D = Kiapu, dan E = Enceng Gondok
Tabel 12. Seleksi tumbuhan air yang digunakan dalam percobaan
Persentase Perlakuan
Tumbuhan Awal Mati
Hidup
Aluvial-limbah1-Wlingen 12 batang
100 Aluvial-limbah2-Wlingen
12 batang 100
Aluvial-limbah3-Wlingen 12 batang
100 Aluvial-limbah4-Wlingen
12 batang 100
Aluvial-limbah5-Wlingen 12 batang
100 Aluvial-limbah6-Wlingen
12 batang 100
Aluvial-limbah1-Melati air 3 batang
100 Aluvial-limbah2-Melati air
3 batang 100
Aluvial-limbah3-Melati air 3 batang
100 Aluvial-limbah4-Melati air
3 batang 100
Aluvial-limbah5-Melati air 3 batang
100 Aluvial-limbah6-Melati air
3 batang 100
Aluvial-limbah1-Genjer 3 batang
100 Aluvial-limbah2-Genjer
3 batang 100
Aluvial-limbah3-Genjer 3 batang
100 Aluvial-limbah4-Genjer
3 batang 100
Aluvial-limbah5-Genjer 3 batang
100 Aluvial-limbah6-Genjer
3 batang 100
Aluvial-limbah1-Kiapu 20 roset
100 Aluvial-limbah2-Kiapu
20 roset 100
Aluvial-limbah3-Kiapu 20 roset
100 Aluvial-limbah4-Kiapu
20 roset 100
Aluvial-limbah5-Kiapu 20 roset
100 Aluvial-limbah6-Kiapu
20 roset 100
Aluvial-limbah1-Enceng gondok 6 batang
100 Aluvial-limbah2-Enceng gondok
6 batang 100
Aluvial-limbah3-Enceng gondok 6 batang
100 Aluvial-limbah4-Enceng gondok
6 batang 100
Aluvial-limbah5-Enceng gondok 6 batang
100 Aluvial-limbah6-Enceng gondok
6 batang 100
A
B
D
C
E
40
4.3. Efektivitas Media Penyaring dan Tumbuhan Air Mengurangi Bahan Pencemar